Sosiologi
untuk SMA/MA Kelas XI
SMA/MA SOSIOLOGI
Bab Konflik Sosial
3
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan mampu:
menjelaskan konsep konflik sosial dan kekerasan,
1.
serta dampak yang ditimbulkan;
SMA/MA SOSIOLOGI
Perhatikan gambar berikut. Gambar
tersebut mengilustrasikan pertengkaran
anntarsiswa yang dilerai oleh seorang
siswa lain.
1. Apakah Anda pernah melihat atau
bahkan mengalami peristiwa seperti
ditunjukkan pada gambar?
2. Atau, apakah Anda pernah mengalami
peristiwa serupa di rumah?
3. Biasanya, hal apa saja yang
menyebabkan peristiwa itu terjadi?
4. Saat melihat atau mengalami peristiwa
tersebut, bagaimana cara Anda
menyelesaikan peristiwa tersebut?
SMA/MA SOSIOLOGI
A. Konflik Sosial
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Konflik dan Kekerasan
a. Konflik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan,
atau pertentangan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya.
Soerjono Soekanto menyebut konflik sebagai suatu proses sosial individu atau kelompok yang
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, yang disertai dengan ancaman
dan/atau kekerasan. Lewis A. Coser berpendapat bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai
nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud
menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat
konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan (oppositional
process).
Konflik lahir dari kenyataan akan adanya perbedaan-perbedaan, misalnya perbedaan ciri badaniah,
emosi, kebudayaan, kebutuhan, kepentingan, atau pola-pola perilaku antarindividu atau kelompok dalam
masyarakat.
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Konflik dan Kekerasan
b. Kekerasan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang
atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik
atau barang orang lain. Secara sosiologis, kekerasan umumnya terjadi saat individu atau kelompok yang
berinteraksi mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial dalam mencapai tujuan masing-masing.
Menurut N. J. Smelser, ada lima tahap dalam kerusuhan massal yang berlangsung secara kronologis
(berurutan), yaitu sebagai berikut.
1) Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan.
2) Tekanan sosial.
3) Berkembangnya perasaan kebencian.
4) Mobilisasi untuk beraksi.
5) Kontrol sosial.
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Konflik dan Kekerasan
Ada beberapa teori tentang kekerasan, antara lain sebagai berikut.
SMA/MA SOSIOLOGI
2. Faktor Penyebab Konflik Sosial
Leopold von Wiese dan Horward Becker mengemukakan empat faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
konflik dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Macam-Macam Konflik Sosial
Konflik dapat dibedakan berdasarkan dimensinya, yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik
vertikal adalah konflik yang terjadi antara elite (pemerintah, pengusaha, dan militer) dan massa (rakyat).
Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antaranggota (rakyat), seperti antarkelompok suku atau
antarras.
Berdasarkan bentuknya, Lewis A. Coser membedakan konflik ke dalam dua bentuk, yaitu konflik
realistis dan konflik nonrealistis.
a. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan tuntutan-
tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
b. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang
antagonistis (berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan
ketegangan.
Berdasarkan kedua bentuk konflik tersebut, Lewis A. Coser membedakan konflik menjadi konflik in-
group dan konflik out-group.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Macam-Macam Konflik Sosial
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Macam-Macam Konflik Sosial
Adapun dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan bentuk-bentuk konflik sebagai
berikut.
a. Konflik dengan orang tua sendiri e. Konflik di sekolah
Konflik ini muncul karena ketidakserasian Konflik di sekolah dapat berupa konflik akibat tidak
antara perilaku anak dan harapan orang tua dapat mengikuti pelajaran, tidak lulus ujian, konflik
sehingga timbul perbedaan pandangan. hubungan guru dan murid, serta kedudukan dalam
teman sebaya.
b. Konflik dengan anak-anak sendiri f. Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Konflik ini terjadi sebagai reaksi orang tua Konflik dalam pekerjaan dapat berupa konflik yang
atas perilaku anak yang tidak sesuai dengan timbul dari pekerjaan itu sendiri, seperti pekerjaan
harapan orang tua. membosankan atau terlalu berat.
SMA/MA SOSIOLOGI
4. Dampak Konflik dan Kekerasan
SMA/MA SOSIOLOGI
B. Penanganan Konflik Sosial
untuk Menciptakan Perdamaian
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Pencegahan Konflik
Pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik.
Pencegahan konflik merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat, baik individu, kelompok,
maupun pemerintah. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik dalam
masyarakat, antara lain sebagai berikut.
Mengakui persamaan derajat serta persamaan g Mengedepankan dialog antarkelompok
a. . masyarakat.
hak dan kewajiban asasi setiap manusia.
b Menghargai pendapat dan kebebasan orang lain. h
Menegakkan hukum tanpa diskriminasi.
. .
Mengembangkan sikap toleransi dan saling Membangun karakter bangsa serta melestarikan
c. i.
menghormati kebebasan menjalankan ibadah. nilai-nilai Pancasila dan kearifan lokal.
d Menghargai pendapat dan kebebasan orang lain.
j. Memelihara kondisi damai dalam masyarakat.
.
Mengembangkan rasa persatuan atas dasar Meredam potensi konflik dan membangun
e. k.
Bhinneka Tunggal Ika. sistem peringatan dini.
SMA/MA SOSIOLOGI
2. Resolusi Konflik
Resolusi merupakan bagian dari suatu pemecahan masalah. Apabila kita membahas resolusi konflik, kita harus
menganalisis suatu konflik agar dapat menentekuan faktor penyebabnya, akibat yang ditimbulkannya, dan
langkah pengelolaannya. Tujuannya agar kita dapat mencari alternatif resolusi konflik yang tepat serta
menyosialisasikan dan mengaplikasikannya ke dalam masyarakat.
Ada tiga syarat agar sebuah konflik tidak berakhir dengan kekerasan. Ketiga syarat tersebut adalah sebagai
berikut.
Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari adanya situasi konflik di antara
a. mereka. Dengan kesadaran tersebut, mereka akan berusaha melaksanakan prinsip-prinsip
keadilan secara jujur.
Pengendalian konflik tersebut hanya mungkin bisa dilakukan apabila berbagai kekuatan sosial
b. yang saling bertentangan terorganisasi dengan jelas. Jika tidak, pengendalian atas konflik sulit
dilakukan.
Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan main yang telah disepakati
c. bersama. Melalui aturan itu, setiap kelompok akan enggan berlaku tidak adil. Mereka meramalkan
tindakan-tindakan yang akan diambil oleh kelompok lain dan memantau munculnya pihak ketiga.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Manajemen Konflik
Pada umumnya, masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik di dalam
tubuhnya. Beberapa sosiolog menyebutnya sebagai katup penyelamat (safety value), yaitu suatu
mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik.
Menurut Georg Simmel, terdapat beberapa cara untuk mengendalikan atau menghentikan konflik,
yaitu sebagai berikut.
a. Kemenangan salah satu pihak atas pihak lainnya.
b. Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai.
c. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai.
d. Saling memaafkan atau salah satu pihak memaafkan pihak yang lain.
e. Kesepakatan untuk tidak berkonflik.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Manajemen Konflik
a. Kompromi b. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan usaha untuk
Kompromi (compromise) adalah kondisi mempertemukan keinginan-keinginan pihak
ketika pihak-pihak yang terlibat saling yang bertikai untuk mencapai suatu
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu kesepakatan. Bentuk pengendalian konflik
penyelesaian atas konflik yang akan atau dilakukan melalui lembaga yang
sudah terjadi. Contohnya, kompromi antara memungkinkan diskusi dan pengambilan
karyawan dan pimpinan terkait tuntutan keputusan yang adil.
sistem kerja dan pengupahan yang lebih Lembaga-lembaga konsiliasi harus
baik. Kedua pihak bermusyawarah sehingga memenuhi empat hal berikut.
tercapai kompromi dan penyelesaian yang a. Harus termasuk lembaga yang otonom.
menguntungkan kedua belah pihak. b. Kedudukan lembaga dalam masyarakat
harus bersifat monopolitis.
c. Harus berperan agar kelompok yang
bertikai merasa terikat.
d. Lembaga harus bersifat demokratis.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Manajemen Konflik
c. Mediasi d. Arbitrase
Pengendalian konflik dengan cara mediasi Arbitrase merupakan cara untuk mencapai
dilakukan apabila kedua pihak yang kompromi apabila pihak-pihak yang
berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak berhadapan tidak sanggup mencapainya
ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini sendiri. Arbitrase umumnya dilakukan
akan memberikan pemikiran atau nasihat- apabila kedua belah pihak yang berkonflik
nasihatnya tentang cara terbaik dalam sepakat untuk menerimma atau terpaksa
menyelesaikan pertentangan mereka. menerima hadirnya pihak ketiga yang akan
Cara mediasi cukup efektif untuk memberikan keputusan tertentu untuk
mengurangi irasionalitas yang biasanya menyelesaikan konflik. Kedua belah pihak
timbul dalam konflik. Mediasi yang berhasil harus menerima keputusan yang diambil
akan berkontribusi pada terwujudnya pihak ketiga.
perdamaian di masyarakat.
SMA/MA SOSIOLOGI
4. Transformasi Konflik
Transformasi konflik (conflict transformation) adalah proses menanggulangi berbagai permasalaha, sumber-
sumber, dan dampak negatif dari konflik. Untuk melakukan transformasi konflik, perlu memahami dinamika
konflik dengan melihat sumber konflik, menganalisis karakter hubungan di antara berbagai pihak yang berkonflik,
mencari model tindakan yang harus dilakukan, dan melihat penahapan konflik.
SMA/MA SOSIOLOGI
5. Membangun Perdamaian Sosial
SMA/MA SOSIOLOGI
C. Penelitian Berbasis Pemecahan
Konflik
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Tahap Identifikasi atau Pemetaan Konflik
Pada penelitian berbasis pemecahan konflik, masalah yang diteliti adalah solusi atas pertentangan atau konflik
antarklub ekstrakurikuler di SMA X. Dalam merumuskan pemecahan atau solusi konflik, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada konflik dan melakukan pemetaan konflik.
Amr Abdalla, seorang sosiolog dari University for Peace yang dibentuk oleh PBB, memetakan konflik dengan
model SIPABIO (sources, issues, parties, attitudes, behavior, intervention, dan outcome).
Source Behavior
(Sumber Attitudes (Perilaku/
Konflik) (Sikap) Tindakan
)
Interventio Outcome
Issues Parties n (Campur s
(Isu-isu) (Pihak) Tangan (Hasil
Pihak Lain) Akhir)
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Tahap Identifikasi atau Pemetaan Konflik
Mengacu pada contoh kasus yang dipilih, maka identifikasi unsur-unsur konflik dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Aspek Jawaban
Isu konflik Pertentangan atau konflik antarklub ekstrakurikuler di SMA X.
Pihak yang bertikai Anggota Klub Musik dan Klub Drama di SMA X.
Hubungan antara pihak- Pihak-pihak yang bertikai memiliki hubungan yang sejajar atau horizontal.
pihak yang bertikai
Sumber konflik Perbedaan kepentingan antara Klub Musik dan Klub Drama terkait jadwal
pementasan karya klub. Kedua klub berencana mengadakan pementasan pada
tanggal yang sama sehingga timbul beberapa kendala, seperti tempat dan
peralatan yang terbatas jadi tidak bisa digunakan untuk dua kegiatan pada saat
yang bersamaan. Selain itu, ada juga potensi berkurangnya jumlah penonton
karena terbagi pada dua kegiatan yang berbeda.
Perilaku/Tindakan Kedua belah pihak tidak ada yang bersedia mengubah jadwalnya dan cenderung
melakukan aksi mencari dukungan dari berbagai pihak agar kegiatan
pementasan klub mereka dapat terlaksana pada tanggal tersebut.
Campur tangan pihak lain Siswa SMA X, Guru Pembimbing Ekskul Klub Musik, Guru Pembimbing Ekskul
Klub Drama, Guru Bimbingan dan Konseling, dan Kepala Sekolah.
Hasil akhir Terjadi perpecahan antarwarga sekolah, khususnya antara anggota Klub Musik
dan Klub Drama.
SMA/MA SOSIOLOGI
1. Tahap Identifikasi atau Pemetaan Konflik
Informasi terkait rancangan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bagian Rumusan
Topik Penelitian Pemecahan konflik antarklub ekstrakurikuler di SMA X.
Latar Belakang Masalah Pertentangan atau konflik yang terjadi antara Klub Musik dan Klub Drama di SMA X terkait
jadwal pementasan karya klub.
Masalah Penelitian 1. Mengapa konflik antara Klub Musik dan Klub Drama di SMA X perlu diatasi?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan konflik antara Klub Musik dan Klub
Drama di SMA X tersebut?
3. Apakah pementasan bersama dapat menjadi solusi atas konflik antara Klub Musik dan
Klub Drama di SMA X tersebut?
Tujuan Penelitian Mencari solusi yang tepat untuk penyelesaian konflik anntara Klub Musik dan Klub Drama
di SMA X.
Manfaat Penelitian Mencegah konflik membesar dan berlarut-larut serta mengembalikan perdamaian di
lingkungan SMA X.
Hipotesis atau Kesimpulan Pementasan bersama dapat menjadi solusi atau pemecahan konflik antara Klub Musik dan
Sementara Klub Drama di SMA X.
Metodologi Penelitian
− Jenis Penelitian Penelitian deksriptif dengan metode studi kasus.
− Teknik Pengumpulan Data Wawancara dan observasi.
− Teknik Analisis Data Kualitatif, yaitu menggunakan analisis fenomena yang terjadi di lapangan dikaitkan dengan
teori yang ada.
SMA/MA SOSIOLOGI
2. Tahap Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian sosial adalah wawancara, observasi,
kuesioner atau angket, diskusi kelompok terpimpin (focus group discussion),dan studi literatur. Mengacu
pada contoh kasus yang dipilih, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan
observasi.
Observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis dengan tujuan
memperoleh data secara langsung dari lapangan. Observasi dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Observasi partisipasi. Peneliti ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diamatinya sehingga
memperoleh data sebenernya.
b. Observasi simulasi. Peneliti menyimulasikan keinginannya kepada responden sehingga responden
dapat memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan peneliti.
Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan pada metode observasi, antara lain sebagai berikut.
a. Daftar riwayat kelakuan (anecdotal record), yaitu catatan acak yang dibuat peneliti setiap kali
mengamati kelakuan-kelakuan yang ditampilkan responden.
b. Skala penilaian (rating scale), yaitu skala yang digunakan untuk menetapkan penilaian secara
bertingkat serta untuk mengamati kondisi dan situasi secara kualitatif.
c. Daftar cek (check list), yaitu format yang berisi catatan setiap faktor atau aspek yang diamati dan
digunakan sewaktu pengamatan berlangsung.
d. Peralatan mekanik (mechanical device), yaitu sarana pendokumentasian peristiwa-peristiwa tertentu
yang ditampilkan oleh subjek penelitian dengan menggunakan alat perekam dan kamera.
e. Human instrument, yaitu peneliti yang bertinndak selaku instrumen penelitian pada penelitian kualitatfi.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Tahap Analisis Data
Langkah pertama yang dilakukan peneliti saat menganalisis data penelitian adalah editing dan coding
(pengodean). Editing adalah meneliti atau memeriksa kembali data yang telah terkumpul dari lapangan. Pada
saat melakukan editing, peneliti tidak diperbolehkan mengubah kuesionner ataupun jawaban responden. Coding
(pengodean) dilakukan dengan memberikan simbol atau berupa angka pada jawaban responden.
Contohnya sebagai berikut.
Jenis kelamin
1) Laki-laki diberi kode 1
2) Perempuan diberi kode 2
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan untuk menganalisis
masalah agar mudah dicari pemecahannya. Terdapat beberapa bentuk penyajian data, di antaranya adalah tabel
dan grafik. Namun, secara umum fungsi penyajian data adalah sebagai berikut.
a. Memberi gambaran yang sistematis tentang peristiwa-peristiwa yang merupakan hasil penelitian atau
observasi.
b. Mempercepat dalam mengangkap dan mengerti data.
c. Memudahkan dalam membuat analisis data.
d. Membuat proses pengambilan keputusan dan kesimpulan lebih tepat, cepat, dan akurat.
SMA/MA SOSIOLOGI
3. Tahap Analisis Data
Setelah menyajikan data, langkah berikutnya adalah menganalisis data. Secara umum, saat melakukan analisis
data dalam pemecahan konflik, peneliti perlu memahami profil dari konflik tersebut, seperti konteks dan
sejarahnya, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan pihak-pihak yang terlibat konflik, serta memetakan dan
menganalisis dinamika konflik yang terjadi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memahami dinamika konflik, yaitu sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi sumber konflik.
b. Menganalisis hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik.
c. Menganalisis tahapan terjadinya konflik.
SMA/MA SOSIOLOGI
4. Rekomendasi Penyelesaian Konflik
Perbandingan langkah-langkah penangan konflik.
SMA/MA SOSIOLOGI
4. Rekomendasi Penyelesaian Konflik
Berdasarkan kasus yang dipilih sebelumnya, penangan konflik yang dapat direkomendasikan oleh peneliti
adalah langkah resolusi konflik dan manajemen konflik. Resolusi konflik bertujuan untuk menyelesaikan
konflik secara tuntas agar kebutuhan semua pihak terpenuhi dan konflik hilang. Manajemen konflik dapat
dilakukan berdasarkan kepentingan bersama para pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan konflik
melalui komunikasi, kerja sama, dan kolaborasi.
Mengacu pada contoh kasus pertentangan atau konflik antarklub ekstrakurikuler di SMA X, peneliti dapat
merekomendasikan penyelesaian konflik melalui mediasi. Dalam mediasi tersebut, peran mediator dapat
dilakukan oleh guru dengan cara melakukan pendekatan dan memberikan edukasi terkait permasalahan
yang terjadi. Jika penanganan konflik tertangani dengan baik, maka akan tercipta perdamaian yang
diharapkan di lingkungan sekolah.
SMA/MA SOSIOLOGI