Anda di halaman 1dari 6

Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Sosiologi Pertanian

Nama : Algonda Dini Ruhung

NIM : 2104060005

Prodi : Agroteknologi

Dosen PA : Ir. I Wayan Mudita M.Sc., Ph.D

Soal

1. Jelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial!


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan closed social stratification dan open social
stratification!
3. Jelaskan stratifikasi sosial yang terjadi di daerah pedesaan. Faktor apa yang paling
dominan dalam proses stratifikasi tersebut?
4. Sebutkan tujuh unsur kebudayaan universal!
5. Jelaskan 4 ciri utama dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, terpisah
dari ilmu social lainnya!

Jawab

1. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial :


a) Proses Sosial yang asosiatif (Processes of association)
• Kerja sama (Cooperation)
• Akomodasi (Accomodation)
• Asimilasi (Assimilation)
b) Proses sosial yang disosiatif (Oppositional Processes)
• Persaingan (Competition)
• Kontravensi (Contravention)
• Pertentangan/Pertikaian (Conflict)

a) Proses Sosial Yang Asosiatif


Kerjasama dimaksudkan sebagai sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama. Ada lima bentuk kerjasam yaitu :
1. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.
2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan
jasa.
3. Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi.
4. Koalisi (coalition), yakni bergabungnya dua atau lebih organisasi karena
memiliki tujuan yang sama.
5. Join-venture, yaitu kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu.

Akomodasi menunjuk pada dua arti yaitu sebagai suatu keadaan dan menunjuk
pada suatu proses. Sebagai suatu keadaan, akomodasi menunjuk pada suatu
keadaan keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok sosial dalam kaitannya dengan norma-norma sosial yang
berlaku. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu:
1. Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh
karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, di mana
salah-satu fihak bcrada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan
fihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (yaitu sccara
langsung), maupun sccara psikologis (yaitu secara tidak langsung). Misalnya
pcrbudakan adalah suatu coercion, di mana interaksi sosialnya didasarkan
pada penguasaan majikan atas budak-budaknya, di mana yang terakhir
dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apa pun juga. Pada negara-
negara totaliter, coercion juga dijalankan, manakala suatu kelompok
minoritas yang berada di dalam masyarakat memegang kekuasaan. Hal ini
sama sekali tidak berarti bahwa dengan coercion tak akan dapat dicapai hasil-
hasil yang baik bagi masyarakat.
2. Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi di mana fihak-fihak yang
terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan
compromise adalah bahwa salah-satu fihak bersedia untuk merasakan dan
memahami keadaan fihak lainnya dan begitu pula sebaliknya (empathy).
Misalnya traktat antara beberapa negara, akomodasi antara beberapa partai
politik, karena sadar bahwa kekuatan masing-masing adalah sama dalam
suatu pemilihan umum, dan seterusnya.
3. Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila
fihak-fihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.
Pertentangan diselesaikan oleh fihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah
fihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari fihak-fihak
yang bertentangan, seperti terlihat dalam penyelesaian masalah perselisihan
perburuhan, misalnya.
4. Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah
fihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Fihak ketiga
tersebut memiliki tugas untuk utamanya mengusahakan suatu penyelesaian
secara damai. Kedudukan fihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka;
dia tak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan
penyelesaian perselisihan tersebut.
5. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari fihak-fihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan
membuka kesempatan bagi fihak-fihak yang bersangkutan untuk
mengadakan asimilasi. Suatu contoh dari conciliation adalah, adanya
panitia-panitia tetap di Indonesia yang khusus bertugas untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan perburuhan, di mana duduk wakil-wakil perusahaan,
wakil-wakil buruh, wakil-wakil Departemen Tenaga Kerja dan seterusnya
khusus bertugas menyelesaikan persoalan-persoalan jam kerja, upah, hari-
hari libur dan lain sebagainya.
6. Tolerantion, juga sering dinamakan tolerant-participation. Ini merupakan
suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-
kadang tolerantion timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal
mana disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu
perselisihan. Dari sejarah dikenal bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang toleran yang sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan-
perselisihan.
7. Stalemate, merupakan suatu akomodasi, di mana fihak-fihak yang
bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada
suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan
oleh karena bagi kedua belah fihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik
untuk maju maupun untuk mundur. Stalemate tersebut, misalnya, terjadi
antara Amerika Serikat dengan Soviet Rusia di bidang nuklir.
8. Adjudication, yaitu penyelesaian perkara di pengadilan.

Walaupun tersedia bermacam-macam bentuk akomodasi seperti diuraikan di atas


dan telah banyak ketegangan-ketegangan yang teratasi, namun masih saja ada
unsur-unsur pertentangan latent yang belum dapat diatasi secara sempurna.
Bagaimanapun juga akomodasi tetap perlu, apalagi dalam keadaan dunia dewasa
ini yang penuh ketegangan. Selama orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia masih mempunyai kepentingan-kepentingan yang tidak bisa diselaraskan
antara satu dengan lainnya, akomodasi tetap diperlukan.

Asimilasi terjadi bila dua kelompok manusia meleburkan diri menjadi satu
kelompok , di mana batas antara kelompok-kelompok itu akan hilang.

b) Proses Sosial Yang Disosiatif


Persaingan (competition) yaitu suatu proses sosial, di mana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum,
dengan cara menarik perhatian umum, atau dengan mempertajam prasangka-
prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
(1) Kontravensi (contravention), yaitu suatu bentuk proses social yang berada
antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi terutama ditandai oleh adanya
gejala-gejala ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana, dan
perasaan tidak suka yang disembunyikan.
(2) Pertentangan (conflict), yaitu suatu proses social, di mana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang fihak
lain yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

2. Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification) dan terbuka (open social stratification). Yang bersifat tertutup, membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Baik yang
merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya
jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya
di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatah untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, Atau, bagi mereka yang tidak
beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya. Pada umumnya
sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat
untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari pada sistem yang tertutup. Sistem
tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang berkasta. Atau di dalam masyarakat yang
feodal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantung pada perbedaan-perbedaan rasial.
Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem lapisan di sana sangat kaku dan menjelma
dalam diri kasta-kasta. Kasta di India mempunyai cm-ciri tertentu, yaitu:
1) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran. Anak yang lahir
memperoleh kedudukan orang tuanya.
2) Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang
tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
3) Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang sekasta.
4) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama
kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap
norma-norma kasta dan lain sebagainya.
6) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan
7) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

Sistem kasta di India telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Istilah untuk kasta dalam
bahasa India adalah yati sedangkan sistemnya disebut varna. Menurut kitab Rig-Veda dan
kitab-kitab Brahmana, dalam masyarakat India Kuno dijumpai empat varna yang tersusun
dari atas ke bawah. Masing-masing adalah kasta Brahmana, Ksatria, Vaicya dan Sudra.
Kasta Brahmana merupakan kasta para pendeta, yang dipandang sebagai lapisan tertinggi.
Ksatria merupakan kasta orang-orang bangsawan dan tentara, dipandang sebagai lapisan
tedua. Kasta Vaicya merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan
menengah (ketiga) dan Sudra adalah kasta orang-orang biasa (rakyat jelata). Mereka yang
tak berkasta, adalah golongan Paria. Susunan kasta tersebut sangat kompleks dan hingga
kini masih dipertahankan dengan kuat, walaupun orang-orang India sendiri kadangkala
tidak mengakuinya. Sistem kasta semacam di India, juga dijumpai di Amerika Serikat, di
mana terdapat pemisahan yang tajam antara golongan kulit putih dengan golongan kulit
berwarna terutama orang-orang Negro. Sistem tersebut dikenal dengan segregation yang
sebenamya tak berbeda jauh dengan sistem apartheid yang memisahkan golongan kulit
putih dengan golongan asli (pribumi) di Uni Afrika Selatan. Sistem lapisan yang tertutup,
dalam batas-batas tertentu, juga dijumpai pada masyarakat Bali. Menurut kitab-kitab suci
orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, Satria, Vesia dan
Sudra. Ke tiga lapisan pertama biasa disebut triwangsa sedangkan lapisan terakhir disebut
jaba yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Ke empat lapisan tersebut
terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar
seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut diwariskan menurut
garis keturunan laki-laki yang sefihak (patrilineal) adalah Ida Bagus, Tjokorda, Dewa,
Ngahan, Bagus, I Gusti, Gusti. Gelar pertama adalah gelar orang Brahmana, gclar kedua
sampai dengan keempat bagi orang-orang Satria, sedangkan yang kelima dan keenam
berlaku bagi orang-orang, Vaicya. Orang-orang Sudra juga memakai gelar-gelar seperti
Pande, Kbon, Pasek dan selanjutnya. Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan
pekerjaan orang-orang yang bersangkutan. Walaupun gelar tersebut tidak mcmisahkan
golongan-golongan sccara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan-santun pergaulan. Di
samping itu hukum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya, dalam
memakai tanda-tanda, perhiasan-perhiasan, pakaian tertentu dan lain-lain. Kehidupan
sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seorang gadis
suatu kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih
rendah.

3. Pada masyarakat pedesaan menerapkan stratifikasi sosial tertutup dimana status social
seseorang ditentukan dari statusnya saat dilahirkan atau berdasarkan keturunan sehingga
kesempatan seseorang untuk naik lapisan sosial yang lebih tinggi kemungkinannya sangat
kecil. Faktor yang paling dominan dalam stratifikasi sosial ini adalah ukuran kekayaan,
pendidikan, kekuasaan dan keturunan. Hal ini juga disebabkan karena perbedaan
kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Tujuh unsur kebudayaan universal meliputi bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi
sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup,
sistem religi, serta kesenian.

5. 4 ciri utama dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, terpisah dari ilmu
social lainnya :

• Empiris, artinya ilmu pengetahuan yang didasarkan pada observasi (pengamatan)


dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif melainkan objektif.
• Teoritis, artinya ilmu pengetahuan berasal dari abstraksi hasil pengamatan di
lapangan, sehingga menjadi suatu teori yang logis.
• Kumulatif, artinya disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, lalu memperbaiki,
memperluas, sehingga memperkuat teori sebelumnya.
• Nonetis, artinya tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi
bersifat netral dalam menjelaskan masalah.

Anda mungkin juga menyukai