Anda di halaman 1dari 71

VOL. 1, NO.

1, MARET 2007 ISSN: 1978 - 3116

EKONOMI &
BISNIS
VOL. 1, NO. 1, MARET 2007 : 1-65

JEB VOL. 1 NO. 1 Hal. 1-65 MARET 2007 ISSN: 1978 - 3116
ISSN: 1978-3116

Vol. 1, No. 1, Maret 2007 J URNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)


EDITOR IN CHIEF
Prof. Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan
STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL BOARD MEMBERS


Dr. Baldric Siregar, MBA., Akuntan Dr. Soeratno, M.Ec.
STIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada
Dr. Dody Hapsoro, MSPA., MBA., Akuntan Dr. Harsono, M.Sc.
STIE YKPN Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

MANAGING EDITORS
Dra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan
STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL SECRETARY
Drs. Rudy Badrudin, M.Si.
STIE YKPN Yogyakarta

PUBLISHER
Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1100 Fax. (0274) 486155

EDITORIAL ADDRESS
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155
http://www.stieykpn.ac.id l e-mail: rudy@stieykpn.ac.id
Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814

Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) terbit sejak tahun 2007. JEB merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta.
Penerbitan JEB dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di
bidang ekonomi dan bisnis. Setiap naskah yang dikirimkan ke JEB akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai.
Daftar nama MITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima
eksemplar cetak lepas (off print) setelah terbit.
JEB diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Nopember. Harga langganan JEB Rp7.500,- ditambah
biaya kirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan
kemudahan bagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat
pada JEB dengan cara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).
ISSN: 1978-3116

Vol. 1, No. 1, Maret 2007 J URNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

DAFTAR ISI

PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBLE ASSETS, GROWTH OPPORTUNITY, PROFITABILITY,


DAN BUSINESS RISK PADA STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA:
STUDI KASUS DI BEJ
Theresia Tri Harjanti dan Eduardus Tandelilin
1-10

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANGTAKTIK PEMASANG IKLAN, PENGHARGAAN DIRI,


KERENTANAN KONSUMEN, DAN PENGETAHUAN PRODUK KONSUMEN PADA SKEPTISME REMAJA
TERHADAP IKLAN TELEVISI
Kurnia Dewi
11-22

ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) PADA INVESTASI


DI KABUPATEN SLEMAN, TAHUN 2000-2004
Mufidhatul Khasanah
23-31

METODOLOGI EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DI BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN


Muhammad Yusuf
33-48

ANALISIS PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN, HARAPAN NASABAH


PADA KEPUASAN NASABAH DAN PENGARUH KEPUASAN NASABAH PADA LOYALITAS NASABAH
DAN PERILAKU BERALIH MEREK
Rini Kusumawati
49-58

ASPEK VALUE ADDED RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM


AM Vianey Norpratiwi
59-65
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 1-10

menjadi salah satu elemen penting dalam perusahaan masing atribut yang diidentifikasi sebagai penentu
karena baik dalam pembukaan bisnis maupun dalam struktur modal. Metode yang akan digunakan adalah
pengembangan bisnis modal sangatlah diperlukan. SEM (Structural Equation Modeling). Tujuan
Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh firm
seberapa banyak modal yang diperlukan untuk size, tangible assets, growth opportunity, profitabil-
membiayai bisnisnya. Sumber dana bagi perusahaan ity dan business risk pada struktur modal perusahaan
dapat diperoleh dari dalam perusahaan yang berasal manufaktur di Indonesia.
dari laba ditahan dan depresiasi, serta dana dari luar
perusahaan yang berasal dari utang, yaitu dana yang MATERI DAN METODE PENELITIAN
berasal dari para kreditur dan dana yang berasal dari
peserta yang mengambil bagian dalam perusahaan Titman dan Wessels (1988) dengan menggunakan 469
yang akan menjadi modal sendiri (Riyanto, 1995). perusahaan sebagai sampel dalam penelitiannya
Struktur modal merupakan suatu pilihan dengan menggunakan metode structural equation
pendanaan perusahaan antara utang dan ekuitas. modeling menemukan bahwa keunikan perusahaan
Banyak model yang digunakan untuk menjelaskan atau produk yang terspesialisasi dan profitabilitas
mengenai perilaku pendanaan perusahaan. Teori yang berhubungan negatif dan signifikan dengan rasio utang
menjelaskan mengenai hal tersebut antara lain static perusahaan, rasio utang jangka pendek berhubungan
trade-off theory (Modigliani dan Miller, 1963 dalam negatif, dan signifikan dengan ukuran perusahaan.
Titman dan Wessels, 1988), pecking order theory Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa perusahaan
(Myers, 1984), dan teori keagenan (Jensen dan kecil lebih suka menggunakan utang jangka pendek
Meckling, 1976). daripada menggunakan utang jangka panjang. Dalam
Banyak penelitian mengenai faktor-faktor yang penelitian ini, tidak ditemukan bukti yang mendukung
mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan. teori yang memprediksi bahwa growth, tax shield, vola-
Namun, banyak yang belum mengetahui faktor-faktor tility, dan nilai collateral suatu aktiva berpengaruh
yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan terhadap rasio utang. Namun, penelitian ini menemukan
secara pasti. Berdasarkan penelitian-penelitian yang bukti yang mendukung proposisi bahwa perusahaan
telah dilakukan, antara lain Ghosh et al. (2000), Shao et yang mempunyai kemampulabaan relatif memiliki utang
al. (1995), Ooi (1999), Hutchinson et al. (1998), Low rendah relatif terhadap nilai pasar ekuitas mereka dalam
dan Chen (2004), Susiaty (1998), Sulistyaningsih (2001), arti bahwa profitabilitas perusahaan berhubungan
Faisal (2000), Margasari (2002), dan Saktiani (2006), negatif dan signifikan dengan tingkat utang.
menjelaskan bahwa atribut yang diidentifikasi sebagai Baskin (1989) dengan menggunakan 378
penentu pemilihan struktur modal sering kali tidak perusahaan di Amerika Serikat dalam penelitiannya
diamati secara langsung. Sebenarnya tidak ada indikator menemukan bahwa profitabilitas perusahaan
akuntansi tunggal yang dapat digunakan sebagai berhubungan negatif dan signifikan dengan rasio utang
gambaran yang tepat dari setiap atribut sedangkan perusahaan. Hal ini mendukung argumen pecking or-
dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan der theory. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa
tersebut indikator yang digunakan untuk mengukur growth berhubungan positif dan signifikan dengan
atribut yang diidentifikasi sebagai penentu pemilihan rasio utang.
struktur modal dianggap sebagai indikator yang Harris dan Raviv (1991), menemukan bukti
sempurna. bahwa leverage meningkat dengan meningkatnya aktiva
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor tetap, nondebt tax shields, peluang investasi, dan
yang mempengaruhi struktur modal dengan ukuran perusahaan dan menurun dengan adanya
menggunakan beberapa indikator untuk mengukur volatilitas, biaya iklan, probabilitas kebangkrutan,
setiap atribut sehingga selain dapat membuktikan profitabilitas, dan keunikan produk. Shao et al. (1995),
faktor-faktor yang diprediksi mempengaruhi struktur dengan menggunakan 156 perusahaan sebagai cabang
modal juga akan dapat diketahui reliabilitas dan validitas dari perusahaan multinasional di Amerika Serikat
masing-masing indikator dalam mengukur masing- menemukan bahwa umur dari cabang perusahaan

2
PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBLE ASSETS, .................... (Theresia Tri Harjanti & Eduardus Tandelilin)

multinasional dan risiko keuangan yang dihadapi jangka panjang dan utang jangka pendek yang
cabang perusahaan multinasional merupakan faktor dipertimbangkan. Di samping itu, juga ditemukan
penting yang mempengaruhi struktur modal. hubungan negatif signifikan antara umur perusahaan
Perusahaan yang mempunyai umur yang lebih tua akan dengan utang perusahaan baik utang jangka panjang
memiliki utang yang lebih besar daripada perusahaan dan utang jangka pendek. Penelitian ini juga
yang berumur lebih muda. Hal ini berarti bahwa umur menemukan bahwa tingkat pertumbuhan tidak
perusahaan berhubungan positif dengan tingkat utang berpengaruh terhadap struktur modal.
perusahaan. Risiko keuangan yang lebih rendah akan Penelitian oleh Ooi (1999) menggunakan ordi-
berhubungan dengan kemungkinan untuk nary least square regression dan menggunakan data
menggunakan utang lebih besar. Berarti bahwa risiko panel untuk memperkirakan faktor-faktor yang
berpengaruh negatif terhadap tingkat utang mempengaruhi struktur modal. Simpulan dari penelitian
perusahaan. Hasil penelitian memukan bahwa yang menggunakan sampel 483 perusahaan properti di
perputaran total aktiva dan status kepemilikan Inggris ini adalah: (1) bahwa sifat aktivitas dan struktur
merupakan faktor penting lain yang mempengaruhi aktiva dari perusahaan properti secara signifikan
struktur modal suatu perusahaan. mempengaruhi peningkatan kapasitas utang
Penelitian berikutnya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang mempunyai
Hutchinson et al. (1998), dengan menggunakan sampel intensitas aktiva yang tinggi cenderung memiliki utang
3.368 perusahaan di Inggris dan membaginya yang tinggi dalam struktur modalnya, (2) hubungan
berdasarkan ukuran perusahaan tersebut berdasar negatif dan signifikan antara tingkat utang dengan
jumlah karyawan yang ada di perusahaan tersebut. growth perusahaan, (3) hubungan negatif signifikan
Dengan melakukan pemisahan antara utang jangka antara risiko keuangan (ditunjukkan dengan tingkat
panjang, utang jangka pendek, dan total utang untuk suku bunga) dengan kebijakan utang perusahaan
melihat struktur utang perusahaan menyimpulkan properti di Inggris, (4) kinerja perusahaan dan pajak
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tidak berpengaruh pada pemilihan utang-modal dari
profitabilitas, collateral, ukuran, dan umur perusahaan perusahaan properti, dan (5) pengaruh negatif firm size
dengan struktur modal. Terdapat hubungan negatif dan terhadap tingkat utang.
signifikan antara profitabilitas dengan utang Ghosh et al. (2000) dalam penelitiannya
perusahaan baik utang jangka pendek, utang jangka menggunakan 362 sampel perusahaan di Amerika
panjang, maupun total utang. Hubungan positif Serikat dan membaginya menjadi 19 industri dengan
signifikan antara collateral dengan utang jangka menggunakan data tahun 1982 dan tahun 1992. Dalam
panjang dan total utang perusahaan serta pengaruh penelitian cross-sectionalnya ini, Ghosh et al.
negatif collateral terhadap utang jangka pendek menggunakan metode ordinary least square dan
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jika menemukan hasil penelitian, yaitu: (1) pertumbuhan
perusahaan lebih banyak memiliki aktiva maka aktiva, rasio aktiva tetap, biaya penelitian dan
perusahaan akan lebih suka untuk menggunakan utang pengembangan, serta biaya pengiklanan sebagai faktor
jangka panjang. yang secara signifikan mempengaruhi struktur modal,
Penelitian oleh Hutchinson et al. (1998) juga (2) hubungan antara pertumbuhan aktiva dengan
menemukan hubungan positif signifikan antara ukuran struktur modal adalah negatif signifikan, dan (3)
perusahaan dengan utang jangka panjang perusahaan hubungan antara risiko bisnis dan leverage merupakan
dan pengaruh negatif antara ukuran perusahaan hubungan kuadratik, pertama dengan menurunnya
dengan utang jangka pendek perusahaan. Hal ini risiko bisnis maka leverage akan meningkat tetapi
menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih besar akan kemudian dengan meningkatnya risiko bisnis maka le-
lebih mudah mendapat utang jangka panjang. Hasil verage akan menurun.
hubungan yang berbeda yang ditunjukkan dalam Chen dan Jiang (2001) dengan menggunakan
hubungan antara collateral dan ukuran perusahaan 118 perusahaan di Belanda dalam penelitiannya
dengan struktur modal menunjukkan bahwa hubungan menemukan bukti bahwa non-debt tax shield dan
ini akan berubah arah bergantung pada apakah utang fleksibilitas berhubungan negatif dan signifikan dengan

3
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 1-10

leverage perusahaan dan keduanya merupakan faktor Asia, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran
penting yang menentukan struktur modal perusahaan- perusahaan berhubungan positif signifikan terhadap
perusahaan di Belanda. Dalam penelitian ini ditemukan leverage, profitabilitas perusahaan berhubungan
bukti bahwa growth merupakan faktor yang secara negatif signifikan terhadap leverage, serta hubungan
positif tidak signifikan mempengaruhi struktur modal, positif signifikan antara risiko bisnis dan leverage.
bertolak belakang dengan hubungan yang Susiaty (1998), dengan menggunakan sampel
diprediksikan berdasar teori. Mereka juga menemukan perusahaan manufaktur di Indonesia menemukan hasil
bahwa tangibility dan size berpengaruh positif bahwa: (1) struktur aktiva secara positif signifikan
terhadap rasio utang jangka panjang perusahaan dan berpengaruh pada struktur modal, (2) pertumbuhan
tangibility berpengaruh negatif terhadap rasio utang berhubungan positif signifikan dengan struktur modal,
jangka pendek. Dalam penelitian ini, hasilnya memberi (3) risiko bisnis berhubungan negatif dengan struktur
bukti yang mendukung static trade off hypothesis. modal walaupun tidak signifikan, (4) profitabilitas
Low dan Chen (2004) melakukan penelitian secara negatif dan signifikan mempengaruhi struktur
terhadap 232 perusahaan dari 30 negara untuk modal, dan (5) inflasi berhubungan positif dan signifikan
mengetahui pengaruh diversifikasi internasional dan terhadap struktur modal.
diversifikasi produk. Hasil dari penelitian ini Dengan menggunakan sampel 53 perusahaan
menunjukkan bahwa diversifikasi internasional manufaktur di Indonesia dengan periode penelitian
berhubungan negatif signifikan dengan leverage tahun 1991 sampai 1996, Faisal (2000) melakukan
perusahaan untuk perusahaan-perusahaan Amerika penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan
namun untuk perusahaan-perusahaan di luar Amerika terhadap kebijakan utang perusahaan dan
Serikat ditemukan bahwa diversifikasi internasional menyimpulkan bahwa insider ownership, shareholder
tidak signifikan mempengaruhi leverage perusahaan. dispersion dan devidend payments tidak berpengaruh
Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa diversifikasi secara signifikan terhadap leverage perusahaan
produk berhubungan positif dan signifikan dengan sedangkan untuk institusional investor, firm growth,
leverage perusahaan. Ditemukan juga bahwa risiko firm size, asset structure, firm profitability dan tax rate
berhubungan negatif signifikan terhadap tingkat utang ditemukan berpengaruh secara signifikan terhadap le-
yang mengindikasikan bahwa perusahaan yang verage.
mempunyai likuiditas rendah menghadapi risiko Sulistyaningsih (2001), dalam penelitiannya
kebangkrutan yang tinggi sehingga cenderung untuk yang menggunakan data perusahaan manufaktur di In-
menggunakan tingkat utang yang tinggi. Penelitian ini donesia dan menggunakan analisis regresi berganda
juga menemukan hasil bahwa penjualan kas menyimpulkan bahwa inventory, growth of sales, profit
berhubungan negatif signifikan terhadap utang yang dan size secara simultan berpengaruh signifikan
berarti bahwa ketersediaan dana internal akan terhadap utang jangka panjang, utang jangka pendek,
mendorong perusahaan untuk menggunakan utang serta modal. Penelitian berikutnya dilakukan oleh
yang rendah. Hubungan antara ukuran perusahaan dan Margasari (2002), yang melakukan penelitian mengenai
tingkat utang adalah positif signifikan. pengaruh karakteristik aktiva terhadap kebijakan utang.
Supanvanij, J. (2006), melakukan penelitian pada Hasil penelitian ini adalah bahwa unlevered beta dan
keputusan pendanaan dari 292 perusahaan Asia dan diversifikasi tidak berpengaruh secara signifikan
130 perusahaan multinasional yang berinvestasi di Asia terhadap leverage perusahaan sedangkan rasio aktiva
selama tahun 1991-1996. Untuk penelitian pada tetap, pertumbuhan, dan ukuran perusahaan
perusahaan di Asia, hasilnya menunjukkan bahwa berpengaruh secara signifikan terhadap leverage
ukuran perusahaan berhubungan positif signifikan baik perusahaan. Dalam penelitian ini hubungan antara
terhadap utang jangka panjang maupun utang jangka pertumbuhan dengan leverage adalah positif.
pendek. Profitabilitas berhubungan negatif signifikan Penelitian lain dilakukan oleh Saktiani (2006)
terhadap utang sedangkan risiko bisnis tidak yang menggunakan metode analisis regresi linear
berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. berganda dalam menguji pengaruh karakteristik aktiva,
Untuk perusahaan multinasional yang beroperasi di ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, financial con-

4
PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBLE ASSETS, .................... (Theresia Tri Harjanti & Eduardus Tandelilin)

straint, dan struktur kepemilikan terhadap kebijakan yang memuat informasi yang relevan dengan penelitian
utang perusahaan manufaktur di indonesia. Penelitian ini.
ini menyimpulkan bahwa: (1) karakteristik aktiva
berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan HASIL PENELITIAN
utang, (2) pertumbuhan, kepemilikan institusional, dan
financial constraint berhubungan negatif dan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
signifikan terhadap kebijakan utang, (3) ukuran dan Structural Equation Modeling (SEM). Model ini terdiri
kepemilikan manajerial berhubungan positif signifikan dari dua bagian, yaitu measurement model dan struc-
terhadap leverage, dan (4) profit tidak mempengaruhi tural model. Prosedur statistik yang digunakan untuk
kebijakan utang perusahaan. mengestimasi model ini mensyaratkan hubungan antara
Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada firm masing-masing atribut (variabel independen) dengan
size, tangible asset, growth, profitability, dan busi- indikator dan variabel dependen adalah linier.
ness risk sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi Dalam structural model, rasio utang yang diukur
struktur modal perusahaan. Alasan penulis ditetapkan sebagai fungsi dari atribut yang dijelaskan
menggunakan kelima faktor tersebut antara lain karena dalam measurement model. Structural model
faktor-faktor inilah yang menunjukkan konsistensi dirumuskan sebagai persamaan sebagai berikut:
dalam hubungannya dengan leverage serta karena
adanya keterbatasan data yang membatasi pengem- η = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + γ4ξ4 +γ5ξ5 + ζ
bangan penggunaan proksi. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah: atau
H1: firm size berpengaruh positif terhadap leverage
perusahaan. leverage = γ1firm size + γ2tangible assets + γ3growth
H2: tangible assets berpengaruh positif terhadap le- + γ4profitability + γ5business risk + ζ
verage perusahaan.
H3: growth opportunity berpengaruh negatif dimana, η adalah variabel laten endogen, ξ merupakan
terhadap leverage perusahaan. variabel laten eksogen, γ merupakan hubungan
H4: profitability berhubungan negatif dengan lever- langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
age perusahaan. dan ζ adalah kesalahan pengukuran
H5: business risk berpengaruh negatif dengan lever- Dalam measurement model, atribut yang tidak
age perusahaan. diamati (variabel laten) diukur dengan menghubungkan
atribut yang tidak dapat diamati tersebut (variabel laten)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua dengan variabel yang diamati (variabel manifest, data
perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di akuntansi). Measurement model dirumuskan sebagai
BEJ dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. berikut:
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling dengan tipe judgement yn = λnηn + εn
sampling, yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan xn = λnξn + δn
pada beberapa kriteria tertentu (Cooper dan Emory,
1995). Kriterianya adalah perusahaan manufaktur di dimana, y merupakan indikator variabel endogen
Indonesia, terdaftar di BEJ dari tahun 2000 sampai (dependen), x merupakan indikator variabel eksogen
dengan tahun 2004, dan menerbitkan laporan keuangan (independen), λ adalah faktor loading, η adalah variabel
dalam kurun waktu tersebut. Semua data yang laten endogen, ξ merupakan variabel laten eksogen, ε
diperlukan dalam penelitian tersedia dalam laporan merupakan kesalahan pengukuran variabel endogen,
keuangan perusahaan. Data yang digunakan dalam d merupakan kesalahan pengukuran variabel eksogen
penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan dan n merupakan indikator ke n.
tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesian Berdasarkan persamaan ini, secara sederhana
Capital Market Directory (ICMD) dan sumber lainnya dikatakan bahwa meskipun atribut yang menurut

5
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 1-10

dugaan menentukan struktur modal tidak dapat diamati, Business Risk diukur dengan natural log
sejumlah variabel lain yang ditandai sebagai indikator deviasi standard laba bersih (Supanvanij, 2006) serta
sebagai ukuran dari atribut dapat diamati. Leverage natural log deviasi standard laba bersih sebelum bunga
digunakan sebagai proksi untuk mengukur struktur dan pajak (Chen dan Jiang, 2001). Penggunaan deviasi
modal perusahaan. Dalam penelitian ini, digunakan 2 standar di sini dimaksudkan untuk memperoleh estimasi
ukuran leverage perusahaan, yaitu (1) Rasio antara yang lebih baik. Penggunaan natural log disini
utang jangka panjang dengan total aktiva dan (2) Rasio dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang
antara utang jangka pendek dengan total aktiva (Titman berlebih sehingga akan dapat mengurangi skewness of
dan Wessels, 1998; Chen dan Jiang, 2001; Supanvanij, distribution dan data akan menyebar normal serta
2006; Hutchinson et al. 1998; Ghosh et al. 2000. Nilai meminimisasi standar error koefisien regresi. Hasil uji
masing-masing diukur dengan menggunakan nilai buku pengaruh firm size, tangible assets, growth opportu-
utang jangka panjang dan nilai buku utang jangka nity, profitability, dan business risk terhadap struktur
pendek (Hutchinson et al. 1998; Habibah, 2002). modal (leverage) disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
Variabel firm size diukur dengan menggunakan
natural log dari net sales (Titman dan Wessels, 1988; Tabel 1
Rajan dan Zingales, 1995; Moh’d et al. 1998; Chen dan Hasil Uji Pengaruh Firm Size, Tangible Assets,
Jiang, 2001; Supanvanij, 2006; Oliver), natural log dari Growth Opportunity, Profitability, dan Business
equity (Chang et al. 1990) serta natural log dari worker Risk terhadap Struktur Modal (Leverage)
(Chen dan Jiang, 2001). Penggunaan natural log disini
dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang
berlebih sehingga akan dapat mengurangi skewness of Variabel Estimate P
distribution serta meminimisasi standar error koefisien FIRM_SIZE 0,287 0,012
regresi. TANGIBILITY -0,078 0,125
Variabel tangible assets diukur dengan
GROWTH -0,065 0,627
menggunakan rasio antara fixed asset dengan total asset
(Moh’d et al. 1998; Supanvanij, 2006; Titman dan PROFIT -0,561 0,002
Wessels, 1988; Hutchinson et al. 1998, Chen dan Jiang, B_RISK 0,024 0,745
2001). Penggunaan fixed asset dalam pengukuran
variabel ini karena fixed asset dapat memberikan
gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat PEMBAHASAN
digunakan oleh suatu perusahaan untuk melunasi
utang. Variabel growth opportunity diukur dengan Nilai beta untuk firm size adalah sebesar 0,287 dan nilai
menggunakan price earning ratio (PER), persentase p sebesar 0,012. Berdasarkan hasil ini terlihat bahwa
perubahan total aktiva (Titman dan Wessels, 1988), firm size berhubungan positif (arah hubungan positif
serta persentase perubahan penjualan (Chen dan Jiang, dapat dilihat dari koefisien nilai beta) dan signifikan
2001; Hutchinson et al. 1998). terhadap struktur modal (leverage) karena nilai p
Dalam penelitian ini, profitability diukur dengan sebesar 0,012 lebih kecil dari tingkat signifikansinya
menggunakan tiga indikator yaitu menggunakan rasio (0,05). Dengan demikian, penelitian ini berhasil
antara pendapatan operasi terhadap total aktiva (Titman membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan
dan Wessels, 1988; Rajan dan Zingales, 1955; Moh’d bahwa firm size berpengaruh positif terhadap lever-
et al. 1998; Supanvanij, 2006; Oliver). Proksi yang kedua age perusahaan.
dengan menggunakan return on equity (Chen dan Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Jiang, 2001), dan proksi yang ketiga dengan yang dilakukan oleh Low dan Chen (2004), Supanvanij
menggunakan rasio antara pendapatan operasi (2006), Hutchinson et al. (1998), Chen dan Jiang (2001),
terhadap total penjualan (Titman dan Wessels,1998; Susiaty (1998), Faisal (2000), Sulistyaningsih (2001),
Chen dan Jiang, 2001). Margasari (2002), serta Saktiani (2006). Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran suatu

6
PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBLE ASSETS, .................... (Theresia Tri Harjanti & Eduardus Tandelilin)

perusahaan maka tingkat utang yang digunakan dalam diukur dengan menggunakan indikator pertumbuhan
pendanaannya semakin tinggi pula. Hal ini dapat sedangkan peluang merupakan sesuatu yang tidak
dijelaskan bahwa perusahaan yang lebih besar dapat diukur secara pasti. Hasil penelitian ini
mempunyai asymmetric information yang lebih kecil mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Titman
sehingga pihak luar dapat memperoleh informasi lebih dan Wessels (1998) dan Hutchinson et al. (1998).
mengenai perusahaan tersebut sehingga lebih mudah Nilai beta dan nilai p untuk profitability berturut-
bagi perusahaan yang lebih besar untuk mendapatkan turut sebesar -0,561 dan 0,002. Berdasarkan nilai beta
utang dan juga karena adanya akses ke pasar modal dapat diketahui bahwa hubungan antara profitability
yang lebih mudah untuk perusahaan besar. Pengaruh dengan leverage adalah negatif. Nilai p sebesar 0,002
positif firm size terhadap leverage juga dapat dijelaskan lebih kecil daripada tingkat signifikansi 0,05. Artinya
oleh adanya batasan yang dibuat oleh kreditor dalam pengaruh profitability pada leverage perusahaan
memberi pinjaman sehingga kreditor akan lebih mudah adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis tersebut
memberi utang kepada perusahaan yang lebih besar maka hipotesis keempat penelitian ini yang menyatakan
dengan asumsi bahwa kemungkinan perusahaan besar bahwa profitability berhubungan negatif dengan le-
untuk mengalami kebangkrutan kecil sehingga kreditur verage perusahaan dapat dibuktikan secara empiris.
akan merasa lebih aman untuk memberi pinjaman kepada Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
perusahaan yang lebih besar. yang dilakukan oleh Hutchinson et al (1998), Low &
Nilai beta untuk tangible assets adalah sebesar Chen (2004), Supanvanij (2006), Baskin (1989), Titman
-0,078 dengan nilai p sebesar 0,125. Hal ini berarti bahwa dan Wessels (1988), Susiaty (1998), Faisal (2000), serta
tangible assets tidak berpengaruh terhadap leverage Sulistyaningsih (2001). Implikasi hasil penelitian ini
karena nilai p sebesar 0,125 lebih besar dari tingkat adalah bahwa perusahaan yang profitabilitasnya tinggi
signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil ini maka hipotesis akan lebih banyak mempunyai dana internal daripada
kedua yang menyatakan bahwa tangible assets perusahaan yang profitabilitasnya rendah. Perusahaan
berpengaruh positif terhadap leverage perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan utang
ditolak. Berdasarkan nilai beta yaitu sebesar -0,078 dapat lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan
disimpulkan bahwa ada kecenderungan hubungan dana yang cukup melalui laba ditahan. Implikasi lain
negatif antara tangible assets dengan leverage dari pengaruh positif ini juga dapat dijelaskan berkaitan
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan jika
penelitian Titman dan Wessels (1998) yang tidak perusahaan menggunakan ekuitas dalam struktur
menemukan bukti yang mendukung teori yang modalnya. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk
menyatakan bahwa tangible assets berpengaruh menggunakan laba ditahan yang ada daripada harus
terhadap leverage perusahaan. menerbitkan ekuitas baru dengan biaya yang tinggi
Nilai beta untuk growth opportunity adalah untuk membiayai pendanaannya.
sebesar -0,065 dengan nilai p sebesar 0,627. Dengan Hasil penelitian ini juga mendukung pecking
nilai p sebesar 0,627 jauh lebih besar daripada tingkat order theory yang menyatakan bahwa perusahaan
signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh growth lebih suka untuk menggunakan dana internal (laba
opportunity terhadap leverage tidak signifikan. ditahan) daripada dana eksternal (utang dan ekuitas)
Berdasarkan hasil analisis ini, maka hipotesis yang untuk membiayai pengeluaran modalnya sehingga
menyatakan bahwa growth opportunity berpengaruh dengan profitabilitas yang tinggi perusahaan akan
negatif terhadap leverage perusahaan tidak dapat mengurangi tingkat penggunaan utangnya.
dibuktikan secara empiris. Nilai beta sebesar -0,065 Nilai beta untuk business risk adalah sebesar
mengindikasikan bahwa ada kecenderungan hubungan 0,024 dengan nilai p sebesar 0,745. Nilai p sebesar
antara growth opportunity dengan leverage adalah 0,745 yang lebih besar daripada tingkat signifikansi 0,05
negatif. Ketidaksignifikanan pengaruh growth oppor- menunjukkan bahwa pengaruh business risk terhadap
tunity terhadap leverage perusahaan dalam penelitian leverage tidak signifikan. Dengan hasil analisis ini,
ini disebabkan karena faktor pengukuran indikator. Hal tidak ditemukan bukti yang mendukung hipotesis
ini karena peluang untuk bertumbuh bagi perusahaan kelima yang menyatakan bahwa business risk

7
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 1-10

berpengaruh negatif dengan leverage perusahaan. faktor yang secara teori diprediksi mempengaruhi
Koefisien nilai beta yang positif mengindikasikan struktur modal menjadi tidak signifikan pengaruhnya.
bahwa ada kecenderungan hubungan positif antara Dalam penelitian ini, dalam mengukur nilai utang jangka
business risk dengan leverage perusahaan. Hasil panjang dan utang jangka pendek dilakukan dengan
penelitian yang menunjukkan bahwa business risk tidak menggunakan nilai buku. Variabel-variabel independen
berpengaruh terhadap leverage perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini kurang mampu
disebabkan karena dalam pengukuran indikator busi- menjelaskan variasi yang ada pada variabel dependen.
ness risk digunakan pengukuran pada variabilitas Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan
pendapatan perusahaan sedangkan business risk yang manufaktur sebagai sampel penelitian sehingga belum
merupakan tingkat risiko bisnis yang harus dihadapi dapat digunakan sebagai acuan yang menyeluruh
perusahaan merupakan suatu keadaan yang sulit untuk mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
diukur atau ditentukan secara pasti. Hasil penelitian ini modal perusahaan-perusahaan di Indonesia.
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Titman
dan Wessels (1998) dan Supanvanij (2006).

DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN DAN SARAN
Barcley, M. J. dan Smith, C. W. (1995), The Maturity
Simpulan Structure of Corporate Debt. Journal of Fi-
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh nance, Vol. 50, No. 2, June: 609-631.
firm size, tangible assets, growth opportunity, profit-
ability dan business risk pada struktur modal Baskin, J. (1989), An Empirical Investigation of The
perusahaan manufaktur di Indonesia. Simpulan yang Pecking Order Hypothesis. Journal Manage-
diperoleh adalah firm size berhubungan positif dan ment, Vol. 18, No. 1, Spring: 26-35.
signifikan terhadap leverage perusahaan dan ln net
sales merupakan indikator yang lebih valid dan reliabel Chang, R. P., dan Rhee, S. G. (1990), The Impact of Per-
untuk mengukur firm size, tangible assets tidak sonal Taxes on Corporate Dividend Policy and
berpengaruh terhadap leverage perusahaan namun ada Capital Structure Decisions. Financial Man-
kecenderungan hubungan negatif antara tangible as- agement. Vol. 19, No. 2, Summer: 21.
sets dengan leverage perusahaan, tidak ditemukan bukti
bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap le- Chen, L. H., dan Jiang, G. J. (2001), The Determinant of
verage perusahaan dan persentase perubahan total Ducth Capital Structure Choice. Working Pa-
aktiva merupakan indikator yang lebih valid dan reliabel per, September 2001.
dalam mengukur growth opportunity, profitability
berhubungan negatif dan signifikan dengan leverage Cooper, D. R., dan Emory, W. C. (1995), Business Re-
perusahaan, rasio antara pendapatan operasi terhadap search Methods, Fifth Edition, New York : Erwin.
total aktiva merupakan indikator yang lebih valid dan
reliabel dalam mengukur profitability, tidak ditemukan Faisal. (2000), Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
bukti bahwa business risk berpengaruh terhadap le- Kebijakan Hutang Perusahaan Pada Industri
verage perusahaan, dan ln deviasi standard EBIT Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Unpublished.
merupakan indikator yang lebih valid dan reliabel dalam Universitas Gadjah Mada.
mengukur business risk.
Ferdinand, A. (2006), Structural Equation Modeling
Saran Dalam Penelitian Manajemen, Aplikasi
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini kurang Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk
mampu menggambarkan sifat-sifat masing-masing Tesis Manajemen Dan Disertasi Doktor, BP-
atribut yang disarankan oleh teori yang ada sehingga UNDIP, Semarang.

8
PENGARUH FIRM SIZE, TANGIBLE ASSETS, .................... (Theresia Tri Harjanti & Eduardus Tandelilin)

Ghosh, A., Cai, F., dan Li, W. (2000), The Determinants Margasari, Naning. (2002), Pengaruh Unlevered Beta,
of Capital Structure. American Business Review, Diversifikasi, Firm Growth, Rasio Aktiva Tetap
Vol. 18, No. 2, June: 39. dan Ukuran Peruahaan Terhadap Kebijakan
Hutang Perusahaan, Unpublished. Universitas
Ghozali, Imam (2005). Model Persamaan Struktural: Gadjah Mada.
Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS
Ver. 5.0. BP-UNDIP, Semarang. Moh’d, M. A., Perry, L. G., dan Rimbey, J. N (1998), The
Impact of Ownership Structure On Corporate
Ghozali, Imam (2006). Structural Equation Modeling: Debt Policy: a Time-Series Cross-Sectional
Metode Alternatif Dengan Partial Least Analysis. The Financial Review,Vol. 33, No. 3,
Square. BP-UNDIP, Semarang. Agust: 85.

Ghozali, Imam dan Fuad (2005). Structural Equation Myers, S. C. (2001), Capital Structure. Journal of Eco-
Modeling: Teori, Konsep, dan Aplikasi Dengan nomics Perspectives, Vol. 15, No. 2, Spring: 81-
Program Lisrel 8.54. BP-UNDIP, Semarang. 102.

Gujarati, Damodar, N. (1988), Basic Econometrics, Sec- Oliver, B. R., The Impact of Management Confidence
ond Edition, McGraw, Inc. on Capital Structure. Paper. Australian National
University, Canberra, Australia.
Habibah, S. (2000). Dinamika Faktor-Faktor Yang
Menentukan Struktur Modal Perusahaan Tahun Ooi, J. (1999), The Determinants of Capital Structure
1992-1997. unpublished. Universitas Gadjah Evidence on UK Property Companies. Journal
Mada. of Property Investment & Finance, Vol. 17, No.
5: 464.
Harris, M. dan Raviv, A. (1991), The Theory of Capital
Structure. Journal of Finance, Vol. 46, No. 1, Rajan, G. R., dan Zingales, L. (1995), What Do We Know
Maret: 297-355. About Capital Structure? Some Evidence from
International Data, Journal of Finance. Vol. 50,
Hartono, Jogiyanto. (1998). Teori Portofolio dan No. 1: 1421-1460.
Analisis Investasi. Edisi 1. BPFE Yogyakarta.
Riyanto, B. (1989), Dasar-Dasar Pembelanjaan
Hutchinson, P., Hall, G., dan Michaelas, N. (1998), The Perusahaan, Edisi 4, BPFE.
Determinants of Capital Structure For Micro,
Small, and Medium-Sized Enterprises. Ross, S.A., Westerfield, R.W., & Jaffe, F., 2005, “Cor-
www.sbaer.uca.edu/research/1998/ICSB/ porate Finance”, 7st ed., McGraw-Hill Interna-
n008.htm. tional Edition.

Kester, C. W. (1986), Capital and Ownership Structure: Saktiani, A. K. (2006), Pengaruh Karakteristik Aktiva,
A Comparison of United States and Japanese Ukuran, Pertumbuhan, Profitabilitas, Financial
Manufacturing Corporation. Financial Man- Constraint, dan Struktur Kepemilikan Terhadap
agement, Vol. 15, No. 1, Spring: 5-16. Debt Policy Perusahaan. Unpublished. STIE
YKPN.
Low, P. Y., dan Chen, K. H. (2004), Diversification and
Capital Structure: Some International Evidence. Shao, L. P., Hasan, I., dan Shao, A. T. (1995), Determi-
Review of Quantitative Finance and Account- nants of International Capital Structure For U.S.
ing. Vol. 23, No. 1, Jul: 55. Foreign Subsidiaries. Multinational Business
Review, Vol. 3, No. 2: 67.

9
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 1-10

Sulistianingsih, H. (2001). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pemilihan Sumber Pendanaan.
Unpublished. Universitas Gadjah Mada.

Supanvanij, J. (2006), Capital Structure: Asia Firms Vs.


Multinational Firms in Asia. Journal of Ameri-
can Academy of Business, Vol. 10, No. 1: 324.

Susiaty, S. I. (1998). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Industri Manufaktur di Indonesia.
Unpublished. Universitas Gadjah Mada.

Titman, S. dan Wessels, R. (1988), The Determinant of


Capital Structure Choice. Journal of Finance,
Vol. 43, No. 1, Maret 1988: 1-19.

Weston, J. F., dan E.F. Brigham. (1987), Essentials of


Managerial Finance. Eight Edition. The
Dryden Press, Holt. Rinehart and Winston, Inc,
Orlando.

Zikmund, Wiliam G (2003). Business Reserch Methods


7th. Edition Thomson Soul Western.

10
ISSN: 1978-3116
PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG IKLAN,............... (Kurnia Dewi)
Vol. 1, No. 1, Maret 2007
Hal. 11-22 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG


IKLAN, PENGHARGAAN DIRI, KERENTANAN KONSUMEN,
DAN PENGETAHUAN PRODUK KONSUMEN PADA
SKEPTISME REMAJA TERHADAP IKLAN TELEVISI
Kurnia Dewi
Magister Manajemen STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan, Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155
E-mail: kurniadewi@yahoo.co.id

ABSTRACT and significant to adolescent scepticism toward televi-


This research examined the influences of knowledge sion advertising. Self-esteem proven to have an effect
about advertiser tactics, self-esteem, consumer sus- on positive and significant to adolescent scepticism
ceptibility, and consumer product knowledge on ado- toward television advertising. Consumer susceptibil-
lescents scepticism toward television advertising. Scep- ity proven to have an effect on negativity and signifi-
ticism toward television advertising is defined as ap- cant to adolescent scepticism toward television adver-
proach of somebody toward television advertising by tising. While consumer product knowledge proven do
using discerning mind and the tendency to refuse or not have an effect on positive and significant to ado-
believe whatever is shown on television ( Boush et al, lescent scepticism toward television advertising.
1994). Scepticism toward television advertising repre-
sent negative attitude of consumer because it tends to Keywords: scepticism, knowledge about the advertiser
disbeliefe the advertising claims and suspecting the tactics, self-esteem, consumer susceptibility, consumer
advertiser motives. According to the result of Boush product knowledge.
et al ( 1994), adolescents have high scepticism toward
television advertising and positively related to their
knowledge about the advertiser tactics. Progressively
tactics of advertiser comprehended its motives or in- PENDAHULUAN
tention, adolescent hence progressively doubt of or
sceptic to the advertisement. Knowledge about tactics Berbagai cara digunakan perusahaan untuk melakukan
of advertiser in this case represent knowledge about komunikasi pemasaran, salah satunya adalah promosi.
the persuasion effort of advertiser to consumer by us- Promosi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara
ing various advertisement tactics. The research also lain periklanan, personal selling, publisitas, promosi
proved that self-esteem and consumer susceptibility penjualan, dan pemasaran langsung. Di antara berbagai
are positively related to adolescent scepticism toward bentuk promosi di atas, periklanan merupakan bentuk
television advertising. Consumer product knowledge promosi yang paling banyak digunakan produsen
enhanced as one of variable influencing adolescent karena dianggap lebih efektif dalam menyampaikan
scepticism toward television advertising in this re- pesan kepada konsumen. Iklan dapat menyediakan
search. The result proved that knowledge about the informasi yang diperlukan untuk menentukan pilihan
advertiser tactics do not have an effect on positive atas barang dan jasa yang tersedia bagi konsumen.

11
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 11-22

Iklan dapat disampaikan melalui berbagai media baik terhadap iklan televisi, penelitian ini juga menguji
cetak maupun elektronik seperti koran, majalah, tab- pengaruh pengetahuan produk konsumen pada
loid, spanduk, radio, dan televisi. Televisi sebagai salah skeptisme remaja terhadap iklan televisi. Penelitian
satu media iklan semakin sering digunakan oleh para terdahulu menggunakan sampel remaja usia 12-14
pemasar karena media ini menyajikan informasi dalam tahun, disebut juga dengan periode peural atau awal
bentuk audio maupun visual. Konsumen (remaja dan pubertas sedangkan penelitian ini menggunakan
anak-anak) akan lebih efektif dalam menerima informasi kriteria remaja akhir atau masa adolensi (adolescence)
apabila penyajiannya lengkap meliputi audio dan vi- dengan batas usia 17-21 tahun sebagai sampel, dengan
sual (Macklin, 1994). mengacu pada batas usia adolensi menurut banyak ahli
Terkait dengan isu mengenai konsumen remaja jiwa yaitu 17-19 tahun atau 17-21 tahun (Kartono, 1995).
dan anak-anak, penelitian Linn et al (1984) seperti Penelitian ini memfokuskan pada satu kategori produk
dikutip oleh Boush et al (1994), mengasumsikan bahwa yakni kategori produk minuman ringan karena produk
proses yang menunjukkan perilaku konsumen remaja tersebut dekat dengan kehidupan remaja, dapat
sama dengan proses bagaimana mereka menuju dewasa. dikonsumsi oleh remaja pria maupun wanita, memiliki
Sedangkan menurut Boush et al (1994), remaja harga yang terjangkau oleh remaja, iklan yang
merupakan tahapan berpikir dan pengembangan sosial digunakan dapat mewakili keenam taktik iklan yang
yang dinamis serta lain dari biasanya, maka tidak tepat terdapat dalam penelitian ini dan sering ditayangkan di
jika mengasumsikan kedewasaan dalam proses kognitif televisi.
dan keyakinan remaja sama halnya dengan anak-anak.
Isu tentang respon remaja terhadap iklan masih jarang MATERI DAN METODE PENELITIAN
diteliti terutama terhadap taktik pemasang iklan. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan keinginan untuk Skeptisme didefinisikan sebagai sikap meragukan atau
melakukan penelitian mengenai respon remaja terhadap kecenderungan untuk tidak mempercayai suatu obyek
iklan khususnya yang disampaikan melalui media tertentu (Webster dalam Helm, 2004). Skeptisme
televisi. terhadap iklan televisi adalah pendekatan seseorang
Penelitian Boush et al (1994) menghasilkan terhadap iklan televisi dengan menggunakan ketajaman
simpulan bahwa remaja memiliki skeptisme yang tinggi berpikir dan kecenderungan untuk menolak atau
terhadap iklan televisi dan berhubungan positif dengan meyakini apa yang dilihat melalui televisi (Boush et al,
semakin tingginya pengetahuan mereka mengenai 1994). Sikap skeptis terhadap iklan dapat dikatakan
taktik pemasang iklan. Semakin taktik pemasang iklan sebagai sikap yang cenderung negatif karena bersifat
dipahami maksud atau motifnya, maka remaja semakin meragukan pesan iklan dan mencurigai motif pemasang
meragukan atau skeptis terhadap iklan tersebut. iklan.
Skeptisme didefinisikan sebagai suatu sikap keraguan Seseorang mempelajari persuasi melalui banyak
atau kecenderungan untuk tidak mempercayai obyek cara, yaitu dari pengalaman berinteraksi sosial dengan
tertentu (Webster dalam Helm, 2004). Skeptisme teman, keluarga dan rekan kerja; dari percakapan
menunjukkan sikap yang cenderung negatif karena tentang bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku
mengandung unsur ketidakyakinan dan kecurigaan. seseorang dapat dipengaruhi; dari mengamati pemasar
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya dan agen persuasi lainnya; dan dari pesan iklan dan
yang dilakukan oleh Boush et al (1998) dan Candra taktik pemasaran pada media berita (Friestad dan
(2006). Wright, 1994). Usaha persuasi para pemasang iklan
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap iklan
sebelumnya terletak pada jumlah variabel independen televisi. Semakin tinggi pengetahuan seseorang
yang diuji, batasan usia responden yang digunakan, terhadap usaha persuasi pemasang iklan maka akan
dan kategori produk yang diteliti. Selain menguji semakin tinggi sikap skeptisnya terhadap iklan. Hal ini
pengaruh dari variabel pengetahuan remaja tentang didukung oleh hasil penelitian Boush et al (1994) yang
taktik pemasang iklan, penghargaan diri remaja, dan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang taktik
kerentanan konsumen remaja pada skeptisme remaja pemasang iklan berhubungan positif dengan skeptisme

12
PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG IKLAN,............... (Kurnia Dewi)

terhadap iklan televisi (Boush et al, 1994). Artinya, seseorang terhadap orang lain melalui pemilikan dan
semakin konsumen mengetahui bahwa pemasang iklan penggunaan suatu produk atau merek tertentu.
berusaha melakukan persuasi melalui penayangan iklan Kerentanan konsumen dapat digunakan untuk
dengan berbagai taktik, maka konsumen cenderung menilai skeptisme remaja terhadap iklan televisi.
semakin meragukan pesan iklan dan mencurigai motif Menurut hasil penelitiannya, Boush et al (1994)
pemasang iklan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis menyimpulkan bahwa kerentanan konsumen memiliki
pertama yang diajukan adalah: hubungan negatif dengan skeptisme remaja terhadap
Ha1 : Pengetahuan tentang taktik pemasang iklan iklan televisi, yaitu apabila seseorang memiliki
berpengaruh positif dan signifikan pada kerentanan konsumen yang rendah, maka orang
skeptisme remaja terhadap iklan televisi. tersebut memiliki skeptisme yang tinggi terhadap iklan
Penghargaan diri mencerminkan feeling of ad- televisi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka
equacy (kecukupan atau kemampuan) dan harga diri hipotesis ketiga yang diajukan adalah:
seseorang (Loudon dan Della Bitta, dalam Boush et al, Ha3 : Kerentanan konsumen berpengaruh negatif dan
1994). Penghargaan diri merupakan salah satu indi- signifikan pada skeptisme remaja terhadap iklan
vidual difference variable yang digunakan untuk televisi.
meneliti hubungan antara kesesuaian (conformity) Ketika dihadapkan pada suatu informasi,
(Hovland dan Janis, 1959) dan persuasibilitas (McGuire, konsumen melakukan proses interpretasi yang meliputi
1968) seperti dikutip oleh Boush et al, 1994; dan pengetahuan (knowledge), pengertian (meanings), dan
diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif di kepercayaan (beliefs). Proses ini disebut sebagai
antara keduanya. Salah satu alasan dari hubungan proses kognitif yang memfokuskan pada bagaimana
negatif tersebut adalah bahwa seseorang yang konsumen mengartikan dan memahami informasi
mempunyai penghargaan diri rendah akan kurang eksternal yang diterimanya. Pada proses ini,
percaya diri pada keyakinan dan keputusannya sendiri, pengetahuan memiliki peranan penting sebagai sesuatu
sehingga akan mengikuti pendapat orang lain. Dengan yang disimpan dalam ingatan seseorang yang dapat
demikian, penghargaan diri memiliki hubungan yang digunakan untuk menginterpretasi suatu informasi
positif dengan skeptisme remaja terhadap iklan televisi, yang diperoleh dari lingkungannya. Pengetahuan
yaitu apabila seseorang mempunyai penghargaan diri produk dapat bersifat subyektif dan abstrak karena
yang tinggi, maka orang tersebut memiliki skeptisme merupakan penilaian konsumen secara pribadi
yang tinggi pula terhadap iklan televisi karena memiliki mengenai suatu produk baik yang dilihatnya secara
keyakinan yang tinggi terhadap dirinya sendiri (Boush fisik maupun secara psikologis yang hanya dapat
et al, 1994), sehingga hipotesis kedua dalam penelitian dirasakannya.
ini adalah: Setiap konsumen memiliki tingkat pengetahuan
Ha2 : Penghargaan diri berpengaruh positif dan produk dan pemahaman terhadap suatu informasi yang
signifikan pada skeptisme remaja terhadap iklan berbeda satu dengan yang lain. Tingkat pengetahuan
televisi. produk yang dimiliki konsumen dapat beragam mulai
Bearden et al (1989) mengungkapkan bahwa dari yang paling luas dan abstrak hingga paling spesifik
kerentanan konsumen merupakan kemampuan untuk tentang suatu produk. Hal ini mengakibatkan
menyesuaikan harapan atas keputusan pembelian konsumen membentuk opini yang berbeda-beda dan
menurut pendapat orang lain. Skala kerentanan menunjukkan sikap yang beragam terhadap suatu
konsumen mempunyai dimensi normatif yang obyek, kejadian, atau segala sesuatu yang ada dan
digambarkan sebagai keinginan untuk mengikuti terjadi di lingkungan sekitarnya dan juga informasi-
harapan orang lain dan dimensi informasional sebagai infomasi baru yang berasal dari luar dirinya.
kecenderungan untuk mempelajari suatu produk dengan Pengetahuan produk memiliki kaitan yang erat dengan
melakukan observasi atau menerima informasi dari or- konsumen, karenanya pengetahuan produk
ang lain sebagai suatu kenyataan (Bearden et al, 1989). ditempatkan sebagai variabel konseptual yang penting
Kerentanan konsumen juga dapat diartikan sebagai dalam perilaku konsumen, mempengaruhi hal-hal seperti
keinginan untuk memiliki atau mempertahankan image pengumpulan informasi (Brucks; Rai dan Sieben, dalam

13
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 11-22

Shin dan Chia, 2005) dan pemrosesan informasi Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
(Hutchinson dan Alba; Bettman dan Park; Johnson dan dengan metode survei, yaitu dengan menggunakan
Russo; Rao dan Monroe dalam Shin dan Chia, 2005). kuesioner berisi daftar pernyataan yang dibagikan
Lynch et al seperti dikutip Shin dan Chia (2005) secara langsung kepada responden untuk ditanggapi
membuktikan bahwa konsumen membuat keputusan dan diisi kemudian dikembalikan secara langsung pula
berdasarkan pada keberadaan informasi dalam ingatan kepada peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian
mereka. Selain itu, Rao dan Monroe (1988) menemukan ini hanya dilakukan sekali atau disebut pula sebagai
bahwa pengetahuan produk dapat mempengaruhi cross-sectional study (Sekaran, 2000).
bagaimana konsumen bersikap dan menilai suatu Terdapat 11 butir pernyataan yang digunakan
produk atau obyek tertentu termasuk iklan sebagai sebagai indikator skeptisme terhadap iklan televisi,
salah satu sumber informasi bagi konsumen. seperti direkomendasi peneliti sebelumnya yakni Boush
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis keempat et al (1994) yang terdiri dari lima butir pernyataan yang
yang diajukan adalah: mencerminkan ketidakyakinan pada pesan iklan yaitu:
Ha4 : Pengetahuan produk konsumen berpengaruh (1) iklan di televisi menyampaikan suatu kejujuran; (2)
positif dan signifikan pada skeptisme remaja saya dapat mempercayai hal-hal yang dikatakan atau
terhadap iklan televisi. dilakukan seorang model dalam iklan; (3) produk yang
Pengetahuan produk dalam penelitian ini adalah diiklankan di televisi selalu merupakan produk yang
pengetahuan tentang kategori produk minuman ringan. terbaik untuk dibeli; (4) saya dapat memperoleh
Minuman ringan adalah minuman yang tidak kejujuran melalui iklan di televisi; dan (5) jika iklan
mengandung alkohol, merupakan minuman olahan televisi tidak jujur, tentu tidak ditayangkan di televisi.
dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan Butir-butir pernyataan tersebut diukur menggunakan
makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik alami skala Likert 5 poin dengan skor 1-5 (1= sangat setuju
maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap dan 5= sangat tidak setuju).
untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua Enam butir pernyataan yang lain mengenai
jenis, yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan kecurigaan pada motif pemasang iklan, yaitu: (1)
minuman ringan tanpa karbonasi. pemasang iklan lebih peduli agar saya membeli produk
Sampel penelitian ini adalah pelajar dan yang diiklankan daripada menyarankan yang terbaik
mahasiswa di Yogyakarta yang memenuhi kriteria bagi saya; (2) saya sering memperhatikan ada tipu daya
remaja golongan akhir atau masa adolensi (adoles- pemasang iklan di televisi untuk mendorong saya
cence) dengan batas usia 17 tahun sampai dengan 21 membeli produk yang diiklankan; (3) iklan televisi
tahun sesuai pendapat beberapa ahli jiwa karena remaja berusaha membuat seseorang membeli barang yang
pada masa ini mulai bersikap kritis terhadap obyek- sesungguhnya tidak dibutuhkan; (4) ada perbedaan
obyek di luar dirinya, dan mampu mengambil sintesa antara iklan televisi dengan program televisi dalam
antara tanggapan tentang dunia luar dengan dunia in- mempengaruhi saya; (5) iklan televisi hanya
tern atau kehidupan psikisnya sendiri (Kartono, 1995). menyampaikan hal-hal yang baik dan tidak
Selain kriteria usia, responden juga menonton, menyampaikan hal-hal yang buruk dari suatu produk;
memperhatikan, dan mengevaluasi iklan televisi. dan (6) semua iklan di televisi pada dasarnya tidak jujur.
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan Enam butir pernyataan tersebut diukur menggunakan
dengan teknik purposive sampling (sampel bersyarat), skala Likert, dengan skor 1-5 (1= sangat tidak setuju,
yaitu pemilihan dan penentuan sampel berdasarkan dan 5= sangat setuju).
kriteria remaja golongan akhir dengan batas usia antara Pengetahuan tentang taktik pemasang iklan
17 tahun sampai dengan 21 tahun serta menonton, dalam penelitian ini adalah keyakinan tentang usaha
memperhatikan, dan mengevaluasi iklan televisi. Selain persuasif yang dilakukan oleh pemasang iklan ketika
itu, pengambilan sampel juga menggunakan teknik con- menggunakan motif atau taktik iklan tertentu (Boush
venience sampling (pengambilan sampel berdasarkan et al, 1994). Keyakinan mengenai taktik pemasang iklan
kemudahan), yaitu prosedur mendapatkan sampel dinilai dengan menanyakan pemahaman responden
menurut keinginan peneliti (Kuncoro, 2003). terhadap beberapa taktik yang digunakan pemasang

14
PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG IKLAN,............... (Kurnia Dewi)

iklan dalam usahanya memperoleh 8 efek dari untuk kerentanan konsumen menggunakan skala Likert
penggunaan taktik tersebut (Boush et al, 1994). dengan skor 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat
Taktik pemasang iklan yang dimaksud adalah: setuju).
(1) iklan yang menggunakan bintang terkenal (musik, Pengetahuan subyektif produk dalam penelitian
TV atau film); (2) iklan lucu; (3) iklan yang menunjukkan ini diukur melalui tanggapan responden terhadap 4
penggunaan atau manfaat produk; (4) iklan simbolis pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Chang
(menggunakan simbol/ gambar/ kartun); (5) iklan yang (2004) dan disesuaikan dengan kategori produk yang
memperbandingkan produknya dengan produk lain dipilih yaitu produk minuman ringan. Kemudian
atau menjelaskan bahwa produknya lebih dari yang tanggapan responden atas pernyataan-pernyataan
lain atau unik; dan (6) iklan yang menunjukkan perilaku yang ada diukur menggunakan skala Likert dengan skor
remaja sehari-hari (Boush et al, 1994). 1-5 (1 = sangat tidak setuju, dan 5 = sangat setuju). 4
Delapan efek yang diharapkan karena adanya pernyataan tersebut adalah: (1) saya tahu banyak
taktik iklan tersebut (Boush et al, 1994) adalah: (1) tentang produk minuman ringan yang diiklankan; (2)
berusaha merebut perhatian saya; (2) berusaha saya menganggap diri saya ahli dalam hal pengetahuan
membuat saya membutuhkan produk tersebut; (3) tentang produk minuman ringan yang diiklankan; (3)
berusaha membantu saya mempelajari produk tersebut; saya lebih tahu mengenai produk minuman ringan yang
(4) berusaha membuat saya menyukai iklan tersebut; diiklankan daripada teman saya; dan (4) saya selalu
(5) berusaha membuat saya lebih menyukai produk memberikan perhatian lebih pada informasi tentang
tersebut; (6) berusaha membuat saya teringat pada iklan produk minuman ringan yang diiklankan.
tersebut; (7) berusaha membuat saya percaya pada hal-
hal yang dikatakan iklan tersebut; dan (8) berusaha HASIL PENELITIAN
membuat saya berpikir bahwa dengan memiliki produk
tersebut akan membuat saya senang. Sehingga jumlah Pengujian validitas dilakukan untuk memastikan bahwa
item pernyataan pada variabel ini sebanyak 48 item. pengukuran dapat mengukur apa yang seharusnya
Tiap-tiap item pernyataan diukur dengan skala Likert, diukur. Untuk penelitian ini pengujian validitas
skor 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju). dilakukan dengan analisis faktor untuk
Terdapat tiga butir pernyataan untuk mengukur mentransformasikan sejumlah indikator variabel ke
penghargaan diri dalam penelitian ini yang diadaptasi dalam suatu komponen utama yang tidak berkorelasi
dari Rosenberg (1965) dalam Boush et al (1994) seperti: satu sama lain. Ukuran kevalidan dilihat dari nilai Kai-
(1) saya merasa senang menjadi diri sendiri; (2) saya ser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy
dapat melakukan segala hal dengan baik; dan (3) saya (KMO MSA). Pengukuran dinyatakan valid jika memiliki
memiliki masa depan yang baik. Ketiga pernyataan nilai KMO MSA lebih besar dari 0,50 (Ghozali, 2005).
tersebut mencerminkan optimisme dan kepercayaan Nilai KMO dalam penelitian ini sebesar 0,888 dan nilai
pada kemampuan diri sendiri. Pengukuran untuk MSA masing-masing item pernyataan berkisar antara
penghargaan diri menggunakan skala Likert dengan 0,699 sampai dengan 0,954 sehingga memenuhi syarat
skor 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju). kevalidan lebih besar dari 0,50. Nilai MSA masing-
Kerentanan konsumen diukur menggunakan masing item pernyataan dapat dilihat pada Tabel 1. Item-
tiga butir pernyataan yang telah dikembangkan dan item pernyataan yang memenuhi syarat kemudian
diuji validitasnya oleh Bearden (1989), seperti: (1) untuk dirotasi dengan harapan dapat mengelompok ke dalam
memastikan bahwa saya membeli produk yang benar, masing-masing komponen. Hasil matrik komponen
saya sering mencari tahu produk apa yang dibeli dan yang telah dirotasi dapat dilihat pada Tabel 2. Pada
digunakan oleh teman saya; (2) jika pengalaman saya tabel tersebut tampak bahwa item-item pernyataan telah
terhadap suatu produk hanya sedikit, saya sering mengelompok pada masing-masing komponen. Dengan
menanyakan tentang produk tersebut kepada teman demikian item-item pernyataan tersebut dapat
sebelum membelinya; dan (3) ketika membeli produk, dinyatakan valid dan benar-benar mengukur variabel
saya biasanya memilih merek yang menurut saya akan yang ingin diukur.
disetujui dan disukai oleh teman saya. Pengukuran

15
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 11-22

Tabel 1 Tabel 2
Nilai MSA Rotated Component Matrix

Ukuran reliabilitas konstruk ditentukan dengan


melihat nilai Cronbach’s Alpha (á) masing-masing.
Suatu konstruk dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s
Alpha (á) lebih besar dari 0,60 (Nunally dalam Ghozali,
2005). Nilai Cronbach’s Alpha (á) masing-masing
konstruk penelitian ini lebih besar dari 0,60
sehingga dapat dikatakan reliabel seperti yang tampak
pada Tabel 3.

16
PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG IKLAN,............... (Kurnia Dewi)

Tabel 3
Nilai Cronbach’s Alpha

17
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 11-22

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan menonton televisi kurang dari 2 jam per hari; 30,5 %
reliabilitas, terdapat 40 item pernyataan pengukur responden menonton televisi 2-3 jam per hari; 29,1 %
konstruk yang dinyatakan valid dan reliabel untuk responden menonton televisi 3-4 jam per hari dan 19,4
digunakan dalam analisis selanjutnya. Item-item % responden menonton televisi lebih dari 4 jam per
tersebut adalah lima variabel dengan jumlah item pada hari. Untuk lebih jelasnya, jumlah dan persentase
masing-masing variabel adalah 10 item untuk mengukur distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada
skeptisme terhadap iklan televisi, 20 item untuk Tabel 4.
mengukur pengetahuan tentang taktik pemasang iklan, Penelitian ini menggunakan skala Likert 5 poin
4 item untuk mengukur pengetahuan produk konsumen, untuk menghitung skor jawaban responden dengan
3 item untuk mengukur penghargaan diri, dan 3 item skor 3 sebagai nilai tengah pengukuran. Setelah
untuk mengukur kerentanan konsumen. dilakukan penghitungan, rata-rata skor skeptisme
Penelitian ini dilakukan menggunakan 351 terhadap iklan televisi sebesar 3,6; pengetahuan
responden remaja yang terdiri dari pelajar dan tentang taktik pemasang iklan sebesar 3,3;
mahasiswa di Yogyakarta yang berusia 17 sampai penghargaan diri sebesar 4,1; kerentanan konsumen
dengan 21 tahun. Persentase responden yang berstatus sebesar 2,8 dan pengetahuan produk sebesar 3,3.
pelajar sebesar 48,7 % dan responden mahasiswa Berdasarkan rata-rata skor di atas, dapat dikatakan
sebesar 51,3 %. Berdasarkan jenis kelamin, 44,7 % bahwa responden memiliki skeptisme terhadap iklan
responden berjenis kelamin pria dan 55,3 % wanita. televisi, pengetahuan tentang taktik pemasang iklan,
Dari segi usia, sebesar 26,8 % responden berusia 17 penghargaan diri, dan pengetahuan tentang produk
tahun; 31,1 % berusia 18 tahun dan 15,1 % berusia 19 yang diiklankan karena memiliki rata-rata skor lebih dari
tahun. Sedangkan responden yang berusia 20 dan 21 3. Sedangkan rata-rata skor kerentanan konsumen
tahun masing-masing sebesar 13,7 % dan 13,4 %. nilainya kurang dari 3 yakni sebesar 2,8. Hal ini
Karakteristik responden yang lain adalah rata- menunjukkan bahwa responden tidak memiliki
rata waktu menonton televisi per hari. 21,1 % responden kerentanan. Rata-rata skor jawaban responden untuk

Tabel 4
Distribusi Karakteristik Responden

18
PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG IKLAN,............... (Kurnia Dewi)

masing-masing variabel disajikan pada Tabel 5. konsumen semakin rendah skeptisme remaja terhadap
iklan televisi.
Tabel 5 Nilai adjusted R2 sebesar 0,138 berarti variabel
Rata-rata Skor Jawaban Responden pengetahuan tentang taktik pemasang iklan,
penghargaan diri, kerentanan konsumen, dan
pengetahuan produk konsumen menjelaskan 13,8 %
variasi yang ada pada variabel skeptisme remaja
terhadap iklan televisi. Sedangkan 86,2 % sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang belum dimasukkan
dalam model.

Tabel 6
Hasil Analisis Regresi Pengaruh Pengetahuan
PEMBAHASAN Tentang Taktik Pemasang Iklan, Penghargaan Diri,
Kerentanan Konsumen, dan Pengetahuan Produk
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan Konsumen Pada Skeptisme Remaja Terhadap Iklan
menggunakan analisis regresi berganda dengan pro- Televisi
gram SPSS. Hasil analisis regresi pengaruh
pengetahuan tentang taktik pemasang iklan,
penghargaan diri, kerentanan konsumen, dan
pengetahuan produk konsumen pada skeptism remaja
terhadap iklan televisi dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, pengaruh
pengetahuan tentang taktik iklan pemasang iklan,
penghargaan diri, kerentanan konsumen, dan
pengetahuan produk konsumen dapat dirumuskan ke
dalam persamaan berikut:
Dependent Variable: Skp
Skp = 0,077PT + 0.276PD – 0,148KK + 0,049PPK
Hasil analisis regresi menunjukkan angka
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa signifikansi variabel pengetahuan tentang taktik
variabel penghargaan diri (PD) memberikan pengaruh pemasang iklan sebesar 0,122 > 0,05, maka Ho diterima
yang lebih besar dengan nilai beta 0,276 dibandingkan dan Ha ditolak. Artinya variabel pengetahuan tentang
dengan tiga variabel yang lain yaitu pengetahuan taktik taktik pemasang iklan tidak berpengaruh positif dan
(PT), kerentanan konsumen (KK), dan pengetahuan signifikan pada skeptisme remaja terhadap iklan televisi.
produk konsumen (PPK) dengan nilai beta masing- Pembuktian hipotesis pertama memberikan hasil tidak
masing 0,077; -0,148; dan 0,049. Variabel pengetahuan signifikan, hal ini sangat mungkin disebabkan karena
tentang taktik pemasang iklan, penghargaan diri, dan rata-rata skor pengetahuan tentang taktik pemasang
pengetahuan produk konsumen mempunyai arah iklan yang dimiliki responden dalam penelitian ini hanya
hubungan positif dengan skeptisme remaja terhadap sedikit lebih tinggi dari nilai tengah penilaian (lihat Tabel
iklan televisi, artinya semakin tinggi pengetahuan 5 hal. 14). Pembuktian hipotesis kedua mengenai
tentang taktik pemasang iklan, penghargaan diri, dan pengaruh penghargaan diri pada skeptisme remaja
pengetahuan produk konsumen semakin tinggi pula terhadap iklan televisi menunjukkan angka signifikansi
skeptisme remaja terhadap iklan televisi. Sedangkan variabel penghargaan diri sebesar 0,000 < 0,05 maka
variabel kerentanan konsumen mempunyai arah Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel
hubungan negatif dengan skeptisme remaja terhadap penghargaan diri berpengaruh positif dan signifikan
iklan televisi, artinya semakin tinggi kerentanan pada skeptisme remaja terhadap iklan televisi.

19
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 11-22

Kerentanan konsumen terbukti berpengaruh Penghargaan diri terbukti berpengaruh positif


negatif dan signifikan pada skeptisme remaja terhadap dan signifikan pada skeptisme remaja terhadap iklan
iklan televisi. Hal ini ditunjukkan dengan angka televisi. Dengan demikian, semakin tinggi penghargaan
signifikansi pada variabel kerentanan konsumen remaja terhadap dirinya maka semakin tinggi pula
sebesar 0,005 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. skeptisme atau kecenderungannya untuk tidak
Angka signifikansi pada variabel pengetahuan produk meyakini pesan iklan dan mencurigai motif pemasang
konsumen sebesar 0,358 > 0,05, maka Ho diterima dan iklan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
Ha ditolak. Artinya variabel pengetahuan produk penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa
konsumen tidak berpengaruh positif dan signifikan penghargaan diri tidak terbukti secara signifikan
pada skeptisme remaja terhadap iklan televisi. Dengan berpengaruh positif pada skeptisme remaja terhadap
demikian, pembuktian hipotesis keempat memberikan iklan televisi (Candra, 2006). Kerentanan konsumen
hasil tidak signifikan. Hal ini sangat mungkin terbukti berpengaruh negatif dan signifikan pada
disebabkan karena responden dalam penelitian ini hanya skeptisme remaja terhadap iklan televisi. Artinya
memiliki rata-rata pengetahuan produk yang sedikit lebih semakin tinggi kerentanan remaja terhadap lingkungan
tinggi dari nilai tengah penilaian. Dengan demikian, sosialnya, semakin rendah skeptismenya terhadap iklan
dapat dikatakan bahwa responden tidak mengetahui televisi. Dengan kata lain, semakin mudah dipengaruhi
banyak hal mengenai produk yang diiklankan sehingga oleh lingkungan di luar dirinya dalam mengambil
tidak dapat menunjukkan sikap atau kecenderungan keputusan maka semakin rendah kecenderungan
tertentu terhadap iklan yang ditayangkan di televisi. remaja untuk tidak meyakini pesan iklan dan mencurigai
motif pemasang iklan. Temuan ini tidak mendukung
SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN hasil penelitian Candra (2006) yang mengungkapkan
PENELITIAN bahwa kerentanan konsumen tidak terbukti secara
signifikan berpengaruh negatif pada skeptisme remaja
Simpulan terhadap iklan televisi.
Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa Selain itu, dari hasil penelitian ini juga terbukti
pengetahuan tentang taktik pemasang iklan tidak bahwa pengetahuan produk konsumen tidak
berpengaruh positif dan signifikan pada skeptisme berpengaruh positif dan signifikan pada skeptisme
remaja terhadap iklan televisi. Artinya, semakin tinggi remaja terhadap iklan televisi. Artinya sebanyak apapun
pengetahuan remaja tentang taktik pemasang iklan pengetahuan yang dimiliki remaja tentang produk yang
maka tidak bisa dipastikan bahwa dia akan memiliki diiklankan, tidak dapat dipastikan bahwa dia akan
kecenderungan yang tinggi pula untuk tidak meyakini semakin skeptis atau semakin cenderung untuk tidak
pesan iklan dan mencurigai maksud pemasang iklan. meyakini pesan iklan dan mencurigai motif pemasang
Hal ini sangat mungkin disebabkan karena rata-rata iklan. Hal ini sangat mungkin disebabkan karena
pengetahuan tentang taktik pemasang iklan yang responden dalam penelitian ini hanya memiliki rata-rata
dimiliki responden dalam penelitian ini hanya sedikit pengetahuan produk yang sedikit lebih tinggi dari nilai
lebih tinggi dari nilai tengah penilaian. Dengan demikian, tengah penilaian. Dengan demikian, dapat dikatakan
dapat dikatakan bahwa responden tidak banyak bahwa responden tidak mengetahui banyak hal
mengetahui tentang adanya usaha persuasi yang mengenai produk yang diiklankan sehingga tidak dapat
dilakukan oleh pemasang iklan melalui penggunaan menunjukkan sikap atau kecenderungan tertentu
berbagai taktik iklan yang ditayangkan di televisi terhadap iklan yang ditayangkan di televisi.
sehingga responden tidak menunjukkan sikap atau
kecenderungan tertentu terhadap iklan televisi. Temuan Saran
ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyediakan
oleh Candra (2006) yang menyatakan bahwa waktu yang lebih banyak agar dapat menjelaskan secara
pengetahuan tentang taktik pemasang iklan terbukti lebih terperinci mengenai setiap item pernyataan
secara signifikan berpengaruh positif terhadap iklan kuesioner yang kurang dipahami responden sehingga
televisi. jawaban responden menjadi lebih obyektif. Wilayah

20
PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG TAKTIK PEMASANG IKLAN,............... (Kurnia Dewi)

pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya menggambarkan citra diri remaja dengan menunjukkan
sebaiknya diperluas sehingga hasil penelitian memiliki perilaku remaja sehari-hari agar pesan iklan dapat
tingkat generalisasi yang lebih tinggi dan dapat diterima dengan lebih baik dan tidak memunculkan sikap
mewakili keseluruhan populasi. Peneliti selanjutnya yang cenderung negatif terhadap iklan. Kerentanan
juga disarankan untuk menambahkan kategori produk konsumen berpengaruh pada skeptisme remaja
yang diteliti dan jika memungkinkan peneliti selanjutnya terhadap iklan televisi. Hal ini menunjukkan seberapa
dapat membuat iklan televisi yang sesuai dengan mudah remaja terpengaruh dengan lingkungan
kebutuhan penelitian. sosialnya menentukan seberapa besar
Pemahaman mengenai konsumen berkaitan kecenderungannya untuk tidak meyakini pesan iklan
dengan sikap dan perilakunya akan memberikan dan mencurigai motif pemasang iklan. Terkait dengan
sejumlah manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat tersebut temuan tersebut, pemasang iklan hendaknya
di antaranya adalah memberikan pengetahuan dasar memperhatikan sisi kerentanan remaja dalam
bagi para peneliti pemasaran ketika melakukan analisis menentukan jenis iklan yang akan dibuat agar dapat
konsumen, membantu manajer pemasaran dalam memunculkan sikap positif remaja terhadap iklan
pengambilan keputusan, membantu para pembuat maupun produknya.
kebijakan untuk membuat peraturan dan landasan
hukum yang lebih baik mengenai kegiatan penawaran Keterbatasan Penelitian
dan pertukaran barang atau jasa, serta membantu Pertama, adanya keterbatasan waktu membuat peneliti
konsumen untuk dapat mengambil keputusan yang tidak dapat memberikan penjelasan secara terperinci
lebih baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengenai setiap pernyataan kuesioner kepada
sebagian remaja pada usia 17 sampai dengan 21 tahun responden satu per satu. Hal ini mengakibatkan
memiliki skeptisme terhadap iklan televisi, pengetahuan jawaban sebagian responden yang kurang memahami
tentang taktik pemasang iklan, penghargaan diri, dan maksud pernyataan kuesioner menjadi kurang obyektif.
pengetahuan produk namun tidak memiliki kerentanan Kedua, dikarenakan keterbatasan dana yang dihadapi
terhadap lingkungan sosialnya. Artinya, remaja pada peneliti maka pengambilan sampel hanya dilakukan
tahap ini telah mampu menentukan sikap terhadap pada remaja di kota Yogyakarta dengan lingkup wilayah
suatu obyek dan kejadian yang dihadapinya khususnya pengambilan responden yang tidak terlalu besar
iklan yang ditayangkan di televisi serta memiliki sehingga hasil penelitian memiliki tingkat generalisasi
kepercayaan diri untuk mengambil keputusan dan yang rendah dan tidak dapat mewakili seluruh remaja
menentukan sikap berdasarkan pengetahuan yang di Indonesia. Ketiga, penelitian ini hanya melibatkan
dimiliki dan tidak mudah terpengaruh dengan kategori produk minuman ringan saja sehingga hasilnya
lingkungan sosial di luar dirinya. tidak dapat digeneralisasi untuk kategori produk yang
Skeptisme remaja dalam penelitian ini diartikan lain. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya ketersediaan
sebagai kecenderungan sikap tidak yakin pada pesan iklan televisi yang menggunakan keenam taktik
iklan dan mencurigai motif pemasang iklan. Hasil pemasang iklan dan terbatasnya dana untuk pembuatan
penelitian menunjukkan bahwa penghargaan diri iklan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
berpengaruh pada skeptisme remaja terhadap iklan
televisi. Artinya seberapa tinggi penghargaan remaja
terhadap diri dan keputusannya mempengaruhi
seberapa besar kecenderungannya untuk menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
sikap tidak percaya dan curiga terhadap motif pemasang
iklan. Sehingga pemasar harus melakukan riset Asri, M. (1986), Marketing, ed 1 Yogyakarta: Penerbit
pemasaran dan pengkajian yang lebih mendalam BPFE dan LMP2M.
mengenai penghargaan remaja terhadap diri sendiri dan
keputusan yang diambilnya. Dengan demikian, Astuti, Widhy T. (2002), Hubungan Skeptisme Remaja
pemasar dapat menentukan strategi pemasaran yang terhadap Iklan Televisi dengan Pengetahuan
lebih tepat seperti misalnya membuat iklan yang Remaja tentang Taktik Pemasang Iklan, Tesis

21
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 11-22

tidak dipublikasikan, Program Pasca Sarjana


Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kartono, Kartini (1995), Psikologi anak (Psikologi
Perkembangan). Bandung: Penerbit Mandar
Bearden, William O., Richard G. Netemeyer, and Jesse Maju.
E. Teel (1989), “Measurement of Consumer Sus-
ceptibility to Interpersonal Influence,” Journal Kotler, P. and Keller, K.L. (2006), Marketing Manage-
of Consumer Research, Vol 15 (March): 473-481. ment, 12th ed. Upper Saddle River, N.J.: Pearson
Education, Inc.
Boush, David M., Marian Friestad, and Gregory M.
Rose (1994), “Adolescent Skepticism toward TV Kuncoro, Mudrajad (2003), Metode Riset Untuk Bisnis
Advertising and Knowledge of Advertiser Tac- dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
tics,” Journal of Consumer Research, Vol 21 Macklin, M. Carole (1994), “The Impact of Audiovisual
(June): 165-175. Information on Children’s Product Related Re-
call,” Journal of Consumer Research, Vol 21
Brucks, Merrie, Gary M. Amstrong, and Marvin E. (June): 154-164.
Goldberg (1988), “Children’s Use of Cognitive
Response Approach,” Journal of Consumer Park, C. Whan and Lessig, V. Parker (1981), “Familiarity
Research, 14 (March): 471-482. and Its Impact on Consumer Decision Biases
and Heuristics,” Journal of Consumer Re-
Candra, Tirza L. (2006), Pengaruh Pengetahuan Remaja search, Vol. 8 (September): 223-230.
tentang Taktik Pemasang Iklan, Self-Esteem
dan Consumer Susceptibility to Interpersonal Rao, Akhsay R. and Monroe, Kent B. (1988), “The
Influence Pada Skeptisme Remaja terhadap Moderating Effect of Prior Knowledge on Cue
Iklan Televisi, Tesis tidak dipublikasikan, Pro- Utilization in Product Evaluations,” Journal of
gram Magister Manajemen STIE YKPN, Consumer Research, 15 (September): 253-264.
Yogyakarta.
Sabardini, Sri E. (1997), Hubungan antara Sikap Skeptis
Chang, Chingching (2004), “The Interplay of Product Remaja terhadap Iklan dengan Pengetahuan
Class Knowledge and Trial Experience in Atti- terhadap Produk yang Diiklankan dan
tude Formation,” Journal of Advertising, Vol. Kerentanan Konsumen, Tesis tidak
33, No. 1 (Spring): 83-92. dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Univer-
sitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Dharmmesta, B.S. dan Irawan (1990), Manajemen
Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit Lib- Sekaran, U. (2000), Research Methods for Business: A
erty. Skill Building Approach, 3rd ed. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Ghozali, Imam (2005), Aplikasi Analisis Multivariate
dengan Program SPSS, ed 3 Semarang: Penerbit Shin, Chieh Chuang and Chia, Ching Tsai (2005), “The
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Impact of Consumer Product Knowledge on the
Effect of Terminology in Advertising,” The Jour-
Helm, Amanda (2004), “Cynics and Skeptics: Consumer nal of American Academy of Business, Vol. 7
Dispositional Trust,” Advances in Consumer (September): 223-227.
Research, Vol. 31: 1-7.

Indriantoro, N. dan Supomo, B. (2002), Metodologi


Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

22
ISSN: 1978-3116
ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)............... (Mufidhatul Khasanah)
Vol. 1, No. 1, Maret 2007
Hal. 23-31 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO


(ICOR) PADA INVESTASI DI KABUPATEN SLEMAN,
TAHUN 2000-2004
Mufidhatul Khasanah
Fakultas Ekonomi Universitas Wangsa Manggala
Jalan Wates KM. 10, Kemusuk, Yogyakarta 55753
Telepon +62 274 798212, Fax +62 274 798213
E-mail: mufidhatulkhasanah@yahoo.co.id

ABSTRACT in Sleman from 2000 to 2004 is used to be efficiency in


The Sleman Regency Government is an organization using of the capital of production’s factors, showing
who hold the trust from the local area which would the quality of managerial skills and a better organiza-
make some resources allocation and resources reallo- tional, and showing a better role of both local and cen-
cation together with the central government in order to tral government in giving many kinds of facilities to
coordinate the potent of local resources, both for tan- the entrepreneurs so that the support could cause a
gible and intangible for the welfare of Sleman’s resi- better business weather to be more conducive.
dents. The given of authority from The Sleman Re-
gency Government to the investors for doing some Keywords: resources allocation, resources reallocation,
investment was one of the form of the reallocation and PMA, PMDN, facility investment, non-facility invest-
redistribution of the potent of local resources in which ments.
the rights of the land’s purposed. By giving those per-
mission, the local government should concern about
the advantage for both of the investors and the wel-
fare of Sleman’s residents. This means the permission PENDAHULUAN
which was permitted from the real estate’s developer
and others permission is not always have to be ac- Otonomi da-erah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001
cepted by the Sleman Regency Governance, if those telah memberikan peran yang lebih besar kepada
things don’t create some advantages for Sleman’s resi- pemerintah dan para pelaku ekonomi daerah untuk
dents. The facility investment which come from for- menangani pembangunan di daerah. Tuntutan otonomi
eign country (PMA) is more efficient in the using of daerah tersebut muncul karena proses pem-ba-ngunan
the capital production’s factors from our country di Indonesia sebelumnya telah mengakibatkan
(PMDN) and the quality of managerial skills and for- terjadinya kesen-jangan pembangunan antarwilayah –
eign facility investment organization (PMA) is better Jawa dan luar Jawa serta Indonesia Barat dan Indone-
than facility investment from our country (PMDN). sia Timur. Kesenjangan tersebut terjadi karena adanya
Facility investment (both PMA and PMDN) which us- ketidakmerataan dalam alokasi investasi antarwilayah
ing tax income facility is more efficient in using of the yang berpengaruh dalam memicu dan memacu
capital production’s factors than in non-facility invest- ketidakseimbangan dalam pertumbuhan antarwilayah
ment, and the quality of managerial skills and foreign (Rudy Badrudin, 1992, hal. 2). Oleh karena itu,
facility investment organization (both PMA and PMDN) pelaksanaan otonomi daerah merupakan moment yang
is better than non-facility investment. The investment tepat untuk mem-beri peran yang lebih besar kepada

23
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 23-31

pemerintah dan para pelaku ekonomi daerah untuk Faktor Produksi/Input


menangani pembangunan di daerah.
Pemerintah daerah dan pelaku ekonomi di daerah Pendapatan
W W
sebagai komponen sumberdaya manusia dalam
Masyarakat Perusahaan
pelaksanaan otonomi daerah dapat dijelaskan de-ngan W WW
W W
menggunakan circular flow diagram seperti yang
nampak pada gambar 1. Diagram tersebut menjelaskan Pengeluaran Konsumsi
ba-gai-mana pemerintah daerah dan pelaku ekonomi di
daerah saling berinterakasi, dengan asumsi ada lima Barang dan Jasa
pelaku yaitu masyarakat, perusahaan, lembaga
keuangan bank dan bukan bank, pemerintah daerah,
Lembaga Keuangan

W
dan dewan perwakilan rakyat daerah.
Masyarakat diasumsikan sebagai pelaku Tabungan Bank dan Bukan Bank Investasi
W
ekonomi yang memiliki faktor produksi dan kemudian
dijual kepada perusahaan yang oleh karena itu Pemerintah Daerah dan
masya-rakat akan memperoleh pendapatan. Di samping Dewan Perwakilan
itu, masyarakat merupakan pelaku ekonomi yang akan Rakyat Daerah (DPRD)
mengkomsumsi barang dan jasa -pengeluaran
konsumsi masyarakat- yang dihasilkan perusahaan.
Perusahaan diasumsikan sebagai pelaku ekonomi yang Gambar 1
melakukan kegiatan produksi, yaitu mengha-silkan Circular Flow Diagram
barang dan jasa yang dijual kepada masyarakat.
Perusahaan dapat menghasilkan barang dan jasa
karena perusahaan membeli atau menyewa faktor MATERI DAN METODE PENELITIAN
produksi yang ditawarkan masyarakat. Lembaga
keuangan bank dan bukan bank merupakan lembaga Krisis moneter yang terjadi beberapa waktu yag lalu
yang mempunyai peran sebagai lembaga perantara (in- berpe-ngaruh terhadap struktur perekonomian dan
termediation role) dan lembaga pelancar jalannya pertumbuhan ekonomi daerah-daerah di Indonesia, tak
interakasi ekonomi (transmission role). Sebagai lembaga terkecuali Kabupaten Sleman. Nilai Produk Domestik
perantara, lembaga keuangan berperan sebagai Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman tahun 1998
penghubung antara pelaku ekonomi yang memiliki atas da-sar harga konstan tahun 1993 sebesar
kelebihan dana (masyarakat) yang ditabung di lembaga Rp1.496,863 milyar. Kondisi tersebut mengakibatkan
keuangan dengan pelaku ekonomi yang membutuhan laju pertumbuhan ekonomi Sleman pada tahun 1998
dana (perusahaan) yang digunakan untuk in-vestasi. turun sebesar 7,99%, padahal tahun sebelumnya (1997)
Sebagai lembaga pelancar jalannya interakasi ekonomi, mencapai 3,54%. Penurunan terjadi pada hampir semua
lembaga keuangan bank berperan sebagai lembaga sektor, kecuali sektor listrik, gas, dan air bersih. (Selintas
pencetak uang kartal dan uang giral yang digu-nakan Hasil Pem-bangunan Sleman 1999-2000, hal. 31).
sebagai medium of exchange, unit of account, store of Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2000
value, standard deferred of payment, dan medium of berencana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
commodity. Pemerintah daerah beserta Dewan masyarakat Sleman dengan mengembangkan
Perwakilan Rakyat Daerah mempunyai kekuasaan dalam perekonomian akar rumput, yakni kegiatan ekonomi
membuat kebijakan-kebijakan untuk melancarkan yang berbasis pada masyarakat dan untuk
interakasi ekonomi antarpelaku eko-nomi daerah. pe-ning-katan kesejahteraan masyarakat. Agar usaha
Gambar 1 menunjukkan circular flow diagram. pengembangan perekonomian tersebut dapat
te-rea-lisasi maka diperlukan sumber pembiayaan untuk
kebutuhan investasi. Pemerintah Kabupaten Sleman
berupaya menggali dana pem-bangunan secara opti-

24
ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)............... (Mufidhatul Khasanah)

mal dari berbagai sumber, baik dari sumber pemerintah pembangunan ekonomi daerah adalah terletak pada
daerah melalui APBD maupun dari sumber masyarakat penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangu-
investor. Jenis investasi yang dilakukan di Kabupaten nan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
Sleman dikelompokkan ke dalam investasi fasilitas dan bersangkutan (endogenous development) dengan
invesatsi non-fasilitas. Nilai dan rincian investasi di menggunakan potensi sumberdaya manu-sia,
Kabupaten Sleman pada tahun 2000 sampai dengan kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal.
2003 ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini. Orientasi ini mengarahkan pada inisiatif yang muncul

Tabel 1
Nilai dan Rincian Investasi di Kabupaten Sleman Tahun 2000-2003 (dalam Rp.)

Jenis Investasi 2000 2001 2002 2003


IF PMA 611,272,176,425 745,469,897,326 676,599,243,750 911,587,481,000
IF PMDN 542,967,836,000 553,054,016,000 539,057,642,000 532,630,642,000
Inv.Fasilitas 1,154,240,012,425 1,298,523,913,326 1,215,656,885,750 1,444,218,123,000
Inv.Nonfasilitas 646,662,870,000 698,163,538,000 745,295,665,000 954,116,800,000
Investasi Total 1,800,902,882,425 1,996,687,451,326 1,960,952,550,750 2,398,334,923,000
Sumber: P2KPM Kabupaten Sleman.

Berdasarkan data pada Tabel 1 nampak rata-rata dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk
pertumbuhan nilai investasi total sebesar 10,02% per menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang
tahun, investasi fasilitas sebesar 7,76% per tahun, dan peningkatan kegiatan ekonomi.
investasi non-fasilitas sebesar 13,84% per tahun. Setiap usaha pembangunan ekonomi daerah
Berdasarkan jenis investasi, nampak jenis investasi mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah
non-fasilitas di Kabupaten Sleman mempunyai rata-rata dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
pertumbuhan selama 3 tahun yang paling besar Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut,
daripada jenis investasi fasilitas. Peningkatan investasi pemerintah daerah beserta masyarakatnya harus secara
di atas harus diikuti dengan adanya peluang untuk bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
mendapatkan keuntungan bagi investor dan manfaat daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta
bagi masyarakat Sleman, terutama golongan ekonomi masyarakatnya dan dengan menggunakan sum-
lemah. Hal ini sesuai dengan tujuan program berdaya-sumberdaya yang ada di daerah tersebut harus
pembangunan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang diperlukan untuk merancang dan membangun
Sleman dengan mengembangkan perekonomian akar perekonomian daerah.
rumput. Pendekatan alternatif terhadap teori
Hakekat pembangunan ekonomi daerah adalah pembangunan daerah telah dirumuskan untuk
suatu proses yang ditunjukkan dengan tindakan kepentingan perencanaan pembangunan ekonomi
pemerintah dan masyarakat dalam mengelola daerah. Pendekatan ini merupakan sistesis dan
sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk perumusan kembali konsep-konsep yang telah ada.
suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan Pendekatan ini memberikan dasar bagi kerangka pikir
masyarakat untuk menciptakan suatu lapangan kerja dan rencana tindakan yang akan diambil dalam konteks
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pembangunan ekonomi daerah. Paradigma baru
dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini:

25
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 23-31

Tabel 2
Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Sumber: Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, Ed. 4, BP STIE YKPN.,


Yogyakarta, 1999, hal. 302.

pertumbuhan jenis nilai investasi yang terbesar adalah


Pemerintah Kabupaten Sleman merupakan investasi non-fasilitas sebesar 13,84% per tahun. Salah
organisasi pemegang mandat daerah yang akan satu jenis investasi non-fasilitas di Kabupaten Sleman
melakukan resources allocation dan resources real- adalah investasi dalam bidang perumahan yang
location bersama-sama dengan pemerintah pusat dalam dilakukan oleh para pengembang real-estate. Pemberian
rangka mengatur potensi kekayaan daerah baik tan- ijin kepada para pengembang real-estate pada
gible maupun intangible bagi kemaslahatan hakekatnya merupakan bentuk reallocation dan
masyarakat Sleman. Allocation dan reallocation redistribusi potensi kekayaan daerah yang berupa hak
potensi kekayaan daerah kepada pihak penerima pemanfaatan tanah. Dalam memberikan ijin tersebut,
mencakup hak eksploitasi kekayaan alam; hak pemerintah daerah perlu memperhatikan keuntungan
melakukan distribusi barang/jasa; hak atas penguasaan bagi investor dan kemaslahatan masyarakat Sleman.
pasar; hak pemanfaatan potensi intellectual property Hal ini berarti, ijin yang diajukan oleh para pengembang
right; hak pemanfaatan tanah; dan hak produksi ((Ibnu real-estate maupun perijinan lainnya tidak harus
Subiyanto, 2005, hal. 2). disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Sleman manakala
Allocation dan reallocation potensi kekayaan hal itu tidak menimbulkan kemaslahatan bagi
daerah pada pihak penerima akan membentuk berbagai masyarakat Sleman.
perijinan kepada masyarakat. Di samping itu, dalam Penolakan ijin oleh Pemerintah Kabupaten
melakukan allocation dan reallocation potensi Sleman dibenarkan pula dalam koridor perlindungan
kekayaan daerah, Pemerintah Kabupaten Sleman kepada investor lama yang telah menjadi pioner
memandang perlu melakukan distribusi dan redistribusi investasi di Kabupaten Sleman sehingga pasar tetap
hasil-hasil pengelolaan potensi guna mewujudkan stable. Investor pioner perlu dilindungi karena inves-
kesejahteraan masyarakat Sleman. Allocation dan re- tor tersebut mempunyai risiko kegagalan investasi
allocation potensi kekayaan daerah dapat diberikan yang lebih besar pada awal mereka melakukan investasi
kepada organisasi swasta dan perorangan, organisasi daripada calon investor yang datangnya lebih akhir
pemerintahan yang dibentuk berdasarkan konstitusi yang tinggal menjalankan investasi dengan pasar yang
negara, dan organisasi pelaksana pemerintah pusat. sudah terbentuk. Data yang diperoleh dari berbagai
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata sumber menunjukkan bahwa selama tahun 2000-2004,

26
ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)............... (Mufidhatul Khasanah)

rata-rata jumlah pemohon Ijin Perubahan Peruntukan Artinya apabila MPS naik maka pertumbuhan ekonomi
Tanah (IPPT) non-pengeringan yang ditolak sebanyak akan naik dan apabila MPS turun maka pertumbuhan
6,37% per tahun. Alasan penolakan karena tata ruang ekonomi juga akan turun. Sedangkan apabila apabila
tidak sesuai, kondisi calon lokasi tempat investasi COR naik maka pertumbuhan ekonomi akan turun dan
adalah lingkungan pertanian, dan tidak sesuai dengan apabila MPS naik maka pertumbuhan ekonomi akan
permohonan. Calon investor yang ingin berinvestasi turun. Ada 2 pengertian tentang COR, yaitu: (1) Aver-
di Kabupaten Sleman seharusnya memperhatikan age Capital Output Ratio (ACOR) yang menunjukkan
kekhasan daerah tempat investasi. Hal ini hubungan antara stok modal yang ada dengan aliran
mempertimbangkan bahwa Kabupaten Sleman output yang dihasilkan, menunjukkan hubungan antara
merupakan daerah resapan, lumbung beras bagi segala sesuatu yang telah diinvestasikan pada masa
penduduk Propinsi DIY, daerah lindung bencana, dan lalu dengan keseluruhan pendapatan (hasil), dan statis;
sebagai daerah cagar budaya. Berdasarkan data jumlah (2) Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang
pemohon IPPT yang ditolak hanya sebanyak 6,37% menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan out-
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman put (DY) yang disebabkan oleh kenaikan tertentu pada
mempunyai arah kebijakan dalam mengendalikan stok modal DK , menunjukkan segala sesuatu yang
kegiatan investasi di Kabupaten Sleman melalui real- saat ini ditambahkan pada modal atau pendapatan
location dan redistribusi potensi kekayaan daerah (hasil), dan dinamis.
dengan memperhatikan kepentingan investor dan Metodologi penghitungan nilai ICOR adalah (1)
kemaslahatan masyarakat Sleman. menghitung nilai investasi atas dasar harga konstan
ICOR merupakan koefisien modal yang (I) yaitu nilai investasi atas dasar harga konstan
menunjukkan hubungan antara besarnya perubahan dihitung dengan metode langsung atau metode
investasi dengan nilai output atau menunjukkan penyusutan. Metode langsung adalah metode
hubungan antara jumlah kenaikan output (ΔY) yang penghitungan nilai investasi yang diperoleh langsung
disebabkan oleh kenaikan tertentu pada stok modal dari publikasi dan laporan instansi atau perusahaan
(ΔK). ICOR digunakan oleh Evsey Domar dan Sir Roy atas dasar harga berlaku. Nilai investasi atas dasar harga
F. Harrod dalam menjelaskan teori pertumbuhan Harrod- konstan diperoleh dengan cara mendeflasikan nilai
Domar dengan formulasi sebagai berikut: investasi atas dasar harga berlaku dengan Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB). Metode penyusutan adalah
r=s/k metode penghitungan nilai investasi yang diperoleh
dengan menghitung penyusutan barang modal tetap
keterangan: yang terjadi pada tahun tertentu. Nilai penyusutan
r = ΔY / Y = pertumbuhan ekonomi barang modal tetap diperoleh dari penghitungan Produk
s = ΔS / ΔY = MPS = marginal propensity to save Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman;
k = COR = capital output ratio (2) menghitung peningkatan nilai output (DY) yaitu
peningkatan nilai output merupakan nilai tambah bruto
Berdasarkan formulasi Harrod-Domar nampak terdapat (NTB). NTB diperoleh dengan cara menghitung selisih
hubungan yang searah antara MPS dengan NTB atas dasar harga konstan 1993 pada tahun t
pertumbuhan ekonomi dan hubungan yang tidak dengan NTB tahun t-1; dan (3) menghitung ICOR tahun
searah antara COR dengan pertumbuhan ekonomi. 2000-2004 yaitu koefisien ICOR dihitung dengan cara

27
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 23-31

Tabel 3
Penghitungan ICOR di Kabupaten Sleman, Tahun 2000-2004

Sumber: BPS Kabupaten Sleman, data diolah.

28
ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)............... (Mufidhatul Khasanah)

membagi I dengan DY. berikut ini:


HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

Menurut Lincolin Arsyad (1999), faktor-faktor yang Berdasarkan penjelasan Tabel 3, 4, dan 5, maka ICOR
mempengaruhi besarnya nilai ICOR adalah apabila untuk masing-masing Investasi Fasilitas Penanamana
ketersediaan sumberdaya alam terbatas dan Modal Asing (IF PMA), Investasi Fasilitas Penanaman
pertumbuhan penduduk rendah; inovasi hitech dan Modal Dalam Negeri (IF PMDN), Investasi Fasilitas
sifat teknologi padat modal; laju investasi tinggi dan (Jumlah IF PMA dan IF PMDN), Investasi Nonfasilitas,
komposisi investasi terbesar berupa proyek barang dan Investasi Total (Jumlah Investasi Fasilitas dan
publik; tingkat efisiensi faktor produksi modal rendah; Investasi Nonfasilitas) dapat dilakukan analisis. Nilai
kualitas ketrampilan manajerial dan organisasional ICOR Investasi Fasilitas PMA lebih rendah daripada
rendah; tingginya suku bunga pinjaman dan tingkat nilai ICOR Investasi Fasilitas PMDN. Hal ini
upah; kebijakan ketenagakerjaan pada penyerapan menunjukkan bahwa investasi fasilitas yang berasal
tenaga kerja berupa investasi proyek barang publik; dari luar negeri (PMA) lebih efisien dalam pemanfaatan
cepatnya laju kemajuan industrialisasi; dan faktor produksi modal daripada dalam negeri (PMDN).
pembangunan prasarana sosial dan ekonomi pada awal Di samping itu, juga menunjukkan kualitas ketrampilan
pembangunan. Berdasarkan langkah 3 dan 4 dalam manajerial dan organisasional investasi fasilitas dari
penghitungan ICOR maka dapat diringkas menjadi tabel luar negeri lebih baik daripada dalam negeri. Hal ini

Tabel 4
Ringkasan ICOR di Kabupaten Sleman, Tahun 2000-2004

Keterangan: *) ICOR tahun 2004 dianggap sama dengan ICOR tahun 2003.

Tabel 5
Arah Trend jenis Investasi di Kabupaten Sleman, tahun 2000-2004

Sumber: Tabel 4, data diolah.

29
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 23-31

ditunjukkan dengan uji statistik options uji beda dua reallocation dan redistribusi potensi kekayaan daerah
rata-rata satu sisi antara rata-rata ICOR IF PMA dan yang berupa hak pemanfaatan tanah. Dalam memberikan
PMDN yang signifikan pada t tes –20,1503 dan ijin tersebut, pemerintah daerah perlu memperhatikan
probabilitas 0,0000179 pada α 5%. keuntungan bagi investor dan kemaslahatan masyarakat
Nilai ICOR Investasi Fasilitas daripada nilai ICOR Sleman. Hal ini berarti, ijin yang diajukan oleh para
Investasi Nonfasilitas. Hal ini menunjukkan bahwa pengembang real-estate maupun perijinan lainnya tidak
investasi fasilitas (PMA dan PMDN) yang harus disetujui oleh Pemerintah Kabupaten Sleman
menggunakan fasilitas bea masuk lebih efisien dalam manakala hal itu tidak menimbulkan kemaslahatan bagi
pemanfaatan faktor produksi modal daripada investasi masyarakat Sleman; investasi fasilitas yang berasal dari
nonfasilitas. Di samping itu, juga menunjukkan kualitas luar negeri (PMA) lebih efisien dalam pemanfaatan
ketrampilan manajerial dan organisasional investasi faktor produksi modal daripada dalam negeri (PMDN)
fasilitas (PMA dan PMDN) lebih baik daripada invetasi dan kualitas ketrampilan manajerial dan organisasional
nonfasilitas. Hal ini ditunjukkan dengan uji statistik investasi fasilitas dari luar negeri lebih baik daripada
options uji beda dua rata-rata satu sisi antara rata-rata investasi fasilitas dari dalam negeri; investasi fasilitas
ICOR Investasi Fasilitas dan Invetasi Nonfasilitas yang (PMA dan PMDN) yang menggunakan fasilitas bea
signifikan pada ttes –10,6069 dan probabilitas 0,0002236 masuk lebih efisien dalam pemanfaatan faktor produksi
pada a 5%. modal daripada investasi nonfasilitas dan kualitas
Arah trend nilai ICOR untuk IF PMA, IF PMDN, ketrampilan manajerial dan organisasional investasi
Investasi Fasilitas, Investasi Nonfasilitas, dan Investasi fasilitas (PMA dan PMDN) lebih baik daripada invetasi
Total selama tahun 2000-2004 cenderung menurun. Hal nonfasilitas; investasi di Kabupaten Sleman selama
ini menunjukkan bahwa investasi di Kabupaten Sleman tahun 2000-2004 cenderung memiliki efisiensi dalam
selama tahun 2000-2004 cenderung memiliki efisiensi pemanfaatan faktor produksi modal, menunjukkan
dalam pemanfaatan faktor produksi modal dan kualitas ketrampilan manajerial dan organisasional yang
menunjukkan kualitas ketrampilan manajerial dan semakin baik, dan menunjukkan semakin baiknya
organisasional yang semakin baik. Di samping itu, juga peranan pemerintah daerah dan pusat dalam
menunjukkan semakin baiknya peranan pemerintah memberikan berbagai fasilitas bagi para pengusaha
daerah dan pusat dalam memberikan berbagai fasilitas sehingga dukungan tersebut mengakibatkan iklim
bagi para pengusaha sehingga dukungan tersebut usaha menjadi semakin kondusif.
mengakibatkan iklim usaha menjadi semakin kondusif.
Di antaranya, suku bunga pinjaman yang cenderung Saran
semakin rendah berdampak terhadap cost of capital Berdasarkan simpulan tersebut dapat disampaikan sa-
yang semakin rendah pula sehingga mengakibatkan ran sebagai berikut; investor dalam negeri (PMDN)
kenaikan pada nilai investasi. hendaknya melakukan prinsip-prinsip bisnis seperti
yang dilakukan investor asing (PMA), misalnya dalam
SIMPULAN DAN SARAN efisiensi pemanfaatan faktor produksi modal dan
peningkatan kualitas ketrampilan manajerial dan
Simpulan organisasional perusahaan; pemerintah daerah dan
Berdasarkan analisis ICOR Kabupaten Sleman pusat hendaknya menyediakan berbagai fasilitas yang
diperoleh simpulan penelitian sebagai berikut: membuat “bikin hidup lebih hidup” bagi para investor,
pemerintah Kabupaten Sleman merupakan organisasi misalnya penyusunan peraturan daerah yang bukan
pemegang mandat daerah yang akan melakukan re- berakibat high cost economy bagi para investor
sources allocation dan resources reallocation sehingga investor merasa lebih nyaman dan aman dalam
bersama-sama dengan pemerintah pusat dalam rangka menjalankan bisnisnya; masyarakat perlu mendukung
mengatur potensi kekayaan daerah baik tangible para investor dalam menciptakan kegiatan-kegiatan
maupun intangible bagi kemaslahatan masyarakat ekonomi, misalnya perannya dalam ikut menciptakan
Sleman. Pemberian ijin kepada para pengembang real- keamanan di lingkungan tempat tinggal pada
estate pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk khususnya dan lingkungan daerah pada umumnya.

30
ANALISIS NILAI INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)............... (Mufidhatul Khasanah)

Rasa aman dan kestabilan politik merupakan syarat Yogyakarta. 1999.


mutlak bagi terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi dari Rudy Badrudin. “Pengembangan Wilayah Propinsi
para investor dalam negeri maupun asing. DIY (Pendekatan Teoritis)”. Jurnal
Ekonomi Pembangunan FE UII. Yogyakarta.
2000.

DAFTAR PUSTAKA ________. “Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah


(PAD) Melalui Pengembangan Industri
Abdul Halim. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Pariwisata”. Jurnal Kompak STIE Yogyakarta.
4. Jakarta. 2002 Yogyakarta. 2001.

Budiono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. _________. “Peluang dan Tantangan Pelaku Ekonomi
4: Teori Pertumbuhan Ekonomi.BPFE. di Daerah Dalam Era Otonomi Daerah”. Jurnal
Yogyakarta. 1992. Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
Yogya-
Budiono Sri Handoko. Pembangunan Regional. PPE karta. 2002.
FE UGM dan Deptan RI. Yogyakarta. 1984.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-
_________. Interaksi antara Desa dan Kota. PPE FE
Undang Otonomi Daerah 2004. Penerbit
UGM dan Deptan RI. Yogyakar-ta. 1985.
Kuraiko Pratama. Bandung. 2004.
Ibnu Subiyanto. “Kemampuan Keuangan Daerah
________. Undang-Undang Republik Indonesia
yang Terbatas: Strategi Pengembangan
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
Kapasitas dan Program Prioritas” dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lokakarya “On Good Governance Best Prac-
18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan
tices in Kabupaten/Kota”, Badan Pelaksana
Retribusi Daerah dan Beberapa Peraturan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BPRR) dan
Pemerintah Bidang Dana Perimbangan Nomor
United Nation Development Programme
104, 105, 106, dan 107. Penerbit PT Mutiara
(UNDP). Banda Aceh. 2005.
Sumber Widya. Jakarta. 2001.
Lincolin Arsyad. Pengantar Perencanaan dan
Sukanto R. dan AR Karseno. Ekonomi Perkotaan. Ed.
Pembangunan: Ekonomi Daerah. BPFE
3. BPFE. Yogyakarta. 1997.
Yogyakarta. 1999.

_________. Ekonomi Pembangunan. Edisi 4. Bagian Suwarjoko Warpani. Analisis Kota dan Daerah.
Penerbitan STIE YKPN Yogyakarta. Yogyakarta. Penerbit ITB. Bandung. 1994.
1999.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset.


Yogyakarta. 2002

Mudrajad Kuncoro. Ekonomi Pembangunan: Teori,


Masalah, dan Kebijakan. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta. 1997.

Proceedings. Otonomi Daerah dan Perimbangan


Keuangan Pusat dan Daerah dalam Rangka
Pemberdayaan Potensi Daerah. ISEI

31
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 23-31

32
ISSN: 1978-3116
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)
Vol. 1, No. 1, Maret 2007
Hal. 33-48 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA


DI BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN

Muhammad Yusuf
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Semarang
Jalan Pemuda 4A, Semarang
Telepon +62 24 3553834, Fax. +62 24 3553834
E-mail: myusuf@stiebankbpd.ac.id

ABSTRACT suatu pekerjaan yang sulit dan rumit, tetapi sebenarnya


Event study methodology has been one of the most ide dasar untuk melihat pengaruh tersebut dapat
frequently used tools in economics and financial re- dibangun dengan menggunakan metodologi yang
search in recent years. In event studies, the objective cukup sederhana yang sering disebut dengan studi
is to examine the market’s response to some well de- peristiwa (event study). Metodologi studi peristiwa
fined event through the observation of security prices (event study) merupakan salah satu metodologi yang
around such event. Example of event, such as an- sering digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian
nouncement of right issue, stock split, and accounting di bidang ekonomi dan keuangan khususnya di pasar
information. Event studies involve 5 steps: (1) identify modal akhir-akhir ini. Tujuan dari studi peristiwa adalah
the event of interest, (2) identify the time of parameter, mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa
(3) estimate the abnormal return, (4) organize and group (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai
the abnormal return, and (5) analyze the result. Event suatu pengumuman (sebagai contoh: pengumuman
studies will continue making empirical contributions laba, pemecahan saham, dan right issue). Reaksi pasar
to the understanding of information and secutity price. ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari
This article provides a review of the present state of sekuritas perusahaan yang bersangkutan (Peterson,
knowledge and practice with respect to event study 1989).
methodology. Many variations of this methodology Reaksi pasar dapat diukur dengan
are discussed, as well as special issues and applica- menggunakan return sebagai nilai perubahan harga
tions to research in capital market. Recommendations atau dengan menggunakan abnormal return atau ex-
for implementing an event study also are provided. cess return. Abnormal return adalah perbedaan atau
selisih antara return ekspektasi (return yang
Keywords: event study, economics, finance. diharapkan oleh investor) dengan return yang
sesungguhnya yang terjadi. Jadi studi peristiwa akan
menganalisis abnormal return dari sekuritas yang
mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu
PENDAHULUAN peristiwa. Peristiwa atau kejadian bisa dalam bentuk
informasi yang dipublikasikan atau diterbitkan oleh
Peneliti seringkali masih mengalami kebingungan lembaga tertentu, misalnya koran, majalah, jurnal pasar
tentang bagaimana cara mengukur pengaruh peristiwa modal, atau dalam bentuk informasi yang dipublikasikan
(event) ekonomi tertentu yang bersifat unik terhadap oleh perusahaan, misalnya pengumuman laba, dividen,
nilai suatu perusahaan. Awalnya hal itu merupakan stock split, dan right issue.

33
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

Artikel ini akan memberikan petunjuk praktis dalam berhubungan dengan banyak perusahaan dan industri,
melakukan desain penelitian dengan menggunakan misalnya pengumuman laba, stock split, right issue.
metodologi studi peristiwa. Makalah di mulai dengan Biasanya bentuk penelitian studi peristiwa yang
uraian mengenai prosedur standar dalam metodologi berhubungan dengan banyak perusahaan atau industri
studi peristiwa yang dapat dibagi menjadi lima tahap lebih baik dan reliable daripada bentuk penelitian yang
analisis, yaitu: (1) identifikasi peristiwa atau kejadian hanya mempunyai efek tunggal.
yang akan diteliti, (2) estimasi atau penaksiran terhadap Dalam menentukan pengaruh dari suatu
abnormal return, (3) pengelompokan abnormal return peristiwa atau informasi yang dipublikasikan oleh
(CAR), (4) analisis data, dan (5) interpretasi hasil. perusahaan, dapat muncul kebingungan dalam
Selanjutnya artikel ini akan ditutup dengan memberikan menentukan tanggal yang tepat. Hal ini disebabkan
ilustrasi studi peristiwa beserta dengan simpulan dan karena informasi tersebut dipublikasikan oleh
rekomendasi. perusahaan pada hari terjadinya suatu peristiwa (Ht0) ,
Secara umum, studi peristiwa menganalisis ab- tetapi oleh media cetak baru dipublikasikan satu hari
normal return dari sekuritas yang terjadi di sekitar berikutnya (Ht+1). Sehingga terjadi ketidakjelasan
tanggal pengumuman dari suatu peristiwa yang tentang tanggal yang tepat kapan informasi tersebut
informasinya dipublikasikan. Informasi ini umumnya sampai ke tangan para pelaku pasar, apakah pada hari
berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di pengumuman dipublikasikan atau pada hari lain. Peneliti
perusahaan yang dapat mempengaruhi harga dari perlu memperluas periode hari yang dicakup (windows
sekuritas sejumlah perusahaan tertentu atau semua period) untuk melihat pengaruh pengumuman tersebut.
perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Jika peristiwa
tersebut memberikan informasi positif bagi pasar (good MASALAH DAN PEMBAHASAN
news), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut dipublikasikan. Reaksi pasar Terdapat suatu peristiwa yang informasinya
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari dipublikasikan karena diminta oleh badan atau otoritas
sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur tertentu. Misalnya semua perusahaan yang sahamnya
dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) harus
harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jadi mempublikasikan informasi laporan keuangan kepada
dapat dikatakan bahwa publikasi informasi dari publik setiap empat bulan (quarter) sekali melalui me-
perusahaan yang direspon positif oleh pasar diharapkan dia masa. Dapat terjadi juga suatu peristiwa tidak
akan memberikan return atau abnormal return dari dipublikasikan kepada publik melalui media masa, tetapi
sekuritas perusahaan yang bersangkutan kepada pasar. melalui jalur komunikasi lain (misalnya internet dan e-
Sebaliknya, publikasi informasi yang direspon negatif mail). Biasanya informasi tersebut merupakan informasi
(bad news) oleh pasar tidak akan memberikan return tambahan atau pengungkapan sukarela yang
atau abnormal return dari sekuritas perusahaan kepada dipandang oleh perusahaan bermanfaat bagi para
pasar. pelaku pasar. Jadi kehati-hatian diperlukan dalam
Prosedur standar dalam metodologi studi menentukan tanggal dari suatu peristiwa yang
peristiwa dibagi menjadi lima tahap analisis, yaitu: (1) informasinya dipublikasikan untuk menentukan timing
identifikasi peristiwa atau kejadian yang akan diteliti, yang tepat untuk melihat pengaruh yang terjadi atas
(2) estimasi atau penaksiran terhadap abnormal return, peristiwa tersebut.
(3) pengelompokan abnormal return (CAR), (4) analisis Setelah suatu peristiwa dapat diidentifikasi
data, dan (5) interpretasi hasil. Identifikasi peristiwa dengan tepat, langkah kedua adalah mengidentifikasi
atau event, yaitu identifikasi terhadap suatu kejadian parameter waktu yang digunakan sebagai periode
atau peristiwa umumnya dapat dilihat atau diidentifikasi pengamatan. Periode pengamatan disebut juga dengan
dari tanggal terjadinya peristiwa atau kejadian tersebut. periode jendela (windows period). Panjang atau
Peristiwa atau kejadian dapat berhubungan dengan lamanya periode jendela dalam studi peristiwa sangat
satu perusahaan tertentu dalam waktu yang tertentu bervariasi. Peterson (1994) memberi patokan umum
pula, misalnya dalam kasus merger, tetapi juga dapat yang dapat digunakan yaitu berkisar 3 hari sampai 121

34
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

hari untuk data harian dan 3 bulan sampai 121 bulan (hari ke +5). Sebelas hari pada peristiwa ini dapat juga
untuk data bulanan. Dalam periode pengamatan akan dikatakan sebagai lima hari di sekitar tanggal
dilihat pengaruh suatu peristiwa terhadap return suatu pengumuman peristiwa. Plot periode estimasi dan
saham. Return suatu saham yang diamati adalah re- periode pengamatan (windows period) digambarkan
turn saham yang telah diestimasi. Estimasi diperlukan sebagai berikut:
sebagai acuan dalam analisis yang merupakan return
normal yaitu return yang diharapkan oleh pelaku pasar
atau investor atas peristiwa tersebut. Estimasi terhadap
return saham dibuat dalam periode sebelum tanggal
peristiwa dipublikasikan. Dalam studi peristiwa
penentuan lamanya periode estimasi tidak ada patokan
yang pasti. Peterson (1994) memberi patokan umum
yang dapat digunakan yang berkisar antara 100 sampai
200 hari untuk data harian dan 24 sampai 60 hari untuk Dalam studi peristiwa, periode pengamatan
data bulanan. Plot periode estimasi (estimation period) merupakan periode pengamatan yang akan dihitung
dan periode pengamatan (windows period) abnormal return-nya yang melibatkan hari sebelum
digambarkan sebagai berikut: tanggal peristiwa untuk mengetahui adanya kebocoran
informasi, artinya apakah pasar sudah mendengar
informasinya sebelum informasi tersebut diumumkan
kepada publik, dan juga melibatkan hari setelah tanggal
peristiwa tersebut diumumkan untuk mengetahui
kecepatan reaksi pasar atas peristiwa tersebut. Abnor-
mal return untuk periode pengamatan sebelum tanggal
pengumuman peristiwa dihitung mulai hari –5, -4, -3, -
2, dan –1, pada hari ke 0 (tanggal peristiwa) dan setelah
Keterangan:
tanggal peristiwa dihitung mulai hari +1, +2, +3, +4, dan
To- T1 =
Periode estimasi yaitu periode
+5. Periode estimasi selama 100 hari dihitung dari hari
yang digunakan untuk melakukan
–6 sampai hari –105 yang digunakan untuk menghitung
estimasi terhadap return normal
estimasi return normal untuk sekuritas ke-i selama
suatu saham
periode pengamatan (periode ke-t) berdasarkan lama
T sebelum- T sesudah =
Periode pengamatan yaitu
periode estimasi 100 hari.
periode jendela untuk
Metodologi studi peristiwa menghendaki
menghitung abnormal return
pengujian terhadap return tidak normal (abnormal re-
sebelum dan sesudah peristiwa
turn) dari suatu saham di seputar hari peristiwa. Ab-
T peristiwa =
Periode Peristiwa
normal return adalah selisih dari return yang
sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi (re-
Misalkan suatu peristiwa diumumkan tanggal
turn yang diharapkan oleh investor). Return
17 September 2000, data untuk menghitung abnormal
sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada
return digunakan data harian dengan periode estimasi
waktu ke-t yang merupakan selisih harga saham
100 hari dan periode jendela selama 11 hari (5 hari
sekarang relatif terhadap harga saham sebelumnya
sebelum hari peristiwa, 1 hari peristiwa dan 5 hari
yang dihitung dengan rumus:
sesudah hari peristiwa), maka estimasi terhadap return
saham dapat dilakukan sebagai berikut: Hari 0
merupakan hari terjadinya pengumuman peristiwa
(tanggal 17 September). Sebelas hari periode jendela
diambilkan mulai dari lima hari sebelum tanggal peristiwa
(hari ke-5) sampai lima hari sesudah tanggal peristiwa

35
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

Notasi: Model return rata-rata disesuaikan =


Ri,t = Return sesungguhnya untuk saham ke-i pada
periode ke-t
Pi,t = Harga saham sekarang ke-i pada periode ke-t
Pi,t-1 = Harga saham hari sebelumnya ke-i pada
periode ke-t

Return sesungguhnya seringkali berbeda dengan re-


turn ekspektasi yang diharapkan oleh investor karena Model return pasar disesuaikan =
ada faktor-faktor yang unik dari suatu saham yang
hanya mempengaruhi return saham tersebut. Contoh
dari faktor-faktor unik tersebut adalah pengumuman
pembagian dividen, right issue, stock split, dan
pengumuman laba. Abnormal return mencerminkan Menghitung return ekspektasi (expected re-
pengaruh faktor-faktor unik tersebut dan oleh turn). Tingkat pengembalian yang diharapkan
karenanya abnormal return-lah yang relevan untuk mencerminkan tingkat risiko saham yang bersangkutan.
mengukur reaksi pasar terhadap pengumuman suatu Semakin tinggi risiko suatu saham, semakin tinggi
informasi yang dipublikasikan seperti pengumuman tingkat pengembalian yang diharapkan. Jadi dapat
right issue, stock split, merger, akuisisi, deviden dikatakan bahwa suatu peristiwa yang mengandung
saham, dan lain-lain. Seperti dikatakan di atas bahwa informasi bagi pelaku pasar akan berkolerasi positif
abnormal return adalah selisih dari return dengan nilai suatu saham jika informasi tersebut
sesungguhnya terhadap return ekspektasi yang mencerminkan besarnya arus kas yang diharapkan di
dihitung dengan persamaan sebagai berikut: masa datang.
Model pasar (market model). Dalam pengujian
bentuk pasar setengah kuat (semi strong) umumnya
dilakukan dengan menggunakan model pasar. Model
ini menganggap bahwa tingkat pengembalian yang
Notasi: diharapkan dan tingkat pengembalian portofolio pasar
ARi,t = Abnormal return saham ke-i pada periode mempunyai hubungan linier. Di samping itu juga model
ke-t ini mengasumsikan bahwa besarnya return ekspektasi
Ri,t = Return sesungguhnya saham ke-i pada hanya tergantung pada risiko sistematis saham yang
periode ke-t bersangkutan. Risiko sistematis suatu saham, juga
E(Ri,t) = Return ekspektasi saham ke-i pada periode dikenal dengan sebutan beta (â) yang menunjukkan
ke-t seberapa jauh fluktuasi tingkat pengembalian saham
dipengaruhi oleh fluktuasi tingkat pengembalian
Return ekspektasi adalah return yang harus diestimasi. portofolio pasar.
Terdapat tiga teknik atau model yang dikembangkan Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan
oleh Brown & Warner (1985) untuk mengestimasi re- dengan dua tahap (Jogianto,1998), yaitu (1) membentuk
turn suatu saham yaitu: (1) model pasar (market model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi
model), (2) model return rata-rata disesuaikan (mean selama periode estimasi dan (2) menggunakan model
adjusted model), (3) model return pasar disesuaikan ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekpektasi
(market-adjusted model). Ketiga model estimasi re- dalam periode pengamatan. Model return ekspektasi
turn di atas dapat dirangkum sebagai berikut: dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi
OLS (Ordinary Least Square). Model OLS dapat
dibentuk dengan persamaan:
Model Pasar =

36
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

Tabel 1
Untuk t=1,2,3,…..,T
Perhitungan Return Saham untuk
Membentuk Model Ekspektasi
Notasi:
E(R i,t) = tingkat pengembalian yang diharapkan Hari Return Return Return
untuk saham i periode t; ke t Saham Saham Indeks
Pasar (Rm,t)
ai = intersep untuk saham ke-i
bI = koefisien slope yang merupakan Beta dari Ri, 1 Ri,,2 Ri, 3 ............
Ri,, n R m,t
saham ke-i -6 0,120 0,100 0,120 0,150 0,145
Rm,t = tingkat pengembalian indeks pasar pada -7 0,123 0,110 0,125 0,150 0,146
periode t -8 0,130 0,125 0,135 0,180 0,175
e i, t = kesalahan residu saham ke-i pada periode -9 0,135 0,138 0,125 ............
0,175 0,170
estimasi t . 0,128 0,122 0,140 ............
0,165 0,164
. 0,137 0,130 0,145 0,145 0,144
. 0,120 0,127 0,148 0,166 0,161
Persamaan di atas menunjukkan bahwa
+105 0,150 0,1153 0,138 0,158 0,157
besarnya tingkat return ekspektasi tergantung pada
koefisien alfa (a) dan beta (b), di mana beta menunjukkan
seberapa jauh tingkat pengembalian (return) saham i
Kemudian masing-masing return saham
tergantung pada pergerakan pasar. Contoh penggunaan
tersebut (Ri, 1,2,3….Ri, n) mulai dari hari ke -6 sampai dengan
teknik regresi OLS dalam penelitian studi peristiwa dapat
hari ke +105 dibuat persamaan model ekspektasi dengan
ditemukan dalam beberapa tulisan (Peterson, 1989;
teknik regresi OLS (Ordinary Least Square). Misalnya
Brown & Warner, 1985; McKinlay, 1997). Seperti
hasil persamaan regresi dari return saham di atas dapat
dijelaskan di atas, abnormal return adalah selisih antara
ditunjukkan sebagai berikut:
return sesungguhnya dengan return ekspektasi. Jika
return ekspektasi digunakan model pasar, maka
perhitungan abnormal return dengan menggunakan E(Ri, 1) = 0,005 + 1,20 . Rm,t + εi, 1
model pasar dapat dibuat sebagai berikut:
E(Ri, 2) = 0,020 + 1,45 . Rm,t + εi, 2

E(Ri, 3) = 0,018 + 1,39 . Rm,t + εi, 3


…..
Sebagai contoh, misalnya terdapat n saham
yang terpengaruh oleh suatu peristiwa yang E(Ri, n) = 0,038 + 1,23 . Rm,t + εi, n
dipublikasikan (misalnya stock split), pertama kali
diestimasi return saham tersebut dengan cara Setelah model ekspektasi dibuat, langkah
membentuk model ekspektasinya yang dapat dilakukan berikutnya adalah menghitung return saham dalam
dengan menghitung return masing-masing saham dan periode pengamatan 11 hari sebagai berikut:
return indeks pasar selama periode estimasi. Misalnya
periode estimasi yang digunakan adalah 100 hari
dengan periode pengamatan 11 hari, maka, return
saham dapat dihitung sebagai berikut:

37
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

Tabel 2 Tabel 3
Perhitungan Return Saham Perhitungan Return Ekspektasi dengan
dalam Periode Pengamatan Model Pasar ((Market-Model)

Hari Return Saham Return Saham Hari Saham ke-1 Saham ke-n
ke t Ri, 1 Ri,,2 Ri, 3 ............
Ri,, n R m,t ke-t E(Ri,1) E(Ri,2,) E(Ri,3) ......... E(Ri,,n)
-5 0,174 0,225 0,223 0,230 0,14 -5 0,173 *
0,223 **
0,2126***
0,2102****
-4 0,161 0,300 0,200 0,210 0,13 -4 0,161 0,2085 0,1987 0,1979
-3 0,211 0,280 0,260 0,260 0,17 -3 0,209 0,2665 0,2543 0,2471
-2 0,210 0,81 0,258 0,264 0,17 -2 0,209 0,2665 0,2543 0,2471
-1 0,200 0,258 0,250 ............
0,240 0,16 -1 0,197 0,252 0,2404 ......... 0,2348
0 0,205 0,240 0,220 ............
0,220 0,14 0 0,173 0,223 0,2126 ......... 0,2102
+1 0,180 0,200 0,190 0,200 0,12 +1 0,149 0,194 0,1848 0,1856
+2 0,190 0,240 0,240 0,235 0,15 +2 0,185 0,2375 0,2265 0,2225
+3 0,225 0,300 0,269 0,270 0,18 +3 0,221 0,281 0,2682 0,2594
+4 0,237 0,310 0,290 0,295 0,19 +4 0,233 0,2955 0,2821 0,2717
+5 0,248 0,37 0,300 0,290 0,20 +5 0,245 0,31 0,296 0,284
* E(Ri, 1) = 0,005 + 1,20 . 0,14 = 0,173
Return ekspektasi dapat dihitung untuk masing-masing
( angka 0,14 merupakan return indeks pasar)
saham mulai dari hari ke-5 sampai dengan hari ke +5 ** E(Ri, 2) = 0,020 + 1,45 . 0,14 = 0,223
dengan memasukkan nilai return indeks pasar ke dalam ( angka 0,14 merupakan return indeks pasar)
model ekspektasinya dengan hasil pada Tabel 3). *** E(Ri, 3) = 0,018 + 1,39 . 0,14 = 0,2126
Langkah terakhir adalah menghitung abnormal ( angka 0,14 merupakan return indeks pasar)
return. Abnormal return adalah selisih antara return **** E(Ri, n) = 0,038 + 1,23 . 0,14 = 0,2102
sesungguhnya dengan return ekspektasi yang ( angka 0,14 merupakan return indeks pasar)
dihitung untuk masing-masing saham selama periode
pengamatan atau periode jendela (misalnya 11 hari) Terdapat beberapa teknik untuk mengoreksi bias
sebagai berikut: (lihat tabel 4 di halaman 11). Dalam yang terjadi akibat perdagangan yang tidak singkron.
teknik regresi OLS, beta saham i berpotensi bias yang Penelitian Brown dan Warner (1985) dalam menguji
disebabkan oleh adanya perdagangan saham yang tidak spesifikasi dan kekuatan terhadap estimasi beta saham
sinkron (non-sysnchronous trading). Hal ini dapat i ternyata tidak menemukan pengaruh yang signifikan
ditemukan dalam penelitian Dimson, (1970); Scholes & terhadap model yang diusulkan oleh Dimson dan
William, (1977). Perdagangan saham yang tidak sinkron Scholes dan William dalam pengujian terhadap bias
dapat disebabkan karena transaksi perdagangan di yang terjadi pada beta saham. Tetapi penelitian McInish
pasar sangat jarang terjadi atau beberapa saham tidak dan Wood (1986) menemukan bukti yang berbeda
mengalami perdagangan untuk beberapa waktu. dengan Brown dan Warner, dengan menyimpulkan
Ketidaksamaan waktu antara return saham dengan re- bahwa teknik yang diusulkan oleh Dimson dan Scholes
turn pasar dalam perhitungan beta menyebabkan beta dan William untuk mengoreksi bias yang terjadi pada
menjadi bias. Uraian lebih lanjut tentang cara beta saham dapat mengurangi bias sampai dengan 29%
menghitung bias dapat dirujuk dalam peneltian akibat pola perdagangan yang sangat tipis (thin trad-
tersebut. ing) atau akibat perdagangan yang tidak singkron.
Penjelasan secara rinci tentang penggunaan teknik
untuk mengoreksi bias yang terjadi dapat ditemui dalam
artikel yang ditulis oleh Peterson (1989).

38
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

Tabel 4 Notasi:
Perhitungan Abnormal Return dengan E(R i,t) = return yang diharapkan untuk saham i pada
Model Pasar ((Market-Model) periode t;
Ri,j = return sesungguhnya saham ke-i pada
Hari Saham ke-i Saham ke-n periode estimasi ke-j
ke-t ARi,1 ARi,2, ARi,3 .............
ARi,,n T = lamanya periode estimasi yaitu dari t1 sampai
-5 0,001 *
0,002** 0,0104*** 0,0198****
dengan t2
-4 0,000 0,0915 0,013 0,0121
-3 0,002 0,0135 0,057 0,0129 Misalnya besarnya return ekspektasi adalah
-2 0,001 0,5435 0,037 0,0169 11% untuk periode pengamatan (jendela) selama 11 hari,
-1 0,003 0,006 0,096 ..............
0,0052 maka return ekspektasi saham ini adalah dianggap tetap
0 0,032 0,017 0,074 .............
0,0098 sebesar 18% untuk hari –5 sampai dengan hari +5. Jika
+1 0,031 0,006 0,052 0,0144 return sesungguhnya yang terjadi pada hari periode
+2 0.005 0,0025 0,0135 0,0125 pengamatan berbeda dari return ekspektasi (lebih kecil
+3 0,004 0,019 0,0008 0,0106
atau lebih besar dari 11%), maka selisih antara return
+4 0,004 0,0145 0,0079 0,0233
+5 0,003 0,06 0,004 0,006
ekspektasi dengan return sesungguhnya disebut
dengan return tidak normal (abnormal return) yang
* ARi, 1 = 0,174 – 0,173 = 0,001 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
** ARi, 2) = 0,225 - 0,223 = 0,002
*** ARi, 3) =
**** ARi, n) =

Sebenarnya terdapat cara yang relatif mudah


untuk mengoreksi bias yang terjadi akibat pola
perdagangan yang tidak singkron tanpa menggunakan
berbagai teknik yang telah diusulkan, yaitu dengan
membuang sampel observasi yang menyebabkan bias. Penerapan model tersebut dapat diberikan
Dengan demikian, cara koreksi ini dilakukan dengan contoh sebagai berikut: misalnya terdapat n saham
membuang sampel yang menunjukkan perdagangan yang terpengaruh oleh suatu peristiwa yang
tidak aktif (saham tidak aktif diperdagangkan alias saham dipublikasikan (misalnya stock split), maka perhitungan
tidur). Dengan membuang sampel tersebut, maka abnormal return dapat dihitung untuk masing-masing
sampel yang digunakan hanya berisi sampel yang pola saham selama periode pengamatan atau periode jendela
perdagangannya singkron (saham aktif (misalnya 11 hari) seperti yang disajikan pada Tabel 5.
diperdagangkan). Model return pasar disesuaikan (Market-Adjusted
Model return rta-rata disesuaikan (Mean-Ad- Return) adalah model yang menganggap bahwa
justed Return) adalah model yang menganggap bahwa prediktor terbaik dalam mengestimasi return suatu
return ekspektasi dari suatu saham i adalah konstan/ saham adalah return indeks pasar pada saat tertentu.
tetap yang nilainya sama dengan rata-rata return Return indeks pasar yang biasanya digunakan dalam
sesungguhnya sebelumnya selama periode estimasi. penelitian studi peristiwa adalah return indeks pasar
Persamaan dalam model ini dapat dibuat sebagai yang dibuat atau dikeluarkan oleh badan otoritas bursa
berikut: efek pada suatu periode waktu tertentu, misalnya
indeks pasar IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ), CRSP (Cen-
ter For Reasearch in Security Center) yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Amerka, dan lain-lain.
Dengan demikian, dengan model ini, peneliti tidak perlu
membentuk model estimasi, karena return saham yang
akan diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar

39
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

saham tersebut pada periode waktu tertentu. Model yang terpengaruh oleh suatu peristiwa yang
estimasi return pasar disesuaikan dapat dibentuk dipublikasikan (misalnya stock split), maka perhitungan
dengan persamaan sebagai berikut: abnormal return dapat dihitung untuk masing-masing
saham selama periode pengamatan atau periode jendela
(misalnya 11 hari) sebagai berikut:

Tabel 6
Notasi: Perhitungan Abnormal Return dengan
E(R i,t) = Return ekspektasi untuk saham i pada Model Return Pasar Disesuaikan ((Market-
periode ke-t; Adjusted Return)
Rm,t = Return indeks pasar pada periode ke- t
Hari Saham ke-1 Saham ke-1
ke t Ri,t *
Rm,t *
ARi,t Ri,t R m,t ARi,t
Tabel 5
Perhitungan Abnormal Return dengan -5 0,12 0,10 0,02 0,10 0,9 0,01
-4 0,15 0,11 0,04 0,15 0,13 0,02
Model Return Rata-Rata Disesuaikan (Mean-
-3 0,13 0.10 0,03 0,18 0,15 0,03
Adjusted Return) -2 0,14 0,12 0,02 0,11 0,8 0,03
Hari Saham ke-1 Saham ke-n -1 0,16 0,12 0,04 ....... 0,14 0,10 0,04
0 0,17 0,15 0,02 ....... 0,16 0,15 0,01
ke t Ri,t E(Ri,t) ARi,t Ri,t E(Ri,t) ARi,t
+1 0,20 0,16 0,04 0,20 0,18 0,02
-5 0,120 0,110 0,01 0,150 0,145 0,005 +2 0,19 0,13 0,06 0,12 0,9 0,03
-4 0,123 0,110 0,013 0,150 0,146 0,004 +3 0,12 0,10 0,02 0,15 0,13 0,02
-3 0,130 0,110 0,020 0,180 0,175 0,005 +4 0,13 0,11 0,02 0,13 0,11 0,02
-2 0,135 0,110 0,025 0,175 0,170 0,005 +5 0,15 0.11 0,04 0,18 0,14 0,04
-1 0,128 0,110 0,018 ....... 0,165 0,164 0,001
0 0,137 0,110 0,027 ....... 0,145 0,144 0,001
*
Ri,j adalah return sesungguhnya pada periode pengamatan yang
+1 0,120 0,110 0,010 0,166 0,161 0,005 dihitung dari selisih harga saham sekarang (to) relatif terhadap
+2 0,150 0,110 0,040 0,158 0,157 0,001 harga saham hari sebelumnya (t-1).
+3 0,145 0,110 0,035 0,135 0,133 0,002
*
Return indeks pasar (Rm,t) adalah sama dengan return ekspektasi
+4 0,126 0,110 0,016 0,180 0,179 0,001 E(Ri,t) yang dihitung berdasarkan indeks pasar yang berlaku
+5 0,133 0,110 0,023 0,158 0,155 0,003 pada setiap hari dalam periode pengamatan (contoh indek
pasar adalah IHSG yang di informasikan setiap hari oleh
BEJ).
Misalnya pada hari pengumuman suatu peristiwa, re-
turn indeks pasar adalah sebesar 12%, maka dengan
model ini, dianggap bahwa return ekspektasi semua Menghitung akumulasi return tidak normal (Cu-
saham pada hari yang sama adalah sama dengan re- mulative Abnormal return/CAR) dilakukan setelah ab-
turn indek pasarnya, yaitu sebesar 12% tersebut. Jika normal return diperoleh, kemudian dikelompokkan dan
return sesungguhnya saham pada hari pengumuman dianalisis. Pengujian abnormal return dalam studi
peristiwa adalah 32%, maka besarnya abnormal return peristiwa tidak dilakukan secara individual, melainkan
yang terjadi adalah 20% (32% - 12%). Dengan demikian, dilakukan secara keseluruhan (agregrat) terhadap ab-
abnormal return dengan model return pasar normal return suatu saham secara cross-section.
disesuaikan dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Akumulasi abnormal return (cumulative abnormal re-
turn) adalah merupakan penjumlahan abnormal return
suatu saham ke-i selama periode pengamatan. CAR
dapat dibentuk dengan persamaan sebagai berikut:

Penerapan model tersebut dapat diberikan


contoh sebagai berikut: misalnya terdapat n saham

40
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

tersebut terus berlangsung sampai dengan hari setelah


peristiwa tersebut dipublikasikan. Hal ini berarti
pengumuman peristiwa tersebut dianggap sebagai
sinyal negatif oleh pasar, artinya pasar mengantisipasi
Notasi: peristiwa tersebut yang mengindikasikan prospek masa
CAR i,t = akumulasi abnormal return saham ke-i pada depan perusahaan yang buruk.
hari ke-t yang diakumulasi selama periode Panel B menunjukkan indikasi bahwa akumulasi
pengamatan (mulai hari Ke-5 sampai hari abnormal return cenderung meningkat sebelum suatu
Ke+5) peristiwa dipublikasikan. Peningkatan abnormal return
AR i,n = abnormal return untuk saham ke-I pada hari tersebut terus berlangsung sampai dengan hari setelah
ke-n, yaitu mulai t-5 sampai hari ke+5 peristiwa tersebut dipublikasikan. Hal ini berarti
pengumuman peristiwa tersebut dianggap sebagai
Kemudian, jika terdapat n buah saham yang sinyal positif oleh pasar, artinya pasar mengantisipasi
terpengaruh suatu peristiwa yang dipublikasikan, maka peristiwa tersebut yang mengindikasikan prospek masa
akumulasi abnormal return dibagi dengan n buah depan perusahaan yang baik.
saham tersebut akan diperoleh akumulasi rata-rata ab-
normal return (Cumulative Average Abnormal return
atau CAAR) yang dapat dihitung sebagai berikut: Panel A

Notasi:
CAAR t = akumulasi rata-rata abnormal return
pada hari ke-t
CARi,t = akumulasi abnormal return saham ke-i
pada hari ke-t
N = jumlah saham yang terpengaruh oleh
peristiwa

Analisis terhadap abnormal return dapat Panel B


dilakukan dengan melihat pola pergerakan abnormal
return di seputar hari pengumuman suatu peristiwa.
Jika pasar mengantisipasi peristiwa tersebut, maka
terdapat dua respon yang dapat dijelaskan, yaitu respon
negatif untuk kabar buruk dan respon positif untuk
kabar baik. Jika pasar tidak mengantisipasi adanya
peristiwa yang dipublikasikan, maka akumulasi rata-
rata abnormal return (CAAR) seharusnya sama
dengan nol (tidak terdapat abnormal return). Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dapat dibuat
dalam bentuk grafis (panel A dan B).
Panel A menunjukkan indikasi bahwa akumulasi
abnormal return cenderung menurun sebelum suatu
peristiwa dipublikasikan. Penurunan abnormal return

41
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

Tahap terakhir dalam metodologi studi peristiwa Peterson (1989) dan Jogianto (1998) membuat
adalah analisis dan interpretasi. Setelah mengetahui tiga cara menghitung kesalahan standar estimasi.
pola pergerakan abnormal return di seputar hari Kesalahan standar estimasi ditentukan berdasarkan
pengumuman suatu peristiwa, langkah terakhir adalah deviasi standar untuk masing-masing return saham
menguji apakah pola pergerakan abnormal return secara individual pada waktu ke-i dengan nilai rata-
(menurun atau meningkat) secara statistik berpengaruh rata return saham dalam periode estimasi. Pengujian
signifikan atau hanya akibat perubahan yang bersifat statistik terhadap abnormal return standarisasi (stan-
sementara (musiman). Artinya, abnormal return dardized abnormal return) dihitung dengan rumus
tersebut secara statistik signifikan berbeda tidak sama sebagai berikut:
dengan nol (positif untuk kabar baik dan negatif untuk
kabar buruk). Pengujian statistik yang dapat digunakan
adalah pengujian t-test yang menguji hipotesis nol
bahwa rata-rata abnormal return adalah sama dengan
nol. Formulasi hipotesis nol dan hipotesis alternatif
dapat dibangun sebagai berikut:

Notasi:
CAAR ii,t = Rata-rata akumulasi abnormal return
saham ke-i pada periode ke-j
Ri,j = Return saham ke-i untuk hari ke-j selama
Analisis statistik memerlukan standarisasi dari periode estimasi
nilai abnormal return yang merupakan kesalahan Ri = Rata-rata return saham ke-i selama
standar pada waktu mengestimasi nilai abnormal re- periode estimasi
turn yang disebut dengan kesalahan standar estimasi T1 = Jumlah hari di periode estimasi, yaitu dari
(standar error of forecast). Jadi pengujian secara hari ke-t1 sampai dengan hari ke-t2.
statistik dimaksudkan untuk menguji signifikansi dari
kesalahan estimasi yang dibuat pada waktu Kesalahan standar estimasi ditentukan
mengestimasi abnormal return. Pengujian statistik berdasarkan deviasi standar untuk seluruh sampel re-
terhadap abnormal return standarisasi (standardized turn saham pada waktu ke-i dengan nilai estimasi re-
abnormal return) dihitung dengan rumus sebagai turn (predicted return) saham dalam periode estimasi.
berikut: Pengujian statistik terhadap abnormal return
standarisasi (standardized abnormal return) dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Notasi:
“var CAAR ii,t = Deviasi standar rata-rata akumulasi
abnormal return saham ke-i pada
periode ke-t di periode peristiwa Notasi:
sebagai kesalahan standar estimasi CAAR ii,t = Rata-rata akumulasi abnormal return
SARi,j = Abnormal return standarisasi saham ke-i pada periode ke-j
(standardized abnormal return) Ri,j = Return saham ke-i untuk hari ke-j selama
saham ke-i untuk hari ke-t periode estimasi
E(Ri,j) = Return ekspektasi saham ke-i selama
periode estimasi

42
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

T1 = Jumlah hari di periode estimasi, yaitu dari systematic risk. Beberapa temuan empiris tersebut
hari ke-t1 sampai dengan hari ke-t2. diantaranya adalah: Scholes (1972), Marsh (1979),
Asquith dan Mullins (1986), Masulis dan Korwar (1986),
Kesalahan standar estimasi ditentukan Myers dan Majluf (1984), Barclay dan Litzenberger
berdasarkan deviasi standar untuk seluruh sampel re- (1988), Mikkelson and Partch (1986) dan Kothare, (1997).
turn saham pada waktu ke-t secara cross-section selama Temuan empiris tersebut menunjukkan bahwa nilai
periode pengamatan (periode jendela). Pengujian pasar perusahaan turun sampai 3% pada saat
statistik terhadap abnormal return standarisasi (stan- pengumuman penambahan saham baru.
dardized abnormal return) dihitung dengan rumus Beberapa peneliti lain juga melakukan pengujian
sebagai berikut: di seputar hari pengumuman penambahan saham baru.
Hess dan Frost (1982), Mikkelson dan Partch (1986,
1988), Barclay dan Litzenberger (1988), Lease, Masulis,
dan Page (1991, 1992), dan Sheehan (1997) melakukan
pengujian terhadap perubahan harga di seputar hari
pengumuman, yang menghasilkan simpulan yang
berbeda-beda. Hess dan Frost menemukan bukti bahwa
terjadi perubahan harga saham yang tidak biasa (ab-
normal) di seputar hari pengumuman, walaupun
Notasi: perubahan tersebut sangat kecil; Mikkelson dan Partch
CAAR ii,t = Rata-rata akumulasi abnormal return menemukan bukti yang cukup kuat untuk meyakinkan
saham ke-i pada periode ke-j investor bahwa perubahan harga saham di seputar hari
ARi,j = Abnormal return saham ke-i untuk hari pengumuman right issue disebabkan oleh perilaku
ke-t selama periode jendela stratejik manajemen dalam keputusan penambahan
ARt = Rata-rata abnormal return saham ke-t saham baru; Barclay dan Litzenberger menemukan
selama periode jendela yang dihitung bahwa perubahan harga saham di seputar hari
dengan rumus: pengumuman right issue kemungkinan merupakan hasil
k = Jumlah sampel saham dari manipulasi harga; Lease, Masulis dan Page
menyimpulkan dalam temuannya bahwa perubahan
Cara pertama dan kedua paling sesuai harga saham di seputar hari pengumuman hanyalah
diterapkan untuk model pasar (market model) dan sebagai illusi statistik belaka yang disebabkan oleh
model rata-rata return disesuaikan (mean-adjusted re- adanya gangguan dalam aktivitas perdagangan saham
turn model) karena membutuhkan periode estimasi dan Sheehan menemukan bukti yang lebih kuat bahwa
dalam menghitung standar kesalahan estimasi. pola pergerakan return saham membentuk pola V (V-
Sedangkan cara ketiga dianggap cara yang paling shaped), di mana harga saham jatuh dalam minggu
populer dan sederhana karena hanya membutuhkan pertama sebelum pengumuman dan kemudian terjadi
periode pengamatan atau periode jendela dan tidak koreksi kenaikan ke tingkat harga sebelumnya.
membutuhkan peridoe estimasi. Oleh karena itu, cara Beberapa temuan empiris tersebut di atas
ini paling tepat diterapkan untuk model return pasar konsisten dengan model signalling theory yang
disesuaikan (market-adjusted return) di samping mengasumsikan adanya informasi asimetri di antara
cocok pula untuk dua model sebelumnya, yaitu model berbagai partisipan di pasar modal. Model tersebut
pasar dan model rata-rata return disesuaikan. menyatakan bahwa pasar akan bereaksi secara negatif
Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan karena adanya pengumuman penambahan saham baru
akumulasi abnormal return dalam peristiwa yang mengindikasikan adanya informasi yang tidak
pengumuman right issue. Pengumuman perusahaan menguntungkan (bad news) tentang kondisi laba di
yang melakukan right issue, secara teoritis dan empiris masa yang akan datang, khususnya jika dana dari right
telah menyebabkan harga saham bereaksi secara issue akan digunakan untuk tujuan perluasan investasi
negatif, dan ini adalah kejadian yang diakibatkan oleh yang mempunyai NPV sama dengan 0 atau negatif.

43
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

Harga saham setelah right issue secara teoritis Hasil dari ilustrasi ini konsisten dengan penelitian
akan mengalami penurunan. Wajar saja, karena harga terdahulu tentang kandungan informasi dari right is-
pelaksanaan right issue selalu lebih rendah dari harga sue. Hasil analisis mendukung hipotesis bahwa
pasar. Myers dan Majluf (1984) memprediksi bahwa pengumuman right issue merupakan informasi yang
bahwa harga saham akan direspon secara tidak cukup bermanfaat dalam menilai perusahaan. Dengan
menguntungkan oleh pasar terhadap adanya informasi berfokus pada tanggal pengumuman hari ke-(0) rata-
pengumuman right issue, karena pasar mengasumsikan rata abnormal return dari sampel good news firm
bahwa manajer akan mendapatkan insentif untuk menggunakan model pasar adalah 0.965 persen dengan
menerbitkan tambahan saham baru yang mereka kesalahan standar estimasi 0.104 persen, sehingga
percaya overvalued. hipotesis nol yang mengatakan bahwa peristiwa
Tabel 7 dan 8 menyajikan informasi abnormal pengumuman right issue tidak memiliki pengaruh
return yang dihitung secara agregrat dari 50 perusahaan terhadap return saham ditolak. Hal yang sama juga
yang melakukan right issue selama tahun 1994-1996. terjadi untuk sampel bad news firm, pada hari peristiwa
Agregrasi abnormal return dilakukan dalam tiga tersebut dipublikasikan (H0) rata-rata abnormal return
kelompok pengumuman yaitu pengumuman yang -0.679 persen dengan kesalahan standar estimasi 0.098,
memberi sinyal negatif (bad news firm), pengumuman sehingga hipotesis nol yang mengatakan bahwa
yang tidak memberikan sinyal (No news firm), dan peristiwa pengumuman right issue tidak memiliki
pengumuman yang memberikan sinyal positif (good pengaruh terhadap return saham juga ditolak.
news firm). Dua model perhitungan abnormal return Hal yang sama juga terjadi pada penghitungan
digunakan sebagai pembanding dalam analisis, yaitu abnormal return dengan model return rata-rata
model pasar (market model) dan model rata-rata disesuaikan. Jadi kedua model perhitungan abnormal
disesuaikan (mean-adjusted return).Diagram abnor- return tersebut menghasilkan simpulan yang sama,
mal return juga dapat dilihat pada panel A untuk model artinya keduanya secara konsisten dapat menjelaskan
pasar dan panel B untuk metode rata-rata disesuaikan. pengaruh pengumuman right issue terhadap return
saham.

44
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

Tabel 7
Market Model untuk Periode di seputar Hari Pengumuman Right Issue
Panel A menyajikan hasil abnormal return saham untuk 20 hari di seputar tanggal pengumuman right issue, Abnor-
mal return dihitung secara agregrat dari 50 perusahaan yang melakukan right issue selama tahun 1994-1996. Agregrasi
abnormal return dilakukan dalam tiga kelompok yaitu pengumuman yang memberi sinyal negatif (bad news firm),
pengumuman yang tidak memberikan sinyal (No news firm) dan pengumuman yang memberikan sinyal positif (good
news firm). Abnormal return saham dihitung sebagai selisih dari return sesungguhnya dengan return ekspektasi
yang dihitung dengan model pasar.

45
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

Tabel 8
Mean- Adjusted Model untuk Periode di Seputar Hari Pengumuman Right Issue

Panel A menyajikan hasil abnormal return saham untuk 20 hari di seputar tanggal pengumuman right issue, Abnor-
mal return dihitung secara agregrat dari 50 perusahaan yang melakukan right issue selama tahun 1994-1996. Agregrasi
abnormal return dilakukan dalam tiga kelompok yaitu pengumuman yang memberi sinyal negatif (bad news firm),
pengumuman yang tidak memberikan sinyal (No news firm), dan pengumuman yang memberikan sinyal positif
(good news firm). Abnormal return saham dihitung sebagai selisih dari return sesungguhnya dengan return
ekspektasi yang dihitung dengan model rata-rata disesuaikan.

46
EVENT STUDY: TELAAH METODOLOGI DAN PENERAPANNYA ............... (Muhammad Yusuf)

Panel A: Plot akumulasi abnormal return selama periode pengamatan dari hari Ke-20 sampai hari ke-+20 dalam
peristiwa pengumuman right issues. Akumulasi abnormal return dihitung dengan menggunakan model pasar (mar-
ket model)

Panel B: Plot akumulasi abnormal return selama periode pengamatan dari hari Ke-20 sampai hari ke-+20 dalam
peristiwa pengumuman right issues. Akumulasi abnormal return dihitung dengan menggunakan model return rata-
rata disesuaikan (mean-adjusted return)

SIMPULAN DAN SARAN khususnya dipakai untuk mendeteksi pengaruh


kemakmuran pemegang saham terhadap adanya
Simpulan peristiwa perusahaan yang dipublikasikan. Dalam
Metodologi studi peristiwa yang telah dijelaskan dalam banyak kasus penelitian studi peristiwa, tidak ada
artikel ini telah banyak dipakai sebagai acuan dalam satupun teknik atau prosedur standar yang dapat
penelitian bidang ekonomi dan keuangan, khususnya dipakai sebagai acuan dalam penelitian, karena memang
berkaitan dengan corporate event yang dipublikasikan banyak terdapat variasi dalam perhitungan return
informasinya. Penggunaan metodologi studi peristiwa suatu saham dan prosedur pengujian terhadap abnor-

47
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 33-48

mal return, sehingga tidak ada satu metode atau teknik dilakukan serta untuk menghindari terjadinya efek
yang paling benar dalam semua situasi. Hal ini sudah pengganggu (confounding effect). Prosedur penghi-
dilakukan oleh Brown dan Warner dalam simulasi tungan kesalahan standar estimasi terhadap abnormal
terhadap berbagai metode atau teknik perhitungan re- return perlu dilakukan dalam pengujian secara cross-
turn saham. sectional dependence sebagai variabel tergantung
Satu hal yang cukup menarik dari banyak studi (dependebce variable) untuk mengurangi masalah
empiris yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya heterosidastisity (heteroskedasticity).
adalah penjelasan tentang abnormal return. Terdapat
beberapa alat analisis yang digunakan, misalnya
dengan teknik regresi cross-sectional, analisis korelasi,
dan regresi berganda. Beberapa teknik analisis tersebut DAFTAR PUSTAKA
masih menjadi acuan dalam penelitian di masa
mendatang dan menjadi jawaban empiris terhadap Brown, Stephen J., and Jerold B. Warner. “Measuring
berbagai hipotesis yang akan diuji. Security Price Performance,” Journal of Finan-
cial Economics, Vol. 8 (September 1980) pp. 205-
Saran 258.
Akhir dari artikel ini ditutup dengan beberapa saran.
Beberapa hal yang dianggap penulis penting untuk Brown, Stephen J., and Jerold B. Warner. “Using Daily
diperhatikan dalam menerapkan metodologi studi Stock Returns: The Case of Event Studies,”
peristiwa dalam suatu penelitian dapat diberikan Journal of Financial Economics, Vol. 14 (March
sebagai berikut, yaitu secara umum, pengujian return 1985) pp. 3-32.
dengan menggunakan data return harian lebih baik/
kuat dibandingkan dengan data return bulanan atau Peterson, Pamela P. “Event Studies: A Review of Is-
mingguan.Asumsi normalitas data return saham hanya sues and Methodology,” Quarterly Journal of
berpengaruh kecil terhadap model-model pengujian Business and Economics, Vol. 28 (Summer 1989)
statistik yang dilakukan. Jadi data return saham yang pp. 36-66.
akan diuji secara statistik tidak harus berdistribusi nor-
mal. Untuk data return yang mempunyai tingkat Fama, Eugene F. “A Note on the Market Model and the
kompleksitas yang cukup rumit, misalnya data yang Two-Parameter Model,” Journal of Finance, Vol.
besar, periode jendela yang panjang, pola perdagangan 28 (December 1973) pp. 328-332.
yang tidak singkron atau tipis, maka penggunaan
prosedur alternatif yang diusulkan oleh Scholes-Will- Bowman, Robert G. “Understanding and Conducting
iam dan Dimson untuk mengurangi terjadinya bias Event Studies,” Journal of Business Finance &
dalam menghitung Beta (b) dapat diterapkan dengan Accounting, Vol. 10 (Winter 1983) pp.561-580.
hati-hati, sebab kadang-kadang tidak secara jelas
manfaat prosedur tersebut dibandingkan dengan teknik MacKinlay Craig A. “Event Studies in Economics and
regresi OLS (Ordinary Least Square) yang digunakan Finance,” Journal of Economics Literature,
dalam menghitung abnormal return yang digunakan Vol.XXXV (March 1997), pp.13-39.
pertama kali oleh Fama, Fisher, dan Jensen
Penyesuaian data untuk autokorelasi terhadap
abnormal return dalam pengujian secara cross-sectional
dependence mungkin diperlukan untuk kasus yang
sangat khusus, dan mungkin dapat sangat fatal jika
digunakan dalam kondisi yang lain. Penentuan
ketepatan (precision) tanggal terjadinya suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan sangat
penting untuk menjamin kekuatan pengujian yang

48
ISSN: 1978-3116
PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN, ....................(Rini Kusumawati)
Vol. 1, No. 1, Maret 2007
Hal. 49-58 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN,


HARAPAN NASABAH PADA KEPUASAN NASABAH DAN
PENGARUH KEPUASAN NASABAH PADA LOYALITAS
NASABAH DAN PERILAKU BERALIH MEREK
Rini Kusumawati
Magister Manajemen STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan, Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155
E-mail: rinikusumawati@yahoo.com

ABSTARCT ences of consumers factor and the high production.


In making a decision, consumer’s based on their value. Especially on finance and insurance, the expectation
By understanding the value and how far that value negatively and significantly influences the customer’s
influences the buying decision, a company as a pro- satisfactions.
vider of a services or goods, can develop the competi-
tive strategy. A company which oriented in consumer’s Keywords: Bank image, perceived quality, customer’s
always try to see consumer’s needs in order to get the expectation, customer’s satisfaction, loyalty, and
market chance. Itiis an important strategy. The research switching behavior.
of service quality tries to give an understanding about
consumer’s need. An emotional bond between the com-
pany and customers leads the customers to buy re-
peatedly, exclusively from that provider. This research PENDAHULUAN
tries to explore some factors that can influence the loy-
alty on banking industry. Those factors are bank im- Dalam era ekonomi yang modern, organisasi jasa
age, perceived quality, customer’s expectations, menjadi sebuah organisasi yang berkembang dengan
customer’s satisfactions, and brand switching. Qual- pesat. Jasa perbankan sebagai salah satu organisasi
ity and customer are two important factors for every jasa yang memegang peranan penting dalam
company. Good quality is usually followed by perekonomian juga terus berkembang. Hal ini dapat
customer’s loyalty. Therefore, company should enhance dilihat dengan munculnya bank-bank yang baru, baik
their quality improvements. Quality has a strong rela- berskala lokal (misalnya Bank Perkreditan Rakyat atau
tionship with customer’s satisfactions. Quality give a BPR) maupun nasional.
reason to customer’s to give their loyalty to the com- Dengan adanya kondisi tersebut, maka
pany. In the long term, the kind of relationship will perbankan dewasa ini dituntut untuk semakin
gives a company the ability to determine what exactly mengoptimalkan layanan kepada nasabah agar
the customer’s needs. This research found that bank kepuasan nasabah tetap terjaga. Usaha untuk menjaga
image, perceived quality, and customer’s expectations kepuasan nasabah ini perlu dilakukan karena nasabah
influences the loyalty positively and significantly. While akan merasa loyal kepada bank sehingga bank dapat
customer’s expectations negatively influences the mempertahankan nasabahnya tidak beralih kepada bank
customer’s satisfaction. They are caused by the differ- lainnya dan nasabah akan menceritakan mengenai

49
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 49-58

layanan bank yang memuaskan kepada orang lain Dalam persaingan antarbank yang semakin
(publisitas) yang pada akhirnya merupakan sarana ketat, faktor kepuasan nasabah menjadi perhatian yang
promosi yang efektif, selain itu nasabah yang puas serius. Kepuasan merupakan evaluasi yang dilakukan
dapat mendorong adanya pembelian ulang (Sunardi, oleh konsumen setelah pembelian terhadap produk atau
2003) sehingga manager harus mengembangkan jasa yang ditawarkan. Konsumen puas ketika kinerja
strategi agar mampu memuaskan nasabah potensial yang ditawarkan melebihi harapan dan tidak puas ketika
maupun yang ada saat ini untuk kemudian menjadi loyal. harapan konsumen lebih besar dari kinerja yang
Loyalitas menjadi suatu tindakan untuk menghambat ditawarkan (Hunt, 1997 dalam Bolton and Drew, 1991,
perilaku beralih merek yang berdampak pada p. 2). Apabila terjadi ketidakpuasan, maka nasabah
pengembangan strategi bersaing yang berkelanjutan. memilih untuk keluar (memilih perusahaan lain) atau
Dengan adanya nasabah yang loyal memungkinkan mereka akan komplain dan berusaha untuk mendapat
sebuah organisasi untuk mengembangkan dan ganti rugi. Sebaliknya apabila kepuasan nasabah
mempertahankan hubungan jangka panjang. Loyalitas meningkat maka perilaku beralih merek akan semakin
juga menggambarkan nasabah yang tidak hanya puas kecil. Peningkatan kepuasan nasabah juga akan
tetapi juga senang terhadap produk maupun meningkatkan loyalitas nasabah (Fornell et al, 1996, p.
layanannya (Kandampully dan Suhartanto, 2000). 9).
Dengan melihat pentingnya loyalitas dalam Menurut Kotler dan Keller (2006, p. 135),
suatu organisasi jasa, maka peneliti tertarik untuk loyalitas merupakan kedalaman komitmen yang
meneliti “Analisis pengaruh image, kualitas yang dipegang untuk melakukan pembelian kembali atau
dipersepsikan, dan harapan nasabah pada kepuasan berlangganan terhadap produk atau jasa di masa
nasabah dan pengaruh kepuasan nasabah pada mendatang meskipun terdapat pengaruh situasional
loyalitas nasabah dan perilaku beralih merek.” Tujuan dan usaha pemasaran yang kuat yang menyebabkan
penelitian ini untuk menguji pengaruh image, kualitas perilaku berpindah merek. Kandampully dan Suhartanto
yang dipersepsikan, dan harapan nasabah pada (2000, p. 2) mengasumsikan bahwa loyalitas merupakan
kepuasan nasabah dan pengaruh kepuasan nasabah “loyal customer” yaitu konsumen yang melakukan
pada loyalitas nasabah dan perilaku beralih merek. pembelian ulang dari penyedia jasa yang sama, dan
merekomendasikan serta memelihara sikap positif
MATERI DAN METODE PENELITIAN terhadap penyedia jasa. Loyalitas diakui sebagai faktor
yang penting dan merupakan prasyarat kelangsungan
Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hidup sebuah organisasi. Dalam kesuksesan sebuah
loyalitas pada industri perbankan ini mengacu pada organisasi, loyalitas konsumen lebih penting daripada
kerangka pikir berikut ini. kepuasan konsumen, hal ini dikarenakan bahwa
keberadaan kepuasan konsumen saja tidak cukup, tanpa
adanya jaminan bahwa dengan kepuasan konsumen
akan mengakibatkan pembelian ulang.
Menurut Julendar et al (1997) dalam
(Kandampully dan Suhartanto, 2000, p. 3), dimensi
loyalitas dibagi menjadi dua yaitu (1) dimensi perilaku,
hal ini mengacu pada perilaku konsumen untuk
melakukan pembelian ulang serta menunjukkan
kesenangan pada satu merek atau jasa dan (2) dimensi
sikap, hal ini mengacu pada keinginan konsumen untuk
membeli kembali serta merekomendasikan. Ini
merupakan indikator yang baik dalam loyal customer.
Menurut Sambandan (1995) dalam Darpito (2005),
konsumen akan beralih merek karena adanya perilaku
Gambar 1
yang keterlibatannya tinggi (high involvement).
Model Penelitian

50
PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN, ....................(Rini Kusumawati)

Beberapa literatur lain juga menyebutkan bahwa “perkiraan” yang dibuat oleh konsumen mengenai apa
perilaku mencari variasi (variety seeking) juga akan yang akan terjadi dimasa mendatang dalam suatu
menimbulkan perilaku berpindah merek (brand switch- transaksi atau pertukaran (Parasuraman et al, 1988, p.
ing behavior) konsumen. Menurut Moutinho dan 17).
Smith (2000), perilaku beralih merek merupakan perilaku Kualitas yang dipersepsikan merupakan
nasabah yang berpindah dari satu bank ke bank lain penilaian konsumen terhadap keseluruhan keunggulan
berdasar persepsi tingkat kepuasan yang dirasakan ataupun superioritas suatu produk (Zeithaml, 1987
oleh nasabah terhadap kualitas jasa yang ditawarkan. dalam Parasuraman et al, 1988, p. 15). Kualitas yang
Keaveney (1995), memperkenalkan suatu model dasar dipersepsikan merupakan kemampuan untuk
mengapa konsumen beralih dalam suatu industri jasa, memutuskan (evaluasi) tentang kesempurnaan dan
sehingga diharapkan dapat membantu manager superioritas jasa. Semakin tinggi tingkat kualitas jasa
memahami konsumen agar dapat mengurangi adanya yang dipersepsikan, semakin besar kepuasan
perilaku beralih merek (switching behavior) maupun konsumen.
penyeberangan konsumen (customer defection). Hal Menurut Kotler dan Keller (2006, p. 299), citra
ini disebabkan karena ketidakpuasan interaksi antara (image) didefinisikan sebagai persepsi masyarakat
konsumen dengan pekerja yang dapat dikurangi terhadap perusahaan atau produknya. Ketika layanan
dengan mengajarkan pekerja untuk mendengarkan sulit untuk dievaluasi, image dipercaya menjadi faktor
konsumen, menghubungi (menelepon) kembali penting yang dapat mempengaruhi kualitas yang
konsumen, menjaga informasi konsumen, dan dipersepsikan, evaluasi konsumen terhadap kepuasan
menjelaskan prosedur serta aspek-aspek teknis yang layanan dan loyalitas konsumen. Sikap ini akan
harus dimiliki pekerja untuk melayani konsumen. menimbulkan kepuasan konsumen terhadap
Kepuasan menurut Kotler dan Keller (2006, p. perusahaan. Menurut Mardalis (2002, p. 9), citra (im-
136) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang age) dapat berarti sebagai suatu tanggapan atau
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi gambaran yang diperoleh dari sebuah perusahaan
atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu melalui iklan, media, promosi, dan pemasaran. Hipotesis
produk dan harapan-harapannya. Meskipun demikian, dalam penelitian adalah:
tidak mudah untuk mewujudkan kepuasan nasabah H1: Ada pengaruh image secara positif pada
secara menyeluruh dan berkesinambungan, sebab loyalitas.
nasabah yang dihadapi saat ini berbeda dengan H2: Ada pengaruh image secara positif pada
nasabah pada beberapa dasawarsa yang lalu. kepuasan nasabah.
Harapan memegang peranan yang penting H3: Ada pengaruh image secara positif pada kualitas
karena kelangsungan hubungan di antara perusahaan yang dipersepsikan.
dan nasabah didasarkan pada kualitas (produk atau H4: Ada pengaruh kualitas yang dipersepsikan
jasa) yang diharapkan, atau dengan kata lain harapan secara positif pada kepuasan nasabah.
diharapkan berpengaruh positif pada kepuasan (Fornell H5: Ada pengaruh harapan nasabah secara positif
et al, 1996, p. 9). Nasabah memilih penyedia jasa pada kualitas yang dipersepsikan.
berdasarkan harapan dan setelah menikmati jasa mereka H6: Ada pengaruh harapan nasabah secara positif
akan membandingkan dengan apa yang diharapkan. pada kepuasan nasabah.
Bila kualitas jasa yang dinikmati ternyata berada jauh H7: Ada pengaruh kepuasan nasabah secara positif
di bawah yang diharapkan, maka nasabah akan pada loyalitas nasabah
kehilangan minat terhadap pemberi jasa tersebut dan H8: Ada pengaruh negatif kepuasan nasabah pada
sebaliknya apabila kualitas jasa yang dinikmati ternyata perilaku beralih merek.
berada jauh di atas yang diharapkan, maka nasabah Populasi merupakan keseluruhan manusia,
akan tetap menggunakan perusahaan tersebut. Oleh peristiwa, atau hal-hal lain yang menjadi ketertarikan
karena itu, bank perlu menngidentifikasi keinginan dari peneliti untuk melakukan penelitian (Sekaran, 2003,
nasabah berkenaan dengan kualitas jasa tersebut p. 266). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah
(Sunardi, 2003, p. 71). Harapan dianggap sebagai beberapa bank yang berstatus persero di kota

51
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 49-58

Yogyakarta, yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bank Menurut Ghiselli et al (1981) dalam Hartono
BNI. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive (2004/2005, p.120), validitas menunjukkan seberapa jauh
sampling dengan subyek penelitian adalah nasabah suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur
bank yang berada di kota Yogyakarta yang ditentukan apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas
secara convenience sampling. Kriteria yang digunakan dilakukan dengan menggunakan analisis faktor dan
adalah nasabah yang mempunyai simpanan karena jenis validitas yang akan diuji adalah construct valid-
layanan simpanan merupakan layanan yang penting ity (menunjukkan seberapa baik hasil-hasil yang
bagi bank, karena salah satu fungsi bank adalah sebagai diperoleh dari penggunaan suatu pengukur sesuai
lembaga intermediary, yaitu menghimpun dana dari dengan teori-teori yang digunakan untuk
masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat mendefinisikan suatu konstruk) (Hartono, 2004/2005,
yang membutuhkan (Subagyo et al, 1999, p. 44). p. 128). Menurut Sekaran (2003, p. 203), reliabilitas suatu
Penelitian ini menggunakan metode survei dan pengukur menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari
menggunakan data primer. Data primer berupa suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan
kuesioner yang dibagikan pada nasabah Bank Mandiri, berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu
Bank BNI, dan Bank BRI yang berlokasi di kota pengukur.
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan skala Likert Metode analisis yang digunakan dalam
untuk mengukur jawaban responden dengan lima penelitian ini adalah SEM (structural equation model-
pilihan jawaban dari sangat tidak setuju sampai dengan ing). Menurut Hair et al (1998), asumsi-asumsi yang
sangat setuju. Variabel penelitian merupakan konsep harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan
abstrak yang dapat diukur (Ghozali, 2005, p. 7). Variabel pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan
(exogen) independen dalam penelitian ini terdiri dari SEM adalah ukuran sampel, normalitas, dan outliers.
image dan harapan nasabah, karena variabel ini tidak
dipengaruhi oleh variabel anteseden. Sedangkan HASIL PENELITIAN
variabel (endogen) terdiri dari kualitas yang Uji validitas dan reliabilitas instrumen untuk sampel
dipersepsikan, kepuasan nasabah, loyalitas nasabah, kecil mengambil 69 responden, sedangkan untuk
dan perilaku beralih merek. Variabel endogen dapat sampel besar responden yang diambil sebanyak 250
berperan menjadi variabel dependen dan mediating responden.
(Ferdinand, 2006, p. 16).

52
PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN, ....................(Rini Kusumawati)

Tabel 1
Hasil Pengujian Validitas Sampel Besar
Component
Konstruk Item Keterangan
1 2 3 4 5 6
HN1 0.595
HN2 0.836
HN3 0.815
Harapan HN4 0.864 valid
Nasabah HN5 0.780
HN6 0.488
HN7 0.772
HN8 0.809
HN9 0.544
KD1 0.775
KD2 0.809
KD3 0.833
KD4 0.832
Kualitas yang KD5 0.831 valid
Dipersepsikan KD6 0.786
KD7 0.804
KD8 0.783
KD9 0.799
KD11 0.828
Loyalitas LN3 0.782 valid
Nasabah LN5 0.804

KN3 0.811
KN4 0.799
Kepuasan
KN5 0.847 valid
Nasabah
KN6 0.701
KN9 0.606
PBM4 0.825
Perilaku
PBM5 0.889 valid
Beralih Merek
PBM6 0.912
IB1 0.820
Image IB2 0.813
Bank IB3 valid
0.884
IB4 0.850

Berdasarkan hasil pengujian sampel besar diketahui bahwa nilai MSA sudah di atas 0.5 sehingga ke 32 indikator
tersebut dinyatakan valid.

53
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 49-58

Tabel 2
Hasil Pengujian Reliabilitas Sampel Besar

Konstruk Item Alpha if item Deleted Cronbach’s Alpha


HN1 0.771
HN2 0.711
HN3 0.713
Harapan HN4 0.704
HN5 0.726 0.765
Nasabah
HN6 0.706
HN7 0.706
HN8 0.690
HN9 0.757
KD1 0.869
KD2 0.867
KD3 0.864
KD4 0.863
Kualitas yang KD5 0.866
Dipersepsikan 0.876
KD6 0.865
KD7 0.879
KD8 0.867
KD9 0.865
KD11 0.860
Loyalitas LN3 0.666
0.810
Nasabah LN5 0.652
KN3 0.843
KN4 0.848
Kepuasan
KN5 0.845 0.865
Nasabah
KN6 0.852
KN9 0.856

Perilaku PBM4 0.812


PBM5 0.834 0.855
Beralih Merek
PBM6 0.830
IB1 0.862
Image IB2 0.855
0.882
Bank IB3 0.823
IB4 0.841

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Setelah dilakukan analisis validitas dan
Cronbach’s Alpha tiap variabel > 0.6, yaitu berkisar reliabilitas kemudian data dianalisis dengan SEM (Struc-
antara 0.765 sampai dengan 0.882, sehingga keenam tural equation modeling). Berikut ini merupakan tabel
variabel tersebut dinyatakan reliabel ( Nunnally, 1967 hasil analisis uji kausalitas.
dalam Ghozali, 2005, p. 42).

54
PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN, ....................(Rini Kusumawati)

Tabel 3
Regression Weight

PEMBAHASAN Hipotesis 4: Hubungan Kualitas yang Dipersepsikan


pada Kepuasan Nasabah.
Hipotesis 1: Hubungan Image pada Loyalitas Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal
Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal antara kualitas yang dipersepsikan pada kepuasan
antara image pada loyalitas adalah 3.288 , atau C.R. e” nasabah adalah 6.783, atau C.R. e” ± 2.326. Ha yang
± 2.326. Ha yang menyatakan bahwa ada pengaruh im- menyatakan bahwa ada pengaruh kualitas yang
age secara positif pada loyalitas diterima. Hal ini dipersepsikan secara positif pada kepuasan nasabah
menunjukkan bahwa semakin tinggi image bank maka diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
semakin tinggi pula loyalitas nasabah. kualitas yang dipersepsikan maka semakin tinggi pula
Hipotesis 2: Hubungan Image pada Kualitas yang kepuasan nasabah.
Dipersepsikan Hipotesis 5: Hubungan Harapan Nasabah pada
Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal Kualitas yang Dipersepsikan
antara image pada kualitas yang dipersepsikan adalah Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal
4.350 atau C.R. e” ± 2.326. Ha yang menyatakan bahwa antara harapan nasabah pada kualitas yang
ada pengaruh image secara positif pada kualitas yang dipersepsikan adalah 2.553, atau C.R. e” ± 2.326. Ha
dipersepsikan diterima. Hal ini menunjukkan bahwa yang menyatakan bahwa ada pengaruh harapan
semakin tinggi image bank maka semakin tinggi pula nasabah secara positif pada kualitas yang
kualitas yang dipersepsikan nasabah. dipersepsikan diterima. Hal ini berarti bahwa apabila
Hipotesis 3: Hubungan Image pada Kepuasan Nasabah harapan nasabah semakin tinggi maka semakin tinggi
Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal pula kualitas yang dipersepsikan.
antara image pada kepuasan nasabah adalah 2.395, Hipotesis 6: Pengaruh Harapan Nasabah pada
atau C.R. e” ± 2.326. Ha yang menyatakan bahwa ada Kepuasan Nasabah
pengaruh image secara positif pada kepuasan nasabah Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi antara harapan nasabah pada kepuasan nasabah adalah
image bank maka semakin tinggi pula kepuasan -2.017 adalah, atau C.R. e” ± 2.326, ini berarti bahwa
nasabah. harapan berpengaruh secara negatif dan signifikan

55
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 49-58

pada kepuasan nasabah. Hal ini didasarkan pada tinggi kepuasan nasabah maka semakin tinggi loyalitas
pernyataan bahwa harapan kurang mampu memprediksi nasabah.
ketika perbedaan faktor konsumsi dan produksi tinggi. Hipotesis 8: Pengaruh Kepuasan Nasabah pada
Berdasarkan sisi produksi, apabila barang atau jasa sulit Perilaku Beralih Merek
untuk distandarisasi (berkaitan dengan kualitas) maka Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal
perbedaan konsumsi dan produksi tinggi sehingga antara kepuasan nasabah pada perilaku beralih merek
harapan kurang berpengaruh pada kepuasan. adalah -2.494, atau C.R. e” ± 1.645. sebaliknya Ha yang
Berdasarkan sisi konsumsi, apabila konsumen lebih menyatakan ada pengaruh kepuasan nasabah secara
memilih adanya perbedaan pada faktor produksi – negatif pada perilaku beralih merek diterima. Hal ini
dimungkinkan karena adanya keterlibatan atau keahlian berarti bahwa kepuasan semakin tinggi tingkat
yang berdasarkan pada pengalaman – sehingga kepuasan nasabah maka semakin rendah perilaku
harapan kurang berpengaruh pada kepuasan. Harapan beralih merek dan sebaliknya semakin rendah tingkat
nasabah akan menjadi prediktor yang baik untuk kepuasan nasabah maka semakin tinggi perilaku beralih
kualitas yang dipersepsikan, nilai yang dipersepsikan, merek.
dan kepuasan, yang dikarenakan adanya frekuensi, dan
rutinitas pembelian ulang yang sering, serta keputusan SIMPULAN
untuk mengkonsumsi (Howard, 1977 dalam Fornell et
al, 1996, p. 14). Ketika frekuensi pembelian ulang relatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas atau
jarang, dan pengetahuan konsumen yang relatif sedikit kinerja jasa yang tinggi yang diterima oleh nasabah
maka harapan nasabah kurang mampu memprediksi bank secara signifikan dapat memberikan manfaat yang
kepuasan. besar, yaitu meningkatkan kepuasan nasabah dan juga
Menurut Spreng dan Olshavsky (1996), menimbulkan komitmen untuk loyal pada jasa
kepuasan didefinisikan sebagai pernyataan afektif perbankan, dalam hal ini Bank Mandiri, Bank BRI, dan
tentang reaksi emosional terhadap pengalaman atas Bank BNI. Kinerja jasa yang tinggi yang diberikan pihak
produk atau jasa, yang dipengaruhi oleh kepuasan bank pada nasabahnya memiliki pengaruh positif dan
konsumen terhadap produk atau jasa tersebut (atribut signifikan, sehingga kinerja jasa menjadi pertimbangan
kepuasan) dan dengan informasi yang digunakan untuk konsumen ketika konsumen memutuskan untuk
memilih produk atau jasa (informasi kepuasan). Hasil melakukan pembelian ulang atau menabung.
penelitian Spreng dan Olshavsky (1996), menunjukkan Harapan terbukti berpengaruh positif pada
bahwa: kualitas yang dipersepsikan setelah melakukan
1. Keinginan (desire) mempunyai efek negatif pada pembelian ulang atau menabung. Harapan nasabah
kesesuaian keinginan. berpengaruh negatif pada kepuasan. Harapan
2. Harapan (expectation) mempunyai efek positif pada berpengaruh secara negatif untuk sektor finance/in-
kinerja yang dirasakan (perceived performance), surance. Citra perusahaan berpengaruh postif pada
tetapi berpengaruh negatif pada kesesuain harapan. loyalitas, kualitas yang dipersepsikan, dan kepuasan
Tse et al (1988) dalam Telagawati (2003) nasabah. Kepuasan nasabah berpengaruh positif pada
menyatakan bahwa efek langsung perceived perfor- loyalitas. Kepuasan nasabah berpengaruh negatif pada
mance yang dirasakan pada kepuasan mempunyai perilaku beralih merek.
pengaruh yang lebih kuat dibanding harapan dalam
menentukan kepuasan.
Hipotesis 7: Pengaruh Kepuasan Nasabah pada
Loyalitas Nasabah
Nilai C.R. untuk parameter estimasi hubungan kausal
antara kepuasan nasabah pada loyalitas nasabah
adalah 5.984, atau C.R. e” ± 2.326. Ha yang menyatakan
ada pengaruh kepuasan nasabah secara positif pada
loyalitas diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

56
PENGARUH IMAGE, KUALITAS YANG DIPERSEPSIKAN, ....................(Rini Kusumawati)

DAFTAR PUSTAKA ings. 5th ed. Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice-Hall International Inc.
Fornell, Claes., Johnson, Michael D., Anderson, Eu-
gene W., Cha, Jaesung (1996), “The American Haryono, Subiyakto (1999), “Ukuran Kualitas Jasa:
Customer Satisfaction Index: Nature, Purpose, GAP Antara Kinerja dan Harapan atau Kinerja,”
And Finding,” Journal of Marketing, Vol 60, Wahana, Vol 2, No 1: 19-30.
No 4: 7-18.
Hartono, Jogiyanto (2004/2005), Metodologi Penelitian
Bolton, Ruth N. and Drew, James H. (1991), “A Longi- Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
tudinal Analysis of the Impact of Service Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Changes on Customer Attitudes,” Journal of
Consumer Research, Vol 55, No 1: 1-9. Indrawati, Vinni (2002), Pengaruh Keefektifan
Komunikasi Dan Kualitas Layanan Terhadap
Dharmmesta, B. Swastha (1999), “Loyalitas Pelanggan: Komitmen Keterhubungan Nasabah BNI Di
Sebuah Kajian Konseptual sebagai Panduan Kota Yogyakarta. Tesis Msi-Manajemen Uni-
Bagi Peneliti,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis In- versitas Gadjah Mada, tidak dipublikasikan.
donesia ,Vol 14, No 3: l 73-88.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang (2003),
Darpito, Surpiko Hapsoro (2005), Perilaku Beralih Metodologi Penelitian Bisnis: untuk
Merek, Kualitas yang Dipersepsikan, dan akuntansi dan manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Kepuasan Konsumen Sebagai Mediator
Pengaruh Citra Hotel terhadap Loyalitas Kaevany, S.M. (1995), “Customer Switching Behavior
Konsumen, Tesis Msi-Manajemen Universitas in Service Industries: an exploratory study,”
Gadjah Mada, tidak dipublikasikan. Journal of Marketing, Vol 59, No 2: 71-82.

Ellitan (1999), “Membangun Loyalitas Melalui Cus- Kandampully, Jay dan Suhartanto, Dwi (2000), “Cus-
tomer Satisfaction dan Customer Oriented,” tomer Loyalty in the Hotel Industry: the role of
KOMPAK, Vol 1, No 19: 236-246. customer satisfaction and image,” International
Journal of Contemporary Hospitality Manage-
Ferdinand, Augusty (2006), Structural Equation Mod- ment, Vol 12, No 6: 346-351.
eling Dalam Penelitian Manajemen: Aplikasi
Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane (2006), Marketing
Tesis Magister dan Disertasi Doktor. 4th ed. Management. 12th ed. Upper Saddle River, New
Semarang: Badan Penerbit Universitas Jersey: Prentice-Hall International Inc.
Diponegoro.
Kurnia, Riny (2006), Analisis Pengaruh Kualitas Inti,
Ghozali, Imam (2005), Model Persamaan Struktural: Kualitas Hubungan, dan Harapan Mahasiswa
Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS S-2 Terhadap Kepuasan Mahasiswa S-2 yang
ver. 5.0. 2th ed. Semarang: Badan Penerbit Uni- Dimediasi oleh Nilai yang Dipersepsikan pada
versitas Diponegoro. Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Tesis
Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ghozali, Imam (2005), Aplikasi Analisis Multivariate Ekonomi YKPN Yogyakarta, tidak
dengan program SPSS. 3th ed. Semarang: Badan dipublikasikan.
Penerbit Universitas Diponegoro.
Lassar, Walfried M., Monalis, Chris, dan Winsor, Rob-
Hair, J. JR., Anderson, R.E., Tatham, R.L., Black, W.C., ert D. (2000), “Service Quality Perspectives and
(1998), Multivariate Data Analysis with Read- Satisfaction in Private Banking,” The Journal

57
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 49-58

of Service Marketing, Vol 14, No 3: 244. Sunardi (2003), “Analisis Faktor yang Dipertimbangkan
Nasabah dalam Mempersepsikan Kualitas
Moutinho, L. dan Smith, A. (2000), “Modeling Bank Layanan Bank Di Malang,” Dian Ekonomi, Vol
Customer Satisfaction Through Mediation of IX, No 1: 69-80.
attitudes Towards Human and Automated Bank-
ing,” The International Journal of Banking Sudarwati, Yuni (2003), Analisa Hubungan Kualitas
Marketing, Vol 18, No 3: 124. Inti, Kualitas Hubungan, Nilai yang
Dirasakan, dan Kepuasan Pelanggan, Niat
Mardalis, Ahmad (2002), “Peran Citra Perusahaan dalam untuk Berpindah, dan Niat Untuk Loyal. Tesis
Mempengaruhi Nasabah untuk Memilih Suatu Msi-Manajemen Universitas Gadjah Mada,
Bank,” BENEFIT, Vol 6, No 1: 8-15. tidak dipublikasikan.

Oliver, Richard (1981), “Measurement and Evaluation Telagawati, Ni Luh Wayan Sayang (2003), Analisis
of Satisfaction Process in Retail Setting,” Jour- Pangaruh Harapan Pelanggan, Kualitas yang
nal of Retailing, Vol 57, No 3: 25-48. dipersepsikan, Nilai yang Dipersepsikan
terhadap Kepuasan Pelanggan dan Pengaruh
Parasuraman, A., Zeithaml, Valarie A. dan Berry, Leonard Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas
L. (1985), “A Conceptual Model of Serqual and Pelanggan pada Industri Jasa, tidak
Its Implications for Future Research,” Journal dipublikasikan.
of Marketing, Vol 49, Fall: 41-50.
Zikmund, William G. (2003), Business Research Meth-
Parasuraman, A., Zeithaml, Valerie A. dan Berry, Leonard ods. 7th ed. Cincinnati, Ohio: South Western
L. (1988), “SERVQUAL: A Multiple-Item Scale College Publishing.
for Measuring Consumer Perceptions of Ser-
vice Quality,” Journal of Retailing, Vol 64, No (http://www.deliveri.org).
1: 14-40.
(http://www.iiiee.org).
Spreng, R.A. dan Mackoy, R.D. (1996), “An empirical
examination of a model of perceived service
quality and satisfaction,” Journal of retailing,
Vol 72, No 2: 201-14.

Subagyo, Fatmawati, Sri, Badrudin, Rudy, Purnamawati,


Astuti, dan Algifari (1999), Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya. Yogyakarta: Bagian
penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Sharma, Neeru dan Patterson, Paul G. (1999), “ The Im-


pact of Communication Effectiveness and Ser-
vice Quality on Relationship Commitment in
Consumer, Professional Service,” The Journal
of Service Marketing, Vol 13, No 2: 151.

Sekaran, Uma (2003), Research Methods for Business:


A skill building approach. 4th ed. New York:
John Wiley and Sons Inc.

58
ISSN: 1978-3116
ASPEK VALUE ADDED RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN ................... (AM Vianey Norpatiwi)
Vol. 1, No. 1, Maret 2007
Hal. 59-65 J URNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

ASPEK VALUE ADDED RUMAH SAKIT SEBAGAI


BADAN LAYANAN UMUM
AM Vianey Norpatiwi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155
E-mail: norpratiwi@stieykpn.ac.id

ABSTRACT dari misi layanan sosial, namun tidak dipungkiri bahwa


This article is an opinion about changing of govern- dalam pengelolaan rumah sakit tetap terjadi konflik
mental hospital organizational to a public services kepentingan dari berbagai pihak yang dapat bersumber
board. The changing impacted governmental hospital dari klasifikasi organisasi rumah sakit.
organizational to be a non profit oriented organization Klasifikasi organisasi dibedakan menjadi dua,
like a foundation. The changing also give implication yaitu organisasi bisnis dan organisasi non bisnis.
that it used to financial accounting standard stamement Organisasi non bisnis di Indonesia terdiri dari dua
(PSAK) no: 45. It is standard for non profit organiza- kelompok yaitu kelompok non kepemerintahan dan
tion issued by IAI (accounting organization). The kepemerintahan. Contoh organisasi non
changing have implication that governmental hospital kepemerintahan adalah universitas, lembaga swadaya
organizational used to compose budget and do cost masyarakat, dan lain-lain. Sedangkan kepemerintahan
tracing based on performance to decide tariff. Taxa- adalah pemerintah pusat/daerah, departemen, dan lain-
tion to governmental hospital organizational is not lain. Apabila ditinjau dari klasifikasi organisasi tersebut,
different than before but value added taxation is charge Rumah sakit pemerintah lebih tepat sebagai klasifikasi
for medicines transaction for consumer who are not non bisnis, namun rumah sakit swasta tidak seluruhnya
needs stay at hospital. diklasifikasikan dalam kelompok non bisnis.
Beberapa rumah sakit masih memiliki kualitas
Keywords: govermental hospital, financial accounting jasa layanan yang sangat memprihatinkan. Hal ini antara
standard stamement, taxaxion, value added. lain disebabkan karena keterbatasan sumber daya baik
sumber daya finansial maupun sumber daya non
finansial. Tuntutan peningkatan kualitas jasa layanan
membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak
PENDAHULUAN sedikit. Kenaikan tuntutan kualitas jasa layanan rumah
sakit harus dibarengi dengan profesionalisme dalam
Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang pengelolaannya.
memberikan jasa layanan sosial di bidang medis klinis. Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik
Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki keunikan dari aspek manajemen maupun operasional sangat
tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah dipengaruhi oleh berbagai tuntutan lingkungan, yaitu
sakit juga memiliki misi sosial, di samping pengelolaan lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan eksternal
rumah sakit juga sangat tergantung pada status antara lain adalah dari para stakeholder bahwa rumah
kepemilikan rumah sakit. Misi rumah sakit tidak terlepas sakit dituntut untuk memberikan layanan kesehatan

59
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 59-65

yang bermutu dengan biaya layanan kesehatan mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
pasien. Tuntutan dari pihak internal antara lain adalah efisiensi dan produktivitas. Berdasarkan PP. No.23
pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan
berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku layanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
ekonomis, sumber daya profesional, dan perkem- kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangan teknologi. bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip eknomi dan
tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat.
perkembangan tuntutan tersebut. Dipandang dari Praktik bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah
segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah manajemen yang baik mencakup perencanaan,
sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan
menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, pertanggungjawaban.
sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat Secara umum, asas badan layanan umum adalah
kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara
mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya hukum dari instansi induknya. Asas BLU yang lainnya
kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi adalah (1) Pejabat BLU bertanggungjawab atas
rumah sakit pemerintahan karena rumah sakit pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan
pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk instansi induk; (2) BLU tidak mencari laba; (3) Rencana
kalangan menengah ke bawah. Akibantnya rumah sakit kerja, anggaran, dan laporan BLU dan instansi induk
pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah tidak terpisah; dan (4) Pengelolaan sejalan dengan
dan bermutu. praktik bisnis yang sehat. BLU harus memenuhi
Rumah sakit pemerintah menghadapi kondisi persyaratan adminsitratif sebagai berikut (1) Pernyataan
dilematis antara misi melayani masyarakat kelas kesanggupan untuk meningkatkan kinerja layanan,
menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; (2) Pola tata
dana, berbagai aturan, dan birokrasi yang harus kelola yang baik dan menyusun laporan keuangan; (3)
dihadapi. Kondisi tersebut mengakibatkan rumah sakit Standar pelayanan minimum; dan (4) Laporan audit atau
pemerintah mengalami kebingungan apakah rumah sakit pernyataan bersedia diaudit secara independen.
dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem Organisasi BLU cenderung sebagai organisasi
kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan nirlaba kepemerintahan. Sesuai dengan PP No. 23 Tahun
kesehatan yang tidak birokratis. 2005 pasal 26 menyebutkan bahwa akuntansi dan
Berlatar belakang beberapa masalah tersebut laporan keuangan diselenggarakan sesuai dengan
tentu saja rumah sakit pemerintah harus melakukan Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang diterbitkan
banyak penyesuaian. Dalam artikel ini akan diuraikan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia (Ikatan
mengenai nilai tambah (value added) bagi rumah sakit Akuntan Indonesia atau IAI). Ketentuan ini
(pemerintah) yang telah diatur oleh pemerintah untuk mengakibatkan ketidakkonsistensian yaitu bahwa
menjadi BLU (Badan Layanan Umum) ditinjau dari organisasi BLU yang cenderung sebagai organisasi
berbagai aspek. kepemerintahan tetapi pelaporan akuntansi
menggunakan PSAK IAI, bukan Standar Akuntansi
MASALAH DAN PEMBAHASAN Pemerintahan (PSAP) yang disusun oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP). Standar ini
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di digunakan untuk organisasi kepemerintahan dan
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian
memberikan layanan kepada masyarakat berupa laporan keuangan. SAP dinyatakan dalam PSAP.
penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa Organisasi pemerintahan sebagai organisasi

60
ASPEK VALUE ADDED RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN ................... (AM Vianey Norpatiwi)

yang nirlaba semestinya menggunakan SAP bukan (disajikan dalam bentuk laporan aktivtias dan laporan
SAK. Oleh karena itu, rumah sakit pemerintah sebagai arus kas); (3) Mengetahui kontinuitas pemberian jasa
badan layanan umum semestinya menggunakan SAP (disajikan dalam bentuk laporan posisi keuangan); dan
bukan SAK. Namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 (4) Mengetahui perubahan aktiva bersih, (disajikan
disebutkan badan layanan umum sebagai institusi dalam bentuk laporan aktivitas). Dengan demikian,
nirlaba menggunakan SAK. Dalam hal ini, SAK yang laporan keuangan rumah sakit pemerintahan mencakup
tepat adalah PSAK No. 45 yaitu standar akuntansi (1) Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva
keuangan untuk organisasi nirlaba.

Tabel 1
Perbedaan PSAK 45 dan SAP

PSAK 45 SAP
Badan penerbitnya IAI Badan Penerbit KSAP
Laporan keuangan: Laporan keuangan
1. Laporan aktivitas 1. Laporan realisasi anggaran
2. Laporan posisi keuangan 2. Neraca
3. Laporan arus kas 3. Laporan arus kas
4. Catatan atas 4. Catatan atas Laporan keuangan
Organisasi bisnis dan Organisais kepemerintahan
Organisasi non kepemerintahan
Pengguna: Pengguna:
1. Masyarakat 1. Masyarakat
2. Lembaga donor 2. Wakil rakyat/Pengawas/Pemeriksa
3. Pemerintah 3. Pemerintah

Laporan keuangan rumah sakit merupakan bersih, tidak disebut neraca). Klasifikasi aktiva dan
laporan yang disusun oleh manajemen sebagai media kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya,
penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan sedang aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak
keuangan rumah sakit merupakan penyampaian terikat, terikat kontemporer, dan terikat permanen.
informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan
terhadap entitas tersebut. Nilai lebih dari rumah sakit sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang,
pemerintah menjadi badan layanan uumun ditinjau dari sedang pembatasan temporer adalah pembatasan
isi pelaporan keuangan adalah rumah sakit harus penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang
mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan
organisasi nirlaba dan menyanggupi untuk laporan sampai pada periode tertentu atau sampai dengan
keuangan tersebut diaudit oleh auditor independence. terpenuhinya keadaan tertentu; (2) Laporan aktivitas,
Dengan kesanggupan tersebut tentu saja diharapkan (yaitu penghasilan, beban, dan kerugian dan perubahan
rumah sakit dapat mencapai tata kelola yang baik dan dalan aktiva bersih); (3) Laporan arus kas yang
pelaporan yang transparans. mencakup arus kas dari aktivtitas operasi, aktivtais
Laporan keungan rumah sakit sebagai BLU yang investasi, dan aktivtias pendanaan; dan (4) Catatan
disusun harus menyediakan informasi, yaitu untuk (1) atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah
Mengukur jasa atau manfaat entitas nirlaba; (2) pembatasan permanen atau temporer, dan perubahan
Pertanggungjawaban manajemen entitas rumah sakit, klasifikasi aktiva bersih.

61
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 59-65

Adanya isu desentralisasi dan perundangan pengelolaan keuangan, tata kelola maka semuanya
yang berlaku yaitu UU No. 32 Tahun 2004 tentang harus berbasis kinerja. Hal-hal yang harus dipersiapkan
Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 bagi rumah sakit untuk menjadi BLU dalam aspek teknis
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan keuangan adalah (1) Penentuan tarif harus berdasar
Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang unit cost dan mutu layanan. Dengan demikian, rumah
Pedoman Umum Penyusunan APBD, UU No. 25 Tahun sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan (cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif
Nasional, PP No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek
Umum, PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standard penentuan tarif masih berbasis anggaran atau subsidi
Akuntansi Pemerintah, membuat rumah sakit harus pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost cul-
melakukan banyak penyesuaian khusunya dalam hal ture yang tidak mendukung untuk peningkatan kinerja
pengelolaan teknis keuangan maupun penganggaran- atau mutu layanan. Penyusunan tarif rumah sakit
nya, termasuk penentuan biaya. Rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar
pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang (kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi
murah dan bermutu. Dalam pengelolaannya, rumah sakit yang diipilih). Tarif tersebut diharapkan dapat menutup
pemerintah memiliki peraturan pendukung yang terkait semua biaya, di luar subsidi yang diharapkan. Perlu
dengan pengelolaan keuangan yang fleksibel. untuk memperhatikan usulan tarif yang bukan berbasis
Berdasarkan PP No.23 Tahun 2005, rumah sakit pada persentase tertentu namun berdasarkan kajian
pemerintah telah mengalami perubahan sebagai badan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum,
layanan umum. Perubahan kelembagaan ini berimbas tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme
pada pertanggungjawaban keuangan bukan lagi usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek
kepada departemen kesehatan tetapi kepada pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah
departemen keuangan. Sebagaimana telah diuraikan sakit pemerintah adalah pemerintah daerah; (2)
di atas dari aspek pelaporan keuangan yang harus Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya
mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam bukan hanya berbasis subsidi dari pemerintah. Dengan
pengelolaan teknis keuangan pun harus demikian, penyusunan anggaran harus didasari dari
diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip indikator input, proses, dan output; (3) Menyusun
akuntanbilitas, transparansi dan efisiensi. anggaran laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang
yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun disusun oleh organsisasi profesi akuntan dan siap
dengan berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri diaudit oleh Kantor Akuntan Independen bukan diaudit
No. 29 tahun 2002). oleh pemerintah; (4) Sistem remunerasi yang berbasis
Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis indikator dan bersifat evidance based. Dalam
keuangan perlu didukung adanya hubungan yang baik penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu
dan berkelanjutan antara rumah sakit dengan memiliki dasar pemikiran bahwa tingkatan pemberian
pemerintah dan para stakeholder, khususnya dalam remunerasi didasari pada tingkatan, yaitu tingkatan satu
penentuan biaya layanan kesehatan yang mencakup adalah basic salary sebagai alat jaminan safety bagi
unit cost, efisiensi, dan kualitas pelayanan. Di samping karyawan. Basic salary tidak dipengaruhi oleh
itu, perlu untuk mempertimbangankan adanya audit atau pendapatan rumah sakit. Tingkatan dua adalah incen-
pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap tives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi
pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik. karyawan. Pemberian incentives ini sangat dipengaruhi
Dengan berubahnya kelembagaan sebagai BLU tentu oleh pendapatan rumah sakit. Tingkatan yang ketiga
saja aspek teknis sangat berhubungan erat dengan basis adalah bonus sebagai alat pemberian reward kepada
kinerja karyawan.Pemberian bonus ini sangat dipengaruhi oleh
Sesuai dengan syarat-syarat BLU bahwa yang tingkat keuntungan rumah sakit.
dimaksud dengan persyaratan substantif, persyaratan Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah
teknis, dan persyaratan admnistratif adalah berkaitan sakit ini akan menjadi nilai plus dalam upayanya untuk
dengan standar layanan, penentuan tarif layanan, meningkatkan kualitas jasa layanan dan praktik tata

62
ASPEK VALUE ADDED RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN ................... (AM Vianey Norpatiwi)

kelola yang transparan. Perhitungan dan penelusuran dan lain-lain kepada karyawan dan pihak ketiga.
terhadap unit cost memerlukan persyaratan sebagai Berkaitan dengan transaksi penyerahan obat kepada
berikut (1) Menuntut adanya dukungan dari para stake- pasien, rumah sakit juga berpotensi memiliki kewajiban
holder; (2) Memiliki keinginan yang kuat dari rumah memungut PPN (pajak pertambahan nilai) dan
sakit untuk berbenah, tanpa meninggalkan misi layanan dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
sosial tetapi tetap harus mengunggulkan rumah sakit Ketentuan khusus bagi organisasi sejenis
sebagai alat bargaining position; (3) Kesanggupan Yayasan yang bergerak di bidang rumah sakit berdasar
untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik SE-34/PJ.4/1995) adalah (1) Obyek Pajak, yang
kepada rumah sakit, khususnya mengenai pola mmenjadi obyek pajak adalah semua penghasilan yang
penentuan tarif; dan (4) Dukungan dari seluruh tim ahli, diterima atau diperoleh sesuai dengan ketentuan dalam
baik ahli medis, komite medis, sistem informasi rumah UU No. 17 Tahun 2000, antara lain (a) Penghasilan yang
sakit, akuntansi, dan costing. Dengan implementasi diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan, kegiatan,
perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum, atau jasa; (b) Bunga deposito, bunga obligasi, diskontto
dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit SBI, dan bunga lainnya; (c) Sewa dan imbalan lain
akan memberi kepastian mutu dan kepastian biaya sehubungan dengan penggunaan harta; (d)
menuju pada layanan kesehatan yang lebih baik. Keuntungan pengalihan harta; dan (e) Pembagian
Rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah keuntungan dari kerjasama usaha; dan (2) Jenis-jenis
(RSUP dan RSUD) yang didanai dari APBN dan APBD, penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan
tidak memiliki kewajiban PPh terhadap diri sendiri. dengan usaha/kegiatan yang dilakukan yayasan atau
Dengan kata lain, rumah sakit pemerintah tidak perlu organisasi sejenis yang bergerak di bidang layanan
melaporkan PPh 25 (SPT Masa) maupun PPh 29 (SPT rumah sakit meliputi (a) Uang pendaftaran untuk
Tahunan) karena bukan subyek pajak. Namun untuk layanan kesehatan; (b) Sewa kamar/ruangan di rumah
kategori sebagai unit pemerintah dan bukan subyek sakit, poliklinik, pusat layanan kesehatan; (c)
pajak, dalam undang-undang pajak penghasilan Penghasilan dari perawatan kesehatan seperti uang
terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi rumah sakit pemeriksaan dokter, operasi, rontgen, scanning,
yaitu (1) Dibentuk berdasar peraturan perundang- pemeriksaan laboratorium, dan lain-lain; (d) Uang
undangan yang berlaku; (2) Dibiayai dengan dana yang pemeriksaan kesehatan termasuk general check up;
bersumber APBN dan APBD; (3) Penerimaan lembaga (e) Penghasilan dari penyewaan alat kesehatan; (f)
tersebut dmasukkan dalam anggaran; dan (4) Penghasilan dari penjualan obat; dan (g) Penghasilan
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan lainnya sehubungan dengan layanan kesehatan.
fungsional negara. Dengan demikian, karena RSU/ Berkaitan dengan transaksi yang berhubungan
RSUD mendapatkan pembiayaan dari luar APBN/APBD dengan PPh 21 di rumah sakit, terdapat ketentuan
atau tidak seluruh penerimaan dan pembiayaan tercatat khusus bagi rumah sakit, yaitu (1) Tenaga dokter
dalam APBN/APBD, maka kewajiban menghitung pajak berdasar status hubungan kerja digolongkan menjadi
sendiri (PPh 25/29) disamakan dengan badan swasta (a) Dokter yang menjabat sebagai pimpinan rumah sakit;
lain. (b) Doker sebagai pegawai tetap atau honorer rumah
Berkaitan dengan PP No. 23 tahun 2005 tentang sakit; (c) Dokter tetap yaitu dokter yang mempunyai
Pengelolaan Keuangan BLU, apabila RSU atau RSUD jadwal praktik tetap tetap bukan sebagai pegawai tetap
(rumah sakit pemerintah) sudah mendapat penetapan rumah sakit; (d) Dokter tamu yaitu dokter yang merawat
sebagai BLU, karena seluruh penerimaan dan atau menitipkan pasiennya untuk dirawat di rumah sakit;
pembelanjaan masuk APBN/APD, maka rumah sakit dan (e) Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit
pemerintah tersebut bukan merupakan subyek pajak untuk praktik; dan (2) Penghasilan dokter dapat
sehingga tidak memiliki kewajiban membayar PPh dibedakan menjadi (a) Penghasilan yang bersumber dari
Badan (pasal 25 dan PPh 29). Namun demikian, rumah keuangan rumah sakit atau dari imbalan lain yang
sakit pemerintah memiiliki kewajiban sebagai pemungut diterima oleh para dokter dan (b) Penghasilan yang
pajak PPh pasal 21, 23, 26, dan pasal 4 ayat (2) berkaitan berasal dari pasien yang diterima oleh para dokter.
dengan aktivitas pembayaran gaji, honor, jasa, sewa, Dalam ketentuan perhitungan pajak

63
JEB, Vol. 1, No. 1, Maret 2007: 59-65

penghasilan, yang dapat dikurangkan dari penghasilan tetap terutang PPN. Menurut PP No. 50 tahun 1994,
kena pajak adalah: (a) Biaya-biaya yang berhubungan pedagang eceran adalah pengusaha yang dalam
langsung dengan usaha, pekerjaan, kegiatan atau lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan
pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan usaha perdagangan dengan cara (a) Tidak bertindak
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan sebagai penyalur kepada pedagang lain; (b)
langsung dengan operasional penyelenggaraan rumah Menyerahkan barang kena pajak melalui suatu tempat
sakit; (b) Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran penjualan eceran seperti tok, kios, atau dengan cara
untuk memperoleh harta yang mempunyai manfaat lebih penjualan langsung kepada konsumen akhir dari rumah
dari 1 tahun; dan (c) Subsidi yang diberikan kepada ke rumah; (c) Menyediakan barang kena pajak yang
pasien yang tidak mampu ataupun biaya layanan diserahkan di tempat penjualan secara eceran; dan (d)
kesehatan yang kurang mampu yang dipikul oleh Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa
yayasan atau organisasi yang sejenis yang tidak didahului penawaran tertulis, penawaran, kontrak atau
bergerak di bidang layanan kesehatan. lelang, dan umumnya bersifat tunai dan pembeli pada
Perlakukan pembukuan atas subsidi atau umumnya datang ke tempat penjualan langsung
pembebanan biaya bagi pasien yang tidak mampu membawa sendiri barang kena pajak yang dibelinya.
adalah (a) Sejumlah bagian yang benar-benar dibayar Dengan demkian, apabila apotik atau instalasi
oleh pasien merupakan penghasilan dan biaya yang farmasi di rumah sakit bertindak sebagaimana lazimnya
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya- apotik melakukan penyerahan obat-obatan kepada
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan tagihan pasien rawat jalan, maka rumah sakit yang mempunyai
kepada pasien atau (b) Sejumlah yang seharusnya instalasi farmasi/apotik tersebut merupakan pengusaha
diterima atau diperoleh rumah sakit merupakan kena pajak pedagang eceran. Selanjutnya, PPN harus
penghasilan dan sejumlah subsidi (selisih antara yang dibayar atas penyerahan obat obatan kepada pasien
seharusnya diterima rumah sakit dengan yang benar- rawat jalan oleh instalasi farmasi/apotik adalah sebesar
benar dibayar oleh pasien) merupakan tambahan biaya. 2% dari jumlah seluruh penyerahan barang dagangan.
Apabila yayasan atau organisasi yang sejenis Rumah sakit pemerintah sebagai badan hukum dalam
memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya pemberlakuan pajak pertambahan nilai tetap mengacu
layanan kesehatan kepada pasien yang kurang mampu pada ketentuan obyek PPN pada barang kena pajak
yang dirawat di rumah sakit di bawah yayasan lain, pada umumnya tanpa melihat klasifikasi organisasi
maka pengeluaran subsidi dimaksud dapat ditambahkan sebagai BLU. Hal ini dapat ditegaskan bahwa
sebagai biaya oleh yasayan atau rumah sakit yang penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada
memberikan subsidi tersebut. pasien rawat inap tidak dikenakan PPN, namun kepada
Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. pasien selain rawat inap yang dilakukan oleh apotik
SE-06/PJ.52/2000 tanggal 2 Maret 2000 telah ditegaskan maupun instalasi farmasi terutang PPN. Sedangkan PPN
bahwa instalasi farmasi (kamar obat) merupakan suatu atas jasa pada rumah sakit, menurut pasal 4 ayat 3 UU
tempat untuk mengadakan dan menyimpan obat- PPN jo Pasal 5 PP 144 tahun 2000, jasa layanan
obatan, gas medik, alat kesehatan serta bahan kimia kesehatan medis merupakan jasa yang tidak dikenakan
yang bukan berdiri sendiri tetapi merupakan satuan PPN
organic yang tidak terpisah dari keseluruhan rumah
sakit. Selanjutnya, ditegaskan bahwa penyerahan obat- SIMPULAN
obatan yang dilakukan instalasi farmasi (kamar obat)
tidak terutang PPN. Dalam kenyataannya, instalasi Rumah sakit yang mengalami perubahan kelembagaan
farmasi melayani rumah sakit yang terdiri dari pasien sebagai BLU apabila dipandang dari aspek pelaporan
rawat inap, pasien rawat jalan, dan pasien gawat darurat. keuangan dan teknis pengelolaan keuangan akan
Mengingat instalasi farmasi rumah sakit melakukan berdampak sangat besar pada perubahan pengelolaan.
layanan kepada pasien rawat jalan sebagaimana Hal ini dsebabkan karena BLU yang cenderung memiliki
lazimnya sebuah apotik, maka atas penyerahan obat- persamaan karakteristik dengan perusahaan nirlaba,
obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan serta adanya ketentuan bahwa BLU mengikuti standar

64
ASPEK VALUE ADDED RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN ................... (AM Vianey Norpatiwi)

akuntansi keuangan bukan standar akuntansi DAFTAR PUSTAKA


pemerintahan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa perubahan kelembagaan rumah sakit sebagai Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. 2004. Komisaris
BLU dalam pengelolaah keuangan dan pelaporannya Independen. Penggerak Praktik GCG di
akan mengacu pada PSAK No. 45 yaitu untuk Perusahaan. Jakarta. PT Gramedia.
perusahaan nirlaba. Konsekuensi yang lain dari
perubahan menjadi BLU adalah rumah sakit harus Direktur Jenderal Pajak, SE-06/PJ.52.2000. Pajak
melakukan penyesuian dalam penyusunan anggaran, Pertambahan Nilai atas Penggantian Obat di
penetapan tarif, dan lain-lain yang harus berbasis pada Rumah Sakit.
kinerja. Pelaporan harus memiliki akuntabilitas yang
tinggi dengan adanya tuntutan bahwa laporan Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi
keuangan harus diaudit oleh audit independen. Dengan Keuangan. Jakarta. Penerbit Salemba Empat.
menjadi BLI diharapkan rumah sakit menjadi suatu
organisasi yang memiliki tata kelola yang transparansi Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. PSAK no 45:
dan auditable sehingga akan berujung pada Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
peningkatan kualitas layanan yang memberi kepuasan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Penerbit
kepada pasien. Salemba Empat.
Tinjauan dari aspek perpajakan, ketentuan
rumah sakit sebagai BLU tidak memiliki perbedaan Kepmendagri No.29 tahun 2002 dan Draft Perubahan
dengan perusahaan pada umumnya dalam hal Kempendagri No.903 tahun 2005 tentang
penetapan pemungutan pajak baik pajak penghasilan Pedoman Umum Penyusunan APBD.
maupun PPN. Namun, untuk ketentuan biaya
pengurangan pajak penghasilan penetapaannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun
mengikuti ketentuan pemungutan pajak untuk 2005 tentang Badan Layanan Umum.
organisasi nirlaba. Sedangkan untuk pemungutan PPN,
rumah sakit sebagai BLU tidak memiliki perbedaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No:24 tahun
apabila rumah sakit bukan sebagai BLU. Dalam hal 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
pemungutan PPN hanya dikenakan pada penyerahan
obat dari apotik atau instalasi farmasi rumah sakit Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang
kepada pasien selain pasien rawat inap. Ketentuan tarif Pemerintahan Daerah.
PPN sesuai dengan SE-28/PJ.52/2000 adalah sebesar
2% dari jumlah seluruh penyerahan barang dagangan. Undang-undang no.33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Tinjauan berbagai aspek dalam perubahan bentuk Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
kelembagaan rumah sakit pemerintah menjadi BLU
diharapkan akan memberi dampak yang positif sehingga Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem
rumah sakit pemerintah bukan menjadi rumah sakit yang Perencanaan Pembangunan Nasional.
memberi layanan medis yang penuh dengan birokrasi
tetapi menjadi rumah sakit yang memiliki kualitas
layanan yang unggul.

65
ISSN: 1978-3116

Vol. 1, No. 1, Maret 2007 J URNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

INDEKS PENULIS DAN ARTIKEL


JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Vol. 1, No. 1, Maret 2007

Harjanti, Theresia Tri dan Eduardus Tandelilin, pp. 1-10, Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth
Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia:
Studi Kasus di BEJ.

Dewi, Kurnia, pp. 11-24, Pengaruh Pengetahuan tentang Taktik Pemasang Iklan, Penghargaan Diri,
Kerentanan Konsumen, dan Pengetahuan Produk Konsumen pada Skeptisme Remaja terhadap Iklan
Televisi.

Khasanah, Mufidhatul, pp. 25-34, Analisis Nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) pada Investasi
di Kabupaten Sleman, Tahun 2000-2004.

Yusuf, Muhammad, pp. 35-52, Metodologi Event Study: Telaah Metodologi di Bidang Ekonomi dan
Keuangan.

Kusumawati, Rini, pp. 53-62, Analisis Pengaruh Image, Kualitas yang Dipersepsikan, Harapan Nasabah
pada Kepuasan Nasabah dan Pengaruh Kepuasan Nasabah pada Loyalitas Nasabah dan Perilaku Beralih
Merek

Norpratiwi, AM Vianey, pp. 63-70, Aspek Value Added Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum.
ISSN: 1978-3116

Vol. 1, No. 1, Maret 2007 J URNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PEDOMAN PENULISAN
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Ketentuan Umum
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.
2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut
kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa nama
dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.
3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis
yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan.
Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.
4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary
Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM)
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 l Fax. (0274) 486155
e-mail: rudy@stieykpn.ac.id

Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2
spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan,
dan bawah masing-masing 3 cm.
2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada
lembar terpisah di bagian akhir naskah.
3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Roman
berukuran 10 point.
4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah


1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,
Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.
2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,
Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.
3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata.
Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan huruf
kapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak di
tengah-tengah tanpa titik.
4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapi
dengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.
ISSN: 1978-3116

Vol. 1, No. 1, Maret 2007 J URNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrak
mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yang
ditulis dalam satu spasi.
6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.
7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat
orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).
8. Materi dan Metode ditulis lengkap.
9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.
10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian
hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.
11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.
12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat
dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.
13. Ilustrasi:
a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapi
jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times New
Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal kata
menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi
b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman
berukuran 10 point jarak satu spasi.
c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) dan
untuk bahasa Inggris digunakan titik (.).
d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.
e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.
f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).
14. Daftar Pustaka
a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf
awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis,
tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambil
artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit,
dan tempat.
b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal
80%.
c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:

Jurnal
Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A Case
Study of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.
ISSN: 1978-3116

Vol. 1, No. 1, Maret 2007 J URNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

Buku
Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.

Prosiding
Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasi
dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung
Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (Lustrum
VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. Fakutas
Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam Buku


Leitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In:
G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York.

Skripsi/Tesis/Disertasi
Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional dan
Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.

Internet
Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries,
Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah


1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.
2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.
3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima
atau ditolak.
4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah
(MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.
5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Mem-
bers dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil
(minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidak
diterima/ditolak).
6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi
ketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI.
7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis.
8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan.
9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke Managing
Editors.
10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan.
11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.

Anda mungkin juga menyukai