Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SEMESTER GENAP

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

Jln. Lengkong Besar No. 68 telp. (022) 4205945 e-mail : info@fisip.unpas.ac.id Bandung 40261

MATA KULIAH : Dinamika Politik dan Pemerintahan di Pasifik

HARI / TANGGAL : Kamis / 17 Februari 2022

DOSEN : Iwan Gunawan, IKA SRIHASTUTI S.IP.,M.SI

No. URUT ABSEN :-

NAMA : Bebby Estefany Santoso

NPM : 192030274

KELAS :C

JUR. / SEMESTER : Hubungan Internasional / 6

1. Kebudayaan

Tenggelamnya Eksistensi Budaya Pulau Kiritimati Atoll Dinilai Menjadi Tanda


Ketimpangan Perhatian Internasional di Pasifik

Global warming masih saja menjadi hal yang tabu bagi masyarakat dengan tingkat kesadaran
rendah. Hal ini dipicu karena idealis politik dan pandangan terhadap keutamaan ekonomi bagi
beberapa negara yang ada di wilayah Pasifik. Kiritimati Atoll, bagian dari Republik Kiribati dan
salah satu pulau di wilayah Pasifik, tepatnya berlokasi di utara Kepulauan Line 2 tahun lalu
mengalami ancaman banjir yang diperkirakan akan menyebabkan tenggelamnya pulau tersebut
dalam 30 tahun ke depan dan memaksa lebih dari 140 juta orang untuk mengungsi dan bermigrasi.

Walaupun Kiritimati berada di tengah peta bumi, namun kebanyakan masyarakat


internasional tidak menyadari persis keberadaannya, sehingga hal ini mempengaruhi eksistensi
spesies langka yaitu burung reed wabler dan kebudayaan Kiritimati yang ditakutkan perlahan –
lahan akan terancam punah. Media telah memberitakan pada tahun 2008, bahwa berbagai bencana
alam termasuk perubahan iklim yang drastis telah menyebabkan 24,1 juta masyarakat Kiritimati
terpaksa melakukan pengungsian. Tindakan ini didukung oleh pemerintah Kiritimati dengan
membuat sebuah program bernama Migration with Dignity untuk mengasah skill dan keterampilan
masyarakatnya sehingga mampu mendapatkan pekerjaan di luar pulau.

Selain itu, pada tahun 2014 pemerintah juga membeli sebuah lahan dengan luas lebih dari
2000 H di kawasan Fiji untuk digunakan sebagai lahan menghadapi ancaman perubahan iklim
mendatang. Namun sayangnya, solusi seperti ini tidak bisa bertahan lama. Kiritimati tetap
membutuhkan bantuan dan tangan internasional terutama dari organisasi dan negara besar,
mirisnya bantuan tersebut dirasa selektif dan tidak ditempatkan pada wilayah yang paling
membutuhkan.

Isu ini berkebalikan dengan perkembangan kebudayaan yang pesat di wilayah Pasifik
Selatan, yaitu budaya Lapita. Budaya Lapita yang sudah mengalami perkembangan sejak 3500
tahun lalu merupakan budaya dan situs yang sudah banyak menghasilkan benda – benda kerajinan
mulai dari zaman prasejarah di 3 bagian Pasifik, Mikronesia, Melanesia, dan Polinesia sehingga
budaya ini seringkali dikenal dengan kawasan penghasil gerabah indah dengan bahan dasar tanah
liat yang memiliki motif khusus berbentuk gigi kecil dan dihias dengan kapur sehingga berwarna
putih.

Pedagang gerabah Lapita dikenal sebagai pedagang yang mampu melakukan perjalanan
lautan paling luas hingga menjarah ke seluruh bagian pulau di Pasifik pada masa prasejarah.
Menurut artikel sejarah dan berita yang ada, para pedagang ini ditemukan membangun pemukiman
pada tahun 2000 SM di Kepulauan Bismarck, tepatnya di sebelah timur laut wilayah New Guinea.
Berlanjut di awal tahun 1600 SM, pedagang mencapai wilayah Pulau Solomon, Tonga, Fiji, dan
beberapa wilayah Polinesia sekitar tahun 1000 SM. Sampai akhirnya para arkeolog menemukan
jejak pedagang Lapita pada 500 SM di Mikronesia. Hingga saat ini, gerabah dari penyebaran
pedagang Lapita tersebut banyak ditemukan di berbagai situs arkeolog Fiji, Kepulauan Bismarck,
hingga wilayah Polinesia.

Kini dengan hadirnya globalisasi, Pasifik sebagai wilayah yang memiliki rute perdagangan
strategis nyatanya menarik perhatian beberapa negara berkembang, misalnya saja Indonesia.
Lewat program diplomasi kebudayaan bernama Pasific Elevation diharapkan Indonesia dan negara
di Pasifik dapat meningkatkan hubungan kawasan sehingga nantinya bagi kedua pihak dapat
tercipta rasa identitas budaya yang sama dan mutual respect, terutama dengan wilayah Melanesia
dan Pasifik Selatan. Indonesia meyakini keterlibatannya dengan penyebaran budaya Pasifik
sehingga berminat untuk menjalin hubungan mutualisme dimana kedua negara akan melakukan
kerjasama ekonomi berbentuk pariwisata budaya, bantuan, hingga pasar produk.

Pertukaran budaya yang direncanakan sebetulnya dipercayai telah terjadi sejak 4000 tahun
yang lalu, dimana menurut arkeolog gerabah Lapita telah diperkenalkan terlebih dahulu oleh Asia
Tenggara. Ada juga yang mengatakan bahwa penyebaran budaya Austronesia dicirikan dengan
adanya genetika Denisovan di Indonesia yang berasal dari Australia dan Melanesia. Begitupun
dengan teknologi pelayaran. Namun secara keseluruhan, kebudayaan Pasifik dinilai masih jauh
dijaga oleh masyarakat internasional karena kurangnya perhatian terhadap kawasan tertinggal.

DAFTAR PUSTAKA

Martin, Becky Alexis dkk. (2019). Perubahan iklim: Apakah Negara-Negara Kepulauan Kecil di
Pasifik benar-benar akan tenggelam? BBC News Indonesia. Diakses pada 18 Februari 2022,
dari https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-49752660

Suroto, Hari (2021). Mengenal Budaya Lapita dari Kepulauan Pasifik Selatan. detikTravel.
Diakses pada 18 Februari 2022, dari https://travel.detik.com/international-destination/d-
5516558/mengenal-budaya-lapita-dari-kepulauan-pasifik-selatan

Putri, Risa H. (2021). Akar Kebudayaan Nusantara Dan Pasifik. Historia. Diakses pada 18
Februari 2022, dari https://historia.id/amp/kultur/articles/akar-kebudayaan-nusantara-dan-
pasifik-v5Woa

Sodikin, A. (2021). Vanuatu Dan Sentimen Anti-Indonesia. KOMPAS.com. Diakses pada 18


Februari 2022, dari https://nasional.kompas.com/read/2021/10/03/08000011/vanuatu-dan-
sentimen-anti-indonesia?page=all

2. Politik

Ekspansi Amerika Serikat di Pasifik Sebagai Bentuk Hegemoni Hangat; Defensif Lazim
Terhadap China atau Pertanda Siaga Perang Dunia III?

Di tengah situasi panas konflik antara Rusia dan Ukraina, Amerika Serikat (AS) sebagai
negara hegemoni melakukan ekspansi dengan mengunjungi dua negara kawasan Pasifik, Australia
dan Fiji. Kunjungan tersebut disinyalir bermaksud untuk mendiskusikan perluasan cepat aktivitas
politik – militer China yang sudah masuk ke dalam kawasan pasifik, salah satunya adalah
perencanaan pembangunan landasan terbang yang berkawasan 3000km dari Hawaii, dimana
kawasan ini termasuk ke dalam kawasan strategis karena dekat dengan kawasan milik AS dan
sekutunya.

Langkah China dalam memperluas pengaruhnya menjadikan wilayah Pasifik seakan – akan
menjadi wilayah di tengah perang konflik antara AS dan China. Perebutan wilayah yang
ditakutkan terjadi mungkin akan sangat merugikan wilayah Pasifik sebagai wilayah dengan
sumber daya yang kaya. Fokus China terhadap Asia dan sikap tidak mau mengalah yang dimiliki
AS menempatkan wilayah Pasifik berada dalam ujung tali keputusan. Dimana nantinya, keputusan
yang harus diambil negara terlibat di wilayah Pasifik akan menempatkan salah satu kubu antara
China dan AS menjadi sekutu dan lawan. Perselisihan atas masuknya China ke Pasifik dipercayai
AS memiliki alasan dalam penyebaran pengaruh sistem dan ideologi atas keamanan serta hak asasi
internasional sesuai dengan yang dianut oleh China sendiri.

Jika ditilik lebih jauh, konflik antara AS dan China tidak hanya membawa kedua belah pihak
saja dan sekutunya, namun juga berhubungan langsung dengan Rusia dan Ukraina. China dan
Rusia yang sudah menjalin kerjasama dengan sebutan “kerjasama tanpa batas” sejak pembukaan
olimpiade di Beijing membuktikan aktivitas perluasan China di Pasifik tidak bisa dihentikan begitu
saja oleh AS. NATO dan AS yang juga memberikan perhatian kepada kasus uji coba rudal Korea
Utara dan pengklaiman Laut China Selatan mencoba menyelesaikan dengan berdiplomasi, namun
sejauh ini, upaya diplomatik AS belum menghasilkan hasil yang signifikan karena tidak
mendapatkan respon yang baik dari China dan Rusia.

Wilayah Pasifik yang mulai menjadi pusat perhatian bagi para negara hegemoni karena
menjadi rute perdagangan yang strategis, menarik negara lain untuk menanamkan pengaruhnya di
wilayah tersebut sehingga mendapatkan keuntungan. Namun dibalik tindakan itu semua, perilaku
terutama China dan AS tidak bisa ditebak. Pembangunan landasan terbang China di Pasifik bisa
menjadi alasan utama China untuk pencurian informasi dan pendekatan terhadap wilayah AS
sehingga China bisa memulai konflik bersenjata untuk melakukan perluasan wilayahnya.
Keduanya sama – sama memanfaatkan perselisihan Rusia dan Ukraina dalam aktivitas
ekspansinya, walaupun secara gamblang Menteri AS menyatakan bahwa pemusatan perhatian dan
pengunduran AS dari ekspansi Pasifik dilakukan untuk mengutamakan pendiskusian isu Rusia –
Ukraina.

PBB selaku organisasi internasional pun tidak terlihat melakukan tugasnya, namun
bagaimanapun dengan isu seperti ini, negara wilayah Pasifik sudah harus mampu untuk membuat
keputusan yang tidak akan menyeret wilayahnya kepada perselisihan yang jauh lebih besar sampai
menarik Perang Dunia terjadi kembali. Pasifik sebagai wilayah dengan kekayaan alam dan sumber
daya lainnya yang banyak harus mampu menjaga setelah AS dan China mulai melakukan
ekspansinya, dimana hanya tinggal menunggu waktu saja AS dan China akan kembali membuat
perselisihan dengan membawa Rusia dan Ukraina sebagai penyokong bagi masing – masing
keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

Maharani, E. (2022). Kunjungan blinken Ke Pasifik Tegaskan Fokus as DI Asia. Republika Online
Mobile. Diakses pada 16 Februari 2022, dari https://republika.co.id/amp/r6x55f335

Sekarwati, S. (2022). Retno Marsudi soroti Peran Negara pasifik Dalam Wujudkan perdamaian.
Dunia Tempo.co. Diakses pada 16 Februari 2022, dari
https://dunia.tempo.co/amp/1559526/retno-marsudi-soroti-peran-negara-pasifik-dalam-
wujudkan-perdamaian

Sorongan, Tommy Patrio. (2022). Siaga Perang dunia 3? Amerika Cs 'Kumpul Besar' di Dekat ri.
CNBC Indonesia. Diakses pada 16 Februari 2022, dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220210123615-4-314353/siaga-perang-dunia-3-
amerika-cs-kumpul-besar-di-dekat-ri/amp

Yolandha, F. (2022). Pertemuan quad pastikan Indo-Pasifik Bebas dari Pemaksaan Pihak
Manapun. Republika Online. Diakses pada 17 Februari 2022, dari
https://republika.co.id/berita/internasional/asia/r74v4b370/network

Putro, Yehuda Bimo Yudanto P. (2021). Menyikapi Potensi Eskalasi Konflik Di Kawasan Indo-
Pasifik Sebagai Dampak Dari Kesepakatan Aukus. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Diakses pada 16 February 2022, dari https://setkab.go.id/menyikapi-potensi-eskalasi-konflik-
di-kawasan-indo-pasifik-sebagai-dampak-dari-kesepakatan-aukus/

Anda mungkin juga menyukai