Anda di halaman 1dari 9

TOPIC 2.

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL


Ragil Setiyabudi

PROSES SOSIAL
Proses sosial pada dasarnya adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika para individu
dan kelompok-kelompok di dalam masyarakat saling bertemu dan menentukan pola hubungan di
antara mereka. Dengan demikian proses sosial mencakup masalah yang luas.
Untuk membatasi masalah proses sosial itu, sosiolog Soerjono Soekanto membatasi proses sosial
sebagai masalah interaksi sosial. Pada dasarnya, interaksi sosial adalah hubungan antar individu
atau kelompok dalam masyarakat yang prosesnya mencakup dua hal (Soerjono Soekanto, 1990,
hal 115) :
1. Kontak. Kontak itu dapat bersifat primer (bertemu muka dengan muka) dan sekunder (lewat
alat seperti telepon, media, dan sebagainya).
2. Komunikasi. Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan (message) kepada orang lain.
Pemberi pesan disebut komunikator dan penerima pesan disebut komunikan. Menurut soekanto
(2002), arti penting komunikasi adalah pemberian makna atas informasi yang disampaikan oleh
orang lain. Berkomunikasi selain menggunakan bahasa verbal juga menggunakan nonverbal,
gerak tubuh, atau sikap. Dengan mengetahui sikap dan perasaan individu atau kelompok dapat
dijadikan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukan.
Proses komunikasi antara perawat dan klien
a. Fase pra interaksi (awal dimulainya kontak pertama dengan klien)
b. Fase introduksi atau orientasi (fase ini hubungan dibangun dengan saling percaya, saling
mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka dan bentuk kontrak dengan klien)
Elemen kontrak perawat klien pada fase ini:
1) Nama klien
2) Peran perawat dan klien
3) Tanggung jawab perawat dan klien
4) Harapan perawat dan klien
5) Tujuan hubungan
6) Tentukan tempat dan waktu
7) Kondisi untuk terminasi
8) Kedekatan/tujuan (antara perawat dan klien)
c. Fase kerja
Fase yang merupakan fase penyelesaian masalah dan fase kerja yang terapeutik.
Perawat dan klien mengeksplorasi stresor dan meningkatkan wawasan perkembangan
diri klien dengan menyamakan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
d. Fase terminasi
Pada fase ini merupakan hubungan terapeutik klien dan perawat. Selama fase terminasi,
belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat. Kegiatan discard planning
pada fase ini penting dilakukan oleh perawat. Perawat akan memberikan informasi
kepada klien kapan klien kontrol ke pelayanan kesehatan, mendemonstrasikan
perawatan pasca masuk rumah sakit, minum obat dengan metode 5 tepat dan
manajemen diet.

INTERAKSI SOSIAL
Sosiolog George Simmel menekankan masyarakat sebagai sistem interaksi (Johnson, 1986, hal
251). Masyarakat merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang saling berhubungan satu sama
lain. Interaksi sosial itu selalu bersifat timbal balik.
Menurut Soerjono Soekanto, berdasar pada pandangan Gillin dan Gillin serta Kimball Young,
masalah interaksi sosial dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk proses-
proses sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1990, hal 79, 97).
1. Pertama, proses yang bersifat asosiatif yang mencakup proses-proses
a. Kerjasama [cooperation]
Proses kerjasama (cooperation) mencakup paling tidak lima bentuk:
1) kerukunan seperti gotong-royong,
2) bargaining, pelaksanaan perjanjian pertukaran barang-barang,
3) kooptasi [cooptation], yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menjaga
stabilitas organisasi tersebut,
4) koalisi [coalition], yaitu penggabungan dua organisasi atau lebih untuk mencapai
tujuan-tujuan yang sama,
5) join venture, kerjasama usaha untuk proyek-proyek tertentu.
b. Akomodasi [accomodation],
Proses akomodasi (accomodation) adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan dan mencapai kestabilan. Akomodasi bisa juga menunjuk pada suatu
keadaan di mana terjadi keseimbangan dan kestabilan. Akomodasi mencakup tindakan-
tindakan seperti :
1) coercion, stabilitas yang diadakan dengan pemaksaan-pemaksaan tertentu, misalnya
penekanan yang dilakukan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas,
2) comprimise, akomodasi dengan cara fihak-fihak bertikai saling mengurangi
tuntutan sehingga tercapai kerharmonisan hubungan,
3) arbitration, penyelesaian pertentangan dibantu oleh pihak ketiga yang lebih tinggi
dari kedua belah pihak yang bertikai, misalnya dalam perselisihan perburuhan,
4) mediation, mirip dengan arbitration, pihak ketiga bersifat netral yang bertugas
mendamaikan,
5) conciliation, usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih untuk mencapai persetujuan bersama,
6) toleration atau tolerant-participation, usaha menghindarkan diri dari perselisihan
dengan menghargai dan mengakomodir perbedaan,
7) stelemate, proses di mana pihak-pihak yang bertentangan mempunyai kekuatan
seimbang sehingga berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan
itu,
8) adjudication. Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
c. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi adalah proses akomodasi tahap lanjut di mana kemudian terjadi
kesatuan baru.
Syarat asimilasi :
1) ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda-beda kebudayaannya,
2) yang saling bergaul dalam waktu yang lama,
3) sehingga masing-masing kebudayaan itu berubah dan saling menyesuaikan diri
(Koentjaraningrat, 1955, hal 146).
Faktor pendukung asimilasi :
1) Toleransi
2) Kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang
3) Menghargai kebudayaan lain
4) Terbuka
5) Ada persamaan unsur kebudayaan
6) Terjadinya perkawinan antarkelompok dengan berbeda kebudayaan
7) Memiliki musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk
menghadapi musuh tersebut.
Faktor penghambat asimilasi
1) Kelompok yang terisolasi atau terasing, biasanya minoritas
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan lain
3) Prasangka negatif/takut terhadap pengaruh kebudayaan lain/baru. Kekhawatiran ini
dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
4) Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
kelompok lain. Kebanggaan berlebih seperti ini mengakibatkan kelompok
kebudayaan yang satu tidak mau mengakui keberadaan kelompok lain.
5) Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, misalnya tinggi badan, warna kulit ataupun
rambut.
6) Memiliki perasaan yang kuat bahwa individu terikat dengan kebudayaan kelompok
masing-masing (ingroup feeling yang kuat)
7) Golongan minoritas mengalami gangguan terhadap kelompok penguasa. Seperti
pembantaian suku minoritas di bekas negara Yugoslavia dan Rwanda.
2. Kedua, proses yang bersifat disosiatif (oppositional processes) yang mencakup proses-proses
a. Persaingan [competition],
Persaingan (competition) biasanya terjadi karena individu-individu atau kelompok-
kelompok dalam masyarakat berebut keuntungan. Persaingan masih sehat bila tidak
menggunakan unsur-unsur ancaman dan kekerasan.
Ada dua macam tipe persaingan, yaitu sebagai berikut.
1) Persaingan yang bersifat pribadi, yaitu persaingan masing-masing orang secara
langsung bersaing, misalnya untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam organisasi.
2) Persaingan yang bersifat kelompok, yaitu persaingan antara kelompok yang satu
dengan kelompok lainnya. Misalnya dua kelompok perusahaan yang bersaing untuk
memperebutkan mendapatkan monopoli pemasaran di suatu wilayah tertentu.
Fungsi persaingan adalah :
1) menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif,
2) menyalurkan kepentingan dan nilai-nilai,
3) menjadi alat seleksi sosial,
4) menjadi alat penyaring untuk menghasilkan sistem pembagian kerja yang efektif
(Soerjono Soekanto, 1990, hal 101).
Bentuk-bentuk Persaingan
Ada beberapa bentuk persaingan, yaitu sebagai berikut.
1) Persaingan di Bidang Ekonomi
Ditinjau dari persaingan di bidang ekonomi, persaingan timbul karena terbatasnya
penawaran dibandingkan dengan permintaan. Persaingan adalah salah satu cara untuk
memilih produsen-produsen yang baik. Bagi masyarakat sebagai keseluruhan
persaingan ini membawa keuntungan sebab produsen-produsen yang terbaik
memenangkan persaingan dengan cara memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
yang lebih baik mutunya, dengan harga yang cukup rendah.
2) Persaingan untuk Mencapai Suatu Kedudukan Tertentu Dalam Masyarakat
Dalam diri seseorang maupun dalam kelompok manusia terdapat keinginan-keinginan
yang diakui sebagai seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan tersebut.
Keinginan tersebut dapat terarah pada suatu persamaan derajat, kedudukan, dan
peranan dengan pihak lain atau lebih tinggi dari pada itu.
3) Persaingan Dalam Bidang Kebudayaan
Persaingan dalam bidang kebudayaan misalnya pada waktu orang-orang Barat
berdagang di pelabuhan Jepang maka para pendeta-pendeta agama Kristen berusaha
untuk menyebarkan agama tersebut di Jepang.
Hal yang sama juga terjadi sewaktu kebudayaan Barat, yang mula-mula dibawa oleh
orang-orang Belanda pada akhir abad ke-15, berhadapan dengan kebudayaan
Indonesia. Persaingan dalam bidang kebudayaan dapat menyangkut misalnya bidang
keagamaan, institusi sosial, dan lain-lain.
4) Persaingan Karena Perbedaan Ras
Persaingan karena perbedaan ras juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan.
Perbedaan ras karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, corak rambut, dan
sebagainya hanya merupakan suatu perlambang dari suatu kesadaran dan sikap atas
perbedaan dalam kebudayaan. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri badaniah lebih
mudah terlihat daripada unsur-unsur kebudayaan lain.
b. Kontravensi [contravention],
Kontravensi (contravention) adalah persaingan (competition) yang sudah cenderung
menuju ke pertentangan/pertikaian (conflict) atau proses sosial yang berada antara
persaingan dan dan pertentangan/pertikaian.
Ciri-ciri/bentuk adalah adanya (1) sikap-sikap penolakan dan perlawanan, (2)
penyangkalan, fitnah, cercaan, (3) hasutan, (4) pengkhianatan, (5) tindakan mengejutkan
lawan (Soerjono Soekanto, 1990, hal 104).
Contohnya adalah antagonisme keagamaan, kontravensi parlementer yang berkaitan
dengan golongan mayoritas dan minoritas, kontravensi intelektual, dan sikap oposisi
moral.
c. Pertentangan atau pertikaian [conflict].
Pertentangan/pertikaian (conflict) terjadi jika perbedaan-perbedaan sangat tajam dan saling
berbenturan. Bentuk konflik yang parah adalah peperangan.
Penyebab pertentangan adalah :
1) perbedaan antara individu
2) perbedaan kebudayaan
3) perbedaan kepentingan
4) perubahan sosial.
Bentuk pertetangan :
1) pertentangan pribadi
2) pertentangan rasial
3) pertentangan antarkelas sosial, umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan
kepentingan
4) pertentangan politik
5) pertentangan yang bersifat internasional
Akibat konflik : (1) tambahnya solidaritas masing-masing kelompok, (2) kesatuan
masyarakat retak, (3) perubahan kepribadian para individu, (4) kerugian harta benda dan
korban jiwa, (5) terjadi akomodasi dominasi dan takluknya salah satu pihak (Soerjono
Soekanto, 1990, hal 112-113).
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif
yang terdapat pada setiap masyarakat.

Dasar/faktor berlangsungnya proses interaksi sosial


1. Imitasi
Imitasi adalah proses meniru yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial. Peniruan
dapat berupa suatu perbuatan yang menirukan tindakan, nilai, norma atau ilmu
pengetahuan orang lain. Faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
interaksi sosial. Imitasi mempunyai segi positif dan negatif. Salah satu segi positifnya
adalah imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku, sedangkan sisi negatifnya adalah jika yang ditiru adalah tindakan-tindakan
yang menyimpang. Selain itu imitasi dapat pula melemahkan atau mematikan daya kreasi
seseorang.
Imitasi pertama kali muncul di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan
lingkungan masyarakat. Suatu pihak yang melakukan imitasi akan meniru sama persis
tindakan yang dilakukan oleh pihak yang diimitasi. Dia tidak berpikir panjang tentang
tujuan peniruannya. Dalam imitasi, peniruan dapat berwujud penampilan, sikap, tingkah
laku, dan gaya hidup pihak yang ditiru. Melalui imitasi, seseorang belajar nilai dan norma
di masyarakat. Atau sebaliknya, dia belajar suatu perbuatan yang menyimpang dan nilai
dan norma yang berlaku.
2. Sugesti
Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang
berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Hampir sama dengan imitasi
tetapi titik tolaknya berbeda. Sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda
oleh emosi yang menghambat daya pikirnya secara emosional. Prosesnya akan efektif
apabila penerima sugesti dalam kedudukan lebih rendah, dalam keadaan mental yang tidak
seimbang, atau apabila pemberi sugesti adalah orang yang lebih berwibawa.
Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan sesorang individu kepad
individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa
berpikir kritis dan rasional. Proses memberikan suatu pandangan atau pengaruh oleh
seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga pandangan atau pengaruh itu
diikuti tanpa berpikir panjang dikenal sebagai sugesti.
Contoh sugesti yang mudah ditemul berwujud ikian. Iklan mempunyai daya pengaruh besar
sehingga mendorong konsumen membeli suatu barang, walau dia belum tentu
membutuhkan barang tersebut. Sangat mungkin seseorang remaja mengeluarkan uang
jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan sepatu yang dikatakan dapat meningkatkan citra
dirinya. Bentuk sugesti yang lain dapat ditemukan di lingkungan sekitarmu.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan untuk menjadi sama dengan orang lain yang
menjadi idolanya. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari imitasi, oleh karena
kepribadian seseorang dapat terbentuk pada proses ini.
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi sama
(identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi
melalui serangkain proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiwaaan
yang sangat mendalam.
Misalnya, perilaku para pengidola lwan Fals. Mereka mengagumi Iwan Fals antara lain
karena keberanian Iwan menyuarakan kritik lewat lagu kepada penguasa. Tidak aneh bila
syair Iagunya bagaikan mantra dan sikapnya menjadi acuan mereka. Para pengidola
menjadi berani bersikap kritis kepada penguasa. Mereka bangga mengaku sebagai
penggemar Iwan Fals. Bahkan, sebagian pengidola mengampanyekan Iwan Fals sebagai
presiden negeri mi seumur hidupnya.
4. Simpati
Simpati merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Ketertarikan
menyebabkan orang cenderung untuk ingin selalu berhubungan.
Bencana banjir kerap melanda Jakarta. Wilayah yang tergerang air menimbulkan kerugian
cukup besar bagi penduduk. Mereka terpaksa mengungsi ke tempat yang aman.
Keselamatan jiwa lebih diutamakan daripada harta benda. Namun air. tidak kunjung surut.
Sementara persediaan bahan makanan dan air bersih dan hari ke hari semakin menipis. Para
pengungsi semakin resah. Kondisi lingkungan yang tidak sehat memunculkan berbagai
wabah penyakit. Jika kamu bukan bagian dan para pengungsi tersebut, bagaimana
perasaanmu melihat kenyataan itu? Apakah yang akan kamu lakukan?
Kita semua tentu merasa prihatin melihat penderitaan sesama. Kita merasa seolah-olah
berada dalam keadaan yang sama dengan orang yang bernasib malang itu. Perasaan yang timbul
mendorong kita melakukan tindakan-tindakan yang dapat meringankan penderitaan mereka.
lnilah yang disebut simpati. Sekilas simpati hampir sama dengan identifikasi karena menuntun
seseorang untuk memosisikan diri pada keadaan orang lain. Hanya saja, dalam simpati perasaan
memegang peranan menonjol. Meski demikian, dorongan utama dalam simpati adalah
keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan pihak lain tanpa memandang status
sosialnya.
Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi
berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang
sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-
faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah atau dalam
keadaan tergabung.
-oOo-

Anda mungkin juga menyukai