Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

PENGARUH KONFLIK INDIVIDU DALAM TATA KELOLA KEHIDUPAN


BERORGANISASI DI KOMUNITAS BELAJAR SABALAD

KELOMPOK:
JUJUN JUNAEDI
U SIROJUL
FAHMI

MANAGEMEN PENDIDIKAN ISLAM


STITNU-AL-FARABI PANGANDARAN
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konflik
2.2 Konflik dalam diri individu
2.3 Tata kelola kehidupan berorganisasi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penulisa
3.2 Metode Penulisan
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Uji Analisis
3.5 Uji Keabsahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA
4.1 Konflik individu dalam organisasi
4.2 Tata kelola kehidupan berorganisasi
4.3 Pengaruh konflik terhadap tata kelola organisasi Komunitas
Belajar Sabalad
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran :
1. Biodata Peneliti
2. Surat Keterangan riset dari objek penelitian
Abstrak
Sadar atau tidak sadar bahwa konflik dapat terjadi di mana saja dalam setiap
situasi, suatu indikator menunjukkan bahwa ketika sistem komunikasi dan
informasi tidak memenuhi target maka akan timbul miskomunikasi atau
kesalahpahaman antara dua pihak atau lebih maka akan terjadi konflik.
Secara alami, konflik dapat muncul sebagai penyebab seperti yang
ditunjukkan di atas. Konflik adalah pertempuran atau pertikaian antar
individu atau kelompok organisasi hingga bentrokan antar negara yang
akibatnya menimbulkan perang antar negara. Namun, terlepas dari besarnya
masalah, konflik dapat diselesaikan dengan banyak cara. Misalnya dengan
menggunakan kekuasaan, konfrontasi, kompromi, situasi tenang dan, mundur
dari posisi.
Kata Kunci : Konflik, Organisasi, individu

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik dapat muncul karena perbedaan makna yang disebabkan
oleh pengalaman yang berbeda. Perbedaan pengalaman dapat dilihat dari
latar belakang budaya yang berbeda sehingga membentuk kepribadian yang
berbeda pula. Orang dipengaruhi oleh pola pikir dan pendidikan
kelompoknya. Perbedaan pemikiran dan sikap tersebut pada akhirnya
menimbulkan perbedaan kepribadian individu yang dapat menimbulkan
konflik.
Di semua organisasi / perusahaan, ketidaksepakatan sering disengaja atau
dibuat sebagai salah satu strategi perubahan manajemen. Perubahan ini
dapat dilakukan dengan menciptakan konflik. Namun, konflik juga dapat
terjadi secara alami karena kondisi objektif yang dapat menimbulkan
konflik. Seperti yang ditunjukkan oleh Hocker dan Wilmot (Wirawan, 2010:
8), konflik muncul ketika pihak-pihak yang berkonflik mengejar tujuan yang
berbeda. Konflik dapat terjadi karena tujuan pihak yang berseberangan sama,
tetapi cara pencapaiannya berbeda. Konflik merupakan masalah hubungan
dalam komunikasi interpersonal. Jika hubungan antarpribadi tidak berhasil,
hubungan komunikasi skala besar juga bisa salah. Dalam komunikasi
interpersonal, komunikator dan komunikator harus dapat memahami
maksud atau pesan yang disampaikan agar pesan yang disampaikan sesuai
dengan pesan yang disampaikan. Perbedaan antara pesan yang diterima dan
pesan yang disampaikan adalah penyebab utama konflik.
Ketika keduanya menyetujui interpretasi, mereka seharusnya memahami
pentingnya hubungan interpersonal. Makna interpersonal diciptakan satu
sama lain oleh partisipan dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara dua orang. Dalam komunikasi,
terjadi pertukaran pesan dengan makna interpersonal. Makna interpersonal
adalah makna yang dibentuk oleh individu dengan pengalaman hidup yang
berbeda. Pesan yang dikirimkan oleh komunikator kepada komunikator
dapat memiliki makna yang berbeda dan dapat menimbulkan masalah baru.
Setelah komunikasi antarpribadi, ada tingkat komunikasi yang lebih luas,
yaitu komunikasi kelompok kecil. Sebuah kelompok kecil terdiri dari
beberapa orang yang ingin mencapai tujuan bersama. Kelompok kecil
biasanya terdiri dari 3 sampai 7 orang, dan semakin banyak anggota yang
Anda miliki, semakin kecil kemungkinan Anda memiliki hubungan pribadi.
Ini memiliki efek menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan itu dan tetap
puas dengan pengalaman (West dan Turner, 2009: 37). Beberapa kelompok
kecil sangat tertutup. NS. Mereka memiliki tingkat kohesi yang tinggi dan
ikatan yang kuat. Kohesi ini mempengaruhi apakah kelompok ini dapat
berfungsi secara efektif dan efisien. Dalam konteks kelompok kecil, anggota
memiliki kesempatan untuk memperoleh perspektif yang berbeda tentang
topik tersebut. Dalam konteks kelompok kecil ini, banyak orang dapat
membantu mencapai tujuan kelompok. Penelitian ini dilakukan dengan
Teknik penelitian kualitatif untuk mengetahui apakah dalam tubuh
Komunitas Belajar Sabalad terdapat konflik individu yang secara langsung
berpengaruh pada stabilitas organisasi tersebut. Pengumpulana data
dilakukan dengan Teknik wawancara terhadap pelaku organisasi di
Komunitas Belajar Sabalad.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konflik individu dalam organisasi?
2. Bagaimana Tata kelola kehidupan berorganisasi?
3. Bagaimana Pengaruh konflik terhadap tata kelola organisasi Komunitas
Belajar Sabalad?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menemukan penyebab konflik individu dalam organisasi
2. Mengetahui tata kelola kehidupan berorganisasi
3. Mengemukakan solusi dalam menyelesaikan konflik terhadap tata kelola
organisasi Komunitas Belajar Sabalad
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konflik


Menurut Clinton F. Fink. Konflik adalah hubungan pisikologi yang
berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak dapat disesuaikan dan tidak dapat
dipertemukan dengan adanya stuktur nilai yang berbeda. Dalam kehidupan
sehari-hari pengertian konflik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik
dalam arti negatif, dan konflik dalam arti positif. konflik dalam arti negatif
sering dihubungkan dengan kekerasan.1
Para teoritis konflik memandang konflik dan pertentangan
kepentingan dan concern dari berbagai individu dan kelompok yang saling
bertentangan sebagai determinan utama dalam pengorganisasian kehidupan
sosial. Dengan kata lain, stuktur dasar masyarakat sangat ditertukan oleh
upaya-upaya yang dilakukan berbagai individu dan kelompok untuk
mendapatkan sumber daya yang terbatas yang akan memenuhi berbagai
kebutuhan dan keinginan mereka. Karena sumber-sumber daya ini dalam
kadar tertentu selalu terbatas, maka konflik untuk mendapatkan selalu
terjadi.2
Marx berpendapat bahwa karena konflik pada dasarnya muncul
dalam upaya memperoleh akses kekuatan-kekuatan produksi, sekali
kekuatan-kekuatan ini dikembalikan kepada kontrol seluruh masyarakat,
maka konflik dasar tersebut akan dihapuskan. Jadi ekalikapitalis digantikan
oleh sosialisme, maka kelas-kelas akan dihapuskan dan pertentangan kelas
akan berhenti.
Weber memiliki pandangan yang jauh pesimistik. Ia percaya
bahwa pertentangan merupakan salah satu prinsip kehidupan sosial yang
sangat kukuh dan tak dapat dihilangkan. Dalam suatu tipe masyarakat masa
depan, baik kapitalis, sosialis, atau tipe lainnya orang-orang akan tetap selalu
bertarung merebutkan berbagai sumber daya. Karena itu weber menduga

1
Ninek dan Yusniati, 2007:30.
2
wulansari, 2009: 180.
bahwa pembagian atau pembelaan sosial adalah ciri permanen dari semua
masyarakat yang sudah konpleks, walaupun tentu saja akan mengambil
bentuk-bentuk dan juga tingkat kekerasan yang secara substansial sangat
bervariasi.
Coser juga menyebutkan konflik itu merupakan sumber kohesi
atau perpecahan kelompok tergantung atas asal mula ketegangan. Isu
tentang konflik, cara bagaimana ketegangan itu ditangani dan yang
terpenting tipe stuktur dimana konflik itu berkembang. Berikutnya Coser
juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara konflik in-group dan
dan konflik out group antara nilai inti dengan masalah yang bersifat
pinggiran, antara konflik yang menghasilkan perubahan stuktural lawan
konflik yang disalurkan melalui lembaga-lembaga savety value, yaitu salah
satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan
kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Begitu pula pada konflik jaringan
longgar dan stuktur jatingan ketat, juga Coser membedakan antara konflik
realistis dan non realistis.3 Konflik merupakan tindakan refleksi dan
ketajaman budi dalam Ilmu-ilmu sosial. Studi mengenai konflik-konflik dalam
masyarakat merupakan stimulus utama dalam penajaman dan
pengembangan pengetahuan mengenai stuktur-stuktur dan tindakan-
tindakan sosial (Harskamp, 2005:4). Seperti konsep diatas, disimpulkan
bahwa konflik adalah fenomena sosial dalam masyarakat yang terjadi karena
adanya tindakan sosial mengenai suatu tujuan-tujuan atau tuntutan dari
sekelompok orang maupun individu yang melatar belakangi adanya
perebutan atau perbedaan pandangan dari kedua kelompok yang
bersangkutan.

2.2 Konflik dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)


Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal
conflict) :

3
Wulansari, 2009:180
1) Approach-Approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan
pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan
yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk
melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan
tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negative bagi orang yang
mengalami konflik tersebut.
3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari
dua atau lebih hal yang negative tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling
terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik
yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak
begitu fatal.

2.3 Tata Kelola Kehidupan Berorganisasi


Tata kelola organisasi adalah suatu sistem atau cara maupun proses yang
mengatur dan mengendalikan hubungan antara pihak manajemen
(pengelola) dengan seluruh pihak yang
berkepentingan (slake/wider) terhadap organisasi mengenai hak-hak dan
kewajiban mereka, yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Berdasarkan Modul Rancangan Penelitian (2019) yang
diterbitkan Ristekdikti, penelitian kualitatif bisa dipahami sebagai prosedur
riset yang memanfaatkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif
dilakukan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
dinamika sosial, sikap kepercayaan, dan persepsi seseorang atau kelompok
terhadap sesuatu. Maka, proses penelitian kualitatif dimulai dengan
menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang dikumpulkan dalam riset kemudian ditafsirkan.

3.2Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah mini riset. Mini riset adalah karya
tulis ilmiah hasil karya mahasiswa sebagai tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah. Tujuan dari mini riset ini adalah untuk mengetahui
pemikiran ataupun ide dari mahsiswa terhadap suatu pokok permasalahan
tertentu. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan cara riset pada
organisasi yang akan diteliti dengan melakukan wawancara dan studi kasus.

3.3Teknik Pengumpulan Data


Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara pada
organisasi yang akan diteliti. Metode wawancara adalah “proses tanya jawab
dalam penulisan yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan”.4

3.4 Uji Analisis


4
Supardi, 2006:99.
Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan atau conclusion drawing. Sehingga data yang sudah disusun
dan dikelompokan kemudian disajikan dengan suatu teknik atau pola bisa
ditarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian dilakukan
setelah proses wawancara pada subjek penelitian.

3.5Uji Keabsahan

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kulaitatif ini meliputi


uji kredibilitas,transfebilitas, dependailitas dan konfimabilitas. Dibuktikan
dengan surat keterangan telah melakukan penelitian di organisasi yang
dituju.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konflik Individu Dalam Organisasi
Konflik dapat muncul karena salah satu pihak merasa tersinggung.
Kerugian ini tidak hanya signifikan, mungkin juga tidak signifikan. Secara
umum konflik yang terjadi pada Komunitas Belajar Sabalad adalah:
1. Perbedaan Konflik dapat muncul karena perbedaan pendapat yang
dianggap paling tepat oleh masing-masing pihak. Jika perbedaan ini
cukup tajam, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ketegangan.
2. Kesalahpahaman Kesalahpahaman juga dapat menyebabkan konflik.
Misalnya, tindakan seseorang mungkin bermaksud baik, sementara yang
lain menganggapnya berbahaya.
3. Salah satu atau kedua belah pihak tersinggung. Satu tindakan dapat
dianggap berbahaya bagi yang lain, atau masing-masing mungkin merasa
berbahaya bagi yang lain. Tentu saja, orang yang terluka kurang berbelas
kasih dan bahkan tidak disukai. Perasaan ini dapat menyebabkan konflik.
4. Emosi Terlalu Peka Terlalu Peka Emosi mungkin normal, tetapi
dianggap berbahaya oleh orang lain. Oleh karena itu, dari sudut hukum
atau etika yang berlaku, tindakan ini sebenarnya tidak melanggar hukum,
tetapi karena pihak lain terlalu peka terhadap emosinya, masih dianggap
merugikan dan dapat menimbulkan perselisihan.
Keempat konflik di atas disebabkan oleh sebab-sebab internal, tetapi
pada kenyataannya konflik-konflik tersebut dapat disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal.
4.2 Tata kelola kehidupan berorganisasi
Organisasi berbasis komunitas atau komunitas adalah organisasi yang
terdiri dari komunitas dan dapat melayani banyak komunitas. Organisasi
adalah sarana untuk mencapai tujuan dan forum untuk kegiatan orang-
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Organisasi, khususnya
CBO, memiliki struktur administrasi umum yang terdiri dari ketua, wakil
ketua, sekretaris, akuntansi, hubungan masyarakat, dan departemen.
Dalam struktur organisasi, terdapat hubungan antara ketua, wakil, dan
manajer dalam struktur kepengurusan, serta antara tugas, wewenang,
dan tanggung jawab. Masing-masing bagian tersebut memiliki tugas dan
fungsi yang berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain.
Komunitas belajar sabalad merupakan organisasi yang berbasis Open and
Participatory Culture. Jenis ini ditandai dengan adanya pencapaian tujuan
hasil yang tinggi dan didukung dengan adanya rasa saling percaya pada
bawahan, sifat komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang suportif
dan perhatian penuh, menyelesaikan masalah bersama, otonomi pekerja,
dan berbagi seluruh informasi yang ada.
4.3Pengaruh konflik terhadap tata kelola organisasi Komunitas
Belajar Sabalad
Komunitas belajar sabalad berdiri sejak tahun 2012, dan mengalami
beberapa konflik dalam kurun waktu produktifnya selama 5 tahun.
Konflik yang sering terjadi adalah konflik individu dan kelompok, konflik
perbedaan pendapat dan konflik material.
Karena komunitas belajar sabalad merupakan komunitas yang terbuka
dan gerakannya bersifat kultural mengakibatkan konflik individu tidak
dapat dimediasi secara efektif karena adanya kesetaraan posisi dalam
komunitas tersebut. Konflik pribadi pada akhirnya mengakar dan
berbuah menjadi konflik antar kelompok. Adanya kelompok yang pro
pada individu A dan kelompok yang pro pada individu B. Anita Taylor
(Rakhmat, 1999:119) mengatakan komunikasi interpersonal yang efektif
meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang
paling penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan
interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. 5
Organisasi yang bersifat terbuka memungkinkan banyak pemikiran yang
masuk, di satu sisi itu baik dalam segi inovasi organisasi tapi di sisi lain
menyebabkan konflik idealisme yang berkepanjangan sehingga pada
akhirnya itu sulit dimediasi karena lemahnya peran organisasi dalam
menyelsaikan masalah.

5
Anita Taylor (Rakhmat, 1999:119)
Organisasi berbasis komunitas merupakan kumpulan orang orang yang
secara sukarela mau berkontribusi dan berkegiatan di komunitas
sehingga laju organisasi tergantung pada kontribusi anggota pada
organisasi baik itu secara material atau hal lain. Sehingga tak jarang
anggota organisasi yang merasa keberatan kalau materi mereka terpakai
lebih banyak dari anggota yang lainnya. Buntut permaslaahnya roda
organisasi tidak berputar. Komunikasi kelompok yang baik tentu akan
memecahkan permasalahan pada masing masing individu. Komunikasi
kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada
saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan
deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta
bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus
ditempuh (Alvin, 2006:8).6
Keberlangsung Komunitas Belajar Sabalad sebagai sebuah entitas yang
sampai saat ini masih hidup namun roda organisasi yang tidak berjalan.
Seakan mati suri komunitas belajar sabalad hanya tinggal nama.
Lemahnya kaderisasi menyebabkan organisasi tidak berjalan sebagai
mana mestinya dulu.

6
Alvin, 2006:8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan Saran
Penyelesaian konflik dalam organisasi semacam itu adalah kreatif dan
konstruktif, itulah yang kita semua inginkan. Artinya, tercapainya
keharmonisan antar anggota yang menunjukkan sikap, perilaku, dan perilaku
yang harmonis. Orang-orang menoleransi sifat menyimpang dari satu atau
lebih anggota organisasi selama karakteristik tersebut mengarah pada
perbaikan organisasi. Perbedaan pendapat antara anggota organisasi adalah
semacam "hak mereka". Konflik yang muncul adalah menciptakan pilihan
yang lebih baik bagi semua anggota, yang memilih pilihan terbaik dari pilihan
tersebut sesuai dengan hak dan kewajibannya. Jangan berasumsi bahwa
organisasi Anda gagal karena konflik. Konflik sesulit apapun adalah dengan
melihat masalah, menempatkannya dalam hubungan yang rasional,
mengenali rintangan dan rintangan yang berada di luar kemampuan kita, dan
mentaati aturan main yang kita sepakati bersama. , Anggota sendiri dapat
menyelesaikannya, dan berusaha untuk secara konsisten menerapkan
keputusan yang disepakati bersama. Dengan demikian persatuan dan
kesatuan anggota organisasi dijamin dapat tercapai atau terpelihara sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai dengan lancar. Oleh karena itu, konflik dapat
mengarah pada inovasi dan perubahan. Anda dapat membuat orang
melakukan aktivitas mereka dan mengembangkan perlindungan terhadap
pihak yang rentan dalam organisasi Anda. Faktor-faktor ini menunjukkan
bahwa konflik dapat dikelola agar bermanfaat, daripada menghambat
pencapaian tujuan dalam organisasi modern.
DAFTAR PUSTAKA
Murwani, Santosa. Pedoman Tesis dan Desertasi Jakarta: Uhamka
Press. 2008.
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
Covey. Stephen R. 2008.
The 8th Habit. Jakarta: Gramedia Hikmat, 2009. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia.
Timpe, A. Dale. Memimpin Manusia, Jakarta: Gramedia 1991
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi dan Penelitian.
Jakarta: Salemba Humanika.2010
Andri Wahyudi, Konflik, Konsep Teori dan Permasalahan 15 Wirawan. Teori
Kepemimpinan. Jakarta: Uhamak Press. 2002
Athif Roihan Natsir Ketua komunitas sabalad periode 2017-2020 dalam
wawancara. Parigi, 2021
M. C. Shukla, Business Organization and Management, S. Chand & Company
Ltd., Ram Nagar, New Delhi. 1980.
Sukanto Reksohadiprodjo, 1984, Dasar-dasar Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
V. A. Thompson, 1961, Modern Organization, Alfred A. Knopf, New York.
Warren G. Bennis, 1966, Changing Organizations, McGraw-Hill, New York

Anda mungkin juga menyukai