Anda di halaman 1dari 6

PENGANTAR Dalam Ilmu Hubungan Internasional dipelajari Resolusi Konflik Di sini saya ingin membahas mengenai Konflik itu

berguna bagi Sistem dan kaitannya dengan The Function of Social Conflict yang dipopulerkan oleh Louis Coser. Secara survey pada orang-orang awam, Konflik dapat dikatakan secara umum adalah perbedaan kepentingan antara dua belah pihak. Definisi yang paling sederhana adalah sebuah interaksi yang bersifat memaksa minimal antara 2 pelaku atau lebih demi mencapai tujuan dan keinginan masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari, bagi kebanyakan masyarakat konflik sering diidentikan dengan kekerasan, pertentangan, perseteruan, dan akan selalu membawa unsur petaka bagi umat manusia. Padahal arti konflik berbeda dengan hal-hal di atas. Konflik dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk dan salah satunya adalah unsure di atas (Jadi adalah salah apabila mengatakan konflik= kekerasan dan selalu membawa unsur negative). Kemudian, di sini saya akan membahas apakah betul konflik selalu membawa unsure negative yang membawa petaka? Sebelum masuk ke dalam teori The Function of conflict dikatakan 7 preposisi tentang asal muasal konflik menurut Wehr (The Origin of Conflict). Dan di dalamnya tercakup pada topik yang ingin saya angkat yaitu Konflik itu terjadi karena ia berguna bagi system sosial bagi manusia Tokoh yang menguatkan pernyataan tersebut adalah Lewis Coser dalam teorinya The Function of social Conflict. Teori konflik muncul dari masalah sosial realitas yang ada, bagi Marx, konflik sosial adalah pertentangan antara lapisan-lapisan masyarakat untuk memperebutkan aset-aset bernilai. Teori konflik juga muncul karena reaksi dari adanya teori fungsionalisme structural. Sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan teori konflik? Teori konflik adalah satu pandangan di dalam masyarakat sebagai sebuah sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian yang memiliki

kepentingan yang berbeda-beda, dimana komponen ini saling menaklukkan satu sama lain untuk mendapatkan keuntungan bagi kepentingan diri sendiri maupun kelompok. Teori konflik inilah yang menjadi akar karya Karl Marx yaitu mengenai perjuangan kelas dan Alienasi serta Materialisme. Teori Marx banyak dikembangkan oleh tokoh-tokoh sosiologi modern. Dari situlah muncul Louis Coser dengan teorinya yang fenomenal yaitu The Functions of Social Conflict. Dalam karya itu berisi tentang 16 proposisi dari kutipan Georg Simmel yang kemudian dikembangkan menjadi penjelasan yang menarik serta Coser mengkritik proposisi Georg Simmel dengan menghubungkan perkembangan fakta dan fenomenal yang jauh sebelum Georg Simmel hidup dan tidak jarang membandingkan dengan gagasan sosiolog-sosiolog klasik. Tema-tema Coser sangat fokus, baik konflik ditingkat eksternal maupun internal, Coser dapat menjelaskan secara detail baik konflik dalam maupun luar, ada upaya Coser untuk mengintegrasikan Fungsionalisme dengan konflik bahkan mengekombinasi lebih kuat daripada berdiri sendiri. Di samping itu, pemikiran Coser juga dilatarbelakangi oleh sosiolog-sosiolog klasik yaitu Georg simmel dan Sigmund Freud, Coser mengkritisi eksposisi pengembangan yang lebih tajam dalam fregmentasinya dari Simmel dan menambahi gagasan dari psikologi Freud. Coser berpendapat bahwa konflik merupakan bagian dari masyarakat bahkan sisi kehidupan sosial yang mendasar serta konflik lebih penting untuk dijelaskan ketimbang consensus, hal ini berkaitan dengan kritikan sosiologi Amerika yang mulai melupakan permasalahan konflik dan ramai-ramai mengembangkan fungsionalisme. Mengapa hal ini terjadi karena konflik adalah disfungsi yang harus dihindari dan lebih tertarik pada tema terapan. Coser juga tidak lupa mengkritik gagasan dari Parsons yang mengacu pada upaya menjaga keseimbangan dan consensus daripada mengupas lebih dalam tentang konflik. Menurut Ruth Wallace dan Alison Wolf dalam Contemporary Sociological Theory: Continuing The Classical Tradition,yang mengatakan Coser adalah sosiolog yang setia atas kajian konfik dan di kaji 2 hal yang penting yaitu: Pertama konflik dapat mempererat kooperasi masyarakat secara bersama-sama. Kedua, konflik dapat menggerakkan konfrontasi dan perjuangan

Di sini dapat dilihat beberapa gagasan Coser untuk mengukuhkan teori The Function of Social conflict Proposisi 1: Konflik antar kelompok mempererat kohesi internal. Dalam hal ini Coser mempunyai predikisi yang berbeda dari gagasan Simmel yaitu konflik membuat kelompok maupun individu lebih sadar tentang ikatan serta partisipasi komunitas. Gagasan Simmel bahwa konflik mengarah pada bentuk peperangan sedangakan peperangan merupakan bentuk lain dari konflik dan kesimpulannya tidak dapat dipertahankan Proposisi 2 : Group Binding Functions of Conflict ( Kelompok Mengikat Fungsi-fungsi Konflik), Coser yang mengkritisi gagasan George Simmel yang terletak pada adannya ketidakjelasan antara rasa bermusuhan konflik legitimasi serta kegagalan Simmel adalah tidak membedakan antara perasaan bermusuhan dan konflik, sedangkan konflik terletak pada interaksi sosial baik dua orang atau lebih,tindakan bermusuhan adalah hal yang rentan terlibat konflik. Proposisi 3: Realitas dan Konflik tidak Realitis Coser membaginya dalam 3 hal yaitu konflik Realitis, konflik tidak Realitis dan kemungkinan campuran. Lebih singkatnya penjelasan Realitis adalah konflik muncul dari frustasi, konflik juga alat mendapatkan hasil-hasil tertentu, konflik akan berhenti jika actor menemukan lawan yang seimbang, konflik realities terdapat pilihan-pilihan fungsional sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan Konflik tidak realitis adalah melibatkan dua orang atau lebih dan tidak diakhiri dengan permusuhan dari lawan. Kemungkinan campuran adalah konflik non realitis meruapakan perubahan dari kebencian realitis.1 Proposisi 4 : Kelompok memelihara Fungsi konflik dan Arti penting sebuah Institusi

Essentials of Sociology , David B. Brinkerhoff , Page 12

Coser masih mengritisi gagasan Simmel bahwa konflik tidak semuanya bermakna negatif dan tindakan konflik dengan rasa permusuhan tidak sama. Di sini dikatakan konflik dapat menjadi positif dan penting bagi sebuah kelompong dengan mengklasifikasinya terlebih dahulu (fungsional atau disfungsional)2 Proposisi 5: Dampak dan fungsi konflik dalam struktur kelompok, dalam hal ini Coser menfokuskan 2 jenis konflik yaitu konflik yang jenis persoalan berbeda, dan konflik jenis struktur berbeda. Coser juga menyatakan ada 2 bentuk konflik yaitu konflik non-komunal (komunitas tidak mengikat antara kelompok pada konflik dan tidak ada hasil ketika kompromi dilakukan) dan Konflik komunal ( konflik ini bersifat integrasif atau didasarkan pada penerimaan umum)3 Proposisi 6: Permusuhan dan hubungan sosial yang erat. Dalam hal ini, Coser mengkritik Homans serta Simmel, Homans tidak melihat bahwa kesukaan akan muncul bersamaan rasa benci, gagasan simmel yang sederhana dapat dikembangkan oleh Freud sebagai ambivalensi yaitu sebuah pertunjukan perasaan antitesis (sayang & rasa benci), Coser juga menyatakan bahwa prilaku permusuhan lebih siap terjadi pada hubungan sosial yang erat, Proposisi 7: Konflik dan Ideologi Coser mengatakan bahwa kesadaran kelompok dapat disamakan dengan kesadaran kelas yakni adanya transformasi dari setiap individu dengan keadaan hidup yang khusus untuk mewakili kesadaran kelompok. Coser mengungkapkan peran intelektual, sebab peran intelektual memiliki kepentingan dalam mengobjekkan gerakan sosial dalam mentransformasikan kelompok kepentingan dalam gerakan ideologis.4

2 3 4

Construction Conflict Management and Resolution. Peter Fenn & Rod Gameson - Page 29 The Industrial Connection: Achievement and the Family in Developing Societies - Page 35 Karl Marx on society and social change - Page xix

Analisis Konflik Lewis Coser Coser melihat konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian, dapat memberi peran dan fungsi positif tidak hanya negative aja(dalam masyarakat tentunya) Pandangan teori Coser pada dasarnya usaha menghubungakan teori konflik dan fungsional, hal itu terlihat dari fokus perhatiannya terhadap fungsi integratif konflik dalam sistem sosial. Coser sepakat pada fungsi konflik sosial dalam sistem sosial, lebih khususnya dalam hubungannya pada kelembagaan yang kaku, perkembangan teknis, dan produktivitas, dan kemudian konsern pada hubungan antara konflik dan perubahan sosial. Coser memberikan perhatian terhadap sumber konflik sosial, sama seperti pendapat Simmel, bahwa ada rasa bermusuhan dalam diri orang, dan dia memperhatikan bahwa dalam hubungan intim dan tertutup, antara cinta dan rasa benci hadir. Sehingga masyarakat akan selalu mengalami situasi konflik, karena itu Coser membedakan dua tipe dasar koflik (Wallace&Wolf, 1986: 124), yang realistik dan non realistik. Coser sendiri banyak dipengaruhi oleh George Simmel. Simmel dan Coser adalah orang realis yang melihat konflik dan integrasi sebagai dua sisi saling memperkuat atau memperlemah satu sama lain. Konflik realistik memiliki sumber yang kongkrit atau bersifat material, seperti sengketa sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh sumber sengketa itu, dan bila dapat diperoleh tanpa perkelahian, maka konflik akan segera diatasi dengan baik. Konflik non realistik didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis, konflik ini seperti konflik antar etnis,agama, dan kepercayaan lainnya. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non realistiklah cenderung sulit untuk menemukan resolusi konflik atau sulitnya mencapai konsensus dan perdamaian. Bagi Coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus dalam situasi konflik yang sama.

Kesimpulan
Dari teori yang dikemukakan Coser, saya menyimpulkan, setidak-tidaknya konflik dapat menimbulkan awareness/kesadaran kepada salah satu atau kedua belah pihak untuk mencegah agar konflik yang sama tidak terulang. Konflik pun dapat memperkuat dan mempererat hubungan sosial ( pacaran, persahabatan ) , memicu kerjasama, mendorong timbulya ide-ide baru, terutama mengenai mekanisme penyelesaian baru, meningkatkan kepekaan sosial terhadap orang lain dan juga dapat meningkatkan intropeksi diri. Jadi, konflik itu tidak selalu jelek dan harus dihindari, kadangkala konflik justru diperlukan demi terciptanya kemajuan dalam sebuah sistem. Cara terbaik menghadapinya adalah dengan mencari cara untuk menyelesaikannya. Resolusi konflik adalah cara untuk menciptakan mekanisme yang dapat mempenetrasi akar dari konflik tersebut , serta mengubah situasi dari yang destruktif menjadi konstruktif

Referensi
Lewis Coser, Social Conflict and The Theory of Social Change, British Journal of Sociology 8:3 (Sept. 1957). Raho, SVD Bernard.2007. Teori sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka publisher Peter Fen.Rod Gameson.1992.Construction Conflict management and resolution The Industrial Connection: Achievement and the Family in Developing Societies, Bernard C. Rosen Essentials of Sociology , David B. Brinkerhoff (2007)

Anda mungkin juga menyukai