Anda di halaman 1dari 10

INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF DAN DISOSIATIF

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang bersangkutan dengan
hubungan antara orang perorangan, kelompok manusia serta orang perorangan dengan
kelompok manusia. Interaksi sosial dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus
menerus, dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Di dalam masyarakat, sebuah interaksi
sosial dapat menghasilkan bentuk hubungan yang mampu mempererat maupun merubah
kondisi suatu masyarakat.
Pada umumnya, interaksi sosial terbagi menjadi dua yaitu interaksi sosial asosiatif serta
interaksi sosial disosiatif. interaksi sosial asosiatif menuju pada kesatuan, sedangkan interaksi
disosiatif merupakan interaksi yang mengarah pada perpecahan.
Dikarenakan interaksi asosiatif lebih mengarah pada kesatuan, maka interaksi asosiatif lebih
diharapkan terjadi dalam masyarakat. Lalu, seperti apa bentuk dari interaksi sosial asosiatif
ini? Apa saja bentuk-bentuknya dan apa manfaatnya? Simak penjelasan interaksi asosiatif
berikut ini ya!

A. Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif


Proses sosial adalah suatu interaksi maupun ikatan timbal balik atau silih pengaruhi antara
manusia yang berlangsung selama hidupnya di dalam masyarakat. Menurut Soerjono
Soekanto, proses sosial yang dimaksud merupakan cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila orang maupun kelompok sosial memilih untuk berjumpa kemudian memastikan
sistem dan wujud ikatan sosial.
Sementara itu menurut Homans, interaksi adalah suatu peristiwa yang terjadi ketika sesuatu
kegiatan dicoba oleh seseorang pada orang lain dan diberi suatu ganjaran atau hukuman
dengan menggunakan suatu aksi dari orang lain yang berperan sebagai pendampingnya.
Konsep interaksi yang dikemukakan oleh Homans, memiliki suatu penafsiran bahwa interaksi
adalah aksi yang dicoba oleh seseorang dan berupa stimulus untuk aksi orang lain yang
menjadi pendampingnya.
Sebaliknya, menurut Shaw interaksi sosial adalah sebuah pertukaran yang terjadi antar
individu dan setiap individu menampilkan perilakunya antar satu sama lain dalam kedatang
mereka, kemudian masing-masing sikap akan dipengaruhi oleh satu sama lain.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Thibaut dan Kelley yang berpendapat bahwa interaksi
sosial adalah sebuah peristiwa yang terjadi karena dipengaruhi oleh individu ketika dua
individu atau lebih saling bertemu dan menghasilkan suatu hal yang sama atau berbicara pada
satu sama lain, sehingga dalam interaksi sosial, aksi dari setiap individu bertujuan untuk
mempengaruhi orang lain.
Interaksi sosial yang terjadi pada setiap individu maupun kelompok dapat bersifat positif
maupun negatif. Interaksi sosial yang sifatnya positif adalah interaksi asosiatif, interaksi satu
ini terjadi untuk menuju pada persatuan, karena interaksi terjalin di antara individu maupun
kelompok yang ikut serta untuk menuju pada persatuan.
Interaksi sosial asosiatif juga dapat diartikan sebagai bentuk kerjasama atau suatu bentuk
hubungan interaksi sosial yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seorang individu yang
mengarah pada kontak sosial positif dan kesatuan pandangan.
Proses dari asosiatif ini bersifat membangun dan memperkuat maupun mempererat hubungan
jalinan solidaritas dari kelompok masyarakat untuk menjadi satu kesatuan yang lebih solid
lagi.

BENTUK INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF


Menurut Charles Horton Cooley, dalam proses interaksi sosial asosiatif ada kerja sama yang
dapat dilakukan dengan penuh kesadaran antar individu dengan individu atau antar
kelompok, sehingga interaksi asosiatif biasanya bersifat positif dan memungkinkan terjadinya
penyelesaian masalah.

Berikut beberapa bentuk dari interaksi sosial asosiatif :

1. KERJA SAMA
Kerja sama adalah sebuah usaha bersama yang dibangun antara individu atau kelompok
untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Kerja sama dapat terjadi karena orang berinteraksi
dengan satu sama lain.
Dalam kerja sama individu dengan individu yang lain akan saling mendukung dan membantu
serta membangun sinergi untuk mencapai tujuan bersama yang dimaksud oleh individu yang
terlibat. Ada pula bentuk kerja sama berdasarkan pelaksanaannya.
Contoh Kerja Sama :
- Para siswa yang mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
- Kerukunan atau gotong royong merupakan suatu bentuk kerja sama yang dilakukan
dengan sukarela demi mengerjakan suatu pekerjaan tertentu yang memiliki kaitan
langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam gotong royong tersebut.
- Tim sepakbola yang harus bekerja sama demi mencetak skor ke gawang lawan,
sehingga dapat memenangkan sebuah kompetisi.
- Warga desa yang membentuk suatu organisasi koperasi.
- Tim sepakbola yang harus bekerja sama demi mencetak skor ke gawang lawan,
sehingga dapat memenangkan sebuah kompetisi.
- Warga desa yang membentuk suatu organisasi koperasi.

Jenis-jenis kerja sama :


 Bargaining merupakan suatu kegiatan perjanjian tentang pertukaran barang atau jasa
antara dua organisasi atau bahkan lebih.
 Kooptasi merupakan sebuah prosedur penerimaan unsur baru pada kepemimpinan serta
pelaksanaan ketatanegaraan organisasi sebagai satu-satunya tips untuk dapat
menghindari adanya konflik yang mampu mengguncang organisasi.
 Koalisi merupakan suatu kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi atau lebih
dengan tujuan yang sama. Koalisi menghasilkan suatu keadaan yang tidak stabil yang
disebabkan oleh kedua organisasi yang terlibat memiliki struktur sendiri.
 Joint venture merupakan suatu bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek khusus,
contohnya seperti pengeboran minyak serta perhotelan.

Berdasarkan bentuk kerja, maka kerja sama dibagi menjadi beberapa macam antara lain
adalah sebagai berikut.
 Kerja sama spontan yaitu kerja sama yang terjadi serta merta
 Kerja sama langsung merupakan kerja sama yang dilakukan dari hasil perintah dari
atasan atau penguasa
 Kerja kontak merupakan kerja sama yang terjadi atas dasar perintah tertentu
 Kerja sama tradisional merupakan kerja sama sebagai bagian dari antar unsur yang ada
dalam sistem sosial.

2. AKOMODASI
Jenis kerja sama yang kedua adalah akomodasi yaitu sebuah proses penyesuaian oleh
individu maupun kelompok orang yang seluruh anggotanya berkonflik untuk dapat mengatasi
ketegangan. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menciptakan keseimbangan dalam
interaksi sosial dengan norma serta nilai yang sudah ada di masyarakat. Hal ini dapat
digunakan untuk menyelesaikan konflik, baik itu dengan menghormati kepribadian
bertentang maupun dengan tekanan atau paksaan.

Berikut adalah beberapa bentuk dari akomodasi.


a. Koersi
Koersi merupakan suatu bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena adanya paksaan
kehendak dari suatu pihak kepada pihak lainnya yang lemah dengan didominasi oleh suatu
kelompok atas kelompok lain. Contoh dari koersi adalah sistem rezim atau pemerintahan
yang totaliter.
b. Kompromi
Kompromi merupakan suatu bentuk dari akomodasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
perselisihan dan saling meredakan tuntutan, sehingga tercapai suatu penyelesaian. Sikap
dasar dari kompromi adalah seluruh pihak bersedia memahami serta merasakan suatu
keadaan yang dialami oleh pihak lain. Contohnya seperti perjanjian gencatan senjata antara
negara-negara yang sedang terlibat dalam perang.
c. Arbitrase
Arbitrase merupakan suatu bentuk akomodasi yang terjadi karena ada pihak yang berselisih
dan tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Oleh dari itu, maka diundang kelompok
ketiga yang tidak berat sebelah atau bersikap netral untuk mengusahakan suatu penyelesaian.
Pihak ketiga biasanya berasal dari badan berwenang, contohnya penyelesaian pertentangan
antara pengusaha dan serikat buruh yang dapat diselesaikan melalui arbitrase.
d. Mediasi
Mediasi merupakan pihak ketiga yang berperan sebagai penengah
atau juru damai. Keputusan untuk berdamai bergantung pada pihak
yang bertikai. Contohnya adalah mediasi pemerintah Republik Indonesia
untuk mendamaikan faksi yang mengalami perselisihan di Kamboja.
e. Konsiliasi
Konsiliasi merupakan suatu upaya untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih
untuk tercapainya suatu persetujuan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak serta dapat
membuka kesempatan untuk mengadakan asimilasi. Contohnya adalah panitia tetap
menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dengan mengundang perusahaan serta wakil
karyawan untuk menyelesaikan suatu masalah.
f. Toleransi
Toleransi merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi, sebab terjadi
tanpa disadari serta tanpa direncanakan. Adanya keinginan untuk menghindarkan diri dari
suatu perselisihan yang saling merugikan. Contoh : Adanya toleransi antar umat beragama.
g. Stalemate
Stalemate merupakan bentuk dari akomodasi yang terjadi ketika ada kelompok terlibat dalam
pertentangan dengan kekuatan yang seimbang. Dengan kesadaran dari kedua belah pihak,
maka tidak ada yang maju atau mundur sehingga suatu pertentangan akan berhenti dengan
sendirinya.
h. Ajudikasi
Ajudikasi merupakan proses penyelesaian masalah
atau sengketa yang diselesaikan
melalui jalur hukum di meja hijau atau peradilan.

Akomodasi ada untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti berikut ini.
 Mengurangi adanya pertentangan antara individu antar individu atau kelompok manusia
yang terjadi karena adanya perbandingan mengerti.
Menghindari meledaknya suatu pertentangan, sedangkan waktu atau secara temporer.
 Memperbolehkan terwujudnya suatu kerja sama yang terjadi antar kelompok sosial yang
hidupnya terpisah sebagai suatu akibat dari faktor sosial psikologis dan kebudayaan.
 Mengusahakan adanya peleburan antara kelompok sosial yang terpisah, contohnya
seperti melalui pernikahan kombinasi.

3. ASIMILASI
Asimilasi adalah suatu proses sosial yang ditandai oleh adanya suatu upaya untuk
mempersempit perbedaan yang terjadi antar individu maupun kelompok manusia, termasuk
upaya untuk memperkuat kesatuan tindakan, sikap maupun proses mental dengan cara
menghormati tujuan dan kepentingan bersama.
Artinya, ketika ada seseorang yang berintegrasi ke dalam suatu kelompok orang atau dalam
masyarakat, maka mereka tidak lagi berbeda dari kelompok tersebut. Singkatnya, proses
asimilasi merupakan penggabungan antar dua budaya menjadi satu budaya. Akan tetapi,
proses ini tidak semudah seperti yang diharapkan, sebab ada banyak faktor yang
mempengaruhi suatu budaya sehingga dapat digabungkan menjadi satu budaya.
Contoh Asimilasi :
 Pernikahan yang terjadi antara orang Palembang dengan orang Jawa dan masing-masing
mempelai memiliki latar kebudayaan yang berbeda, akan tetapi keduanya dapat
dipersatukan dengan pernikahan.
Beberapa faktor yang akan mempermudah terjadinya proses asimilasi di antaranya
adalah sebagai berikut ini:
 Sikap toleransi pada kebudayaan lain.
 Kesempatan yang seimbang pada bidang ekonomi
 Sikap terbuka yang datang dari golongan berkuasa dalam kelompok masyarakat
 Persamaan yang ada dalam unsur-unsur kebudayaan
 Perkawinan campuran atau amalgamation
 Adanya musuh bersama yang berasal dari luar
Selain faktor yang dapat mempermudah terjadinya proses asimilasi, ada pula beberapa
faktor yang dapat menghambat terjadinya asimilasi, berikut penjelasannya.
 Terisolasinya kehidupan dari suatu golongan tertentu yang ada dalam masyarakat.
 Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi.
 Munculnya perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang sedang dihadapi oleh
seseorang.
 Munculnya suatu perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan maupun kelompok
tertentu lebih tinggi dibandingkan kebudayaan dari golongan maupun kelompok yang
lain.
 Ada perbedaan ciri-ciri fisik atau badaniah seperti warna kulit, rambut, warna mata dan
lainnya.
 In group feeling atau adanya suatu perasaan yang kuat terhadap budaya dari kelompok.
 Apabila golongan minoritas mengalami suatu gangguan dari golongan yang berkuasa.

4. AKULTURASI

Akulturasi didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang muncul ketika ada sekelompok
orang yang memiliki budaya tertentu dan dihadapkan oleh unsur budaya asing. Sehingga
unsur budaya asing tersebut secara bertahap dapat diterima tanpa menyebabkan suatu
kerugian.

Kepribadian dari budaya itu sendiri, merupakan sebuah proses akulturasi yang teratur dan
dapat melibatkan integrasi elemen budaya-budaya asing dengan elemen budaya sendiri.
Budaya asing paling mudah diterima adalah generasi muda.

Dari penjelasan tentang interaksi sosial asosiatif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
interaksi sosial asosiatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini.
 Adanya suatu bentuk kerja sama.
 Ada suatu hubungan yang mengarah pada persatuan antar individu yang satu dengan
yang lainnya.
 Terjadi lebih dari satu orang jumlah pelakunya, bisa dua atau kelompok.
 Komunikasi yang terjadi antar pelaku interaksi sosial asosiatif berlangsung dengan
hubungan sosial.
 Memiliki suatu tujuan serta maksud yang baik dan jelas yang ingin dicapai oleh pihak-
pihak yang terlibat.
 Diimplementasikan oleh suatu model kinerja sosial dengan sistem tertentu.
 Memiliki nilai positif yang akan memunculkan persatuan, kesatuan dan solidaritas serta
dapat mengatasi konflik-konflik yang terjadi antar individu atau kelompok.
Beberapa manfaaat interaksi sosial Asosiatif adalah sebagai berikut ini.
 Dapat mempersatukan masyarakat untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
terjadi.
 Dapat membawa masyarakat mengarah pada kesatuan serta persatuan.
 Tidak akan menimbulkan perpecahan.
 Mencegah terjadinya suatu konflik dalam suatu kelompok atau antar individu.
 Menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas antar anggota kelompok.

INTERAKSI SOSIAL DISOSIATIF


Seperti sudah disebutkan di atas, interaksi sosial disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang
lebih mengarah kepada konflik dan perpecahan, baik individu maupun kelompok.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

1. Kompetisi
Kompetisi atau persaingan adalah bentuk interaksi sosial disosiatif, di mana orang-orang atau
kelompok-kelompok berlomba meraih tujuan yang sama. Persaingan dilakukan secara sportif
sesuai aturan tanpa adanya benturan fisik. Persaingan terjadi saat beberapa pihak
menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat
perhatian umum.
Persaingan dapat terjadi di lingkup sekolah hingga pekerjaan. Contoh, siswa bersaing dengan
teman-teman sekolah untuk meraih prestasi. Dalam kasus yang lebih luas, persaingan dapat
muncul dalam aspek yang lebih jauh, seperti persaingan ekonomi, persaingan budaya,
persaingan kedudukan dan peran, bahkan juga ras.
Persaingan bisa dikatakan berfungsi sebagai alat pengadaan seleksi sosial. Jika persaingan
yang terjadi antar pihak dapat disadari dengan pemikiran-pemikiran sehat, persaingan yang
terjadi akan berperan sebagai alat penyeleksi antara individu maupun kelompok yang
mempunyai kualitas lebih baik. Hal ini dikarenakan dalam dunia marketing sendiri, yang
mampu bertahan ialah produk-produk dengan kualitas terbaik dan harganya paling
terjangkau. Ini bisa kita lihat berdasarkan kemenangan dari produk-produk impor yang
berasal dari Korea dan Tiongkok.
Ada beberapa Fungsi Persaingan / Kompetisi, antara lain:
 Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi,
padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
 Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan
nilai yang menimbulkan konflik.
 Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan yang sesuai
dengan kemampuannya.
 Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang ada pada suatu masa
menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya.
 Sebagai alat untuk mengadalan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial.
 Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan
pembagian kerja.
Dampak dari suatu Persaingan, antara lain:
 Perubahan kepribadian seseorang.
 Kemajuan.
 Solidaritas kelompok.
 Disorganisasi.

2. Kontravensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kontravensi berarti proses persaingan yang
ditandai oleh gejala ketidakpastian mengenai pribadi seseorang dan perasaan tidak suka yang
disembunyikan terhadap kepribadian seseorang.
Secara umum, kontravensi adalah interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan atau konflik. Kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial disosiatif berupa
sikap menentang dengan tersembunyi agar tidak adanya perselisihan atau konflik terbuka.
Selain itu, kontravensi juga merupakan proses sosial dengan tanda ketidakpastian, keraguan,
penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka.
Menurut Leopold von Wise dan Howard Becker, bentuk kontravensi antara lain:
 Kontravensi umum, misal penolakan, mengancam pihak lain, dan perlawanan.
 Kontravensi sederhana, misal menyangkal pernyataan orang di depan umum.
 Kontravensi intensif, misal penghasutan atau penyebaran isu.
 Kontravensi rahasia, misal pembocoran rahasia.
 Kontravensi taktis, mengejutkan pihak lain, provokasi, dan intimidasi.

Contoh mengenai adanya kontravensi dalam masyarakat, misalnya saja adanya peristiwa
yang dilakukan melalui unjuk rasa oleh para buruh di salah satu pabrik. Unjuk rasa dilakukan
dalam upaya meluruskan kebijakan pemerintah yang tidak sesuai harapan para buruh.
Penyebab adanya kontravensi ini lebih didorong kepada kebijakan dan bisa dengan mudah
untuk mengakomodir jumlah massa.

Contoh lain mengenai kejadian yang termasuk dalam kontravensi di sekolah sebagai lembaga
pendidikan. Misalnya saja dengan adanya perbedaan pendapat yang terjadi ketika sama-sama
pelajar melakukan tugas diskusi. Pelaksanaan diskusi yang dilakukan oleh para pelajar
tersebut pada umumnya akan memberikan perbedaan yang cukup sengit, meskipun begitu
cakupan kontravensi ini tergolong dalam kontravensi positif, karena memberikan stimulus
kepercayaan diri dalam pelajar itu sendiri.

Contoh berikutnya mengenai kontravensi dalam agama. Misalnya saja mengenai kejadian
penetapan Hari Raya Idul Fitri dan pada penatapan di Bulan Syawal, banyak di antara sesama
umat Islam terjadi perbedaan. Kondisi ini dapat dikatakan sebagai contoh kontravensi dalam
agama.

Contoh kontravensi dalam lembaga politik, misalnya saja mengenai adanya pertikaian yang
dilakukan anggota DPR di gedung MPR/DPR. Pertikaian tersebut bisa didasari pada
perbedaan koalisasi partai atau dalam perbedaan pandangan untuk mencapai tujuan.
Secara sadar atau tidak disadari, pada hakikatnya dalam keseharian yang dijalani seringkali
juga mengenai kontravensi, misalnya saja sesama tetangga atau sudara, dalam bergaul
memberikan kabar yang tidak benar (memfitnah), fitnah dalam kondisi ini dinamakan dengan
kontravensi, oleh karena itulah sebisa mungkin finah dapat dihindari, karena hal ini tergolong
dalam contoh kontravensi intensif.

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa penyebab kontravensi antara lain
perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau
bisa juga dan pendirian masyarakat sau dan lainnya berbeda. Namun, yang pasti dalam
kontravensi bila tidak diberikan arahan yang baik akan mendorong terjadinya pertikaian
dalam kehidupan masyarakat.

Dampak negatif dari kontravensi adalah terjadinya perpecahan dalam suatu hubungan
masyarakat. Ketika perselisihan dan pertikaian tidak dapat dikontrol, sudah dapat dipastikan
terjadinya adalah perpecahan. Akan muncul berbagai konflik sosial yang akan mengganggu
sistem tata kehidupan bermasyarakat dan proses mobilitas dalam menjalankan tugas dan
fungsi masyarakat.

Selain itu, kontravensi juga memiliki dampak positif yang tidak bisa diabaikan. Kontravensi
dalam artian perbedaan pendapat dalam berbagai diskusi justru sangat diperlukan.
Masyarakat akan menyadari keberadaan berbagai perbedaan yang ada sehinga rasa cinta atas
indentitas diri akan semakin kuat.

3. Konflik Sosial

Konflik sosial atau pertikaian, yakni bentuk interaksi sosial disosiatif yang terjadi karena
perbedaan paham dan kepentingan antarindividu atau kelompok. Adanya konflik ditandai
dengan ancaman, kekerasan dan kontak fisik antar pihak-pihak yang bertentangan.

Pertentangan atau konflik adalah bentuk proses sosial antarperorangan atau kelompok
tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan. Pertentangan menimbulkan jurang
pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial. Umumnya, sebuah upaya dilakukan oleh
masing-masing pihak dengan cara yang tidak wajar, sehingga menimbulkan pertikaian baik
benturan fisik dan maupun kepentingan yang saling menjatuhkan.

Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, pertentangan lebih mengarah kepada kekerasan.
Sebab, tujuan pertentangan yaitu untuk menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan
kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat antara lain:
 Adanya perbedaan antar individu.
 Adanya perbedaan kebudayaan.
 Adanya perbedaan kepentingan.
 Adanya perubahan sosial.
Beberapa bentuk pertentangan/konflik yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat
antara lain:
 Pertentangan pribadi.
 Pertentangan rasial.
 Pertentangan antara kelas-kelas sosial.
 Pertentangan politik.

Akibat / Dampak yang muncul dari bentuk pertentangan / konflik antara lain:
 Tambahnya solidaritas “in-group”.
 Goyah atau retaknya persatuan kelompok.
 Perubahan kepribadian.
 Akomodasi, dominasi, dan takluknya satu pihak tertentu.

Perlu digarisbawahi, pertentangan tidak selalu berbentuk dan berdampak negatif.


Contohnya adalah pada sebuah diskusi, pertentangan diharapkan membawa tiap pihak
mencapai titik temu mengenai suatu fenomena sosial. Selama pertentangan itu tidak
berlawanan dengan pola hubungan sosial yang sudah baku dalam struktur sosial
tertentu, pertentangan dapat bermakna positif.

4. Pertikaian
Pertikaian merupakan bentuk lanjut kontravensi, artinya perselisihan sudah bersifat terbuka.
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat semakin
tajam. Pertikaian bisa muncul bila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan
atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan.

Istilah pertikaian sejatinya termasuk dalam bagian daripada konflik sosial yang terjadi
lantaran adanya perbedaan antara kepentingan dalam pemenuhan arti kebutuhan dalam
masyarakat, sehingga realitas sosial ini dianggap merugikan secara langsung, bahkan
memiliki dampak psikologis yang mendalam. Oleh karena itulah, setidaknya untuk
mengindarinya diperlukan upaya penyelesaian konflik dalam masyarakat dengan tindakan
preventif maupun represif.

Adapun definisi pertikaian menurut para ahli antara lain:


 Asep Mulyana (2017), pertikaian adalah bagian daripada proses sosial yang terjadi
dengan cara menjatuhkan dengan disertai tindakan kekerasan maupun ancaman.
 Sri Sudarmi (2009), pertikaian adalah terjadinya perselisihan dengan sifat terbuka
dengan diseratai kekerasan dan ancaman guna memenuhi kebutuhan serta keinginan
yang didapatkan.
 Mahmud (2010), pertikaian adalah adanya ketegangan yang terjadi antara individu dan
kelompok dengan langkah menentang yang disertai dengan ancaman maupun kekerasan.
Adapun untuk jenis pertikaian sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Pertikaian Individu
Pertikaian ini dilakukan secara individu yang berarti didasarkan atas masalah pribadi dan
dalam ruang lingkup kecil, sehingga pertikaian seperti ini jarang terjadi. Tentu saja terjadinya
pertikaian tersebut lebih dekat masalah-masalah keluarga yang menyebabkan disorganisasi
keluarga.
Adapun untuk contoh adanya pertikaian individu misalnya saja antara adik dan kakak dalam
satu anggota keluarga berebut untuk mempergunakan mobil. Dimana pada saat terjadi
perebutan tersebut adik maupun kakaknya saling memukul yang menyebabkan orang tuanya
menjadi marah sekaligus menengahi.

b. Pertikaian Kelompok
Pertikaian kelompok ruang lingkupnya cukup besar dibandingkan dengan pertikaian lainnya.
Pertikaian kelompok biasanya dipicu oleh masalah sara, masalah sara ini termasuk agama,
budaya, ras, atau adat istiadat yang riskan kepada perpecahan masyarakat.
Contoh pertikaian kelompok adalah kasus mengenai adanya persaingan yang sangat tajam
antara anak-anak geng motor satu dengan anak-anak geng motor lainnya. Dalam hal ini,
pertikaian terjadi atas landasan untuk mendapat eksistensi lebih di dalam masyarakat.

Pertikaian jenis ini biasanya terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi
pendorong, antara lain:
 Adanya perbedaan kepentingan, pendapat, maupun tujuan yang tidak disertai dengan
sikap penghormatan atas perbedaan yang ada.
 Terjadinya bentuk perubahan sosial secara cepat karena pergeseran nilai sosial dan
norma sosial yang tidak diterima kelompok atau inidvidu lainnya. Oleh karena itu,
kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif dibandingkan dengan dampak postif
yang didapatkanya.
 Terdapatnya perbedaan dalam sifat kebudayaan yang tidak disertai dengan adanya arti
tolerasi, sehingga pada akhirnya mengarah pada disintegrasi antarindividu ataupun
kelompok

Dampak negatif Pertikaian terhadap kehidupan sehari-hari, yaitu:


 Merusak kerukunan antar hidup manusia.
 Mendorong adanya konflik dalam kehidupan masyarakat.
 Merugikan kedua belah pihak, baik secara material ataupun non material.
 Memicu terjadinya disintegrasi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1.Modul Sosiologi kelas X, 2020, Direktorat SMA, Direktur Jenderal PAUD, Dikdas, Dikmen
2.BSE Sosilogi kelas X, Ruswanto, 2009, Departemen Pendidikan Nasional, Mefi Caraka
3.Ilmu Pengetahuan SMA kelas X, Sari Oktafiana,dkk, 2021, Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Kemendikbudristek.

Anda mungkin juga menyukai