No : 25
Kelas : XI MIPA 1
1. Karl Marx
Menurut Marx, sejarah masyarakat manusia adalah sejarah perjuangan kelas, yang
mana melahirkan kelompok borjuis dan kelompok proletar. Konflik antarkelas inilah yang
kemudian melahirkan perubahan dalam masyarakat. Ia mengembangkan teori konflik dengan
beberapa konsepsi yakni konsepsi tentang kelas sosial, perubahan sosial, kekuasaan dan
negara dimana konsepsi-konsepsi tersebut saling berkesinambungan satu sama lain.
Negara tentunya memiliki kepentingan, oleh karenanya hal ini dimanfaatkan oleh para
kaum borjuis. Mereka memiliki kekuasaan untuk menentukan apa yang akan diproduksi dan
didistribusi. Dalam konteks ini, hukum dan pemerintah lebih banyak berpihak pada kaum
borjuis dibanding proletar.
Contoh: Runtuhnya Rana Plaza di Bangladesh akibat abainya pemilik perusahaan terhadap
keselamatan buruh.
2. Ibnu Khaldun
Contoh: Terjadinya penjajahan atau imperialisme, seperti freeport di papua dan terjadinya
klaim budaya.
3. Max Weber
Max Weber berpendapat konflik timbul dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Setiap stratifikasi adalah posisi yang pantas diperjuangkan oleh manusia dan kelompoknya.
Weber berpendapat bahwa relasi-relasi yang timbul adalah usaha-usaha untuk memperoleh
posisi tinggi dalam masyarakat.
Weber menekankan arti penting power (kekuasaan) dalam setiap tipe hubungan
sosial. Power (kekuasaan) merupakan generator dinamika sosial yang mana individu dan
kelompok dimobilisasi atau memobilisasi. Pada saat bersamaan power (kekuasaan) menjadi
sumber dari konflik, dan dalam kebanyakan kasus terjadi kombinasi kepentingan dari setiap
struktur sosial sehingga menciptakan dinamika konflik.
Contoh: Seseorang memakai Jilbab yang dilator belakangi karena adanya unsur nilai dan
norma di dalam masyarakat, seseorang melakukan kampanye politik yang dilatarbelakangi
untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
4. Rafl Dahrendorf
Dahrendorf percaya bahwa otoritas dan kekuasaan muncul di dalam suatu struktur
sosial karena struktur yang baru, yang merupakan hasil dari proses perubahan sosial
dilembagakan dan mulai diikuti oleh seluruh personel di dalamnya. Otoritas muncul karena
adanya posisi. Hendaknya orang yang memiliki otoritas mengatur orang yang berada
didalamya.
Contoh : konflik antara pemerintah dengan oposisi (pihak yang berada di luar pemerintah)
5. Lewis Coser
Teori konflik menurut Coser tidak selamanya konflik itu bersifat negatif bahkan
konflik dapat menjadikan positif. Konflik dapat menjadikan positif dalam hal membantu
mewujudkan rasa persatuan dan kesadaran akan hidup bermasyarakat. Fungsi positif konflik
yaitu menyebabkan perubahan dimana solidaritas kelompok akan semakin erat untuk
mengatasi masalah dengan kelompok lainnya.
Menurut Coser konflik merupakan unsur interaksi yang sangat penting, tidak selalu
konflik menimbulkan perpecahan atau dalam hal yang tidak baik, bagi Coser konflik
merupakan cara atau alat untuk mempertahankan, mempersatukan bahkan mempertegas
sistem sosial yang ada.
Contoh : Dua pengacara yang selama masih menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian
setelah lulus dan menjadi pengacara dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka
untuk saling berhadapan di meja hijau. Masing- masing secara agresif dan teliti melindungi
kepentingan kliennya, tetapi setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan perbedaan
dan pergi ke restoran untuk membicarakan masa lalu.