Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hubungan Uni Soviet dan Amerika Serikat yang semula adalah kawan dalam melawan
dominasi fasis, pasca Perang Dunia II berubah menjadi lawan dalam menanamkan pengaruh
ideologinya di dunia yaitu ideologi liberal oleh Amerika Serikat dan Komunis oleh Uni Soviet.
Peristiwa terjadinya persaingan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat tersebut disebut juga
dengan Perang Dingin. Perang Dingin menurut Kort. adalah keadaan dunia dalam bayangbayang
perang nuklir, dunia dihiasi ketegangan "damai tapi tidak damai", dan pecahnya konflik perang
nuklir di setiap dunia siap meledak. Singkatnya, Perang Dingin merupakan sebuah periode
terjadinya konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet selama
kurun waktu tahun 1947-1991.
Perang Dingin yang terjadi di antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berakar pada saling
curiga dari masing-masing pihak baik dari Uni Soviet ataupun Amerika Serikat. Pada saat perang
dingin senjata yang digunakan pada konflik ialah kata-kata propaganda dan ancaman untuk
dominasi dunia dari tahun 1945 hingga 1991 antara dua negara adidaya Amerika Serikat yang
demokratis dan kapitalis dan Uni Soviet yang komunis . Konflik perang dingin yang terjadi tidak
secara langsung terang-terangan perang secara fisik terjadinya perang akan tetapi, perang
berlangsung melalui negara-negara berkembang di berbagai benua yang baru saja merdeka pasca
Perang Dunia II berakhir mengemukakan bahwa konflik perang dingin melibatkan negara dunia
ketiga atau negara berkembang sebagai objek untuk menerapkan pengaruh negara adidaya
tersebut. Perang Dingin yang di belakangnya berlandaskan dari sebuah kepentingan baik itu dari
Uni Soviet maupun Amerika Serikat yang berlangsung dalam kurun waktu lama telah
menyebabkan negara dunia ketiga masuk dalam arena pertempuran dan perpecahan.

1.2 Rumusan Masalah


a) benarkah konflik Afganistan terjadi karena perebutan pengaruh antar negara besar?
b) bagaimana jalannya konflik di Afganistan?

1
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia terhadap langkah dan strategi dalam memberikan respon untuk membantu
penyelesaian konflik di Afghanistan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi pustaka
dari berbagai sumber secara online sebagai sumber data. Peneliti menemukan bahwa peran dari
komunitas internasional seperti PBB serta negara adidaya seperti Amerika Serikat dan negara
kawasan terlihat kurang optimal dalam proses perdamaian di Afghanistan. Sebagai negara yang
memiliki komposisi persamaan dengan Afghanistan sebagai sesama negara muslim dan memiliki
ulama sebagai bagian yang cukup berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Indonesia hadir membawa pesan Islam moderat yang toleran sebagai pihak yang netral untuk
mencapai perdamaian. Kemudian berperan sebagai fasilitator dalam upaya mediasi antar pihak
yang terkait dengan konflik, sehingga akan menghasilkan kesepakatan dan kerja sama yang
berguna bagi perkembangan proses perdamaian. Kerangka teori pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan Liberal Peace dengan konsep peacebuilding dan hybrid peace.
Dengan menggunakan kedua konsep tersebut, analisis yang dapat disimpulkan adalah bahwa
peran dari Pemerintah Indonesia dalam mengupayakan penyelesaian konflik di Afghanistan
dipengaruhi oleh posisinya sebagai negara yang netral ditengah dan tidak memiliki kepentingan
apapun, sehingga dapat dengan mudah menjalin hubungan dan mendapat kepercayaan baik dari
pihak Pemerintah Afghanistan, tokoh masyarakat, ulama, organisasi lokal maupun oleh
kelompok militan seperti Taliban.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Alasan Pemilihan Topik atau Tema


Pemilihan topik ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semua pihak terutama
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sejarah sosial dan politik serta diharapkan
mampu menambah pengetahuan mengenai perkembangan konflik yang terjadi. Adapun
pemilihan topik dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran terhadap pengaruh konflik Afganistan

2.2 Heuristik
yaitu pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan diangkat
oleh penulis. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku, dan
artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber pencarian sejarah
terbagi menjadi tiga sumber, yaitu sumber benda, sumber tertulis, dan sumber lisan. Topik yang
penulis pilih berbentuk studi literatur sehingga sumber yang digunakan adalah sumber tertulis.

2.3 Verifikasi
yaitu memilah dan menyaring otentikkan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada
tahap ini ditunjukkan makalah terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan
kebenaran sumber.

2.4 Interpretasi
yaitu memberikan penafsiran terhadap faktor-faktor yang diperoleh dengan cara
menghubungkan satu dengan yang lainnya. Pada tahapan ini terus mencoba menafsirkan fakta-
fakta yang diperoleh dari hasil pembuatan.

2.5 Historiografi
yaitu tahap akhir dalam penulisan sejarah. Pada tahapan ini perlu Menyajikan hasil
temuan pada tiga tahapan tersebut dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan gaya
bahasa dan sederhana dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar. Teknik pembuatan

3
makalah yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, yaitu teknik pengkajian
dalam menganalisis data yang terdapat pada literatur yang relevan dengan permasalahan sedang
dikaji. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan data yang menunjang terhadap penelitian yang
sedang dilakukan.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Besar Dalam Konflik Afganistan


Perang Dingin yang terjadi di antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berakar pada saling
curiga dari masing-masing pihak baik dari Uni Soviet ataupun Amerika Serikat. Pada saat perang
dingin senjata yang digunakan pada konflik ialah kata-kata propaganda dan ancaman untuk
dominasi dunia dari tahun 1945 hingga 1991 antara dua negara adidaya Amerika Serikat yang
demokratis dan kapitalis dan Uni Soviet yang komunis (Hanes dan Hanes, 2004, hlm. xvii).
Konflik perang dingin yang terjadi tidak secara langsung terang-terangan perang secara fisik
terjadinya perang akan tetapi, perang berlangsung melalui negara-negara berkembang di
berbagai benua yang baru saja merdeka pasca Perang Dunia II berakhir. Salamahmengemukakan
bahwa konflik perang dingin melibatkan negara dunia ketiga atau negara berkembang sebagai
objek untuk menerapkan pengaruh negara adidaya tersebut. Perang Dingin yang di belakangnya
berlandaskan dari sebuah kepentingan baik itu dari Uni Soviet maupun Amerika Serikat yang
berlangsung dalam kurun waktu lama telah menyebabkan negara dunia ketiga masuk dalam
arena pertempuran dan perpecahan.Selama Perang Dingin Amerika Serikat mengeluarkan
beberapa kebijakan seperti dibidang ekonomi dengan melaksanakan Marshall Plan, dan dibidang
militer meliputi pembentukan pakta pertahanan seperti NATO (North Atlantic Treaty
Organization), ANZUS, SEATO. Sedangkan Uni Soviet mengeluarkan beberapa kebijakan untuk
menandingi kebijakan Amerika Serikat seperti dibidang ekonomi dengan melaksanakan Molotov
Plan, dan dibidang militer membentuk pakta pertahanan WTO (Warsawa Treaty Organization).
Selain mengeluarkan kebijakan untuk mempengaruhi negara-negara berkembang, Perang Dingin
yang melibatkan Amerika Serikat dan Uni Soviet diimplementasikan dalam bentuk perlombaan
dalam memproduksi persenjataan dengan menerapkan teknologi canggih, dan perlombaan
pengembangan ilmu pengetahuan seperti pengembangan teknologi luar angkasa.

3.2 Pengaruh Besar Dalam Konflik Afganistan


Afghanistan adalah negara paling berbahaya bagi perempuan karenadiskriminasi dan
kemiskinan yang berkepanjangan.1 Perempuan di Afghanistanmengalami penderitaan akibat
diskriminasi yang membuat negara tersebutmengalami krisis kemanusiaan yang mana

5
perempuan menempati porsi terbesarsebagai korban.2 Akses perempuan Afghanistan terhadap
kesehatan, pendidikan,dan pekerjaan sebagian besar bersifat terbatas.3 Selain kerbatasan untuk
akseskehidupan publik, perempuan Afghanistan juga mengalami kekerasan sepertipembunuhan,
penyiksaan, pemerkosaan dan perdagangan perempuan.4Keterbatasan akses dan kekerasan ini
membuat perempuan di Afghanistanterdiskriminasi dan tidak dapat memperbaiki hidup.Pada
aspek kesehatan, Afghanistan menjadi negara dengan tingkattertinggi kedua didunia kematian
ibu dengan lebih dari 15.000 perempuanAfghanistan meninggal saat melahirkan setiap tahun.5
Pada aspek pendidikan,tahun 2002 United Nation Educational, Scientific and Cultural
Organization(UNESCO) melaporkan bahwa hanya 17% dari perempuan Afghanistan.

Anda mungkin juga menyukai