Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP PERUBAHAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI DESA SALEM KECAMATAN


SALEM KABUPATEN BREBES

KARYA TULIS ILMIAH

FELIX NANDA HERMAWAN


1811010068

PROGRAM STUDI KEPRAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP PERUBAHAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI DESA SALEM KECAMATAN
SALEM KABUPATEN BREBES

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keprawatan DIII

FELIX NANDA HERMAWAN


1811010068

PROGRAM STUDI KEPRAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah yang diajukan:


Nama : Felix Nanda Hermawan
NIM : 1811010068
Program Studi : DIII Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Perguruan : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Tinggi
Judul Tugas : Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubahan Tekanan
Akhir Darah Pada Lansia Di Desa Salem Kecamatan Salem
Kabupaten Brebes

Telah diterima dan disetujui,

Purwokerto, Juni 2021


Pembimbing

Kris Linggardini, S.Kp., M.Kep


NIK. 2160195

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang diajukan:


Nama : Felix Nanda Hermawan
NIM : 1811010068
Program Studi : DIII Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Di Desa Salem Kecamatan Salem
Kabupaten Brebes

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
DIII pada Program Studi Keperawatan DIII, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto

DEWAN PENGUJI :

Pembimbing :Kris Linggardini, S.Kp., M.Kep (………………………)

Penguji : Ns. Diyah Yulistika Handayani, M.Kep(……………………….)

Ditetapkan di : Purwokerto
Tanggal :

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dr. Umi Solikhah, S.Pd., S.Kep., M.Kep


NIK. 2160188
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : Felix Nanda Hermawan
NIM : 1811010068
Judul Tugas : Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubahan Tekanan
Akhir Darah Pada Lansia Di Desa Salem Kecamatan Salem
Kabupaten Brebes

Menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya tulis ilmiah saya dan bukan
dari penjiplakan hasil karya orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini, dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada
unsur plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
penundaan kelulusan dan bersedia mengulang proses pembuatan tugas akhir dari
awal sesuai aturan akademik.

Purwokerto, 04Mei 2021

(Felix Nanda Hermawan)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah panjatkan rasa syukur penulis kepada Allah SWT yang telah
membeikan kesempatan dan kelancaran dalam penyusunan Karya tulis Ilmiah ini,
sehingga penulis dapat Menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan sebaik mungkin.
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini penulis persembahkan kepada:
1. Diri sendiri yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan
karya tulis ilmiah hingga selesai.
2. Kedua orangtua (Bapak Carka Hermawan dan Ibu Wasmiyati), serta
semua keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dalam
pelaksanaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Pembimbing (Ibu Kris Linggardini, S.Kp., M.Kep) diamana telah sabar
dalam memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Rias Asri Pratiwi dimana selalu memotivasi dan terus memberikan
dukungan penuh dalam setiap hal.
5. Seluruh teman teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dapat memberikan manfaat
bagi generasi mendatang khususnya dalam bidang keperawatan.

v
HALAMAN MOTTO

“Jangan peranah mengandalkan teman dalam setiap hal apapun, karena teman

sejatinya hanyalah semu semata.”

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan keberkahan dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judulPengaruh Senam Hipertensi
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Salem Kecamatan
Salem Kabupaten Brebes. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma pada Program
Studi Pendidikan Keperawatan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sangatlah sulit untuk menyelesaikannya. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
2. Dr. Umi Solikhah, S.Pd., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberi berbagai
informasi dan bimbingan tentang tatalaksana penyusunan KTI.
3. Ns. Endiyono, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ns. Endiyono,
S.Kep., M.Kep, selakuselakuKetua Program Studi Keperawatan DIII yang
telah memberikan berbagai informasi dan bimbingan tentang tatalaksana
penyusunan KTI;
4. Kris Linggardini, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;
5. Orangtua dan semua keluarga penulis yang telah selalu mendukung dalam
pelaksanaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini;
6. Teman satu bimbingan (Mega Klaudia, Nabila Mega) yang telah berbagi
informasi bimbingan serta memberikan semangat untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah.

vii
7. Teman-teman penulis yang telat meluangkan waktu untuk sekedar
memberikan semangat, arahan dan solusi ketika saya buntu dalam berfikir
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman satu angkatan 2018 Keperawatan DIII yang selalu saling
memberikan dukungan dan berbagi informasi serta berjuang bersama baik
suka maupun duka selama tiga tahun ini;
9. Serta teman-teman lainnya yang yang telah mendukung dan memberikan
informasi tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian yang dapat disampaikan dari penulis, semoga Alloh SWT selalu
memberikan balasan atas segaa kebaikan semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, Amiinn.

Purwokerto, 04 Mei 2021

(Felix Nanda Hermawan)

viii
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan demi


pengembangan ilmu pengetahuan, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Felix Nanda Hermawan


NIM : 1811010068
Program Studi : DIII Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Exclusive


Royalty Free Right) Universitas Muhammadiyah Purwokerto atas Karya Tulis
Ilmiah Saya yang berjudulPengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.

Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah


Purwokerto berhak menyimpan, mengalih/media mengalih formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Karya
Tulis Ilmiah Saya tetap mencantumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan
pemilik hak cipta.

Pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat : Purwokerto
Pada tanggal : 04 Mei 2021

(Felix Nanda Hermawan)

ix
PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP PERUBAHAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI DESA SALEM KECAMATAN
SALEM KABUPATEN BREBES

Felix Nanda Hermawan1, Kris Linggardini2


ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit yang sering muncul bahkan menjadi


tantangan besar bagi Indonesia dan sering ditemukan pada pelayanan Kesehatan.
Keberhasilan dari pencegahan kekambuhan hipertensi dapat dilihat dari
pengobatan/terapi yang diberikan dan dilakukan dalam upaya penurunan tekanan
darah pada klien dengan Riwayat hipertensi dengan terapi nonfarmakologi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan senam
hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Desa Salem
Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.
Penelitian ini menggunakan desain asuhan keperawatan dengan
menerapkan terapi senam hipertensi pada klien Riwayat hipertensi, dengan cara
mengobservasi keadaan klien serta mengukur tekanan darah baik sebelum dan
sesudah dilakukan terapi senam lansia. Dari hasil observasi lokasi rumah warga
didapatkan 2 responden Di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes yang
mengalami hipertensi.
Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Prolanis Desa Salem,
Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes kepada dua lansia yaitu Ny. S dan Ny. D.
Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada Ny. S pada hari pertama,
kedua, dan ketiga didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan tekanan darah sistol
dan diastol antara sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil pengukuran tekanan
darah pada Ny. D pada hari pertama, kedua dan ketiga didapatkan hasil bahwa
terjadi penurunan tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan sesudah perlakuan.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa senam hipertensi efektif
menurunkan tekanan darah pada responden yang mengalami hipertensi dengan
melakukan senam hipertensi secara rutin dan terjadwal.

Kata kunci: Hipertensi, Senam, Lansia

1
Mahasiswa Keperawatan D-III Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen pembimbing Keperawatan D-III Universitas Muhammadiyah purwokerto

x
THE EFFECT OF HYPERTENSION GYMNASTICS TOWARD BLOOD
PRESSURECHANGES ON ELDERLY IN SALEM VILLAGE, SALEM
SUB-DISTRICT, BREBES REGENCY

By Felix Nanda Hermawan


Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT

Hypertension is a disease that is often found in health services and becomes a big
challenge in Indonesia. Thesuccess of preventing the recurrence of hypertension
can be observed from the treatment/therapy given to peoplewith a history of
hypertension in an effort to decrease blood pressure. A type of therapy that can be
carried out isnon-pharmacological therapy. This research aimed to find out the
effect of hypertension gymnastics on bloodpressure changes in the elderly in
Salem Village, Salem Sub-district, Brebes Regency. In this research, a
nursingcare design was used by applying hypertension gymnastic therapy to the
research respondents. The respondents'condition was observed and their blood
pressure was measured before and afterthe therapy. Based on theresults of
observations, it was found that there were two respondents who experienced
hypertension: Mrs. S andMrs. D. The results of blood pressure measurements
carried out on Mrs.S and Mrs. D on the first, second, andthird day indicated that
there was a decrease in systolic and diastolic blood after the therapy. It can be
concludedthat doing hypertension gymnastics regularly is effective in reducing
the blood pressure of the respondents who
have hypertension.

Keywords: Hypertension, Gymnastics, elderly

1
Student of Nursing Diploma III University of Muhammadiyah Purwokerto
2
Lecture of Nursing Diploma III University of Muhammadiyah Purwokerto

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
MOTTO ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........ ix
ABSTRAK INDONESIA ............................................................................ x
ABSTRAK INGGRIS ................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................... 3
D. Manfaat ....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KajianTeori ................................................................................. 5
a. Lansia .................................................................................... 5
b. Hipertensi .............................................................................. 9
c. Penatalaksanaan Hipertensi .................................................... 11
d. Senam Hipertensi .................................................................. 13
B. Kerangka Teori............................................................................ 19

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian .................................................................. 20
B. Teknik Pengambilan Data ............................................................ 20
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian....................................................... 21
D. Populasi Dan Sampel Penelitian .................................................. 21
E. Variabel StudiKasus .................................................................... 22
F. Definisi Operasional .................................................................... 22
G. Instrumen Studi Kasus ................................................................. 22
H. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 22
I. Analisa dan Penyajian Data ......................................................... 24
J. Etika Studi Kasus ........................................................................ 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian........................................................................... 26
B. Pembahasan ................................................................................ 27

xii
BAB V KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 34
B. Saran .......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35


LAMPIRAN ................................................................................................ 39

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi JNC ............................................................ 9


Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ............................................ 9
Tabel 3.1 Definisi operasional ....................................................................... 22
Tabel 4.1Tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah diberi
senam hipertensi ................................................................................ 26

xiv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perubahan TD Sistole Responden I ...................................................26


Grafik 4.2 Perubahan TD Diastole Responden I .................................................27
Grafik 4.3 Perubahan TD Sistole Responden II ..................................................27
Grafik 4.4 Perubahan TD Diastole Responden II ................................................28

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Inform Consent


Lampiran 2. SOP Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 3. SOP Senam Hipertensi
Lampiran 4. Hasil Observasi Responden
Lampiran 5. Foto Kegiatan
Lampiran 6. Kegiatan Bimbingan
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Terjemahan Abstrak LDC

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi sampai saat ini merupakan masalah kesehatan yang menjadi
tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Tekanan darah masih dikatakan dalam
batas normal apabila < 130/85 mmHg. Pada usia dewasa, individu dikatakan
mengalami darah tinggi apabila tekanan darah mencapai >140/90 mmHg
(Tarigan, Lubis & Syarifah 2018). Berdasarkan hasil survey penderita
hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, stroke,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan lain-lain
(Budijanto 2015). Hipertensi merupakan penyakit kronis yang akan di derita
seumur hidup.
Prevalensi penderita hipertensi dari tahun ke tahun semakin meningkat.
WHO (2015) mengatakan seiring dengan bertambahnya penduduk, jumlah
penderita hipertensi juga semakin meningkat. Menurut Riskesdas 2018,
jumlah penderita hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak
8,3% dihitung dari tahun 2013-2018 (Kemenkes RI 2018). Prevalensi
hipertensi di Jawa Tengah sebesar 68,6 % kasus dan menduduki peringkat
kasus PTM terbesar diantara kasus PTM lainnya. Presentase untuk wilayah
Kabupaten Brebes sebanyak 18,4 % kasus, dan diprediksikan tiap tahun akan
meningkat (Dinkes Jawa Tengah 2019). Prevalensi yang demikian itu
menandakan bahwa hal tersebut merupakan masalah serius dan diperlukan
penanganan yang tepat dan komprehensif.
Hipertensi dapat mengakibatkan masalah lain yang lebih serius apabila
tidak dilakukan manajemen diri yang baik, terutama jika diderita oleh lansia.
Lansia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Pada usia ini terjadi
perubahan yang menimbulkan berbagai macam gangguan diantaranya
perubahan fisik lansia pada sistem kardiovaskuler akan berpengaruh terhadap
tekanan darahnya (Aji 2016). Individu yang telah memasuki usia lanjut akan
mengalami perubahan-perubahan terutama pada perubahan fisiologis karena

1
seiring bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan menurun baik karena
faktor alamiah maupun karena penyakit (Kurnianto 2015). Perubahan
fisiologis pada lansia sepertikekuatan tulang menurun, jantung tidak bereaksi
secepat sebelumnya, pencernaan mengalami penurunan fungsi, dan peredaran
darah perlahan-lahan mulai terganggu.
Hipertensi dikenal sebagai silent killer karena gejalanya tanpa keluhan
dan diketahui saat sudah terjadi komplikasi. Hipertensi berkaitan dengan
peningkatan tekanan darah. Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin
besar risiko terjadi komplikasi. Komplikasi dari hipertensi adalah stroke,
penyakit jantung, infark miokard, gagal ginjal dan kebutaan (Nuraini 2015).
Upaya pengendalian diri sangat diperlukan untuk mencegah adanya
komplikasi. Menurut Zaenurrohmah & Rachmayanti (2017), upaya
pengendalian hipertensi yang dapat dilakukan antara lain dengan pengendalian
makan atau diet, rutin minum obat anti hipertensi, serta pengendalian
aktivitas.
Pengendalian aktivitas meliputi olahraga teratur dan istirahat yang
cukup. Olahraga dilakukan secara teratur 30-60 menit perhari misalnya senam.
Aktivitas senam dapat dilakukan secara rutin untuk meningkatkan kebugaran
fisik, meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah serta
mengurangi resiko penumpukan lemakpada dinding pembuluh darah sehingga
akan terjaga elastisitasnya (Kurnianto 2015). Berbagai penelitian
menunjukkan perilaku olahraga atau aktivitas fisik masih rendah. Penelitian
Hasanudin et al. (2018) menyebutkan bahwa olahraga yang kurang optimal
dapat membuat darah ataupun oksigen terhambat masuk ke dalam tubuh
sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat. Hal tersebut dapat terjadi
karena kurangnya olahraga menyebabkan frekuensi denyut jantung meningkat
sehingga jantung bekerja lebih keras saat kontraksi. Semakin sering dan keras
jantung memompa, maka akan semakin besar tekanan pada arteri (Andria
2013).
Berdasarkan laporan kader posyandu di Desa Salem didapatkan data
lansia penderita hipertensi berjumlah 10 penderita yang tersebar di beberapa

2
RT. Dari 10 orang, 6 orang mengaku tidak pernah melakukan aktivitas seperti
senam ataupun olahraga ringan lainnya sehingga tekanan darah selalu tinggi
meskipun sudah di himbau oleh kader setempat. 4 orang tidak patuh untuk
melakukan aktivitas dan terkadang tekanan darah tidak stabil. Individu
penderita hipertensi cenderung malas untuk berolahraga, padahal aktivitas
fisik merupakan salah satu penatalaksanaan untuk hipertensi melalui
modifikasi perilaku gaya hidup. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
masih perlu adanya upaya untuk mengubah kebiasaan tidak baik tersebut
dengan memotivasi untuk tetap rutin melakukan aktivitas fisik agar tekanan
darah terkontrol. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh senam hipertensi terhadap perubahan tekanan
darah lansia hipertensi di Desa Salem.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “adakah pengaruh senam hipertensi terhadap perubahan tekanan
darah lansia hipertensi di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam
hipertensi terhadap perubahan tekanan darah lansia hipertensi di Desa
Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari karya tulis ini sebagai berikut:
a. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan senam hipertensi
b. Mengetahui tekanan darah sesudah dilakukan senam hipertensi
c. Mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah antara sebelum dan
sesudah senam hipertensi
d. Mengetahui pengaruh senam hipertensi terhadap perubahan tekanan
darah lansia

3
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber pengetahuan baru mengenai
pengaruh senam hipertensi terhadap perubahan tekanan darah lansia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dalam upaya menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi melalui modifikasi gaya hidup
b. Bagi Ilmu Keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan dan
penerapannya.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang relevan untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
a. Lansia
1) Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke
atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut proses menua. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh (Kholifah 2016).
2) Klasifikasi Lansia
Klasifikasi atau batasan lansia terbagi dalam beberapa sumber yakni
(Muhith & Siyoto 2016)
 Kategori lansia menurut WHO
a) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok 45 sampai 59
tahun
b) Lanjut usia (elderly), yakni 60-74 tahun
c) Lanjut usia tua (old), yakni 75-90 tahun
d) Lanjut usia sangat tua (very old), yakni diatas 90 tahun
 Kategori lansia menurut Kemenkes RI
Lanjut usia dikelompokan menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan
usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan) (Kemenkes RI 2016).
3) Ciri-Ciri Lansia
Menurut Kholifah (2016), ciri-ciri spesifik yang dialami oleh lansia
yaitu :

5
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah
dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama
terjadi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Muhith & Siyoto
(2016), bahwa individu yang telah memasuki tahap lansia akan
mengalami banyak perubahan baik secara fisik, maupun mental
khususnya kemunduran berbagai fungsi dan kemampuan diri.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik,
misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya
maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga
lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4) Karakteristik Lansia
Menurut Pusdatin Kemenkes RI (2016), pengelompokan
karakteristik lansia dilihat berdasarkan karakteristik sebagai berikut:

6
 Jenis Kelamin
Jenis kelamin perempuan lebih mendominasi dibandingkan laki-laki,
yang berarti angka harapan hidup paling tinggi ialah perempuan.
 Status Perkawinan
Berdasarkan data badan pusat statistik RI, SUPAS 2015 penduduk
lansia ditilik dari status perkawinannya menunjukkan sebagian besar
berstatus menikah (60%) dan cerai mati (37%).
 Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan yang dialami oleh setiap lansia berbeda-beda,
tergantung pola hidup atau kebiasaan yang dilakukan. Kondisi
kesehatan yang buruk menjadi tolak ukur penentu angka kesakitan.
Angka kesakitan dapat menjadi indikator untuk mengukur derajat
kesehatan penduduk. artinya semakin rendah angka kesakitan
menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.
 Living arrangement
Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak
atau keluarga lainnya. Angka beban tanggungan adalah angka yang
menunjukan perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur
<15 tahun dan >65 tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-
64 tahun). Angka tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi
yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai
penduduk usia nonproduktif.
 Lansia Berkualitas
WHO menjelaskan terkait konsep active aging bahwa lansia sehat
berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik,
sosial, dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan
tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
sebagai anggota masyarakat.
5) Tugas Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir

7
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan) (Kholifah 2016).
Maka dari itu lansia perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi
masa tua. Menurut Dewi (2014), persiapan yang harus dilakukan lansia
untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap perkembangan lansia
yakni lansia harus melakukan beberapa tugas diantaranya :
 Mempersiapkan diri seiring dengan penurunan kondisi tubuh
 Mempersiapkan diri untuk pensiun
 Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
 Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya
 Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial bermasyarakat
6) Permasalahan Lansia
Kholifah (2016) mengemukakan jumlah lansia di Indonesia tahun
2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi
41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050.
Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk
lansia dan lebih mudahmenemukan penduduk lansia dibandingkan bayi
atau balita.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal
dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh
menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah
kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan
keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain
hipertensi, gangguan fungsi indra, demensia, osteoporosis, dan lain-lain.
Menurut data Riskesdas (2013), terdapat 10 besar penyakit terbanyak
yang dialami oleh lansia. 10 penyakit tersebut paling tinggi

8
presentasenya ialah hipertensi yang dialami semua kelompok umur
diatas 55 tahun, selanjutnya disusul penyakit Artritis, Stroke, PPOK,
DM, Kanker, PJK, dan penyakit ginjal (Kemenkes RI 2016).
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan meningkatnya tekanan sistolik melebihi 140
mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi 90 mmHg dengan pengukuran
dua kali dan selang waktu mencapai lima menit pada keadaan tenang
(Kemenkes RI 2013). Menurut American Heart Association (2017)
hipertensi terjadi jika tekanan sistolik berada pada angka 130 mmHg atau
lebih dan diastolik 80 mmHg atau lebih. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Hipertensi primer disebabkan karena gaya hidup. Sedangkan hipertensi
sekunder disebabkan oleh salah satu organ selain jantung dalam keadaan
patologis (Noviyanti 2015).
The joint national commite on detection, evaluation,and treatment of
high blood pressure mengklasifikasikan hipertensi dalam tabel dibawah:
Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi JNC
Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi
Tingkat 1 (Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Tingkat 2 (Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Tingkat 3 (Berat) ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
(Tanto et al. 2014)
Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi menurut WHO
Kategori Sistolik Diastolik
Tingkat 1 (Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Tingkat 2 (Sedang ) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Tingkat 3 (Berat) 180-119 mmHg 110-119 mmHg
Tingkat 4 (Sangat Berat) > 210 mmHg > 120 mmHg
(WHO 2011 dalam Lestari 2019)
Manifestasi klinis pada hipertensi meliputi sakit kepala atau pusing,
epistaksis, dan tinnitus akibat naiknya tekanan darah (Kemenkes RI 2014).
Pendapat lain mengemukakan gejala hipertensi terkadang tidak dirasakan
dan menyebabkan seringkali penderita yang terdiagnosis hipertensi baru

9
diketahui setelah menderita cukup lama (Mulyati, Yetti & Sukmarini
2013).
Menurut Kemenkes RI (2014), faktor resiko dari hipertensi terdiri
dari 2 faktor yaitu faktor resiko tidak dapat dikontrol dan faktor resiko
terkontrol. Faktor resiko tidak dapat dikontrol yaitu usia, jenis kelamin,
genetik, riwayat keluarga. Faktor resiko terkontrol yaitu kebiasaan
merokok, pola makan, obesitas, stress, kurang aktifitas fisik. Kartikasari
(2012) juga mengemukakan faktor resiko dari hipertensi yakni usia,
keturunan, dan obesitas. Faktor pertama yaitu keturunan atau genetik.
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan anggota
keluarga tersebut memiliki risiko hipertensi 2 kali lebih tinggi (Nuraini
2015).
Faktor resiko kedua yaitu usia, semakin lanjut usia seseorang maka
elastisitas pembuluh darah akan berkurang dan pembuluh darah akan
menyempit sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Selain itu,
berkurangnya refleks baroreseptor seiring bertambahnya usia membuat
tekanan darah semakin meningkat. Faktor resiko ketiga yaitu obesitas, yang
merupakan faktor determinan yang mempengaruhi hipertensi pada semua
umur. Hal tersebut dikarenakan, berat badan berlebih menyebabkan insulin
menjadi resisten, kelebihan insulin, saraf simpatis teraktivasi, dan
perubahan fisik pada ginjal (Kartikasari 2012).
Penelitian lainnya menjelaskan bahwa jenis kelamin dan tingkat stres
seseorang turut andil dalam menjadi faktor resiko hipertensi. Laki-laki
lebih rentan terkena hipertensi daripada perempuan karena perempuan
memiliki hormon esterogen yang berfungsi untuk meningkatkatkan kadar
HDL sehingga dapat mencegah aterosklerosis (Kusumawaty, Hidayat &
Ginanjar 2016). Sedangkan stres menyebabkan peningkatan hormon
adrenalin sehingga jantung memompa darah lebih berat sehingga tekanan
darah mengalami peningkatan (Nuraini 2015). Faktor-faktor tersebut
apabila tidak dikendalikan dapat menyebabkan komplikasi pada penderita
hipertensi.

10
Komplikasi hipertensi yang mungkin terjadi antara lain stroke,
jantung koroner, dan penyakit ginjal kronis yang apabila dibiarkan dapat
mengakibatkan kematian. Komplikasi tersebut dapat dicegah dengan
melakukan perilaku kesehatan berupa pengendalian diri agar tekanan darah
normal dan stabil. Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi farmakologi
dan non farmakologi. Terapi Farmakologi dilakukan dengan menggunakan
obat antihipertensi. Terapi non farmakologi diantaranya dengan mengubah
gaya hidup dan kebiasaan buruk kemudian menggantinya dengan
meningkatkan aktivitas fisik yaitu berolahraga secara teratur (Nuraini
2015).
Zaenurrohmah & Rachmayanti (2017) juga mengungkapkan bahwa
penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan antara lain dengan
pengendalian aktivitas, pengendalian makan atau diet, serta rutin minum
obat anti hipertensi. Pengendalian makan meliputi pengurangan asupan
garam, pengurangan makanan tinggi lemak dan kolesterol, serta rutin
mengkonsumsi buah dan sayur. Pengendalian aktivitas meliputi olahraga
teratur dan istirahat yang cukup. Olahraga dilakukan secara teratur 30-60
menit perhari (Pithaloka & Dalyoko 2010).
c. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu (Triyanto 2014)
1. Tahap Primer (Terapi Non-farmakologis)
Tahap ini adalah upaya memodifikasi faktor resiko atau mencegah
berkembangnya faktor resiko dan menunda terjadinya kasus baru
penyakit. Tahap ini melalui program penyuluhan dan pengendalian
faktor resiko kepada masyarakat dengan memprioritaskan pada
kelompok resiko tinggi. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain:
1) Pola makan yang baik
Mengurangi asupan garam dan tinggi lemak, meningkatkan konsumsi
buah dan sayur.
2) Perubahan gaya hidup
a. Menghentikan rokok dan membatasi konsumsi alkohol

11
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya hipertensi.
Merokok dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah karena
disebabkan oleh kandungan nikotin yang terdapat di dalam rokok
memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh darah yang ada di
dalam paru dan diedarkan ke seluruh aliran darah lainnya sehingga
terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini berakibat darah yang
diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit
sehingga tekanan darah menjadi naik.
b. Mengurangi kelebihan berat badan
Semua faktor resiko dapat dikendalikan, termasuk berat badan.
individu yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami
hipertensi daripada individu yang kurus.
c. Olahraga teratur (aktivitas fisik)
Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan sekurang-kurangnya 30 menit
per hari dengan baik dan benar. Aktivitas atau olahraga sebaiknya
dilakukan teratur dan bersifat aerobic. Olahraga aerobic yakni
olahraga yang dilakukan secara rutin dimana kebutuhan oksigen
masih dapat dipenuhi tubuh, misal jogging, senam hipertensi,
bersepeda. aktivitas fisik atau olahraga memiliki manfaat yakni
menjaga tekanan darah tetap stabil dan dalam batas normal.
2. Tahap Sekunder (Terapi farmakologis)
Penanganan tahap sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi untuk
mencegah menjadi berat terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit
secara klinis melalui deteksi dini. Pencegahan ini ditujukan untuk
mengobati penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih parah
atau serius melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan.
1) Diagnosis hipertensi
Data yang diperlukan untuk mendiagnosis diperoleh dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.

12
2) Pengobatan/farmakologi/obat anti hipertensi
a. Golongan diuretik
Diureticthiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan
untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang
garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretic juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Yang termasuk obat
golongan ini adalah Acetazolamide, Chlorthalidone,
Hydrochlorothiazide, Indapamide.
b. Beta blocker
Obat hipertensi golongan beta blocker bekerja dengan cara
mengurangi efek adrenalin pada jantung dan pembuluh darah
jantung. Selain itu, obat ini juga akan memperlambat detak
jantung, dan mengurangi tekanan kerja berlebih pada jantung serta
pembuluh darahnya. Obat yang masuk ke dalam golongan beta
blocker di antaranya adalah: Acebutolol, Atenolol, Betaxolol,
Propranolol, Bisoprolol, Penbutolol, Metoprolol.
d. Senam Hipertensi
1) Definisi
Senam hipertensi ialah jenis olahragalow impact yang ditunjukkan
untuk penderita hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat
badan, menurunkan tekanan darah yang dilakukan selama 30 menit dan
dilakukan seminggu minimal 3 kali secara teratur (Totok & Fahrun
2017). Latihan olahraga dapat melemaskan pembuluh darah, sehingga
tekanan darah menurun. Senam juga menstimulasi pengeluaran hormon
endorfin. Hormon ini dapat berfungsi sebagai efek sedatif alami yang
menimbulkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam
tubuh untuk mengurangi tekanan darah tinggi (Yantina & Saputri 2019).
2) Tujuan
Tujuan dilakukannya senam hipertensi ialah untuk meningkatkan
aliran darah dan pasokan oksigen kedalam otot-otot dan rangka yang

13
aktif khususnya terhadap otot jantung. Hal senada juga diungkapkan
Anggraini (2015), yang mengatakan senam dapat merilekskan pembuluh
darah dan menurunkan tekanan darah melalui mekanisme aktivitas
pengurangan pompa jantung. Otot jantung pada orang yang rutin
berolahraga sangat kuat. Sehingga otot jantung pada orang yang rutin
berolahraga akan berkontraksi lebih sedikit dibanding yang jarang
berolahraga.
3) Manfaat
Pada prinsipnya gerakan senam hipertensi ditujukan untuk
menurunkan tekanan darah, berbagai penelitian telah membuktikan
efektifitas dari senam hipertensi. Selain efektif, senam juga memiliki
prinsip untuk membantu tubuh agar tetap bergerak/berfungsi,
meningkatkan daya tahan tubuh, menghambat/mengurangi proses
penuaan (Lestari 2019).
4) Gerakan
Gerakan senam hipertensi sangat dinamis yang dimulai dari
gerakan pemanasan, gerakan inti, dan berakhir dengan pendinginan.
a. Pemanasan
Gerakan ini bertujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh
sebelum memasuki latihan yang sebenarnya. Pemanasan dilakukan
dengan gerakan-gerakan ringan untuk melemaskan otot-otot seperti :
1. Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi
yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10,
lalu bergantian dengan sisi lain.

14
2. Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala
dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-
10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.

b. Gerakan inti.
Gerakan ini bertujuan untuk menguatkan otot-otot tubuh seperti
tangan, perut, pinggul dan juga melatih koordinasi gerak tubuh.
Gerakan ini dilakukan kurang lebih antara 20-30 menit atau
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu
(Sumintarsih 2006 dalam Lestari 2019). Gerakan ini meliputi:
1. Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua
tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan
dan hindari hentakan.

2. Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka


selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan
semampunya sambil mengatur napas.

15
3. Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong.
Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan
diletakkan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan
tangan. Tahan 8-10 hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya.

4. Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal


dan kedua tangan diangkat keatas. Lakukan bergantian secara
perlahan dan semampunya.

16
5. Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang ke
samping. Kedua tangan dengan jemari mengepal ke arah yang
berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.

6. Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan
tangan yang searah lutut di pinggang. Tangan sisi yang lain
lurus kearah lutut yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah
sebaliknya dan lakukan semampunya.

c. Pendinginan
1. Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher
dan tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan
lakukan pada sisi lainnya.

17
2. Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan kesamping
dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan lalu
arahkan tangan kesisi lainnya dan tahan dengan hitungan yang
sama.

18
e. Kerangka Teori

Faktor risiko
Hipertensi (HT) Diperlukan pengelolaan
1. Terkontrol
yang baik
(kebiasaan merokok,
pola makan, obesitas,
stress, kurang
aktifitas fisik)
2. Tidak dapat dikontrol Penatalaksanaan Mencegah komplikasi
(usia, genetik,
riwayat keluarga,
jenis kelamin)
Non- Farmakologi
farmakologi

Konsumsi obat
Mengubah gaya anti hipertensi
hidup/kebiasaan

Tekanan darah Aktivitas fisik


menurun secara teratur

(Sumber: American Heart Association 2017;


Kemenkes RI 2014; Lestari 2019; Nuraini
Senam hipertensi 2015; Triyanto 2014; Zaenurrohmah &
Rachmayanti 2017)

Tekanan darah
terkontrol/menurun

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini yakni berfokus
pada pemberian senam hipertensi terhadap perubahan tekanan darah lansia
hipertensi. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
case studi dengan pendekatan one group pre test and post test design, dimana
pada penelitian ini membandingkan hasil intervensi program senam hipertensi
pada sampel yang di observasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan
kemudian setelah diberikan perlakuan sampel tersebut di observasi kembali
(Nursalam 2016).
Skema digambarkan sebagai berikut:
Subyek Pre-test Perlakuan Post-test
R 01 X 02

Keterangan:
R : Responden penelitian
01 : Pengukuran awal tekanan darah sebelum diberi perlakuan
X : Perlakuan dengan senam hipertensi
02 : Pengukuran kembali tekanan darah setelah diberi perlakuan senam
hipertensi

B. Teknik Pengambilan Data


Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan
serta informed consent. Responden yang terpilih di minta untuk mengisi
lembar identitas diri dan surat kesediaan menjadi responden. Selanjutnya,
lembar identitas diri dan surat kesediaan responden yang telah di isi
selanjutnya diserahkan kepada peneliti. Setelah pengisian selesai, peneliti
melakukan pengukuran awaltekanan darah (pre-test), sebelum diberi

20
perlakuan. Kemudian responden diberikan senam hipertensi, dan setelah itu
peneliti melakukan observasi/pengukuran kembali (post-test).

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian yakni Posyandu lansia Desa Salem,
Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Waktu pengumpulan dan penelitian
dilakukan pada tanggal 19-23 April 2021.

D. Populasi Dan Sampel Penelitian


Sumber data keseluruhan dalam penelitian disebut dengan populasi.
Untuk itu, populasi sangatlah penting dalam sebuah penelitian. Populasi pada
penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi yang tercatat dan terdaftar di
Desa Salem berdasarkan laporan kader setempat. Sampel dipilih berdasarkan
penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Lansia yang mengalami hipertensi derajat I-II yakni tekanan darah
sistole rentang 140-179 mmHg dan tekanan darah diastole rentang 90-
109 mmHg di posyandu Desa Salem, Kecamatan Salem, Kabupaten
Brebes
b. Usia lansia saat penelitian diatas 60 tahun (UU No 38 Tahun 1998)
c. bersedia menjadi responden dalam penelitian
d. lansia yang tidak mengalami gangguan muskuloskeletal
e. lansia yang tidak mengalami gangguan visual/penglihatan
2. Kriteria eksklusi
a. Lansia penderita hipertensi yang menolak menjadi responden
penelitian
b. Penderita hipertensi dengan komplikasi
Pada penelitian ini sampel yang digunakan yakni 2 responden.

21
E. Variabel Studi Kasus
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu senam
hipertensi dan variabel terikat yakni perubahan tekanan darah lansia.

F. Definisi Operasional
Tabel 3.1 definisi operasional
Variabel Definisi operasional Indikator dan Hasil ukur Skala
alat ukur
Variabel Senam adalah olahraga Indikator: Dilakukan Nominal
bebas: Senam yang disusun dengan SOP senam
hipertensi selalu mengutamakan hipertensi
kemampuan jantung, terlampir
gerakan otot dan
kelenturan sendi, serta Alat:
dirancanguntuk Sound
meningkatkan daya tahan Laptop
dan kebugaran tubuh
Variabel Besar tekanan yang Indikator: Sesuai dengan Interval
terikat: digunakan dalam aliran Mengukur angka yang
Tekanan darah darah saat berkontraksi tekanan darah ditunjukkan
atau kekuatan yang sistolik dan oleh alat ukur
dihasilkan oleh darah diastolik dalam satuan
dalam setiap satuan (mmHg)terlampir mmHg
dinding pembuluh darah I : 140-159/90-
Alat: 99 mmHg
Tensimeter II : 160-
Stetoskop 179/100-109
mmHg

G. Instrumen Studi Kasus


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Saryono 2011).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk variabel
senam hipertensi yaitu SOP senam hipertensi, sound system, laptop.
Sementara variabel tekanan darah menggunakan instrumen alat pengukur
tekanan darah berupa tensimeter (sphygmogmanometer), stetoskop,lembar
observasi/alat tulis, dan SOP pengukuran tekanan darah.

H. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

22
penelitian (Nursalam 2016). Pada penelitian ini metode pengumpulan data
yang dilakukan berupa:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data awal yakni menanyakan
seputar identitas diri, masalah kesehatan yang dialami, riwayat penyakit
yang diderita.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara pengukuran tekanan darah sebelum
melakukan senam hipertensi dan setelah melakukan senam hipertensi.
Waktu pengukuran tekanan darah terhadap 2 responden dilakukan 20
menit sesudah melakukan senam hipertensi.
3. Alur penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan
diawali peneliti dengan penentuan topik penelitian, mengamati
fenomena/studi lapangan untuk memperkuat konsep penelitian yang
dilakukan. Penyusunan proposal dilakukan sembari terus berkonsultasi
dengan dosen pembimbing. Setelah mendapat persetujuan penguji,
selanjutnya proses pembuatan surat izin penelitian.
Tahap pelaksanaan, tahap ini dilakukan setelah mendapatkan izin
penelitian. Peneliti berkoordinasi dengan kader kesehatan yang ada di
Desa Salem untuk melakukan pengambilan data kepada responden yang
terpilih untuk dijadikan subjek penelitian Langkah selanjutnya peneliti
melakukan pengukuran awal tekanan darah (pre-test). Setelah pengukuran
awal selesai, peneliti mendemonstrasikan senam yang kemudian di ikuti
responden. Responden diminta untuk mengikuti senam dari awal hingga
akhir, setelah senam selesai, responden di istirahatkan terlebih dahulu
selama 20 menit. Selanjutnya responden dilakukan pengukuran tekanan
darah kembali (post-test) sesudah perlakuan senam hipertensi dan
mendokumentasikan pada lembar observasi. Perlakuan dilakukan selama 3
kali dalam seminggu yakni di hari Senin, Rabu, dan Jumat serta istirahat

23
atau tidak dilakukan pengukuran di hari Selasa dan Kamis. Di hari Senin
dilakukan pengukuran awal tekanan darah (pre-test) dan pemberian
perlakuan senam hipertensi selam 20-30 menit atau disesuaikan dengan
kemampuan, kemudian di hari Rabu dilakukan perlakuan (senam
hipertensi) kembali, dan hari Jumat dilakukan pengukuran akhir tekanan
darah (post-test). Pelaksanaan kegiatan dimulai setiap pukul 09.00 WIB.
Tahap penyelesaian, tahap ini dimulai setelah pengambilan
kesimpulan atas hasil analisis data selesai dilakukan. Pada tahap ini,
interpretasi hasil pengambilan data disusun menjadi sebuah laporan hasil
penelitian sambil terus berkonsultasi dengan pembimbing. Setelah KTI
dinilai siap, maka dilakukan ujian hasil.

I. Analisa dan Penyajian Data


Analisa serta penyajian data pada studi kasus ini terbagi dalam 2 yakni :
1. Narasi
Data yang disajikan dalam bentuk hasil dan pembahasan studi kasus.
2. Tabel Statistik
Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengukuran tekanan
darah sebelum dan setelah perlakuan.

J. Etika Studi Kasus


Penelitian ini melibatkan lansia penderita hipertensi dengan
memperhatikan etika penelitian yaitu informed consent, anonymity,
confidentiality, beneficience, dan non-malefecience. Informed consent
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan informasi
seputar rencana, tujuan penelitian, lembar persetujuan kepada responden, dan
manfaat dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, namun apabila
responden menolak untuk ikut serta maka peneliti tidak memaksa. Anonimity
(tanpa nama) diterapkan dengan cara peneliti menjaga identitas responden
dan hanya mencantumkan nama inisial saja agar kerahasiaan informasi yang
telah diperoleh dari responden terjaga. Confidentiality (kerahasiaan)

24
dilakukan dengan cara informasi yang diperoleh dari responden dikumpulkan
dan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Beneficience (manfaat) diterapkan
oleh peneliti dengan melakukan sesuai prosedur penelitian untuk
mendapatkan manfaat yang maksimal bagi responden penelitian. Non-
malefience (tidak merugikan) diterapkan oleh peneliti dengan tidak
membahayakan responden saat diberikan perlakuan, karena dilakukan sesuai
prosedur yang aman yakni diberikan di tempat terbuka dan cukup luas, tidak
menimbulkan efek samping, dan tidak ada benda tajam di sekitar responden
saat perlakuan.

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan kepada lansia di Posyandu lansia
Desa Salem, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes yang dilakukan pada
tanggal 19-23 April 2021 didapatkan hasil tekanan darah lansia sebelum dan
sesudah diberi perlakuan senam.
Tabel 4.1 Tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah diberi perlakuan
senam lansia
Tekanan darah Tekanan darah
No Nama Umur/JK Hari/tanggal sistole diastole
Pre Post Pre Post
1 Ny. S 61 tahun /P Senin, 19 April 2021 162 152 102 96
Rabu, 21 April 2021 160 155 100 90
Jumat, 23 April 2021 157 138 104 93
2 Ny. D 63 tahun /P Senin, 19 April 2021 153 139 95 90
Rabu, 21 April 2021 146 140 100 97
Jumat, 23 April 2021 140 125 98 92

a. Gambaran Perubahan TD responden Ny. S

Responden Ny. S
165
162
160 160
157
155 155
152
150
145
140 sebelum
138
135 sesudah
130
125
hari pertama hari kedua hari ketiga
sebelum 162 160 157
sesudah 152 155 138

Grafik 4.1 grafik perubahan TD sistole responden Ny. S

26
Responden Ny. S
110
105 104
102
100 100
95 96
93 sebelum
90 90
sesudah
85
80
hari pertama hari kedua hari ketiga
sebelum 102 100 104
sesudah 96 90 93

Grafik 4.2 grafik perubahan TD diastole responden Ny. S

Grafik diatas menunjukkan perlakuan senam hipertensi selama 3


kali pada responden 1 (Ny. S) menunjukkan adanya perubahan tekanan
darah TD 162/102 mmHg – TD 138/93 mmHg.

b. Gambaran perubahan TD Responden Ny. D

Responden Ny. D
180 153
160 139 146
140 140
140 125
120
100
80 sebelum
60
40 sesudah
20
0
hari pertama hari kedua hariketiga
sebelum 153 146 140
sesudah 139 140 125

Grafik 4.3 grafik perubahan TD sistoleresponden Ny. D

27
Responden Ny. D
102 100
100 98
97
98
95
96
94 92
92 90 sebelum
90
88 sesudah
86
84
hari pertama hari kedua hari ketiga
sebelum 95 100 98
sesudah 90 97 92

Grafik 4.4 grafik perubahan TD diastole responden Ny. D

Grafik diatas menunjukkan perlakuan senam hipertensi selama 3


kali pada responden 2 (Ny. D) menunjukkan adanya perubahan tekanan
darah TD 153/95 mmHg – TD 125/92 mmHg.

B. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu lansia Desa
Salem, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes kepada dua lansia yaitu Ny. S
dan Ny. D. Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada Ny. S pada
hari pertama, kedua, dan ketiga didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan
tekanan darah sistoledan diastole antara sebelum dan sesudah perlakuan.
Hasil pengukuran tekanan darah pada Ny. D pada hari pertama, kedua dan
ketiga didapatkan hasil bahwa terjadi perubahan tekanan darah sistole dan
diastole sebelum dan sesudah perlakuan.
Perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi senam
hipertensi sebagai berikut:
a. Responden Ny. S pada hari ke-1 sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan terapi senam hipertensi didapatkan tekanan darah TD:162/102
mmHg menjadi TD: 152/96 mmHg, pada hari ke-2 sebelum dan sesudah
terapi senam hipertensi didapatkan tekanan darah TD:160/100 mmHg

28
menjadi TD:155/90 mmHg, dan pada hari ke-3 sebelum dan sesudah
terapi senam hipertensi didapatkan tekanan darah TD:157/104 mmHg
menjadi TD:138/93 mmHg. Rata-rata perubahan tekanan darah pada
Responden Ny. S yakni sekitar 5-10 mmHg untuk sistole, dan untuk
diastole memiliki rata-rata perubahan tekanan darah sekitar 4-10 mmHg.
b. Responden Ny. D pada hari ke-1 sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan terapi senam hipertensi didapatkan tekanan darah TD:153/95
mmHg menjadi TD: 139/90 mmHg, pada hari ke-2 sebelum dan sesudah
terapi senam hipertensi didapatkan tekanan darah TD:146/100 mmHg
menjadi TD:140/97 mmHg, dan pada hari ke-3 sebelum dan sesudah
terapi senam hipertensi didapatkan tekanan darah TD:140/98 mmHg
menjadi TD:125/92 mmHg. Rata-rata perubahan tekanan darah pada
Responden Ny. S yakni sekitar 6-15 mmHg untuk sistole, dan untuk
diastole memiliki rata-rata perubahan tekanan darah sekitar 3-6 mmHg.
Berubahnya tekanan darah pada penderita hipertensi itu sendiri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor dari gerakan
senam hipertensi itu sendiri. Terlihat dari grafik yang menunjukkan angka
pengukuran awal sebelum diberi perlakuan dan setelah perlakuan selama 3
hari penerapan dengan intensitas senam selama 20-30 menit diperoleh hasil
terjadi penurunan tekanan darah baik sistole maupun diastole. Jadi dapat
dikatakan bahwa terapi senam hipertensi efektif atau berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah lansia.
Menurut Muharni et al. (2019) belum banyak masyarakat yang tahu
tentang terapi senam hipertensi sebagai salah satu cara menurunkan tekanan
darah, karena sebagian besar masyarakat memilih menggunakan obat (terapi
farmakologi) untuk menurunkan tekanan darah. Penanganan hipertensi dapat
dilakukan dengan terapi non farmakologis, salah satunya adalah senam
hipertensi. Terapi ini adalah terapi positif yang bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen ke dalam otot-otot dan
rangka yang aktifkhususnya terhadap otot jantung.

29
Senam hipertensi merupakan salah satu solusi yang ditawarkan yang
dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Senam hipertensi adalah
salah satu upaya untuk mengurangi berat badan dan mengurangi stress yang
merupakan dua faktor yang dapat mempertinggi terjadinya hipertensi.
Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30 menit sebanyak minimal 2
kali per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada
bacaan sistolik dan diastolik. Jadi, senam hipertensi merupakan salah satu
terapi efektif untuk menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi
(Muharni & Wardhani 2019).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Safitri dan Astuti (2017) yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan
tekanan darah di Desa Blembem Puskesmas Gandangrejo. Hasil dari
penelitian ini adalah tekanan darah sebelum diberikan senam hipertensi
diperoleh rata-rata sebesar 158/96 mmHg (Hipertensi ringan) dan setelah
diberikan senam hipertensi diperoleh hasil rata-rata sebesar 146/88 mmHg
(Hipertensi ringan) yang berarti mengalami penurunan dan disimpulkan ada
pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Blembem Puskesmas Gandangrejo.
Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus
menerus maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan
penebalan berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak
terjadi kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah
jantung tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan
tekanan darah tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah
(Jatiningsih 2016).
Olahraga aerobik terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah,
otot-otot, dan sendi-sendi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Margiyati yang menyatakan bahwa senam lansia dapat menurunkan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi. Olahraga yang cukup dapat
menurunkan kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan

30
tersebut akan menstimulasi kerja sistem saraf perifer terutama parasimpatis
yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun
diastotik. Penelitian lain menunjukkan aktifitas fisik senam bugar lansia
dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi, dimana tekanan
sistolik menunjukan perbedaan yang bermakna sedangkan pada diastolik
mengalami peningkatan tapi masih dalam batas normal (Totok & Fahrun
2017).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Yantina & Saputri (2019) yaitu senam
lansia merupakan suatu aktivitas fisik yang terutama bermanfaat untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru,
peredaran darah, otot dan sendi. Latihan aktivitas fisik akan memberikan
pengaruh yang baik terhadap berbagai macam sistem yang bekerja di dalam
tubuh, salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Saat melakukan aktivitas
fisik senam lansia, tekanan darah akan naik cukup banyak. Tekanan darah
sistolik yang misalnya semula 110 mmHg sewaktu istirahat akan naik
menjadi 150 mmHg. Sebaliknya, segera setelah latihan senam selesai,
tekanan darah akan turun sampai di bawah batas normal dan berlangsung 30-
120 menit.
Jika senam dilakukan secara teratur, lama-kelamaan penurunan tekanan
darah akan terjadi. Itulah sebabnya latihan aktivitas fisik senam yang
dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah olahraga intensitas sedang.
Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu dengan latihan 20-60 menit sekali
latihan. Penurunan tekanan darah ini antara lain terjadi karena pembuluh
darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Lama kelamaan, latihan olahraga
dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun.
Dalam hal ini, senam hipertensi dapat mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat aktivitas memompa
jantung berkurang. Otot jantung pada orang yang rutin berolahraga sangat

31
kuat, maka otot jantung dari individu yang rajin berolahraga berkontraksi
lebih sedikit daripada otot jantung orang yang jarang berolahraga untuk
memompakan volume darah yang sama. Karena latihan aktivitas fisik senam
dapat menyebabkan penurunan denyut jantung maka akan menurunkan
cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah.
Peningkatan efesiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan
sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan
penurunan tekanan diastolik (Lestari 2019).
Terjadinya perubahan tekanan darah pada lansia dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
gizi lansia, dan aktivitas fisik. Pertama adalah usia. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nuraini (2015) didapatkan hasil yaitu ada hubungan yang
bermakna antara umur lansia (60-90 tahun) dengan tekanan darah. Tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh
perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga pembuluh darah
menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai
akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.Kedua adalah jenis
kelamin. Penelitian ini subjek yang banyak mengalami hipertensi adalah
perempuan. Rata-rata perempuan akan mengalami peningkatan resiko
hipertensi setelah menopouse yaitu usia diatas 45 tahun (Kusumawaty,
Hidayat & Ginanjar 2016).
Ketiga adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan secara tidak
langsung mempengaruhi tekanan darah pada lansia karena tingkat
pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang meliputi kebiasaan
merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, asupan makan, dan aktivitas
fisik (Kusumawaty, Hidayat & Ginanjar 2016). Keempat adalah status gizi
lansia. Berdasarkan penelitian Hasanudin, Ardiyani & Perwiraningtyas
(2018) terdapat hubungan antara status gizi dengan tekanan darah pada
lansia. Sebanyak 72,8% subjek yang memiliki status gizi lebih, cenderung
menderita hipertensi ringan dan sedang. Status gizi lebih (obesitas) bisa
menaikkan tekanan darah yang berarti memperbesar resiko tekanan darah

32
tinggi atau hipertensi. Obesitas menyebabkan gangguan pada sistem
autonom, resistensi insulin serta abnormalitas struktur dan fungsi pembuluh
darah sehingga berpotensi tekanan darah meningkat (Andria 2013).
Kelima adalah aktivitas fisik.Penelitian oleh Zaenurrohmah &
Rachmayanti (2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan tekanan darah pada lansia hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik
meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri
(Kusumawaty, Hidayat & Ginanjar 2016)

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil studi pada 2 lansia (Ny. S dan Ny. D) menunjukkan sebelum
dilakukan senam hipertensi didapatkan nilai tekanan darah untuk Ny.S
yaitu hari pertama 162/102 mmHg, hari kedua 160/100 mmHg, hari
ketiga 157/104 mmHg. Sedangkan pada Ny. D didapatkan nilai tekanan
darah sebelum senam hipertensi yakni hari pertama 153/95 mmHg, hari
kedua 146/100 mmHg, hari ketiga 140/98 mmHg.
2. Setelah diberi perlakuan senam hipertensi terjadi perubahan tekanan
darah sistole dan diastole pada Ny. S dan Ny. D dengan rincian nilai
tekanan darah Ny. S yakni hari pertama 152/96 mmHg, hari kedua
155/90 mmHg, hari ketiga 138/93 mmHg. Sementara pada Ny. D
didapatkan pada hari pertama 139/90 mmHg, hari kedua 140/97 mmHg,
hari ketiga 125/92 mmHg.
3. Hasil pengukuran tekanan darah pada Ny. S dan Ny. D pada hari
pertama, kedua dan ketiga didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah perlakuan.
4. Secara umum berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan terdapat
pengaruh senam hipertensi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia
di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes.

B. Saran
1. Bagi Lansia
Penderita hipertensi diharapkan untuk melakukan senam hipertensi
secara teraturagar dapat mengontrol tekanan darah pada penderita
hipertensi.
2. Bagi Puskesmas
Hasil studi ini dapat digunakan sebagai acuan petugas kesehatan
untuk melakukan upaya penatalaksanaan hipertensi dengan menerapkan

34
senam hipertensi. Perawat dapat mengajarkan atau mendemonstrasikan
gerakan senam hipertensi yang mudah diaplikasikan oleh penderita
hipertensi secara teratur atau konsisten agar tekanan darah terkontrol.
3. Bagi Ilmu Keperawatan
Studi ini dapat dijadikan sumber referensi dalam memberikan
kontribusi bagi materi perkuliahan terkait pentingnya senam hipertensi
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aji, M.N.R.P. (2016), ‘Hubungan Kualitas Tidur dengan Hipertensi pada Usia
Lanjut di Posyandu Lansia Dusun Jelapan Sindumartani Ngemplak Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta’, Universitas ’Aisyiyah, pp. 1–9.

American Heart Association (2017), ‘Systematic Review for the 2017


ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA
Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults: A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association’, Hypertension, vol. 71, no. 6.

Andria, K.M. (2013), ‘Hubungan antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola
Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia
Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya’, Promkes, vol.
1, no. 2, pp. 111–7.

Anggraini, D.P. (2015), ‘Pengaruh Senam Aerobik terhadap Tekanan Darah Ibu-
Ibu Penderita Hipertensi di Desa Kwarasan Nogotirto Sleman Yogyakarta’,
STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta.

Budijanto, D. (2015), Hipertensi-The Silent Killer., viewed 12 March 2021,


<http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/15080300001/hipertensi-
the-silent-killer.html>.

Dewi, S.R. (2014), Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Deepublish, Yogyakarta.

Dinkes Jawa Tengah (2019), Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2019, Semarang.

Hasanudin, Ardiyani, V.M. & Perwiraningtyas, P. (2018), Hubungan Aktivitas


Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita Hipertensi Di
Wilayah Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang, vol. 3.

36
Jatiningsih, K. (2016), ‘Pengaruh Senam Lansia terhadap Tekanan Darah pada
Lanjut Usia dengan Hipertensi Di Posyandu Lanjut Usia Di Desa Wotgaleh
Sukoharjo’, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kartikasari, A.N. (2012), ‘Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa


Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang’, Jurnal Media Muda Medika,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Kemenkes RI (2013), ‘Pokok-Pokok hasil Riskesdas Indonesia 2013’, Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kemenkes RI (2014), Pusdatin STROKE, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes RI (2016), Situasi dan Analisis Lanjut Usia, Pusat Data dan Informasi
KEMENKES RI, Jakarta.

Kemenkes RI (2018), Hasil Utama RISKESDAS 2018, Kementerian Kesehatan


RI, Jakarta.

Kholifah, S.N. (2016), Keperawatan Gerontik, 1st edn, Pusdik SDM Kesehatan
KEMENKES RI, Jakarta.

Kurnianto, D. (2015), ‘Menjaga kesehatan di usia lanjut’, Jurnal Olahraga


Prestasi, vol. 11, no. 2, pp. 19–30.

Kusumawaty, J., Hidayat, N. & Ginanjar, E. (2016), ‘Factors Related Events Sex
with Hypertension in Elderly Work Area Health District Lakbok Ciamis’,
Mutiara Medika, vol. 16, no. 2, pp. 46–51.

Lestari, E. (2019), ‘Pengaruh Senam Bugar terhadap Perubahan Tekanan Darah


pada Lansia Hipertensi di Posyandu Lansia Anggrek Desa Sukosari
Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun’, STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.

Muharni, S. & Wardhani, U.C. (2019), ‘Penurunanan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi dengan Senam Ergonomik’, Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah

37
Problema Kesehatan, vol. 3, no. 3, pp. 71–8.

Muhith, A. & Siyoto, S. (2016), Pendidikan Keperawatan Gerontik, P. Christian


(ed.), 1st edn, CV. ANDI Offset, Yogyakarta.

Mulyati, L., Yetti, K. & Sukmarini, L. (2013), ‘Analisis Faktor yang


Memengaruhi Self Management Behaviour pada Pasien Hipertensi’, Jurnal
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada, vol. 1, no. 2, pp. 112–23.

Noviyanti (2015), Hipertensi: Kenali, Cegah dan Obati, Notebook, Yogyakarta.

Nuraini, B. (2015), ‘Risk Factors of Hypertension’, J Majority, vol. 4, no. 5, pp.


10–9.

Nursalam (2016), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika,


Jakarta.

Pithaloka, D.A. & Dalyoko (2010), ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Upaya Pengendalian Hipertensi pada Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas Mojosongo Boyolali’, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Safitri, W. & Astuti, H.P. (2017), ‘Pengaruh Senam Hipertensi terhadap


Penurunan Tekanan Darah Di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas
Gondangrejo’, Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, pp. 129–34.

Saryono (2011), Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi


Pemula, Mitra Cendekia, Yogyakarta.

Tanto, C., Liwang, F., Hanifan, S. & Pradipta, E.A. (2014), Kapita Selekta
Kedokteran, 4th edn, Media Aesculapius, Jakarta.

Tarigan, A.R., Lubis, Z. & Syarifah, S. (2018), ‘Pengaruh pengetahuan, sikap dan
dukungan keluarga terhadap diet Hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur
Batu Tahun 2016’, Jurnal Kesehatan, vol. 11, no. 1, pp. 9–17.

Totok, H. & Fahrun, N.R. (2017), ‘Pengaruh Senam Hipertensi Lanisa Terhadap

38
Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Werda Darma
Bhakti Kelurahan Panjang Surakarta’, Jurnal Kesehatan, vol. 10, no. 1, pp.
26–31.

Triyanto, E. (2014), Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu, Graha Ilmu, Yogyakarta.

World Health Organization (2015), ‘A global brief on hypertension: silent killer’,


Global Public Heart Crisis.

Yantina, Y. & Saputri, A. (2019), ‘Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan


Darah Pada Wanita Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarsari Metro Utara Tahun 2018’, Jurnal Farmasi Malahayati, vol. 2, no.
1, pp. 112–21.

Zaenurrohmah, D.H. & Rachmayanti, R.D. (2017), ‘Hubungan Pengetahuan dan


Riwayat Hipertensi dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah pada
Lansia’, Jurnal Berkala Epidemiologi, vol. 5, no. 2, pp. 174–84.

39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Inform Consent

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Selamat pagi/siang/sore
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Felix Nanda H
NIM : 1811010068
Saya adalah mahasiswa DIII keperawatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, bermaksud melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Senam
Hipertensi terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Lansia Di Desa Salem
Kecamatan Salem Kabupaten Brebes”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap
akhir dalam penyelesaian studi di Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan dan


kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga serta hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Saya memohon kesediaan anda untuk membantu
melengkapi data-data penelitian yang saya butuhkan dengan mengikuti kegiatan
hingga selesai. Saya mengharapkan bapak/ibu/sdra/sdri dapat mengikuti kegiatan
senam hipertensi dengan baik.
Apabila bapak/ibu/sdra/sdri menyetujui, maka saya memohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan selanjutnya
berpartisipasi dalam kegiatan senam hipertensi. Peran serta anda secara tidak
langsung akan memberikan manfaat khususnya bagi perkembangan ilmu
keperawatan. Namun, apabila bapak/ibu/sdra/sdri tidak bersedia, tidak ada
ancaman bagi bapak/ibu/sdra/sdri. Saya mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan dan kerjasama.

Peneliti

(Felix Nanda Hermawan)


PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah mendapatkan penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian yang
berjudul “Pengaruh Senam Hipertensi terhadap Perubahan Tekanan Darah
pada Lansia Di Desa Salem Kecamatan Salem Kabupaten Brebes” ini tidak
merugikan saya serta telah dijelaskan secara jelas tujuan dan manfaat dari
penelitian tersebut. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan Felix Nanda Hermawan, Mahasiswa DIII Keperawatan Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Brebes,........................
Responden

( )
Lampiran 2. SOP Pengukuran Tekanan Darah

SOP Pengukuran Tekanan Darah


A. Tahap Persiapan
1. Peneliti
- Tangan bersih dan dalam keadaan baik (tidak ada luka)
- Peneliti memperkenalkan diri
- Menjelaskan manfaat dan tujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
- Menyiapkan peralatan yang diperlukan
2. Alat dan bahan :
 Alat tulis
 Stetoskop
 Spigmomanometer set (terdiri dari kantong yang dapat digembungkan
dan terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa
karet berbentuk bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan
lubang pengeluaran. Lebar manset harus sesuai dengan dengan ukuran
lengan pasien karena dapat menyebabkan hasil pengukuran tidak
akurat)
B. Tahap Kerja/Pelaksanaan
1. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.
2. Memberitahu posisi pasien.
3. Posisi lengan setinggi jantung.
4. Menyingsingkan lengan baju ke atas.
5. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien.
6. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.
7. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.
8. Mengatur tensimeter agar siap pakai
9. Meraba arteri brachialis.
10. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa
menekan.
11. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan
sebelumnya.
12. Kempiskan perlahan
13. Mencatat bunyi korotkof I dan V.
14. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang.
15. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan.
16. Melepas manset.
17. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin
C. Tahap Terminasi
1. Mencatat hasil akhir pengukuran tekanan darah
2. Mengobservasi respon pasien setelah pengukuran

(Bates, B. 1995. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan, Jakarta:
EGC 2nd Hal: 41-42)
Lampiran 3. SOP Senam Hipertensi

SOP Senam Hipertensi


D. Tahap Persiapan
3. Peneliti
Mengenakan pakaian yang nyaman
4. Alat dan bahan:
- Sound
- Laptop
E. Tahap Kerja/Pelaksanaan
1. Pemanasan
Pemanasan dilakukan dengan gerakan-gerakan ringan untuk melemaskan
otot-otot seperti :
1) Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang
sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian
dengan sisi lain.
2) Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala dengan
posisi kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan.
Rasakan tarikan bahu dan punggung.
2. Gerakan inti.
1) Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua tangan
searah dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan dan hindari
hentakan.
2) Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka selebar
bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan semampunya
sambil mengatur napas.
3) Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong. Sisi kaki
yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan diletakkan
dipinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10
hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya.
4) Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal dan
kedua tangan diangkat keatas. Lakukan bergantian secara perlahan dan
semampunya.
5) Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang ke samping.
Kedua tangan dengan jemari mengepal ke arah yang berlawanan.
Ulangi dengan sisi bergantian.
6) Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan tangan
yang searah lutut di pinggang. Tangan sisi yang lain lurus kearah lutut
yang ditekuk. Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan lakukan
semampunya.
3. Pendinginan
1) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan
tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi
lainnya.
2) Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan kesamping dengan
gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan lalu arahkan tangan
kesisi lainnya dan tahan dengan hitungan yang sama.

(Lestari, E. 2019, ‘Pengaruh Senam Bugar terhadap Perubahan Tekanan Darah


pada Lansia Hipertensi di Posyandu Lansia Anggrek Desa Sukosari Kecamatan
Dagangan Kabupaten Madiun’, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.)
Lampiran 4. Hasil Observasi Responden
Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
No Nama Umur/JK Hari/tanggal Tekanan darah Tekanan darah Tekanan darah Tekanan darah
sebelum diberi setelah diberi sebelum diberi setelah diberi
terapi (Pre) perlakuan (Post) terapi (Pre) perlakuan (Post)
Senin, 19
162 152 102 96
1 Ny. S 61/P April 2021
Rabu, 21 April
160 155 100 90
2021
Jumat, 23
157 138 104 93
April 2021
Senin, 19
153 139 95 90
2 Ny. D 63/P April 2021
Rabu, 21 April
146 140 100 97
2021
Jumat, 23
140 125 98 92
April 2021
Lampiran 5. Foto Kegiatan
Lampiran 6. Kegiatan Bimbingan
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Terjemahan Abstrak LDC

Anda mungkin juga menyukai