Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH TEORI KONFLIK SOSIAL

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Leeloo Aurelia Nazwa


Marcel Thomas Simanjuntak
Naisyah Fathiya Zahra Panjaitan
Patrick Nixcon Hutabarat
Yosafat Pangihutan

SOSIOLOGI
SMAN 1 TEBING TINGGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Tidak lupa sholawat
dansalam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, sehingga
penyusunan makalah Sosiologi mengenai Teori Konflik Sosial ini dapat terselesaikan. Disadari bahwa
salah satu hambatan dalam penyusunan makalah Sosiologi mengenai Teori Konflik Sosial ini
adalah keterbatasan informasi dan bahan sehingga hasil ini dirasakan masih belum sempurna.
Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran untuk perbaikannya di masa yang akan
datang. Penyusun berharap makalah Sosiologi mengenai Teori Konflik Sosial ini dapat bermanfaat bagi
lingkungan belajar penulis amin.

Tebing Tinggi, 13 Januari 2023


Mengutip Modul Sosiologi (2016), menurut Webster istilah “conflict” di dalam bahasa Inggris
berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa pertentangan fisik antara beberapa
pihak.

Arti kata itu kemudian berkembang dengan masuknya “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi
atas berbagai kepentingan, ide, gagasan, dan lain-lain”. Sehingga istilah “konflik” juga menyentuh aspek
psikologis di balik pertentangan fisik itu sendiri.

Sementara, menurut Gurr dalam Al Hakim, kriteria yang menandai suatu pertentangan sebagai
konflik adalah sebagai berikut:

1. Sebuah konflik harus melibatkan dua pihak atau lebih di dalamnya;


2. Pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling bermusuhan (mutually
opposing actions);
3. Mereka biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan
menghancurkan “musuh”;
4. Interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam keadaan yang tegas, karena itu
keberadaan peristiwa pertentangan dapat dideskripsikan dengan mudah oleh para pengamat
sosial yang tidak terlibat dalam pertentangan.

Teori Konflik dalam Sosiologi

Dalam studi sosiologi, konflik sosial mendapatkan perhatian besar dan memunculkan apa yang
disebut teori konflik. Berikut contoh teori-teori konflik menurut sejumlah ahli sosiologi, yang dirangkum
dari berbagai sumber, termasuk modul pembelajaran terbitan Kemdikbud.

A. Teori Konflik Karl Marx

Karl Marx sering kali menjadi tokoh utama dalam


berbagai pembahasan terkait teori konflik sosial. Karl Marx
memandang teori konflik sebagai suatu bentuk
pertentangan kelas. Dari sudut pandang itu, ia
memperkenalkan konsep struktur kelas di masyarakat.

Teori Marx melihat masyarakat sebagai arena


ketimpangan (inequality) yang dapat memicu konflik dan
perubahan sosial. Marx menilai konflik di masyarakat
berkaitan dengan adanya kelompok yang berkuasa dan
dikuasai. Di teori Marx, konflik kelas dipicu oleh
pertentangan kepentingan ekonomi.

Selain itu, setidaknya ada 4 konsep dasar dalam teori ini:

1. struktur kelas di masyarakat;


2. kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara kelas yang berbeda;
3. Adanya pengaruh besar dilihat dari kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang;
4. Adanya pengaruh dari konflik kelas terhadap perubahan struktur sosial.
B. Teori Konflik Lewis A. Coser

Lewis Coser menilai konflik memiliki fungsi


positif jika bisa dikelola dan diekspresikan
sewajarnya. Sosiologi konflik Lewis Coser
mempengaruhi sosiologi konflik pragmatis, atau
multidispliner, yang digunakan untuk mengelola
konflik dalam perusahaan ataupun organisasi
modern lainnya (Novri Susan, 2009, hlm: 46).

Teori konflik menurut Lewis A. Coser


memandang sistem sosial bersifat fungsional.
Menurut Coser, konflik tidak selalu memiliki sifat
negatif. Konflik juga dapat mempererat hubungan antar-individu dalam suatu kelompok. Coser
meyakini keberadaan konflik tidak harus bersifat disfungsional. Oleh karena itu, keberadaan konflik
dapat memicu suatu bentuk interaksi dan memicu konsekuensi yang bersifat positif.

Selain itu, dengan adanya konflik juga dapat menggerakkan anggota kelompok yang terisolasi
menjadi berperan aktif dalam aktivitas kelompoknya. Selain itu, Coser mengelompokkan konflik
sosial menjadi dua jenis, yaitu konflik realistis dan non-realistis. Konflik Realistis adalah konflik yang
berdasar dari kekecewaan individu maupun kelompok atas berbagai bentuk permasalahan dalam
hubungan sosial. Sementara Konflik non-Realistis lahir karena ada kebutuhan melepaskan
ketegangan dari salah satu atau 2 pihak yang berkonflik.

C. Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Menurut Ralf Dahrendorf, konflik hanya muncul melalui


relasi-relasi sosial dalam sistem. Maka itu, konflik tidak mungkin
melibatkan individu ataupun kelompok yang tidak terhubung
dalam sistem.

Dalam teori Dahrendorf, relasi-relasi di struktur sosial


ditentukan oleh kekuasaan (Novri Susan, 2009, hlm: 39). Adapun
kekuasaan yang dimaksud oleh Dahrendorf adalah kekuasaan
atas kontrol dan sanksi yang memungkinkan pemilik kekuasaan
memberikan perintah dan meraih keuntungan dari mereka yang
tidak berkuasa.

Dalam pandangan Dahrendorf, konflik kepentingan menjadi


sesuatu yang tidak terhindarkan dari relasi antara pemilik kekuasaan dan mereka yang tidak
berkuasa. Pada awalnya, Dahrendorf merumuskan teori konflik sebagai teori parsial yang
digunakan untuk menganalisis fenomena sosial. Lantas, Dahrendorf melihat masyarakat memiliki
dua sisi berbeda, yaitu konflik dan kerja sama.
Berdasarkan pemikiran itu, Dahrendorf menganalisis konflik sosial dengan perspektif dari
sosiologi fungsionalisme struktural, untuk menyempurnakan teorinya. Dia pun mengadopsi teori
perjuangan kelas Marxian untuk membangun teori kelas dan pertentangan kelas dalam masyarakat
industri.

Dehrendorf mengaitkan pemikiran fungsional mengenai struktur dan fungsi masyarakat


dengan teori konflik antarkelas sosial. Selain itu, Dehrendorf tidak memandang masyarakat sebagai
suatu hal yang statis, melainkan bisa berubah oleh adanya konflik sosial.

Pengertian Konflik Sosial Menurut Para Ahli

Mengutip Modul Pembelajaran SMA Sosiologi (2020), beberapa pendapat ahli tentang definisi
konflik sosial antara lain:

a. Soerjono Soekanto: Konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok manusia
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman
dan/atau kekerasan.
b. Robert M.Z. Lawang: Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan
di mana tujuan mereka tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan
saingannya.
c. Berstein: Konflik adalah suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik
ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif saat melakukan interaksi dengan orang
lain.
d. Ensiklopedia Nasional Indonesia menguraikan bahwa konflik muncul karena adanya benturan
antara dua unsur dalam masyarakat yang mengharuskan salah satunya berakhir.

Anda mungkin juga menyukai