Anda di halaman 1dari 14

INTERAKSI SOSIAL

(MATERI CP-6)
Oleh : Rina Nugrahenny Sunardjo, S.Si, M.Pd
Rumpun Bisnis dan Manajemen, Aspek ini berkaitan dengan pembentukan identitas diri, merefleksikan
Pariwisata, serta Seni dan Ekonomi keberadaan diri di tengah keberagaman dan kelompok yang berbeda-beda, serta
Kreatif mempelajari dan menjalankan peran sebagai warga Indonesia dan bagian dari
CP 6 : warga dunia. Peserta didik mempelajari tentang interaksi dan institusi sosial,
Interaksi, Komunikasi, peluang dan tantangannya, mempelajari dinamika/ problematika sosial, faktor
Sosialisasi, Institusi Sosial, dan penyebab dan solusinya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi
Dinamika Sosial kemaslahatan manusia dan bumi.

E. PROSES DALAM INTERAKSI SOSIAL


Dalam berinteraksi dengan orang lain, ada suatu proses yang mana proses ini bisa mengarah
kepada suatu hal positif maupun ke hal yang negatif. Di dalam interaksi sosial, proses interaksi sosial
ada 2 macam, yaitu :
1. PROSES ASOSIATIF
Proses Asosiatif merupakan proses sosial yang mengarah pada penyatuan.
Proses asosiatif juga dapat meningkatkan solidaritas antar individu atau kelompok. Jadi
proses ini mengarah pada hal-hal yang positifatau kebaikan.
Proses ASOSIATIF dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
a) Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerja sama di sini
dimaksudkan sebagai suatu upaya bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Jadi kerjasama terjadi bila
pihak yang memiliki suatu kepentingan bersama atau persamaan tujuan.
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia.
Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam
kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-
group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nyd). Kerja sama mungkin
akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-
tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah
tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang.
Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama
mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan
pokoknya tak dapat terpenuhi karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari
luar kelompok itu. Keadaan tersebut dapat menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok
demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah-satu
bidang sensitif dalam kebudayaan.
Ada lima bentuk kerja sama, yaitu:
1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan
jasa antara dua organisasi atau lebih.
3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu
cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyau tujuan yang sama.
5. Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, seperti:
pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.

b) Akomodasi
Akomodasi mempunyai dua makna, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan kenyataan
adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu dan kelompok
sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam
masyarakat; kedua akomodasi dipergunakan untuk menunjuk pada suatu proses, pada
usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan (menyelesaikan konflik) yaitu
usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Dengan kata lain, akomodasi merupakan proses
dalam menyelesaikan masalah (konflik) tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Secara umum akomodasi mempunyai tujuan seperti berikut :
1. untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok
manusia sebagai akibat perbedaan paham.
2. mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau temporer
3. untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang
hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan,
seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta;
4. mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya,
lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti luas.

Bentuk-bentuk Akomodasi (Upaya Menyelesaikan Konflik)


Menurut Soekanto (1990) akomodasi sebagai suatu proses untuk meredakan ketegangan
antar manusia mempunyai beberapa bentuk, antara lain:
a) Coercion
Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena
adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, di mana salah satu pihak
berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (secara langsung), maupun secara
psikologis (secara tidak langsung). Misalnya perbudakan adalah suatu coercion,
dimana interaksi sosialnya didasarkan pada penguasaan majikan atas budaknya.
Budak dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun. Hal sejenis mungkin
juga kita jumpai seperti dalam hubungan antara majikan atau pemilik perusahaan
dengan buruh.

b) Compromise
Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang
ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu
pula sebaliknya.
Misalnya traktat antara beberapa negara, akomodasi antara beberapa partai politik
karena sadar bahwa masing-masing memiliki kekuatan sama dalam suatu pemilihan
umum, dan seterusnya.

c) Arbitration
Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise, apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh
pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang
berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan, seperti terlihat dalam
penyelesaian masalah perselisihan perburuhan.

d) Mediation
Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundang pihak ketiga
yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihak ketiga tersebut tugas utamanya
adalah untuk mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak
ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka. Dia tak mempunyai wewenang untuk
memberi keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.

e) Conciliation
Concilitation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama. Conciliation
bersifat lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak
yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi. Suatu contoh dari conciliation
adalah adanya panitia-panitia tetap di Indonesia yang khusus bertugas untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan perburuhan, di mana duduk wakil-wakil
perusahaan, wakil-wakil buruh, wakil-wakil Departemen Tenaga Kerja dan
seterusnya khusus bertugas menyelesaikan persoalan-persoalan jam kerja, upah, hari-
hari libur dan lain sebagainya.

f) Tolerantion
Tolerantion juga disebut dengan tolerant-participation. Ini merupakan suatu bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration
timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan karena adanya watak orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin
menghindarkan diri dari suatu perselisihan. Dari sejarah dikenal bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang toleran yang sedapat mungkin menghindarkan diri dari
perselisihan-perselisihan

g) Stalemate
Stalemate merupakan suatu akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah
tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur. Stalemate
tersebut, misalnya, terjadi antara Amerika Serikat dengan Rusia di bidang nuklir.

h) Adjudication
Adjudication yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Walaupun
tersedia bermacam-macam bentuk akomodasi seperti diuraikan dan telah banyak
ketegangan-ketegangan yang teratasi, masih saja ada unsur-unsur pertentangan laten
yang belum dapat diatasi secara sempurna. Bagaimanapun juga akomodasi tetap
perlu, apalagi dalam keadaan dunia dewasa ini yang penuh ketegangan.

Selama orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia masih mempunyai


kepentingan-kepentingan yang tidak bisa diselaraskan antara satu dengan lainnya,
akomodasi tetap diperlukan. Akomodasi ini mengarah pada proses penyatuan karena
sifatnya positif yaitu untuk menyelesaikan masalah.
Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi. Dengan adanya proses asimilasi, para
pihak lebih saling mengenal dan dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih
mudah untuk saling mendekati. Jadi akomodasi ini memiliki hubungan yang erat dalam
sistem pengendalian sosial.

c) Akulturasi
Akulturasi merupakan proses penyatuan antara dua kebudayaan yang berbeda dengan
tidak menghilangkan kebudayaan asli. Artinya ada suatu kebudayaan baru yang
merupakan penyatuan dari dua kebudayaan yang berbeda.
Akulturasi adalah suatu proses sosial, yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Atau bisa juga di
definisikan sebagai perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan
damai dan serasi. Untuk memahami pengertian akulturasi dalam konteks budaya pertama-
tama kita perlu memahami definisi budaya dan kebudayaan terlebih dahulu.
Menurut Sachari kebudayaan adalah suatu totalitas dari proses dan hasil segala aktivitas
suatu bangsa dalam bidang estetis, moral, dan ideasional yang terjadi melalui proses
integrasi, baik integrasi historis maupun pengaruh jangka panjangnya. Para ahli ilmu
sosial mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang amat luas yakni meliputi
seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya, yaitu seluruh hasil dari pikiran, karya dan
hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya (Koentjaraningrat).
Adanya proses akulturasi kemudian membuat kebudayaan baru Indonesia bercirikan
kebudayaan asli lokal, Hindu-Buddha, dan Islam. Hasil proses akulturasi antara
kebudayaan pra-Islam dengan setelah masuknya Islam pun tidak hanya berbentuk
kebendaan seperti seni bangunan, seni ukir, dan karya sastra, tetapi juga menyangkut pola
hidup dan tradisi masyarakat.
Contohnya :
1) Akulturasi pada bangunan:
 Bentuk-bentuk candi baik Candi Borobudur atau Candi Prambanan dan candi-candi lain
di Indonesia sebetulnya bentuknya merupakan proses pencampuran antara kebudayaan
Indonesia dan kebudayaan India.
Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta bagian-
bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India.
Tetapi meskipun demikian tidak menghilangkan kebudayaan asli Indonesianya. Rata-rata
candi-candi Indonesia memiliki struktur berundak-undak yang merupakan asli
kebudayaan Indonesia di zaman megalitikum. Kebudayaan berundak ini dicampur dengan
kebudayaan India yang menghasilkan bentuk candi seperti yang kalian lihat sekarang.
 Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Masjid ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1773 diarsitekturi oleh
Kiai Wiryokusumo. Masjid yang terletak di dalam kawasan Kraton, tepatnya di barat
Alun-alun Utara Yogyakarta memiliki arsitektur khas Jawa. Bentuk bangunan utamanya
adalah tajug lambang teplok dengan atap berbentuk tumpang tiga yang merupakan
filosofi Jawa dengan nilai-nilai Islam seperti Hakekat, Ma’rifat, dan Syariat. Sedangkan
dalam ajaran Hindu-Budha mencerminkan meru, bangunan suci tempat para dewa
menurut ajaran Hindu-Budha.

Masjid Gede Kauman juga ditandai dengan candrasengakala, yakni penanda waktu
pendiriannya yang berdasarkan kalender bulan yang diungkapkan melalui tulisan, bentuk
atau gambar. Metode penanggalan ini sudah ada, bahkan sejak runtuhnya kerajaan
Majapahit. Masjid Gedhe Kauman misalnya, memiliki candrasengkala yang berbunyi
Gapura Trus Winayang Jalma.
Gaya arsitektur Masjid Gedhe mewarisi gaya Masjid Demak. Karakteristik dari masjid ini
adalah keberadaan empat pilar utama atau dikenal dengan saka guru dengan atap
berbentuk tajug lambang teplok. Tajug lambang teplok adalah bentuk atap bersusun tiga.
Secara filosofis, tiga tingkatan pada atap menggambarkan tahapan dalam menekuni ilmu
tasawuf, yaitu syari’at, thareqat, ma’rifat. Tiga tingkat pada atap tersebut juga dapat
dimaknai sebagai iman, islam, dan ikhsan.
Terdapat 48 (empat puluh delapan) pilar di dalam bangunan masjid ini, sementara
atapnya terdiri dari 16 (enam belas) sisi dengan tiga tingkat. Bagian-bagian masjid terdiri
dari mi’rab atau tempat pengimaman, liwan yaitu ruangan luas untuk jamaah, serambi
yang merupakan bagian luar bangunan, dan tempat wudhu. Di dalam Masjid Gedhe
terdapat ruangan khusus bagi raja ketika hadir di masjid, berada di baris (shaf) terdepan,
dikenal dengan nama maksura.
Sebagai ciri bahwa masjid ini milik Sultan, maka di puncak atap dipasang hiasan mahkota
berbentuk bunga. Hiasan pada puncak atap semacam ini disebut sebagai mustaka.
Mustaka pada puncak-puncak masjid milik Sultan merupakan stilirisasi dari bentuk gada,
daun kluwih, dan bunga gambir. Gada melambangkan keesaan Allah. Daun kluwih
mengarah pada kata ‘linuwih’ atau lebih, yaitu manusia akan memiliki kelebihan jika
telah melewati tiga tahapan ilmu tasawuf. Sedang bunga gambir melambangkan arum
angambar atau keharuman yang menebar.

 Menara Masjid Banten


Pada permulaan abad ke-16 masyarakat mulai memeluk agama Islam yang disebarkan
oleh seorang wali dari Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati. Putra Sunan Gunung Jati yaitu
Sultan Maulana Hasanudin pada abad ke-15 mendirikan masjid agung dengan empat
menara. Akulturasi terjadi pada atap bangunan utama masjid yang bertumpuk lima mirip
dengan pagoda Cina karena merupakan hasil desain arsitek Cina yang bernama Tjek Ban
Tjut. Atap masjid yang bertumpuk lima merupakan makna dari rukun Islam yang
berjumlah lima. Sedangkan budaya Jawa yang diterapkan yaitu adanya bangunan
pendopo di sisi utara sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah dan aktivitas lain yang
bersifat profane (tidak terkait ibadah Islam).
Akulturasi dengan budaya Belanda juga terjadi, yaitu dengan adanya bangunan menara
setinggi 24 meter dan diameter 10 meter dengan 83 anak tangga. Menara ini pada
zamannya tidak lazim ada di Pulau Jawa. Menara di masjid Banten merupakan hasil
desain arsitektur Belanda yang bernama Hendrik Lucaz Cardeel. Selain sebagai tempat
mengumandangkan adzan, menara ini juga sebagai tempat senjata. Menara juga
digunakan untuk memantau kondisi sekitar ke arah laut lepas karena jarak dengan laut
hanya sekitar 1,5 kilo meter.

 Masjid Menara Kudus


Masjid yang dibangun pada 1549 ini juga disebut sebagai Masjid Al-Aqsha. Tak seperti
masjid kebanyakan yang bergaya Timur Tengah, masjid ini menampilkan corak
kebudayaan pra-Islam seperti Jawa, Hindu, dan Budha. Hal itu terlihat dari menara dan
gapura yang ada di sekitar masjid. Menara Kudu dibangun menggunakan bata merah
tanpa perekat. Menara ini terdiri dari 3 bagian, yakni kaki, badan, dan kepala, yang
menunjukkan corak Hindu-Majapahit yang ada di Jawa.

2) Akulturasi pada Seni Ukir


 Relief Candi
 Kaligrafi

3) Akulturasi pada Aksara dan Seni Sastra


 Dengan datangnya pengaruh budaya India maka dipergunakan bahasa dari India,
terutama bahasa Sansekerta dan Pali. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa
bahasa Nusantara menjadi tersisih dan punah. Bahasa Jawa Kuno dan bahasa
Melayu Kuno tetap dipakai, bahkan nantinya diperkaya dengan istilah-istilah dari
bahasa Sanskerta. Dalam bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek aksara
dengan dikenalnya aksara Pallawa dan Nagari (atau disebut juga Siddham).
Dalam perkembangannya, para empu Nusantara menciptakan aksara baru yang
disebut aksara Kawi (ada juga yang menyebutnya aksara Jawa Kuno).

 Dalam Bidang Sastra :


- Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah yang menarik dan
terkadang tidak masuk akal. Beberapa contoh hikayat yang muncul pada
masa pengaruh Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir,
Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima
- Babad
Babad berisi cerita sejarah, yang berisi campuran antara fakta, mitos, dan
kepercayaan. Contoh babad adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, dan
Babad Mataram
- Suluk
Suluk adalah karya sastra berupa kitab-kitab yang isinya menjelaskan tentang
tasawuf. Salah satu contohnya adalah Suluk Wujil, yang berisi ajaran Sunan
Bonang kepada Wujil, yakni seorang kerdil yang pernah menjadi abdi di
Kerajaan Majapahit.

4) Akulturasi dalam bidang Kesenian


- Permainan debus
Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran dan solawat nabi.
Permainan debus adalah tarian yang pada puncak acaranya para penari akan
menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka.
- Tari Seudati
Seudati adalah tarian dari daerah Aceh yang asilnya dimainkan oleh delapan
penari sambil menyanyikan lagu yang isinya solawat nabi. Tarian tersebut
berkembang di daerah pesisir. Kesenian tari seudati dianggap sebagai bentuk
baru dari tari Ratih atau Ratoh.Tari Ratih ini adalah tarian yang kerap
dipentaskan untuk mengawali acara lomba sambung ayam. Selain itu, tarian
ini juga dilakukan ketika akan menyambut panen dan datangnya bulan
purnama. Lalu, setelah Agama Islam masuk dan tersebar luas di wilayah
Aceh, terjadilah percampuran atau akulturasi budaya serta agama. Sehingga
membentuk sebuah tarian yang dikenal sebagai tari Seudati. Asal usul dari
nama tarian ini juga dapat dikaitkan dengan Bahasa Tarekat. Dimana kata
tersebut berasal dari “ya sadati” yang artinya wahai tuan guru.

Hal tersebut bisa dikaitkan


dengan sejarah dari tari ini
sendiri yang berasal dari
komunitas tarekat yang
diinisiasi oleh Syekh Tarekat
Saman. Teori tersebut juga
didukung dengan adanya nama
lain dari tari seudati yaitu
musamman yang berasal dari
Bahasa Aceh.

- Wayang
Wayang yang merupakan kebudayaan asli lokal Indonesia yang pernah
mengalami akulturasi dengan budaya Hindu-Buddha. Ketika Islam masuk ke
Indonesia, wayang kembali mengalami penyesuaian atau akulturasi.
Misalnya pada bentuk tubuh tokoh, di mana tangannya dibuat sangat panjang
untuk membedakan dengan manusia sesungguhnya.
d) Asimilasi
Secara umum, pengertian asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai
dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.
Asimilasi ini hampir sama dengan akulturasi. Namun, jika pada akulturasi tidak
menghilangkan kebudayaan aslinya yaitu dengan masih mempertahankan budaya lama
yang diserap, sedangkan pada asimilasi adalah terdapat proses peleburan dua kebudayaan
yang berbeda sehingga menjadi satu kebudayaan yang tunggal. Artinya dalam proses
asimilasi ini kebudayaan lamanya hilang, dan digantikan dengan kebudayaan yang benar-
benar baru.
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Asimilasi ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Apabila orang-orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau
masyarakat, dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang
mengakibatkan bahwa mereka dianggap sebagai orang asing. Dalam proses asimilasi,
mereka mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan
kelompok. Apabila dua kelompok manusia mengadakan asimilasi, batas-batas antara
kelompok-kelompok tadi akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu kelompok. Secara
singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau
kadangkala bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling
sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran dan tindakan.
Asimilasi ditandai adanya usaha untuk mengurangi perbedaan antara orang atau
kelompok untuk mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan tertentu.
Proses asimilasi terjadi bila:
1) kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya;
2) orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama sehingga;
3) kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing
berubah dan saling menyesuaikan diri.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi menurut Soekanto


(1990) antara lain adalah:
1) toleransi;
2) kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi;
3) sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya;
4) sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat;
5) persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan;
6) perkawinan campuran (amalgamation);
7) adanya musuh bersama dari luar
Contoh asimilasi :
 Pernikahan antar etnis
Contoh asimilasi yang paling mudah ditemui adalah pernikahan beda etnis dan
ras. Dua orang beda ras yang menikah akan menghasilkan keturunan campuran
atau blasteran, misalnya seperti pasangan Indo-Belanda, Indo-Arab, Indo-Prancis,
dan sebagainya.
 Kosa Kata Serapan
Asimilasi dalam bidang bahasa dapat dilihat pada banyaknya contoh kata serapan
yang diambil dari bahasa asing.
Yang paling banyak diserap adalah kosa kata serapan dari bahasa Belanda
misalnya :
INDONESIA – BELANDA
kamar – kamer brankas – brandkast
handuk – handdoek lapor – rapporteren
tas – tas mangkir – mankeren
sekop – schep medali – medaille
wortel – wortel embargo – embargo
gang – gang hem – hemd
baskom – waskom jambore – jamboree
ongkos – onkosten pensiun – pensioen
perkedel – frikadel permen – pepermunt
tekor – te kort karcis – kaartjes
traktir – trakteren saklar – schakelaar
ban – band kulkas – koelkast
mur – moer halte bus – bushalte
baut – bout asbak – asbak
sekrup – schroef bioskop – bioscoop
klakson – claxonneren kompor – komfoor

Kata serapan dari bahasa Arab, misalnya :


musala rukuk abjad sunah
ramadan khatib akal maulid
badan zalim akhlak zikir
dunia kertas salat kitab
insan sabun al – quran makna
kabar fikir ka’bah akhir
roh batin zat ustaz
umrah milik hak azan
ikamah izin istikomah riya
takwa adil
Kata serapan dari bahasa Inggris, misalnya :
INDONESIA – INGGRIS
bisnis – business akses – access
diskon – discount aksesori – accessory
ekonomi – economy akomodasi – accomodation
foto – photo akun – account
komputer – computer akting – acting
nasional – national aktivis – activist
roket – rocket aktor – actor

 Seni Tari
Contoh asimilasi pada seni tari dapat dilihat pada peleburan antara budaya Betawi
dan budaya Tionghoa. Beberapa seni tari dihasilkan dari asimilasi dua
kebudayaan tersebut, yakni Tari Congkek dan Tari Lenong. Keduanya masih
dilestarikan sampai sekarang.
 Munculnya Seni Musik Dangdut
Asimilasi juga dapat ditemui di bidang musik. Misalnya, percampuran antara
musik melayu dengan pengaruh musik India kemudian menghasilkan genre
musik baru yakni dangdut yang pertama populer di Indonesia pada akhir tahun
60an.
 Musik Hip Hop Jawa
Musik hip hop dikenal sebagai budaya Amerika dengan teknik menyanyi rap.
Musik hip hop kemudian dikombinasikan dengan budaya Jawa sehingga
menghasilkan sub-genre hip hop Jawa. Hip hop Jawa menggunakan lirik bahasa
Jawa dengan instrumen musik daerah.

2. PROSES DISOSIATIF
Proses Disosiatif merupakan proses sosial yang mengarah pada perpecahan. Proses-proses
disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, yang sama halnya dengan kerja sama,
dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh
kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Apakah suatu masyarakat lebih
menekankan oposisi, atau lebih menghargai kerja sama? Hal itu tergantung pada unsur-unsur
kebudayaan terutama yang menyangkut sistem nilai, struktur masyarakat, dan sistem
sosialnya. Faktor yang paling menentukan sebenarnya adalah sistem nilai masyarakat
tersebut.
Proses disosiatif cenderung disebabkan oleh hubungan sosial yang bersifat negatif.
Terdapat 3 (tiga) bentuk disosiatif yaitu :
a) Persaingan
Persaingan merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan yang
sifatnya terbatas.
Mengapa persaingan masuk ke dalam interaksi yang bersifat negatif atau mengarah pada
perpecahan? Hal ini karena : di dalam persaingan ada upaya-upaya yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara apapun, yang penting individu bisa
mendapatkan tujuan tersebut, baik dengan cara positif maupun cara yang negatif.
Ada beberapa bentuk persaingan yang terjadi di masyarakat, yaitu :
 Persaingan ekonomi, timbul karena terbatasnya jumlah sumber daya alam
dibandingkan jumlah konsumen. Contoh konkretnya persaingan dua perusahaan
besar dalam menarik minat konsumen.
 Persaingan kebudayaan, timbul akibat adanya dua kebudayaan atau lebih dalam
kehidupan masyarakat tertentu. Misalnya, kebudayaan belanda yang memasuki
Indonesia pada akhir abad ke-15 sehingga harus berhadapan dengan kebudayaan
asli masyarakat Indonesia.
 Persaingan kedudukan/peran, dapat terjadi baik secara individu maupun secara
kelompok. Persaingan ini dapat timbul tergantung pada apa yang paling dihargai
oleh masyarakat yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang ingin menjadi
presiden, mereka saling bersaing untuk mendapat kedudukan tersebut.
 Persaingan ras, merupakan persaingan di bidang kebudayaan yang dicirikan oleh
perbedaan warna kulit, bentuk dan warna rambut, serta cirri-ciri fisik lainnya.
Persaingan ras jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan konflik
atau perpecahan dikalangan masyarakat.
Persaingan atau kompetisi memiliki beberapa fungsi positif, antara lain seperti berikut :
 Menyalurkan aspirasi individu atau kelompok secara kompetitif
 Menyalurkan daya kreatifitas dan daya juang yang dinamis
 Sebagai alternatif untuk menyalurkan keinginan-keinginan masyarakat
 Mengadakan seleksi agar dapat menempatkan individu sesuai dengan kedudukan,
peran serta kemampuan
 Menghasilkan pembagian/spesialisasi kerja.

b) Pertentangan (Konflik)
Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan dengan menggunakan ancaman
atau cara-cara kekerasan.
Pertentangan ini merupakan hasil dari persaingan. Persaingan yang terlalu dalam bisa
mengakibatnkan terjadinya konflik, misalnya suatu kelompok tidak terima dengan
kekalahan akhirnya terjadilah konflik atau marah-marah, atau anarkis terhadap kelompok
lawannya. Konflik yang terjadi di sini mengakibatkan perpecahan.
Jadi pertentangan merupakan proses sosial yang terjadi apabila seseorang menentang
pihak lain untuk mencpai tujuannya.
Sebab-sebab munculnya pertentangan, antara lain :
 Perbedaan pendapat, pendirian atau perbedaan perasaan antar individu
 Perbedaan kebudayaan
 Perbedaan kepentingan dan
 Perubahan sosial
Bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
 Pertentangan pribadi, yang terjadi antar individu yang ditandai dengan rasa saling
benci terhadap pihak lawan.
 Pertentangan rasial, misalnya pertentangan antara ras kulit putih dengan ras
negro/kulit hitam
 Pertentangan antarkelas sosial, misalnya konflik antara majikan dengan buruh
 Pertentangan politik, misalnya konflik antara pendukung partai politik dalam
pemilu
 Pertentangan internasional, yang diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian sampai pada persoalan kedaulatan Negara. Misalnya,
konflik antara kaum majikan dan buruh sering menimbulkan kasus hukum yang
cukup pelik.

Beberapa akibat dari pertentangan atau konflik yang bisa terjadi adalah sebagai berikut :
 Timbulnya solidaritas in-group.
 Goyahnya persatuan kelompok, jika konflik terjadi di dalam tubuh sebuah
kelompok
 Perubahan kepribadian individu yang mengalami konflik
 Hancurnya harta benda atau korban manusia
 Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi konflik disebut
dengan akomodasi, bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
 Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka
saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
 Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-
masing pihak.
 Konversi, yaitu salah pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian
pihak lain
 Coercion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
 Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggunakan pihak ketiga
yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
 Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga (Lembaga Arbitrase)
yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
 Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
 Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam
suatu perundingan agar diperoleh suatu persetujuan bersama.
 Segresi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di
antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan
menghilangkan konflik.
Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil
mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik

c) Kontravensi
Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Kontravensi ditandai oleh adanya gejala ketidakpastian
mengenai diri seorang atau suatu rencana dan persaan tidak suka yang disembunyikan,
kebencian, keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.
Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau
terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi ini bisa
berubah menjadi kebencian, akan tetapi tidak menjadi sebuah pertentangan atau konflik.
Contoh sikap kita terhadap orang yang tidak disukai, sikap terhadap guru yang tidak
disenangi, atau sikap kita terhadap program pemerintah yang tidak sesuai dengan
keinginan.
Kontravensi adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan/konflik. Kontravensi terwujud dengan adanya sikap tidak senang, rasa benci
atau keragu-raguan, baik secara jelas maupun tersembunyi terhadap orang-orang atau
unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu tanpa menimbulkan perpecahan atau
pertentangan. Misalnya saja aksi Golput dalam pemilu.
Menurut Leopold Von Wise & Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk, yaitu :
 Bersifat umum (General Contravention), misalnya aksi protes, perbuatan
menghalang-halangi atau mengacaukan rencana pihak lain.
 Bersifat sederhana (Medial Contravention), misalnya memaki, memfitnah atau
menyebarkan selebaran gelap.
 Bersifat intensif (Intensive Contravention), misalnya menghasut, menyebarkan
desas-desus.
 Bersifat rahasia (Mystery), misalnya berkhianat atau menjadi mata-mata pihak
musuh.
 Bersifat taktis (Tactic Contravention), misalnya mengejutkan pihak lawan dalam
pemilu.

Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=t7PdYT4_Xoo
https://www.youtube.com/watch?v=CAcnl3N6Kak
https://www.youtube.com/watch?v=LRPeNU6Xfm8
https://www.youtube.com/watch?v=aFiBKQxPwF0
https://duniapendidikan.co.id/ineraksi-sosial-disosiatif/
https://www.dosenpendidikan.co.id/contoh-akulturasi/
https://dosensosiologi.com/bentuk-asimilasi/

Anda mungkin juga menyukai