1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing
– masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan
tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi
ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik
maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat
hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau
lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini,
pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang
diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku
komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun
perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart,
1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito,
1995:381)
Teori - Teori Konflik
A. Teori Konflik Karl Marx
Teori konflik Karl Marx didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai
unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.Marx mengajukan konsepsi mendasar
tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara
panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di
mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai
kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis
melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi.. Eksploitasi ini akan
terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu
berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga.
Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong
terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum
proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
B. Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,
penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis
batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat
kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial
sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok
yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan
gereja kaum tradisional (yang memepertahankan praktek- praktek ajaran katolik pra- Konsili
Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang berpisah dengan gereja Episcopal mengenai
masalah pentahbisan wanita). Perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur
Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara Arab dan Israel. Coser (1956: 41)
melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang
tanpa itu hubungan- hubungan di antara fihak- fihak yang bertentangan akan semakin
menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat
dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial.
Katup penyelamat merupakan sebuah institusi pengungkapan rasa tidak puas atas
sebuah sistem atau struktur. Contohnya Badan perwakilan Mahasiswa atau panitia
kesejahteraan Dosen. Lembaga tersebut membuat kegerahan yang berasal dari situasi konflik
tersalur tanpa menghancurkan sistem tersebut.Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang
terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan
yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang
mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
2. Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang
antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu
pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya
melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju
melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok
yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Menurut Coser terdapat suatu kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis
tanpa sikap permusuhan atau agresi. Contohnya dua pengacara yang selama masih menjadi
mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi pengacara dihadapkan pada
suatu masalah yyang menuntut mereka untuk saling berhadapan di meja hijau. Masing-
masing secara agresif dan teliti melindungi kepentingan klienya, tetapi setelah meinggalkan
persidangan mereka melupakan perbedaan dan pergi ke restoran untuk membicarakan masa
lalu.Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka
pemisahan (antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan.
Coser (1956: 62) mengatakan dalam buku Sosiologi Kontemporer halaman 113, yaitu:
Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam,
sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa
permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan
bisnis, rasa permusuhan dapat relative bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi
dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat
pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila
konflik tersebut benar- benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang
membahayakan hubungan tersebut. Misalnya konflik antara suami dan istri, sepasang
kekasih, dll.
Coser (1956: 72) mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan
yang terjadi dalam suatu kelompok. Dia menjelaskan bukti yang berasal dari hasil
pengamatan terhadap masyarakat Yahudi bahwa peningkatan konflik kelompok dapat
dihubungkan dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila
konflik dalam kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok
tersebut dengan masyarakat. Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group merupakan
indikator adanya suatu hubungan yang sehat. Coser sangat menentang para ahli sosiologi
yang selalu melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan
peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Dengan demikian Coser
menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan
suatu hubungan.
C. Teori konflik Ralf Dahrendorf
Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan,
serta modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Karl Marx berpendapat bahwa pemilikan dan
Kontrol sarana- sarana berada dalam satu individu- individu yang sama. Menurut Dahrendorf
tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad
kesembilan belas. Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan
yang terjadi di masyarakat industri semenjak abad kesembilan belas. Diantaranya:
1.Dekomposisi modal
Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh
orang banyak, dimana tak seorangpun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari
dekomposisi modal. Dekomposisi tenaga.
1.Dekomposisi Tenaga kerja
Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang
mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah
zaman keahlian dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai
untuk memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik.
1.Timbulnya kelas menengah baru
Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di
mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.
Penerimaan Dahrendorf pada teori konflik Karl Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas
sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Kemudian dimodifikasi
oleh berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir- akhir ini. Dahrendorf mengatakan bahwa
ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana
produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu. Menurut Dahrendorf hubungan- hubungan
kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.
Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak
kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap
terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai.Pendapat
Dahrendorf (1959: 176) dalam buku Sosiologi Kontemporer halaman 136:Secara empiris,
pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisa bila dilihat sebagai pertentangan
mengenai ligitimasi hubungan- hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi, kepentingan
kelompok penguasa merupakan nilai- nilai yang merupakan ideologi keabsahan
kekuasannya, sementara kepentingan- kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman
bagi ideologi ini serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.
Misalnya kasus kelompok minoritas yang pada tahun 1960-an kesadarannya telah
memuncak, antara lain termasuk kelompok- kelompok kulit hitam, wanita, suku Indian dan
Chicanos. Kelompok wanita sebelum tahun 1960-an merupakan kelompok semu yang ditolak
oleh kekuasan di sebagian besar struktur sosial di mana mereka berpartisipasi. Pada
pertengahan tahun 1960-an muncul kesadaran kaum wanita untuk menyamakan derajatnya
dengan kaum laki- laki., yang kemudian diikuti oleh perkembangan kelompok yang
memperjuangkan kebebasan wanita.
1.Faktor Penyebab Terjadinya Konflik
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian
dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial,
sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula
yang merasa terhibur.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai
kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan
tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang
bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon
ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.
Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu,
misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan
pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar
bidang serta volume usaha mereka.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya
konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi
yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai
tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini,
jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena
dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Penelitian Mengenai Beberapa Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
1.Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-
peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
2.Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3.Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4.Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian
terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan
menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
1.Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
2.Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan
untuk "memenangkan" konflik.
3.Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan
yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
4.Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
menghindari konflik.
1.Cara Mengatasi konflik
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan
dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri
pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu,
guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk
melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan
perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini
terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan
informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk
pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan
keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara
Indonesia dengan Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih
sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan
yang dibentuk Departemeapai kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan
upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki
kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini
terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai
contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Pengertian dan sejarah ketahanan nasional indonesia
Pengertian dan sejarah ketahanan nasional indonesia
Ketahanan Nasional merupakan istilah khas Indonesia yang muncul pada tahun 1960-an .
Istilah Ketahanan nasional dalam bahasa inggris bisa disebut sebagai national resilance.
dalam teknologi barat, terminolgi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan nasional,
dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional).
Teori national power telah banyak dikembangkan oleh para ilmuwan dari berbagai negara.
Hans J dalam bukunya Politics among nation ia menjelaskan tentang apa yang disebutnya
sebagai "The element of National Power" yang berati harus dipenuhi suatu negara agar
memiliki kekuatan nasional. Secara konsepsional, penerapan teori tersebut disetiap negara
berbeda, karena terkait dengan dinamika lingkungan strategis, kondisi susio kultural dan
aspek lainya, sehingga pendekatan yang digunakan di setiap negara juga berbeda.
Secara Etimologis, istilah ketahanan berasal dari kata dasar "tahan" yang berarti tahan
penderitaan, tabah, kuat, dan dapat menguasai diri, gigih, dan tidak mengenal menyerah.
ketahanan memiliki makna mampu, tahan dan kuat menghadapi segalabentuk tantanga dan
ancaman yang ada guna menjamin kelangsungan hidupnya.
Masuk dalam Sejarah
Sebagai konsepsi yang khas Indonesia, gagasan tentang ketahanan nasional muncul di tahun
1960 sehubungan dengan adanya ancaman yang dihadapi bangsa indonesia, yakni meluasnya
pengaruh komunisme dari Uni sovyet dan Cina. Pengaruh mereka terus menjalar sampai
wawasan Indo Cina, sehingga satu persatu Negara di kawasan Ondo cina, seperti Laos
Vietnam dan Komboja menjadi Komunis bahkan efek tersebuk mulai masuk ke Thailand,
Malaysia, Singapura. Apakah efer domino tersebut akan masuk terus ke Indonesia??
Gejala tersebut mempengaruhi para pemikir militer di lingkungan SSKAD (Sekolah Staf
Komando Angkatan Darat) atau sekarang SESKOAD . Mereka mengadakan pengamatan dan
kajian atas kejadian tersebut. tahun 1960 an gerakan komunis semakin masuk ke wilayah
Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Di tahun 1965 komunis indonesia bahkan
berhasil mengadakan pemberontakan ( Gerakan 30 september 1965) yang akhirnya dapat
diatasi. Menyadari hal tersebut, maka gagasan da unsur apa saja yang ada dalam diri bangsa
Indonesia serta apa yang seharusnya dimiliki agar kelangsungan hidup bangsa indonesia
terjamin di amsa masa mendatang terus menguat.
Pada tahun 1968 pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Lebaga pertahanan Nasional
(Lemhanas) . kesiapan menghadapi tantangan dan ancaman itu harus diwujudkan dalam
bentuk ketahanan bangsa yang dimanisfestasikan dalam bentuk perisai ( Tameng) yang terdiri
dari unsur ideologi, ekonomi, sosial dan budaya dan militer. tameng yang di maksud adalah
sublimasidari konsep kekuatan SSKAD. secara konseptuan pemikiran Lemhanas merupakan
langkah maju dibanding sebelumnya, yaitu detemukan nya unsur unsur dari tata kehidupan
nasional yang berupa ideologi, politik, ekonomi, sosial dan militer.
Pada tahun 1969 istila Ketahanan Nasiona, yang dirumuskan sebagai : "Keuletan daya tahan
suatu bangsa mengandung kemampuan mengembangkan dan kekuatan nasional yang
ditujukan untuk menghadapi segala ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup
negara dan bangsa in indonesia".
kesadaran spektrum ini pada tahun 1972 diperluas menjadi hakekat ancaman, tantangan,
hambatan dan Gangguan (ATHG). saat itu konsepsi ketahanan nasional diperbarui dan
diartikan sebagai : "kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi
segala tantangan, ancaman, hambatandan gangguan baik yang datang dari luar maupun
dalam, yang langsung maupun tak langsungyang membahayakan identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan
nasional".
Dari sini kita mengnal konsep Ketahanan Nasional Indonesia, yakni tahun 1968, tahun 1969,
dan 1972. Pada tahun tahun selanjutnya konsepsi ketahanan nasiional dimasukan ke dalam
Garis Besar haluan Negara (GBHN), yakni mulai GBHN 1973 sampai GBHN 1998.
"KETAHANAN NASIONAL".
Ketahanan nasional itu terdiri dari 2 kata yaitu, ketahanan dan nasional. Ketahanan
adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas
berlangsung. Dan nasional itu adalah bersifat kebangsaan; berkenaan atau berasal dr bangsa
sendiri. Jadi, ketahanan nasional itu adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri
atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang
mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Sudut pandang terhadap konsepsi ketahanan nasional, yaitu : Ketahanan Nasional
sebagai suatu kondisi, Ketahanan Nasional sebagai sebuah pendekatan, metode atau cara
dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan negara, dan Ketahanan Nasional
sebagai suatu doktrin. 1. Ketahanan nasional sebagai suatu kondisi, Keadaan atau kondisi
ideal demikian memungkinkan suatu negara memiliki kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional sehingga mampu mengahadapi segala macam ancaman dan gangguan bagi
kelangsungan hidup bangsa yang bersangkutan. 2. Ketahanan nasional sebagai sebuah
pendekatan, metode atau cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya pembangunan
negara, Dalam hal pemikiran, pendekatan ini menggunakan pemikiran kesisteman (system
thinking). 3. Ketahanan nasional sebagai suatu doktrin, Ketahanan nasional merupakan salah
satu konsepsi khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan
penyelenggaraan bernegara.
Unsur – unsur ketahanan nasional itu ada 8 yaitu : Unsur penduduk, Unsur wilayah,
Unsur sumber daya alam, Unsur di bidang ideologi, Unsur di bidang politik, Unsur di bidang
ekonomi, Unsur di bidang sosial budaya, Unsur dibidang pertahanan dan keamanan. Sifat -
sifat dari ketahanan nasional itu sendiri ada Mandiri, Dinamis, Manunggal, Wibawa,
Konsultasi dan kerjasama.
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional itu adalah ketahanan nasional
berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasil sebagai landasan
ideal dan UUD sebagai landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
Dan Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar nasional perlu
dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak, dan pola kerja
dalam menyatukan langkah bangsa yang bersifat inter – regional (wilayah), inter – sektoral
maupun multi disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berfikir yang
terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan
timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita
nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada
hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional
disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan
rancangan program.
Konsepsi ketahanan nasional ada 6 yaitu : ketangguhan, keuletan, identitas, integritas,
ancaman, hambatan dan gangguan. Kalau kekuatan itu yang menyebabkan seseorang atau
sesuatu dapat bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
Kalau keuletan itu usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan
kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
Kalau identas itu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan.
Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh
wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya. Kalau integritas itu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu
bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.
Kalau ancaman itu hal/usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan dan
usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan politis.Kalau hambatan dan gangguan itu
hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri. Asas ketahanan nasional itu sendiri
ada 4 yaitu : 1. Asas kesejahtraan dan keamanan Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan wajib dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok. Dengan
demikian, kesejahteraan dan keamanan merupakan asa dalam sistem kehidupan nasional. 2.
Asas Mawas ke Dalam da Mawas ke LuarSistem kehidupan nasional merupakan perpaduan
segenap aspek kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Di samping itu, sistem kehidupan
nasional juga berinteraksi dengan linkungan sekelilingnya. 3. Asas kekeluargaan. Asas ini
bersikap keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung
jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Asas Komprehensif
Integral atau Menyeluruh Terpadu. Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek
kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi
dan selaras pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sifat,Bidang dan pendekatan Ketahanan Nasional
Sifat Ketahanan Nasional
1. Mandiri Maksudnya adalah percaya pads kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak
mudah menyerahkan.
2. Dinamis, artinya tidak tetap, naik turun, tergantung situasi dan kondisi bangsa dan negara
serta lingkungan strategisnya.
3. Wibawa. Semakin tinggi tingkat Ketahanan Nasional maka akan semakin tinggi wibawa
negara dan pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan nasional.
4. Konsultasi dan Kerjasama. Dimaksudkan adanya saling menghargai dengan mengandalkan
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
KETAHANAN NASIONAL DIBIDANG EKONOMI, PANGAN, POLITIK,
SOSIAL BUDAYA, HANKAM, KEAMANAN
Ketahanan Nasional dalam Aspek Ekonomi
Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan perekonomian
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi serta
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan
perekonomian bangsa dan negara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.Dan juga segala
sesuatu yang berkaitan dengan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Upaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup meliputi kegiatan produksi barang dan jasa serta
mendistribusikannya kepada konsumen atau pemakai.
Kegiatan produksi dalam perekonomian melibatkan factor-faktor produksi berupa:
a. Tenaga kerja,
b. Modal,
c. Teknologi,
e. Manajemen.
Ekonomi Indonesia
Pengelolaan dan pengembangan ekonomi Indonesia didasarkan pada pasal 33 UUD 1945
sebagai berikut :
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagai Negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.
c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
e. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Peranan Negara dalam system ekonomi kerakyatan sesuai dengan pasal 33 lebih
ditekankan bagi segi penataan kelembagaan melalui pembuatan peraturan perundang-
undangan. Penataan itu baik menyangkut cabang-cabang produksi yang menguasai hajat
hidup orang banyak, maupun sehubungan dengan pemanfaatan bumi, air, dan segala
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Tujuannya adalah untuk menjamin agar
kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang,
dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang yang memungkinkan
ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang berkuasa.
Ketahanan ekonomi nasional merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan banyak
dimensi. Dimensi-dimensi itu meliputi :
a. Stabilitas ekonomi,
Bencana alam seperti banjir dan musim kering yang hanya dikuasai dengan pengendalian
sungai dan banjir.
Struktur ekonomi agraris merupakan tekanan berat atas areal tanah dan lingkungan
dengan konsekuensi social yang amat luas.
Negara yang tidak mempunyai kekayaan alam sangat tergantung kepada impor bahan
baku yang banyak memerlukan devisa sehingga perkembangan industrinya lamban.
b. Tenaga kerja
Pertambahan penduduk yang cepat bisa menguntungkan, karena persediaan tenaga kerja yang
cukup, namun harus disertai dengan peningkatan keterampilan teknologis dan perluasan
kesempatan kerja. Apabila kebijaksanaan ini ditempuh maka akan menimbulkan
pengangguran kelihatan atau tak kelihatan.
Transmigrasi,
Keluarga berencana,
c. Faktor modal
Modal dapat diperoleh dari tabungan, pajak, reinvestasi perusahaan, pendapatan ekspor dan
modal asing. Negara berkembang menghadapi kekurangan modal dan pemupukan modal
dalam negeri terbatas, misalnya disebabkan :
Untuk mengurangi masalah ekonomi dalam bidang modal perlu ditempuh strategi
pembangunan yang bertujuan:
Peningkatan produksi barang dan jasa untuk konsumsi dalam negeri dan untuk ekspor
barang setengah jadi dan barang jadi,
Pembinaan permodalan bagi pengusaha golongan ekonomi lemah.
d. Faktor teknologi
Penggunaan teknologi memerlukan pertimbangan-pertimbangan, misalnya:
Melebarnya jurang pemisah antara Negara maju dengan Negara berkembang, kerena
pertumbuhan ekonomi yang tidak sama.
Akibat perkembangan tersebut ialah berupa kemerosotan harga bahan ekspor tradisional
dan menurunkan hasil produksi Negara berkembang.
Makin tinggi kapasitas produksi dan volume ekspor Negara industri, makin mudah
keadaan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan pasaran internasional.
g. Faktor manajemen
Dalam pencapaian tingkat ketahanan Ekonomi yang diinginkan pun banyak memerlukan
pembinaan, diantaranya seperti :
Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan sistem free fight liberalism, etatisme dan
monopolistis.
Pembangunan ekonomi memotivasi serta mendorong peran serta masyarakat secara aktif
Dampak dari pengaruh ketahanan nasional dalam bidang Ekonomi itu pun banyak
mengundang pertanyaan dari berbagai kalangan masyrakat. Misalnya Naiknya harga BBM,
dimana Pemerintah merencanakan akan menaikkan harga BBM pada tanggal 1 April 2012,
yang banyak membuat masyarakat semakin merasa resah atas keputusan tersebut, unjuk rasa
dan protes pun banyak dilakukan.
Kebanyakan unjuk rasa tersebut dilakukan dari kalangan menengah bawah dan
masyarakat tidak mampu seperti buruh,petani,nelayan pedagang hingga mahasiwa. Mereka
menuturkan bahwa pihak yang paling menderita dengan kenaikan harga BBM ini adalah
rakyat kecil karena kemampuan memenuhi kebutuhan hidup akan semakin sulit.
Ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan upaya manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Bagi suatu Negara, ekonomi tidak kalah pentingnya dengan
kelangsungan hidup suatu Negara itu sendiri. Negara dapat dikatakan sebagai Negara maju
jika perekonomian Negara tersebut baik, dalam pengertian bahwa kegiatan produksi dalam
perekonomian yang melibatkan beberapa faktor seperti tenaga kerja, modal, teknologi,
sumber daya alam, dan manajemenpun juga baik.
Bagi ketahanan nasional, aspek ekonomi juga merupakan hal yang sangat penting karena
dengan ekonomi yang stabil akan perpengaruh positif terhadap ketahanan nasional suatu
Negara. Perekonomian merupakan salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi
barang dan jasa. Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu
maupun kelompok serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan.
Oleh karena itulah aspek ekonomi sangat berpengaruh karena terlibat langsung dengan
masyarakat. Sebagai contoh adalah ketahanan nasional dalam bidang pangan. Dengan
ekonomi yang baik tentu saja suatu Negara tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
pangan warga negaranya. Kelaparan tidak akan terjadi dan kemiskinan perlahan dapat
berkurang. Selain itu suatu Negara akan sangat mudah menerapkan suatu teknologi baru
terhadap sistem pertanian mereka jika Negara tersebut sehat perekonomiannya.
Aspek lain yang juga terpengaruh jika suatu Negara mempunyai perekonomian yang baik
adalah aspek pendidikan. Honor guru akan pantas sehingga kinerjanya meningkat yang
berakibat pendidikan di Indonesia juga meningkat. Taraf kecerdasan masyarakat Indonesia
akan meningkat yang berarti bahwa SDMnya pun akan baik. Jika suatu Negara mempunyai
SDM yang baik tentu ketahanan nasionalnya akan kuat. Lapangan pekerjaan akan bertambah
sehingga pengangguranpun berkurang.
Pertahanan juga merupakan aspek yang tidak kalah penting bagi ketahanan nasional. Bagi
negera-negara di dunia, aspek ini merupakan yang banyak menyedot anggaran Negara karena
begitu pentingnya. Pembelian alutsista misalnya, merupakan cara bagi suatu Negara
memperkuat pertahanan mereka. Tidak bisa dipungkiri bagi Indonesia yang merupakan
Negara kepulauan sangat rentan terhadap serangan-serangan yang mengancam kesatuan
NKRI. Oleh karena itulah kekuatan pertahanan nasional sangat diperlukan. TNI-AD, TNI-AL
dan TNI-AU merupakan ujung tombak kita dalam menghalau kejadian yang tidak diinginkan.
Sehingga perlu perekonomian yang kuat dan stabil untuk bisa merealisasikannya.
Pada tingkat nasional, ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa
untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak,
aman; dan didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber
daya lokal.
Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Hal ini
dipandang strategis karena tidak ada negara yang mampu membangun perekonomian tanpa
menyelesaikan terlebih dahulu masalah pangannya.
Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 7 tahun 1996
yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 aspek yang harus dipenuhi untuk mencapai
kondisi ketahanan pangan yaitu :
1. Aspek ketersediaan pangan (Food Availability) : yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah
yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari
produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini
diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang
dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.
2. Aspek Akses Pangan (Food Acces) : yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu
dengan sumberdaya yang dimiliki untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan
gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian atupun melalui
bantuan pangan. Akses rumah tangga dari individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan
social. Akses ekonomi tergantung pada, pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik
menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan akses social
menyangkut tentang referensi pangan.
3. Aspek Penyerapan Pangan (Food Utilazation) : yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan
hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan.
Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan rumah tangga/individu
sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas kesehatan, serta penyuluahan gizi dan pemeliharaan
balita. Penyerapan pangan / konsumsi terkait dengan kualitas dan keamanan jenis pangan
yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi. Ukuran kualitas pangan seperti ini sulit
dilakukan karena melibatkan berbagai jenis makanan dengan kandungan gizi yang berbeda-
beda, sehingga ukuran keamanan hanya dilihat dari ada atau tidaknya bahan makanan yang
mengandung protein hewani dan/atau nabati yang dikonsumsi dalam rumah tangga.
4. Aspek Stabilitas : merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi dalam
kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan sementara. Kerawanan pangan kronis
adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan
kerawanan pangan sementara adalah kerawanan pangan yang terjadi sementara yang
diakibatkan Karena masalah kekeringan, banjir, bencana, maupun konflik social. Jika dilihat
di tingkat rumah tangga diukur berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekwensi
makan anggota rumah tangga. Satu rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas ketersediaan
pangan jika mempunyai ketersediaan pangan di atas cutting point (240 hari untuk provinsi
lampung dan 360 hari untuk Provinsi NTT) dan anggota rumah tangga dan makan 3 (tiga)
kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut. Dengan asusmsi di
daerah tertentu masyarakat mempunyai kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari. Frekwensi
makan sebenarnya dapat menggambarkan keberlanjutan ketersediaan pangan dalam rumah
tangga. Dalam satu rumah tangga, salah satu cara untuk mempertahankan ketersediaan
pangan daam jangka waktu tertentu adalah mengurangi frekwensi makan atau
mengkominasikan bahan makanan pokok misal (beras dengan umbi kayu).
Apabila salah satu aspek tersebut tidak terpenuhi maka suatu Negara belum dapat
dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang cukup baik. Walaupun pangan tersedia cukup
di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi pangannya tidak
merata, maka ketahan pangan masih dikatakan rapuh.
PENGARUH ASPEK POLITIK
Politik berasal dari kata politics dan atau policy yang berarti kekuasaan
(pemerintahan) atau kebijaksanaan.
Politik di Indonesia:
1. DalamNegeri
Adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 yang
mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam satu system
yang unsur-unsurnya:
a. StrukturPolitik
b. ProsesPolitik
c. BudayaPolitik
d. KomunikasiPolitik
2. LuarNegeri
Aktif = Indonesia dalam percayuran internasional tidak bersifat reaktif dan tidak menjadi
obyek, tetapi berperan atas dasar cita-citanya.
Ketahanan pada aspek politik dalam negeri = Sistem pemerintahan yang berdasarkan
hukum, mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat. Kepemimpinan
nasional yang mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam masyarakat
Budaya = Sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta rasa dan karsa
yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung
penggerak kehidupan.
Dalam setiap kebudayaan daerah terdapat nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi
oleh budaya asing (local genuis). Local genuis itulah pangkal segala kemampuan budaya
daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kekeluargaan
Kerakyatan
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan sosial budaya bangsa
yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan
sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
Wujud ketahanan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal bangsa yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara
stabilitas pertahanan keamanan negara (Hankamneg) yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan
menangkal segala bentuk ancaman.
Struktur kekuatan
Tingkat kemampuan
Gelar kekuatan
1. Ancaman
2. Misi
3. Kewilayahan
4. Politik
Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luar dan menjadi tanggung jawab
TNI. Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi
tanggung jawab Polri.
TNI dapat dilibatkan untuk ikut menangani masalah keamanan apabila diminta atau Polri
sudah tidak mampu lagi karena eskalasi ancaman yang meningkat ke keadaan darurat.
Secara geografis ancaman dari luar akan menggunakan wilayah laut dan udara untuk
memasuki wilayah Indonesia (initial point). Oleh karena itu pembangunan postur kekuatan
pertahanan keamanan masa depan perlu diarahkan kepada pembangunan kekuatan pertahanan
keamanan secara proporsional dan seimbang antara unsur-unsur utama.
Kekuatan Pertahanan = AD, AL, AU. Dan unsur utama Keamanan = Polri. Gejolak dalam
negeri harus diwaspadai karena tidak menutup kemungkinan mengundang campur tangan
asing (link up) dengan alasan-alasan:
Menegakkan HAM
Demokrasi
Penegakan hokum
Lingkungan hidup
1. Perlawanan bersenjata = TNI, Polri, Ratih (rakyat terlatih) sebagai fungsi perlawanan
rakyat.
2. Perlawanan tidak bersenjata = Ratih sebagai fungsi dari TIBUM, KAMRA, LINMAS
3. Komponen pendukung = Sumber daya nasional sarana dan prasarana serta perlindungan
masyarakat terhadap bencana perang.
7. TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang berpedoman pada Sapta Marga.
8. Polri sebagai kekuatan inti KAMTIBMAS berpedoman pada Tri Brata dan Catur Prasetya
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatutitik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruhdunia.
Ketahanan Nasional sangatlah penting dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara karena
Ketahanan Nasional merupakan kemampuan suatu bangsa dan negara untuk mempertahankan
persatuan dan kesatuan bangsa guna dapat mencapai kesejahteraan bangsa dan melanjutkan
pembangunan yang berkesinambungan.
Ketahanan Nasional sangat dipengaruhi oleh Ketahanan dan Kestabilan dalam bidang:
• Politik
• Ekonomi
• Sosial Budaya
• Pertahanan Keamanan Nasional
Ketahanan dan Kestabilan Politik:
Iklim Politik yang mendukung terciptanya kestabilan politik sangat diperlukan dalam
mencapai terwujudnya ketahanan nasional.
Untuk itu diperlukan dukungan yang kuat dalam bentuk:
• pemerintahan yang bersih (clean and good governance), dengan tingkat legitimasi dan
kredibilitas yang tinggi.
• terselenggaranya system yang transparan dan iklim demokrasi yang sehat.
Ketahanan dan Kestabilan Ekonomi:
• Diperlukan dukungan dalam bentuk sistem perekonomian yang kuat dan bertumpu pada
ketahanan dan kemampuan bangsa sendiri, baik dalam hal sumber daya alam maupun sumber
daya manusia yang berkualitas (resource based) sehingga tidak mudah goyah oleh gejolak
yang bersifat internal maupun eksternal.
• Kekuatan dan kestabilan sistem perekonomian dapat terbentuk dengan adanya sistem dan
pelaksanaan yang baik dalam sektor moneter maupun riil dalam bentuk kebijakan moneter
maupun kebijakan fiskal yang membangun.
Ketahanan dan Kestabilan Sosial Budaya:
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
- Nilai-nilai yang ditanamkan dan diyakini oleh masyarakat maupun system sosial – budaya
yang diciptakan oleh pemerintah.
- Tingkat pendidikan masyarakat, untuk terciptanya tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
merupakan faktor yang sangat penting agar masyarakat tidak rentan, memiliki daya tahan
dalam menghadapi setiap gejolak serta memiliki kemampuan untuk berusaha dan bertumpu
di atas kekuatan lokal dan keunggulannya sendiri.
Kestabilan Pertahanan dan Keamanan Nasional (HanKamNas):
• System Pertahanan dan Keamanan Nasional yang kuat dan dijalankan dengan benar, dengan
keberpihakan pada kepentingan seluruh rakyat sangat penting untuk memberikan jaminan
rasa aman, khususnya untuk menjalankan kegiatan perekonomian atau usaha bagi seluruh
masyarakat sebagaimana telah dicanangkan dari awal berdirinya republik tercinta ini
(khususnya tercantum dalam UUD ’45).
• Pada akhirnya jaminan rasa aman ini akan menjamin kelancaran roda perekonomian guna
mewujudkan kesejahteraan bangsa.
B.PEMBAHASAN
Permasalahan yang Dihadapi dan Dampaknya pada Ketahanan Nasional dan
Akar Permasalahan Penyebab Timbulnya Krisis dan Rentannya Ketahanan Nasional
Krisis yang telah berkepanjangan di Indonesia terjadi sebagai akibat dari kombinasi dan
akumulasi gejolak eksternal yang berdampak penularan (contagion effect) pada segala
struktur maupun tatanan system dalam negeri. Berawal dari gejolak pasar uang yang sangat
hebat berakibat pada krisis yang sangat mendalam di berbagai sektor.
Pada dasarnya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia merupakan akibat dari:
• besarnya keinginan untuk menguasai pasar global tanpa dukungan infrastruktur teknologi
serta sistem manajemen (pengelolaan sumber daya) yang kuat.
• cepatnya proses integrasi dunia usaha / perekonomian Indonesia ke dalam perekonomian
global, tanpa pembangunan fondasi yang kokoh
• lemahnya dukungan instrumen kelembagaan yang efisien serta tertata baik
• kurangnya penguasaan di bidang infrastruktur teknologi industri yang tepat guna, yang
mengandalkan keunggulan lokal.
• lemahnya akses pada jalur informasi global.
• lemahnya struktur pendanaan pada dunia usaha.
• lemahnya sistem pendidikan yang belum membuat masyarakat memiliki kemampuan dan
kemandirian.
• lemahnya struktur industri, sehingga masih sangat tergantung pada negara lain, baik dalam
hal impor bahan dasar, penguasaan teknologi maupun proses produksi.
• lemahnya daya saing, karena kurangnya penguasaan yang dapat menciptakan produk
unggulan.
• lemahnya akses pasar global.
• kurang optimalnya pemanfaatan sumber daya, (sumber daya manusia maupun sumber daya
alam).
• lemahnya tata pelaksanaan dan lembaga hukum.
Dampak Krisis Pada Ketahanan Nasional
• depresiasi Rupiah sebagai akibat dari gejolak pasar uang yang bersifat eksternal telah
menciptakan suatu kondisi stagflasi dan instabilitas pada perekonomian Indonesia.
• depresiasi nilai tukar rupiah yang sangat tajam berdampak pada turunnya tingkat
kepercayaan pada mata uang rupiah.
• penerapan tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan dapat mengembalikan stabilitas nilai
mata uang rupiah telah membuat turunnya kinerja dan bahkan tingkat likuiditas perbankan
nasional sebagai akibat dari lemahnya sistem perbankan.
• hal ini membuat “matinya” pergerakan sektor riil sebagai akibat dari menurunnya kegiatan
dunia usaha serta investasi secara drastis.
• krisis pada sektor riil telah menciptakan kepanikan pada tatanan masyarakat secara
keseluruhan yang belum ditunjang oleh taraf pendidikan yang memadai, serta penguasaan
akan akses jalur informasi membuat terciptanya krisis sosial.
• krisis sosial telah mengakibatkan meningkatnya kriminalitas dan kerusuhan sosial.
• dampak dari krisis sosial ini pada akhirnya juga telah mengakibatkan krisis kepercayaan
pada pemerintahan yang ada.
• krisis kepercayaan menimbulkan gejala disintegrasi di berbagai wilayah.
• berbagai kerusuhan sebagai akibat dari krisis sosial telah membuat turunnya tingkat
kepercayaan dari para investor, khususnya investor asing yang mengakibatkan larinya modal
usaha secara besar-besaran dari dalam negeri.
• meningkatnya kriminalitas yang tidak didukung oleh sistem pertahanan dan keamanan yang
baik membuat masyarakat tidak merasa mendapat jaminan rasa aman untuk melakukan
produktivitas mereka sehingga memperparah kondisi sektor riil.
Puncak krisis pada tahun 1998 maupun dampak krisis global sejak tahun 2008 telah
mengakibatkan:
- Tingginya tingkat inflasi
- Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional yang bergerak ke bilangan negatif
- Defisit transaksi berjalan
- Tingkat pengangguran meningkat tajam
- Meningkatnya angka putus sekolah.
- Meningkatnya masalah kesehatan serta menurunnya harapan hidup masyarakat.
Belajar dari Krisis
Belajar dari krisis yang berkepanjangan telah semakin membuktikan bahwa Ketahanan
Nasional yang kuat sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan kesejahteraan dan
pembangunan suatu bangsa dan negara.
Beberapa faktor yang perlu ditingkatkan untuk memulihkan Ketahanan Nasional:
• Pengembangan sumber daya yang dimiliki dalam negeri (resource based), baik sumber daya
manusia maupun sumber daya alam dengan memberi perhatian jauh lebih besar pada sistem
pelatihan maupun pengembangan (R&D).
• Sistem pendidikan yang siap pakai dan memiliki keterkaitan dengan sektor industri yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, termasuk pengembangan sistem
pendidikan yang akrab teknologi informasi dari tingkat pendidikan terendah, serta
kemudahan akses pendidikan tinggi hingga ke jenjang pendidikan tinggi yang akan
meningkatkan daya saing sumber daya manusia.
• Penguasaan teknologi industri yang tepat guna dalam mendukung resource based industry.
• Penguasaan teknologi informasi dan akses ke jalur informasi.
• Struktur industri yang kuat dan menyeluruh dari hulu ke hilir, sehingga mampu mengurangi
tingkat ketergantungan pada luar negeri.
• Kesediaan lapangan kerja yang juga bertumpu pada sumber daya yang dimiliki (resource
based).
• Pelayanan Kesehatan yang baik bagi seluruh rakyat, merupakan kunci bagi berjalannya roda
perekonomian maupun pembangunan nasional.
• Sistem Pertahanan dan Keamanan yang berpihak pada kepentingan masyarakat banyak,
yang dapat memberikan jaminan rasa aman bagi masyarakat dalam menjalankan roda
perekonomian.
• Sistem Pemerintahan yang efisien dan kredibel dalam menjalankan fungsinya.
• Sistem perekonomian yang transparan dengan memanfaatkan jalur akses ke pasar global
maupun ke seluruh sumber daya yang diperlukan secara lebih efisien (multi source).
• Sistem sosial politik yang transparan dan bersih melalui pelaksanaan sistem demokrasi.
• Alur Pengeluaran Pemerintah dalam bentuk subsidi yang transparan pada sektor-sektor yang
tepat guna.
• Peran perusahaan-perusahaan swasta yang lebih besar dalam peningkatan perekonomian
Indonesia.
• Sistem pendanaan dunia usaha yang tidak bertumpu pada pemilikan modal satu pihak
ataupun hutang luar negeri, namun dengan memanfaatkan akses pendanaan dalam bentuk
aliansi atau penyertaan modal yang akan mengurangi risiko serta kerentanaan bidang usaha
terhadap gejolak.
• Sistem pendistribusian dan akses pasar internasional yang lebih baik.
Peran IPTEK Dalam Membangun Ketahanan Nasional
Penguasaan suatu bangsa akan ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak diperlukan karena
dapat:
• Merupakan aset penting dalam pengembangan sektor perekonomian.
• Meningkatkan kualitas dan nilai sumber daya manusia di pasar tenaga kerja.
• Meningkatkan keunggulan daya saing produk dan jasa yang ditawarkan di pasar global.
• Meningkatkan nilai investasi suatu negara di pasar internasional.
• Membangun struktur industri nasional yang kuat.
• Meningkatkan nilai usaha di masa mendatang (future value) pada pasar saham.
• Membangun sistem perekonomian yang efisien tanpa adanya ekonomi biaya tinggi.
• Membangun akses pasar global yang efisien bagi setiap produk dan jasa dalam negeri.
• Mengurangi tingkat ketergantungan pada negara lain dengan menciptakan tingkat
persamaan keberdayaan yang lebih seimbang (balance equality).
• Meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat daya tahan bangsa.
Teknologi Utama penunjang industri dalam negeri yang perlu dikembangkan:
• Teknologi telekomunikasi – informasi.
• Teknologi penunjang industri yang bertumpu pada sumber daya yang dimiliki yang
berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Arti Penting Teknologi Telekomunikasi – Informasi:
• Penunjang sistem pendidikan yang sesuai bagi negara kesatuan Indonesia yang berbentuk
kepulauan.
• Penunjang terlaksananya sistem informasi yang transparan dalam segala aspek bernegara.
• Memperbesar peluang implementasi sistem multi resource bagi dunia usaha / industri untuk
menghilangkan dampak ekonomi biaya tinggi.
• Membuka kesempatan akses ke pasar global bagi komoditas unggulan Indonesia secara
lebih efektif dan efisien, melalui pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT).
• Membuka peluang bagi sistem pendanaan dunia usaha yang lebih efisien serta beresiko
rendah (low risk).
• Mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya masyarakat ke arah tatanan masyarakat yang lebih
modern, berwawasan luas dan dinamis.
• Menjadikan informasi lebih bernilai guna bagi masyarakat.
Teknologi Industri yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan:
• Teknologi pertanian dan peternakan yang modern dan handal, untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dalam negeri serta meningkatkan daya saing dan daya jual di pasar internasional,
seperti bio-teknologi yang ramah lingkungan.
• Teknologi pengolahan hasil hutan.
• Teknologi pengolahan minyak bumi dan gas alam.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bidang penguasaan IPTEK:
• Menunjang industri yang realistis, bertumpu pada sumber daya yang dimiliki (resource
based).
• Memberikan nilai tambah yang tinggi (high added value) bagi setiap produk dan jasa yang
dihasilkan.
• Memberi keunggulan daya saing bagi setiap produk dan jasa yang dihasilkan.
• Mengurangi tingkat ekonomi biaya tinggi dalam proses produksi.
• Ramah lingkungan.
Faktor penunjang implementasi IPTEK dalam membangun ketahanan nasional:
• Kebijakan pemerintah yang mendukung di segala sektor.
• Sistem / suasana yang kondusif bagi berkembangnya industri yang berdasarkan pada
penguasaan teknologi, seperti industri telekomunikasi – informasi.
• Kebijakan dan subsidi di bidang pendidikan yang akrab dengan teknologi informasi guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
• Dukungan pemerintah pada pemberdayaan sektor perdagangan internasional yang efisien.
• Program pembudayaan sarana media informasi maupun pemanfaatan teknologi
telekomunikasi untuk lebih memberdayakan masyarakat.
• Dorongan pemerintah untuk merangsang sektor swasta lebih mengembangkan sistem
pelatihan, penelitian dan pengembangan (R&D), seperti dalam bentuk pemberian intensif
atau keringanan pajak bagi sektor swasta yang menanamkan investasi yang cukup besar di
bidang R&D.
• Peran sektor swasta dalam mengembangkan bidang R&D serta memberikan masukan bagi
kebijakan pemerintah.
Upaya Bangkit dari Krisis
Tidak mudah untuk memulihkan kondisi bangsa dan negara dari krisis yang berkepanjangan.
Era Globalisasi dapat mempercepat upaya bangkit dari krisis karena:
• Terbukanya peluang pasar yang sangat besar bagi setiap produk dan jasa dalam negeri yang
memiliki keunggulan daya saing dan nilai tambah yang tinggi.
• Terbukanya akses ke pasar global melalui pengusaan teknologi telekomunikasi – informasi
yang berkembang pesat.
• Terbukanya peluang yang lebih besar untuk sistem pendanaan maupun akses ke sumber
daya (multi resource) yang lebih efisien serta berisiko rendah.
Beberapa upaya yang diperlukan untuk dapat segera bangkit dari Krisis:
• Skala prioritas pada sektor-sektor maupun industri-industri tertentu yang tepat guna,
bertumpu pada sumber daya yang dimiliki serta memberi nilai tambah yang tinggi (high
added value).
• Kebijakan-kebijakan yang menunjang tingkat pertumbuhan perekomonian serta menjamin
berlangsungnya laju pembangunan dan pertumbuhan nasional, baik dalam bentuk kebijakan
moneter, fiskal maupun kebijakan sektor riil, termasuk iklim usaha yang kondusif.
• Sistem pelaksanaan dan pengawasan yang transparan dalam segala sektor untuk menjamin
kestabilan kondisi dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Memanfaatkan era globalisasi sebagai momentum yang tepat untuk segera bangkit dari
krisis dengan memanfaatkan akses ke pasar internasional.
Bangkitnya Perekonomian dan Ketahanan Nasional
• Tingkat kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah serta pada pemerintahan mulai
pulih.
•Ditandai dengan:
- menurunnya tingkat laju inflasi
- menurunnya tingkat suku bunga yang membangkitkan kembali gairah kegiatan
perekonomian.
- nilai mata uang rupiah yang berangsur relatif stabil
- tingkat pertumbuhan yang beranjak
Langkah Strategis Untuk Menjamin Ketahanan Nasional
Sektor-sektor yang perlu mendapat prioritas dan perhatian utama:
• Sektor pendidikan yang akrab dengan teknologi informasi.
• Sektor Kesehatan. Tingginya tingkat harapan hidup sangat diperlukan untuk menunjang
produktivitas dan tingkat kemampuan masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian
bangsa.
• Sektor Kesejahteraan Rakyat. Hal ini dapat ditunjang dengan pemberian subsidi pada
sektor-sektor yang tepat guna seperti sektor pendidikan, kesehatan dan penelitian maupun
pengembangan infrastruktur yang berdampak langsung bagi pengingkatan kesejahteraan
rakyat.
• Sektor Industri penunjang kesejahteraan rakyat yang bertumpu pada sumber daya yang
dimiliki (resource based industry) serta penguasaan teknologi tinggi.
Langkah-langkah Strategis Bisnis dalam upaya menjaga dan menjamin ketahanan nasional:
• Menjaga kestabilan moneter.
• Menjalankan kebijakan-kebijakan yang tepat baik dalam sektor moneter, fiskal maupun
sektor riil yang menunjang pulihnya perekonomian bangsa.
• Menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan sistem persaingan yang sehat dalam dunia
industri strategis untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional.
• Meningkatkan kemampuan manajemen para pelaku usaha dalam menjalankan dunia usaha.
• Membudayakan etika bisnis serta membenahi perangkat hukum dalam menjamin kepastian
berusaha di Indonesia, khususnya bagi para investor asing.
• Memfokuskan pengeluaran pemerintah (subsidi) pada sektor-sektor yang tepat guna.
• Meningkatkan kemampuan dalam bidang penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) yang dapat menunjang pengembangan resourced based industry.
• Mengembangkan jaringan infrastuktur yang baik untuk menunjang pengembangan
resourced based industry.
• Mengembangkan kebijakan yang mendukung maupun jaringan telekomunikasi informasi
untuk memperluas dan mempermudah akses pasar global bagi peningkatan daya saing
Indonesia.
Langkah-langkah strategis guna mengurangi tingkat ketergantungan perekonomian Indonesia
pada luar negeri:
• mengembangkan resourced based industry yang memiliki keunggulan teknologi serta
meningkatkan daya saing komoditas ekspor untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada
komponen impor, guna menghindari defisit transaksi berjalan
• Membuka lapangan kerja untuk mengurangi larinya tenaga kerja terampil dan berkualitas di
Indonesia ke luar negeri.
• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang penguasaan IPTEK, beralih dari
teknologi perakitan ke teknologi manufaktur – produksi.
• Meningkatkan kebijakan yang mendukung pengembangan bidang pelatihan, penelitian dan
pengembangan (R&D), khususnya pada pengembangan dan penguasaan teknologi yang tepat
guna yang dapat mendukung resource based industry, guna memperkuat industri nasional.
Saat ini Indonesia termasuk negara yang sangat sedikit membelanjakan pendapatannya di
bidang pengembangan dan penelitian (hanya 0,25 % dari GNP) di bandingkan dengan
negara-negara ASEAN maupun ASIA lainnya, seperti Malaysia (0,70 % dari GNP), Korea
(1,5 %) dan Jepang (3,2 %).
• Mengatur kebijakan dan peraturan yang mendukung pengembangan industri telekomunikasi
– informasi serta perdagangan internasional yang efisien.
• Mengurangi tingkat ketergantungan pada hutang luar negeri dengan melakukan sistem
pendanaan yang tidak bertumpu pada kepemilikan satu pihak dan yang beresiko rendah.
• Membuka akses penguasaan sumber daya produksi maupun pasar global yang efisien.
• Membudayakan penggunaan sistem informasi untuk meningkatkan efisiensi sektor
perdagangan di masyarakat, melalui pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi
(ICT) dengan harga yang terjangkau.
• Menyediakan sarana-sarana informasi yang terjangkau bagi masyarakat luas, khususnya
masyarakat bisnis, tanpa kecuali, bagi semua lapisan.
C.PENUTUP
Kesimpulan
Ketahanan Nasional sangatlah penting dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara karena
Ketahanan Nasional merupakan kemampuan suatu bangsa dan negara untuk mempertahankan
persatuan dan kesatuan bangsa guna dapat mencapai kesejahteraan bangsa dan melanjutkan
pembangunan yang berkesinambungan.
Ketahanan Nasional sangat dipengaruhi oleh Ketahanan dan Kestabilan dalam bidang:
• Politik
• Ekonomi
• Sosial Budaya
• Pertahanan Keamanan Nasional
Krisis yang telah berkepanjangan di Indonesia terjadi sebagai akibat dari kombinasi dan
akumulasi gejolak eksternal yang berdampak penularan (contagion effect) pada segala
struktur maupun tatanan system dalam negeri. Berawal dari gejolak pasar uang yang sangat
hebat berakibat pada krisis yang sangat mendalam di berbagai sektor.IPTEK juga sangat
berperan dalam pembangunan Ketahanan Nasional.
Tidak mudah untuk memulihkan kondisi bangsa dan negara dari krisis yang
berkepanjangan.Era Globalisasi dapat mempercepat upaya bangkit dari krisis karena
terbukanya peluang pasar yang sangat besar bagi setiap produk dan jasa dalam negeri yang
memiliki keunggulan daya saing dan nilai tambah yang tinggi,terbukanya akses ke pasar
global melalui pengusaan teknologi telekomunikasi – informasi yang berkembang
pesat,terbukanya peluang yang lebih besar untuk sistem pendanaan maupun akses ke sumber
daya (multi resource) yang lebih efisien serta berisiko rendah.Maka dari itu Pemerintah
melakukan berbagai upaya yang diperlukan untuk dapat bangkit dari krisis dan keterpurukan
yaitu salah satunya dengan membuat strategi-strategi untuk menjamin Ketahanan Nasional.
ketahan nasional adalah merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas
ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik
yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang
mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Di jaman Era Globalisasi ini segala sesuatu aspek kehidupan yang ada bersaing begitu
ketatnya. Dari mulai aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain-lain.
Seperti yang kita ketahui era globalisasi itu ditandai dengan adanya perdagangan bebas
dimana produk dari suatu negara dengan bebas dapat masuk dan di perjualbelikan di negara
lain. Kenyataan itu tentu menimbulkan tantangan bagi semua negara untuk mampu bersaing
dalam meningkatkan kualitas produk industrinya, bangsa Indonesia juga tidak terlepas dari
tantangan itu. Untuk mampu bersaing dengan negara lain. Tapi sayang sekali hal ini tidak
didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia, karena pada dasarnya mereka lebih tertarik
terhadap produk impor yang menurut mereka berkualitas dan tentu saja mempunyai nilai
prestise. Dari hal ini juga bisa kita lihat betapa minimnya identitas perekonomian mengenai
perdagangan.
Padahal produk buatan Indonesia pun juga bisa bersaing dengan produk Luar negeri.
Walaupun terkadang sangat disayangkan sekali beberapa produk yang kita buat merupak
produk hasil contekan dengan produk luar negeri. Karena hal ini pun juga didukung dengan
keinginan masyarakat Indonesia yang ingin mempunyai produk import tersebut dengan harga
yang lebih murah.
Hal ini memang sangatlah memprihatinkan dimana masyarakat masih belum mempercayai
kualitas produk Indonesia karena kurangnya pemahaman kita terhadap ketahanan nasional.
Padahal jika kita sering membeli produk impor sama saja seperti kita mengasih
"makan"untuk orang luar negeri. Sedangkan negara kita saja masih banyak sekali yang harus
dibantu dibandingkan dengan mereka yang dominannya merupakan negara maju.
Jadi, mulai dari sekarang mari kita wujudkan ketahanan nasional dari kuatnya ketahanan
nasional dengan menjaga identitas sosial. Hal ini dapat kita mulai dari hal-hal sederhana yang
kita bisa lakukan sehari-hari, seperti berbicara bahasa Indonesia yang baik dengan benar.
Agar bisa menjauhkan kita dari efek negatif era globalisasi yang bisa menggoyahkan
Ketahanan Nasional.
E. MANAJEMEN KONFLIK
Hodge dan Anthony memberikan gambaran melalui berbagai metode penyelesaian
konflik.
Pertama, setiap orang menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat
diredan atau dipadamkan. Kedua, penyelesaian konflik denga menggunakan metode
penghalusan. Pihak-pihak yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan
bahasa cinta untuk memecahkan dan memulihkan hubungan yang bersifat perdamaian.
Ketiga, penyelesaian konflik dengan cara demokratis, artinya memberikan peluang kepada
masing-masing pihak uuntuk mengemukakakan pendapat dan memberikan keyakinan akan
kebenaran pendapatnya sehigga dapat diterima oleh kedua pihak.
Strategi penyelesaian konflik hendaknya perlu dipertimbangkan dengan matang.
Cribbin (1985) mengelaborasi terhadap tiga hal yaitu mulai yang paling tidak efektif, yang
efektif dan palig efektif. Strategi yang dipandangnya yang paling tidak efektif meliputi : (1)
paksaan, dengan paksaan mungki konflik bisa diselesaikan dengan cepat, namun dapat
menimbulkan reaksi negative. (2) penundaan, yang mengakibatkan penyelesaiaan konflik
menjadi berlarut-larut. (3) bujukan, bisa berakibat secara psikologis, dimana orangg akan
kebal dengan bujukann sehingga perselisihan akan semakin tajam. (4) Koalisi, yaitu suatu
bentuk persekutuan untuk mengendalikan konflik. Stategi ini memaksakan orang uuntuk
memihak, yang pada gilirannya bisa menambah kadar konflik menjadi sebuah perang. (5)
tawar-menawar distribusi, masing-masing pihak saling melepaskan beberapa hal penting
yang menjadi haknya.
Strategi yang dipandang efektif meliputi: (1) koeksistensi damai, yaitu penegndalian
konflik dengan tidak mengganggu dan saling merugikan. (2) mediasi atau pengantaraan, yaitu
menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta
tidak memihak.
Strategi yang dipandang paling efektif antara lain meliputi : (1) tujuan sekutu besar,
yaitu melibatkan pihak-pihak yang berkonflik kearah tujuan yang lebih besar dan kompleks.
(2) tawar-mmenawar integrative, yaitu menggiring pihak- pihak yang berkonflik untuk
berkonsentrasi pada kepentingan yang luas bukan kepentingan yang sempit.
Nasikun mengidentifikasi pengendalian konflik melalui tiga cara yaitu konsiliasi,
mediasi, dan perwasitan atau arbitrasi. Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi terwujud
melalui lembaga-lembaga tertentu yang diharapkan berfungsi secara efektif memenuhi empat
hal : (1) harus merupakan lembaga yang bersifat otoom dengan wewenang untuk mengambil
keputusan. (2) lembaga harus bersifat monopolistis. (3) lembaga harus mengikat kepentingan
pihak-pihak yang berkonflik. (4) lembaga tersebut harus bersifat demokratis.
Selain cara diatas, terdapat tiga macam pengendalian konflik diantaranya :
a. Konsiliasi
Merupakan bentuk pengendalian konflik yang utama. Pengendalian ini terwujud
melalui lembaga tertentu yang memungkinkan timbulnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan. Pada umumnya, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik. Terdapat empat
hal yang harus dipenuhi dalam konsiliasi diantaranya:
1. Lembaga harus bersifat otonom
2. Kebudayaan lembaga harus bersifat monopolitis
3. Peran lembaga harus mengikat kepentingan semua kelompok
4. Peran lembaga harus bersifat demokratis
b. Mediasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara membuat consensus di
antara dua pihak yang berkonflik untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral
sebagai mediator dalam penyaelesaian konflik. Pengendalian ini sangat efektif dan mampu
menjadi pengendalian konklik yang selalu digunakan oleh masyarakat. Misalnya, pada
konflik sara di Poso dimana pemerintah menjadi mediator dalam penyelesaian konflik
tersebut.
c. Arbitrasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak yang
bertentangan sepakat untuk menerima atau terpaksa hadirnya pihak ketiga yang memberikan
keputusan untuk menyelesaikan konflik.
Ketiga jenis pengendalian konflik diatas memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau
menghindari kemungkinan terjadinya konflik berkelanjutan dalam suatu masyarakat.