Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rio Martin

Nim : F1D020001

1. Dalam hubungan ini negara tidak identik baik dengan masyarakat politik maupun dengan
masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi. Perspektif ini merupakan sebuah kerangka anali-sis
konseptual yang lebih luas ketimbang dari ketiga perspektif terdahulu. Prespektif ini
menjelaskan bahwa mencoba memisahkan antara domain masyarakat sipil dari domain negara
atau masyarakat politik dan masyarakat ekonomi, jadi selama ini domain masyarakat politik
itu sama dengan negara. Termasuk didalamnya masyarakat ekonomi, prespektif ini
memisahkan masyarakat sipil itu seperti ada bagian bagian tersendiri. Negara tidak identik
sebagai masyarakat politik maupun dengan masyakat sipil dan masyarakat ekonomi, intinya
dipisah. Negara berelasi dengan empat masyarakt itu, selama ini bahawa yang terjadi negara
itu berhadapan dengan masyarakat sipil, namun berbeda dengan prespektif ini, yaitu
menekankan ada domain yang lebih luas ketimbang dari prespektif sebelumnya.
2. Istilah Masyarakat sipil atau Civil society merupakan sebuah konsep sistemik atau struktur
kemasyarakatan yang menjamin keadilan sosial bagi seluruh manusia. Konsep masyarakat
ideal ini selalu menjadi diskursus paling menarik ditengah-tengah pertarungan sengit
bermacam ideologi politik, ekonomi, maupun sosial yang ditawarkan oleh para pemikir sebagai
sebuah formulasi teoritis paling urgen dalam upaya pencapaian masyarakat adil dan sejahtera.
Hegel menyebut istilah civil society sebagai suatu konsep tentang ruang bebas dan terbuka
diluar keluarga atau rumah tangga, diluar stuktur organisasi negara serta diluar urusan bisnis.
Dalam perkembangannya menunjukkan bahwa istilah civil society berkembang sedemikian
cepat seiring dengan globalisasi dalam berbagai bidang termasuk perkembangan tekhnologi
informasi dan telekomunikasi.
Perkembangan Civil Society sangat cepat dan mengikuti arus perkembngan zaman. Sumber-
sumber kekuasaan tidak pernah terdistribusikan secara merata dalam setiap sistem politik. Hal
ini disebabkan karena kemampuan setiap orang itu bervariasi. Dalam masyarakat yang struktur
sosialnya masih sederhana, distribusi kepemilikan sumber-sumber relatif merata seperti
sumber kekuasaan masih sederhana, hubungan antara sesama dilandasi dengan prinsip
kekeluargaan. Ketika masyarakat berubah dan terjadi modernisasi maka terjadi kesenjangan.
Hubungan kekuasaan yang bersifat vertikal maka distribusi kekuasan tidak merata. Dalam
masyarakat yang maju, distribusi sumber kekuasaan ditentukan oleh susunan masyarakat,
tingkat perkembangan penduduk, telekomunikasi, tipe birokrasi dan tingkat, jenis dan realitas
pengadaan barang dan jasa.
Dari zaman orde lama sampai era reformasi saat ini, permasalahan perwujudan masyarakat
sipil di Indonesia selalu menunjukkan hal yang sama. Beberapa permasalahan yang bisa
menjadi hambatan sekaligus tantangan dalam mewujudkan masyarakat sipil ke depannya, yaitu
semakin berkembangnya orang miskin dan orang yang merasa miskin, LSM dan Partai politik
muncul bagaikan jamur yang tumbuh dimusim penghujan sehingga memungkinkan berbagai
ketidakjelasan, Perkembangan pers tumbuh sangat pesat dan semakin maju tetapi justru
“feminisme” masyarakat yang terjadi. Kaum cendekiawan semakin banyak tetapi cenderung
beriorentasi pada kekuasaan. Kemudian masyarakat masih merasa kurang percaya diri untuk
bersaing dena senantiasa merasa rendah diri.
3. Kelompok kepentingan (interest grup) adalah sejumlah orang yang memiliki kesamaan
tujuan dalam mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuannya. Kelompok
kepentingan juga seringkali bertujuan untuk memengaruhi keputusan politik, mencoba untuk
meyakinkan para pejabat publik untuk bertindak sesuai dengan suara atau kepentingan anggota
kelompoknya. Kelompok ini biasanya berbasis pada kesamaan profesi, tujuan anggotanya, dan
berorientasi pada kepentingan kelompok/anggota kelompok yang dinaungi. Contohnya ialah
organisasi serikat buruh, yang berusaha memberikan tekanan pada pemerintah agar mengambil
kebijakan yang berpihak pada kaum buruh seperti upah layak, perlindungan tenaga kerja dan
kenaikan UMP.
Kelompok penekan (pressure group) adalah sebuah kelompok yang mewakili sebuah
kepentingan yang mencoba mencapai tujuannya dengan menekan pemerintah. Kelompok
penekan berperan memberikan tekanan pada pemerintah dan berusaha mempengaruhi
kebijakannya. Perbedaannya dari kelompok kepentingan, kelompok penekan berorientasi pada
kepentingan masyarakat secara umum, tidak untuk kepentingan spesifik kelompok tersebut.
Kelompok ini biasanya ormas yang telah memiliki legitimasi kuat di masyarakat. Kelompok
penekan akan menggunakan serangkaian taktik yang luas untuk mencoba memengaruhi opini
publik namun tekanan yang paling utama tentu saja kepada pemerintah agar keinginannya
dapat diakomodasi oleh pemegang kekuasaan. Contohnya: Lembaga Swadaya Masyarakat
Pemuda Pancasila (PP) yang melakukan tuntutan Kepada seseorang individu yang itu
merupakan anggota Dewan untuk melalukan klarifikasi atas perbuatannya yang dirasa oleh
LSM tersebut melukai hatinya, dengan cara berdemo di depan kantor DPR dengan harapan
tujuannya tercapai, sering terjadi kelompok penekan memberikan dukungan kepada yang
mendapat simpati mereka.
4. Middle class sebagai gerakan people power untuk mempengaruhi kekuasaan pemerintah
adalah sebuah gerakan yang menguatkan partisipasi politik kelas menengah Indonesia dari
kelompok kepentingan (interest groups) menjadi kelompok penekan (pressure groups). Kelas
pada dasarnya adalah aktor penting dalam menggerakkan artikulasi, kepentingan dan ideologi
mereka secara aktif, baik dalam zaman kolonial maupun prakolonial. kelas sangatlah
memengaruhi struktur ekonomi-politik negara bersangkutan melalui kesadaran dan rasionalitas
politik mereka.
Salah satu wujud gerakan revolusi adalah People Power. People Power, berarti suatu gerakan
yang terdiri dari sekumpulan individu yang menggabungkan kekuatan demi mencapai tujuan
bersama dalam upaya penegakan kebebasan dan keadilan. Termasuk dalam gerakan politik dan
perubahan sosial yang menentang pihak otoritas sebagai pemegang kekuasaan. People Power
di Indonesia biasanya mengarah pada tuntutan kepentingan kelompok seperti aksi 212, tetapi
people power yang sesungguhnya itu terjadi pada tahun 98 yang dimana seluruh rakyat bersatu
padu. Rakyat, menginginkan sistem yang lebih egaliter dan aspiratif pada tahun 98. Untuk itu,
sasaran utama pergerakan yang dilakukan rakyat Indonesia adalah suksesi kepemimpin dan
melakukan pemilihan umum yang jujur dan adil.
Mundurnya Soeharto dianggap sebagai kemenangan gerakan people power yang diinisiasi oleh
kelompok kelas menengah. Namun, setelah itu politik kelas menengah menjadi apatis dan
apolitis kembali sebelum menemukan momentum kembali saat kampanye pemilu 2014 di
mana kelas menengah bertansformasi menjadi Relawan mendukung Jokowi menjadi
pemenang Pemilu presiden 2014. Terhadap tren fluktuatif yang berkembang dalam politik
kelas menengah Indonesia tersebut, kita bisa melihat bahwa derajat kesadaran politik sendiri
bergantung pada situasi dan kondisi yang memengaruhinya. Bilamana situasi sosial politik itu
cukup afirmatif untuk mendukung keberadaan kelas menengah tersebut, mereka tidak akan
bertransformasi menjadi kekuatan politik ekstra parlementer. Akan tetapi, bilamana kondisi
sosial politik nasional tidak mendukung keberadaan mereka, mereka akan menjelma sebagai
kekuatan politik.

Anda mungkin juga menyukai