NPM : 110110170271
Pendahuluan
1
Aan Ansori, “Digitalisasi Ekonomi Syariah”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol 7, No. 1, 2016, hlm.
2.
mengandalkan teknologi internet serta daya pikir manusia dalam penerapannya.
Ekonomi digital merupakan suatu hal yang menandakan perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang, ditandai dengan semakin
pesatnya perkembangan bisnis atau transaksi perdagangan yang menggunakan
layanan internet sebagai media dalam berkomunikasi, kolaborasi dan bekerjasama
antar perusahaan atau individu. 2 Konsep ekonomi digital pertama kali diperkenalkan
oleh Don Tapscott, yaitu sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai
karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses
instrumen, kapasitas, dan pemrosesan informasi. Komponen ekonomi digital yang
berhasil diidentifikasi pertama kalinya yaitu industri teknologi, informasi, dan
komunikasi (TIK), aktivitas e-commerce, serta distribusi digital barang dan jasa3.
Pembahasan
2
Nidya Waras Sayekti, “Tantangan Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia”, Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI, Vol. 10, No. 5, 2018, hlm 20
3
Don Tapscott, The Digital Economy :Promise and Peril in The Age of Networked Intelligence, New
York:McGraw-Hill, 1995
4
Dr.Danrivanto Budhijanto S.H, LL.M in IT Law, FCBArb, Blokchain Law:Yurisdiksi Virtual & Ekonomi Digital,
Bandung:Logoz Publishing, 2021, hlm.2
5
Ibid.
Aspek Teoritikal Hukum Ekonomi Digital di Indonesia
- Sikap mental pemerintah dan warga negara. Sebagai negara hukum, baik
pemerintah maupun warga negara haruslah menaati hukum yang berlaku.
Pemerintah sebagai pihak yang berkuasa, harus bertindak dalam batas-batas
kewenangannya, begitu juga bagi warga negara.
Dalam konteks ranah hukum siber (cyberlaw), perlu dipahami terlebih dahulu apa itu
terminologi cyber world (dunia siber) yang menjadi objek di dalam pengaturannya
dan pengamatannya. Cyber world atau dunia siber diartikan sebagai dunia tanpa
batas fisik, sehingga legislasi nasional dan internasional yang mengaturnya memiliki
6
Lihat dalam Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Bandung:Alumni, 2006
sifat yurisdiksi virtual, hal ini dikarenakan sebagai objek ia memiliki sifat multibahasa,
multikultural, multireligi, dan multirateral 7. Sifat dari dunia siber yang virtual dan
tanpa batas fisik, menjadikan dirinya sebagai objek dari kaidah hukum yang bersifat
baru, khusus dan unik, sehingga terus menerus mengalami perkembangan dalam
pengaturannya. Di dalam hegemoni revolusi industri 4.0 yang sedang terjadi pada
saat ini, masyarakat terus berkembang dan beradaptasi akan perubahan yang
diciptakan fenomena tersebut. Revolusi Industri 4.0, menjadikan manusia kini
mendobrak keterbatasan yang ada, dari yang sebelumnya dalam berkomunikasi dan
bertukar informasi harus dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung
dengan perantara tradisional, kini manusia dapat berkomunikasi dan bertukar
informasi baik merasakan secara langsung maupun tidak langsung melalui alam
virtual berbasis teknologi informasi yang bergerak dalam jaringan internet. Dalam
perkembangannya, paradigma hukum siber mengalami pembabakan yang pada
sebagai suatu kesatuan akan kaidah hukum siber, babak tersebut tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pembabakan tersebut adalah,
Lex Informatica, Lex Internetica, Lex Digital Informatica, dan Lex Cryptographica 8.
Dalam konteks hukum ekonomi digital, istilah ini merupakan kombinasi dari konsep
hukum ekonomi dengan hukum siber sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya. Hukum ekonomi merupakan istilah yang berkembang pertama kali di
Perancis dengan nama droit e’conomique yang dipakai oleh Gerard Farjat setelah
berkembang Perang Dunia Ke Dua menjadi droit de l’economie14.Droit de e’conomie
merupakan kaidah hukum administrasi negara yang mulai sekitar tahun 1930
diadakan untuk membatasi kebebasan pasar di Perancis, untuk keadilan ekonomi
bagi rakyat miskin, agar tidak hanya kaum berduit saja yang dapat memenuhi
kebutuhannya akan pangan, tetapi rakyat petani dan buruh juga tidak akan mati
kelaparan15. Istilah droit de e’conomie kemudian dipakai dalam Bahasa Belanda
menjadi economisch recht yang memiliki konotasi berbeda dengan arti economic
law dalam istilah hukum Amerika Serikat 16. Di Indonesia sendiri hukum ekonomi
dapat dikategorikan sebagai berikut17:
12
Ibid, hlm.68
13
Ibid, hlm.116
14
C.F.G Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bandung:Bina Cipta-Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 1988, hlm 42-43
15
Ibid.
16
Ibid, hlm 45-46
17
Dr.Danrivanto Budhijanto S.H, LL.M in IT Law, FCArb, Hukum Ekonomi Digital di Indonesia, Bandung:Logoz
Publishing, 2019, hlm. 29-30
b. Hukum Ekonomi Sosial, yang menyangkut pengaturan dan pemikiran hukum
mengenai tata-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi nasional itu
secara adil dan merata, sesuai dengan martabat kemanusiaan; dan
c. Hukum Ekonomi Digital, yang menyangkut pengaturan dan pemikiran hukum
mengenai cara-cara meregulasi, memfasilitasi, dan mengakselerasi
pembangunan ekonomi nasional berbasis teknologi digital dan demokratisasi
ekonomi bersama dalam yurisdiksi virtual di Indonesia. Singkatnya, hukum
ekonomi digital adalah platform untuk mengantisipasi percepatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan pemanfaatan infrastruktur digital,
model-model bisnis disrupsi, dan inovasi teknologi informasi yang masif.
Revolusi industri 4.0 merupakan istilah teoritis dan faktual dari perkembangan
teknologi-teknologi terkini yang sangat pesat dengan berbasis data internet dan
jaringan internet serta big data18. Revolusi industri 4.0 pada dasarnya berbeda
dengan ditandai berbagai teknologi terbaru yang menggabungkan dunia fisik, digital,
dan biologis, serta mempengaruhi berbagai disiplin ilmu, ekonomi, dan industri,
bahkan lebih jauh lagi ide-ide yang menantang tentang “apa” artinya menjadi
manusia19. Melalui revolusi industri 4.0 ini, lahirlah teknologi big data, blockchain,
internet of things, artificial intelegence, learning machine, dan robotic20.
18
Danrivanto Budhijanto, Cyberlaw 4.0, Op.cit, hlm.114
19
Ibid.
20
Danrivanto Budhijanto, Blockchain Law:Yurisdiksi Virtual dan Ekonomi Digital, hlm.4
21
Ibid, hlm.4
22
Ibid.
Salah satu aplikasi dengan teknologi blcokchain yang sedang ramai saat ini adalah
mata uang kripto atau dikenal juga dengan cryptocurrency atau dikenal juga sebagai
mata uang kripto. Sejarah mencatat, hegemoni mata uang kripto dimulai pada pada
akhir tahun 2008 melalui seorang programmer yang bernama Satoshi Nakamoto
yang menciptakan sebuah mata uang kripto baru yang bernama Bitcoin 23.
Munculnya Bitcoin merupakan suatu bentuk keinginan untuk dapat bertransaksi
daring dengan mudah tanpa harus melibatkan pihak ke tiga (Lembaga
Keuangan/Pemerintah), sehingga hal-hal yang muncul akibat terlibatnya pihak ke
tiga dapat dihilangkan, misalnya biaya transfer dsb 24. Cara kerja teknologi
blockchain dalam Bitcoin dapat dijelaskan sebagai berikut 25: blockchain merupakan
kumpulan yang terdiri dari lebih satu blok dengan membentuk rantai. Setiap rantinya
memiliki tiga elemen, yakni data, nilai hash dari blok, dan nilai hash dari blok
sebelumnya. Data yang disimpan pada Bitcoin akan berisi detail transaksi seperti
penerima, pengirim, dan nilai koin. Setiap pengguna Bitcoin dapat mulai
menggunakannya setelah menginstall aplikasi wallet Bitcoin pada komputer atau
telepon selular yang secara otomatis akan membuat alamat Bitcoin. Kemudian
ketika melakukan transaksi, cara kerjanya ialah melalui transfer nilai antar wallet
Bitcoin yang dimasukkan ke dalam blockchain. Wallet Bitcoin kemudian menyimpan
sebagian data rahasia yang disebut seed yang berfungsi sebagai penandatanganan
transaksi. Setiap transaksi disiarkan ke dalam jaringan melalui proses yang disebut
mining. Proses mining dilakukan untuk mengonfirmasi antrian transaksi dengan
memasukkannya ke dalam blockchain. Kemudian agar dapat dikonfirmasi, transaksi
harus dirangkai dalam sebuah blok yang sesuai dengan aturan kriptografi dan akan
diverifikasi oleh jaringan26.
Bitcoin sendiri, sebagai mata uang kripto pada dasarnya tidak memiliki kedudukan
hukum sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia. Hal ini dengan tegas
tertuang dalam Pasal 1 angka 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang, yang menyatakan bahwa:
23
Ferry Mulyanto, Pemanfaatan Cryptocurrency sebagai Penerapan mata Uang Rupiah Ke Dalam Bentuk
Digital Menggunakan Teknologi Bitcoin, Indonesian Journal on Networking and Security, Vol.4,No.4, 2015,
hlm.19
24
Rina Candra Noorsanti, Heribertus Yulianton, Kristhoporus Hardiono, Blockchain-Teknologi Mata Uang
Kripto (Crypto Currency), Prosiding SENDI_U 2018, hlm.2
25
Ibid
26
Bitcoin, dalam Bagaimana cara kerja Bitcoin? - Bitcoin, diakses pada Sabtu, 12 Juni 2021, Pukul 16.20 WIB
“Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah”
a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang terlebih dahulu kepada penerbit
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam media server atau chip, dan
c. Nilai uang elektronik dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan 28.
Dengan kata lain, uang elektronik Rupiah, diterbitkan terlebih dahulu kepada
penerbit selaku pihak ke tiga atas dasar nilai uang. Hal tersebut tentu berbeda
dengan mata uang kripto yang dapat melakukan transaksi tanpa adanya pihak ke
tiga.
Pengertian tersebut secara teknis mirip dengan cara kerja dari cryptocurrency yang
menggunakan teknologi blockchain, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedudukan
hukum aset kripto tidak dapat dipersamakan dengan uang Rupiah elektronik
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018
tentang Uang Elektronik. Aset kripto dalam hal ini hanya diakui sebagai aset yang
diperdagangkan dalam Bursa Berjangka yang telah memperoleh persetujuan dari
Kepala Bappebti30. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dalam hal ini
telah memberikan pengaturan mengenai kegiatan transaksional aset kripto yang
dilakukan di Indonesia, dimana pelaksanaannya hanya dapat difasilitasi oleh Bursa
Berjagka yang dapat menunjuk Pedagang Fisik Aset Kripto dengan persetujuan dari
Kepala Bappebti31 . Kini dengan adanya peraturan tersebut, perdagangan aset kripto
di Indonesia telah berupaya untuk memenuhi rasa kepastian hukum serta membantu
mengakselerasi inovasi, pertumbuhan, dan perkembangan kegiatan usaha yang
menggunakan aset kripto.
Revolusi industri 4.0 telah membawa tantangan baru bagi kehidupan manusia.
Perkembangan yang luar biasanya cepatnya telah berdampak pada perubahan
teknologi dan sosial. Dalam hal ini, untuk memastikan hasil yang tepat jika hanya
mengandalkan produk hukum legislasi dan insentif dari Pemerintah, merupakan
suatu hal yang keliru, karena pada saat diterapkannya suatu legislasi dan insentif
29
Lihat Pasal 1 Angka 7. Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019
tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka
30
Lihat Pasal 5 ayat (1) Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019
tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka
31
Lihat Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 7 ayat (1) Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor
5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa
Berjangka
dari Pemerintah bisa jadi sudah tertinggal zamannya 32. Permasalahan tersebut
kemudian diartikulasikan dalam buku white paper yang diterbitkan oleh World
Economic Forum pada November 2016, dalam buku tersebut dijelaskan,
“Mengingat revolusi indsutri 4.0 memiliki dampak yang sangat cepat dalam
perubahan teknologi dan sosial, hanya mengandalkan undang-undang dan regulasi
dari pemerintah untuk memastikan hasil yang tepat sangatlah keliru. Hal ini
cenderung ketinggalan zaman atau mubazir ketika hal undang-undang dan regulasi
pemerintah diimplementasikan”
Maksud dari white paper tersebut ialah, cara yang terbaik untuk memastikan hasil
positif dalam ekosistem yang rumit adalah dengan beroperasi dengan nilai dasar
yang jelas, misalnya dengan cara berfokus pada prinsip-prinsip dasar seperti
martabat manusia dan kebaikan bersama 33. Prinsip comply or explain dalam hal ini
memungkinkan sejumlah jalan keluarn dengan memberikan opsi kepada
perusahaan untuk menghindari kepatuhan yang tidak substantif dengan
menjelaskan kapan prinsip tertentu tidak berlaku bagi mereka 34. Kita tidak dapat
mengelak bahwasannya ekosistem global yang kompleks akan membutuhkan
kekhususan teknologi informasi di sebagian besar wilayah di dunia, kemudian
sebagai implikasi dari hal tersebut tantangannya ialah untuk menunjukan bahwa
landasan etika tidak boleh diremehkan. Dalam hal ini, peran hukum sangatlah
penting untuk mencapai ketertiban dan kemanfaatan dalam mencapai tujuan
masyarakat35. Pengertian hukum dalam hal ini harus dimaknai sebagai sekumpulan
asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia, meliputi pula proses dan
lembaga dalam mewujudkan hukum tersebut menjadi kenyataan. Pengertian hukum
merupakan pengertian hukum yang digagas oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja 36.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan cepatnya perkembangan teknologi dalam
revolusi industri 4.0 telah mengubah kondisi sosial masyarakat saat ini. Hukum jika
hanya dilihat sebagai peraturan perundang-undangan saja, tentu ia akan sangat
kaku dalam menjangkau pesatnya perkembangan teknologi. Rasa ketertiban,
keadilan, dan kebermanfaatan yang dibutuhkan masyarakat sebagaimana tujuan
dari hukum itu sendiri, tidak hanya dapat dipenuhi oleh peraturan perundang-
32
Danrivanto Budhijanto, Blockchain Law, Op.cit, hlm.63
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Ibid.
36
Mochtar Kusumaatmadja, Op.cit, hlm.vi
undangan saja. Dalam hal ini, peran asas hukum, lembaga, dan proses sangatlah
bersifat fundamental dalam menjangkau kebutuhan akan rasa ketertiban, keadilan,
dan kebermanfaatan dari pesatnya laju perkembangan teknologi dalam hegemoni
revolusi industri 4.0. Teknologi blockchain yang menjadi dasar dari cryptonomic di
Indonesia yang menjadi realitas baru dari peradaban manusia pada abad digital
informasi harus berartikulasi dengan asas hukum, kaidah hukum, lembaga, dan
proses. Sehingga tujuan dari dikembangkannya teknologi blockchain yang menjadi
dasar dari cryptonomic, dapat memenuhi rasa keadilan, ketertiban, dan
kebermanfaatan dalam masyarakat.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah mengubah beragam hal yang
menyangkut aspek kehidupan manusia. Khusus dalam aspek ekonomi, yang pada
dasarnya mengkaji bagaimana manusia itu memenuhi kebutuhan hidupnya, melalui
perkembangan teknologi informasi yang pesat, lahirlah suatu ekosistem baru dalam
perekonomian yang menggunakan teknologi informasi. Hal inilah yang disebut
dengan ekonomi digital. Kemudian, dalam memenuhi rasa keadilan, ketertiban, dan
kebermanfaatan di dalam kegiatan ekonomi digital, muncullah peran hukum
sebagaimana maxim yang dikemukakan oleh Cicero yakni, ubi societas, ibi ius, yang
artinya dimana ada masyarakat, disitu ada hukum. Tentunya disini kegiatan ekonomi
digital dilakukan oleh masyarakat yang saling terkoneksi satu sama lain melalui
ruang virtual yang diakses melalui jaringan teknologi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
38
Ibid.
- Cristoph Stückelberger & Pavan Dugal, Cyber Ethics 4.0:Serving Humanity
with Values, Geneva:Globethics.net, 2018
- Dr.Danrivanto Budhijanto, S.H, LL.M in IT Law, FCBArb, Cyberlaw 4.0,
Bandung:Logoz Publishing, 2019
- Dr.Danrivanto Budhijanto, S.H, LL.M in IT Law, FCBArb, Blockchain
Law:Yurisdiksi Virtual & Ekonomi Digital, Bandung:Logoz Publishing, 2021.
- Dr.Danrivanto Budhijanto S.H, LL.M in IT Law, FCArb, Hukum Ekonomi
Digital di Indonesia, Bandung:Logoz Publishing, 2019.
- C.F.G Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia,
Bandung:Bina Cipta-Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1988.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
JURNAL ILMIAH
LAIN-LAIN
- Bitcoin, dalam Bagaimana cara kerja Bitcoin? - Bitcoin, diakses pada Sabtu,
12 Juni 2021, Pukul 16.20 WIB