Anda di halaman 1dari 5

(HI PASCA PERANG DINGIN)

Nama : Abd Rahman As Siddiq


NIM : 20220510133
Kelas : C

Program Studi Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2022
Perang Dingin (Cold War) ditandai dengan pembagian blok yang kentara antara Blok Timur
pimpinan Uni Soviet yang berhaluan komunis dengan blok Barat pimpinan Amerika Serikat yang
menganut kapitalisme. Hubungan internasional pada kurun waktu sejak berakhirnya Perang Dunia
II tak lepas dari kerangka Perang Dingin.
Dominasi Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap para sekutunya menyebabkan hubungan
internasional sangat dipengaruhi kepentingan kedua negara adidaya. Tidak mengherankan
muncullah blok-blok aliansi yang lebih didasarkan pada persamaan ideologis.Hampir semua
langkah diplomatik dipengaruhi oleh tema-tema ideologis yang kemudian dilengkapi dengan
perangkat militer. Pertentangan sistem hidup komunis dan liberal ini sedemikian intensifnya
sehingga pada akhirnya perlombaan senjata tak dapat dihindarkan lagi karena dengan jalan
menumpuk kekuatan nuklir itulah jalan terakhir menyelamatkan ideologinya.
Menurut Juwono Sudarsono (1996), secara resmi apa yang dikenal sebagai Perang Dingin berakhir
pada kurun waktu 1989-1990 dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 1989 serta
menyatunya Jerman Barat dan Timur pada 3 Oktober 990. Perkembangan itu disusul dengan
bubarnya Uni Soviet pada 25 Desember 1991 bersamaan dengan mundurnya Mikhail Gorbachev
sebagai kepala negara. Setelah berakhirnya Perang Dingin yang ditandai antara lain runtuhnya
Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adidaya.
Artikel ini berusaha mengeksplorasi tema-tema yang muncul dalam hubungan internasional setelah
Perang Dingin . Munculnya tema-tema baru atau berlanjutnya tema-tema lama dalam kerangka
hubungan antar bangsa tak hanya mengubah cara pandang negara besar terhadap negara kecil tetapi
juga dalam tingkat tertentu bisa menggeser pola diplomasi antar negara.
Corak perkembangan ilmu Hubungan Internasional muncul pada tahun 1990-an, setelah runtuhnya
uni soviet-sebagai Negara komunis utama. Dengan berakhirnya perang dingin yang ditandai oleh
keruntuhan rezim komunis Uni Sovyet, maka dunia dipenuhi oleh harapan harapan akan terciptanya
tata dunia baru yang lebih damai, aman dan sejarahtera. Kini masalah masalah pembangunan dan
kerjasama ekonomi menjadi agenda utama dalam politik internasional.

Menjelang tahun 2000 atau pasca pernag dingin sebenarnya telah dikaji mendalam oleh OECD (the
Organization for Economic Cooperation and Development) pada tahun 1980 yang menyatakan
bahwa perimbangan kekuatan global antara berbagai Negara dan kelompok akan berubah secara
mendasar menjelang tahun 2000. kini dengan berakhirnya perang dingin, dunia berada dalam masa
transisi. Hal itu membawa dampk bagi studi Hubungan Internasional. Salah satu metode yang
popular yang digunakan untuk menganalisis kecenderungan Hubungan Internasional kontemporer
adalah dengan melihat pola pola hubungan yang mengindikasikan adanya kesinambungan dan
perubahan dalam semua aspek hubugan internasional.

Hubungan Internasional saat ini semakin kompleks. Interaksi tidak hanya dilakukan antar Negara
saja melainkan juga actor actor lain yang juga mempunyai peranan berpengaruh dalam Hubungan
Internasional. Actor actor lain tersebut misalnya, organisasi internasional, multinational
corporations (MNCs), organisasi lingkuangan, kelompok kelompok teroris, yang semuanya
merupakan bagian dari politik dunia. Interaksi yang kompleks dan melintasi batas Negara itu
membuat batasan batasan politik tidak lagi menjadi penghalang efektif dalam Hubungan
Internasional.
Dinamika Hubungan Internasional pad satu dasawarsa terakhir ini menunjukkan berbagai
kecenderungan baru yang sangat berbeda dengan masa masa sebelumnya. Ada banyak contoh yang
dapatkita sebut untuk memperkuat pernyataan di atas. Seperti berakhirnya perang dingin,
mengemukanya isu isu baru yang secara signifikan telah mengubah wajah dunia seperti kelompok
etnis, munculnya terorisme internasional, mengemukanya globalisasi dengan segala aspeknya,
regionalisasi di berbagai penjuru dunia dan kecenderungan internasionalisasi isu isu local.

Signifikansi kerangka peubahan dalam Hubungan Internasional muncul karena adanya tuntutan
kepada para penempuh studi Hubungan Internasional untuk dapat menggambarkan, menjelaskan,
dan bahkan memprediksi bagaimana fenomena Hubungan Internasional. Namun, upaya ilmiah yang
selama ini dilakukan barulah sampai pada tahap menjelaskan dan menerangkan berbagai perubahan
yang terjadi dalam Hubungan Internasional.

Perubahan perubahan yang terjadi dalam Hubungan Internasional meliputi lima bagian utama, yaitu
actor (pelaku Hubungan Internasional); tujuan para actor; power;hirarki interaksi; dan system
internasional itu sendiri. Disamping terjadinya penambahan actor (Negara) terjadi pula penambahan
secara signifikan pada jumlah actor non Negara seperti MNCs, International Governmental
Organizations (IGOs) dan bahkan kelompok kelompok individu lintas batas Negara seperti
kelompok teroris internasioanl dll.

Tujuan setiap actor (Negara) adalah power. Dalam studi disiplin Hubungan Internasional, power
adalah salah satu konsep yang paling sering dgunakan sekaligus pula menjadi salah satu konsep
yang paling controversial dan sulit untuk didefenisikan. Menurut Arnold Schwarzenberger, power
merupakansalah satu factor utama dalam Hubungan Internasional. Menurutnya, kelompok
kelompok masyarakat (Negara) dalam suatu system internasional akan melakukan apa yang merka
kuasai lebih secara fisik daripada apa yang seharusnya mereka lakukan secara moral.

Para teoritisi Hubungan Internasional juga masih terus memperdebatkan pendekatan pendekatan
yang digunakan untuk menghasilkan suatu konseptualisasi peringkat analisis. Secara umum, para
teoritisi Hubungan Internasional yang membahas konsep ini terbagi ke dalam tiga aliran utama.
Aliran behavioral misalnya, menyatakan bahwa perkembangan Hubungan Internasional agak
terhambat karena kegagalan Hubungan Internasional dalam membangun sebuah pendekatan yang
sistematis dalam mengumpulkan dan menganalisis data mengenai aktivitas system internasional dan
Hubungan Internasional. Dilain pihak, aliran neorealist berpandangan bahwa kaum behavioralist
yang gagal menghargai karakteristik dari teori system. Sementara pihak constructivist menuduh
aliran neorealist lah yang gagal menarik suatu garis tegas antara struktur system dan struktur
komponen komponen dalam unit system dalam peringkat analisis.

Paradigma merupakan pijakan dasar u/menjelaskan fenomena, masalah masalah Hubungan


Internasional atau politik tertentu. Paradigma dalam hubungan internasionl dibagi atas:

Paradigma realis yaitu Negara adalah actor utama dalam Hubungan Internasional yang bersifat
rasional.
Paradigma idealis yaitu bersifat normative, apa yang seharusnya terjadi, pentingnya peran prinsip
prinsip, hokum dan organisasi internasional.

Paradigam pluralis yaitu memandang Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada hubungan
antar Negara saja tetapi jugamerupakan hubungan antara individu dan kelompok kepentingan
diaman Negara tidak selalu menjadi actor tunggal.

Paham liberalis, berpendapat bahwa Negara bukan satu satunya actor dalam Hubungan
Internasional. Selain ituterdapat juga actor non Negara yang berpengaruh.

Paradigma merkantilisme, memandang bahwa dalam Hubungan Internasional Negara Negara saling
bersaing u/memenuhi kepantingan ekonominya masing masing.

Paradigma radikal, berpendapat bahwa negarabukan satusatunya actor dalam Hubungan


Internasional,selain Negara, terdapat actor non Negara yang mempunyai pengaruh.
Isu-isu baru
Berakhirnya salah satu episode dalam hubungan antar bangsa berupa Perang Dingin, melahirkan
realitas baru dalam perhatian negara besar dan negara yang bekas komunis. Isu-isu utama yang
menjadi pilar hubungan internasionalpun mengalami pergeseran. Meskipun isu lama yang
menyangkut keamanan nasional dan pertentangan masih tetap berlanjut namun tak dipungkiri
adanya perhatian baru dalam tata hubungan antar negara dan antar bangsa.
Menurut Juwono, pada era pasca Perang Dingin, perhatian lebih difokuskan pada usaha memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa menghadapi lingkungan internasional yang belum jelas.
Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia ini menyebutkan, lingkungan
internasional sekarang lebih kabur, lebih tidak menentu dan lebih mengandung kompetisi meraih
akses pada ilmu, modal dan pasar di negara-negara kaya.
Kedua, sorotan ini tidak terlalu baru tapi sekarang muncul ke permukaan yakni soal keamanan
regional. Fenomena di Asia Tenggara dengan prakarsa ASEAN mengukuhkan zona bebas nuklir
termasuk salah satu ciri dimana keamanan regional penting bagi kawasan ini.Ketiga, sorotan dunia
jatuh kepada masalah ekonomi-politik internasional.
Sedangkan Aryeh Neier, Direktur Human Rights Watch, menyebutkan lebih spesifik nilai-nilai
HAM yang disebarkan di seluruh dunia. Ia antara lain menyinggung soal hak setiap orang bebas
dari hukuman tak adil dan arbitrari, persamaan ras, etnik , agama atau gender. Hal-hal ini ikut
menentukan pola hubungan antar negara.
Hasjim Djalal dalam tulisannya Indonesian Foreign Policy at the Afvent of 21st Century
menyebutkan, The Problem of democratization and human rights will also become more prominent
and their impact on foreign policy cannot be ignored.
Analisa Djalal itu menunjukkan bahwa masalah yang menyangkut hak asasi manusia, dari sudut
manapun ditinjaunya, akan memberikan dampak terhadap politik luar negeri suatu negara. Hal itu
juga berarti bahwa kontak satu entitas politik dengan entitas lainnya akan mendapat bobot soal
HAM ini.
Dalam kasus HAM dan juga demokratisasi sebagai contoh dapat dilihat bagaimana Uni Eropa dan
Amerika Serikat bersikap terhadap Myanmar. Negeri yang pernah melakukan pemilu tahun 1990
yang dimenangkan Liga untuk Demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi ini terpaksa harus hidup
dalam situasi darurat terus menerus.Untuk menjaga keadaan darurat itu, militer Myanmar
membentuk apa yang dinamakan Dewan Pemulihan Hukum Negara dan Ketertiban (State Law and
Order Restoration Council). Sampai tahun 1997, SLORC masih bertahan atas nama ketertiban
negara. Melalui Konvensi Nasional sedang disusun konstitusi yang kemudian akan melahirkan
pemilihan umum.
Perubahan lingkungan mempengaruhi hubungan antar bangsa. Jika pada masa Perang Dingin isu-
isu ideologis dan militer sangat dominan. Hampir semua hubungan antar bangsa diterjemahkan
kedalam konteks perang ideologi.Pada era pasca Perang Dingin, tema-tema ideologis menyurut.
Sebagai gantinya muncul isu-isu seperti hak asasi manusia, politik-ekonomi dan demokratisasi
sebagai salah satu indikator yang menentukan hubungan
internasional
Daftar Pustaka
1. Sudarsono, Juwono , State of the Art Hubungan Internasional: Mengkaji Ulang Teori Hubungan
Internasional dalam Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan.
Jakarta, Pustaka Jaya, 1996.
2. Kausikan, Bilahari, Asia’s Different Standard. Foreign Policy, Vol. 32. No. 92, Autumn 1993
3. Neier, Aryeh, Asia’s Unacceptable Standard. Foreign Policy, Vol. 32, No. 92, Autumn 1993.
4. Mas’oed Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta, LP3ES,
1990
5. Sukma, Rizal, Hubungan Internasional Dekade 1990-an dalam Jurnal Ilmu Politik No. 15.
Jakarta, Gramedia, 1995
6. Viotti, Paul R., International Relations Theory. New York, MacMillan Publishing Company,
1993.7. Lamborn, Alan C., Theory and The Politics in World Politics dalam International Studies
Quarterly, Vol. 41. Number 1, June 1997.
8. Djalal, Hasjim, Indonesian Foreign Policy at the Advent of the 21st Century dalam The
Indonesian Quarterly, Vol. XXIV No. 3, 1996.

Anda mungkin juga menyukai