Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENANGANAN KONFLIK ANTAR ORGANISASI KEMASYARAKATAN

DI SUMATERA UTARA (MEDAN) DAN JAWA TENGAH (SURAKARTA)


Denny Zainuddin
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM RI
H.R. RasunaSaid Kav. 4-5 Kuningan Jakarta Selatan Kode Pos 12940
Email: denny.zai@gmail.com

Tulisan Diterima: 15-03-2016 Direvisi: 27-04-2016 Disetujui: 14-07-2016

Abstrak
Organisasi Kemasyarakatan hadir, tumbuh dan berkembang sejalan dengan sejarah perkembangan
bangsa. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan negara Republik Indonesia, Ormas merupakan
wadah utama dalam pergerakan kemerdekaan, pada satu sisi, Ormas merupakan sebuah bentuk
kebebasan fundamental yang dimiliki oleh setiap individu baik dalam kerangka etika maupun legal,
yang dilindungi dan dijamin pelaksanaannya oleh negara. Namun pada sisi lain, pelaksanaan
kebebasan fundamental tersebut justru ditengarai memiliki dampak negatif, yakni menabrak batas-
batas keajegan dan ketertiban sosial masyarakat Indonesia.
Penelitian ini melihat kebijakan pemerintah daerah dalam mengatasi konflik antar organisasi massa.
Adapun pokok masalah ini diurai dalam beberapa pertanyaan, yaitu bagaimanakah dinamika konflik
antar Ormas yang terjadi dan apa saja faktor penyebabnya, Kebijakan apa saja yang telah keluarkan
oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pengananan konflik antar Ormas, Bagaimana pengaruh
kebijakan Pemda terhadap pengananan konflik antar Ormas.
Penelitian ini dianallisis dengan menggunakan teori mobilisasi sumber daya dan analisis circle of
conflict, untuk mendapatkan jawaban bagaimana Konflik Ormas yang terjadi di Sumatera Utara dan
Jawa tengah (Solo) dan bagaimana penanganan konflik oleh Pemerintah di kedua lokasi tersebut.
Penelitian ini menilai bahwa Pemda masih secara parsial menangani potensi konflik antar Ormas.
Kebijakan yang ada masih bersifat administratif ketimbang sepenuhnya memberdayakan Ormas
dalam mencapai tujuan bersama.
Kata kunci: Pemerintah, konflik, Ormas

Abstract
Civil society organizations present, grow and develop in line with the historical development of the
nation. In the history of the struggle for freedom in Indonesia, CSOs are the main container in the
independence movement, mass is a form of the fundamental freedoms of every individual in both
the ethical and legal framework, which is protected and guaranteed execution by the state. the
implementation of the fundamental freedoms it is considered to have a negative impact, namely
crashing boundaries and social order of Indonesian society.The research looked at government
policy in resolving the conflict between CSOs. As this subject is broken down into several questions,
namely how the dynamics of the conflict between CSOs happened and what are the causes, any
policy that has been issued by the local government in order from administration of conflict between
CSOs, How to influence the Government's policies from administration of conflicts among CSOs.
This study in anallisis by using the theory of resource mobilization and the circle of conflict analysis,
to get the answer to how conflicts CSOs that happened in North Sumatra and Central Java (Solo)
and how to deal with conflict by the Government at both locations.The study assessed that the
existing policy is still an administrative nature rather than fully empowering organizations to achieve
common goals.
Keywords: government, conflict, CBOs

Analisis Penanganan Konflik... (Denny Zainuddin) 11


PENDAHULUAN
private, perhaps sectional, ideas as to what their
brieftheir brief qua legislator, administrator, or
Latar Belakang judgerequires. If private inclination or private
Penelitian ini menggambarkan penanganan opinion can rule, then people will live at the
konflik antar organisasi kemasyarakatan (Ormas) mercy of the officials. The authorities will have
yang terjadi di dua lokasi yaitu Kota Medan dan the power, not just to interferethat is inherent in
Surakarta. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, a system of lawbut to interfere on a relatively
ruang lingkup hak asasi manusia yang menjadi arbitrary basis. They will be in a position where
dasar dalam penelitian ini diantaranya adalah: they dominate ordinary people and, this being a
hak setiap orang atas rasa aman dan tentram, matter of common knowledge, they will be in a
serta hak atas perlindungan terhadap ancaman position where ordinary people may be expected
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat to have to bow and scrape to them.4
sesuatu. Beranjak dari hak atas rasa aman Mengingat secara teoritis, kebijakan
tersebut, penelitian ini mencoba menerapkan publik secara umum didefinisikan sebagai studi
teori mobilisasi sumber daya oleh E.Canel yang tentang keputusan dan aktivitas pemerintah
jika dikaitkan dengan fenomena organisasi yang didesain untuk mengatasi permasalahan
kemasyarakatan dapat diartikan sebagai yang menjadi perhatian publik, maka secara
penjelasan atas kapabilitas suatu gerakan fundamental kepentingan dan kontekstualisasi
sosial oleh masyarakat sipil untuk mengarahkan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
sumber daya yang dimilikinya (politik, sosial, dan patut menjadi dasar kebijakan, yang disampaikan
moral), dan mengarahkannya kepada institusi melalui partisipasi masyarakat yang efektif.
kekuasaan negara dalam bentuk tekanan atau
tuntutan.1 Rumusan Masalah
Penaganan konflik tidak dapat lepas dari Pokok masalah dalam penelitian ini adalah
kebijakan publik yang merupakan suatu proses kebijakan pemerintah daerah dalam mengatasi
untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan konflik antar organisasi massa. Adapun pokok
publik dapat membuahkan hasil, yaitu dengan masalah ini diurai dalam beberapa pertanyaan
membandingkan antara hasil yang diperoleh berikut ini: (i) Bagaimanakah dinamika konflik
dengan tujuan atau target kebijakan publik yang antar Ormas yang terjadi dan apa saja faktor
ditentukan.2 James Andeson membagi evaluasi penyebabnya; (ii) Kebijakan apa saja yang telah
implementasi kebijakan publik menjadi tiga tipe, keluarkan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
yaitu: Pertama, evaluasi kebijakan publik yang pengananan konflik antar Ormas?
dipahami sebagai kegiatan fungsional. Kedua,
evaluasi yang memfokuskan kepada bekerjanya Tujuan
kebijakan. Ketiga, evaluasi kebijakan sistematis Memetakan faktor-faktor yang menyebab­
yang melihat secara obyektif program-program kan konflik antar Ormas. Mengetahui kebijakan
kebijakan yang ditujukan untuk mengukur pemerintah daerah dalam penanganan konflik
dampaknya bagi masyarakat dan sejauh mana antar Ormas. Mengungkap pengaruh kebijakan
tujuan-tujuan yang ada telah dinyatakan telah Pemerintah Daerah terhadap pengananan
dicapai.3 konflik antar organisasi kemasyarakatan.
Republicanism: A Theory of Freedom Metodologi Penelitian
and Governement berpendapat bahwa:The
Penelitian ini adalah penelitian lapangan
authorities will exercise arbitrary power if the
(field research) dengan metode kualitatif5,
decisions they make can be based on their
private, perhaps sectional, interests or on their
4 Philip Pettit, Republicanism: A Theory of Freedom
1 Lihat.Muhamad Haripin. 2013. Reformasi Sektor and Government, 2002, Clarendon Press, Oxford,
Keamanan Pasca Orde Baru. Hal.31 hlm. 183-184.
2 Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik, (Jakarta: 5 Noong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif
Bayumedi, 2008), h. 112. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 341. Consuelo
3 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, G. Sevilla, dkk.,Pengantar Metodologi Penelitian
(Yogyakarta, Media Pressindo, 2002), h. 168 (Jakarta: UI Press, 2006), 73-76.

12 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


penelitian ini menggunakan metode studi kasus, secara sukarela berdasarkan kesamaan
seperti: konflik Ormas keagamaan dengan warga aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan,
masyarakat di Kota Surakarta dan konflik antar kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
Ormas kepemudaan di Kota Medan beserta pembangunan demi tercapainya tujuan Negara
konflik-konflik lainnya. Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.10
PEMBAHASAN Organisasi Masyarakat adalah perkumpulan
sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
Konflik Sosial adalah perseteruan dan/atau berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
benturan fisik dengan kekerasan antara dua hukum secara sukarela atas dasar kesamaan
kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung kegiatan, profesi, tujuan yang berfungsi
dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam
mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi pembangunan bangsa dan negara. Sebagai
sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional makhluk yang selalu hidup bersama-sama,
dan menghambat pembangunan nasional. manusia membentuk organisasi sosial untuk
Penanganan konflik adalah serangkaian kegiatan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat
yang dilakukan secara sistematis dan terencana mereka capai sendiri.
dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada
Robert Edelmann, Henry L. Tosi and
saat, maupun sesudah terjadi konflik yang
Neal P. Mero mengidentifikasi sejumlah faktor
mencakup pencegahan konflik, penghentian
pemicu konflik. Faktor-faktor tersebut mereka
konflik, dan pemulihan pasca konflik.6
kelompokan ke dalam 3 kategori utama yaitu:
Gareth R. Jones mendefinisikan konflik (1) Perbedaan Karakter Individu; (2) Kondisi
organisasi sebagai “perbenturan yang muncul Situasional; dan (3) Kondisi Keorganisasian.11
kala perilaku mencapai tujuan tertentu yang Lebih lanjut lagi pengidentifikasian konflik
ditunjukan suatu kelompok dirintangi atau dikaitkan dengan teori mobilisasi.
digagalkan oleh tujuan kelompok lain.7 Rahim
menyebut konflik sebagai proses interaktif Teori Mobilisasi Sumberdaya
bukan dengan maksud hendak membatasi Berdasarkan teori mobilisasi sumber daya
kemungkinan konflik di dalam diri individu, oleh E.Canel di atas, penelitian ini mendasarkan
karena seringkali seseorang mengalami konflik analisis dari beberapa asumsi teoretis sebagai
dengan dirinya sendiri.8 Lebih lanjut konflik hadir berikut:
antar individu, kelompok, atau departemen. 1. Gerakan sosial harus dipahami dalam
Konflik pun dapat terjadi diantara mereka yang kerangka model konflik aksi kolektif;
punya tugas wewenang berbeda bahkan kolega-
kolega kerja mereka sendiri.9 2. Tidak ada perbedaan mendasar antara
aksi-aksi kolektif institusional dan non-
Organisasi Kemasyarakatan yang
selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi institusional;
yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat 3. Baik aksi institusional maupun non-
institusional berisikan serangkaian konflik
Joseph A. Maxwell, Qualitative Research Design kepentingan yang terbangun dalam sistem
an Interactive Approach (London, Sage Publication, relasi kekuasaan yang terlembagakan;
2005), Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian
Masyarakat cet. ke-14(Jakarta: Gramedia, 1997).
4. Gerakan sosial melibatkan cita-cita rasional
6 Lihat Pasal 1 ayat 1-2 Undang-Undang No. 7 Tahun berbagai kepentingan melalui kelompok-
2012 tentang Penanganan Konflik Sosial kelompok yang saling berkompetisi;
7 Gareth R. Jones, Organizational Theory, Design, and
Change, 5th Edition (New Delhi: Dorling Kindersley,
2009) p.408.
8 M. Afzalur Rahim, Managing Conflict in Organizations, 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
4th Edition (New Jersey: Transaction Publishers, 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
2011) p.16. 11 Henry L Tosi and Neal P. Mero, The Fundamentals
9 Ian Brooks, Organisational Behaviour: Individuals, of Organizational Behavior: What Managers Need to
Groups, and Organisations, 3rd Edition (Delhi: Dorling Know (Malden, Massachussetts: Blacwell Publishing,
Kindersley, 2006) p.234. 2003) p.189-91.

Analisis Penanganan Konflik... (Denny Zainuddin) 13


5. Tujuan dan penderitaan, konflik dan tanding, oleh Ormas tersebut. Pertumbuhan Ormas
semuanya hadir secara inheren dalam saat ini bukan hanya untuk menjadi alat
seluruh relasi kekuasaan; penyeimbang, tetapi juga untuk kepentingan.
6. Formasi gerakan sosial ditentukan oleh “untuk membedakan visi misi dari Ormas ini,
dapat dilihat dari bertahannya Ormas di dalam
perubahan sumberdaya, organisasi, dan
masyarakat. Cepat tumbuh dan berkembang,
kesempatan untuk aksi kolektif;
setelah itu menghilang, ada kemungkinan Ormas
7. Keberhasilan dan keefektifan aksi kolektif tersebut berdiri karena faktor kepentingan.
dipahami dalam arti keuntungan material Tetapi, bila suatu Ormas mampu bertahan, ada
namun bukan berarti profit atau aktornya kemungkinan visi misinya untuk memajukan
dikenal sebagai tokoh politik; masyarakat.
8. Mobilisasi orang dalam gerakan sosial Pemerintah Kota Surakarta dalam hal
kontemporer berukuran skala besar yang ini diwakili oleh Badan Kesbangpol dalam
merupakan hasil dari teknik komunikasi wawancara menyampaikan bahwa Ormas di
terkini, birokratisasi organisasi dan dorongan Kota Surakarta sejumlah sekitar 400-an Ormas
serta inisiatif utilitarian.12 dengan berbagai macam kategori aktivitas,
meliputi: keagamaan, pendidikan, serta kegiatan
Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini sosial kemasyarakatan. Aktivitas ke-Ormas-an
memandang fenomena konflik antar Ormas ke di Kota Surakarta tidak dapat dilepaskan dari
dalam beberapa aspek, meliputi: perkembangan konteks geografis Surakarta dalam Karesidenan
Ormas, kondisi sosial kemasyarakatan, konflik Surakarta (Surakarta Raya) yang meliputi
Ormas serta penanganannya. Untuk kebutuhan wilayah-wilayah lain disekitar Surakarta, seperti
penelitian ini, rangkaian aspek tersebut akan Sukoharjo, Karanganyar, dan lain-lain. Dengan
coba dijawab melalui deskripsi data lapangan demikian, terdapat banyak Ormas yang melakukan
untuk mendapatkan gambaran konflik antara aktivitas di Kota Surakarta yang sebenarnya
organisasi kemasyarakatan. berdomisili di luar kota. Dari sisi pendaftaran
PERKEMBANGAN ORMAS Ormas, terdapat pula kecenderungan bahwa
masyarakat mendirikan Ormas dengan tujuan
Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memiliki
mendapatkan bantuan sosial (dana hibah) dari
berbagai macam Ormas yang berdiri dan
pemerintah kota semata.
berkembang menjadi berbagai Ormas yang
besar. Jumlah Ormas yang berada di Sumut Deskripsi tentang perkembangan Ormas
saat ini mencapai 5.000 Ormas, yang membuat di dua lokus penelitian ini mencerminkan
provinsi ini menjadi provinsi dengan Ormas sebuah pergeseran aksi kolektif masyarakat
terbanyak di seluruh Indonesia. Jumlah itu pun yang terjadi utamanya pasca turunnya rezim
merupakan data Ormas yang mendaftarkan ‘orde baru’ di bawah pemerintahan Presiden
keberadaannya di pemerintah. Berdasarkan Soeharto. Kebebasan dan kesadaran kolektif
data kualitatif yang didapat oleh penelitian, untuk berserikat, yang pada masa lalu sempat
diperkirakan jumlah Ormas di Sumut lebih dari dikekang, kini kian menonjol dengan segala
5.000 Ormas, karena diduga banyak organisasi bentuk serikat dan kegiatannya. Terlepas
yang tidak mendaftarkan diri ke pemerintah dari fenomena pragmatisme ke-Ormas-an,
daerah. Adapun jumlah Ormas, LSM, yayasan, yang terindikasi dari munculnya Ormas yang
dan lainnya yang terdaftar secara resmi di hanya mencari dana hibah dari pemerintah,
Pemprov Sumut berjumlah sekitar 1.700-an pada prinsipnya Ormas di dua lokus penelitian
organisasi. merupakan sebuah bentuk mobilisasi massa
yang merayakan kebebasannya sebagai saluran
Dipahami oleh para informan bahwa
aspirasi kepada pemerintah. Selanjutnya,
kehadiran Ormas di tengah masyarakat
deskripsi ini juga menyampaikan sebuah premis
diperlukan sebagai penyeimbang, dalam arti
bahwa perkembangan Ormas di dua lokus
bahwa pekerjaan pemerintah dapat diawasi
penelitian, berikut berbagai potensi konflik antar
Ormas, merupakan produk dari serangkaian
12 Muhamad Haripin. 2013. Reformasi Sektor Keamanan ‘konflik kepentingan dalam relasi kuasa yang
Pasca Orde Baru. Hal.37 terlembagakan’.

14 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


Kondisi Sosial Pemuda pancasila dengan Ikatan Pemuda
Kondisi yang ada di Kota Medan, memiliki Karya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
kompleksitas yang tinggi dalam dari sudut pihak kepolisian untuk menyelesaikan bentrokan
pandang faktor ekonomi. Sulitnya mencari yang terjadi ialah dengan melibatkan tokoh
lapangan pekerjaan menjadi penentu utama, masyarakat. Adapun pihak Pemerintah Provinsi/
sehingga membuat Ormas semakin marak Kota hanya melakukan pemantauan terhadap
dan membesar di Sumut, terutama Ormas perkembangan bentrokan, sedangkan yang
yang memiliki visi dan misi pemberdayaan selalu berada pada lokasi kejadian meliputi
masyarakat. Data kualitatif di lapangan juga Polisi, Camat, dan Lurah.
menunjukkan bahwa potensi konflik yang terjadi Konflik antar Ormas terjadi dan
dalam struktur sosial masyarakat yang bersifat berulang tersebut disebabkan perekonomian
ekonomi tersebut juga masuk kedalam ranah (Pengangguran, Pemuda, dan perebutan
politis. Dalam situasi tersebut, pihak yang terlibat wilayah, yaitu memperebutkan wilayah
dalam konflik akan memperkuat solidaritas antar kekuasaan). Namun bentrok yang terjadi tidak
anggota kelompok mereka. pernah sampai kepada bentrok fisik, masih pada
Kondisi sosial di Provinsi Jawa Tengah, tahapan lempar-lemparan batu dan pembakaran
dalam hal ini Kota Surakarta, memiliki karakteristik property seperti kendaraan dan simbol Ormas.
yang berbeda dengan Kota Medan. Berangkat Pihak kepolisian memfasilitasi mediasi
dari fakta yang ada bahwa di Surakarta, di satu untuk memyelesaikan dengan cara damai
sisi, dikenal sebagai kota yang rawan kerusuhan, melalui memanggil masing pihak yang berseteru
namun disisi lain, tidak satu pun dari konflik dan untuk bertemu dan selalu didamping oleh
kerusuhan di atas terjadi dalam skala masif. pihak kepolisian. Proses hukum terus berjalan
Konflik yang sering terjadi di Surakarta diduga berdasarkan pengaduan dari pihak Ormas yang
kuat berlatar belakang sentimen keagamaan dirugikan.
dan premanisme. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan
Dari gambaran tersebut serta mengingat Perlindungan Masyarakat Kota Medan,
‘formasi gerakan sosial ditentukan oleh perubahan Berdasarkan hasil wawancara, konflik yang
sumberdaya, organisasi, dan kesempatan untuk terjadi antar Ormas bukanlah konflik antar
aksi kolektif’, maka dapat diasumsikan bahwa organisasi, melainkan konflik antar pemuda
fenomena ke-Ormas-an di Kota Medan didorong anggota Ormas.Secara khusus pemerintah
secara dominan oleh faktor ekonomi, sedangkan daerah belum membuat peraturan untuk
di Kota Surakarta gerakan sosial kontemporer penanganan konflik, namun pemerintah kota
banyak diisi oleh semangat puritan keagamaan. membuat road map dalam penyikapi konflik di
Konflik Ormas dan Penanganannya daerah. Sehingga penanganan konflik masih
bersifat insedentil dan melibatkan Muspida dan
Lembaga Kepolisian, petugas lapangan
secara khusus meminta pihak kepolisian dalam
Kepolisian, Badan Kesatuan Kebangsaan
penanganan dan mencari solusi terhadap konflik
dan Politik Provinsi Sumatera Utara, Badan
yang terjadi.
Kesatuan Kebangsaan dan Politik Kota Medan,
Ormas Pemuda Pancasila dan Ormas Ikatan Berdasarkan hasil wawancara dengan Lurah
Pemuda Karya, dalam kegiatan ini menjadi Medan Petisah, pihak kelurahan tidak secara
sumber pencarian data untuk membahas apa langsung terlibat dalam melerai konflik antar
saja terkait dengan kebijakan, konflik, dan pola Ormas yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan
penganan yang dilakukan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana yang
konflik yang terjadi. Hasil yang didapat dari dimiliki oleh pihak kelurahan. Peran Kelurahan
kegiatan pengumpulan data penelitian ini dapat dalam menyikapi konflik yang terjadi hanya
dirangkum sebagai berikut: pada tahap melaporkan kepada pihak kepolisan
setiap kejadian yang terjadi di wilayah kelurahan
Intelkam kepolisian Sumut menyatakan
tersebut. Pihak kelurahan mengungkapkan
bahwa dalam melakukan penanganan, pihaknya
pernah mengajukan anggaran terkait kegiatan
mengerahkan pasukan pengurai masa untuk
sosialisasi dengan tujuan meredam terjadinya
memisahkan bentrok yang terjadi antara
konflik, namun permohonan anggaran tersebut

Analisis Penanganan Konflik... (Denny Zainuddin) 15


ditolak dengan alasan kegiatan tersebut pancasila melimpahkan kepada pihak kepolisian
merupakan kegiatan dari Kesbangpol. untuk diproses secara hukum yang berlaku.
Bakesbangpol Sumatera Utara selalu Hal yang sama disampaikan oleh pengurus
berkoordinasi dengan Muspida dalam upaya Ormas Ikatan Pemuda Karya. Kegiatan yang
deteksi dini terjadinya konflik dan mencari dilakukan lebih banyak untuk kegiatan sosial
solusi untuk mengantisipasi konflik. Kesbangpol kemasyarakatan, namun tidak dapat dipungkiri
Sumatera Utara melakukan pendataan dan jika dalam kenyataan dilapangan terjadi gesekan
pendaftaran ORMAS dan melakukan teguran antar anggota Ormas.
kepada ORMAS yang tidak mendaftarkan Berdasarkan hasil wawancara yang
kepada kesbangpol. dilakukan di Kota Surakarta konflik Ormas
Upaya penanganan konflik sosial didasari oleh isu terorisme dan radikalisme
pemerintah kota medan melakukan penguatan agama menjadi fenomena sekaligus tantangan
peranserta tokoh agama dan tokoh masyarakat baru bagi pemerintah daerah dalam meramu
dalam menyebarluaskan nilai-nilai multikultural hubungan ke-Ormas-an di Kota Surakarta.
kerukunan dan toleransi, hal tersebut tercatum Kepolisian Resort Kota Surakarta, dalam
dalam rencana aksi terpadu penganan gangguan wawancara menyampaikan bahwa, “tidak
keamanan dalam negeri pemerintah Kota Medan terdapat konflik antar Ormas di Surakarta tidak
tahun 2013. Namun dalam upaya menyelesaikan ditemukan, karena aktor dalam beberapa konflik
konflik yang terjadi pihak Bakesbangpol, tokoh kekerasan yang terjadi dalam kapasitas individu
masyarakat, dan tokoh agama tidak secara bukan atas nama kelompok”. Akar konflik antar
langsung turut serta mendamaikan ataupun Ormas seringkali terjadi karena faktor-faktor
melakukan mediasi, upaya perdamaian dan yang bersifat individual dan bukan terorganisir.
mediasi sepenuhnya diserahkan kepada Ormas yang memiliki potensi untuk berkonflik
kepolisian. berlatar-belakang ideologi agama, dalam hal ini
Konflik yang terjadi di Sumatera Utara antara Islam.
Pemuda Pancasila dengan Ikatan Pemuda Karya Perilaku kekerasan yang dilakukan
dipicu karena adanya kesalah-pahaman antar oleh oknum Ormas tertentu bisa terjadi
anggota, namun hal tersebut tidak diakui sebagai karena pemahaman ideologi dalam Ormas
konflik antar organisasi. Setiap yang muncul keanggotaannya. Tipikal Ormas dengan ideologi
selalu dilimpahkan kepada pihak kepolisian untuk Islam di Surakarta berbeda dengan kelompok
menempuh proses hukum. Setiap terjadinya masa Islam di Jawa Timur. Patronase di
konflik, pimpinan Ormas dipertemukan untuk tengah kelompok Islam di Surakarta ditujukan
dimediasi oleh kepolisian untuk mencapai kata pada ketua masing-masing Ormas, sehingga
damai dan tersebut tidak meluas. tidak diarahkan pada tokoh agama tertentu (di
Ketelibatan Polda dalam hal ini Intelkam Surabaya, patronase kelompok diarahkan pada
dalam pencagahan dan pendamaian tidak kyai atau ustadz).
melibatkan pihak pemerintah daerah, dikarenakan Pada kesempatan lain, Corps Hizbullah Yon
konflik yang terjadi di asumsikan masih dalam 99 Divisi Sunan Bonang yang menjadi informan
skala kecil.Pihak polda selain melakukan upaya penelitian merupakan salah satu Ormas yang
penanganan konflik dan pendamaian, juga bergerak di bidang keagamaan dengan ratusan
melakukan sosialisasi dalam upaya pencegahan jumlah anggota. Kegiatan Ormas ini meliputi
dengan cara meningkatkan patroli. aktivitas keagamaan (seperti pengajian rutin)
Berdasarkan hasil wawancara yang radio, dan saat ini sedang merambah ke media
dilakukan, pengurus Ormas pemuda pancasila televisi sebagai salah satu bentuk dakwah.
bukanlah organisasi preman seperti yang dinilai Hizbullah sebagai Ormas Islam yang memiliki
oleh masyarakat, Pemuda Pancasila memiliki skala nasional berprinsip bahwa religiusitas yang
berbagai kegiatan sosial dan merangkul pemuda dimiliki oleh organisasi di dalamnya terkandung
untuk dapat berkembang dan berkehidupan. semangat nasionalisme atas utuhnya Negara
Namun jika terjadi perseteruan antara anggota Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Landasan
Ormas, hal tersebut bukanlah konflik antar religius serta pandangan tentang NKRI tersebut
Ormas. Setiap terjadi konflik pihak pemuda

16 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


memiliki implikasi pada cara-cara organisasi Pencegahan Konflik di antara Organisasi
dalam menangani problematika sosial, Kemasyarakatan di Sumatera Utara dan Jawa
khususnya di Kota Surakarta. tengah
Pengalaman keikutsertaan Hizbullah dalam Konflik di atas dapat mencerminkan
konflik-konflik sosial di beberapa wilayah di bagaimana gangguan keamanan dan ketertiban
Indonesia secara langsung memiliki pengaruh di antara Organisasi Kemasyarakatan yang dapat
terhadap tingkat agresivitas organisasi ini deskripsikan melalui analisis Circle Of Conflict.13
terhadap sosial di Surakarta. Sweeping pada Konflik antar Ormas dapat dilihat dengan pola di
saat bulan Ramadhan, pemboman terhadap atas, setiap konflik yang terjadi dianalisa dengan
tempat hiburan di Surakarta pada tahun 2005, empat poin meliputi: masalah hubungan, data,
menjadi beberapa catatan keterlibatan Ormas struktural, dan perbedaaan nilai.
ini dalam konflik kekerasan di Kota Surakarta.
Argumentasi organisasi dalam keterlibatan ANALISIS CIRCLE OF CONFLICT
dalam kekerasan ialah adanya anggapan bahwa Setiap kelompok dalam satu organisasi,
organisasi berkewajiban untuk turut serta dalam dimana di dalamnya terjadi interaksi antara
menjamin keamanan dan ketertiban di tengah satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan
masyarakat Surakarta. timbulnya konflik. Dalam organisasi
Faktor yang memengaruhi dipahami dalam kemasyarakatan terjadi interaksi, baik antara
dua arah: dari tataran negara, pihak pemerintah kelompok dengan kelompok, kelompok dengan
dan aparat keamanan dianggap gagal dalam individu, maupun individu dengan individu antar
memenuhi tanggung jawab untuk memelihara organisasi ke­masyarakatan. Situasi tersebut
keamanan dan ketertiban serta akhlak warga seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Kon­
yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. flik sangat erat kaitannya dengan perasaan
Premanisme diakui oleh Hizbullah sebagai manusia, termasuk perasaan diabai­kan, tidak
fenomena sosial yang hidup di Surakarta. dihargai, di­sepelekan, ditinggalkan, dan juga
Pembagian kekuasaan preman terdapat di perasaan kesal karena persaingan. Perasaan-
beberapa wilayah di Kota Surakarta, misalnya: perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu
kelompok DMC, dan lain sebagainya. timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan
mem­pengaruhi seseorang dalam melaksanakan
Fenomena munculnya kelompok-kelompok
kegiatannya secara langsung, dan dapat me­
Islam, yang menyebar dalam jumlah yang relatif
nurunkan cita-cita awal pembentukan Ormas.
kecil (± 50 orang), juga menjadi fenomena baru
di Surakarta. Masyarakat Surakarta menyebut
anggota Ormas radikal kanan ini dengan sebutan
‘laskar’. Pecahnya konflik antara ‘laskar’ dengan
preman disebabkan oleh faktor struktural yakni:
dari tataran negara, pemerintah daerah serta
kepolisian tidak bersikap dengan tegas terhadap
penegakan hukum dan pemeliharaan ketertiban
di kota. Pada sisi lain, di tataran Ormas, terdapat
banyak Ormas ‘liar’ yang gerah dengan acuhnya
sikap pemerintah terhadap sosial di kota.
Seiring berjalannya waktu, di dalam
Front Pembela Islam Surakarta me­
organisasi kerap terjadi konflik. Baik konflik
nyampaikan bahwa konflik ke-Ormas-an di Kota
internal maupun konflik eksternal antar
Surakarta, utamanya dari perspektif Ormas
organisasi. Konflik yang terjadi kadang kala
Islam, justru rentan terjadi di antara Ormas
terjadi karena problem kecil. Namun justru
Islam itu sendiri. Berbagai intrik antar kalangan,
dengan hal yang kecil itulah sebuah organisasi
seperti tuduhan negatif, pengkafiran, dan lain
dapat bertahan lama atau tidak. Mekanisme
sebagainya digunakan sebagai metode untuk
menyudutkan pihak-pihak tertentu.
13 Moore, Christopher W. 1996. The mediation process:
practical strategies for resolving conflict. Second
edition. San Francisco: Jossey-Bass, hlm 60-61.

Analisis Penanganan Konflik... (Denny Zainuddin) 17


ataupun manajemen konflik yang diambil pun wadah untuk menyampaikan aspirasinya.
sangat menentukan posisi organisasi sebagai Tujuan yang dimiliki oleh Ormas tersebut sering
lembaga yang menjadi payungnya. Kebijakan- diinterpretasikan berbeda oleh para anggotanya,
kebijakan dan metode komunikasi yang diambil utamanya ketika Ormas dijadikan sebagai alat
sangat memengaruhi keberlangsungan sebuah untuk kepentingan. Bila tidak diperhatikan,
organisasi dalam memertahankan anggota dan berbagai Ormas yang ada terutama kepemudaan
segenap komponen di dalamnya. berpotensi menjadi alat untuk melegalisasikan
Sumatera Utara, konflik yang terjadi keberadaan premanisme.
merupakan mendasar yaitu ekonomi yang Kedua adalah struktural. Konflik struktural
menjadi pemicu terjadinya bentrokan fisik. Ketika pada umumnya disebabkan oleh pola atau
dikonfirmasi kepada organisasi yang menangungi interaksi prilaku yang destruktif; kontrol,
pihak yang berkonflik hal tersebut disangkal kepemilikan, dan distribusi sumber daya yang
bahwa itu adalah konflik antar organisasi, namun tidak setara; kekuasaan dan otoritas yang
apa bila kita melihat asumsi yang didapat dari tidak setara; serta faktor-faktor geografis, fisik,
teori mobilisasi sumber daya oleh E.Canel, dan lingkungan yang menghalangi kerjasama.
yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan Melihat kondisi yang ada di kota Medan dan
mendasar antara aksi-aksi kolektif institusional kota Surakarta, Pemerintah Daerah belum
dan non-institusional dan baik aksi institusional secara optimal merangkul Ormas. Hal tersebut
maupun non-institusional berisikan serangkaian terwujud dengan tidak adanya pembinaan dan
konflik kepentingan yang terbangun dalam sistem pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan
relasi kekuasaan yang terlembagakan. oleh Ormas, dan setiap kali terjadi konflik
Asumsi tersebut menyatakan bahwa maupun pasca konflik, pemerintah daerah tidak
setiap individu yang terdapat dalam organisasi secara langsung melakukan upaya penanganan
kemasyarakatan merupakan bagian yang masalah. Secara geografis keberadaan Ormas
tidak terpisah dari organisasi. Artinya setiap radikal kanan berdomisili di luar kota Surakarta,
tindakan yang dilakukan baik secara individu hal tersebut yang menyebabkan pemerintah kota
maupun secara berkelompok (organisasi) untuk melakukan pembinaan dan pemantauan
merupakan suatu tindakan dibawah tanggung setiap kegiatan Ormas, tindakan yang selama
jawab organisasi. Berdasarkan asumsi tersebut ini dilakukan oleh pemerintah kota Surakarta
pula maka setiap organisasi kemasyarakatan dalam rangka penanggulangan potensi konflik
harus melakukan pembinaan dan pemantauan dengan cara mengadakan kegiatan yang
terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh bertema kebudayaan, hal tersebut bertujuan
anggotanya. untuk menciptakan rasa kebersamaan di antara
masyarakat. Sedangkan penanganan yang
Berdasarkan asumsi dari teori mobilisasi
dilakukan di kota medan untuk penanganan
sumber daya oleh E.Canel tersebut, asumsi
konflik di lakukan dengan pendekatan kemanan
tersebut dapat diperkuat dengan Analisis Circle
dan ketertiban yang dilakukan oleh pihak
Of Conflict untuk melihat masalah hubungan,
kepolisian.
data, struktural, dan perbedaan nilai.
Pada posisi tersebut terdapat signifikansi
Pertama data (informasi). Salah satu
pemerintah daerah dalam merumuskan dan
penyebab dari masalah ini adalah adanya
melaksanakan kebijakan untuk menangani
informasi hilang atau informasi yang dimiliki
konflik antar Ormas. Sebagai bentuk Pemerintah
kurang,atau adanya pandangan yang berbeda
Daerah berkewajiban untuk mengeluarkan
tentang informasi. Interpretasi yang berbeda
kebijakan agar konflik tidak terjadi. Peran
dari data yang diterima menjadi berbeda dengan
pemerintah daerah dalam menangani konflik
data dinilai. Titik kunci di sini adalah bahwa data
antar Ormas merupakan titik krusial agar konflik
atau informasi adalah akar masalahnya. Ormas
tidak terjadi (berulang) dan tidak meluas sebagai
di Kota Medan maupun Ormas yang berada di
konflik besar, baik kebijakan pencegahan,
Surakarta kehadirannya di tengah masyarakat
penghentian, dan maupun pemulihan paska
menjadi penyeimbang, dimana pekerjaan
konflik.
pemerintah diawasi oleh perkumpulan tersebut.
Bagi masyarakat,Ormas dapat dijadikan sebagai

18 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


Dalam implementasinya, kebijakan Pe­ Konflik yang terjadi di kota Surakarta sudah
merintah Kota dalam penyelesaian konflik berlangsung lama dan memiliki sejarah panjang
bertumpu pada aparat kepolisian dalam upaya tentang pertarung ideologi sejak masa persiapan
penanganan sampai kepada tahapan mediasi kemerdekaan sampai masa revolusi orde lama.
dan rekonsiliasi. Sehingga tidak sesuai dengan Adapun pertarungan ideologi tersebut antara
amanat Undang-undang untuk kepentingan radikal kiri, yakni kalangan komunis, dan
penanganan Konflik Sosial. radikal kanan, yakni kalangan Agama Islam.
Ketiga adalah hubungan. Kesalahan Persinggungan ideologi tersebut menyebabkan
persepsi atau stereotip dari orang lain adalah kerentanan konflik antar organisasi di Kota
penyebab umum dari konflik hubungan. Surakarta.
Komunikasi yang buruk atau miskomunikasi Permasalahan yang terdapat dalam Circle
seringkali menyebabkan perilaku negatif Ormas Of Conflict adalah kepentingan. kepentingan
atau anggota Ormas terjadi berulang-ulang. adalah motivasi untuk tindakan. Contoh di kota
Untuk permasalahan ini, poin pentingnya ialah Medan dan Kota Surakarta dianggap adanya
bagaimana orang berhubungan satu sama lain persaingan aktual atas kepentingan yang sangat
dan interaksi perilaku mereka berkontribusi mendasar dan menjadi akar masalah. Di satu
untuk menimbulkan masalah. sisi mememiliki kepentingan terhadap faktor
Permasalahan hubungan, terdapat antara ekonomi dan di satu sisi memiliki kepentingan
kota medan dan kota Surakarta. Kota medan terhadap kebenaran ideologi agama, kedua faktor
terdapat beberapa faktor yaitu rasa solidaritas tersebut yang menyebabkan sering berulangnya
organisasi, Konflik yang berulang, Tidak adanya konflik dan menimbulkan rasa tidak aman bagi
hubungan baik anggota antar Ormas. Ketiga masyarakat.
hal tersebut didukung dengan faktor ekonomi, Lima permasalahan di atas, yang
sehingga memuncul kan berbagai macam meliputi: data, struktur, hubungan, nilai-nilai
konflik dengan Ormas lainnya. Sedangkan di dan kepentingan, merupakan akar penyebab
Kota Surakarta konflik yang terjadi disebabkan potensial dari masalah yang berada di kedua
adanya persingungan terhadap nilai-nilai lokasi. Adapun akar permasalahan yang ada
agama dan Stereotipe terhadap Ormas (laskar) perlu diberi titik tekan yang berbeda pada masing-
menimbulkan rasa curiga di tengah masyarakat masing lokus. Konflik Ormas di Kota Medan lebih
yang menyebabkan tidak harmonisnya hubungan menunjukkan aspek struktural sebagai akar
yang ada di masyarakat. permasalahan yang dominan, sedangkan di Kota
Keempat adalah nilai. Cara hidup yang Solo, aspek nilai yang lebih menonjol ketimbang
berbeda, ideologi atau cara pandang adalah aspek lainnya. Namun demikian, masing-masing
contoh bagaimana apa yang di nilai bisa menjadi lokasi memiliki kesamaan secara struktural,
bagian dari masalah. Memiliki kriteria yang yakni pemerintah kota tidak memiliki kebijakan
berbeda untuk penelitian ide-ide adalah contoh khusus dalam rangka pencegahan konflik yang
lain. permasalahan ini adalah semua tentang melibatkan Ormas dengan Ormas maupun
apa yang menghargai orang dan jika mereka Ormas dengan masyarakat.
berada di lingkungan yang sama tentang nilai- Berdasarkan sudut pandang yang berbeda
nilai. konflik Ormas pun dapat ditimbulkan dari tidak
Konflik Ormas di Kota Medan jika di lihat dari semua Ormas terdaftar di pemerintah kota yang
permasalahan nilai, yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah Bakesbangpol. Sedangkan
adalah Ormas memiliki nilai yang harus di junjung dari hasil wawancara, masih banyak Ormas
martabatnya dan Faktor ekonomi sebagai dasar yang belum mendaftarkan atau melengkapi
pemersatu pemahaman di dalam satu Ormas, data organisasinya Bakesbangpol. Tindakan
kondisi yang terjadi di Kota Medan, Ormas yang dilakukan kepada Ormas yang tidak
yang memiliki anggota dengan jumlah besar terdaftar hanya sebatas melakukan teguran atau
menguasasi beberapa lokasi dan lokasi tersebut mengimbau kepada Ormas-Ormas yang belum
dijadikan lahan pencarian bagi para anggotanya, terdaftar karena tidak ada sanksi yang signifikan
disinilah yang menyebabkan terjadinya konflik. terhadap Ormas tersebut.

Analisis Penanganan Konflik... (Denny Zainuddin) 19


PENUTUP Ian Brooks, Organisational Behaviour:
Individuals, Groups, and Organisations, 3rd
Kesimpulan Edition (Delhi: Dorling Kindersley, 2006).
Konflik antar Ormas kepemudaan di Kota Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik, (Jakarta:
Medan yang terjadi selama tahun 2012 sampai Bayumedi, 2008).
tahun 2013, diantaranya terjadi dikarenakan M. Afzalur Rahim, Managing Conflict in
faktor perekonomian, namun terdapat juga Organizations, 4th Edition (New Jersey:
faktor lainnya yang sifatnya sepele seperti Transaction Publishers, 2011).
persingungan perasaan. Faktor demikian kerap
Muhamad Haripin. 2013. Reformasi Sektor
menyebabkan kekerasan dan perkelahian antar
Keamanan Pasca Orde Baru.
massa dalam skala besar. Konflik antar Ormas
di Kota Surakarta yang terjadi dikarenakan Moore, Christopher W. 1996. The mediation
faktor ideologi keagamaan radikal kanan. Konflik process: practical strategies for resolving
tersebut melibatkan perseteruan antara Ormas conflict. Second edition. San Francisco:
dengan masyarakat setempat. Kecenderungan Jossey-Bass.
munculnya konflik di kota Surakarta sangatlah Noong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif
besar dengan indikasi menguatnya stereotipe (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 341.
di masyarakat terhadap Ormas radikal kanan
(laskar) yang menimbulkan rasa curiga di Consuelo G. Sevilla, dkk.,Pengantar Metodologi
tengah masyarakat. Kondisi demikian dapat Penelitian (Jakarta: UI Press, 2006), 73-76.
menyebabkan tidak harmonisnya hubungan Joseph A. Maxwell, Qualitative Research
yang ada di tengah masyarakat. Design an Interactive Approach (London,
Sage Publication, 2005), Koentjaraningrat,
Saran Metode-metode Penelitian Masyarakat cet.
Pertama, Pemerintah kota belum tanggap ke-14(Jakarta: Gramedia, 1997).
terhadap potensi konflik antar organisasi
Philip Pettit, Republicanism: A Theory of Freedom
kemasyarakatan.
and Government, 2002, Clarendon Press,
Kedua, Pemerintah kota memerlukan
Oxford.
Pemetaan konflik di masing-masing daerah dan
pemetaan tersebut dapat didasarkan dari teori Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
circle of conflict. 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Ketiga, Secara khusus untuk Pemerintah Kemasyarakatan.
Kota Medan, maka peta potensi konflik perlu
dititik-tekankan pada aspek ‘hubungan’.
Sedangkan untuk Pemerintah Kota Surakarta,
peta potensi konflik perlu memerhatikan secara
lebih pada aspek ‘nilai’.

DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik,
(Yogyakarta, Media Pressindo, 2002).
Gareth R. Jones, Organizational Theory, Design,
and Change, 5th Edition (New Delhi: Dorling
Kindersley, 2009).
Henry L Tosi and Neal P. Mero, The Fundamentals
of Organizational Behavior: What Managers
Need to Know (Malden, Massachussetts:
Blacwell Publishing, 2003).

20 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai