Anda di halaman 1dari 5

ESAI PENYELESAIAN SENGKETA KEHUTANAN

DI LUAR PENNGADILANN BERDASARKAN UU


KEHUTANAN NOMOR 41 TAHUN 1999

Dosen : Ubaidillah Kamal, S.H., M.H.

Nama : Vidiya Indriani Idris


NIM : 8111417187

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2020
A. Pendahuluan

Peyelesaian sengketa kehutanan dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu melalui pengadilan
atau di luar pengadilan (alternatve dispute Resolution) berdasarkan piilihan secara sukarela para
pihak yang bersengketa. Gaya para pihak menghadapi sengketa (conflict style) diperlukan guna
penyelenggaraan penyelesaian sengketa yang efektif. Aktor utama dan aktor pendukung serta
kepentingan/peran dan pengaruh atau kekuasaan serta hubungannya perlu dipetakan dengan
seksama. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelesaian konflik berdasarkan gaya
para pihak tersebut adalah sesuatu yang perlu dijawab.

Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berhadapan dengan konflik
yang mewarnai kehidupan, berawal daripermasalahan yang mengiringi setiap aktivitas dalam
kehidupan manusia.Bervariasinya permasalahan yang menimbulkan konflik tentunya tidakselalu
dapat diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya denganhasil dari pemecahan masalah
yang dapat diterima bagi para pihak yangberselisih bahkan tidak jarang berujung pada
munculnya sengketa.Namun sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna,
manusiatentunya senantiasa mengusahakan dan berupaya dengan berbagai caraterbaik untuk
tercapainya solusi yang diinginkan, sehingga terciptanyakeseimbangan dan keselarasan dalam
kehidupan manusia. Oleh Karenaitu diharapkan bukan hanya adanya pihak yang menang atau
kalah namunlebih diupayakan dapat melahirkan kesepakatan antara pihak-pihak yangbersengketa
dengan mufakat dirasakan dapat memenuhi keinginan para pihak tersebut (win-win solution).

Penyelesaian sengketa dihadapkan pada proses yang dijalani olehpara pihak tanpa dibantu
oleh pihak-pihak lain yang tidak mempunyaikepentingan terhadap berlanjutnya sengketa yang
ada. Menurut teori dariCochrane hadap yang mengatakan bahwa yang mengontrol hubungan-
hubungan sosial itu adalah masyarakat itu sendiri, artinya bahwa padadasarnya masyarakat itu
sendiri yang aktif menemukan, memilih, dan menentukan hukum sendiri.
B. Pembahasan

Perbedaan penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini merupakanalternatif yang dapat


dipilih dalam penyelesaian sengketa yang munculakibat berkembangnya konflik yang ada. Cara
inipun terus berkembang diberbagai Negara belahan dunia yang akhirnya sampai di Indonesia
jugaberkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang terusmerambat dalam
kehidupan masyarakat. Dengan adanya kemudahan dan euntungan yang dapat dirasakan para
pihak yang bersengketa tentunyaakan diminati oleh para pencari keadilan. Dalam Pasal 1 angka
(10)Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatifPenyelesaian
Sengketa, bahwa “alternatif penyelesaian sengketa adalahlembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yangdisepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan carakonsultasi, negosiasi, mediasi, konsilisasi, atau penilaian ahli”.

Secara umum pranata penyelesian sengketa alternatif dapatdigolongkan ke dalam:

1.Mediasi
2.Konsiliasi
3.Arbitrase

Penyelesaian sengketa yang biasa digunakan bagi para pihak yangbersengketa salah satu
cara dilakukan melalui mediasi yang merupakancara pemecahan masalah dengan tujuan untuk
mencapai kesepakan parapihak yang bersengketa sesuai dengan apa yang diharapkan tanpa
adanyapihak yang dirugikan, melalui pihak penengah yang juga merupakanpenasehat bagi para
pihak tersebut yang lazimnya disebut danganmediator, dan dilakukan di luar pengadilan (non
litigasi). Perkara yang ada di tengah masyarakat ini tidak hanya dalam halmasalah keluarga
tetapi juga terjadi bagi pelaku usaha dan masyarakatbahkan bisa melibatkan pemerintah.

Stakeholder atau aktor dalam konflik tenurial adalah individu atau grup yang
memiliki kepentingan langsung pada lahan (stakeholder utama), sementara pengelola lahan,
pengguna lahan adalah pihak yang secara tidak langsung mendukung atau menerima akibat
konflik. Konflik adalah suatu benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan
adanya perbedaan cara pandang, kepentingan, nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan
sumberdaya. Aktor atau pihak yang berkonflik selanjutnya disebut subyek konflik. Subyek
konflik didefinisikan sebagai pelaku yang terlibat dalam konflik sistem penguasaan tanah baik
yang mempengaruhi ataupun dipenga-ruhi, sehingga analisis aktor termasuk aktor yang
secara langsung mempunyai hak atas lahan (aktor utama) dan aktor yang memiliki pengaruh
untuk memperkuat klaim dibelakang hak yang lain (aktor pendukung). Dalam penelitian ini
selanjutnya subyek konflik disebut aktor konflik. Masyarakat mempengaruhui kebijakan dan
kelembagaan, dan bagaimana kebijakan dan kelembagaan mempengaruhi masyarakat.

C. Penutup

Penyelesaian sengketa kehutanan ada 2 cara melalui pengadilan, yaitu gua memperoleh
putusan mengenai pengembalian suatu hak, sedangkan penyelesaian sengketa kehutanan di luar
pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU Kehutanan No.
41 tahun 1999. Penyelesaian sengketa kehutanan di luar pengadilan dimaksudkan untuk
mencapai kesepakatan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi, dan atau
mengenai bentuk tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan fungsi hutan. Dalam
hal ini dapat digunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk bersama oleh para pihak dan atau
pendampingan organisasi non-pemerintah untuk membantu penyelesaian sengketa kehutanan.

Dapat disimpulkan penyelesaian sengketa kehutanan yang sangat erat dengan kehidupan
masyarakat yang komunal ebih manusiawi menggunakan jalur non-penngadilan. Hal tersebut
dapat menyiptakan win-win solution bagi kedua belah pihak, yag sudah pasti akan
menguntunkan masyarakat, dimana kesepakatan ata keputusan yang tercipta sesuai dengan
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Lain hal nya jika melalui pengadilan, disamping proses yang
panjang, pengurusan admiistratif akan menyusahkan masyarakat, dan kerana ini menyangkut
lingkungan, hal tersebut akan sangat riskan jika penyelesaian masalahnya berlagsung cukup
lama.
Daftar Pustaka

Riska Fitriani, Penyelesaian Sengketa Lahan Hutan Melalui Proses Mediasi Di Kabupaten
Siak, Jalan Durian Sukajadi, Pekanbaru

Gamin, Bramasto Nugroho, Hariadi Kartodihardjo, Lala M. Kolopaking & Rizaldi Boer,
Menyelesaikan Konflik Penguasaan Kawasan Hutan Melalui Pendekatan Gaya Sengketa Para
Pihak Di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lakitan, Institut Pertanian Bogor, 2014

Didik Suharjito, Proses Penyelesaian Sengketa Lahan Hutan: Suatu Kajian Antropologi
Hukum, 2001

Ade Saptomo, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Sebuah Kajian AlternativeDispute


Resolution, Fakultas Hukum kultas Hukum Universitas Andalas, Padang, Sumbar, 2001,hlm.5

Andingankan dan Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, RajawaliPers,


Jakarta, 2002, hlm.2-4.

Anda mungkin juga menyukai