OLEH :
FOFO SESARIO
(D1A117381)
AGRIBISNIS A
Pendahuluan
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia
sebagai makhluk sosial di dalam berkehidupan masyarakat. Manusia sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam menjalin hubungan sosial
dengan manusia lainnya tidak lepas dari kepentingan satu sama lain. Selama
manusia itu mempunyai kepentingan yang berbeda maka konflik akan selalu
menyertainya dimanapun mereka berada. Adapun konflik bersumber dari
kebutuhan dasar manusia (basic human needs) seperti yang diungkapkan oleh
John Burton dalam conflict : Resolution and prevention, setiap kepentingan
memiliki tujuan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar (susan, 2012: 19-20)
Perbedaan kepentingan adalah salah satu faktor utama yang dapat
menimbulkan konflik sosial. Konflik sosial berarti persepsi mengenai perbedaan
kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang
berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Artinya, terjadinya suatu konflik
sosial disebabkan oleh banyak faktor sehingga konflik tersebut bersifat kompleks
yang melibatkan berbagai unsure masyarakat di dalamnya.
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial
tidak terjadi melalui poses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan,
tetapi terjadi adanya akibat konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang
berbeda dengan kondisi yang semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana-
sarana-sarana produksi sebagai unsure pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui teori-teori konflik yang
ada dalam kehidupan manusia sehingga ketika kita mengalami suatu konflik kita
bisa mengetahui konflik yang kita alami ada pada teori/pendekatan yang seperti
apa.
Pembahasan
4. Teori Psikodinamika
6. Teori Permainan
Teori lainnya yang banyak digunakan dalam memahami proses konflik adalah
teori permainan yang sering juga disebut dengan sains strategi. Menurut teori ini,
konflik sama halnya dengan permainan, dimana ada dua pihak atau lebih yang
bermain menggunakan strategi dan taktik bermain untuk mengalahkan lawan
bermainnya. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh matematesian dari
universitas princeton.(Wirawan,2009 : 35)
Permainan juga sering dikelompokkan menjadi permainan kompetitif dan
permainan kooperatif, dalam permaina kompetitif salah satu pihak harus menang
dan pihak lain harus kalah,sedangkan dalam permainan kooperatif para pihak atau
para pemain dapat menghasilkan nilai yang sama atau nilai yang berbeda.
Menurut Joseph P. Folger & Marshal S. Poole (1984).. teori permainan
didasarkan pada empat asumsi :
1. Struktu permainan dibentuk oleh pilihan atau opsi yang tersedia untuk para
pemain dan imbalan-imbalan yang mereka terima dari memilih suatu
pilihan tertentu.
2. Pilihan yang tersedia untuk para pemain jumlahnya terbatas dan para
pemain mengetahui pilihan tersebut.
3. Hasil yang berhubungan dengan gerakan tertentu tergantung pada pilihan
pemain dan lawan main
4. Para pemain mengetahui hasil yang berhubungan dengan setiap kombinasi
pilihan dan hasil yang menarik, setra mempunyai makna bagi mereka
5. Pilihan seorang pemain ditentukan oleh perhitungan hasil. Perilaku
permainan rasional terdiri dari seleksi terhadap pilihan-pilihan yang
menghasilkan keluaran yang menyenangkan, baik perolehan maksimum
atau pencapaian suatu norma yang bermanfaat seperti kedilan distributif.
7. Teori Fase
Teori fase konflik merupakan teori yang bisa digunakan untuk memahami
proses terjadinya konflik. Teori ini sudah disusun berdasarkan asumsi bahwa
proses terjadinya konflik melalui fase-fase dengan pola tertentu dan dalam kurun
waktu tertentu.
Donald Rothchild dan chandra lekha sriram mengemukakan konflik antar
kelompok dalam empat fase yaitu:
1) Fase potensi konflik : dalam fase ini konflik telah terjadi,tetapi dalam
level intensitas sangat rendah. Faktor struktural dan penyebab konflik
memicu perbedaan diatara kelompok disamping perbedaan sosio-ekonomi,
kultur dan politik. Tindakan preventif dari fase ini tidak beresiko dan
mempunyai potensi untuk berhasil.
2) Fase pertumbuhan : dalam fase ini, isu yang dipertentangkan dan
kelompok-kelompok lebih didefinisikan.ikatan dan hubungan antarelit
masih terjadi dan isu yang dipertentangkan masih bisa dirundingkan, biaya
tindakan preventif meningkat tetapi kemungkinan berhasil masih posituf.
3) Fase pemicu dan eskalasi.
Persepsi perubahan yang nyata dalam kelompok kondisi ekonomi, sosial,
politik bisa memicu eskalasi. Permulaan kekerasan masal merupakan
ambang fundamental konflik. Ikatan antarelit putus, interaksi sosial
memfokuskan pada kekerasan yang terorganisasi ketika pertukaran
meredup. Kekerasan meningkat, kelompok yang bertikai kehilangan
kepercayaan satu sama lain dan merasa tidak dapat berkompromi.
Kekerasan dapat membuat intervensi akan beresiko mahal. Pada fase ini
tindakan ntuk mencegah kekerasan agar tidak bereskalasi ke kelompok
lain masih mungkin untuk dilakukan.
4) Fase pascakonflik. Sesudah de-eskalasi kekerasan menurun,intervensi
preventif dengan tujuan membangun kembali hubungan damai dan saluran
komunikasi antar kelompok yang terlibat konflik untuk menghindari
terulangnya kekerasan. (wirawan,2009:38)
8. Teori Ruang
Praktik spasial mengacu pada produksi dan reproduksi hubungan spasial antar
objek dan produk. Hal inilah yang turut menjamin berlangsungnya kontinuitas
produksi ruang sosial dan kohesivitasnya. Dalam pengertian ini, ruang sosial
meliputi pula keterlibatan setiap anggota masyarakat yang memiliki hubungan
atau keterkaitan tertentu terhadap kepemilikan atas ruang itu. Dengan demikian,
kohesi sosial atas suatu ruang ditentukan oleh derajat kompetensi dan tingkat
kinerja atas pemakaian ruang (fisik atau material). Praktik spasial semacam inilah
yang dipahami sebagai “ruang yang hidup” (lived space).
Ruang representational mengacu pada ruang yang secara nyata “hidup” (lived
space) dan berkaitan secara langsung dengan berbagai bentuk pencitraan serta
simbol yang terkait dengannya. Hal ini termasuk bagaimana para penghuni ruang
atau orang-orang yang menggunakannya saling berinteraksi melalui praktik dan
bentuk visualisasi di dalam suatu ruang. Konsepsi atas ruang pun muncul
berdasarkan berbagai pengalaman nyata yang dialami oleh setiap orang sebagai
sebab-akibat dari suatu hubungan yang bersifat dialektis antara praktik spasial dan
representasi ruang. Ruang menjadi sesuatu yang secara khusus dipersepsikan oleh
individu, kelompok, atau suatu masyarakat; ruang yang dipersepsikan (perceived
space). (Lefebvre 2003: 4)
9. TEORI ORGANISASI
Manusia adalah mahluk social yang cinderung untuk hidup bermasyarakat
serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu
tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka
tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut
yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.
Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system
pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas
dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan.
Definisi UMUM:
CIRI-CIRI ORGANISASI:
Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola
interaksi yang ditetapkan.
Dikembangkan untuk mencapai tujuan
Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun
Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat
diidentifikasi.