“K O N F L I K”
Oleh :
Dosen Pengajar :
Drs. Ramli, M. Pd
1E
SekolahTinggiKesejahteraanSosial (STKS) Bandung
2014
1
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
DAFTAR ISI
Judul...............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................ i
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................... 2
Bab II Pembahasan
21. Ciri-ciri Konflik...................................................................... 3
2.2 Pengertian Konflik................................................................. 3
2.3 Jenis, Sistem Sumber, dan Pelayanan Konflik................. 4
2.4 Faktor Penyebab dan Akibat Konflik.................................... 8
2.5 Penyelesaian Konflik....................................................... 10
2.6 Pendekatan Konflik......................................................... 11
2
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia dengan latar belakang budaya yang heterogen serta kondisi
geografis yang sangat bervariatif sangat memungkinkan berpotensi terjadi konflik
sosial baik dalam skala kecil maupun luas, untuk itu negara harus memiliki aparat
yang handal dan mampu memahami heterogenitas masyarakat tersebut dengan
disertai kemampuan melakukan mediasi atau fasilitasi yang tepat sasaran dan
tidak melakukan keberpihakan yang didasarkan pada kepentingan kelompok atau
golongan maupun pribadi. Konflik adalah produk dinamika hubungan
antarkelompok, sama halnya dengan konsensus. Pengertian konflik yang paling
sederhana adalah saling memukul (configere), secara lebih luas konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang berusaha bersaing
dengan cara menyingkirkan atau menghancurkan pihak lawan. Sebagai proses
sosial konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa oleh individu
yang terlibat dalam suatu interaksi.
Konflik bagi banyak orang selalu dikonotasikan negatif, padahal tidak demikian
jika kita mampu mengelola konflik dengan cara fungsional artinya, konflik
ditimbulkan dan dirancang untuk kepentingan peningkatan produktifitas lembaga.
Konflik berdampak negative jika dikaitkan dengan tindak kekerasan, permusuhan,
penistaan, dan penguasaan. Konflik semacam ini banyak terjadi jika masing-
masing pihak yang terlibat dalam konflik lebih mengedepankan pembenaran
terhadap nilai-nilai yang dimiliki diri atau kelompoknya sehingga merasa bahwa
orang-orang diluar kelompoknya adalah pihak-pihak yang harus direndahkan dan
bahkan dilenyapkan.
Konflik juga merupakan suatu metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk
memicu produktifitas oraganisasi, Melalui teknik-teknik pengelolaan dalam
internal organisasi yang memungkinkan setiap anggota organisasi dapat memicu
persaingan yang sehat guna membangun kinerja organisasi lebih produktif, maju,
3
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
dan berkelanjutan. Adapun penanganan konflik itu sendiri bermanfaat untuk para
penyelenggara layanan publik yaitu : agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
penanganannya, agar tidak ragu dalam mengambil keputusan terutama bila
dihadapkan padapilihan yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, mendorong
petugas pelayanan publik untuk bertindak secara proporsional, menghindari
terjadinya konflik yang berkepanjangan, memastikan tegaknya supremasi hokum
Negara serta memahami berbagai penyebab timbulnya konfik.
4
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
BAB II
PEMBAHASAN
5
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam
mencapai tujuan itu.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa konflik merupakan perbedaan cara pandang yang mencakup pengalaman,
cara hidup yang khas, dan nilai yang dianut oleh individu, kelompok, komunitas,
dan unit sosial lainnya.
2. Konflik Interpersonal
6
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan
orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Maka Hal ini sering
terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan
untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok
kerja mereka.
Sistem sumber yang dapat dimanfaatkan yaitu sistem sumber informal
atau alamiah, seperti : keluarga, kerabat, sahabat atau tetangga. Sumber non-
offisial menunjuk pada lembaga-lembaga informal, seperti keluarga, kerabat,
tetangga yang biasanya memberikan dukungan emosional atau material. Selain itu
juga Karang taruna dapat dimanfaatkan sebagai sumber dalam memecahkan
konflik yang dihadapi oleh individu yang sedang berkonflik.
3. Konflik Antar Perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu
lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan
perilaku setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh
setiap anggota organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan
dengan sikap. Misalnya seorang manajer pemasaran merasa tidak senang dengan
hasil kerja manajer produksi. Akan tetapi perasaan ini tidak selalu dilakukan
secara terbuka tapi bisa juga secara diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih
lama, bisa menyebabkan ketidak selarasan dalam pengambilan keputusan.
Dalam konflik ini maka sistem sumber formal, sumber eksternal, dan
sumber offisial dapat dimanfaatkan. Pelayanan yang dapat diberikan yaitu seperti
mediasi dan negosiasi apabila konflik sudah parah.
4. Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah konflik antar
kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa
kelompok kerja yang terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu
kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain maka
manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi penghubung antara keduanya.
7
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
Hubungan pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi
dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
Dalam konflik ini maka sistem sumber formal, sumber eksternal, dan
sumber offisial dapat dimanfaatkan. Pelayanan yang dapat diberikan yaitu seperti
mediasi dan negosiasi apabila konflik sudah parah.
5. Konflik antar organisasi
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain.
Hal ini tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di
pasar yang sama. Sebagai contoh badan serikat pekerja di cocok dengan perlakuan
suatu perusahaan terhadap pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini
dimulai dari ketidaksesuaian antara para manajer sebagai individu yang mewakili
organisasi secara total. Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat
menengah kebawah bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak
luar yang berhubungan dengan bidangnya. Apabila konflik ini bisa diselesaikan
dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada kegiatan organisasi, maka
konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.
6. Konflik Sosial
Menurut Cassel Concise dalam Lacey, mengemukakan bahwa konflik
sebagai “a fight, a collision; a struggle, a contest; opposition of interest, opinion
or purposes; mental strife, agony”. Pengertian tersebut memberikan penjelasan
bahwa konflik adalah suatu pertarungan, suatu benturan; suatu pergulatan;
pertentangan kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan; pergulatan mental,
penderitaan batin. Dalam penangannya maka dapat memanfaatkan sumber sosial
yang ada dalam masyarakat apabila berkaitan dengan hukum maka LBH
(Lembaga Bantuan Hukum) sangat berperan dalam membantu masyarakat yang
berkonflik dalam konteks hukum.
Menurut Permensos Nomor 8 Tahun 2012 tentang PSKS (Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial). Dijelaskan bahwa terdapat 12 PSKS, dimana
PSKS tersebut terdapat di masyarakat sekitar dan dapat dimanfaatkan dalam
8
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesejahteraan
sosial (konflik).
B. Peranan Konflik
Ada berbagai pandangan mengenai konflik dalam organisasi. Pandangan
tradisional mengatakan bahwa konflik hanyalah merupakan gejala abnormal yang
mempunyai akibat-akibat negatif sehingga perlu dilenyapkan, antar lain :
a. Konflik hanya merugikan organisasi, karena itu harus dihindarkan dan
ditiadakan.
b. Konflik ditimbulka karena perbedaan kepribadian dan karena kegagalan
dalam kepemimpinan.
c. Konflik diselesaikan melalui pemisahan fisik atau dengan intervensi
manajemen tingkat yang lebih tinggi.
Sedangkan pandangan yang lebih maju menganggap bahwa konflik dapat
berakibat baik maupun buruk. Usaha penanganannya harus berupaya untuk
menarik hal-hal yang baik dan mengurangi hal-hal yang buruk, antara lain :
a. Konflik adalah suatu akibat yang tidak dapat dihindarkan dari interaksi
organisasional dan dapat diatasi dengan mengenali sumber-sumber
konflik.
b. Konflik pada umumnya adalah hasil dari kemajemukan sistem
organisasi konflik diselesaikan dengan cara pengenalan sebab dan
pemecahan masalah.
Dalam padangan modern ini konflik sebenarnya dapat memberikan
manfaat yang banyak bagi organisasi. Sebagai contoh pengembangan konflik
yang positif dapat digunakan sebagai ajang adu pendapat, sehingga organisasi bisa
memperoleh pendapat-pendapat yang sudah tersaring. Maka dapat diambil
kesimpulannya konflik tidak selalu merugikan organisasi selama bisa ditangani
dengan baik sehingga dapat mengarah ke inovasi dan perubahan, memberi tenaga
kepada orang bertindak, menyumbangkan perlindungan untuk hal-hal dalam
organisasi, dan merupakan unsur penting dalam analisis sistem organisasi
9
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
2.4 Faktor Penyebab dan Akibat Konflik
10
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
adalah : (a) membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan
perasaan pribadi dengan masalah, sehingga merka dapat
melakukan perundingan, dan (b) mencapai kesepakatan dalam
menemukan solusi
3. Teori Kebutuhan Manusia, yang beranggapan bahwa konflik
disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan
sosial) yang tidak terpenuhi atau terhalangi. Cara penanganannya
adalah : (a) membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk
mengenali dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang
tidak terpenuhi, dan (b) agar pihak yang mengalami konflik
mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua
pihak.
4. Teori Identitas, yang melihat konflik sebagai akibat dari identitas
yang terancam. Untuk mengatasi konflik ini adalah : (a) melakukan
loka karyadan dialog antara pihak-pihak yang terkait dengan
konflik, dan (b) menemukan kesepakatan bersama yang mengakui
kebutuhan identitas pokok semua pihak.
5. Teori kesalahpahaman antar budaya, yang menganggap konflik
sebagai produk ketidakcocokan, cara-cara berkomunikasi diantara
berbagai budaya yang berbeda, maka pengendalian konfliknya
adalah : (a) menambah pengetahuan tentang budaya pihak-pihak
yang berkonflik, (b) mengurangi stereotip negatif pihak-pihak yang
berkonflik, dan (c) meningkatkan keefektifan komunikasi antar
budaya.
6. Teori transformasi konflik, yaitu konflik yang ditimbulkan oleh
masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam bidang
sosial, budaya, dan ekonomi. Cara penanganannya adalah : (a)
mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan
terjadinya ketidaksetaraan dan ketidakadilan, (b) meningkatkan
jalinan hubungan jangka panjang diantara pihak yang berkonflik,
dan (c) mengembangkan proses sistem untuk mempromosikan
11
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
pemberdayaan, keadilam, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi,
dan pengakuan.
2.5 Penyelesaian Konflik
Adam Curle (1971) menggambarkan pergerakan dari keadaan konflik
kepada peluang untuk meyelesaikan konflik yang terjadi sampai pada situasi
damai, digambarkan dalam empat tahap utama sebagai berikut :
1. Tahap Konflik Tersembunyi
Orang masih tidak menyadari adanya ketidakseimbangan dari
kekuatan dan adanya ketidakadilan yang mempengaruhi
kehidupannya. Apabila kesadaran akan adanya konflik yang
meningkat maka timbul perubahan yaitu memasuki tahap
konfrontasi.
2. Tahap Konfrontasi
Keadaan dimana konflik diekspresikan secara terbuka, baik dengan
memilih cara kekerasan maupun tanpa kekerasan atau kombinasi
antara keduanya. Apabila tahap kedua tersebut akan menimbulkan
keseimbangan kekuatandan pengakuan eksistensi kedua pihak yang
berkonfrontasi, maka hal ini akan menuntun kepada suatu
penyelasaian konflik.
3. Tahap Negosiasi
Kedua belah pihak yang berkonflik telah menyadari adanya konflik
dan mengakui posisi dan eksistensi masing-masing pihak sehingga
memungkinkan untuk melakukan negosiasi.
4. Penyelesaian Konflik
Dengan berhasilnya negosiasi atau perundingan maka akan
mengarah pada penyelasiain konflik dan perbaikan hubungan
antara kedua belah pihak. Kondisi inilah yang disebut hidup
berkelanjutan (survive) atau mencpai situasi berkeadilan dan
damai.
12
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
1. Pendekatan negosiasi dan mediasi
Seni mediasi diperlukan bila konflik sudah semakin memburuk
sehingga diperlukan intervensi pihak ketiga untk menangani konflik-
konflik yang lebih parah. Dalam mediasi sangat diperlukan keahlian
bernegosiasi, dalam pelaksanaan tugas aparat hukum khususnya
diarahkan pada tujuan tercapainya keadilan, kebenaran penegakkan
hukum dan keamanan.
2. Pendekatan Manajemen Konflik
Bertujuan untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara
memelihara konflik tetap fungsional, dan meminimalkan akibat konflik
yang merugikan. Manajemen konflik yang efektif dapat mencapai tingkat
konflik yang optimal, yaitu menumbuhkan kreatifitas anggota,
menciptakan inovasi, mendorong perubahan dan bersikap kritis terhadap
perkembangan lingkungan. Penyelesaian konflik tersebut merupakan
tindakan yang dilakukan pimpinan dan dalam menghadapi pihak-pihak
yang sedang berkonflik (konflik organisasi), pemimpin menggunakan
metode : dominasi, kompromis atau pemecahan masalah secara integratif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
positif dan negatif. Dikatakan positif, jika konflik menyelesaikan masalah dan
menciptakan perubahan secara positif. Sedangkan dikatakan negatif, jika konflik
tidak menyelesaikan masalah bahkan menciptakan masalah baru. Negara
Indonesia dengan latar belakang budaya yang heterogen serta kondisi geografis
yang sangat bervariasi sangat memungkinkan berpotensi terjadi konflik sosial
baik dalam skala kecil maupun luas, untuk itu, negara harus memiliki aparat yang
handal dan mampu memahami heterogenitas masyarakat tersebut dengan disertai
kemampuan melakukan mediasi atau fasilitasi yang tepat sasaran dan tidak
melakukan keberpihakan yang didasarkan pada kepentingan kelompok atau
golongan maupun pribadi. Memiliki pemahaman yang luas tentang skala evolusi,
penyebab dan penanganan konflik, diharapkan konflik-konflik yang terjadi dapat
dikelola dengan baik sehingga dapat merubah yang selama ini berpotensi merusak
menjadi kondisi yang dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
14
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014
4. http://raitetsu.wordpress.com/2009/11/29/jenis-jenis-konflik/, diambil
pada hari Sabtu, 12 April 2014 18:17 WIB
5. http://mohammad-darry-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-84583-
Sosiologi%20Hukum-Fungsi%20dan%20Peranan%20Lembaga
%20Bantuan%20Hukum%20Struktural.html, diambil pada hari Sabtu, 12
April 2014 18:17 WIB
6. http://erlinaheria.blogspot.com/2012/10/sistem-sumber-menurut-para-
ahli.html, hari Sabtu, 12 April 2014 18:17 WIB
15
Analisis Masalah Sosial “Konflik” 1E 2014