Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Peran Hukuman Internasional

Terhadap Kedaulatan Suatu Negara

Disusun Oleh :

NAMA : MULYA ROMADON SIREGAR

NIM : 2274201073

Dosen Pengampu : Roni Sahindra, SH. MH

YAYASAN PENDIDIKAN PERSADA BUNDA

PEKAN BARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang

“Peran Hukuman Internasional Terhadap Kedaulatan Suatu Negara”. Tidak

lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut

memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan

bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai

penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh

karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar

saya dapat memperbaiki karya ilmiah ini. saya berharap semoga karya ilmiah

yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pekan Baru , November 2023

MULYA ROMADON SIREGAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN UMUM

A. Teori – teori tentang Perbankan ........................................................... 3

B. Pendapat Para Ahli .............................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN

A. Hakikat hukum internasional .............................................................. 8

B. Perkembangan hukum internasional saat ini ........................................ 9

C. Sumber-sumber Hukum Internasional ................................................. 12

D. Peran hukum internasional terhadap perdamaian dunia....................... 13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 25

B. Saran .................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang

menarik untuk di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi

pada setiap orang. Secara teori hukum internasional mengacu pada peraturan-

peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan Negara-negara dan kesatuan

lain yang pada suatu saat akan diakui mempunyai kepribadian internasional,

seperti misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu

dengan yang lainnya.

Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun

dan lahir karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan

perdamaian dunia. Suatu sistem yang bertujuan untuk men-cap suatu negara

sebagai “bersalah” dan negara lain sebagai “tidak bersalah” dan partisiapasi utama

dari sistem hukum internasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlakukan

sebagai pemilik kedaulatan yang sama.1[1]

Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak

selamanya terjalin dengan baik. Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di

antara mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa.

Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya

alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll. Manakala hal demikian itu terjadi,

hukum internasional memainkan peranan yang tidak kecil dalam

penyelesaiannya.

1[1] Rebecca M.M Wallace. Hukum Internasional Pengantar untuk Mahasiswa (Semarang:IKIP
Semarang Press.1986) hlm.4

1
Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus

berkembang. Sejak pergaulan internasional makin meningkat menjelang abad 19

hukum internasional telah menjadi suatu sistem universil dan pada abad 20 telah

merupakan suatu perluasan yang tidak ada tandingannya.

Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang

cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya

ini ditujukan untuk menciptakan hubungan-hubungan antara negara yang lebih

baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.

Hal itulah yang sangat menarik untuk kita amati, bagaimana peranan yang

seharusnya dilakukan oleh hukum internasional dalam menegakkan keadilan demi

tercapainya perdamaian dunia.

B. Rumusan Masalah

Adapun inti dari permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini

adalah:

a. Apa itu hukum internasional?

b. Bagaimana perkembangan hukum internasional saat ini?

c. Sumber-sumber Hukum Internasional

d. Bagaimana peran hukum internasional terhadap perdamaian dunia?

2
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Teori-Teori Hukuman Internasional Terhadapm Kedaulatan Negara

Negara merupakan subjek hukum yang terpenting dibanding dengan subjek-

subjek hukum internasional lainnya. Pasal 1 konvensi Montevideo 27 December

1933 mengenai hak dan kewajiban Negara menyebutkan bahwa Negara sebagai

subjek dalam hukum internasional harus memiliki empat unsur yaitu : penduduk

yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan yang berdaulat dan kapasitas untuk

berhubungan dengan Negara lain .

Negara merupakan subjek Hukum Internasional yang terpenting (par

Excellence) di banding dengan subjek-subjek hukum internasional lainnya,

sebagai subjek hukum internasional Negara memiliki hak dan kewajiban menurut

hukum internasional. Menurut R. Kranenburg Negara adalah organisasi kekuasaan

yang diciptakan oleh kelompok manusia yang disebut bangsa sedangkan menurut

Logeman Negara adalah organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok

manusia yang disebut bangsa.

Hendry C Black mendefinisikan Negara sebagai sekumpulan orang yang

secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap diikat oleh ketentuan-

ketentuan hukum yang melalui pemerintahannya mampu menjalankan

kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi masyarakatnya dan harta bendanya

dalam wilayah perbatasannya, mampu mengadakan perang dan damai serta

mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat internasional

lainnya.

3
Suatu Negara dapat saja lahir dan hidup tetapi itu belum berarti bahwa

Negara tersebut mempunyai kedaulatan, kedaulatan ialah kekusaan tertinggi yang

dimiliki oleh suatu Negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan

sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan

hukum internasional. Sesuai konsep hukum internasional kedaulatan memiliki tiga

aspek utama yaitu:

1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap Negara untuk secara

bebas menentukan hubungannya dengan berbagai Negara atau

kelompok-kelompok lain tampa tekanan atau pengawasan dari Negara

lain.

2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu

Negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja

lembaga-lembaganya tersebut dan hak untuk membuat undang-undang

yang diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk mematuhi.

3. Aspek territorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang

dimiliki oleh Negara atas individu-individu dan benda-benda yang

terdapat di wilayah tersebut .

B. Pendapat Ahli

Hukum internasional menurut para ahli yang kerap menjadi acuan dalam

berbagai penelitian.

1. Hukum internasional menurut Mochtar Kusumaatmadja: hukum

internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas-asas yang mengatur

hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara: antara negara

4
dengan negara; dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau

subjek bukan negara satu sama lain.

2. Hukum internasional menurut Rebecca M. Wallace: hukum

internasional adalah peraturan serta norma yang di dalamnya mengatur

tindakan setiap negara serta entitas lainnya.

3. Hukum internasional menurut Hugo de Groot: hukum internasional

adalah sebuah hukum yang didasarkan pada kemauan bebas serta

persetujuan dari sebagian maupun keseluruhan negara. Hukum ini dibuat

dan dibentuk dalam rangka kepentingan bersama.

Asas-Asas Hukum Internasional

Diterangkan Kt. Diara Astawa, setiap hukum yang berlaku di suatu negara,

termasuk halnya hukum internasional, memiliki asas-asas atau prinsip yang tegas

dan jelas.

Adapun 6 asas hukum internasional terdiri atas asas teritorial, asas

kebangsaan, asas kepentingan, ne bis in idem, pacta sunt servanda, jus

cogens, serta inviolability dan immunity. Berikut paparanny

6 Asas Hukum Internasional dan Penerapannya

Asas hukum internasional, terdiri dari asas teritorial, ne bis in idem, pacta

sunt servanda, hingga inviolability dan immunity.

1. Asas teritorial adalah asas yang didasarkan pada kedaulatan atau

kekuasaan negara atas wilayahnya. Jika dielaborasikan, negara berhak

untuk menerapkan hukum yang berlaku di wilayahnya untuk warga

negaranya (semua orang) tanpa tekanan kekuasaan dari negara lain.

5
Sehubungan dengan ini, setiap subjek hukum harus mematuhi hukum

yang ditetapkan.

2. Asas kebangsaan adalah asas yang didasarkan pada kekuasaan negara

untuk warga negaranya. Ini berarti, hukum tetap berlaku bagi warga

negaranya di mana pun warga negara tersebut berada, sekalipun jika

warga tersebut melakukan perbuatan melawan hukum di luar negeri atau

di negara lain.

3. Ne bis in idem adalah asas hukum internasional yang jika diartikan

bermakna tidak seorang pun dapat diadili untuk kedua kalinya atas suatu

perkara yang sama. Asas ini berkaitan dengan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

4. Pacta sunt servanda adalah asas hukum internasional yang dikenal

dalam perjanjian internasional dan menjadi kekuatan hukum serta moral

bagi negara yang mengikatkan diri. Jika diartikan, asas ini bermakna

bahwa setiap perjanjian internasional yang telah disepakati bersama

harus ditaati dan dilaksanakan semua pihak tanpa ada pengingkaran.

5. Jus cogens adalah adalah kaidah atau norma yang telah diterima dan

diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan dan tidak boleh

dilanggar. Asas jus cogens bermakna bahwa suatu perjanjian

internasional dapat batal demi hukum jika dalam atau pada

pembentukannya bertentangan dengan kaidah atau norma dasar hukum

internasional umum.

6. Inviolability dan immunity adalah asas hukum internasional yang

dikenal dalam pedoman tertib diplomatik dan protokoler. Jika

6
diartikan, inviolability berarti seorang pejabat diplomatik tidak dapat

ditangkap atau ditahan oleh alat perlengkapan negara penerima.

Sebaliknya, negara penerima berkewajiban untuk mengambil langkah-

langkah demi mencegah adanya serangan atas kehormatan dan

kekebalan dari pejabat diplomatik yang bersangkutan. Kemudian,

dengan asas immunity, pejabat diplomatik menjadi kebal terhadap

yurisdiksi dari hukum negara penerima atau tempatnya bertugas.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hakikat Hukum Internasional

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan peraturan-

peraturan dan ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan

antara negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan

masyarakat internasional. Definisi hukum internasional yang diberikan oleh para

pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti oppenheim dan brierly, terbatas

pada negara sebagi satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek

hukum lainnya.

Namun dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada

paruh kedua abad 20 dan pola hubungan internasional yang semakin kompleks

pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi

struktur dan perilaku organisasi internasional, kelompok-kelompok

supranasional, dan gerakan-pembebasan pembebasan nasional. Bahkan, dalam hal

tertentu, hukum internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam

hubungannya dengan negara-negara.

Sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja,

S.H. Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah – kaidah dan asas – asas

hukum dan mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas – batas

negara yaitu hubungan internasional yang tidak bersifat perdata.

Selain itu hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan

hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah

perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati

8
dan karenanya benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan

mereka satu sama lain, dan meliputi juga:

a. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-

lembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan

antara mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan negara-

negara dan individu-individu,

b. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu

dan badan-badan non-negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan

badan non-negara tersebut penting bagi masyarakat internasional. 2[2]

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum

internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala

internasional atau merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur

hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan

Negara serta negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum

bukan negara satu sama lain.3[3]

B. Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional

Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya,

yaitu pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis

hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum nasional

yang berlaku bagi masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan Ius

2[2] J.G Starke. Pengantar Hukum Internasional. (Jakarta:Sinar Grafika.2006), hlm.3


3[3] http://www.belbuk.com/hukum-internasional-pengertian-peranan-dan-fungsi-dalam-era-
dinamika-global-p-9229.html

9
Gentium adalah hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan

berkebangsaan Romawi.

Dalam perkembangannya, Ius Gentium berubah menjadi Ius Inter Gentium

yang lebih dikenal juga dengan Volkenrecth (Jerman), Droit de Gens (Perancis)

dan kemudian juga dikenal sebagai Law of Nations (Inggris).

Sesungguhnya, hukum internasional modern mulai berkembang pesat pada

abad XVI, yaitu sejak ditandatanganinya Perjanjian Westphalia 1648, yang

mengakhiri perang 30 tahun (thirty years war) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai

muncul negara-negara yang bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial,

kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah

sangat dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-

kaidah hukum internasional.

Perkembangan hukum internasional modern ini, juga dipengaruhi oleh

karya-karya tokoh kenamaan Eropa, yang terbagi menjadi dua aliran utama, yaitu

golongan Naturalis dan golongan Positivis.

Menurut golongan Naturalis, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem

hukum bukan berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang

berlaku secara universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui oleh akal sehat.

Hukum harus dicari, dan bukan dibuat. Golongan Naturalis mendasarkan prinsip-

prinsip atas dasar hukum alam yang bersumber dari ajaran Tuhan. Tokoh

terkemuka dari golongan ini adalah Hugo de Groot atau Grotius, Fransisco de

Vittoria, Fransisco Suarez dan Alberico Gentillis.

10
Sementara itu, menurut golongan Positivis, hukum yang mengatur hubungan

antar negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas

kemauan mereka sendiri. Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama

antara negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-

kebiasaan internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau

dalam bukunya Du Contract Social, La loi c’est l’expression de la Volonte

Generale, bahwa hukum adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh lain yang

menganut aliran Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard

Zouche dan Emerich de Vattel

Pada abad 19, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena

adanya faktor-faktor penunjang, antara lain : (1) Setelah Kongres Wina 1815,

negara-negara Eropa berjanji untuk selalu menggunakan prinsip-prinsip hukum

internasional dalam hubungannya satu sama lain, (2). Banyak dibuatnya

perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang perang, netralitas, peradilan

dan arbitrase, (3). Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang

juga melahirkan ketentuan-ketentuan hukum baru.

Di abad 20, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat

pesat, karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: (1). Banyaknya negara-

negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan meningkatnya hubungan

antar negara, (2). Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang

mengharuskan dibuatnya ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama

antar negara di berbagai bidang, (3). Banyaknya perjanjian-perjanjian

internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral, regional maupun bersifat global,

(4). Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan

11
Bangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam

kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru

dalam berbagai bidang. Hukum internasional telah merupakan satu perluasan yang

tidak ada tandingannya.

C. Sumber-sumber Hukum Internasional

Pada dasarnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum

dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam

arti materiil adalah sumber hukum yang membahas materi dasar yang menjadi

substansi dari pembuatan hukum itu sendiri.

Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas

bentuk atau wujud nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa

sajakah hukum itu tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat

ditemukan hukum yang mengatur suatu masalah tertentu.

Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:

a. Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional;

b. Metode penciptaan hukum internasional;

c. Tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang

dapat diterapkan pada suatu persoalan konkrit.

Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-

sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili

perkara, adalah:

a. Perjanjian internasional (international conventions), baik yang bersifat

umum, maupun khusus;

b. Kebiasaan internasional (international custom);

12
c. Prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law) yang diakui

oleh negara-negara beradab;

d. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang

telah diakui kepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional

tambahan. cx

D. Peranan Hukum Internasional terhadap ketertiban Dunia

Pada dasarnya peran hukum internasional lebih banyak tertuju pada cara-

cara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam ruang lingkup

internasional. Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak

selamanya terjalin dengan baik. Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di

antara mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa.

Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya

alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll. Manakala hal demikian itu terjadi,

hukum internasional memainkan peranan, yang tidak kecil dalam

penyelesaiannya.

Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian yang

cukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-upaya

ini ditujukan untuk menciptakan hubungan-hubungan antara negara yang lebih

baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.

Dewasa ini ada beberapa peran yang hukum internasional dapat mainkan

dalam menyelesaikan sengketa:

1. Pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-

hubungan antar negara terjalin dengan persahabatan (friendly relations

among States) dan tidak mengharapkan adanya persengketaan;

13
2. Hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-

negara yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya;

3. Hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada

para pihak tentang cara-cara, prosedur atau upaya yang seyogyanya

ditempuh untuk menyelesaikan sengketanya; dan

4. Hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara

penyelesaian secara damai; apakah sengketa itu sifatnya antar negara

atau antar negara dengan subyek hukum internasional lainnya.

Hukum internasional tidak menganjurkan sama sekali cara kekerasan

atau peperangan.

Perang telah digunakan negara-negara untuk memaksakan hak-hak dan

pemahaman mereka mengenai aturan-aturan hukum internasional. Perang bahkan

telah telah pula dijadikan sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang

berdaulat. Bahkan para sarjana masih menyadari adanya praktek negara yang

masih menggunakan kekerasan atau perang untuk menyelesaikan sengketa dewasa

ini. Sebaliknya, cara damai belum dipandang sebagai aturan yang dipatuhi dalam

kehidupan atau hubungan antar negara. Pada umumnya metode penyelesaian

sengketa internasional digolongkan dalam dua kategori yaitu :

1. Cara-cara Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai atau

Bersahabat.

a. Negoisasi

Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan

yang paling tua digunakan oleh umat manusia. Penyelesaian melalui negosiasi

merupakan cara yang paling penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari

14
oleh negosiasi ini tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian

publik. Alasan utamanya adalah karena dengan cara ini, para pihak dapat

mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya dan setiap penyelesaiannya

didasarkan pada kesepakatan atau konsensus para pihak

Negosiasi dapat dilangsungkan melalui saluran-saluran diplomatik

pada konperensi-konperensi internasional atau dalam suatu lembaga atau

organisasi internasional.

b. Pencarian Fakta (fact finding)

Metode penyelesaian sengketa ini digunakan untuk mencapai

penyelesaian sebuah sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau

badan untuk mencari dan mendengarkan semua bukti-bukti yang bersifat

internasional, yang relevan dengan permasalahan.

Tujuan dari pencari fakta (Fact Finding) yang paling utama adalah

memberikan laporan kepada para pihak mengenai fakta yang ada. Sedangkan

tujuan lain dari penyelesaian sengketa internasional dengan cara pencari fakta

yaitu :

1) Membetuk suatu dasar bagi penyelesaian semgketa antar dua negara

2) Mengawasi pelaksanaan suatu perjanijian internasional.

3) Memberikan informasi guna membuat putusan ditingkat internasional

Dasar hukum yang dipakai dalam fact finding adalah pasal 9 sampaim

dengan 36 haque convention on the pacific settlement of disputes tahun 1899

dan 1907..

c. Good Offices (Jasa-jasa Baik)

15
Jasa-jasa baik adalah suatu cara penyelesaian sengketa melalui pihak

bantuan pihak yang ketiga. Pihak ketiga ini berupaya agar para pihak

menyelesaikan sengketanya dengan negoisasi. Fungsi dari jasa-jasa baik yang

paling utama adalah memperemukan para pihak agar mereka mau bertemu,

duduk bersama dan bernegoisasi atau dikenal dengan nama fasilisator.

Keikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa dapat dua

macam yaitu atas permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga sendiri

yang menawarkan jasa-jasa baiknya guna menyelesaiakan sengketa. Dalam

kedua cara ini, syarat mutlak yang harus ada adalah kesepakatan para pihak.

d. Mediasi

Yang menjadi pihak ketiga ini organisasi internasional, negara ataupun

individu. Pihak ketiga ini dalam sengketa ini dinamakan mediator. Biasanya

ia dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral berupa mendamaikan para

pihak dengan memberikan saran penyelesaian sengketa

Fungsi utamanya adalah mencari solusi (penyelesaian)

mengidentifikasi, hal-hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat

usulan-usulan yang dapat mengakhiri sengketa, informal, dan bersifat aktif.

Dalam proses negoisasi sesuai dengan pasal 3 dan 4 haque convention on the

pacific settlement of disputes (1907) yang menyatakan bahwa usulan-usulan

yang diberikan mediator janganlah dianggap sebagai suatu tindakan yang

bersahabat terhadap suatu pihak (yang merasa merugikan).

e. Konsiliasi

Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih

formal dibandingkan mediasi. Biasanya konsiliasi ini berbentuk badan

16
konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak melalui perjanjian. Komisi ini

berfungsi untuk menetapkan persyaratan-persyaratan penyelesaian yang

diterima oleh para pihak, sehingga lebih formal atau luas karena ada aturan

dan ada lembaga atau lembaganya.

. Para pihak mendengarkan keterangan lisan para pihak dan dapat

diwakkili oleh kuasanya. Hasil fakta-fakta yang diperoleh konsilator (sebutan

dari konsiliasi) menyerahkan laporannya kepada para pihak dengan

kesimpulan dan usulan-usulannya, dan putusannya tidak mengikat karena

diterima atau tidaknya usulan tersebut tergantung sepenuhnya kepada para

pihak.

f. Arbitrasi

Biasanya arbitase menunjukkan pada prosedur yang persis sama

sebagaimana dalam hukum nasional yaitu menyerahkana sengketa kepada

orang-orang tertentu yang dinamakan arbitrator, yang dipilih bebas oleh para

pihak. Arbitasi adalah suatu institusi yang sudah cukup tua tetapi sejarah baru

mencatatat pada tahun 1797, pada kasus jay treaty antara inggris dan amerika.

Yang mengatur joint mixed commission. Yang menyesaikan sengketa

beberapa peerselisihan tertentu yang tidak dapat diselesaikan selama

perundingan di traktat tersebut.suatu langkah penting telah diambil dalam

pada tahun 1899 ketika konferensi the haque tidak hanya mengkodifikasi

hukum arbitatrase tetapi menjadikan landasan bagi pembentukan permanent

court arbitration.

Lembaga PCA tidak bersifat “tetap” pun bukan sebuah pengadilan.

Permanent court of arbitration sendiri tidak memiliki yurisdiksi yang spesifik.

17
Sehingga hanya 20 kasus yang ditangani abtara lain muscat dhowe case 1905

antara inggris dan perancis danNorth Atlantic Coast fisheries case 1910 antar

inggris dan amerika serikat. Meskipun ada kekurangan yang nyata menurut

Hakim Manly O. Hudson, permanent court arbitration merupakan suatu

metode dan suatu prosedur. Arbitrasi pada haikaknnya adalah suatu prosedur

konsensus, artinya negara-negara tidak dapat dipaksa untuk dibawa dimuka

arbitrase kecuali mereka setuju untuk melakukan hal tersebut.

Pada tahun 1966 bank dunia mendirikan badan ICSID (international

Centre for the Settlement of Investment Disputes). Terbentuknya Konvensi

adalah sebagai akibat dari situasi perekonomian dunia pada waktu1950-1960-

an yaitu Khususnya dikala beberapa negara berkembang menasionalisasi atau

mengekspropriasi perusahaan-perusahaan asing yang berada di dalam

wilayahnya.

Di antara kasus-kasus nasionalisasi yang langsung mempengaruhi dan

menggerakkan Bank Dunia membentuk Konvensi ini adalah kasus

nasionalisasi perusahaan-perusahaan Perancis di Tunisia. Kasus ini bermula

dengan tindakan DPR Tunisia (the Tunisian National Assembly) yang

mengeluarkan UU Nasionalisasi tanahtanah milik orang asing (khususnya

Perancis) pada tanggal 10 Mei 1964.

Negara-negara yang bisa menjadi anggota konvensi ICSID adalah

setiap anggota Bank Dunia. Namun negara-negara bukan anggota Bank Dunia

dapat menjadi anggota konvensi asal negara tersebut adalah anggota pada

Statuta Mahkamah Internasional. Sampai 1993, 105 negara telah menjadi

anggota pada konvensi ini. ICSID dikelola oleh suatu administrative Council

18
(Dewan Administratif). Setiap negara peserta konvensi memiliki seorang

wakil dan memiliki satu suara. Dewan ini memiliki ketua ex officio, yaitu

Presiden Bank Dunia. Badan utama struktur organisasi ICSID adalah

Secretary General (Sekjen). Ia berfungsi sebagai registrar (pendaftar atau

panitera). ICSID menyimpan daftar nama untuk dicantumkan ke dalam suatu

panel arbitrase atau konsiliasi. Setiap negara peserta konvensi dapat menunjuk

4 orang arbitrator atau konsiliator ke dalam masing-masing daftar panel

tersebut. Mereka dapat warganegaranya atau orang asing. Ketua Dewan

Admintratif dapat menunjuk 10 orang pada masing-masing panel.

Contoh lain dalam sengketa di ICSID ini adalah sengketa antara KPC

dan pemerintah Kaltim, Pemprov Kaltim telah mencabut gugatan sengketa

divestasi melalui ICSID pada 2008 saat era Gubernur Kaltim Yurnalis

Ngayoh. Dampak pencabutan itu, Pemprov Kaltim bakal menerima

kompensasi senilai Rp 285 miliar, tetapi hingga kini belum dibayar KPC.

g. Penyelesaian Yudisial.

Penyelesaiaan yudisial berarti suatu penyelesaian yang dihasilkan

melalui suatu yang penagdilan internasional yang dibentuk sebagaimana

mestinya, dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum. Salah satunya

“organ umum” untuk penyelesaian yudisial yang saat ini tersedia dalam

masyarakat inetrnasional adalah International Court of justice di the Haque

yang menggantikan dan melanjutkan kontinuitas Permanent Court of

International Justice. Pengukuhan lembaga ini dilaksanakan pada tanggal 18

april 1946 oleh dewan majelis PBB.

19
Intenational Court of justice dibentuk berdasarkan Bab IV (pasal 92-

96) Charter PBB yang dirumuskan di san fransisico pada tahun 1945.

Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim, dua merangkap ketua dan

wakil ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya direkrut dari warga Negara

anggota yang dinilai cakap di bidang hukum internasional. Lima berasal dari

Negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia, Amerika

serikat, Inggris dan Prancis.

Fungsi Mahkamah Internasional Adalah menyelesaikan kasus-kasus

persengketaan internasional yang subyeknya adalah Negara. Ada 3 kategori

Negara, yaitu :

1) Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke Mahkamah

Internasional.

2) Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah

intyernasional. Dan yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh

mengajukan kasusnya ke Mahkamah internasional dengan syarat yang

ditentukan dewan keamanan PBB

3) Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus

membuat deklarasi untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah internasional dan

Piagam PBB.

ICJ merupakan salah satu dari 6 organ utama PBB. Namun badan ini

memiliki kedudukan khusus dibandingkan 5 organ utama lainnya. ICJ atau

Mahkamah tidak memiliki hubungan hierarkhis dengan badan-badan utama

PBB lainnya. Ia benar-benar lembaga hukum dalam sebagai suatu pengadilan.

Ia bukan pula pengadilan konstitutsi (Constitutional Court) yang memiliki

20
kewenangan untuk meninjau (mereview) putusan-putusan politis yang dibuat

oleh Dewan Keamanan. Ia menggunakan nama resmi ICJ dan tidak

menggunakan simbol atau nama PBB dalam putusannya.

kedudukan ICJ ini memang unik. Kedudukan seperti ini memang perlu

dipertahankan. Sebagai salah satu organ utama PBB, ia harus benar-benar

menunjukkan kemandiriannya sebagai suatu organ atau badan pengadilan.

Jurisdiksi Mahkamah Internasional mencakup dua hal: 1 Jurisdiksi atas

pokok sengketa yang diserahkannya (contentious jurisdiction); dan 2 non-

contentious jurisdiction atau jurisdiksi untuk memberikan nasihat hukum

(advisory jurisdiction). Tindakann perlindungan sementara ini termasuk juga

ke dalam jurisdiksi Mahkamah, yakni berada dalam ruang lingkup jurisdiksi

yang disebut incidental jurisdiction. Berdasarkan jurisdiksi ini, Mahkamah

memiliki wewenang untuk menyatakan diberlakukannya suatu tindakan-

tindakan perlindungan sementara, membolehkan suatu intervensi dan

manafsirkan atau merubah suatu putusan.

Sesuai dengan namanya, tindakan perlindungan sementara ini

berkaitan dengan perlindungan hak-hak para pihak sementara persidangan atas

pokok sengketanya sendiri sedang berlangsung Dasar hukum yang mendasari

jurisdiksi seperti ini terdapat dalam Pasal 41 Statuta ICJ.

Dasar pembenaran pemberian perlindungan ini berasal dari prinsip

hukum yang sudah mendasar yakni bahwa putusan suatu pengadilan haruslah

efektif. Karenanya, sangatlah penting bagi pengadilan untuk mencegah salah

satu atau kedua belah pihak untuk mengganggu situasi atau mencoba untuk

membuat pihak lainnya fait accompli.

21
2. Cara-cara Penyelesaian Paksa atau Kekerasan

a. Perang dan Tindakan bersenjata Non perang

Keseluruhan tujuan perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan

mebebankan syarat-syarat penyelesaiaan diamana negara yang ditaklukan itu

tidak memiliki alternative lain selain mematuhinya.

b. Retorsi (retorsion)

Retorsi adalah istilah teknik pembalasan dendam oleh suatu negara

terhadap tindakan-tindakan yang tidak pantas aatau tidak patut dari negara

lain, balas dendam tersebut dilakuakna dalam bentuk tindakan-tindakan sah

yang tidak bersahabat didalam konferensi negara yang kehormatannya dihina:

misalnya merenggangnya hubungan diplomati anta 2 negara, pencabutan

previllage diplomatic dan lain-lain.

c. Tindakan-tindakan Pembalasan (Repraisals)

Pembalasan adalah tindakan yang dipakai oleh negara-negara untuk

mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain dengan

melakukan tindakan-tindakan yang besifat pembalasan. Saat ini praktek

pembalasan hanya dibenarkan, apabila negara yang dituju oleh pembalasan ini

bersalah melakukan tindakan yang sifatnya merupakan pelanggaran

internasional. Contoh nyata tindkan pembalsan, misalnya pengusiran orang-

orang hungaria dari Yugoslavia pada tahun 1935, yang merupakan balas

dendam dari pembunuhan raja Alexander dari yugoslavia.

d. Blokade Secara Damai (pacific Blokade)

Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan secara

damai. Kadang-kadang dilakukan sebagi suatu pembalasan, tindakan itu pada

22
umumnya ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade

untuk mentaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara untuk

meblokade.

Ada beberapa manfaat nyata dalam pengunaan blokade damai.

Tindakan ini merupakan cara yang jauh dari kekerasan dibanding dengan

perang dan blokade yang sifatnya fleksibel.

Berikut ini adalah beberapa contoh mengenai perana hukum

internasional (berdasarkan sumber-sumbernya) dalam menjaga perdamaian

dunia.

1. Perjanjian pemanfaatan Benua Antartika secara damai pada tahun 1959

2. Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk kepentingan perdamaian pada tahun

1968

3. Perjanjian damai Dayton (Ochio-AS) pada tahun 1995 yang mengharuskan

Serbia, Muslim Bosnia, dan Krosia mematuhinya. Untuk mengatasi

prjanjiantersebut, NATO menempatkan pasukannya guna menegakkan hukum

intgernasional yang telah disepakati.

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum Internasional, sebagaimana kita ketahui merupakan keseluruhan

kaidah yang sangat diperlukan untuk mengatur sebagian besar hubungan-

hubungan antar Negara-negara. Tanpa adanya kaidah ini tidak mungkin Negara-

negara didunia dapat hidup berdampingan seperti adanya saat sekarang ini.

Memang benar bahwa pada kalangan tertentu ada kecendrungan untuk

mengecilkan makna hukum internasional, bahakan hingga taraf mempersoalkan

keberadaan dan nilai hukum internasional. Terdapat dua alasan yang mendasari

pandangan ini:

a. Pada umumnya dianut pandangan bahwa kaidah-kaidah hukum

internasional hanya ditujuan unutuk memelihara perdamaian,

b. Diabaikannya sejumlah besar kaidah yang berbeda dengan kaiadah-

kaidah yang berkenaan dengan “politik tingkat tinggi”, yaitu masalah

masalah perdamaian atau perang hanya sedikit yang mendapat

publisitas,4[4]

Pelanggaran-pelanggaran yang mengakibatkan perang atau konflik-

konflik agresi dan ketidakberdayaan hukum internasional untuk menanggulangi

persoalan-persoalan seperti pelucutan senjata , terorisme internasional dan

perdagangan senjata-senjata konvensional cenderung mendapat perhatian yang

tidak memuaskan dan dari inilah umum mengambil kesimpulan yang keliru

mengenai tidak berfungsinya sama sekali hukum internasional. Bagaimanapun

4[4] J.G Starke. Pengantar Hukum Internasional. (Jakarta:Sinar Grafika.2006), hlm.17

24
juga eksistensi dari hukum internasional itu sendiri tidak bisa dilupakan begitu

saja.

Dari uraian sebelumnya dapat diatarik kesimpulan bahwa peranan hukum

internasional terutama dalam penyelesaian sengketa internasional dan terciptanya

perdamaian dunia ada 4 macam yaitu antara lain :

1. Pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-

hubungan antar negara terjalin dengan persahabatan (friendly relations

among States) dan tidak mengharapkan adanya persengketaan;

2. Hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-

negara yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya;

3. Hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada

para pihak tentang cara-cara, prosedur atau upaya yang seyogyanya

ditempuh untuk menyelesaikan sengketanya; dan

4. Hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara

penyelesaian secara damai; apakah sengketa itu sifatnya antar negara

atau antar negara dengan subyek hukum internasional lainnya. Hukum

internasional tidak menganjurkan sama sekali cara kekerasan atau

peperangan.

Hadirnya lembaga-lembaga atau mekanisme penyelesaian sengketa yang

diciptakan oleh masyarakat internasional pada umumnya ditujukan untuk suatu

maksud utama, yakni memberi cara mengenai bagaimana seharusnya sengketa

internasional diselesaikan secara damai.

Peran hukum internasional dalam penyelesaian sengketa ini cukup

penting. Hukum internasional tidak semata-mata mewajibkan penyelesaian secara

25
damai, hukum internasional ternyata pula memberi kebebasan seluas-luasnya

kepada negara-negara untuk menerapkan atau memanfaatkan mekanisme

penyelesaian sengketa yang ada baik yang terdapat dalam Piagam PBB, perjanjian

atau konvensi internasional yang negara-negara yang bersengketa telah

mengikatkan dirinya. Semua ini menunjukkan dan memperkuat tujuan akhir dari

hukum internasional mengenai penyelesaian sengketa ini yaitu penyelesaian

secara damai dan tidak menghendaki penyelesaian secara kekerasan (militer).

Hukum Internasional yang bertugas mengatur segala macam interaksi

tersebut telah dituntut untuk berperan lebih aktif demi terlaksananya hubungan

dan kerjasama antarbangsa yang harmonis serta terpeliharanya keterlibatan,

perdamaian dan keamanan dunia.

2. Saran

Keberadaan hukum internasional sangat dirasakan demi tercapainaya

ketertiban dunia. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa dewasa ini

ketegasan dari hukum internasional sudah mulai melemah seiring

berkembangnya kekuatan-kekuatan yang terpusat pada beberapa negara

tertentu.

Sebagai generasi penerus yang akan menjalankan tugas-tugas

pemerintahan pada masa akan datang, sangat diharapkan keseriusan dari

semua pihak khususnya mahasiswa untuk kritis terhadap isu-isu, baik yang

terjadi di dalam maupun diluar negeri ini, apalagi menyangkut pelaksanaan

dari hukum internasional yang semakin hari semakin melemah

pengimplementasiannya demi tercapainya perdamaian dunia.

26
DAFTAR PUSTAKA

Starke,J.G. 2006. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepeuluh. Jakarta:

Sinar Grafika

Wallace, Rebecca. 1986. Hukum Internasional Pengantar Untuk Mahasiswa.

Semarang : IKIP Semarang Press

Gutama, Sudargo. 1981. Hukum Perdata Internasional Indonesia jilid 1.

Bandung: Penerbit Alumni

Suryokusumo, Sumaryo. 1993. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional.

Badung : Penerbit Alumni

Hamid, Sulaiman. 2002. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional. Jakarta:

PT. RajaGravindo

Barros, James. 1990. PBB Dulu Kini dan Esok. Jakarta: Bumi Aksara

http://khafidsociality.blogspot.com/2011/04/peranan-hukum-internasional-

dalam.html

http://www.belbuk.com/hukum-internasional-pengertian-peranan-dan-fungsi-

dalam-era-dinamika-global-p-9229.html

27

Anda mungkin juga menyukai