Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gatut Marliyono

Nim: 013081646

KONFLIK HORIZONTAL

Konflik horisontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok sosial yang
sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa konflik antar suku, antar ras,
agama, maupun konflik antar golongan. 1) Konflik antar suku Konflik antar suku pada
umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi etnosentrisme. 2)
Konflik antar ras Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi stereotipe. 3) Konflik agama Konflik masalah agama pada umumnya
disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama dapat
berupa konflik internal umat beragama misalnya konflik antar golongan pemeluk Islam murni
dengan golongan Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama (konflik eksternal)
misalnya konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan masyarakat Ambon pemeluk
Kristen. 4) Konflik antar golongan Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh
semangat in group yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan menimbulkan
antipati.

Dalam membahas berbagai situasi konflik, Lewis Coser membedakan konflik menjadi 2
(dua), yakni konflik yang realistis dan yang tidak realistis. Konflik realistis adalah konflik yang
berasal dari adanya kekecewaan individu atau kelompok masyarakat terhadap sistem dan
tuntutan-tuntutan yang ada pada hubungan sosial. Semisal, mahasiswa melakukan
demonstrasi kepada pemerintah atas kenaikan harga BBM, atau demo menolak kenaikan
uang kuliah karena kecewa terhadap kampus. Sementara konflik non-realistis adalah konflik
yang bukan berasal dari tujuan persaingan yang berlawanan, tapi merupakan kebutuhan
pihak tertentu untuk meredakan ketegangan. Contoh konflik non realistis seperti mencari
kambing hitam atas permasalahan yang terjadi, sehingga kedua pihak yang konflik bisa
mengurangi ketegangan, karena kesalahan dilimpahkan ke pihak ketiga. Selain
membaginya, Lewis A. Coser juga mengemukakan teori konflik dengan membahas tentang
permusuhan dalam hubungan-hubungan sosial yang intim, fungsionalitas konflik, dan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan kelompok luar dan struktur kelompok
sosial. Berikut penjelasannya: a.) Permusuhan dengan kelompok sosial yang intim. Bila
konflik berkembang dalam hubungan-hubungan sosial yang intim, maka pemisahan
antarkonflik realistis dan non realistis lebih sulit untuk dipertahankan. Semakin dekat suatu
hubungan, maka semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanamkan. Sehingga
makin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa
permusuhan. b.) Fungsionalitas konflik Coser menyatakan, bahwa yang penting dalam
menentukan apakah suatu konflik bersifat fungsional atau tidak ialah dari tipe isu yang
merupakan subjek konflik itu. Sebuah konflik dinyatakan sebagai fungsional positif jika ia
tidak mempertanyakan dasar-dasar hubungan, dan disebut fungsional negatif jika
menyerang sebuah nilai inti. c.) Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan
kelompok luar dan struktur kelompok Menurut Coser, konflik dengan kelompok luar akan
membantu memantapkan batas-batas struktural. Selain itu, konflik dengan kelompok luar
juga dapat mempertinggi integrasi di dalam sebuah kelompok.

Anda mungkin juga menyukai