TEORI KONFLIK ADALAH SATU PERSPEKTIF DI DLM SOSIOLOGI YG MEMANDANG MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM SOSIAL YG TERDIRI DARI BAGIAN2 ATAU KOMPONEN2 YG MEMPUNYAI KEPENTINGAN YANG BERBEDA-BEDA DIMANA KOMPONEN YG SATU BERUSAHA UNTUK MENGUASAI KOMPONEN YG LAIN GUNA KEPENTINGANNYA. TEORI KONFLIK LAHIR SEBAGAI REAKSI TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL YANG KURANG MEMPERHATIKAN FENOMENA KONFLIK DI DLM MASYARAKAT. TEORI INI MEMPUNYAI AKAR DLM KARYA KARL MARX DI DLM TEORI SOSIOLOGI KLASIK. TEORI KONFLIK RALF GUSTAV DAHRENDORF (1 (MAY 1929 – 17 JUNE 2009) ASUMSI DASAR Masyarakat atau sistem sosial yang senantiasa berada dlm keadaan dinamis dan memiliki potensi konflik serta disintegrasi. Keteraturan dlm masyarakat terjadi karena karena adanya paksaan (koersi).
Setiap posisi sosial memiliki otoritas tersendiri
yang bukan ditentukan oleh individu, melainkan oleh posisi yg disandang seseorang TEORI KONFLIK DARI RALF DAHRENDORF
Teori konflik Dahrendorf sering disebut teori konflik
dialektik. Menurut Dahrendorf masyarakat memiliki dua wajah yaitu konflik dan konsensus.
Contoh 1: Si A yang terlibat konflik dengan si B tentu
sudah saling mengenal sebelumnya. Contoh 2. Indonesia yang pernah berperang lawan Belanda jaman dulu, sekarang sudah kerjasama dlm beberapa hal dengan Indonesia. INTI TEORI KONFLIK DAHRENDORF ADALAH DISTIBUSI KEKUASAAN YANG BERBEDA-BEDA MERUPAKAN FAKTOR YANG MENENTUKAN BAGI TERCIPTANYA KONFLIK YG SISTEMATIS
Menurut Dahrendorf, berbagai posisi yg ada di dlm
masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan tingkat yang berbeda-beda. Ada orang yg sangat kuasa dan ada yang tidak. Kekuasaan atau otoritas tidak melekat (intrinsik) pada diri pribadi individu atau kelompok, tetapi melekat pada posisi- posisi yang ditempati oleh individu atau kelompok tersebut. Menurut Dahrendorf, otoritas atau kekuasaan di suatu birokrasi atau perkumpulan bersifat dialektik.
Dalam setiap perkumpulan atau Kelompok
selalu ada menguasai dan dikuasai. Kelompok penguasa selalu berusaha melanggengkan kekuasaannya sedangkan yang dikuasai selalu berusaha untuk berkuasa. Konflik antara kedua kelompok itu adalak konflik yg tidk berujung pangkal (tidak berkesudahan) KONFLIK DAN PERUBAHAN SOSIAL Menurut Dahrendof, konflik mendorong terjadinya perubahan sosial. Dahrendorf mengatakan bahwa sekali kelompok2 yang bertentangan itu muncul, maka mrk akan terlibat kepada tindakan2 yang terarah kpd perubahan dlm struktur sosial. Jika konflik itu intensif, maka perubahan akan bersifat radikal. Jika konflik itu diwujudkan dlm bentuk kekerasan, maka perubahan struktural akan terjadi secara tiba-tiba. Kepentingan kelas obyektif yg ditentukan secara struktural yg tidak disadari oleh individu disebut oleh Dahrendorf sebagai kepentingan laten. Sebaliknya kepentingan kelas yg disadari oleh individu terutama kalau kepentingan itu dikejar sbg suatu tujuan disebut Dahrendorf sebagai kepentingan manifest. Pengaturan konflik - Secara otoriter - Secara demokratis. TIGA TIPE KELOMPOK SOSIAL: : Kelompok Semu (quasi group), adalah kumpulan beberapa individu yang memegang posisi dan kepentingan yang sama. Kelompok Kepentingan, adalah kelompok bentukan dari quasi group yang telah memiliki struktur, bentuk organisasi, tujuan perorangan, dan anggota yang jelas. Kelompok Konflik, adalah kelompok yang terlibat secara formal dengan konflik antar kelompok dalam sistem sosial tertentu TEORI KONFLIK LEWIS COOSER TEORI KONFLIK LEWIS COSER Teori konflik Lewis Coser sering disebut teori fungsionalisme konflik karena ia menekankan fungsi konflik bagi sistem sosial.
Dlm Bukunya “The Fungtions of Social
Conflicts” Coser memusatkan perhatiannya pada fungsi2 dari konflik. FUNGSI KONFLIK MENURUT COSER ADALAH: 1. Konflik dpt memperkuat solidaritas kelompok yg agak longgar. Dlm masyarakat yg terancam desintegrasinya, konflik dgn masyarakat lain bisa menjadi kekuatan yg mempersatukan. “Ganyang Malaysia”. Penciptaan label2 GPK, subversi 2. Konflik antar kelompok dapat menghasilkan solidaritas dengan kelompok lain pula. Contoh: Konflik Arab – Israel menyebabkan Israel mencari dukungan dari Amerika. 3. Konflik bisa menyebabkan anggota2 masyarakat yg terisolir menjadi berperan secara aktif. Contoh: Saat Reformasi banyak orang yang tampil sebaga tokoh dan pejuang padahal mereka tidak dikenal sebelumnya. 4. Konflik juga bisa berfungsi sebagai media komunikasi. 5. Konflik mempertegas batas-batas antara kelompok yang mengalami konflik. KONSEKWENSI DIPENDAMNYA KONFLIK
Dipendamnya konflik dapat menyebabkan putusnya
hubungan Mengelakkan konflik itu dari sumber yang sebenarnya Konflik realistik dan konflik non realistik Konflik realistik adalah konflik yang diarahkan ke obyek konflik itu. Konflik non realistik adalah konflik yang dibelokkan dari obyek konflik. Tindakan semacam ini merupakan katup pengaman agar sikap agresif atau permusuhan dapat diungkap dengan cara-cara yang tidak mengancam atau merusak solidaritas TEORI KONFLIK RANDAL COLLINS TEORI KONFLIK RANDAL COLLINS
Pekerjaan dan Hubungan otoritas
Collins menekankan bahwa pekerjaan (occupation) sebagai penentu utama terhadap posisi kelas seseorang. Pembagian pekerjaan merupakan penentu pembagian kekuasaan dlm pekerjaan. Kelompok paling atas adalah klp yang memberi perintah sedangkan yang paling bawah adalah kelompok yang paling banyak menerima perintah. DINAMIKA KELOMPOK STATUS Orang yang yang berada pada tingkat okupasional yang sama cenderung untuk menjadi tetangga dalam komunitas yang sama. Orang cenderung berinteraksi dengan orang yang memiliki pekerjaan yang sama. Kelompok status muncul dari usaha mereka yang memiliki sifat untuk saling memberikan dukungan sosial dan mempertahankan klaim statusnya melawan mereka yang berbeda. Beberepa karateristik yang menjadi relevan pembentukan status spt: seks, usia, kepentingan, etnis, tingkat pendidikan, tempat tinggal, kelompok keagamaan dll. BEBERAPA CONTOH PROPOSISI COLLINS Tentang pertemuan atau percakapan: Semakin banyak orang yang diperintah dan semakin tanpa syarat ketaatan yg dituntut, maka semakin dihormati dan semakin terkontrol perilaku non verbal seseorang. Tentang stratifikasi berdasarkan seks: Semakin besar konsentrasi kekuatan dlm rumah tangga (lebih daripada dlm bidang politik atau organisasi) semakin besar kekuasaan pria atas wanita dlm bidang pekerjaan kasar, sikap hormat ritual, dan standar moralitas. TEORI KONFLIK JONATHAN H TURNER TEORI KONFLIK JONATHAN TURNER Turner berusaha merumuskan kembali teori konflik, karena menemukan ada 3 masalah dlm teori konflik sebelumnya. 1.Tidak ada definisi yg jelas mengenai konflik, yakni apa yg termasuk dlm konflik dan apa yg tidak. 2.Teori konflik kelihatannya mengambang krn ia tdk menjelaskan unit analisa yg jelas misal level individu, kelompok, organisasi, kelas2, atau konflik antar bangsa. 3.Oleh krn ia lahir sbg reaksi struktural fungsionalisme, maka ia sulit melapaskan diri dari teori tersebut. Hal ini membuat ia jauh dari akarnya yaitu marxisme. TURNER MEMUSATKAN PERHATIANNYA PD KONFLIK SBG SUATU PROSES DR PERISTIWA2 YG MENGARAH KPD INTERAKSI YG DISERTAI KEKERASAN ANTARA DUA PIHAK ATAU LEBIH. Jonathan Turner menjelaskan 9 tahap menuju konflik terbuka. 1. Sistem sosial terdiri dr unit2 atau kelompok yg saling berhubungan satu sama lain. 2. Di dlm unit2 atau klp2 itu terdapat ketidak-seimbangan pembagian kekuasaan atau sumber2 penghasilan. 3. Unit2 atau klp2 yg tidak berkuasa atau tdk mendapat bagian dr sumber2 penghasilan mulai mempertanyakan sistem itu. 4. Pertanyaan atas legitimasi itu membawa mereka kpd kesadaran bahwa mrk hrs mengubah sistem alokasi kekuasaan atau sumber2 penghasilan itu demi kepentingan mereka 5. Kesadaran itu menyebabkan mrk secara emosional terpancing untuk marah. 6. Kemarahan tersebut sering kali meledak begitu saja atas cara yg tdk terorganisir 7. Keadaan demikian menyebabkan mereka semakin tegang. 8. Ketegangan yg semakin hebat menyebabkan mereka mencari jalan untuk mengorginisir diri guna melawan klp yg berkuasa. 9. Akhirnya konflik terbuka bisa terjadi antara klp yg berkuasa dan klp tdk berkuasa. Tingkatan kekerasan dlm konflik itu sangat bergantung pada kemampuan masing2 pihak yg bertikai untuk mendefinisikan kembali kepentingan mrk secara obyektif atau kemampuan masing2 pihak untuk menangani, mengatur, dan mengontrol konflik itu. Teori Konflik C. Wright Mills (1916-1962) Teori Konflik C. Wright Mills (1916-1962) Mills adalah seorang sosiolog Amerika yg berusaha menggabungkan perspektif konflik dgn kritik terhadap keteraturan sosial. Mills banyak dikritik krn karya2nya terlalu bersifat polemis dan menyerang klp2 tertentu. Mills percaya bahwa Amerika telah dibangun dlm sistem yg tidak bermoral. Mills sendiri tdk pernah ikut pemilu krn menganggap partai2 politik adalah penipu dan tidak rasional. Pandangan Mills mengenai Alienasi dan Birokrasi Mills mengecam kapitalisme dan birokrasi krn keduanya menyebabkan alienasi dlm diri pekerja atau karyawan di dlm proses pekerjaan dan di dlm hasil2 kerja mrk sendiri. Hal itu nampak terlihat dlm pekerja2 halus (White collar workers) spt pramuniaga yg kepribadiannya menjadi komiditi yg biasa dijual. Mills mengatakan bahwa semua pekerjaan yg melibatkan usaha penjualan, kepribadian, dan kekhasan seseorang menjadi bagian dari produksi dan hal tersebut menciptakan alienasi yg luar biasa. Menurut Mills lingkungan kerja yg terfragmentasi (terpila-pilah) menyebabkan mereka tdk mengerti bagaimana sesungguhnya masyarakat berkerja, dan Mills percaya bahwa pemerintah yg campur tangan akan menyebabkan rasa tidak aman dan nasib sial. Perkembangan struktur yg tersentralisasi tanpa nilai2 tradisional yg tertinggal dgn orang2 yang secara permanen cemas adalah sangat rapuh. Pandangan Mills Tentang Kekuasaan Kelompok Elit Kekuasaan didominasi oleh tiga kelompok elit yaitu pemerintah, militer, dan ekonomi. Kalau seseorang atau suatu kelompok sudah memiliki salah satunya, maka yang lain bisa di raih. Karena itu tidak mengherankan seorang militer bisa menjadi kapitalis sejati dan kpl pemerintahan bisa menerapkan gaya pemerintahan militer. Antara ketiga kelompok elit tersebut dipersatukan oleh kepentingan yang sama yaitu bagaiamana bisa berkuasa.