Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahansehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalahini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
bagindatercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan

syafa’atnya

diakhirat nanti.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmatsehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulismampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliahHukum Pidana Internasional.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurnadan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supayamakalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, danapabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yangsebesar-besarnya.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnyakepada dosen pengajar mata kuliah Hukum Pidana Internasional yang telahmembimbing kami
dalam menulis makalah ini.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.Gorontalo, 14
Februari 2019Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I :PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

BAB II :PEMBAHASAN

Pengertian Hukum Pidana Internasional ....................................... 7


Contoh Kasus ................................................................................ 8

Analisis Kasus ............................................................................... 9

BAB III :PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................... 20

Saran ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang

Hadirnya sebuah peradilan pidana internasional dilatar belakangi oleh keinginan

untuk mengadili para penjahat kemanusiaan. Sebelum adanya pengadilan

pidana internasional beberapa peradilan sudah pernah didirikan untuk mengadili penjahat

perang terkhusus setelah perang dunia kedua terjadi. Nuremberg Trial dan Tokyo

Trial dibentuk untuk mengadili para pelaku kejahatan perang dan kejahatan terhadap

kemanusiaan yang terjadi pada perang dunia kedua saat itu. Hal tersebut menjadi batu

penjuru atau the corner stone bagi perkembangan hokum pidan internasional. Sehingga

perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dengan beberapa negara memikirkan kembali untuk

membentuk sebuah pegadilan pidana internasional yang dulu gagal untukdigagas karena

suatu sebab. Upaya kali ini juga sempat surut lagi pada masa perang dingin, tapi

kembali menghangat karena adanya pembantaian ribuan manusia akibat perang saudara

atau suku etnis di Rwanda yang melahirkan ICTR ( International Criminal Tribunal For

The Former Rwanda) dan pembasmian etnis di Yugoslavia yang melahirkan ICTY

( International Criminal Tribunal For The former Rwanda) dan pembasmian etnis di

yogoslavia yang melhirkan ICTY ( International Criminal Tribunal For The Former

Yugoslavia) pada tahun 90-an. Sehingga pada tahun 1999 di roma, PBB dengan

konferensinya menerima sebuah statute yang menjadi dasar pembentukan

pengadilan pidana internasional ( International Criminal Court selanjutnya ditulisdengan

ICC) yang dikenal sebagai statuta Roma. Kasus-kasus kejahatan yang terjadi di

lingkungan masyarakat makin lama semakin mengerikan, kualitas maupun kuantitas

kejahatan semakin meningkat, kasus bom, perampokan nasabah, pembunuhan


dan jenis kejahatan lainnya seperti perkosaan disertai pembunuhan, perdagangan

wanita guna dijadikan pelacur, menunjukan bahwa kejahatansemakin berkembang dan

mengalami peningkatan

Apabila melihat sejarah kehidupan manusia, kejahatan sudah adasejak manusia

diciptakan, dimulai dari kejahatan yang dilakukan anakadam terhadap saudaranya, oleh

karena itu kejahatan sering dikatakansebagai the oldest of social problem, karena

kejahatan merupakan salahsatu bentuk dari perilaku menyimpang yang terjadi di

masyarakat.Kejahatan yang sering menimpa atau korbannya kaum wanitaadalah

kejahatan kesusilaan, dari mulai pelecehan seksual sampai dengan perkosaan.

Merebeknya kejahatan kesusilaan sudah sangat menghawatirkan. Data yang sempat

direkam pada tahun 1990-an saja, dalam catatan kepoisian rata-rat selama satu hari terjadi

lima kasus perkosaan di Indonesia, disamping itu maraknyahubungan seksual antara

muda mudi atau kaum tua secara bebas adalahsuatu kondisi yang sangat menghawatirkan

adalah salah satu puncak darisemakin maraknya pelanggaran terhadap hukum dan

moralitasmasyarakat.Kekerasan terhadap wanita biasa dikategorikan sebagai

violenceagainst women, gender based violence, gender violence dan sebagainya,

perhatian dunia internasional terhadap kejahatan kekerasan terhadap wanita ini direspon

oleh perserikatan bangsa-bangsa dalam kongresnya tahun 1994 tentang penghapusan

tindakan kekerasan terhadap perempuan. Dalam bagian konsideran deklarasi tersebut

antara lain dikatakan bahwatindak kekerasan terhadap perempuan adalah perwujudan

ketimpanganhistoris dari hubungan-hubungan kekuasaan antara kaum laki-laki

dan perempuan yang telah mengakibatkan dominasi dan diskriminasi terhadapkaum

perempuan oleh kaum laki-laki dan hambatan bagi kemajuanterhadap mereka.


Selanjutnya dikatakan pula bahwa tindakan kekerasanterhadap perempuan merupakan

salah satu mekanisme sosial penting yangmenempatkan kaum perempuan dalam posisi

sub ordinasi di hadapankaum laki-laki.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya,maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penulis ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan hukum pidana internasional ?

2. Bagaimanakah analisis hukum pidana internasional terkait pada kejahatan genosida

dan pelanggaran HAM terhadap Etnis Rohingnya?


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL

Menurut para ahli hukum internasional, hukum internasional memiliki makna

sebagai berikut:

1. Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja

Keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan

yang melintasi batas-batas negara antara negara dengan negara

2. J.G Starke

Sekumpulan hukum (Body of Law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas. Oleh

karena itu, hukum internasional wajib ditaati oleh negara-negara di seluruh dunia

dalam menjalin hubungan internasional.

3. Wirjono Prodjodikoro

Hukum yang mengatur hubungan hukum antarberbagai bangsa di berbagai negara

4. Ivan A.Shearer

Sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar mengatur tentang prinsip-prinsip

dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara.

5. Hugo de Groot
Hukum yang didasarkan pada kemauan bebas dan berdasarkan persetujuan sebagian

atau seluruh negara demi tercapainya kepentingan bersama dari negara-negara yang

menyertakan diri di dalamnya

6. Rebecca M.Wallace

Peraturan dan norma yang mengatur tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang

ada pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional dan individu, dalam

hal hubungan satu dengan yang lainnya.

Dalam hukum internasional sendiri memiliki beberapa asas, meliputi :

1. Asas Teritorial

Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Menurut asas ini, negara

melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya.

2. Asas Kebangsaan

Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas ini,

setiap warga negara mendapat perlakuan hukum dari negaranya di mana pun ia

berada. Asas kebangsaan memiliki kekuataan ekstrateritorial, yaitu hukum dari

negara tersebut tetap berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun berada di negara

asing.

3. Asas Kepentingan Umum


Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur dalam

kehidupan bermasyarakat.

Secara umum pengertian Hukum Internasional adalah sebagai berikut:

Hukum pidana internasional adalah sekumpulan kaidah-kaidah dan asas-asas

hukum yang mengatur tentang kejahatan internasional yang dilakukan oleh subyek-

subyek hukumnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Istilah ini menunjukkan bahwa

kaidah-kaidah dan asas-asas hukum tersebut benar-benar internasional, jadi bukan

nasional ataupun domestik. Kaidah-kaidah dan asas-asas hukum pidana yang benar-benar

internasional adalah kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang dapat dijumpai dalam

bentuk perjanjian-perjanjian internasional yang substansinya (baik langsung ataupun

tidak langsung) mengatur tentang kejahatan internasional. Sebagai contohnya, Konvensi

tentang Genosida (Genocide Convention) 1948, Konvensi tentang Apartheid 1973,

konvensi-konvensi tentang terorisme, seperti Konvensi Eropa tentang Pemberantasan

Terorisme 1977, dan lain-lain. Sedangkan istilah kejahatan internasional menunjukkan

adanya suatu peristiwa kejahatan yang sifatnya internasional, atau yang lintas batas

Negara, atau yang menyangkut kepentingan dari dua atau lebih Negara. Kejahatan-

kejahatan yang dapat digolongkan sebagai kejahatan internasional adalah kejahatan-

kejahatan yang diatur di dalam konvensi-konvensi seperti genosida, apartheid, terorisme,

dan lain-lain.
B. KASUS

PEMBUNUHAN DAN PEMERKOSAAN OLEH MYANMAR TERHADAP ETNIS


ROHINGYA
‘SAMA DENGAN KEJAHATAN KEMANUSIAAN’

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan militer Myanmar telahmelakukan


pembunuhan masal dan pemerkosaan berkelompok terhadap etnikminoritas Muslim
Rohingya. Dikatakannya kekerasan yang dialami olehkelompok Rohingya di Myanmar
kemungkinan besar sama dengan kejahatanterhadap kemanusiaan.Apa yang terjadi
kemungkinan besar sama dengan kejahatan terhadapkemanusiaan. Pembersihan etnik
adalah istilah yang tidak sering digunakan olehKantor Hak Asasi Manusia karena itu
bukanlah istilah yang mempunyai definisi jelas dalam hukum hak asasi manusia
internasional.
“Namun demikian pelanggaran sistematis dan meluas seperti ini yang telah kami
dokumentasikan dapat digambarkan sebagai pembersihan etnik,” kata juru bicara Kantor
HAM PBB, Ravina Shamdani.Dengan mengutip pernyataan Komisioner Tinggi Hak
Asasi ManusiaPBB, Zeid Ra’ad Al Hussein, Shamsadani menyebut contoh-contoh
insiden yang dialami oleh para saksi mata terkait dengan dugaan serangan brutal.
“Seorang ibu menceritakan bagaimana putrinya yang berusia lima tahun berusaha
melindynginya dari aksi pemerkosaan, ketika seorang pria mengambil pisau panjang dan
membunuhnya, menggorok lehernya. Dalam kasus lain, seorang bayi delapan bulan
dilaporkan dibunuh ketika ibunyadiperkosa beramai-ramai oleh lima aparat keamanan.”
Ungkapnya.
Menanggapi laporan PBB, pemerintah Myanmar mengatakan akanmenanggapi
tuduhan-tuduhan itu secara serius. Menurut seorang juru bicara, pemerintah akan
mengambil tindakan jika ditemukan bukti-bukti pelanggaran.
Laporan PBB ini disusun setelah badan itu melakukan wawancara denganlebih
dari 200 orang Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Negaratetangga,
Bangladesh.Sejauh ini lebih dari 65.000 orang Rohingya melarikan diri kw
Bangladeshsejak operasi pemulihan keamanan di Rakhine, tempat tinggal
mayoritaskelompok Rohingya di Myanmar.
Operasi itu dilancarkan setelah terjadi serangan terhadap pos-pos perbatasan
Oktober lalu. Otoritas Myanmar meyakini kelompok militant Rohingya melakukan
serangan itu Mahkamah Pidana Internasional, ICC mengecam kejahatan yang dilakukan
militer Myanmar dan kelompok Buddha ekstrem terhadap Muslim Rohingya dan
pengusiran paksa mereka ke Bangladesh.
fars news melaporkan, mahkama pidana internasional, jum’at (7/9/2018) fars
news mengumumkan, ICC akan segera mengkaji kejahatan yang dilakukan militer
Myanmar terkait aksi genosida di Negara bagian Rakhine, barat Myanmar dan pengusiran
paksa atas mereka ke Bangladesh. Keputusan ini diambil sepekan setelah delegasi pencari
fakta PBB menurut langkah hokum terhadap para perwira tinngi militer miyanmar atas
kasus pelanggaran hak asasi manusia, pembunuhan missal dan kejahatan terhadap
Muslim Rohingya. Tim pencari fakta Dewan HAM PBB ini meminta agar pengiriman
senjata keMyanmar dihentikan.
C. Analisis Kasus
Kasus Rohingya merupakan suatu kasus penindasan dan kekerasan yangcukup
menyita perhatian di dunia yang dimana itu dilakukan oleh Umat Budha Myanmar
terhadap Umat Muslim Rohingya. Kasus Rohingya dapat dikatakansebagai Pelanggaran
HAM, yang mana merupakan suatu pelanggaran yang amatsering terjadi di dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kasus rohingya ini merupakan pelanggaran HAM terhadap warga muslim
Rohingya yang mendapat perlakuan diskriminatif dari pemerintah Myanmar. Pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar kepada Umat Muslim Rohingya adalah
dengan melakukan pengusiran secara paksa yaitu dengan melakukan:
1. Etnis Rohinya tidak diakui kewarganegaraan sebagai warga negaraMyanmarPada
dasarnya setiap negara bebas untuk menentukan atau tidakmenentukan seseorang
tersebut termasuk warga negaranya atau tidak. Halini didasarkan pada asas Ius Soli
dan Ius Sanguinis. Asas Ius Soli berarti pewarganegaraan seseorang didasarkan
daerah atauTeritorial. Asas ini menentukan kewarganegaraan seseorang
didasarkan pada tempat yang dilahirkan, meskipun orang tuanya berasal dari Negaral
ain. Sedangkan, Ius Sanguinis berarti kewarganegaraan
berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Asas ini menentukan bahwakewarganega
ran seseorang didasarkan atas kewarganegaraan orang tuanyasekalipun anak itu
sendiri dilahirkan diluar negaranya.
2. Adanya larangan untuk memeluk agama. Pasal 18 Universal Declaration of Human
Right dijelaskan bahwa setiap individu mempunyai hak kebebasan untuk beragama.
Tetapi etnisRohingya tidak diberikan kebebasan dalam menjalankan ibadahnya.
Halini terlihat dari banyaknya masjid yang di hancurkan dan dibakar.
3. Adanya perlakuan diskriminasi terhadap etnis Rohingya Dalam ICESCR
(International Convenant on Economic, Social andCulture Right) yang merupakan
perjanjian multilateral yang ditetapkanoleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa
bangsa yang juga ditandangani dan diratifikasi salah satunya oleh Myanmar, ini
menjamin hak ekonomi, sosial dan budaya bagi setiap orang dalam negara tersebut.
Dalam negara negara yang menandatangi dan meratifikasi perjanjianmultilateral
ICESCR ini berarti bahwa menjamin hak ekonomi, sosial dan
budaya bagi setiap orang dinegara yang menandatangani dan meratifikasi, misalnya sajah
ak sosial dalam ICESCR salah satunya adalah hak setiap orang atas standarkehidupan
yang memadai bagi mereka dan keluarga mereka, termasuk makanan, pakaian dan
perumahan, perbaikan kondisi kehidupan yang berkelanjutan dan hakuntuk bebas dari
kelaparan. Maka sudah seharusnya Myanmar memenuhikewajiban tersebut terhadap
setiap orang di Negara Myanmar seperti kaummuslim Rohingya tanpa membedakan ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa,agama dan lain sebagainya.Kasus tersebut juga
mengundang para praktisi hukum untuk
saling berargumen terkait dengan kasus penindasan dan kekerasan yang dilakukankepada
Umat Muslim Rohingya, diantaranya yaitu menurut Heru Susetyo seorang praktisi
hukum yang peduli atas kezaliman yang di derita umat maupun kelompokislam di
berbagai tempat disamping itu beliau adalah Sekertaris ProgramPascasarjana Iniversitas
Indonesia ini mendirikan Pusat Informasi dan AdvokasiRohingya-Arakan (PIARA),
menegaskan bahwa sejauh data data yang ia milikikonflik di Rohingya selau vertikal tapi
menjadi horizontal karena ada tokoh tokohyang tidak bertanggung jawab yaitu pihak
pihak yang selama ini memprovokasisehingga timbulkekerasan yang seperti kemarin.
Pandangan yang lebih jauhdiungkap oleh Hendrajit, Direktur Global Future Institute
Jakarta. Hendrajitmenolak bila konflik Rohingya dikatakan sebagai konflik antar agama
dan sebagai bentuk “genosida”, dalam hal ini yaitu “muslim cleansing”. Hendrajit lebih
cenderung kepada adanya tangan tangan asing yang bermain pada konflik diRohingya.
Hendrajit berpendapat bahwa konflik Rohingya sebagai pertarunganminyak dan gas
bumi.Pada tahun 1998 walaupun Myanmar menggunakan rezim otoriter militeryang
memimpin tetapi Myanmar menggunakan sistem pasar yang mana padatahun itu
dikeluarkanlah sebuah undang undang yaitu The Union of MyanmarForeign Invesment
Law. Undang Undang tersebut berlaku sebagai payung bagisektor minyak dan gas alam
yang melibatkan pihak pihak asing. Cina
dan beberapa negara diluar AS dan Eropa Barat pada waktu itu terlihat lebih unggulseme
ntara AS ketinggalan. Yang menarik adalah waktu itu muslim di Arakancenderung
memberikan ruang bagi pendekatan symmetric Bill Clinton yangditerapkan oleh Obama
dan Hillary Clinton. Dengan dalih bahwa konflik wilayahitu diperlukan suatu advokasi
Hak Asasi Manusia sehingga LSM perlu masuk,dari sinilah mereka masuk dengan
mengusung konflik Islam dan Budha. padahaldibalik itu semua mereka (perusahaan
perusahaan asing) memiliki tujuan yangsama yaitu penguasaan gas bumi.
Awalnya pada tahun 2005, perusahaan Cina mengadakan perjanjian
denganmenanda tangani sebuah kontrak dengan pihak Myanmar yang isinya
memberikan perizinan pihak perusahaan Cina untuk melakukan eksplorasi minyak diMya
nmar. Di samping itu yang menarik dari rezim militer di Myanmar hinggasekarang ini
ternyata melibatkan beberapa perusahaan perusahaan asing sepertiChevron AS maupun
Total Perancis yang mana kedua perusahaan ini
merupakan perusahaan yang mengangkat isu Hak Asasi Manusia dalam hal ini jelasmeng
andung unsur pertarungan bisnis yang bermain dibalik rezim militerMyanmar.Konflik
Rohingya yang mulai membumi ini juga mulai diketahui
banyak pihak dan tak sedikit yang mencium aroma politik dibalik konflik pembantaianka
um muslim di Rakhine wilayah barat tersebut. Aroma politik tersebut tercermindari
adanya kehati hatian seorang pejuang demokrasi Myanmar yaitu Aung SanSuu Kyi,
meskipun jauh sebelumnya kasus tersebut berawal karena pemerkosaanterhadap
perempuan pemeluk agama Budha oleh seorang laki laki muslim. Dilihatdari Harian
Republika Online pada tanggal 27 juli 2012 yang mana Aung San SuuKyi enggan untuk
menjawab terkait dengan pelanggaran yang dilakukan militerMyanmar pada Rohingya.
Kasus Rohingya meruak beberapa hari setelah AungSan Suu Kyi menerima hadiah
berupa perdamaian. Aung San Suu justrumengatakan tidak tau terkait dengan apakah
Rohinya termasuk orang Myanmaratau bukan. Setelah dikeluarkannya pendapat tersebut
hal ini semakinmengundang komentar pedas tetapi Aung San Suu Kyi tetap bungkam
yang manaitu justru menambah geram banyak pengamat dan beranggapan bahwa betul
adaunsur politik dibalik itu semua. Sikap kehati hatian tersebut karena pada tahun2015
Liga Nasional Demokrasi yang ia naungi akan maju dalam pemilu diMyanmar. Menurut
beberapa pakar yang melihatnya, Aung San Suu Kyi takutapabila ia mendukung
minoritas kaum Muslim Rohingya justru nantinya itu akanmembawa pengaruh negatif
untuk kampanyenya. Dimungkinkan sikap hati hatiAung San Suu Kyi itu juga saat
dimintai argumen tentang konflik penindasan dankekerasan yang menewaskan kaum
muslim di Rohinhya yang cukup banyak itumungkin memang mempunyai alasan yang
cukup dalam posisinya
sebagai pemimpin oposisinya di Myanmar. Sikap diamnya itu juga berbuah padaketidakp
ercayaannya beberapa pejuang demokrasi. Hal tersebut juga menjadikankelompok
kelompok tertentu yng ragu untuk memilihnya sebab diamnya AungSan Suu Kyi itu
berlawanan dengan komitmen politik yang telah ia perjuangkandi Myanmar selama ini.
Disamping itu juga ada kabar bahwa adanya dukungan asing berupa alirandana
untuk Aung San Suu Kyi yang berlangsung selama ini yaitu dari NationEndowment for
Democration (NED). NED didirikan pada tahun 1984 dengandukungan bipartisan masa
pemerintahan Ronald Reagan yang mana tujuannyauntuk mendorong infrastruktur politik
di seluruh dunia. Allan Weisten selaku presiden pertama NED menyatakan
bahwa apa yang dilakukan NED, secara diamdiam telah dilakukan CIA 25 tahun yang
lalu. Hal inilah yang tertulis pada artikelMichael Barker yang mana ia adalah seorang
kandidat Doktor di UniversitasGriffith, Australia.Dari beberapa pernyataan sebelumnya
dapat dikatakan bahwa
dibalik bungkannya Aung San Suu Kyi terkait dengan Kasus Rohingya ini menandakan j
elas menandakan adanya kepentingan politik yang sedang
ia jalani. Hal tersebut juga menandakan bahwa dibalik itu semua Aung San Suu Kyi meru
pakan kakitangan dari CIA, dengan begitu Kasus Rohingya tersebut juga ada
keterlibatanCIA di dalamnya melalui Aung San Suu Kyi, yang mana adalah seorang
pejuangdemokrasi yang seharusnya diharapkan dapat membantu Konflik penindasan
dankekerasan di Rohingya.Dalam hukum internasional dikenal dengan beberapa asas
salah satunyaadalah asas non intervensi. Ketentuan dalam asas ini bahwa Negara tidak
bolehmelakukan campur tangan (Intervensi) atas masalah yang terjadi pada Negara
lain.Campur tangan (Intervensi) diperbolehkan asal Negara yang
bersangkutanmenyetujuinya.Yang mana negara atau pihak-pihak tertentu tidak boleh
adanya campurtangan terhadap urusan negara lain. Jika dilihat permasalahan Konflik
Rohingya,ini menjadi besar dikarenakan adanya keterlibatan pihak lain seperti CIA
yangmana itu merupakan suatu badan intelijen pemerintaha federal Amerika Serikat
didalam kasus Rohingya tersebut.Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
menangani
kasus pelanggaran HAM berat terhadap etnis Rohingya salah satunya melaluiMekanisme
Peradilan Pidana Internasional yaitu di International Criminal Court(ICC) karena
berdasarkan fakta fakta yang ada, tindakan pemerinta Myanmarterhadap Rohingya dapat
dikategorikan sebagai tindakan genosida dan kejahatanterhadap kemanusiaan yang diatur
dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Statuta Roma Penjelasan dari peraturan Pasal 6 Statuta Roma
Tahun 1998 diatasmemberikan pengertian bahwa Genosida berarti tindak kejahatan
dengan maksuduntuk menghancurkan secara keseluruhan atau sebagian suatu
kelompok berdasarkan bangsa, ras, etnik ataupun agama. Perbuatan penghancuran yangdi
maksud tersebut dapat dilakukan dengan berbagai bentuk kejahatan seperti:
a.Membunuh anggota kelompok
b.Menyebabkan luka parah atau merusak mental anggota kelompok
c.Dengan sengaja mengancam jiwa anggota kelompok yang menyebabkanluka
fisik baik sebagian maupn keseluruhan
d. Melakukan tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran
dalamkelompok
e.Memindahkan anak anak secara paksa dari suatu kelompok ke
kelompoklain.Jika dilihat dari Pasal 6 Statuta Roma diatas maka apa yang dilakukan
olehmiliter Myanmar terhadap etnis Rohinya ini dapat dikategorikan sebagai
tindakangenosida. Hal ini dikarenakan kekejaman militer Myanmar telah
mengakibatkantidak hanya satu atau dua bahkan ribuan orang etnis Rohingya kehilangan
nyawaserta mengalami gangguan jiwa sehingga mengakibatkan etnis Rohingya
yangmasih bertahan hidup untuk mengungsi ke negara lain seperti Banglades,Malaysia
dan Indonesia.
Selain itu kasus Rohingya ini juga masuk dalam kejahatan terhadap
kemanusiaanyang diatur dalam pasal 7 Statuta Roma.Penjelasan dari bunyi Pasal diatas,
bahwa kejahatan terhadap kemanusiaanmerupakan salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagai serangan yang meluasatau sitematis yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secaralangung terhadap penduduk sipil, tindakan tersebut berupa:
(a) Pembunuhan
(b)Pemusnahan;
(c)Perbudakan;
(d)Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
(e)Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secarasewenang-wenng yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok
hukumInternasional;
(f)Penyiksaan;
(g)Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pelacuran
secara paksa,pemaksaan kehamilansecara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasansek
sual lain yang setara
(h) enganiayaan terhadap suatu tertentu atau perkumpulannya yang
didasari persamaan politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelaminat
au alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yangdilarang
menurut hukum Internasional;
(i)Pengilangan orang secara paksa
(j) Kejahatan apartheid
(k)Tindakan-tindakan lain yang tidak berperikemanusiaan, dilakukan
dengansengaja yang menyebabkan penderitaan terhadap tubuh atau mental
ataukesehatan fisik.
Dilihat dari Pasal 7 Statuta Roma diatas kasus Rohingya ini jugadikategorikan
sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh
rezim junta militer Myanmar yaitu salah satunya berupa pembersihan etnik atau peminda
han paksa penduduk.
Dengan begitu meskipun kasus Rohingya ini telah benar adanya masukdalam
kategori tindakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan tetapitidak serta
mertakasus Rohinya ini dapat dibawa ke ICC. Pelimpahan kasuskepada jaksa penuntut
ICC bisa terjadi dalam kondisi kondisi berikut :
1. Sebuah negara yang telah meratifikasi Statuta Roma bisa melimpahkankasus
tersebut jika kejahatan yang dilakukan telah tercantum yuridiksiICC.
2. Dewan Keamanan PBB bisa melimpahkan kasis sesuai dengan Bab
VIIPiagam PBB. Dalam kondisi semacam ini, tidak dibutuhkan
persetujuandengan negara manapun.
3. Jaksa bisa menginisiasi penyeledikan proprio muto atas
kepentingannyasendiri.Yang menjadi masalah adalah Myanmar hanya
meratifikasi sebagian
dari perjanjian Internasional tersebut sehingga tidak terikat dan terbebani oleht
anggung jawab yang tercantum dalam perjanjian Internasional seperti
StatutaRoma.
Di bawah Statuta Roma, ICC hanya bisa bertindak ketika sebuah Negara “tidak
bersedia” atau “tidak mampu” menangani kasus. Secara esensi, pengadilan domestik dan
nasional memiliki supremasi yuridis atau kasus kasus sebelum kasuskasus tersebut
dilimpahkan pada ICC. Sifat komplementer dari Statuta inimerupakan sebuah simbol
relasi simbiotik antara pengadilan internasional dalammenangani kejahatan kejahatan
mengerikan yang mengancam tatanan dunia Dalam Pasal 33 Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa dijelaskan bahwauntuk menyelesaikan kasus seharusnya menggunakan
cara diplomasi terlebihdahulu sebelum ke ranah hukum. Hal tersebut berbunyi sebagai
berikut :
Ayat 1 : Pihak-pihak yang tersangkut dalam sesuatu pertikaian yang
jika berlangsung secara terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan perdamaian dan ke
amanan nasional, pertama-tama harus mencari penyelesaiandengan jalan perundingan,
penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian menurut hukum melalui badan-
badan atau pengaturan-pengaturanregional, atau dengan cara damai lainnya yang dipilih mereka
sendiri.
Ayat 2 : Bila dianggap perlu, Dewan Keamanan meminta kepada pihak-
pihak bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara-cara yang serupaitu.
Adapun bentuk-bentuk mekanisme diplomasi yang dapat digunakan untukmenyelesaikan kasus
yang terjadi di Myanmar ialah dengan menggunakanMediasiSebagaimana dijelaskan bahwa
bentuk penyelesaian sengketa melaluiforum mediasi pada dasarnya adalah melalui perundingan.
Namun, yangmembawa para pihak yang bersengketa ke forum perundingan tersebut
adalah pihak ketiga. Pihak (Negara-negara) ketiga yang berperan sebagai mediator ini biasanya a
ktif memberikan masukkan berupa solusi-solusi yang memungkinkandalam rangka penyelesaian
masalah.Jika dalam menggunakan cara mediasi sudah digunakan oleh negara dalammengakhiri
permasalahan yang terjadi, namun masih belum dapat menyelesaikanmasalah yang terjadi
dengan hal ini kasus yang terjadi dapat diambil alih olehDewan Keamanan PBB untuk
diselesaikan menggunakan cara melalui MahkamahPidana Internasional (International Criminal
Court) yang sudah diterangkandiatas. Dengan memperhatikan empat yurisdiksi pada ICC yaitu :
a) rationae materiae,
b) rationae personae,
c) ratione loci,
d) ratione temporis.
Masyarakat rohingya telah mengalami berbagai bentuk pelanggaran hakasasi
manusia yang termasuk pada kejahatan genosida terutama sejak tahun 1978.Hak
kebebasan untuk bergerak bagi orang-orang rohingya dibatasi secara ketatdan
dikeluarkannya Undang-Undang Citizhenship Law yang mengakibatkanMyanmar dengan
bebas melakukan diskriminasi kepada masyarakat yang tidakmemiliki status
kewarganegaraan. Permasalahan yang diangkat pada penelitian iniyaitu tindakan yang
dilakukan oleh Myanmar merupakan sebuah kejahatangenosida, serta upaya penyelesaian
sengketa antara Myanmar dengan etnisrohingya. Jenis penelitian ini menggunakan jenis
penelitian hukum normatif yaitudengan studi kepustakaan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan genosida,serta menggunakan pendekatan sejarah, pendekatan
perundang-undangan, pendekatan konsep dan pendekatan kasus. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Myanmar kepada etnis muslim rohingn
yamemang benar merupakan suatu kejahatan genosida, yang didasari dari beberapaunsur
sesuai dengan pasal 6 Statuta Roma 1998. Upaya penyelesaian sengketadilakukan secara
litigasi, karena penyelesian secara non litigasi tidak dapatmenemukan titik terang dari
sengketa
tersebut, dan yang menangani kasustersebut adalah Mahkmah Pidana Internasional denga
n pengadilan ICC.Kesimpulannya bahwa Myanmar telah melakukan tindak kejahatan gen
osidaterhadap etnis rohingya serta diskriminasi terhadap kaum minoritas.
Selanjutnyaupaya dari penyelesaian sengketa tersebut dilakukan dengan cara litigasi
ataumelalui mekanisme hukum dan ditangani oleh ICC (International CriminalCourt
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tindak kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap
etnismuslim rohingya dapat dikatakan sebagai tindak kejahatan internasional
genosida,karena sudah memenuhi beberapa unsur pokok yaitu pembunuhan
masal,diskriminasi terhadap agama yang minoritas, dilakukan secara sitematis,
dan bertujuan untuk melenyapkan suatu etnis dan golongan tertentu, maka dri hlterseb
ut peneliti menganalisis bahwa kejahatan tersebut dikatagorikan sebagaikejahatan
internasional genosida.Terkait dengan penyelesaian sengketa yang terjadi tersebut
maka penelitimemberikan analisis terkait dengan penyelesaian sengketa yang terjadi
diMyanmar, sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan cara di luar pengadilan
dandi dalam pengadilan. Apabila di luar pengadilan penyelesaian sengketa
dapatdilakukan dengan cara mediasi dan negosiasi, tetapi apabila dilakukan di
dalam pengadilan yang dalam hal ini adalah berlaku ppengadilan internasional makas
engketa tersebut dapat ditangani oleh Mahkamah Pidana Internasional. Karenasemua
warga negara berada dibawah yurisdiksi Mahkamah Pidana Inernasional.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
gambarankhususnya terhadap pemerintah Myanmar, bahwasannya tindakan yang
dilakukantersebut merupakan genosida yang sudah menyebabkan penderitaan
terhadapmasyarakat etnis rohingnya. Diharapkan dengan adanya makalah ini
khususnyaterhadap masyarakat muslim rohingya agar selalu melakukan upaya
damai agarkekerasan yang terjadi bisa segera terselesaikan. Penulis berharap dengn
adanyamakalah ini khususnya terhadap pembaca dapat menambah ilmu dibidang
hukumkhususnya yang terkait dengan kejahatan yang bersifat internasional
serta peradilan-peradilan yang ada di dunia.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38348459/HUKUM_PIDANA_INTERNASIONAL
https://referensi.elsam.or.id/2014/09/hukum-pidana-internasional/
https://tesishukum.com/pengertian-hukum-internasional-menurut-para-ahli/
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/view/9075
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51219018

Anda mungkin juga menyukai