Disusun Oleh
6211161185
HUBUNGAN INTERNASIONAL
ABAD XXI
Penerbit : ALFABETA, cv
ISBN : 978-602-289-127-7
PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resensi itu sendiri diartikan sebagai
pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar
resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya
baik itu berupa buku, novel maupun film dengan cara memaparkan data-data,
sinopsis, dan kritikan terhadap jarya tersebut. Resensi bermanfaat agar kita
mengetahui tentang banyak hal, selain itu juga bermanfaaat agar dapat melatih kita
untuk membaca dan menilai suatu karya dari orang lain. Selain manfaat membaca
yang menambah wawasan, membaca juga dapat membuka pemikiran kita terhadap
permasalahan agar permasalahan yang kita hadapi dapat dipecahkan dengan
pemikiran yang luas dan tidak terbatas.
Konstelasi politik internasional selalu mengalami perubahan dari waktu ke
waktu dan dari masa ke masa, tergantung dari pola, interaksi, dan hubungan antar
negara. Pada masa Perang Dingin , konstelasi global diwarnai dengan perebutan
pengaruh antara Blok Barat (blok liberalisme kapitalisme, Amerika Serikat, Eropa
Barat) versus Blok Timur (Blok sosialisme komunisme, Uni Soviet, Eropa Timur),
dimana penentuan kawan dan lawan ditentukan oleh faktorideologi. Pasca perang
dingin, konstelasi politik global mengalami perubahan dimana dinamika global
diwarnai oleh isu HAM, Demokrasi dan Lingkungan Hidup. Penentuan kawan atau
lawan masa itu ditentukan oleh nilai-nilai HAM dan Demokrasi. Demokrasi dan
HAM menjadi penentu siapa kawan dan siapa lawan dalam hubungan internasional.
Namun demikian, penentuan kawan atau lawan saat ini ditentukan oleh, apakah
negara tersebut mendukung perang global melawan terorisme atau tidak. Pola
konstelasi global dan kebijakan global sangat dipengaruhi olehperang global
melawan terorisme yang dikumandangkan oleh Amerika Serikat.
Dinamika hubungan internasional sekarang ini terbelah menjadi dua zona,
yakni zona teroris dan zona anti teroris. Semua negara di dunia terpengaruh oleh
munculnya isu dan aktor global abad 21, yakni teroris dan terorisme. Berbagai
organisasi internasional seperti PBB juga setiap tahunnya mengeluarkan daftar
hitam nama-nama organisasi terorisme internasional yang patut untuk dihancukan.
Berbagai organisasi ragional, seperti ASEAN dan Uni Eropanya misalnya,
mengeluarkan berbagai konvensi atau kesepakatan yang menentang keberadaan
terorisme dan melakukan langkah aksi bersama untuk melawan terorisme.
Buku ini mengulas tentang aktor dan isu global abad XXI yang mendapat
banyak sorotan oleh publik internasional, yaitu terorisme. Terorisme merupakan
salah satu aktor dalam hubungan inetrnasional dan menjadi isu global yang
mewarnai konstelasi hubungan internasional dewasa ini. Buku ini mengulas tentang
rterorisme yang dilihat dari perspektif global dan hubungan internasional. Selain
itu, dibahas pula bagaimana dinamika kasi terorisme di Indonesia dan upaya yang
dilakukakan oleh Polri juga TNI dalam melakukan pemberantasan terhadap
terorisme di Indonesia.
Manfaat meresensi buku Teroris(me): Aktor & Isu Global Abad XXI selain
kita mengetahui ada aktor apa saja di dalam Ilmu Hubunngan Internasional, kita
juga dapat mengetahui bahwa pada abad ini yaitu abad XXI ada banyak isu yang
tidak dapat dipungkiri, yaitu adanya aktor baru di dalam Ilmu Hubungan
Internasional yaitu Teroris, karena disadari atau tidak dan baik secara langsung atau
tidak Teroris sangan mempengaruhi perkembangan Ilmu Hubungan Internasional.
ISI/SUBSTANSI BUKU
Bab pertama dalam buku ini berjudul Hubungan Internasional dan Terorisme,
peristiwa Selas, 11 September 2001 yang menewaskan sekitar 6000 orang warga
sipil memang sangat dahsyat. Mungkin inilah peristiwa terdahsyat diwal abad ke-
21. Dampaknya kepada dunia, luar biasa. Meski hanya dialami oleh AS , tak urung
tragedi WTC dab Pentagon telah menjadi “teror” bagi seluruh dunia. Dunia yang
semula “tertidur lelap”, sontak terbangun dan kini terus menerus dalam deraan
kekhawatiran dan kecemasan akan terjadinya serangan serupa.
Hampir tak seorang pun meramalkan serangan teroris dengan modus “baru”
seperti yang terjadi tanggal 11 September 2001 di WTC.
Pasca tragedi selas kelabu dan runtuhnya rezim Taliban oleh pasuka koalisi,
AS segera mencanangkan program perang melawan terorisme global. Tampilan
politik luar negeri AS cendenrung agresif dan ofensif dalam mengkampanyekan
perburuan menghancurkan sel-sel Al Qaeda dan jaringan terorisme global di
seantero dunia.
Tuduhan yang tanpa didukung data memadai an akurat ini dibantah secara
keras oleh Osama Bin Laden sembari mengatakan bahwa melakukan itu adalah
orang-orang amerika sendiri. Tidak peduli dengan bantahan tersebut, AS secara
tiba-tiba melakukan serangan militer terhadap basis-basis pertahanan Taliban di
Afghanistan yang dianggap telah melindungi Osama Bin Laden beserta jaringan Al
Qaeda. AS menetapkan Osama sebagai the most wanted man, dead or alive.
Kepalanya disayembarakan dan dihargai jutaan dollar bagi siapapun yang dapat
menangkapnya.
Disamping itu, yang perlu dipegang teguh adalah bahwa terorisme dan segala
bentuknya jangan disangkutpautkan dengan agama. Kecenderungan radikalisme
teroris terletak pada individu atau personel masing-masing. Bahkan secara lugas
dapat dikatakan bahwa para pelaku tindak teroris itu adalah manusia-manusia yang
tidak beragama dan tidak bertuhan. Sebab, manusia beragama tidak akan
melakukan perbuatan biadab seperti itu.
Perspektif terorisme tidak mengedepankan pada kebersamaan dan pluralisme,
melainkan hanya menekankan pad uniformitas yang monolitik. Selain itu, terorisme
tidak memprioritaskan pada upaya-upaya dialog, melainkan langsung pada tindak
kekerasan yang membayakan. Hal ini sangat bertentangan dengan perspektif
multikulturalisme yang mendasarkan diri pada saluran dialog, kebersamaan,
kemanusiaan, penghormatan antar manusia, dan pengakuan akan perbedaan.
Kondisi masyarakat yang masih tradisional pola pikir dan pola tindaknya
sehingga menyulitkan bagi semua pihak untuk menangani aksi teror secara
komprehensif. Kondisi masyarakat yang masih belum modern, belum matang, dam
belum mandiri membuat provokasi teror dapat denganmudah masuk di tengah
masyarakat sehingga menyulitkan penanganan terhadap aksi teror. Sentuhan agama
merupakan alat yang cukup jitu dan manjur dalam mempengaruhi masyarakat untuk
melakukan tindakan teror.
Bab terakhir pada buku ini yaitu bab keenam diberi judul polri dan terorisme,
Indonesia sangat rawan terjadinya aksi terorisme sehingga harus ditanggulangi
sedini mungkin. Sejarah terorisme di Indonesia diawali dari adanya DI/TII
Kartosuwiryo yang kemudian terjadinya berbagai pemberontakan dengan tujuan
mengubah dasar negara Pancasila mejadi dasar agama Islam. Tindak pidana
terorisme saat ini mengalami perubahan modus operandi dari alat bom menjadi
senjata api, bom buku, dan dari sasaran asing menjadi sasaran domestik, dimana
Polri dianggap sebagai musuh yang harus dibunuh. Aksi terorisme perlu dicegah
melalui kebijakan deradikalisasi terhadap keyakinan agama yang terlalu radikal,
militan, fundamentalisme sehingga rentan di cuci otak.
Wilayah Indonesia dianggap cocok untuk dimanfaatkan sebagai alat bagi para
teroris untuk melakukan indoktrinasi atas nama “agama” tertentu, yang sebenarnya
justru jauh menyimpang dari agama manapun di dunia ini. Para gembong teroris
memanfaatkan keramahan dan tenggang rasa yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia untuk menciptakan sel-sel teroris sekaligus sebagai tempat
persembunyian/ basis dari kejaran aparat kemanan. Kemampuan analisis Densus 88
AT selama ini sebenanrnya sudah cukup bagus terbukti dari terungkapnya dan
tertangkapnya berbagai jaringan dan pelaku terorisme serta mengungkap berbagai
rencana pengeboman yang dirancang oleh para teroris sehingga dapat mencegah
terjadinya aksi teroorisme. Tim analisa Densus 88 AT harus memiliki kemampuan
dalam membaca sms content, menbuka CDR, membuka voice, dan melakukan
tracing IMEI yang ada dalam setiap hand phone. Oleh karena itu, perlu optimalisasi
kemampuan analisis Densus 88 AT sehingga akan dapat mendeteksi jaringan
terorisme yang terjadi di tengah masyarakat, yang pada akhirnya akan
mneghasilkan outcome berupa terwujudnya harkamtibmas yang kondusif.
Dalam kaitan dengan sistem deteksi dini dan sistem peringatan dini terhadap
aksi terorisme, Satuan Intelkam sebagai salah satu satuan terdepan di tubuh Polri,
merupakan ujung tombak dalam menciptakan rasa aman masyarakat. Satuan
intelkamyang tersebar di tengah masyarakat harus bekerja keras dalam mendeteksi,
mengendus dan mengumpulkan informasi intelijen terkait tindak kejahatan
terorisme sebelum operasi/razia dilakukan. Satuan Intelkam sangat menentukan
efektifitas berbagai operasi yang digelar oleh Polri, ,melalui peran penyelidikan,
pengamanan, dan penggalangan terhadap ruang gerak aksi terorisme.
Satuan Intelkam di tingkat KOD/ Polres yang merupakan satuan strategis dan
menempati posisi penting dalam suatu operasi Kamtibmas perlu untuk
diberdayakan dan ditingkatkan sehingga akan mampu memerankan fungsinya
sebagai alat deteksi ini dan alat peringatan dini dalam melacak, mengendus, dan
merekam suatu potensi tindak kejahatan. Sebagai mata dan telinga Polri, satuan
intelkam di tingkat Polres harus mampu masuk kedalam seluruh sendi, bidang, dan
aktifitas kehidupan masyarakat sehingga akan dapat mengumpulkan bahan dan
keterangan (pulbaket), mengolah fakta, dan menganalisis data untuk kemudian
disajikan dalam berbagai produk intelijen.
Isi buku ini menjelaskan secara jelas isi materi dan contoh kasusnya
sehingga pembaca dapat memabayangkan isi materi tersebut.
Penulis juga mencantumkan sumber-sumber referensi dengan lengkap
sehingga isi/substansi buku jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
KEKURANGAN/KELEMAHAN BUKU:
Isi buku banyak yang mengulang dan bertele-tele sehingga membuat
pembaca bosan.
Ada beberapa kata yang typo.
Cover buku memang menggambarkan isi buku, namun kurang
menarik.
Beberapa bagian buku banyak yang copot.
Isi buku yang bercerita membuat pembaca bosan.
KONTRIBUSI BUKU DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
Kontribusi buku ini dalam hubungan internasional sudah sangat jelas. Topik
buku ini mengangkat isu global saat ini yaitu adalah terorisme. Terorisme yang
merupakan salah satu aktor dalam ilmu hubungan internasional sangat berpengaruh
besar dalam kehidupan global masyarakat ini, bisa dilihat dari peristiwa yang
dialami oleh AS beberapa waktu lalu yang secara tidak langsung memengaruhi
kehidupan banyak masyarakat. Secara tidak langsung terorisme menjadi suatu hal
yang sangat tabu untuk dibahas dan menjadi suatu ancaman tersendiri bagi
masyarakat. Pada abad XXI ini memang teroris sedang ada dipuncak kejayaan nya.
Walaupun begitu hingga hari ini masih belum ada definisi yang jelas mengenai
terorisme.