1
2
REVIEW CHAPTER 1
MINGGU KE 2
Hubungan Internasional adalah subjek yang begitu kompleks dan sulit dipelajari. Dalam
buku Brown mencoba menjelaskan arti sebenernya dari Hubungan Internasional sebagai materi
pelajaran. Bagi sebagian orang, Hubungan Internasional berarti hubungan diplomatik-strategis
negara dan fokus utama Hubungan Internasional adalah pada masalah perang, perdamaian,
konflik, dan kerja sama. Ada juga yang melihat hubungan internasional sebagai tentang transaksi
lintas batas dari semua jenis politik, ekonomi, dan sosial. Internasional akan mempelajari negosiasi
perdagangan atau operasi lembaga non-negara seperti Amnesty Internasional karena itu adalah
pembicaraan damai konvensional atau cara kerja Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB). Definisi
ini penting karena ‘Hubungan Internasional’ tidak memiliki semacam keberadaan yang esensial di
dunia nyata dari jenis yang dapat menentukan disiplin akademik. Alih – alih ada interaksi yang
berkelanjutan antara ‘dunia nyata’ dan dunia pengetahuan. Yang terakhir, tentu saja, dibentuk oleh
yang pertama, tetapi ini bukan hanya hubungan satu arah. Bagaimana kita memahami dan
menafsirkan dunia tergantung pada bagaimana kita mendefinisikan dunia yang kita coba pahami
dan tafsirkan, karena selalu ada kemungkinan bahwa definisi apa pun yang diadopsi akan menjadi
kontroversial, ini menghadirkan masalah yang tidak dapat dipecahkan.
Hubungan Internasional biasanya adalah studi tentang hubungan negara – negara dan
hubungan itu dipahami terutama dalam istilah diplomatik, militer, dan strategis. Ini tentu saja cara
para diplomat, sejarawan, dan sebagian besar cendikiawan Hubungan Internasional
mendefinisikan suatu subjek. Negara adalah aktor utama dalam Hubungan Internasional. Ciri
utama suatu negara adalah kedaulatan. Kedaulatan adalah wewenang suatu negara untuk
memerintah diri sendiri. Kedaulatan adalah syarat yang sulit tetapi itu adalah akar dari otonomi
yang legal. Kita mungkin sepakat bahwa Hubungan Internasional adalah studi transaksi lintas
negara secara umum.
3
dan abstrak tentang sesuatu. Di abad ke-18 tidak banyak orang berteori tentang penyebab perang
secara umum karena kebanyakan orang berfikir penyebab perang, setidaknya dalam sistem
internasional pada zaman itu sangat jelas. Itu diterima begitu saja karena suatu negara berperang
untuk mendapatkan sesuatu atau suatu negara berperang sebagai tindakan melindungi diri sendiri
dari negara yang menyatakan perang. Premis dari sistem ini adalah bahwa perang diprakarsai oleh
negara – negara yang mengharapakan menjadi pemenang dalam perang tersebut dan mendapatkan
keuntungan. Perang yang diadakan oleh suatu negara kadang berhasil kadang tidak. Pada tahun
1914, Perang Dunia 1 terjadi, itu adalah perang terbesar yang dilihat oleh sistem Eropa selama tiga
ratus tahun meresmikan satu abad perperangan. Teori abad ke-20 tentang Hubungan Internasional
dimulai disini. Tampaknya ada yang salah dengan jawaban ‘jelas’ dan siswa awal Hubungan
Internasional merasa perlu untuk memikiran lebih dalam tentang penyebab perang untuk
menjawab pertanyaan yang tadinya dianggap tidak memerlukan banyak pemikiran yang teoritis.
Sebuah literatur yang luas dihasilkan tentang sebab – sebab Perang Dunia Pertama, yang
dirangsang oleh klausul ‘bersalah perang’ dari dari Perjanjian Versailles, yang hanya menyalahkan
Jerman.
Dalam buku Brown ini dijelaskan bahwa kita mungkin merasa kita tidak terlalu
membutuhkan banyak teori, tetapi kita tidak bisa membuang salah satu dari teori tersebut karena
kita tidak yakin mana teori yang benar oleh karena itu kita tetap harus mempertahankan teori –
teori tersebut. Mulanya, Hubungan Internasional sebagai cabang dari ilmu Politik, berhadapan
dengan ide dan konsep yang pada dasarnya dapat ‘diperebutkan’ karena mereka memiliki
implikasi politik. Salah satu alasan kenapa Hubungan Internasional adalah ilmu yang menarik
untuk dipelajari karena HI mencoba untuk menghasilkan teori di dalam ruang atau lingkup yang
lebih luas – bukan hanya teori tentang suatu negara atau benua, melainkan teori tentang hubungan
internasional. Ini berarti teori hubungan internasional apapun yang berguna harus dapat bekerja
didalam budaya yang berbeda – beda, dengan memberikan penjelasan tentang dunia yang tidak
etnosentris. Jadi di chapter satu dari buku Brown mencoba memberikan perspektif kepada
pembaca tentang hubungan internasional. Sebagai pelajar dari hubungan internasional, kita dapat
melihat beberapa perkembangan paling menarik di zaman kita, baik di ‘dunia nyata’ maupun di
dalam ilmu sosial. Kami berada di posisi yang paling tepat untuk mengamati dan memahami apa
yang pasti menjadi salah satu tema kunci abad ke dua puluh satu, penyelesaian konflik antara
kekuatan sosial dan ekonomi global di satu sisi, budaya lokal, dan yurisdiksi lain.
4
Tujuan bab ini adalah untuk mencegah anggapan bahwa teori Hubungan Internasional
dapat dipelajari melalui definisi awal yang menentukan, yang implikasinya kemudian disingkirkan
dan diperiksa panjang lebar. Sebaliknya, prosesnya adalah, atau seharusnya, hampir persis
sebaliknya. Yang diperlukan adalah bahwa kita menjelajahi dunia hubungan internasional dari
sejumlah sudut pandang yang berbeda, menganggap masing-masing dengan serius saat kita
memeriksanya, tetapi menolak untuk mengizinkan satu akun untuk menyusun keseluruhan,
menyangkal posisi istimewa untuk satu teori atau set teori. Jika, pada akhirnya, kita masih tertarik
pada definisi, maka kita akan berada dalam posisi untuk membangunnya, dan dengan demikian
mengidentifikasi diri kita dengan teori atau paradigma tertentu. Mungkin sebaliknya, kami akan
menemukan bahwa jenis identifikasi ini tidak membantu, dan kami akan menolak kecenderungan
untuk mendaftar dalam pasukan teori tertentu. Either way, ini adalah keputusan yang harus datang
di akhir, bukan di awal, kursus studi intelektual.
DAFTAR PUSTAKA
Brown dan Ainley. 2005. Understanding International Relations. London.: Palgrave Macmillan
5
REVIEW CHAPTER 2
MINGGU KE 3
Bacaan minggu ini membahas tentang Perjanjian Westphalian dan dampak dari perjanjian
tersebut kepada sistem negara dan sistem kedualatan di Eropa. Jadi, Perjanjian Westphalian di latar
belakangi oleh perang 30 tahun antara kaum Katolik dan kaum Protestan. Perang tersebut sangat
menghancurkan Eropa baik dari segi fisik maupun segi perekonomian. Para pemimpin eropa pun
berunding dan membuat perjanjian yang dinamakan perjainjian Westphalian. Perjanjian
Westphalian ini mempunyai 3 kunci yang sangat mempengaruhi Hubungan Internasional.
Pertama, akibat dari perjanjian ini, banyak negara – negara kecil di eropa menjadi merdeka.
Kekuatan Kekaisaran Roman mulai luntur, kekuatan Paus dan kaisar mulai berkurang, dan negara
– negara ini dapat memilih aliran agama apa yang cocok bagi mereka. Kedua, para pemimpin
negara – negara di benua Eropa yang terlibat dalam perang 30 tahun telah melihat betapa
menghancurkannya perang itu, sehingga banyak dari negeri – negara tersebut membuat
pasukannya sendiri sebagai tindakan perlindungan diri. Pasukan nasional yang mereka miliki
adalah pasukan yang teratur dan terorganisir dengan baik sehingga menjadi lebih mematikan.
Ketiga, benua Eropa didominasi oleh beberapa negara sampai awal abad ke-19; Prancis, Russia,
Austria, Inggris, Prussia, dan United Province atau Belanda. Negara seperti Inggris dan Belanda
menganut paham liberal-kapitalis dan negara Russia dan Prussia mengantuk paham Feudal. Tetapi
semua negara tersebut dipimpin oleh sistem monarki dengan kekuatan yang absolut. Seperti Louis
XIV di Prancis, Peter the Great di Russia, dan Frederic II di Prussian. Perjanjian Westphalian
sangat berpengaruh dalam Hubungan Internasional karena perjanjian tersebut memperkenalkan
sebuah sistem negara baru yaitu kedaulatan. Banyak negara – negara kecil menjadi merdeka dan
berdaulat akibat perjanjian ini sehingga mereka dapat menentukan jalan mereka sendiri. Sistem
negara mulai terlihat di perjanjian ini sehingga sangat berpengaruh dengan perkembangan
Hubungan Internasional karena pemeran utama Hubungan Internasional adalah negara.
6
Eropa pada abad ke-19 menyaksikan 2 revolusi. Revolusi Amerika dari Inggris dan
Revolusi Prancis. Kedua revolusi itu adalah hasil dari pencerahan pemikiran juga sebagai teori
sosial-kontras. Pemikir Pencerahan melihat individu sebagai rasional, individu dapat mempelajari
hukum yang mengatur mereka dan bekerja untuk menaikan derajat mereka di dalam masyarakat.
Pascarevolusi muncul dua inti pemikiran yang sangat berpengaruh. Pertama, adalah kuasa
absolut merupakan kekuasaan yang harus dibtasi oleh manusia. Menurut John Locke seorang filsuf
Inggris, negara merupkan suatu institusi berkeuntungan yang dibentuk oleh manusia rasional yang
berusaha melindungi hak-hak natural mereka dan keinginan pribadi. Inti argumen dari John Locke
adalah, bahwa kekuasaan politik berada pada masyarakat. Suatu pemerintahan mendapat
legitimasi dari yang diperintah atau diatur.
Kedua adalah nasionalisme, nasionalisme adalah keadaan atau paham dimana masyarakat
menyadari kesamaan masa lalu, bahasa, kebiasaan, dan teritori. Kemudian individu dengan
kesamaan karakteristik tersebut termotivasi untuk berperan dalam proses politik suatu negara. Hal
ini dapat kita ambil contoh dari Revolusi Prancis yang dibentuk oleh suatu hubungan atau ikatan
antara masyarakat dan negaranya tanpa memandang kelas sosial. Kedua ide inilah, yakni
Legitimasi dan Nasionalisme yang kemudian menjadi fondasi. Kedua pemikiran ini memberikan
landasan politik bagi negara – negara eropa abad ke-19 dan abad ke-20.
Lalu ada Perang Napoleon yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte, seorang perwira yang
nantinya menjadi kaisar Prancis. Ambisi Napoleon adalah menguasai seluruh eropa dibawah
pengaruh Prancis. Pada waktu yang singkat, hampir seluruh Eropa sudah dikuasai Prancis. Ini
memungkinkan karena Napoleon memiliki pasukan yang terlatih, teroganisir dan mempunyai
moral yang tinggi. Namun pada akhirnya Napoleon pun dikalahkan oleh koalisi dari Inggris dan
Prussian di Pertempuran Waterloo. Pasca perang Napoleon yang sangat menghancurkan, para
pemimpin Eropa membuat perdamaian di kogress Vienna. Kekuatan utama di Eropa yaitu Inggris,
Prancis, Prussian, Austria, dan Russia tidak terlibat dalam perang yang signifikan dalam waktu
yang cukup lama. Di babak kedua dari abad ke-19, negara – negara di Eropa lebih memfokuskan
kepada industrialisasi. Negara yang paling maju dalam industrialisasi tersebut adalah Inggris yang
kita kenal sebagai revolusi Inggris. Revolusi Inggris tersebut membuat inggris sebagai pusat
perekonomian Eropa dan menaikan perekonomian Inggris.
7
Akibat dari revolusi industri di Inggris, Inggris menjadi negara adikuasa pada waktu itu
dan mempunyai angkatan laut yang sangat kuat sehingga Inggris mampu membangun koloni –
koloni di wilayah yang jauh dari pulau Britania itu sendiri seperti di Afrika, Amerika Utara dan
Selatan dan di Asia. Revolusi Industri Inggris membawa dunia ke dalam fase baru yaitu fase
dimana hampir semua penindustrian menggunakan mesin uap dan senjata – senjata untuk
berperang bertambah seperti penggunaan senjata api dan Meriam bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
8
REVIEW CHAPTER 2
MINGGU KE 4
Bacaan minggu ini membahas tentang latar belakang, penyebab, dan dampak dari Perang
Dunia I dan II. Banyak sekali hal – hal yang bisa memicu perang antar negara, yang membuat
kekuatan – kekuatan dominan di Eropa saat itu mengangkat senjata dan berperang antar satu sama
lain.
- PERANG DUNIA I
Jadi, Perang Dunia I berlangsung pada tahun 1914 – 1918 yang terbagi menjadi dua koalisi.
Koalisi Jerman, Kekaisaran Ottoma, dan Austro-Hongarian melawan hampir seluruh negara eropa
lainnya. Peristiwa ini dilatarbelakangi dengan pembunuhan Archduke Franz Ferdinand, putra
mahkota dari kekaisaran Austro-Hongarian yang ditembak di Sarajevo pada Juni 1914. Seperti
sebagian besar pemikiran pemimpin Eropa pada waktu itu, pemimpin Jerman merasa bahwa
perang akan memperkuat rakyat dan negaranya sehingga Jerman membujuk Austro-Hongarian
untuk menghancurkan Serbia. Jerman merasa bahwa perang antara Austro-Hongarian melawan
Serbia hanya akan menjadi perang lokal, namun Jerman salah menilai. Perang antara kedua negara
itu dengan cepat menjadi perang benua setelah Tsar Russia menggerakan pasukannya. Akibat dari
perjanjian koalisi yang sangat erat, banyak negara – negara mulai menyatukan kekuatan. Setelah
pasukan Jerman menyebrang ke Belgia yang melanggarkan perjanjian antara Inggris dan Belgia
tentang netralitas Belgia, Perang Benua itu pun langung berubah setelah Inggris bergabung dengan
koalisi Prancis dan Russia. Kekaisaran Ottoman, rival lama dari Russia bergabung dengan koalisi
Jerman dan Austro-Hongarian. Jerman memprediksikan kemenengan cepat diakhir Desember,
namun hal itu tidak terjadi dan taktik Schlieffen Jerman gagal begitu saja yang menjadi kebuntuan
yang mengerikan. Pada tahun 1914 – 1918, tentara dari lebih dari 12 negara berperang yang
dinamakan perang parit menggunakan gas beracun. Perang Dunia I atau “the Great War”
memperkenalkan perang bom dan perang kapal selam untuk pertama kalinya. Blokade laut yang
dilakukan oleh Inggris memperlemah perekonomian Jerman. Lebih dari 8,5 juta tentara dan 1,5
rakyat sipil kehilangan nyawanya dalam perang ini. Jerman, Austio-Hongarian, Kekaisaran
9
Ottoman, dan Russia kalah. Inggris dan Prancis, dua dari tiga “pemenang” perang menjadi sangat
lemah. Perang Dunia I menyebabkan perubahan yang signifikan dari hubungan Internasional.
Pertama, tiga kekaisaran Eropa menjadi rapuh dan akhirnya pecah. Kedua, Jerman berubah
menjadi kekuatan yang sangat rapuh. Ketiga terciptanya perjanjian Versailles, perjanjian yang
sangat merugikan Jerman karena di perjanjian ini, Jerman harus mengganti segala kerugian perang
dan angkatan bersenjata Jerman dibatasi. Keempat, pembentukan Liga Bangsa – Bangsa yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya Perang Dunia selanjutnya.
- PERANG DUNIA II
10
Uni Soviet. Pada tanggal 6 agustus 1945, Amerika membom kota Hiroshima dan Nagasaki, dan
pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat. Akibat dari perang ini, Ibu kota
Berlin dibagi menjadi dua untuk memperlemah Jerman. Angkatan perang Jepang dikurangi, begitu
juga Italia.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
11
REVIEW CHAPTER 2
MINGGU KE 5
Di akhir Perang Dunia II, muncul dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Dua negara ini memiliki paham ideologi yang berbeda. Amerika Serikat menganut paham
liberalisme dan Uni Soviet menganut paham Komunisme. Uni Soviet yang sudah beberapa kali di
invansi oleh negara barat merasa harus memperkuat pertahanan mereka, bahkan sampai diluar
perbatasan mereka sendiri. Uni Soviet membentuk suatu aliansi yang terdiri dari negara Polandia,
Hungaria, Lithuania, Latvia, Estonia, Bulgaria, Romania, dan seterusnya. Aliansi ini dibuat tentu
untuk meluaskan paham ideologi komunisme dan melindungi kepentingan Uni Soviet itu sendiri.
Amerika Serikat merespon dengan membentuk NATO atau North Atlantic Treaty Organization.
NATO adalah aliansi militer negara – negara Eropa barat seperti Prancis, Inggirs, Belanda, dan
seterusnya yang bertujuan untuk melindungi negara – negara Eropa barat jika sewaktu – waktu
Uni Soviet melakukan agresi militer. Pasca Perang Dunia II banyak sekali negara yang merdeka
seperti India 1947, wilayah Indoc hina 1950s, dan negara – negara benua Afrika. Oleh karena
itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat berlomba – lomba untuk memengaruhi negara yang baru
merdeka tersebut dengan ideologi yang dianut mereka.
Selama Perang Dingin berlangsung, Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak pernah terlibat
konflik secara langsung. Kedua negara tersebut sadar, jikalau mereka terlibat konflik atau perang
terbuka antar negara tersebut, kerugian yang dihasilkan akan sangat besar. Kedua negara tersebut
memilki senjata nuklir, dan jika mereka berperang, kehancuran yang dihasilkan akan sangat besar
dan hampir tidak mungkin untuk pulih dari kehancuran tersebut. Jadi konflik antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet selalu melalu pihak ketiga. Artinya kedua negara tersebut akan memihak
kesalahsatu negara yang sedang berkonflik antar sama lain untuk menyebarkan ideologi mereka
masing – masing seperti saat Perang Vietnam dan Perang Korea. Di Vietnam, Ho Chi Minh
mengibarkan bendera komunis dan menyatakan bahwa Vietnam merdeka. Pasukan Prancis segera
menyerang pihak komunis tersebut namun gagal dan akhirnya meninggalkan Indochina dan
melakukan perjanjian damai di Geneva. Pihak Amerika mendukung pihak Vietnam selatan saat
12
perang Vietnam. Pihak Uni Soviet mendukung Vietnam utara yang berpaham komunisme. Bagi
Amerika Serikat, Perang Vietnam adalah contoh rivalitas di Perang Dingin di Asia. Namun
akhirnya Vietnam utara memenangkan perang tersebut dan negara Vietnam bersatu dibawah
paham Komunisme. Saat Perang Korea, Korea Utara menginvansi Korea Selatan dengan bantuan
perlengkapan persejataan dari Uni Soviet. Pihak Korea Utara berhasil mencapai Seoul dan
mendesak pasukan Korea Selatan ke laut. Namun Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jenderal
Douglas MacArthur berhasil memukul mundur pasukan Korea Utara dan dalam beberapa bulan,
pasukan Amerika Serikat berhasil menguasai ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Pasukan Amerika
Serikat terus maju dan akhirnya mendekati perbatasan China. Pasukan China yang bersenjata
kurang lengkap namun jumlahnya banyak dan moralnya tinggi langsung menyerang pasukan
Amerika Serikat dan memukul mundur pasukan Amerika. Pasukan Amerika akhirnya mundur dan
peristiwa ini merupakan kemunduran pasukan Amerika terjauh sepanjang perang. Akhirnya suatu
perjanjian dibuat antara Korea Selatan dan Korea Utara dan sebuah perbatasan dibuat yang
dinamakan Zona Dimiliterisasi yang sampai sekarang dijaga ketat oleh pasukan Korea Utara dan
Korea Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat.
Perang Dingin berdampak sangat kepada dunia, karena banyak sekali konflik yang terjadi
akibat persaingan dua negara adidaya tersebut yang sama – sama berambisi untuk menguasai
dunia. Kedua negara tersebut yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet sama – sama bekerja keras
dalam menyebarkan ideologi mereka. Kedua negara tersebut tidak hanya bersaing di bidang militer
dan ideologi, tetapi mereka bersaing juga di bidang ilmu pengetahuan. Seperti saat Uni Soviet
meluncurkan satelit pertama di dunia yang mengorbit di luar angkasa pada tanggal 4 Oktober 1957
yang dinamakan Sputnik. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa (Space race) antara Uni
Soviet dan Amerika Serikat.
Tahun 1989, tembok Berlin diruntuhkan sebagai tanda persatuan Jerman kembali setelah
hampir setengah abad dibagi dua. Perang Dingin berakhir ditandai dengan keruntuhan Uni Soviet
pada tahun 1991 akibat masalah ekonomi. Negara – negara bekas soviet akhirnya merdeka dan
paham komunisme di wilayah Eropa timur mulai luntur. Namun negara – negara seperti China,
Vietnam, dan Korea Utara tetap menganut paham komunisme. Uni Soviet sendiri berganti menjadi
Federasi Russia.
13
Berakhirnya Perang Dingin memperlihatkan kenyataan bahwa konflik ideologi tidak lagi
relevan dalam politik internasional. Isu sentral yang muncul kemudian adalah persoalan-persoalan
ekonomi yang muncul seiring dengan meningkatnya interdependensi global antar negara dan
regionalism ekonomi. Hampir di setiap belahan bumi terdapat blok ekonomi yang 34 menyebutkan
identitas regionalnya seperti European Economic Community (EEC), Latin America Free Trade
Area (LAFTA), North Amerika Free Trade Area (NAFTA), Asean Free Trade Area (AFTA), Asia
Pasific Economic Cooperation (APEC), dan lain-lain. Menurut John Mersheimer, pola pergeseran
konflik dan kerjasama politik yang didorong faktor ideologi selama Perang Dingin ke arah kerja
sama dan konflik ekonomi pasca Perang Dingin bukanlah suatu yang sederhana. Keberhasilan
kerjasama ekonomi dari sistem internasional yang kapitalis dan mengutamakan pemerintahan yang
demokratis di negara-negara Barat yang telah diraih pasca Perang Dingin tidak lepas dari adanya
common threat (ancaman bersama), yaitu ancaman komunisme selama 45 tahun dalam era Perang
Dingin. Lenyapnya faktor ancaman bersama akan memperlihatkan kelemahan perkembangan dan
kerja sama ekonomi yang ada, termasuk penanganan keterkaitan independensi ekonomi yang
menjadi gejala utama di hampir setiap kawasan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
Djafar Zainuddin. 1996. Teori Hubungan Internasional Memerlukan Paradigma Baru. Jakarta:
PT. Dunia Pustaka Jaya.
14
REVIEW CHAPTER 3
MINGGU KE 6
Dalam chapter ini kita akan membahas empat teori umum yaitu realisme, liberalisme,
radikalisme(marxisme), dan konstruksi sosial. Percobaan untuk menjelaskan hal – hal yang
kompleks dan penting tentang perang, perkembangan ekonomi, dan krisis tetap menjadi hal yang
ambisius karena hal itu membutuhkan percobaan yang terus menerus dan cara pandang baru.
Invansi Amerika dan sekutu ke Iran pada tahun 2003 memberikan tantangan terhadap teori
Hubungan Internasional kontemporer. Kita bisa mencoba memberikan penjelasan dengan
menggunakan tiga tahapan analisi. Pertama, jika fokusnya adalah dalam tingkatan individual maka
personaliti, pilihan, keputusan, dan presepsi menyedikan penjelasannya. Kedua, jika fokusnya
adalah tingkatan negara maka penjelasannya berasal dari karakteristik dari negaranya, sistem
ekonomi, tipe pemerintahnya, dan kepentingan negaranya. Ketiga, jika fokusnya di tingkatan
internasional maka penjelasannya berasal dari karakteristik sistem tersebut atau dari organisasi
internasional atau regional dan kekuatan dan kelemahan relatif mereka.
- REALISME
Realisme adalah hasil dari sejarah panjang dan tradisi filsafat walaupun pengaruhnya
terhadap hubungan internasional baru kelihatan sekarang. Setidaknya ada empat esensi dasar yang
ditemukan dalam buku Thucydides berjudul “History of Peloponnesian War”. Pertama bagi
Thucydides, negara adalah pemeran utama dalam perang dan politik secara umum. Kedua, negara
diasumsikan sebagai actor tunggal. Dia berpendapat bahwa jika suatu negara memutuskan untuk
pergi berperang, itu berdasarkan hasil keputusannya sendiri. Tidak ada aktor yang substansial
untuk menentang keputusan pemerintah. Ketiga, pengambilan keputusan berdasarkan nama negara
diasumsikan sebagai aktor yang rasional. Thucydides menganggap bahwa manusia adalah mahluk
yang rasional yang mengambil keputusan dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan
dengan tujuan yang ingin diraih. Keempat, Thucydides, seperti realitas kontemporer, merasa
khawatir bahwa suatu negara perlu melindungi dirinya sendiri baik dari dalam maupun luar.
15
Sebuah negara menambah keamanannya dengan meningkatkan kapasitas domestiknya,
mengembangkan perekonomian, dan bekerja sama dengan negara lain yang memiliki kepentingan
yang sama.
- IDEALISME
Liberalisme berpendapat bahwa sesungguhnya manusia itu baik, dan dapat meningkatkan
kualitas moral dan materialnya, membuat kedamaian dan meningkatkan kualitas masyarakat.
Perilaku buruk dan baik manusia, seperti ketidakadilan dan perang dipengaruhi oleh institusi yang
tidak memadai, penuh dengan tindakan korupsi, dan kesalahpahaman antar pemimpin. Menurut
pemikiran liberalisme, kebebasan manusia adalah cara terbaik untuk mencapai demokrasi melalui
pasar kapitalisme yang teratur.
- SOSIAL KONSTRUKTIF
Seperti realisme dan neoliberalisme, konstruktivisme melihat kekuatan sebagai hal yang
penting. Tapi, banyak paham – paham melihat kekuatan dalam lingkup materialis nya saja
(kekuatan militer, ekonomi, dan politik), konstruktivisme juga melihat kekuatan sebagai makna
yang tidak berkesinambungan antara satu sama lain seperti ide, kebudayaan, dan bahasa.
- RADIKALISME
Radikalisme, yang membedakan radikalisme dengan paham – paham lain yaitu paham
radikalisme berpendapat bahwa yang menjadi penyebab permasalahaan sosial itu adalah negara
itu sendiri. Tulisan dari Karl Marx adalah hal yang fundamental untuk semua pemikiran radikal.
16
Menurut Karl Marx, di sistem kapitalis, kepentingan pribadi menguasai kaum buruh dan
perdagangan yang menciptakan perbudakan dimana dari kelas tertentu berusaha membebaskan
diri mereka sendiri. Radikal paling peduli untuk menjelaskan hubungan antara alat – alat produksi,
hubungan sosial, dan kekuasaan. Menurut radikalismen, subjek utama untuk dianalisis adalah
sistem ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
17
REVIEW CHAPTER 6
MINGGU KE 7
Kita berangkat dengan suatu pertanyaan, yaitu Apakah individu yang menduduki posisi
resmi membuat perbedaan dalam pembentukan kebijakan luar negeri? Berapa banyak perbedaan
yang dilakukan individu? Pemikiran Liberal berpendapat bahwa pemimpin dapat membuat
perbedaan dan individu mungkin merupakan tingkat analisi yang tepat. Spekulasi ini
mencerminkan kepercayaan umum bahwa para pemimpin individu dan karakteristik pribadi
mereka membuat perbedaan dalam kebijakan luar negeri, dan karenanya, dalam hubungan
internasional. Bagi kaum Realis, individu tidak begitu penting. Posisi ini berasal dari asumsi realis
dari aktor kesatuan. Dengan demikian, negara tidak dibedakan berdasarkan jenis pemerintahan
mereka atau kepribadian atau gaya para pemimpin yang memegang jabatan, tetapi oleh kekuatan
relatif yang mereka pegang dalam sistem internasional. Realis melihat bahwa individu dibatasi
oleh negara yang menjadi tempat tinggal mereka dan Neorealis melihat bahwa individu dibatasi
oleh sistem internasional. Radikalisme melihat bahwa individu dibatasi oleh sistem internasional,
terutama kapitalisme internasional, oleh karena itu, itu adalah satu – satunya teori yang relevan.
Hasil pembacaan mingguan dalam review ini diambil dari buku “Essentials Of
International Relations”, karya Karen Mingst, chapter 6, berjudul “The Individual”. Dengan proses
pembuatan review ini, penulis berharap review ini dapat membantu dalam memahami lebih dalam
mengenai individual-individual dan dampak kaum elit dalam Hubugan Internasional. Setiap kali
ada perubahan pimpinan dalam kuasa yang kuat, spekulasi selalu bangkit mengenai kemungkinan
perubahan dalam kebijakan luar negeri. Para liberal bersikeras bahwa keberadaan seorang
pemimpin itu penting. Contoh kepentingan individu pemimpin dapat dilihat dengan pergeseran
kebijakan atribut konstrutivisme di Uni Soviet, yang juga mempengaruhi network para reformis
dan spesialis hubungan internasional yang membawa ide-ide baru. Untuk para realis, para
individual tidak berkepentingan. Negara tidak dibedakan dari tipe sistem pemerintahannya atau
18
pribadi pemimpin, tetapi berdasarkan kuasa relatif yang mereka pegang dalam sistem
internasional.
Namun, keberadaan para individual yang elit membawa dampak pada kondisi eksternal.
Karena ketika institusi politik tidak stabil kondisinya, pemimpin bisa dan diperbolehkan untuk
menafkahi influensi-influensi kuat. Ketika mereka memiliki batas institusional yang sedikit, dalam
rezim diktator, pemimpin terbebaskan dari batas-batas sosial dan oposisi politik. Berarti,
pemimpin bisa megubah kebijakan. Dampak dan tingkat seberapa efektif elit berhubungan dengan
faktor sifat. Pemimpin dengan jiwa nasionalisme yang tinggi, hasrat akan kekuatan, dan tingkat
ragu orang lain yang tinggi, cenderung mengembangkan orientasi yang mandiri buat hubungan
internasional. Sedangkan pemimpin yang memiliki jiwa nasional yang rendah, keinginan untuk
evaluasi, dan gampang percaya dengan orang lain, cenderung mengarah ke orientasi partisipan
dalam hubungan internasional. Karakterisitik setiap watak mempengaruhi kepemimpinan para
diktator lebih daripada pemimpin demokratis karena absennya pengecekan institusi yang efektif.
- ELIT POLITIK
Tindakan individu mempengaruhi jalannya peristiwa ketika setidaknya satu dari beberapa
faktor hadir. Ketika institusi politik, muda, sedang krisis atau runtuh, pemimpin memiliki
kemampuan untuk memberi pengaruh yang kuat. Individu juga mempengaruhi jalannya acara
ketika mereka memiliki sedikit kendala kelembagaan. Dalam rezim diktatorial atau sangat
tersentralisasi, para pemimpin puncak relatif bebas dari hambatan domestik, seperti oposisi politik
atau input masyarakat, dan dengan demikian mampu memetakan kursus dan menerapkan
kebijakan luar negeri yang relatif tidak terkekang, seperti yang diilustrasikan oleh contoh Soviet
dan Tiongkok. Individu juga dapat memberikan pengaruh saat sebuah isu atau situasi itu tidak
biasa, ambigu, dan perifer. Situasi krisis, khususnya ketika informasi tidak mencukupi dan
prosedur operasi standar tidak dapat diterapkan, membuat skenario di mana karakteristik pribadi
pembuat keputusan paling penting. Skenario seperti itu muncul selama krisis rudal Kuba, ketika
keterbukaan pribadi Presiden John F. Kennedy terhadap berbagai alternatif dan perhatian terhadap
dinamika kelompok berperan dalam resolusi tersebut.
19
- INDIVIDU PRIBADI
Meskipun para pemimpin yang memegang posisi formal memiliki lebih banyak
kesempatan tidak hanya untuk berpartisipasi tetapi juga untuk membentuk hubungan internasional,
individu-individu swasta dapat dan memang memainkan peran kunci. Individu pribadi, terlepas
dari peran resmi apa pun, dapat berdasarkan keadaan, keterampilan, atau sumber daya yang
dilakukan dalam tindakan nyata dalam hubungan internasional. Mereka kurang terikat oleh aturan
main dan norma kelembagaan. Banyak dari suara individu ini dapat memperbesar dampaknya
melalui media sosial, termasuk Facebook, Twitter, dan blog. Dari Tunisia ke Kolombia, Iran, dan
China, orang-orang telah menggunakan blog dan Facebook untuk mengungkap keluhan dan
korupsi dan atau mengumpulkan protes dan demonstrasi untuk mendukung posisi masing-masing.
Individu dengan sumber daya finansial dapat membentuk suatu badan amal yang bergerak
dibidang kesehatan atau kekeluargaan. Individu yang memiliki status selebriti dapat
memanfaatkan ketenarannya untuk membantu rakyat kecil seperti Angelina Jolie. Lalu ada Aung
San Suu Kyi, Malala Yousafzai, dan Mohamed Bouazizi. Mereka adalah contoh individu yang
sangat berpengaruh di dalam hubungan internasional.
Menurut paham Realisme, pengambilan keputusan dibatasi oleh sistem internasional yang
anarkis dan kepentingan nasional. Menurut paham Liberalisme dan Neoliberalisme pengambilan
keputusan tentang hubungan internasional melalui pilihan yang diambil dan faktor personalitas.
Menurut paham Radikalisme, pengambilan keputusan dibatasi oleh sistem kapitalis internasional.
Menurut konstrukvitisme, pengambilan membentuk paham yang popular.
Individual swasta rentan aktif dalam aktifitas dimana representatif formal tidak hadir dan tidak
berpatisipasi. Dengan peraturan permainan yang non-existent untuk individual swasta dari norma
institusi, individual swasta lebih berperan dalam diplomasi dua-jalur. Diplomasi tersebut
mengutilisasikan individu diluar pemerintahan untuk menyelesaikan tugas-tugas konflik.
Pendekatan alternatif yang postmodern dan kritis sedang berusaha untuk mencari perhatian para
teoris mainstream untuk melihat cerita-cerita lain. Penulis feminis sedang berusaha membawa
perhatian ke peran individual swasta, terutama wanita.
20
Publik masa memiliki kecenderungan psikologis yang sama dengan individu elit dan
kelompok-kelompok kecil. Mereka berpikir dalam aspek persepsi dan gambaran, memperhatikan
gambaran cermin, dan menggunakan strategi memproses informasi tersebut. Influensi publik
massa pada kebijakan luar negeri dapat dijelaskan dalam tiga cara yaitu massa dan elit bertingkah
sama karena mereka memiliki karakteristik psikologis dan biologis yang umum, massa memiliki
opini dan perilaku mengenai kebijakan luar negeri dan hubungan internasional yang berbeda
dengan para elit, para massa, yang tidak dapat diawasi oleh institusi, terkadang bertingkah laku
yang kemudian berdampak ke hubungan internasional.
Beberapa pelajar beragumen bahwa ada ciri-ciri psikologis dan biologis yang biasa pada setiap
pria, wanita, dan anak, masyarakat pun mencerminkan karakteristik tersebut. Individu-individu
dan massa telah dikatakan mempunyai dorongan untuk meraih, melindungi, dan mempertahankan
teritori--teritori imperatif. Kedua kelompok tersebut mengidap cacat yang sama; ketika masyarakat
frustrasi, sama seperti para individual, mereka bertindak agresif. Publik memiliki kebijakan luar
negeri orientasi yang umum dan sifat tertentu dapat disebarkan di forum pendapat publik.
Untuk menyimpulkan isi review chapter 6, “The Individual”, yang diambil dari buku
“Essentials Of International Relations”, karya Karen Mingst, perspektif individual yang bersaing
terdapat tiga, para elit kebijakan luar negeri, individual swasta, dan publik massa, Individual
membentuk berbagai macam identitas, dimana para elit bisa menjadi pelopor kebijakan yang
mempromosikan perubahan dengan ide – Ide. Maka dari itu kita harus memperhatikan
karakteristik sifat dan memahami bagaimana para individual-individual mengambil keputusan dan
dampaknya pada perilaku kelompok dan individual.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
Brown dan Ainley. 2005. Understanding International Relations. London.: Palgrave Macmillan
21
REVIEW CHAPTER 5
MINGGU KE 8
Agar dapat dikualifikasikan sebagai sebuah negara, harus terlebih dahulu memenuhi beberapa
kriteria menurut perjanjian Montevideo,1993. Pertama, sebuah negara harus memiliki wilayahnya
sendiri. Kedua, sebuah negara harus memiliki penduduk yang menetap di wilayah tersebut. Ketiga,
Sebuah negara harus memiliki pemerintahan yang berdaulat dan diakui oleh rakyatnya. Keempat,
sebuah negara harus mendapat pengakuan dari negara lain. Definisi suatu negara berbeda dengan
bangsa. Bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik yang sama. Jika demikian
maka rakyat membentuk suatu bangsa. Inti dari konsep bangsa adalah gagasan bahwa orang –
orang yang memiliki kesamaan memiliki kesetiaan kepada bangsanya dan pewarkilan hukumnya,
negara.
Negara-bangsa adalah dasar penentuan nasib nasional sendiri, gagasan bahwa orang – orang
yang berbagi kebangsaan memiliki hak untuk menentukan bagaimana dan dalam kondisi apa
mereka harus hidup. Negara – negara lain tersebar di beberapa negara. Negara-bangsa itu
kompleks dan terus berkembang.
Mengkonseptualisasi Negara
Ada beberapa konsep tentang negara, konsep yang pertama yaitu negara adalah tatanan
normatif, simbol untuk masyarakat tertentu dan kepercayaan yang mengikat orang – orang yang
tinggal di dalam perbatasannya. Entitas ini juga memiliki monopoli tentang penggunaan kekerasan
yang sah dalam suatu masyarakat. Negara adalah unit fungsional yang memiliki tanggung jawab
penting, memusatkan dan menyatukan mereka.
Menurut pandangan realisme, negara adalah aktor tunggal yang hanya dibatasi oleh anarki
struktural dari sistem internasional. Negara menikmati kedaulatan, kewenangan untuk mengatur
sesuatu yang berada didalam wilayahnya yang mempengaruhi masyarakat, ekonomi, keamanan,
22
dan bentuk pemerintahan. Kekuatan penting menurut realis, tetapi bukan hanya kekuatan militer
namun kekuatan seperti ideologi yang mencirikhaskan suatu negara.
Dalam pandangan liberal, negara memiliki kedaulatan tetapi bukan aktor otonom. Menurut
liberal, sistem internasional adalah proses yang terjadi yang melibatkan banyak aktor, mereka
melihat negara sebagai arena pluralis yang fungsinya mepertahankan aturan – aturan dasar
permainan. Aturan ini memastikan berbagai kepentingan bersaing secara adil dan efektif di dalam
permainan politik. Negara adalah refleksi dari kepentingan pemerintah dan masyarakat.
Marxisme instrumental melihat negara sebagai agen eksekusi kaum borjuis. Kaum borjuis
bereaksi ke tekanan masyarakat secara langsung, terutama tekanan dari kelas kapitalis. Marxisme
Struktural melihat negara beroperasi tanpa struktur dari sistem kapitalis. Dalam sistem itu, negara
didorong untuk berkembang, bukan karena tekanan dari sistem kapitalis melainkan karena
keharusan.
Pandangan Kontruktivisme terhadap negara berbeda dengan pandangan para teoritis lainnya.
Menurut pandangan ini, kepentingan nasional tidak bersifat material ataupun diberikan.
Kepentingan itu selalu berubah dan berkembang, sebagai respon dari faktor domestik dan norma
dan ide internasional. Negara memiliki berbagai tujuan dan nilai, dimana mereka sosialisasikan ke
internasional atau organisasi non-pemerintah. Norma tersebut dapat mengubah kepentingan
sebuah negara sehingga mempengaruhi sifat negara tersebut. Intinya, negara “membuat” sistem
dan sistem “membuat” negara.
Negara adalah aktor yang penting karena negara memiliki kekuatan, dimana mereka tidak
hanya bisa mempengaruhi tetapi juga bisa mengkontrol suatu situasi untuk menghasilkan suatu
hasil yang tidak dapat terjadi secara alami. Semua pandangan setuju bahwa kekuatan itu
multidimensi, dinamis, dan tergantung dengan situasi yang ada.
23
- Sumber Natural dari Kekuatan
Tiga hal paling penting sebagai sumber natural kekuatan yang potensial yaitu letak dan ukuran
geografis, populasi, dan sumber daya alam.
Citra nasional, dukungan publik, kualitas pemerintahan, kepemimpinan, dan moral sama
pentingnya dengan kekuatan yang berwujud walaupun ditolak oleh radikalisme yang melihat
kekuatan dari sifat material.
Terdapat tiga jenis yaitu diplomasi, kenegaraan ekonomi, dan pengunaan kekuatan. Di situasi
tertentu, negara mungkin akan menggunakan salah satu pendekaran tersebut lalu menggunakan
pendekatan yang lain untuk mempengaruhi target yang dituju.
- Seni Diplomasi
Diplomasi tradisional, negara bertujuan untuk mempengaruhi perilaku negara lain dengan
tawar menawar, diplomasi, mengambil tindakan tertentu atau menahan diri dari tindakan tersebut
atau melihat masyarakat luar untuk dukungan. Menurut Harold Nicolson, penulis dan diplomat
Inggris, diplomasi dimulai dengan negosiasi menggunakan komunikasi secara langsung atau tidak
langsung sebagai usaha untuk mencapai suatu kesepakatan.
- Kenegaraan Ekonomi
Negara menggunakan kenegaraan ekonomi-keterikatan yang kadang disebut sanksi positif dan
sanksi yang disebut sanksi negatif. Keterikatan, memberikan “wortel” sebagai apresiasi dari negara
yang mengambil tindakan sesuai dengan kepentingan nasional dan sanksi menggunakan “tongkat”
sebagai hukuman bagi negara yang mengambil tindakan yang tidak sesuai dan “tongkat” tersebut
bertujuan untuk mengubah perilaku dari negara yang dituju.
24
- Pengunaan Kekuatan
Sebuah negara menggunakan kekuatan seperti ancaman untuk membuat negara yang
ditargetkan untuk melakukan sesuatu atau membatalkan sesuatu hal yang sudah dilakukan.
Kebanyakan pengambil kebijakan, terutama saat keadaan krisis, dan kebanyakan realis
memulai dengan model rasional yang dianggap kebijakan luar negeri sebagai tindakan yang dipilih
oleh pemerintah nasional untuk memaksimalkan sasaran strategisnya. Negara diasumsikan sebagai
aktor tunggal dengan tujuan yang telah ditetapkan, beberapa pilihan, dan protokol yang digunakan
untuk memutuskan pilihan mana yang paling tepat untuk mendapatkan tujuan yang telah
ditetapkan. Saat keadaan krisis, negara sebagai aktor tunggal pertama, mengindentifikasikan
masalah yang ada, kedua, menjelaskan tujuan, ketiga, menentukan kebijakan alternatif, keempat,
menganalisis keuntungan dan kerugian dari kebijakan alternatif tersebut, dan terakhir, memilih
opsi yang menghasilkan hasil terbaik dengan kerugian yang paling minim. Sistem internasional
anarki berarti sebuah negara berasumsi bahwa lawannya melakukan pengambilan keputusan yang
rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
Campbell, Stevens, dan Mackinnon. 2010. An Introduction to Global Studies. West Sussex. A John
Wiley & Sons, Ltd., Publication
25
REVIEW CHAPTER 4
MINGGU KE 9
Konsepsi pertama melihat sistem internasional bukan sebagai struktur yang tidak berubah,
tetapi lebih sebagai sistem yang saling tergantung di mana interaksi berganda dan lancar terjadi di
antara berbagai pihak dan di mana berbagai aktor belajar dari interaksi. Aktor-aktor dalam proses
ini tidak hanya mencakup negara-negara tetapi juga hubungan organ pemerintah internasional
(seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa), organisasi organ nonpemerintah (seperti Human Rights
26
Watch), perusahaan multinasional, dan aktor substrat (seperti parlemen dan birokrasi). Konsepsi
kedua melihat sistem internasional dalam kaitannya dengan tatanan internasional tertentu.
Dibangun berdasarkan tradisi Immanuel Kant dan Presiden AS Woodrow Wilson, pandangan ini
menyatakan bahwa tatanan internasional liberal mengatur pengaturan di antara negara-negara
melalui aturan dan prinsip bersama, mirip dengan prinsip-prinsip yang dilihat realis dalam
berbagai kondisi. Polaritas. Tetapi tidak seperti prinsip realis, perintah ini adalah perintah yang
diakui; tidak hanya terpola baik atau interkoneksi. Dalam urutan ini, institusi memainkan peran
kunci. Pandangan liberal ketiga tentang sistem internasional dipegang oleh institusionalis
neoliberal. Institusionalis neoliberal melihat sistem internasional sebagai anarkis dan mengakui
bahwa setiap negara bertindak atas dasar kepentingannya sendiri, mirip dengan pemikiran realis.
Tetapi para institusionalis neoliberal menarik kesimpulan yang berbeda tentang negara di dalam
sistem internasional. Ini mungkin merupakan sistem kooperatif, di mana negara memilih untuk
bekerja sama karena mereka menyadari bahwa mereka akan memiliki interaksi di masa depan
dengan aktor yang sama.
Paham Kontruktivisme berpendapat bahwa konsep dari sistem internasional berasal dari ide
orang eropa, yang diterima sebagai fakta natural (setidaknya oleh orang Eropa dan Amerika Utara).
27
Mereka berpendapat bahwa, kita tidak dapat menjelaskan apa – apa hanya dengan sistem material
internasional. Mereka setuju bahwa kekuatan penting di dalam sistem internasional, tetapi makna
“kekuatan” tersebut berubah seiring nya waktu berjalan. Konstruktivis tidak melihat struktur
material dalam sistem internasional tetapi lebih pada proses yang dibangun secara sosial.
Sementara tokoh konstruktivis terkenal, Alexander Wendt, dalam Teori Sosial Politik
Internasional, setuju dengan premis fundamental kaum realis bahwa sistemnya anarkis, ia
berpendapat bahwa seluruh gagasan tentang anarki dibangun secara sosial: anarki adalah apa yang
dibuat oleh negara tentang hal itu.
Realisme
Liberalisme
Radikalisme
28
Kemungkinan Perubahan : Perubahan radikal yang diinginkan tetapi dibatasi oleh
struktur kapitalis
Kontruktivisme
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
29
REVIEW CHAPTER 21 BUKU PETER WILLET
MINGGU KE 10
Tidak ada yang dapat menyangkal proliferasi (perkembangan) organisasi-organisasi ini dan
berbagai kegiatan mereka.Pertanyaan kontroversial: “apakah dunia non-negara memiliki arti
penting dalam dirinya sendiri” dan “apakah ia membuat perbedaan dalam analisis hubungan antar
30
negara”. Definisi hubungan internasional yang “meliputi hubungan antar negara”dikenal sebagai
pendekatan state-centric/realisme.Sebuah tautologi mengatakan bahwa aktor non-negara
merupakan kepentingan sekunder. Pluralisme adaberdasarkan asumsi bahwa semua jenis aktor
dapat mempengaruhi hasil politik. Ungkapan aktor 'non-negara' menyiratkan bahwa negara itu
dominan dan aktor lain adalah sekunder. Ungkapan alternatif, aktor transnasional, menegaskan
bahwa hubungan internasional tidak terbatas pada pemerintah, dan bahwa aktor-aktor lain
beroperasi melintasi batas negara.
Dalam Hubungan Internasional tradisional, masyarakat sipil dipahami sebagai bagian dari negara.
Filsuf dan sosiolog (yang berfokus pada negara sebagai pemerintah), masyarakat sipil terpisah dari
negara.
Dalam hukum internasional hanya ada sedikit ruang untuk mengakui keberadaan aktor
transnasional yang berbeda.
Ketika 'negara' berarti 'pemerintah' dan tidak mencakup masyarakat sipil, kita dapat menyelidiki
hubungan antar-pemerintah dan hubungan antar-masyarakat sebagai aktor-aktor transnasional.
31
LSM (khususnya serikat pekerja, gereja, dan kelompok kampanye) di bidang hak asasi manusia,
hak-hak perempuan, dan lingkungan, memiliki keanggotaan berjumlah jutaan.
32
PERUSAHAAN TRANSNASIONAL tidak jelas. Perusahaan yang menggunakan komoditas
primer, seperti Starbucks yang mengolah kopi, dapat merespons tarif pajak yang lebih tinggi
dengan mengubah harga transfernya untuk mengurangi tagihan pajaknya. Perusahaan berbasis
internet, seperti Google dan Amazon, menghubungkan operasi mereka dengan kantor di negara-
negara dengan tarif pajak perusahaan yang rendah. Ketika masalah ini hanya mempengaruhi
negara-negara berkembang, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menegaskan kedaulatan pajak
mereka atas PERUSAHAAN TRANSNASIONAL. Sekarang pemerintah negara-negara maju
kehilangan pendapatan pajak yang besar, masalah ini ditangani oleh Organisasi untuk Kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD), G8 dan G20.
Sebagian besar perusahaan transnasional negara berkembang itu kecil, tetapi beberapa di
antaranya menjadi pemain utama dalam industri tertentu, seperti mobil, elektronik, baja, dan
pengiriman kontainer. perusahaan transnasional Cina, Lenovo, sekarang menguasai merek PC
IBM, sementara dua perusahaan transnasional India, Tata dan Mittal, telah mengambil alih
produsen baja utama Eropa. Perusahaan transnasional di negara berkembang lebih cenderung
berinvestasi di negara tetangga, tetapi mereka juga semakin berinvestasi di negara maju. Mereka
memiliki lebih dari 500 afiliasi di AS dan jumlah serupa di Inggris.
Dua contoh menggambarkan dunia baru perusahaan transnasional negara berkembang yang
sukses ini: Marcopolo, sebuah perusahaan Brasil, memproduksi bus di beberapa negara Amerika
Selatan dan menjualnya di lebih dari delapan puluh negara; dan Hikma Pharmaceuticals, sebuah
33
perusahaan Yordania, memproduksi di dua negara Arab lainnya dan di Portugal, memiliki
penjualan yang kuat di Asia Barat dan Afrika Utara, bersamaan dengan ekspansi di Eropa dan
Amerika Serikat.
Hanya jika resolusi Dewan Keamanan PBB mewajibkan semua negara di dunia untuk
menjatuhkan sanksi, terdapat prospek yang masuk akal dari pemerintah yang bertekad mencegah
perusahaan transnasional agar tidak bisa menghindari sanksi. Namun, dalam situasi seperti itu,
kedaulatan atas perdagangan yang relevan berada di tangan Dewan Keamanan dan bukan dengan
masing-masing pemerintah.
34
Konflik akan timbul karena regulasi pasar untuk menghindari risiko kegagalan pasar atau
eksternalisasi biaya sosial dan lingkungan produksi. Deregulasi domestik dan globalisasi kegiatan
ekonomi berarti bahwa regulasi sekarang terjadi di tingkat global daripada di masing-masing
negara. Pertama, pemerintah dapat menegaskan kembali kontrol hanya dengan bertindak secara
kolektif. Kedua, tekanan konsumen mengarah pada kode perilaku global yang diterima oleh
perusahaan dan diimplementasikan bekerja sama.
NON-LEGITIMATE GROUPS AND LIBERATION MOVEMENTS AS POLITICALACTORS
Berbagai kelompok terlibat dalam perilaku kekerasan dan / atau kriminal atas dasar
transnasional. Perbedaan dapat terjadi antara aktivitas yang dianggap kriminal di seluruh dunia.
Dalam kenyataannya, perbedaan kadang-kadang tidak jelas, misalnya ketika penjahat mengklaim
motif politik atau kelompok politik bertanggung jawab atas tindakan seperti terorisme, penyiksaan,
atau melibatkan anak-anak dalam kekerasan. Bagi semua pemerintah, baik kegiatan kriminal
maupun kekerasan politik tidak sah di wilayah hukum mereka sendiri maupun di negara lain.
- Penjahat transnasional dan dampak politiknya
Secara politis, industri kriminal yang paling penting adalah perdagangan gelap senjata dan
obat-obatan terlarang. Ada pula perdagangan budak baru, terutama untuk eksploitasi seksual
wanita muda. Perusahaan transnasional paling peduli untuk mencegah perdagangan barang palsu
dan pencurian kekayaan intelektual. Penjahat membentuk geng lokal, tetapi mereka juga
diorganisir ke dalam jaringan baik secara nasional maupun transnasional, untuk terlibat dalam
perdagangan gelap. Baik pasokan obat-obatan maupun permintaan senjata terutama berasal dari
'negara gagal'. Terkadang, keterpencilan medan dan kemudahan produksi heroin atau kokain
menyebabkan orang miskin di negara berkembang pindah ke perdagangan narkoba.
Pertama, arus keuangan kriminal bisa sangat besar, dan pencucian uang mengancam integritas
perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Kedua, perdagangan kriminal telah sangat beragam
melalui triangulasi sehingga tidak ada pemerintah yang dapat (dengan yakin) mengklaim bahwa
negara mereka bukanlah rute transit untuk narkoba atau senjata. Ketiga, seperti halnya arbitrasi
35
peraturan oleh perusahaan transnasional, tindakan polisi di satu negara dapat memindahkan geng
yang terorganisir dengan baik ke negara lain, alih-alih menghentikan kegiatan mereka. Keempat,
obat-obatan terlarang dan pencucian uang melibatkan pertanyaan-pertanyaan tentang yurisdiksi
ekstrateritorial.
Sejak 11 September 2001, keseimbangan politik telah berubah secara substansial. Skala
kehancuran yang dilakukan oleh Al Qaeda terhadap New York dan Washington melakukan banyak
hal untuk mendelegitimasi semua kelompok yang menggunakan kekerasan untuk tujuan politik.
Secara historis, terorisme terutama menjadi instrumen konflik internal dalam satu masyarakat,
tetapi Al Qaeda memberi dunia ancaman baru dari jaringan global transnasional. ICC adalah
modifikasi dari sistem antar negara, karena ia diciptakan oleh kampanye politik LSM hak asasi
manusia, karena oposisi pahit dari satu-satunya 'negara adidaya' dikalahkan, dan karena tanggung
jawab kedaulatan untuk menuntut para penjahat dapat ditanggung oleh pengadilan global. Pada
bulan September 2005, PBB melangkah lebih jauh, menggantikan kedaulatan negara dengan
'tanggung jawab untuk melindungi' secara kolektif, ketika otoritas nasional secara nyata gagal.
Respons global yang sangat terbatas atas pembunuhan pemerintah Suriah terhadap lawan
domestik di Hama pada Februari 1982. Ketika diajukan ke pemungutan suara di PBB, Cina, dan
Rusia, Suriah hanya bisa mendapatkan dukungan dari sembilan negara lain untuk memilih
melawan campur tangan dalam urusan internal Suriah, sementara 133 negara memilih untuk
mengutuk perilaku pemerintah Suriah.
36
- Pentingnya penjahat, teroris, dan gerilyawan
Operasi para penjahat dan kelompok-kelompok non-sah lainnya menjadi lebih kompleks,
tersebar di wilayah geografis yang lebih luas, dan meningkat dalam skala, karena peningkatan
dalam komunikasi telah membuatnya jauh lebih mudah untuk mentransfer orang, uang, senjata,
dan gagasan pada suatu dasar transnasional.
Sekarang hampir setiap pemerintah merasa harus memobilisasi dukungan eksternal untuk
menggunakan 'yurisdiksi domestik' atas penjahat. Kekalahan kelompok-kelompok teroris tidak
akan dicapai oleh kontra-terorisme militer, tetapi dengan perubahan politik global yang
mendelegitimasi fundamentalisme dan kekerasan. Tindakan opresif oleh pemerintah tunduk pada
tinjauan luas di bawah mekanisme HAM global dan, dalam beberapa situasi, dapat dikenakan
penuntutan di ICC.
37
mengadvokasi kekerasan. LSM harus menghormati norma 'tidak campur tangan dalam urusan
internal negara'. Ini berarti sebuah LSM tidak bisa menjadi partai politik - tetapi, seperti
perusahaan, partai dapat membentuk federasi internasional. Juga, LSM yang peduli dengan hak
asasi manusia hendaknya tidak membatasi kegiatan mereka pada kelompok, kebangsaan, atau
negara tertentu. LSM internasional adalah LSM yang tidak didirikandengan kesepakatan antar
pemerintah.
Banyak aktivis LSM yang percaya bahwa PBB harus lebih ketat dan hanya menerima
kelompok-kelompok yang benar-benar merupakan ‘LSM’, berkontribusi dalam gerakan sosial
‘progresif’.
38
- Perbedaan antar pemerintah dan non-pemerintah
Diplomasi antar negara dan hubungan transnasional terpisah satu sama lain. Dalam
praktiknya, ada kategori lain dari organisasi internasional hibrida, di mana pemerintah bekerja
dengan LSM. Di antara hibrida yang paling penting adalah Palang Merah Internasional, World
Conservation Union (IUCN), Dewan Internasional Serikat Ilmiah, Asosiasi Transportasi Udara
Internasional, dan badan ekonomi lainnya yang menggabungkan perusahaan dan pemerintah.
Untuk dianggap sebagai hibrida, organisasi harus mengakui sebagai anggota penuh baik LSM,
pihak, atau perusahaan dan pemerintah atau lembaga pemerintah. Kedua jenis anggota harus
memiliki hak penuh untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, termasuk hak untuk
memberikan suara pada keputusan akhir. Ketika prinsip kesetaraan formal antara LSM dan
pemerintah diakui oleh kedua belah pihak dengan cara ini, asumsi bahwa pemerintah dapat
mendominasi harus ditinggalkan.
Dampak LSM dijelaskan dari perspektif konstruktivis. Dalam istilah Finnemore dan
Sikkink (1998), LSM adalah pengusaha normal, yang memulai dan mempertahankan perubahan
dalam debat politik global yang menentukan pembuatan kebijakan. LSM memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan cara yang mengarahkan perhatian dan rasa hormat dari aktor lain.
Jika kekuasaan dilihat semata-mata dalam istilah militer, pemerintah diharapkan menjadi dominan.
Jika kekuasaan dilihat semata-mata dari segi ekonomi, Perusahaan Transnasional diharapkan
39
menjadi dominan. Namun, jika kekuasaan mencakup kepemilikan status, informasi, dan
keterampilan komunikasi, maka sangat mungkin bagi LSM dan organisasi internasional untuk
memobilisasi dukungan untuk nilai-nilai mereka dan untuk mempengaruhi pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Willets, Peter. 2001. Transnational Actors and International Organization in Global Politics.
New York: J. B. Baylis and S. Smith
40
REVIEW CHAPTER 8
MINGGU KE 11
1. Mengkategorikan Perang
41
- Perang Antar Negara
Perang antar negara adalah perang yang melibatkan dua negara atau lebih yang semua pihak
memiliki kemampuan untuk menghancurkan satu sama lain.
- Perang Saudara
Perang intastate termasuk perang antara faksi dan pemerintah yang memperebutkan kendali
atas wilayah (Boko Haram di Nigeria); pembentukan pemerintahan untuk mengendalikan negara
yang gagal atau rapuh (Somalia atau Liberia); gerakan etnonasionalis yang mencari otonomi atau
pemisahan diri yang lebih besar (Chechnya di Rusia, Kachin di Myanmar); atau perang antara
etnis, klan, atau kelompok agama untuk menguasai negara (Rwanda, Sudan Selatan, Burundi,
Yaman). Perang sipil Amerika dan Rusia merupakan contoh utama.
Wilayah musuh atau untuk mengambil alih pemerintahan lawan dan / atau mengendalikan
sumber daya ekonomi lawan. Total perang sering diperebutkan oleh konflik ide (komunisme
versus kapitalisme; demokrasi versus otoriterianisme) atau agama (Katolik versus Protestan;
Muslim Shiah versus Muslim Sunni; Hindu versus Islam). Dalam perang total, pembuat keputusan
mengerahkan semua sumber daya nasional yang tersedia — tenaga kerja wajib; senjata perang
tanpa pandang bulu; sumber daya ekonomi, diplomatik, dan alami — untuk memaksa penyerahan
tanpa syarat dari lawan-lawan mereka. Yang penting, bahkan ketika pasukan militer yang
menentang adalah target utama, dalam perang total, korban sipil yang berlawanan diterima atau
bahkan dengan sengaja dicari untuk mendapatkan kemenangan.
Penjelasan liberal memiliki dua bagian. Pertama, kaum liberal berpendapat bahwa jika bukan
karena kebijakan ekonomi yang salah arah pada 1920-an, depresi ekonomi yang menyebar ke
seluruh dunia pada 1930-an — dan menciptakan lahan subur bagi gagasan dan pemimpin ekstrem
seperti Benito Mussolini — tidak akan pernah terjadi. Perang akan sepenuhnya dicegah, atau
setidaknya terkendali. Gagasan ini menjelaskan penekanan liberal pascaperang pada keterbukaan
perdagangan dan transparansi, sebagaimana diwakili oleh IMF dan GATT (sekarang WTO).
Kedua, kaum liberal berpendapat bahwa proliferasi yang stabil dari negara-negara demokratis
telah memperluas zona perdamaian Uni Eropa secara global. Demokrasi tidak hanya tidak
mungkin berperang satu sama lain, tetapi efek itu juga diperbesar jika mereka saling bergantung
42
secara ekonomi dan jika mereka memiliki keanggotaan dalam organisasi internasional, seperti
dijelaskan dalam Bab 5.
Berbeda dengan perang total, perang terbatas sering diprakarsai atau diperebutkan dengan isu-
isu yang kurang penting (setidaknya untuk satu pertempuran), dan karenanya, cenderung
melibatkan sumber daya nasional yang kurang total. Karena itu, bagi Austria-Hongaria, Perang
Dunia I dimulai sebagai perang terbatas di mana ia berusaha menghukum Serbia karena dianggap
mendukung pembunuhan Archduke Franz Ferdinand. Namun pada akhir Agustus 1914, apa yang
telah dimulai sebagai perang terbatas telah meningkat menjadi perang total, yang melibatkan
tujuan-tujuan yang sama ambisiusnya dengan penaklukan penuh musuh (ditandai dengan
penyerahan diri tanpa syarat) dan penggunaan semua sarana nasional yang tersedia. Dalam perang
terbatas, karena tujuan perang relatif sederhana, para pejuang tidak melepaskan semua
persenjataan yang tersedia. Dalam dua kasus ini, senjata perang konvensional digunakan — tank,
prajurit kaki, pesawat terbang, dan rudal. Namun, meskipun ada, senjata nuklir tidak pernah
dikerahkan.
2. Penyebab Perang
Individu: Interpretasi Realis dan Liberal Kedua karakteristik pemimpin individu dan atribut
umum orang telah dipersalahkan untuk perang. Beberapa pemimpin individu agresif dan suka
berperang; mereka menggunakan posisi kepemimpinan mereka untuk memajukan tujuan mereka.
Orang lain mungkin bersifat non-konfrontasional, mungkin menghindari komitmen yang dapat
menghalangi agresi, membuat perang lebih mungkin terjadi. Dengan demikian, menurut beberapa
realis dan liberal, perang terjadi karena karakteristik pribadi para pemimpin utama.
43
Niebuhr, misalnya — mengambil posisi ini. Augustine menulis bahwa setiap tindakan adalah
tindakan mempertahankan diri pada bagian individu. Untuk Niebuhr, tautannya bahkan lebih
dalam; asal-usul perang berada di kedalaman jiwa manusia.
Analisis tingkat kedua menunjukkan bahwa perang terjadi karena karakteristik internal
negara. Negara bervariasi dalam ukuran, geografi, homogenitas etnis, dan tipe ekonomi dan
pemerintahan. Penjelasan negara dan masyarakat untuk perang adalah yang tertua. Plato, misalnya,
mengemukakan bahwa perang lebih kecil kemungkinannya ketika penduduknya kohesif dan
menikmati tingkat kesejahteraan yang moderat. Karena populasi akan dapat menggagalkan
serangan, sebuah musuh cenderung menahan diri dari menyerang itu. Banyak pemikir selama
Pencerahan, termasuk Immanuel Kant, percaya bahwa perang lebih mungkin terjadi di negara-
negara aristokratis. Berdasarkan posisi Kantian, kaum liberal berpendapat bahwa rezim-rezim
republik (mereka yang memiliki pemerintahan perwakilan dan pemisahan kekuasaan) paling tidak
mungkin berperang satu sama lain; itulah posisi dasar dari teori demo cratic peace yang
diperkenalkan pada Bab 5.
Para pemimpin demokratik mendengar dari berbagai suara, termasuk publik, yang
cenderung menahan pengambil keputusan, mengurangi kemungkinan salah persepsi, dan
karenanya mengurangi kemungkinan perang. Mereka juga menawarkan warga negara yang
memiliki kesempatan keluhan untuk memperbaiki keluhan-keluhan ini dengan cara tanpa
kekerasan. Kemampuan untuk memperbaiki stabilitas dan kemakmuran membantu.
Tetapi tidak semua ahli teori melihat negara liberal sebagai negara yang ramah dan cinta
damai. Memang, para ahli teori radikal menawarkan kritik paling menyeluruh terhadap liberalisme
dan lawan ekonominya, kapitalisme. Mereka berpendapat bahwa mode produksi kapitalis, liberal
mau tidak mau mengarah pada persaingan untuk dominasi ekonomi dan kepemimpinan politik
antara dua kelas sosial utama di dalam negara - borjuasi (kelas menengah) dan proletariat (pekerja).
Perjuangan keras ini mengarah pada konflik, baik internal maupun eksternal, karena negara, yang
didominasi oleh borjuasi yang berurat berakar, didorong untuk mempercepat mesin kapitalisme
dengan mengorbankan kaum proletar dan demi kelestarian ekonomi kaum borjuis.
44
Jika satu masalah atau argumen utama membedakan kaum realis dari kritik liberal dan
radikal mereka, maka bagi kaum realis, perang adalah sesuatu yang wajar, dan karenanya
merupakan fitur yang tak terelakkan dari politik antar negara. Perang adalah tragis dan tidak dapat
dicegah seperti badai dan gempa bumi. Dalam mengemukakan argumen ini, realis temporer
cenderung berfokus pada satu deskripsi tunggal dari sistem internasional sebagai anarkis. Hobbes
berpendapat bahwa setiap kali manusia hidup tanpa kekuatan bersama yang membuat mereka
semua dalam ketakutan, mereka berada dalam kondisi perang: "setiap manusia melawan setiap
manusia." Keadaan ini menyebabkan ketakutan dan ketidakpastian yang terus-menerus. Dengan
ekstensi, karena negara-negara dalam sistem internasional tidak mengakui otoritas di atas mereka,
sistem internasional setara dengan keadaan perang, dan deskripsi Hobbes tentang negara itu
dengan sempurna mencirikan pandangan realis.
Menurut para realis saat itu, perang pecah dalam sistem antarnegara bagian karena tidak
ada dalam sistem antarnegara bagian yang mencegahnya. Selama ada anarki, akan ada perang.
Perang, dalam sistem seperti itu, bahkan mungkin tampak sebagai tindakan terbaik yang dapat
dilakukan oleh suatu negara. Bagaimanapun, negara harus melindungi diri mereka sendiri.
Keamanan negara dijamin hanya dengan kekuatan militer dan ekonominya yang terakumulasi.
Tetapi akumulasi satu negara membuat negara bagian lain kurang aman, sesuai dengan logika
dilema keamanan. Radikal juga percaya bahwa struktur sistem internasional bertanggung jawab
atas perang. Negara-negara kapitalisasi dominan dalam sistem internasional perlu memperluas
ekonomi, berperang dengan negara-negara berkembang atas kendali sumber daya alam dan pasar
tenaga kerja, atau dengan negara-negara kapitalisasi lain mengenai kontrol wilayah-wilayah
berkembang. Menurut kaum radikal, dinamika ekspansi yang melekat dalam sistem kapabilitas
internasional adalah penyebab utama perang.
Perang Konvensional
45
pedang dan perisai hingga busur, senjata, dan meriam; untuk tentara industri yang menerjunkan
infanteri dan mengendarai tank; untuk angkatan laut berlayar di kapal-kapal khusus; dan untuk
pasukan udara menerbangkan pesawat sayap tetap. Senjata semacam itu digunakan untuk
mengalahkan musuh di medan perang teritorial. Atribut kunci dari senjata konvensional adalah
bahwa efek destruktifnya dapat dibatasi dalam ruang dan waktu bagi mereka yang menjadi sasaran
perang yang sah. Perang konvensional dimenangkan atau dikalahkan ketika pejuang satu
kelompok, atau pemimpin mereka, mengakui kekalahan setelah bentrokan senjata.
Senjata pemusnah massal yang kita kenal sebagai nuklir atau bom atom pertama kali
digunakan saat Amerika Serikat meluncurkan bom tersebut ke kota Hiroshima dan Nagasaki,
Jepang. Kehancuran yang disebabkan sangat luar biasa sehingga itulah momen dimana nuklir
digunakan pertama kali dan terakhir kali di dalam sebuah perperangan. Saat Perang dingin,
Amerika Serikat dan Uni Soviet sama – sama mengembangkan senjata yang lebih mematikan dan
lebih efektif dalam menghancurkan seperti misil balistik dan misil antar benua yang memiliki
kemampuan yang sangat besar untuk menghancurkan. Penggunaan nuklir dalam perang dilarang
karena kehancuran nya tidak dapat dikontrol. Perang nuklir dapat membunuh jutaan orang bahkan
milyaran orang secara instan dan dapat mengubah iklim bumi atau dikenal sebagai Nuclear Winter
yang dapat memusnahkan umat manusia.
Peperangan yang tidak konvensional sama tuanya dengan peperangan konvensional dan
secara umum dibedakan oleh kesediaan untuk mencemooh pembatasan terhadap target kekerasan
yang sah atau menolak untuk menerima hasil pertempuran tradisional — katakanlah,
penghancuran pasukan reguler, kehilangan modal, atau penangkapan pemimpin nasional —
sebagai indikator kemenangan atau kekalahan. Dua perubahan besar secara progresif
memindahkan perang tidak konvensional dari peran sampingan ke fitur perang yang menonjol.
Pertama, Revolusi Perancis melepaskan kekuatan nasionalisme untuk mendukung operasi militer
berskala besar, memungkinkan pasukan Napoleon Bonaparte menggunakan taktik yang pada
awalnya tidak bisa dilawan oleh militer profesional yang lebih tua di Eropa. Nasionalisme
meradang orang awam untuk menentang agresi dan pendudukan "asing", bahkan ketika
dihadapkan pada menerima suap atau dihukum melalui penyiksaan dan kematian. Nasionalisme
46
telah membuktikan pedang bermata dua sejak itu. Meskipun pasukan Napoleon awalnya menyapu
orde lama, sumber kekalahan terbesarnya terletak pada re-tans yang diilhami nasionalis di Rusia
dan Spanyol (Re spanyol Spanyol disebut "perang kecil" atau, dalam bahasa Spanyol, perang
gerilya) . Tetapi bantuan yang diilhami nasionalis tidak dengan sendirinya cukup untuk membuat
peperangan yang tidak konvensional efektif melawan kekuatan negara atau pemerintahan yang
berkuasa. Itu mengambil inovasi strategis yang menggabungkan doktrin kuno perang gerilya
dengan penggunaan eksplisit kekuatan nasionalisme
Saat ini, pola negara-negara industri maju yang diadu melawan aktor non-negara atau
negara yang relatif lemah telah menjadi hal biasa. Ahli teori hubungan internasional sekarang
menyebut kontes seperti konflik asimetris. Konflik asimetris memotong proposisi penting baik
perang konvensional maupun perang nuklir: bahwa senjata konvensional dan konfrontasi nuklir
lebih mungkin terjadi di antara negara-negara yang memiliki kesetaraan kekuatan militer yang
kuat dan menggunakan strategi dan taktik yang serupa. Jika salah satu pihak jelas-jelas lebih
lemah, proposisinya berjalan, ketakutan akan kekalahan membuat partai itu tidak mungkin
melakukan perang. Sebaliknya, konflik asimetris dilakukan antara pihak-pihak dengan kekuatan
yang sangat tidak setara. Partai yang lebih lemah berusaha untuk berinovasi di sekitar kekuatan
lawannya, termasuk keunggulan teknologinya, dengan mengeksploitasi kelemahan lawan itu.
4. Teroris
Karena fitur inti dari terorisme adalah kerusakan yang disengaja dari orang-orang yang tidak
berperang, “teroris” harus dianggap penjahat: menurut definisi, penjahat tidak mematuhi hukum
dan juga tidak dilindungi olehnya. Para ahli terorisme, bidang penyelidikan hubungan
internasional yang hampir mati sampai tahun 2001, hari ini tidak setuju dengan definisi universal
terorisme, tetapi sebagian besar definisi memiliki tiga elemen kunci yaitu Itu sifat dan niat politis,
47
pelaku adalah aktor non-negara, dan sasaran adalah orang-orang yang tidak berperang, seperti
warga negara biasa (terutama anak-anak kecil atau kaum muda), tokoh politik, atau birokrat.
Meskipun terorisme melibatkan kerusakan fisik, esensi terorisme adalah psikologis, bukan
fisik. Apa pun tujuan dari teroris individu, membunuh adalah hasil dari terorisme sebagai strategi.
Tujuan nyata terorisme adalah untuk menarik perhatian pada suatu penyebab, sementara pada saat
yang sama mempertanyakan legitimasi pemerintah target dengan menyoroti ketidakmampuannya
untuk melindungi warganya.
Harus ada alasan yang adil (membela diri atau membela orang lain, atau pelanggaran besar-
besaran terhadap hak asasi manusia) dan deklarasi niat oleh otoritas yang kompeten (yang, sejak
pembentukan PBB, telah ditafsirkan sebagai Dewan Keamanan PBB). Para pemimpin perlu
memiliki niat yang benar, ingin mengakhiri pelanggaran dan membangun perdamaian yang adil.
Mereka juga harus menggunakan semua kemungkinan lain untuk mengakhiri kekerasan,
menggunakan perang sebagai upaya terakhir. Aktor harus dengan cepat menghapus kekuatan
setelah mengamankan tujuan kemanusiaan. Karena negara-negara memilih perang karena berbagai
alasan, bagaimanapun, jarang mudah untuk menilai keadilan suatu sebab tertentu atau niat tertentu.
Tradisi perang yang adil juga membahas perilaku yang sah dalam perang. Kombatan dan
non-perang harus dibedakan, dengan yang terakhir dilindungi dari bahaya sebanyak mungkin.
Kekerasan harus proporsional dengan tujuan yang ingin dicapai. Kombatan harus menghindari
menyebabkan penderitaan manusia yang tidak semestinya dan menggunakan senjata yang sangat
kejam. Karena gas mustard menyebabkan kematian yang sangat kejam selama Perang Dunia I,
maka gas itu dilarang, sehingga memberikan dasar bagi konvensi perang kimia dan biologi di masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
48
REVIEW CHAPTER KE 9
MINGGU KE 12
Evolusi Bersejarah Dari Ekonomi Internasional: Praktik dan Ide yang Bertentangan
Tulisan selama masa ini adalah ekonom Inggris abad kedelapan belas, Adam Smith. Smith
mulai dengan gagasan bahwa manusia bertindak secara rasional untuk memaksimalkan
kepentingan diri mereka sendiri. Ketika individu bertindak secara rasional, pasar berkembang
untuk menghasilkan, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang. Pasar ini memungkinkan
individu untuk melakukan transaksi yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Ketika ada banyak pembeli dan penjual, persaingan pasar memastikan bahwa harga akan
serendah mungkin. Harga yang rendah menghasilkan peningkatan kesejahteraan konsumen.
Dengan demikian, dalam memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan merangsang pertumbuhan
ekonomi individu (dan karenanya kolektif), pasar melambangkan efisiensi ekonomi. Pasar-pasar
itu harus benar-benar bebas dari campur tangan pemerintah; hanya melalui aliran perdagangan
bebas akan alokasi sumber daya yang efisien terjadi. Itulah alasan yang mendasari teori liberalisme
ekonomi.
Namun kebijakan banyak pemerintah negara Uni Eropa pada waktu itu mencerminkan
pandangan alternatif, merkantilisme. Tujuan dari pemerintahan merkantilisme adalah untuk
membangun kekayaan ekonomi sebagai instrumen kekuasaan negara. pandangan merkantilis
berpendapat bahwa negara-negara perlu mengakumulasi emas dan perak untuk menjamin
kekuasaan. Diperlukan pemerintah pusat yang kuat untuk pengumpulan pajak yang efisien dan
maksimalisasi ekspor, keduanya diarahkan menuju jaminan kecakapan militer. Pemerintah
semacam itu mendorong ekspor atas impor dan industrialisasi atas pertanian, melindungi produksi
dalam negeri terhadap persaingan dari impor, dan campur tangan dalam perdagangan untuk
mempromosikan pekerjaan.
49
- Pasca Perang Dunia II. Lembaga Ekonomi
Pada akhir Perang Dunia II, pembuat kebijakan membentuk seperangkat organisasi antar
pemerintah untuk mendukung liberalisme ekonomi seperti Bank Dunia dan IMF. Bank Dunia
awalnya dirancang untuk memfasilitasi rekonstruksi dalam tali Uni Eropa pasca Perang Dunia II,
oleh karena itu nama resminya: Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan. Selama
tahun 1950-an, Bank Dunia menggeser penekanan utamanya dari rekonstruksi ke pembangunan.
Sekarang menghasilkan dana modal dari kontribusi negara anggota dan dari pinjaman di pasar
keuangan internasional. Seperti bank mana pun, tujuannya adalah untuk meminjamkan dana ini,
dengan bunga, dan dalam kasus Bank Dunia, untuk meminjamkannya kepada negara-negara
bagian untuk proyek pembangunan ekonomi mereka. Pinjamannya dirancang bukan untuk
menggantikan modal swasta tetapi untuk memfasilitasi penggunaan modal swasta.
Dana Moneter Internasional (IMF) dirancang untuk memberikan stabilitas nilai tukar.
Awalnya, dana itu membentuk sistem nilai tukar tetap dan, dengan Amerika Serikat, menjamin
konvertibilitas mata uang. Dari tahun 1940-an hingga 1970-an, Amerika Serikat menjamin
stabilitas sistem ini dengan menetapkan nilai dolar terhadap emas pada $ 35 per ons. Namun, pada
tahun 1972, sistem ini runtuh ketika Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka tidak akan
lagi menjamin sistem nilai tukar tetap. Keputusan ini direvisi pada tahun 1976 ketika Dana
Moneter Internasional meresmikan sistem nilai tukar mengambang, kebijakan yang lebih
konsisten dengan liberalisme ekonomi. Pada saat itu, kerja sama moneter menjadi tanggung jawab
Grup 7 (G7), yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan
Kanada. IMF akan memberikan pinjaman jangka pendek bagi negara-negara anggota yang
menghadapi kesulitan neraca pembayaran sementara. Tetapi, ketika semakin jelas, kesulitan
"sementara" jarang terjadi sementara. Negara-negara perlu melakukan perubahan struktural, dan
IMF memperluas fungsinya untuk memasukkan saran kebijakan tentang isu-isu ekonomi makro
dan restrukturisasi ekonomi.
1. Keuangan Internasional
Pergerakan modal memainkan peran kunci dalam fase pembangunan sebelumnya dari
ekonomi politik internasional, seperti yang mereka lakukan hari ini. Modal internasional secara
50
tradisional bergerak dalam dua cara. Pertama, mata uang nasional, seperti barang dan jasa, dibeli
dan dijual dalam sistem pasar bebas. Dalam sistem kurs mengambang seperti itu, pasar — individu
dan pemerintah membeli dan menjual mata uang — menentukan nilai aktual dari satu mata uang
dibandingkan dengan mata uang lainnya. Seperti halnya barang berwujud, setiap mata uang
nasional memiliki penawaran dan permintaan, dan harga masing-masing mata uang menyesuaikan
secara terus-menerus sebagai respons terhadap penawaran dan permintaan pasar. Menurut
pemikiran liberal, nilai tukar mengambang akan menghasilkan keseimbangan pasar, di mana
penawaran sama dengan permintaan. Kedua, modal sering bergerak melalui investasi. Investasi
asing langsung (FDI) meliputi pembangunan pabrik dan investasi dalam fasilitas untuk ekstraksi
sumber daya alam. Investasi portofolio mencakup investasi dalam saham atau obligasi negara lain,
baik jangka pendek atau panjang, tanpa mengambil kendali langsung atas investasi tersebut.
Pada awal milenium baru, transaksi mata uang rata-rata lebih dari $ 3 triliun sehari. Pasar
mengembangkan instrumen keuangan baru, seperti derivatif (opsi terhadap masa depan dalam
berbagai kelas aset, termasuk pinjaman dan hipotek). Instrumen ini dikemas dan dijual di seluruh
dunia, menyebarkan risiko dan mempercepat aliran modal. Pelaku ekonomi baru, dana kekayaan
negara - dana investasi milik negara yang terdiri dari aset keuangan, termasuk saham, obligasi,
logam mulia, properti, atau instrumen keuangan lainnya - dibentuk di negara-negara surplus modal
seperti Cina dan di negara-negara pengekspor minyak utama seperti Kuwait, Uni Emirat Arab,
Norwegia, Rusia, dan Kanada. Dana kekayaan tersebut telah mampu menggerakkan modal dengan
cepat melintasi batas-batas nasional, mengambil keuntungan dari perbedaan mata uang dan
membeli dan menjual instrumen keuangan baru untuk memaksimalkan pengembalian ekonomi
jangka panjang untuk apa yang banyak orang ketahui sebagai sumber daya yang menurun.
Akhirnya, liberalisasi ekonomi telah menyebabkan munculnya pusat-pusat keuangan lepas pantai,
seperti Kepulauan Cayman, Bermuda, dan Kepulauan Virgin Britania Raya. Yurisdiksi-yurisdiksi
ini memiliki pajak rendah dan sedikit atau tidak ada peraturan. Individu, perusahaan, dan negara
dapat memindahkan modal masuk dan keluar dengan cepat melalui transfer elektronik, membuat
jutaan transfer setiap hari.
2. Perdagangan Internasional
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh aliran finansial dan perdagangan. Gagasan ini adalah
kontribusi utama dari para ahli teori ekonomi liberal yang dimulai dengan Adam Smith. Ekonomi
51
liberal mengakui bahwa negara memiliki sumber daya tanah, tenaga kerja, dan modal yang
berbeda. Di bawah kondisi ini, kekayaan dunia dimaksimalkan jika negara terlibat dalam
perdagangan internasional.
Pada tahun 1995, GATT menjadi lembaga formal, berganti nama menjadi Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). WTO menggabungkan bidang umum yurisdiksi GATT dan
memperluas yurisdiksi dalam layanan dan kekayaan intelektual. Pertemuan menteri rutin memberi
WTO keunggulan politik yang tidak dimiliki GATT. Mewakili negara-negara yang melakukan
lebih dari 90 persen perdagangan dunia, WTO memiliki tugas untuk mengimplementasikan
Putaran Uruguay, berfungsi sebagai forum untuk negosiasi perdagangan dan menyediakan tempat
untuk tinjauan perdagangan, penyelesaian sengketa, dan penegakan hukum. Dua prosedur penting
telah dimulai dalam WTO. Pertama adalah Mekanisme Tinjauan Kebijakan Perdagangan (TPRM),
yang melakukan pengawasan berkala terhadap praktik-praktik perdagangan negara-negara
anggota. Di bawah prosedur ini, ada sebuah forum di mana negara dapat saling bertanya tentang
praktik perdagangan. Kedua adalah Badan Penyelesaian Sengketa, yang dirancang sebagai panel
yang berwenang untuk mendengarkan dan menyelesaikan perselisihan dagang. Dengan wewenang
untuk menjatuhkan sanksi terhadap pelanggar, badan ini lebih berkuasa daripada pengaturan
GATT sebelumnya.
52
- Peran Perusahaan Multinasional
Apa pun bentuk spesifik yang diambil oleh bisnis mereka, MNC memilih untuk
berpartisipasi dalam pasar internasional karena berbagai alasan. Mereka berupaya menghindari
hambatan tarif dan impor, seperti yang dilakukan banyak perusahaan AS pada 1960-an ketika
mereka mendirikan fasilitas manufaktur di tali Uni Eropa untuk menghindari hambatan eksternal
dari Komunitas Ekonomi Uni Eropa yang baru didirikan. Mereka mungkin berupaya mengurangi
biaya transportasi dengan memindahkan fasilitas lebih dekat ke pasar konsumen. Beberapa
perusahaan multinasional dapat memperoleh insentif seperti keuntungan pajak atau konsesi tenaga
kerja dari pemerintah tuan rumah; insentif ini dapat memotong biaya produksi dan meningkatkan
keuntungan. Yang lain pergi ke luar negeri sehingga mereka dapat memenuhi persaingan dan
pelanggan, memanfaatkan pasar tenaga kerja yang lebih murah (mis., Perusahaan Tiongkok
53
memindahkan produksi ke Vietnam atau Laos), atau mendapatkan layanan tenaga teknis asing
(mis., Perusahaan komputer di India). Alasan-alasan ini didasarkan pada ekonomi, tetapi alasan
yang didasarkan pada kebijakan politik negara tuan rumah juga dapat berperan. MNC dapat pindah
ke luar negeri untuk menghindari peraturan pemerintah yang keras di negara asal, seperti aturan
perbankan, pembatasan mata uang, atau peraturan lingkungan. Dalam prosesnya, perusahaan
multinasional menjadi tidak hanya lembaga ekonomi tetapi juga lembaga politik, yang berpotensi
memengaruhi kebijakan pemerintah pusat dan negara tuan rumah.
3. Regulasi Ekonomi
Pembentukan Uni Eropa dan integrasi ekonomi yang menyertainya telah berdampak besar pada
ekonomi politik internasional dan telah menjadi model bagi daerah lain. Uni Eropa integrasi
ekonomi didasarkan pada gagasan bahwa pasar yang lebih besar, bersama dengan pergerakan
barang dan jasa yang bebas, akan memungkinkan skala ekonomi dan spesialisasi untuk
merangsang pertumbuhan, persaingan, dan inovasi sambil meningkatkan peluang untuk investasi
— semua tujuan kompatibel dengan ekonomi liberal. Uni Eropa umumnya telah terbukti berhasil
dalam mencapai beberapa tujuan ini, menciptakan pasar tunggal dan mengembangkan serikat
moneter. Namun untuk mencapai tujuan-tujuan ini, UE mengandalkan beberapa langkah
proteksionis, dan dalam melakukan itu, mungkin hanya mengalihkan perdagangan dari satu
kelompok ke kelompok lain.
Kawasan perdagangan bebas dinegosiasikan oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko pada
tahun 1994 berbeda secara substansial dari Uni Eropa dan skema regional lainnya. Ini terdiri dari
satu ekonomi yang dominan dan dua yang tergantung: kekuatan ekonomi gabungan Meksiko dan
Kanada sepersepuluh dari Amerika Serikat. Kekuatan pendorong di belakang NAFTA bukanlah
elit politik tetapi kepentingan bisnis (termasuk perusahaan multinasional) yang mencari pangsa
pasar yang lebih besar daripada kompetisi Japaese dan Eu ro pean dan advokat perdagangan bebas
di semua negara. Itu ditentang oleh buruh, lingkungan, dan kelompok lain. Penghapusan secara
bertahap dari banyak pembatasan pada investasi asing dan sebagian besar hambatan tarif dan
nontarif, serta banyak pembatasan pada investasi asing, telah memungkinkan perusahaan
54
multinasional untuk mengalihkan produksi ke pusat-pusat tenaga kerja berupah rendah di Meksiko
dan untuk mendapatkan ekonomi dengan menciptakan perusahaan-perusahaan besar melalui
merger dan akuisisi.
Masing-masing negara Asia Timur telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang fenomenal
melalui ekspor kompetitif; sebelum tahun 1990-an, sebagian besar ekspor jatuh ke negara-negara
Amerika Serikat atau Eropa. Pada tahun 1992, Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN)
mendirikan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Tujuannya ada dua: untuk menarik
investasi asing ke kawasan ini, mengambil keuntungan dari skala ekonomi, dan untuk
meningkatkan daya saing anggota di pasar global dengan menghilangkan hambatan tarif dan
nontarif di ASEAN. Pengecualian untuk pengurangan ini adalah beras — makanan pokok daerah
tersebut — dan produk-produk tertentu yang sangat sensitif. Dan seperti UE, AFTA juga
menekankan hambatan nontarif, pembatasan kuantitatif, dan menyelaraskan aturan bea cukai. Pada
akhir 2014, 70 persen perdagangan intraregional ASEAN tidak mengenakan tarif, dan tingkat tarif
rata-rata kurang dari 5 persen. Tidak seperti di UE, tujuannya bukan untuk menciptakan tarif
eksternal yang sama.
Amerika Serikat sedang menegosiasikan masalah perdagangan dan investasi dengan Asia dan Uni
Eropa. Pada akhir 2015, Amerika Serikat, Jepang, dan sepuluh negara Lingkar Pasifik (termasuk
negara maju dan berkembang seperti Kanada, Chili, Meksiko, Vietnam, dan Australia) mencapai
kesepakatan mengenai ketentuan yang mempengaruhi 40 persen ekonomi dunia melalui Trans-
Kemitraan Pasifik (TPP). Pendukung mengklaim itu adalah penyetel standar untuk perdagangan
global. Tarif impor untuk 18.000 produk Amerika, termasuk mobil, mesin, teknologi, dan produk
pertanian, akan dihapus. Kerjasama ekonomi makro akan diperkuat, meskipun tidak ada ketentuan
mata uang yang dapat ditegakkan. Ada ketentuan untuk perlindungan bagi tenaga kerja dan
lingkungan, melampaui apa yang ditemukan dalam perjanjian perdagangan lainnya. Aturan yang
lebih ketat dimasukkan untuk melindungi hak cipta dan paten. Satu perkiraan menyimpulkan
bahwa perjanjian itu akan meningkatkan ekonomi dunia sebesar $ 223 miliar pada dekade
berikutnya, tetapi tanpa rincian akhir, perkiraan itu hanya itu — perkiraan. Bagi beberapa orang,
TPP dibentuk untuk membendung kebangkitan ekonomi China.
55
- Debat tentang kesepakatan perdagangan dan preferensi perdagangan
Sejak 1990, jumlah perjanjian perdagangan regional dan preferensial telah meledak dari sekitar
50 pada 1990 menjadi hampir 400 pada 2014, dan 200 lainnya sedang menunggu. Dengan
proliferasi ini, tiga perdebatan tentang regionalisasi ekonomi telah muncul. Pertama, apakah
perjanjian perdagangan regional meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya melalui
penciptaan perdagangan, atau apakah perdagangan benar-benar dialihkan dan kesejahteraan
ekonomi berkurang? Dengan perjanjian perdagangan regional, beberapa perdagangan dibuat
dalam barang yang diproduksi secara efisien relatif terhadap seluruh dunia. Perdagangan juga
dialihkan dari nonanggota yang efisien karena preferensi negara memberikan satu sama lain, dan
karenanya, kesejahteraan negara berkurang. Kedua, apakah perjanjian perdagangan regional
merupakan batu loncatan atau batu sandungan bagi pengaturan perdagangan global? Di satu sisi,
mereka jelas mengurangi jumlah aktor dalam negosiasi internasional dan meningkatkan daya saing
beberapa industri dalam negeri, membuatnya lebih mudah untuk berdebat untuk liberalisasi. Di
sisi lain, di bawah perjanjian perdagangan regional, ekonomi yang lebih besar dapat memaksakan
kehendak mereka dan kelompok-kelompok kepentingan mungkin merasa lebih mudah untuk
melobi kepentingan mereka, menghambat perdagangan global yang lebih bebas. Ekonom Jagdish
Bhagwati, yang merupakan penentang utama perjanjian perdagangan regional, menyebut tambalan
perjanjian ini sebagai "rayap dalam sistem perdagangan." 10 Perjanjian regional membuat negara-
negara cenderung tidak menyetujui pengurangan tarif global; perdagangan yang lebih bebas dapat
menggerus keuntungan sempit yang sudah dimenangkan. Ketiga, apakah regionalisasi ekonomi di
bidang kebijakan ekonomi dan sosial yang luas meningkatkan posisi tenaga kerja dan
meningkatkan pengaturan lingkungan? Atau, apakah regionalisasi ekonomi menekan tekanan upah
dan standar lingkungan ketika negara dan wilayah secara aktif bersaing untuk perdagangan dan
investasi asing langsung? Meskipun ini mungkin bukan masalah bagi sebagian besar perjanjian
perdagangan, ini adalah masalah penting untuk perjanjian utama yang dibahas di atas. Tantangan
ekonomi abad kedua puluh satu sebenarnya adalah tantangan yang asal usulnya dapat kita telusuri
hingga abad terakhir. Isu-isu tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai pembangunan
internasional dan bagaimana mengatasi krisis ekonomi di era globalisasi telah naik ke puncak
agenda.
56
Perkembangan Internasional
Selama tahun 1950-an dan 1960-an, lembaga-lembaga pembangunan, termasuk Bank Dunia
dan donor-donor utama seperti Amerika Serikat, mengadopsi strategi untuk pembangunan yang
menekankan proyek infrastruktur besar secara finansial — seperti bendungan, tenaga listrik, dan
telekomunikasi — sebagaimana diperlukan untuk menyediakan fondasi pembangunan.
Pada tahun 1970-an, menyadari bahwa tidak semua kelompok mendapat manfaat dari investasi
semacam itu, lembaga-lembaga bantuan mulai mendanai proyek-proyek di bidang kesehatan,
pendidikan, dan perumahan, yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan ekonomi orang
miskin.
Pada 1980-an terlihat pergeseran menuju ketergantungan pada partisipasi sektor swasta untuk
memenuhi tugas merestrukturisasi ekonomi dan merekonstruksi negara-negara yang terpecah oleh
konflik etnis. Ketika bidang ekonomi diprivatisasi, beban fiskal pemerintah berkurang, dan
pengeluaran negara untuk pendidikan dan kesehatan dapat meningkat. Pendekatan pertumbuhan
ekonomi ini dikenal sebagai Konsensus Washington, versi ideologi ekonomi liberal. Para
penganutnya berpendapat bahwa hanya dengan kebijakan ekonomi tertentu — termasuk
privatisasi, liberalisasi perdagangan, dan investasi asing langsung, deregulasi pemerintah yang
mendukung persaingan terbuka, dan reformasi pajak yang luas — akan terjadi pembangunan. Bank
Dunia dan lembaga sejenisnya, Dana Moneter Internasional, telah menjadi pemimpin dalam
mengadvokasi kebijakan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
Brown dan Ainley. 2005. Understanding International Relations. London.: Palgrave Macmillan
57
REVIEW CHAPTER 11
MINGGU KE 13
Lingkungan sangat mempengaruhi kualitas hidup individu ataupun kelompok. Semua orang
memutuhkan akses kepada air bersih dan di luar kebutuhan ini, akses ke ruang fisik tempat untuk
hidup dan berkembang. Ada sumber daya yang terbarukan seperti kayu, air dan lain – lain. Ada
juga sumber daya yang tak terbarukan seperti minyak bumi atau batu bara. Saat sumber daya
tersebut habis, mereka benar – benar hilang dan sangat mempengaruhi kehidupan di bumi.
Kompleksitas ekosistem global dan sulitnya memprediksi interaksi dari banyak bagiannya adalah
satu jawaban parsial untuk pertanyaan mengapa lebih banyak belum dilakukan untuk
memperlambat atau membalikkan kerusakan pada lingkungan global.
Dua perspektif konseptual membantu kita berpikir kritis tentang keterkaitan masalah
lingkungan. Perspektif ini menambah satu sama lain. Pertama adalah gagasan tentang barang
kolektif.
Barang kolektif membantu kami membuat konsep bagaimana mencapai manfaat bersama
yang bergantung pada mengatasi kepentingan individu yang bertentangan. Perspektif barang
kolektif membantu kita untuk memahami masalah ini dan menyediakan solusi.
58
Peran dunia internasional untuk menjaga lingkungan di refleksikan dari pembuatan
perjanjian internasional. Perjanjian ini termasuk perlindungan lingkungan, flora fauna yang
langka, hutan tropis, jalur air dan danau alami, spesies migrasi hewan liar, dan keanekaragaman
hayati secara umum, serta perlindungan terhadap polusi di lingkungan laut, di darat, dan di udara.
Masing-masing perjanjian ini menetapkan standar untuk negara, dan beberapa menyediakan
mekanisme pemantauan. Dalam melakukan hal itu, mereka sangat kontroversial karena mereka
mempengaruhi kepentingan politik utama, ekonomi, dan hak asasi manusia, dan karena, pada
akhirnya, masing-masing negara harus menjamin mereka, bahkan dalam keadaan di mana
mematuhi perjanjian berarti biaya jangka pendek atau peluang yang terlewatkan.
Polusi dan perubahan iklim bukanlah hal yang sepele. Banyak ilmuwan seperti Jacques
Cousteau memperingatkan tentang kenaikan permukaan air laut yang dapat membahayakan
kehidupan orang banyak. Banyak perubahan iklim dan polusi disebabkan oleh faktor lokal tetapi
ada juga yang disebabkan oleh dunia internasional.
Seperti naiknya permintaan minyak sehingga menyebabkan harga minyak naik dan negara
– negara penghasil minyak berusaha membuka tambang minyak baru di lepas pantai yang dapat
merusak kualitas air, menganggu populasi ikan, dan merusak terumbu karang. Kolam-kolam yang
mengandung residu ekstraksi beracun telah berkembang biak, dan membahayakan margasatwa.
Dan hutan ditebang - hutan yang sama yang menyediakan penyerap karbon untuk memperlambat
peningkatan pemanasan global. Seperti China, akibat kebutuhan untuk memperoleh energi,
pengunaan batu bara oleh China naik sehingga menyebabkan polusi dan asap beracun yang
merusak kesehatan manusia dan kesehatan planet ini.
Deplesi ozon dan pemanasan global disebabkan oleh emisi gas rumah kaca. Emisi gas
rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di negara industri di utara dan meningkat
dari pengunaan bahan bakar fosil oleh China dan India. Emisi gas rumah kaca juga dihasilkan oleh
negara – negara berkembang, khususnya berasal dari penggundulan hutan tropis untuk pertanian
dan industri kayu.
59
Bumi menghangat, dengan kenaikan suhu antara 1,9 sampai 3 derajat celicus yang
diperkirakan naik pada akhir abad ke 21. Atmosfer dan laut menghangat dan es di kutub selatan
maupun utara mencair yang menyebabkan naiknya permukaan laut dan mengancam kehidupan
manusia. Pemanasan global disebabkan khususnya oleh kegiatan pertanian, industri dan
komunikasi.
Dunia internasional melakukan berbagai upaya untuk menghadapi masalah ini seperti
mengadakan perjanjian multilateral yaitu Perjanjian Kyoto yang ditandatangani oleh 156 negara
termasuk China, Rusia, dan India. Namun Amerika Serikat tidak menandatangani perjanjian
tersebut karena pemerintahan George W. Bush berpendapat bahwa menggantikan energi fosil akan
memakan biaya yang sangat besar dan beberapa lapangan kerja di Amerika bisa hilang. Akan
tetapi, pemanasan global tetap menjadi isu utama yang harus diselesaikan oleh dunia internasional
karena pemanasan global dapat menganggu kepentingan dunia internasional itu sendiri dan dalam
skenario terburuk, memusnahkan manusia.
Sumber daya alam adalah suatu komoditas yang sangat mempengaruhi baik politik,
ekonomi, dan pertahanan suatu negara. Sekarang, umat manusia baru sadar bahwa sumber daya
alam itu terbatas. Contoh air tawar, terkait dengan polusi, perubahan iklim, dan populasi,
membantu menyoroti pentingnya sumber daya alam sebagai masalah transnasional.
Masalah transional yang paling krusial adalah air bersih. Hanya 3 persen air bersih yang
ada bumi. Padahal flora, fauna, dan segala aktivitas manusia memerlukan air. Seperti pertanian,
industri, dan lain – lain. Tetapi masih ada 1 milyar lebih manusia yang tidak mempunyai akses
kepada air bersih dan sepertiga dari manusia itu hidup di Afrika. Air menjadi komoditas yang
diperebutkan oleh negara – negara di dunia. Seperti masalah antara Israel dan Yordania karena
otoritas Israel menguasai sumber air yang berasal dari sungai Yordan. Sekarang, konflik telah
muncul karena sistem air sedang membusuk dan tidak ada sistem baru untuk alokasi air telah
dikembangkan. Perselisihan tentang sumber daya air tawar terkait dengan tren populasi.
Masalah Populasi
Masalah populasi dunia adalah suatu hal yang tak dapat dihindari. Pada akhir abad ke-21,
PBB memperkirakan populasi yang ada di bumi sebanyak 11, 2 milyar manusia. Kelebihan
60
populasi menyebabkan berbagai masalah seperti ketimpangan ekonomi yang terjadi di negara –
negara benua Afrika sehingga banyak orang yang kelaparan atau terkena wabah penyakit. Jelas,
ada perbedaan demografis antara yang kaya dengan tingkat pertumbuhan populasi yang rendah
dan negara bagian yang lebih miskin, terutama di Afrika, dengan tingkat pertumbuhan populasi
yang lebih tinggi. memperluas wilayah mereka atau mendapatkan makanan melalui perang.
Kedua, laki-laki yang surplus, yang mungkin dengan bijak lain beralih ke kejahatan domestik atau
mengacaukan negara dari dalam, dapat disalurkan ke militer negara dan “dikeluarkan” di negara
bagian yang agresif.
Pertumbuhan populasi yang tidak terkendali juga berarti kebutuhan terhadap sumber daya
alam juga bertambah. Hal ini dapat berujung kepada kerusakan lingkungan seperti hutan di
pangkas menjadi tempat tinggal. Jumlah limbah yang dihasilkan juga bertambah sehingga
lingkungan dapat tercemar oleh limbah tersebut.
LSM lingkungan telah memainkan peran vital dalam masalah lingkungan. Jumlah mereka
bertambah dan minat mereka beragam. LSM melakukan sejumlah fungsi utama dalam urusan
lingkungan. Pertama, mereka sering bertindak sebagai kritik internasional, menggunakan media
untuk mempublikasikan ketidakpuasan mereka dan membawa isu-isu lingkungan ke dalam agenda
internasional dan negara. Kedua, LSM dapat berfungsi melalui organisasi antar pemerintah, yang
bekerja untuk mengubah organisasi dari dalam. Ketiga, LSM dapat membantu dalam memantau
dan menegakkan peraturan lingkungan, dengan menunjukkan masalah atau benar-benar
melakukan inspeksi di tempat.
Pandangan Teoritis
Yang membuat masalah lingkungan menjadi suatu hal yang sangat erat dengan politk di
level dunia internasional adalah negara cenderung dibagi menjadi negara berkembang dan negara
maju – selatan dan utara.
Dari perspektif beberapa di negara maju, banyak masalah lingkungan tampaknya berasal
dari ledakan populasi, yang mereka anggap sebagai masalah dunia berkembang, dan lebih jauh
lagi, masalah di mana pemerintah di bagian-bagian dunia memiliki beberapa masalah. kontrol.
Dalam pandangan ini, pemerintah negara berkembang harus memberlakukan kebijakan yang
61
memperlambat tingkat pertumbuhan populasi, yang mengarah pada penurunan tekanan pada
sumber daya alam yang langka dan mengurangi eksternalitas negatif dari polusi secara lokal,
regional, dan internasional.
Kesehatan publik dan penyakit menular telah menjadi masalah sebuah negara sejak zaman
dulu. Tapi, penyakit menular adalah ancaman internasional juga yang tidak boleh diremehkan.
Penyakit menular bisa secara cepat tersebar ke berbagai negara di dunia dan dunia internasional
belum mempunyai cara yang efektif untuk mencegah penularan dari penyakit tersebut. Mobilitas
abad ke-21 telah menimbulkan masalah besar untuk mengatasi wabah ini karena individu dan
masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit melalui migrasi, pengungsi, transportasi udara dan
truk, perdagangan, dan pergerakan pasukan.
Wabah ebola yang menyebar di Afrika Barat menguji sistem baru respons cepat dan
peringatan, dan sistem gagal. Dengan sistem pencegahan domestic gagal, LSM dan dokter
sukarelawan melihat diri mereka sebagai kelompok internasional pertama untuk mengorganisir
bantuan di lapangan. Hampir 11.000 orang meninggal akibat wabah ini dan perekonomian negara
terpengaruhi.
Dari semua penyakit menular yang ada, HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang paling
banyak meninfeksi manusia. Dari awal penyebarannya sampai sekarang, 78 juta orang telah
terinfeksi. Awalnya ditularkan dari hewan ke manusia di Afrika Tengah, kemudian menyebar dari
orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh. Kemudian mereka yang terinfeksi membawanya
ke orang lain di seluruh dunia saat mereka melakukan perjalanan di antara negara-negara bagian,
semua jauh sebelum gejala muncul. HIV / AIDS dengan cepat menjadi masalah kesehatan dan
kemanusiaan yang besar, dengan sekitar 36,9 juta orang hidup dengan penyakit ini pada akhir 2014
HIV / AIDS juga merupakan masalah ekonomi, yang secara tidak proporsional mempengaruhi
62
mereka di tahun-tahun produktif utama mereka, antara usia 15 dan 45 tahun. Ketika guru, pekerja,
personil militer, dan pegawai negeri terinfeksi, perkembangan ekonomi terhambat dan
kelangsungan hidup militer sebagai institusi terancam. an HIV / AIDS adalah masalah sosial,
karena keluarga berantakan dan anak-anak menjadi yatim piatu dan dibiarkan berjuang sendiri.
Anak-anak ini sering kemudian dipaksa untuk beralih ke pelacuran atau kejahatan untuk bertahan
hidup.
Walaupun sudah banyak pihak merespon masalah HIV/AIDS. Negara adalah kuncinya.
Beberapa negara bagian dan para pemimpin memanfaatkan masalah ini dengan sangat cepat,
meluncurkan kampanye hubungan masyarakat besar untuk menginformasikan populasi mereka
tentang praktik berisiko yang mengarah ke penularan virus, mendistribusikan alat kontrasepsi, dan,
akhirnya, memfasilitasi distribusi obat-obatan yang memperpanjang kehidupan.
Kejahatan Transnasional
Kejahatan transnasional telah muncul bersama masalah kesehatan global sebagai isu utama
dari hubungan internasional. Jenis – jenis kejahatan internasional yaitu perdagangan narkoba,
perjudian, prostitusi, kokain, dan mariyuana.
Perdagangan Narkotika
Perdagangan narkotika adalah perdagangan obat – obatan adiktif yang ilegal. Perdagangan
narkotika mulai menjadi perhatian dunia internasional saat berakhir nya perang dingin.
Perdagangan narkotika memberikan dampak yang sangat negatif ke dalam kehidupan masyarakat
sampai pada tahun 1970an presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, mendeklarasikan perang
terhadap narkoba. Salah satu cara yang paling efektif yang dilakukan yaitu dengan “memotong”
jalur supply antara produsen kepada konsumen yang potensial.
63
Selain itu, begitu infrastruktur transportasi narkotika didirikan, ia dapat digunakan untuk
mengangkut barang-barang terlarang lainnya, mulai dari perangkat lunak yang disalin, film, musik,
dan pakaian perancang hingga perdagangan manusia yang jauh lebih mengerikan. Tantangan
terakhir adalah karena keuntungan narkoba sering didaur ulang untuk pembelian senjata, intelijen,
dan suap untuk digunakan oleh organisasi teroris, bahaya narkotika tidak terbatas pada negara-
negara yang tidak stabil, kejahatan dan harta benda, keluarga yang hancur, dan nyawa yang hancur.
. Itu juga mengambil bentuk atau mengukur serangan teroris terhadap orang-orang biasa di seluruh
dunia.
Kejahatan dunia maya berkembang di negara maju karena negara maju sudah memiliki
akses internet yang memadai. Kejahatan dunia maya dibagi menjadi dua yaitu vandalisme dunia
maya dan pencurian dunia maya.
Vandalisme dunia maya paling sering dikaitkan dengan "peretas," yang senang
berkompromi dengan jaringan komunikasi dan informasi negara atau perusahaan atau mencuri
informasi pribadi. Vandalisme dunia maya cenderung bersifat transnasional karena ada banyak
variasi dalam tingkat di mana akses ke Internet dipantau dan dikendalikan di seluruh dunia. ang
lebih serius adalah pencurian cyber. Dalam pencurian cyber, jaringan perbankan dan keuangan
dapat diserang dan sejumlah besar uang dapat dicuri, meskipun hal ini jarang terjadi. Lebih umum,
dan lebih mahal, adalah spionase perusahaan. Perkiraan ancaman bervariasi, sebagian besar karena
perusahaan lebih suka tidak melaporkannya karena takut akan dituntut oleh pemegang saham.
Tetapi diperkirakan kerugian tahunan dari spionase dan pencurian cyber Cina adalah antara $ 800
juta dan $ 1 miliar dalam nilai kekayaan intelektual.
Pandangan Teoritis
Karena motif sebagian besar kejahatan adalah demi keuntungan, teori hubungan
internasional cenderung memperlakukan isu-isu seperti kejahatan dunia maya dan perdagangan
manusia dan narkotika sebagai masalah pinggiran. Apa yang membuat atau mengukur kejahatan
semakin mungkin menjadi teori hubungan internasional saat ini adalah kekerasan yang sangat
sering menyertai atau mengukur kegiatan kriminal, dan fakta bahwa banyak dari kegiatan ini
64
melintasi perbatasan internasional dengan cara yang menyebabkan negara memperlakukan mereka
lebih sebagai masalah kebijakan luar negeri dari waktu ke waktu.
Realis, misalnya, hanya peduli dengan kejahatan transnasional sejauh kejahatan itu dapat
mengurangi kekuatan militer atau ekonomi negara atau kemampuan negara untuk mengelola
kekuatan militer atau ekonominya. Sebaliknya, kaum liberal memiliki keprihatinan mendalam
tentang kejahatan transnasional justru karena hal itu memengaruhi pilar sentral teori kerja sama
dan perdamaian liberal: kepercayaan. Radikal berpendapat bahwa kejahatan terorganisir
transnasional berakar pada sistem dalam kesetaraan dan kekerasan yang tertanam dalam sistem
negara seperti itu, dan pada akhirnya disebabkan oleh institusi kepemilikan pribadi, yang bertindak
untuk secara sistematis memiskinkan massa sehingga beberapa orang dapat menikmati konsumsi
yang tidak senonoh dan standar hidup yang tidak berkelanjutan. Negara dapat mentolerir kejahatan
itu sendiri karena negara mewakili kepentingan elit kaya, termasuk kepentingan keamanan mereka.
Intervensi hak asasi manusia seperti yang diinginkan secara moral tetapi berisiko atau tidak
perlu karena alasan negara. Namun, sejak akhir 1970-an, masalah-masalah transnasional seperti
atau mengukur kejahatan, terorisme, pandemi, bencana alam, dan pengungsi dari bencana-bencana
ini cenderung mempengaruhi dunia maju secara lebih langsung. Masalah transnasional telah
menjadi masalah karena argumen berdasarkan moralitas untuk intervensi untuk memperbaiki
kerusakan semakin beralih ke argumen berbasis kepentingan untuk melakukan intervensi yang
sama. Masalah transnasional memiliki efek pada empat bidang utama teori dan praktik hubungan
internasional.
Pertama, keterkaitan banyak masalah dalam kesehatan, lingkungan, hak asasi manusia, dan
penegakan hukum transnasional mempengaruhi perundingan internasional. Ketika negara memilih
untuk pergi ke meja perundingan, banyak masalah sering dipertaruhkan, dan negara mungkin
65
bersedia melakukan trade off antara masalah untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kedua,
masalah transnasional itu sendiri mungkin menjadi sumber konflik, seperti yang diprediksi kaum
Marxis pada abad ke-19. Kebutuhan untuk melindungi pasokan minyak bumi, misalnya, adalah
motivasi utama bagi keterlibatan Barat dalam Perang Teluk 1991. Ketiga, masalah transnasional
menimbulkan tantangan langsung terhadap kedaulatan negara, memicu debat besar tentang sifat
kedaulatan. Keempat, masalah transnasional menimbulkan masalah kritis bagi para sarjana
hubungan internasional dan kerangka kerja teoritis yang diperkenalkan pada awal buku ini.
Penganut masing-masing kerangka kerja telah dipaksa untuk memikirkan kembali asumsi dan
nilai-nilai utama, serta wacana dari perspektif teoretis mereka, untuk mengakomodasi isu-isu
transnasional.
Kesimpulan
Jadi menurut saya, masalah transnasional adalah masalah yang tidak dapat diabaikan dan
harus segera diatasi dengan bantuan berbagai aktor internasional. Masalah transnasional dapat
menghancurkan kehidupan manusia jika tidak diatasi dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Mingst dan Arreguin-Toft. 2017. Essential Of International Relations. New York: WW. Norton
& Co
66
67