Anda di halaman 1dari 47

Vol. 13 No.

1, Februari 2020 ISSN : 2301-8968

Kebijakan Fiskal Dalam Trend [embangunan Ekonomi Jangka Panjang di Indonesia


I Komang Gde Bendesa, Ni Putu Wiwin Setyari

Dampak Pengeluaran Wisatawan Mancanegara terhadap Perekonomian Indonesia:


Andhiny Adyaharjanti, Djoni Hartono

Analisis Efek Penularan Melalui Pendekatan Risiko Sistemik dan Keterkaitan Keuangan:
Studi Pada DualBanking System di Indonesia
Setyo Tri Wahyudi, Rihana Sofie Nabella, Ghozali Maski

Elastisitas Permintaan Gandum dan Produk Turunan Gandum di Indonesia


Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana

Peran Riset dan Pengembangan (R&D) Akademis Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Abdul Khaliq

Apakah Pendidikan Tinggi Meningkatkan Kemungkinan untuk Bekerja di Sektor Formal?:


Bukti dari Data SAKERNAS
Rizky Maulana

Pekerja Anak di Indonesia : Peran Penawaran dan Permintaan Keternagakerjaan


Resa Surya Utama, Dwini Handayani

Faktor Eksternal dan Internal Penentu Kekuasaan Perempuan Bali Dalam


Pengambilan Keputusan Rumah Tangga di Provinsi Bali
Putu Ayu Pramitha Purwanti

Willingness To Pay (WTP) Iuran Pemberdayaan LPD kepada Lembaga Pemberdayaan


LPD (LPLPD) di Kecamatan Bangli dan Kecamatan Susut
Kabupaten Bangli (Pendekatan Ekonomi Kelembagaan)
I Nengah Kartika, I Made Jember

Pola Perilaku Komuter dan Stres: Bukti dari Jabodetabek


Gema Akbar Riadi, Muhammad Halley Yudhistira

Halaman Denpasar ISSN


JEKT Volume 13 Nomor 1
1-210 Februari 2020 2301-8968
VOLUME 13 NO.1 FEBRUARI 2020

SUSUNAN REDAKSI

EDITOR
I Wayan Sukadana
Ni Putu Wiwin Setyari
Anak Agung Ketut Ayuningsasi

DEWAN EDITOR
I Komang Gde Bendesa
Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni
Luh Gede Meydianawathi
Ni Made Tisnawati

MITRA BESTARI
Adrianus Amheka, Politeknik Negeri Kupang
Made Antara, Universitas Udayana
Mohammad Arsyad, Universitas Hasanudin
Kadek Dian Sutrisna Artha, Universitas Indonesia
Djoni Hartono, Universitas Indonesia
Palupi Lindiasari, Universitas Indonesia
Devanto Shasta Pratomo, Universitas Brawijaya
Deniey Adi Purwanto, Institut Pertanian Bogor
Ni Made Sukartini, Universitas Airlangga
Setyo Tri Wahyudi, Universitas Brawijaya
Muhammad Halley Yudhistira, Universitas Indonesia

ADMINISTRASI DAN DISTRIBUSI


I Ketut Suadnyana
Ida Ayu Made Widnyani

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan diterbitkan oleh


Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
dua kali dalam setahun bulan Februari Dan Agustus

ALAMAT
Ruang Jurnal, Gedung BJ lantai 3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Jalan PB Sudirman Denpasar
Phone: +62-361-255511/ Fax: +62-361-223344
E-mail: jekt@unud.ac.id
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jekt

ISSN :
2301-8968
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN VOL. 13 NO.1 FEBRUARI 2020

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan (JEKT) adalah jurnal yang menerapkan double blind review pada
setiap artikel yang diterbitkan. JEKT diterbitkan oleh Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dua kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus. JEKT
diterbitkan sebagai kelanjutan dari Jurnal Input, Jurnal Sosial dan Ekonomi. Input terbit berkala sebanyak
dua kali dalam setahun, dengan Nomor ISSN 1978-7871, dan di tahun kelima, INPUT telah terbit sebanyak
sembilan edisi, dengan terbitan terakhirnya adalah Volume V, Nomor 1 Februari 2012. Pembaharuan
INPUT menjadi JEKT tercetus pada pertemuan antara tim redaksi jurnal jurusan bersama pimpinan
kampus, awal Maret 2012. Setelah melakukan beberapa evaluasi dan dengan merujuk kepada Peraturan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional Republik Insonesia Nomor
49/dikti/kep/2011 tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah, maka terbitlah jurnal jurusan :
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan dimulai dari Volume V, Nomor 2 Agustus 2012.

Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan (JEKT) beralamat di Ruang Jurnal, Gedung Program Ekstensi
Lantai 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Jalan PB Sudirman Denpasar, Phone:
+62-361-255511/Fax: +62-361-223344. Proses registrasi dan submit artikel dapat dilakukan melalui
http://ojs. unud.ac.id/index.php/jekt. Untuk bantuan teknis, penulis dapat menghubungi, email:
jekt@unud.ac.id, SMS dan WA : +6281338449077.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 36a/E/KPT/2016 tanggal 23 Mei 2016, JEKT
dinyatakan telah terakreditasi B oleh Dikti. Selain terakreditasi oleh Dikti, JEKT juga telah terindeks
pada Google Scholar, IPI, dan DOAJ.
VOLUME 13 NO.1 FEBRUARI 2020

PENGANTAR REDAKSI
Pembaca yang terhormat,

Sampai dengan edisi ini terbit, jika pembaca menelusuri deretan jurnal-jurnal yang
terdaftar di Sinta dengan kata kunci penelusuran “kuantitatif”, maka yang akan muncul adalah Jurnal
Ekonomi Kuantitatif (JEKT). Dengan menjadi satu-satunya jurnal dengan fokus kuantitatif, maka
JEKT dituntut untuk menampilkan terbitan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Kalangan
peneliti ekonomi, pembangunan dan ilmu sosial lainnya di Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi
dengan penerapan metode kuantitatif dalam melakukan analisis, khususnya analisis empiris. Terlepas
dari semua itu, diatas segala kemutakhiran metode kuantitatif yang digunakan, “ceritera” yang
mampu menarik pembaca dan tentunya para pembuat kebijakan untuk berpastisipasi aktif dalam
membaca dan menulis di JEKT adalah yang utama. Rangkaian “ceritera” yang baik dan metode
kuantitatif yang sesuai tidak akan bermakna jika data yang digunakan tidak transparan dan tidak
valid.
Slogan menarik mengenai data digunakan oleh BPS, “Data Mencerdaskan Bangsa”, JEKT
berkomitmen untuk berperan aktif dalam mewujudkan slogan tersebut menjadi kenyataan. Meskipun
tidak selalu data yang digunakan artikel yang dipublikasi oleh JEKT menggunakan data BPS sebagai
“menu” utama dalam analisisnya, data BPS pasti hampir selelu menjadi rujukan dalam setipa artikel
dalam terbitan JEKT. Pentingnya satu pemahaman dan satu sumber dalam data memegang peran
penting dalam analisis dan diskusi yang akan melahirkan implikasi kebijakan yang lebih tepat
sasaran. Dalam edisi kali ini, JEKT kembali menerbitkan 10 artikel dengan sumber dan jenis data
serta metodologi yang beragam.
Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam edisi ini cukup bervariasi mulai sumber data
sekunder sampai data primer. Artikel dengan sumber data sekunder sendiri juga memiliki variasi
jenis data yang beragam mulai dari data mikro antara lain dari sumber BPS seperti Sakernas, seperti
yang digunakan oleh Maulana untuk menjelaskan bagaimana pendidikan menentukan status
pekerjaan pekerja dan Susenas serta Podes seperti yang digunakan oleh Utama dalam menjelaskan
keberadaan pekerja anak di Indonesia. Sumber data mikro lain, yaitu IFLS digunakan oleh Saajadah
dan Sukadana dalam mengungkapkan elastisitas permintaan gandum dan produk turunannya. Data
sumber sekunder mengenai keuangan juga ditampilkan dalam edisi kali ini, Wahyudi, et.al,
menjelaskan perilaku sistemik dalam industri perbankan dengan menggunakan berbagai data
keuangan yang bersumber dari berbagai lembaga keuangan di Indonesia seperti OJK, BI dan sumber
online Yahoo finance.
Tidak hanya analisis mikro, edisi kali ini juga menampilkan berbagai analisis makro dengan
menggunakan data sumber sekunder. Hartono, menjelaskan efek pengeluaran wisatawan dengan
menggunakan data Input-output. Analisis dengan data agregate ditampilkan oleh Bendesa dan Setyari
dalam menjelaskan tren pembangunan jangka panjang di Indonesia. Data publikasi BPS lainnya
digunakan oleh Riyadi dan Yudhistira dalam menganalisis perilaku komuter di Jabodetabek. Artikel
dengan sumber data primer juga diterbitkan dalam edisi kali ini. Purwanti dan Kartika adalah dua
diantaranya, kedua penulis ini menggunakan data primer untuk menganalisis ekonomi lokal di Bali.
Purwanti, menjelaskan bagaimana peran perempuan Bali dalam pengambilan keputusan rumah
tangga, sedangkan Kartika menganalisis willingness to pay masyarakat lokal setempat pada lembaga
keuangan lokal Bali, LPD.
Akhir kata, redaksi menyimpulkan bahwa artikel-artikel yang diterbitkan oleh JEKT mulai
mengalami pergeseran sejak kemunculannya pertama kali lebih dari 10 tahun silam, utamanya dari
sisi data yang digunakan. Semakin banyak artikel-artikel yang menampilkan analisis dengan
menggunakan data mikro baik dari sumber sekunder maupun primer. Meskipun demikian JEKT tetap
membuka diri untuk artikel-artikel dengan penggunaan data agregate. Kembali ke Alenia pembuka di
atas, yang terpenting bagi JEKT dalam terbitannya adalah “ceritera” yang menarik, metode
kuantitatif yang sesuai dan data yang valid.
pISSN : 2301 – 8968
JEKT ♦ 13 [1] : 75-114 eISSN : 2303 – 0186

ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUNAN


GANDUM DI INDONESIA

Saaroh Nisrina Saajidah


I Wayan Sukadana

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis elatisitas pengeluaran beras, harga beras,
pendapatan rumah tangga, komposisi remaja dalam rumah tangga, serta pengeluaran gandum
menurut daerah termpat tinggal (perkotaan dan pedesaan, Jawa dan Luar Jawa) terhadap
pengeluaran gandum di Indonesia. Penelitian ini dilakukan di Indonesia dan data bersumber dari
IFLS (Indonesia Family Life Survey). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pengeluaran beras bersifat inelastis positif terhadap
pengeluaran mie dan roti, harga beras bersifat inelastis positif terhadap pengeluaran mie dan inelastis
negative terhadap pengelaran roti, pendapatan rumah tangga bersifat inelastis negative terhadap
pengeluaran mie dan inelastis positif terhadap pengeluaran roti, semakin banyak persentase remaja
dalam keluarga akan semakin banyak pula pengeluaran gandum dalam keluarga tersebut,
pengeluaran mie oleh rumah tangga lebih besar daerah pedesaan dibandingkan di daerah perkotaan,
sedangkan pengeluaran roti oleh rumah tangga lebih besar di daerah perkotaan di bandingkan di
daerah pedesaan, sedangkan pengeluaran mie dan roti oleh rumah tangga lebih besar di daerah Jawa
dibandingkan di daerah Luar Jawa. Mie adalah barang inferior sedangkan roti adalah barang normal.

Kata kunci: elastisitas, permintaan, harga, pendapatan, gandum, tepung terigu

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the elasticity of rice expenditure, rice prices, household income, the
composition of adolescents in the household, as well as wheat expenditures according to the most populated
areas (urban and rural, Java and Outer Java) of wheat expenditure in Indonesia. This research was conducted in
Indonesia. The sample size was 12,756 observations or households, using the Non Participant Observation
method. Data sourced from IFLS (Indonesia Family Life Survey). The analysis technique used is multiple linear
regression. Based on the results of the analysis show that rice expenditure is positive inelastic to noodle and
bread expenditure, rice prices are positive inelastic to noodle expenditure and negative inelastic to bread
distribution, household income is negative inelastic to noodle expenditure and positive inelastic to bread
expenditure, the more percentage adolescents in the family will also be more wheat expenditure in the family,
expenditure of noodles by households is greater in rural areas than in urban areas, while expenditure of bread by
households is greater in urban areas compared to in rural areas, while expenditure of noodles and bread by
households are greater in the Java area than in the Outer Java region. Noodles are inferior goods while bread is
normal goods.

Keywords: elasticity, demand, price, income, wheat, wheat flour, IFLS

JEL : D12,C81

Corresponding email address : wsuka@unud.ac.id.com

75
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

PENDAHULUAN utama kalori, kandungan tersebut

Indonesia merupakan salah satu banyak terdapat dalam bahan pokok

negara yang kaya akan sumber daya seperti beras, gandum, cassava dan

alam dan potensial untuk sagu. Sedangkan kandungan gizi lain

pengembangan komoditas pertanian. yang bersifat penambah seperti

Keanekaragaman geografis yang terdiri vitamin, protein dan mineral terdapat

dari beribu pulau, sosial budaya, dalam sayuran, buah, serta produk

ekonomi dan kesuburan tanah dan ternak dan ikan. Pengertian tersebut

potensi daerah menjadikan situasi mengartikan bahwa semua hasil

pangan di Indonesia unik (Ariani, 2010). pertanian yang kandungan utamanya

Mayoritas petani Indonesia menanam karbohidrat dapat dijadikan bahan

padi yang merupakan bahan makanan pangan pokok. Untuk memenuhi

pokok rakyat Indonesia. Namun sampai pangan bagi penduduk yang kini

saat ini produksi padi dalam negeri jumlahnya lebih dari 269 juta jiwa,

belum dapat memenuhi kebutuhan Indonesia harus mengimpor bahan

pangan penduduk Indonesia. pangan dalam jumlah cukup besar.

Karbohidarat adalah hidrat Beras rata-rata 958 ribu ton/tahun,

dari karbon atau sakarida yang dalam jagung lebih dari 2,1 ton/tahun,

Bahasa Yunani disebut sákcharon kedelai 2,1 juta ton/tahun, gandum

(σάκχαρον) yang berarti gula (Broght et 7,5 juta ton/tahun, gula pasir 1,6 juta

al, 2005). Karbohidrat sebagai sumber

75
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

ton/tahun dan buah-buahan 612 ribu Indonesia. Ketergantungan bahan

ton/tahun (BPS, 2019). pangan seperti beras menjadi hal yang

Permasalahan pangan tidak paling

pernah lepas dari kehidupan bangsa

memperihatinkan karena menyebabkan Gandum merupakan

ketahanan pangan nasional menjadi komoditas pangan yang terbanyak

lemah. Diversifikasi pangan menjadi diproduksi di dunia dibanding jagung

salah satu pilar utama dalam dan padi, bahkan jumlah produksinya

mewujudkan ketahanan pangan. dari tahun ke tahun semakin

Pemerintah bekerja sama dengan meningkat (Yogi Pradeksa dkk, 2014).

Menteri Pertanian melakukan Dengan tingkat pertumbuhan

kebijakan dalam program Diversifikasi produksi rata-rata 2-3% pertahun,

Pangan, yaitu menciptakan alternatif gandum menjadi tanaman utama di

makanan pokok selain beras sehingga dunia. Permintaan akan gandum

dapat menekan tingkat impor akibat tidak terlepas dari banyaknya derivasi

ketersediaan beras terbatas dan produk yang bisa dihasilkan dari

ketergantungan mengkonsumsi beras gandum. Jika diolah menjadi tepung,

di Indonesia. Sebagai negara agraris, turunan gandum ini dapat digunakan

Indonesia memiliki kekayaan sumber untuk membuat berbagai macam

karbohidrat dan nutrisi yang dapat makanan. Dari segi modernitas

mencukupi kebutuhan pangan pangan, gandum lebih unggul dari

penduduknya.

76
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

tanaman serealia lain seperti jagung Sriboga dan Panganmas. Hasil

dan padi. penggilingan tepung terigu kemudian

Gandum merupakan salah satu dipasarkan ke industry-industri yang

tanaman serealia yang menjadi menggunakan tepung terigu sebagai

sumber kalori. Serealia sangat bahan bakunya dan juga kepada

potensial sebagai bahan pengkaya masyarakat atau rumah tangga.

protein yang dalam banyak keperluan Pada saat ini sebagian besar

dapat ditambahkan hingga 50 persen penduduk Indonesia telah

(Crabtree and James, 1982; Miche, mengkonsumsi roti mie, dan biskuit

1982). Beberapa serealia dapat berbahan baku tepung terigu sebagai

memperkaya kandungan gizi tidak bahan pangan pokok kedua setelah

hanya protein tetapi juga mineral dan beras. Pola konsumsi pangan beras-

serat (Awan et al., 1995). Hampir sama terigu menyebar ke seluruh wilayah,

seperti padi, gandum dipanen dalam baik di perkotaan maupun pedesaan,

bentuk biji, namun tidak bisa sehingga dapat dikatakan

dikonsumsi langsung, harus digiling diversifikasi pangan berbasis gandum

terlebih dahulu. Hasil penggilingan secara nasional sudah terjadi.

gandum disebut tepung gandum atau Diharapkan tanaman yang juga

yang kita kenal dengan tepung terigu. berperan sebagai tanaman industri

Biji gandum yang diimpor kemudian olahan ini mempunyai peran strategis

dalam memenuhi kebutuhan tepung


digiling oleh industri penepungan di

terigu di Indonesia. Selain itu,


Indonesia yaitu Bogasari, Berdikari,

77
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

gandum merupakan komoditas meningkat. Dampak ekonomi dari

pangan yang diperdagangkan secara perubahan harga pangan

global pusat untuk keamanan pangan internasional berbeda antar negara

dari banyak negara (Roder, Tornley, tergantung pada apakah negara

Campbell, & Larkin, 2014). importir pangan atau eksportir

Menurut Sawit (2003) (Arezki & Brueckner, 2014).

beralihnya pangan dari non terigu ke Pada 2014 menurut Badan

terigu atau produk olahannya pada Pusat Statistik (BPS) jumlah impor

kelompok rendah dan menengah di Indonesia mencapai 7 juta ton

Indonesia begitu cepat dari pada sedangkan dari data kapasitas 29

negara – negara Asia lainnya, pabrik pengilingan gandum mencapai

sehingga mengurangi konsumsi 10,3 juta ton. Permintaan impor

pangan local seperti jagung dan umbi gandum mengikuti pertumbuhan

– umbian. Kecenderungan impor GDP sekitar enam sampai tujuh

gandum didukung oleh harga persen. Dengan perhitungan

gandum dunia dan nilai tukar rupiah. konservatif, peningkatan

Jika harga gandum naik maka impor akumulatifnya mencapai sebanyak 22

menurun, dan sebaliknya jika harga persen dan biskuit 18 persen.

gandum menurun maka impor akan Mayoritas impor gandum berasal dari

naik. Begitu juga nilai tukar rupiah, Australia, Kanada, Amerika,.. Pada

semakin menguat nilai tukar rupiah 2014 permintaan tepung terigu naik

maka impor gandum akan semakin sebesar 5,4 persen atau sekitar 5,4 juta

78
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

ton. Peningkatan impor gandum yang dipimpin oleh Prof. Winarno

seiring dengan peningkatan konsumsi (IPB) berangkat ke India untuk

akan kebutuhan gandum yang melakukan studi sistem penanaman

merupakan bahan dasar pembuatan gandum karena tradisi dan kondisi

tepung terigu. Produk pertanian dan masyarakatnya mirip dengan

bahan baku untuk industri makanan Indonesia. Tim tersebut membawa

semakin sering diperdagangkan sejumlah bibit gandum varietas hard

melintasi perbatasan nasional


wheat yang dapat ditanam di daerah

(Sandstorm, Saikku, Antikainen,


dengan ketinggian sekitar 800 m di

Sokka, & Kauppi, 2014).


atas permukaan laut. Hingga kini

Tanaman gandum merupakan


tersebut sudah ditanam di 15 propinsi
tanaman subtropis, maka dari itu
antara lain di Malang dan Salatiga
tidak cocok dengan kondisi fisik
dan sudah dipanen namun hasilnya
Indonesia sehingga tanaman gandum
belum cukup untuk produksi terigu.
jarang ditemukan di Indonesia.
Diharapkan pada tahun 2010-2015.
Walaupun, para pakar terutama di
Indonesia sudah dapat memenuhi 10
bidang agronomi terus berupaya
persen dari kebutuhan gandum untuk
untuk dapat mengembangkan budi
produksi tepung terigu. Maka untuk
daya gandum di Indonesia.
memenuhi kebutuhan pangan akan
Pada bulan April 2000, atas
gandum di Indonesia pemerintah
prakarsa dari salah satu pabrik tepung
melakukan impor dari negara lain
terbesar di Indonesia, sebuah tim

79
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

(Ariani, 2007). Perkembangan nilai 2000 – 2017 dapat disajikan di Tabel 1.

impor gandum Indonesia periode

Tabel 1.
Perkembangan Nilai Impor Komoditi Gandum di Indonesia Periode 1989 -
2018
Val Netwe P Valu Netwei
Periode ue (US$) ight (Kg) eriode e (US$) ght (Kg)
286.88 1.806.0 2 838.57 4.544.26
1989 1.888 92.032 004 7.117 5.707
281.88 1.724.4 2 799.00 4.428.51
1990 2.528 94.464 005 3.390 1.318
366.36 2.221.5 2 816.12 4.482.80
1991 0.640 33.440 006 0.633 6.350
403.85 2.456.4 2 1.181.3 4.615.69
1992 3.056 38.528 007 12.663 3.643
442.00 2.525.5 2 1.975.4 4.497.19
1993 5.120 20.128 008 80.400 3.017
579.68 3.297.1 2 1.316.1 4.655.28
1994 1.152 38.688 009 12.428 5.580
803.40 4.054.2 2 1.424.2 4.810.53
1995 8.704 02.624 010 75.381 8.500
1.050.3 4.116.2 2 2.193.9 5.604.86
1996 63.840 61.376 011 86.487 0.389
776.52 3.611.9 2 2.253.8 6.250.48
1997 0.576 30.368 012 50.180 9.689
630.42 3.443.9 2 2.439.9 6.737.51
1998 1.632 66.720 013 86.682 1.623
404.38 2.712.8 2 2.387.2 7.432.59
1999 0.659 73.513 014 62.158 7.586
502.40 3.588.7 2 2.082.7 7.412.01
2000 5.936 29.151 015 67.824 9.377
399.52 2.717.6 2 2.408.2 10.534.6
2001 1.747 07.977 016 09.840 72.270
614.44 4.250.2 2 2.647.8 11.434.9
2002 7.972 71.839 017 24.957 95.172
579.92 3.502.3 2 2.570.9 10.096.2
2003 4.997 73.174 018 51.543 98.925
8.122.0 46.029. T 27.335. 97.537.7
Total 60.447 434.022 otal 721.683 39.146
Sumber: UN Comtrade, 2018

80
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Data dari UN Comtrade pada Di lain pihak, impor biji

Tabel 1 menunjukkan bahwa impor gandum ini sulit untuk tidak

biji gandum Indonesia tahun 2017 dipertahankan karena empat pabrik

mencapai 11,4 juta kg angka ini tidak pengolah biji gandum yang telah ada

berbeda dengan permintaan rata-rata di Indonesia harus dianggap sebagai

tahun-tahun sebelumnya. Artinya aset nasional. Daryanto (2003),

permintaan pasar di dalam menyatakan bahwa ditinjau dari

negeri setiap tahunnya terus kapasitas produksinya, Indonesia

meningkat sejalan dapat.

dengan adanya

kecenderungan perubahan pola

makan sebagian masyarakat

Indonesia sekarang ini. Bila Indonesia

masih bergantung pada impor untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri

tentu akan menyedot devisa yang

cukup besar, sehingga dapat

mempengaruhi ketahanan pangan

nasional.

81
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Tabel 2.
Kapasitas Produksi Delapan Besar Perusahaan Industr i
Tepung Terigu
Indonesia Tahun 2018
N Ka Perse
o Produsen pasitas ntase
PT. ISM Bogasari Mills
3. 61,5
1 (Jakarta, Surabaya) * 508.800
PT. Sriboga Flour Mills (Semarang) 4
2*** 50.000 7,8
PT. Panganmas Inti Persada 2
3(Cilacap) 22.000 3,9
PT. Eastern Pearl Flour Mills 6
4(Makassar) ** 43.800 11,3
PT. Pundi Kencana Flour Mills 2
5(Banten) 25.000 3,9
4.
6 PT. Cerestar Flour Mills (Banten) 380 0,1
2
7 PT. Golden Grand Mills (Banten) 16.000 3,8
PT. Bungasari Flour Mills 4
8Indonesia (Jakarta) 38.000 7,7
1
Total 5.707.980 00
Keterangan : * = Posisi ke- 1 dan 2, ** = Posisi ke-4, *** = Posisi ke- 9 dunia
Sumber: www://Aptindo.or.id, 2018
Pada tahun 2018 total kapasitas tepung
PT. ISM Bogasari Flour Mills
terigu Indonesia dari delapan produsen
sebagai industri yang memelopori
terbesar di Indonesia sebesar 5.707.980
berkembangnya industri tepung terigu
Mton/tahun.
di Indonesia merupakan perusahaan
Menurut Ariani (2007),
yang mempunyai kapasitas produksi
banyaknya impor gandum untuk
terbesar dibandingkan perusahaan
memenuhi kebutuhan dalam negeri
lainnya. Pada tahun 2018, kapasitas
cukup beralasan mengingat bahan
produksi yang dimiliki PT ISM Bogasari
pangan ini belum dapat diproduksi di
Flour Mills mencapai 61,5 persen dari

total kapasitas produksi Indonesia dalam negeri. Gandum dan produk

sebesar 3.508.800 metrik ton/tahun. olahannya seperti mie mengalami

82
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

peningkatan konsumsi setiap warung kecil di pedesaan (Ariani,

tahunnya. Dalam kurun waktu 2010).

sepuluh tahun (1990-1999), laju Dalam penelitian ini gandum

pertumbuhan jumlah konsumen mie merupakan substitusi dari beras

di kota mencapai 56,5% dan 67% di dimana dalam teori disebutkan bahwa

desa. Tingginya tingkat konsumsi mie semakin banyak barang substisusi

instan dikarenakan produk turunan dari barang tertentu maka semakin

yang dihasilkan sangat beragam dan elastis sebaliknya semakin sedikit

promosinya juga sangat kuat. Banyak barang substitusinya maka akan

ragam jenis, bentuk, rasa dan cara semakin inelastis. Dalam 20 tahun

mengolah mie misal mie basah, mie terakhir, harga beras domestik

kuah, mi instan dan produk mie mengalami fluktuasi harga, namun

lainnya. Produk mie dapat dengan kondisi tersebut tidak berpengaruh

cepat diolah, disajikan dan terhadap volume impor gandum

dikonsumsi dengan kemasan yang Indonesia, karena beras dan gandum

bagus dan variasi harga mie sesuai merupakan komoditi yang memiliki

dengan kemampuan konsumen dari nilai kebutuhan masing-masing di

golongan atas, menengah maupun masyarakat. Selain itu, konsumsi

bawah. Selain itu mie juga dapat produk olahan gandum memang

dengan mudah dijumpai di berbagai sudah lama populer di Indonesia.

tempat, tidak hanya di swalayan Walaupun beras sudah menjadi

tetapi juga di pasar tradisional atau makanan pokok masyarakat

83
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Indonesia, pada kenyataannya dikembangkan menjadi tepung

masyarakat telah mengalami sementara padi dan jagung dimakan

perubahan pola konsumsi ke sebagai biji dan kurang

makanan berbahan dasar gandum, dikembangkan, kebutuhan gandum

sehingga makanan berbahan dasar terus meningkat terutama untuk

gandum sudah mempunyai tempat diversifikasi pangan. Jadi walaupun

sendiri dalam pola konsumsi ada komoditas lain yang menjadi

masyarakat. barang substitusi dari gandum,

Konsumsi gandum di kandungan yang dimiliki tidak sama

Indonesia dari tahun ke tahun dan pemanfaatannya pun berbeda

semakin meningkat disebabkan oleh dengan gandum. Oleh karena itu

adanya pertambahan jumlah konsumsi makanan berbahan gandum

penduduk dan perubahan pola makan di Indonesia semakin meningkat

masyarakat yang telah bergeser ke maka permintaan gandum juga akan

makanan yang berbasis tepung terigu meningkat.

seperti mie instan dan roti. Gandum Akibatnya permintaan impor

mempunyai keunggulan yaitu biji gandum juga akan semakin

mengandung protein yang meningkat dan Indonesia akan

mempunyai sifat khas gluten yang seterusnya mengimpor gandum

tidak dimiliki tanaman serealia lain karena gandum merupakan barang

seperti padi dan jagung, disamping yang sulit digantikan sedangkan

itu tanaman gandum bisa preferensi konsumsi masyarakat

84
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Indonesia semakin meningkat dan di dalam negeri yang cukup tinggi

Indonesia tidak mampu memasok dan menjaga stock gandum tetap

kesediaan gandum dalam negeri stabil. Impor adalah kegiatan

selain impor. Importir gandum dalam pengiriman barang atau jasa dari

Indonesia ada sebanyak kurang lebih negara lain. Suatu negara dikatakan

60 perusahaan yang bergerak di impor jika negara tersebut

bidang industry gandum. Menurut mendatangkan barang atau jasa dari

data Aptindo 2016, kapasitas impor negara lain untuk dikonsumsi atau

biji gandum oleh importir hanya digunakan sebagai bahan baku

dikuasai oleh beberapa persahaan produksi. Suatu Negara mengimpor

saja, oleh karena itu dalam penelitian barang atau jasa jika negara tersebut

ini juga akan menganalisis bentuk juga memiliki daya saing untuk

struktur pasar industry gandum di memproduksi barang atau jasa

Indonesia menggunakan data tertentu. Impor ditentukan oleh

importer biji gandum. kesanggupan atau kemampuan dalam

Impor gandum merupakan hal menghasilkan barangbarang yang

yang menarik dan banyak terjadi bersaing dengan buatan luar negeri

perdebatan diantara pengamat (Aditya, 2013:130).

ekonomi. Tujuan utama melakukan Permintaan adalah berbagai

impor gandum adalah untuk jumlah (kuantitas) suatu barang di

memenuhi permintaan dan mana konsumen bersedia membayar

memenuhi kebutuhan akan gandum pada berbagai alternatif harga barang.

85
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Permintaan seseorang atau suatu variabel-variabel makroekonomi

masyarakat ditentukan oleh beberapa lainnya (Manuati, 2015). Menurut

faktor. Menurut Sukirno, faktor-faktor Dewi et al (2017), perilaku masyarakat

terpenting yang mempengaruhi yang membelanjakan sebagian dari

permintaan adalah harga barang, pendapatannya untuk membeli

harga barang lain, pendapatan rumah sesuatu disebut pengeluaran

tangga dan pendapatan masyarakat, konsumsi. Tingginya tingkat

corak distribusi pendapatan dalam konsumsi mi instan dikarenakan

masyarakat, cita rasa atau selera produk turunan yang dihasilkan

masyarakat, jumlah penduduk, dan sangat beragam dan promosinya juga

yang terakhir ramalan mengenai sangat kuat. Banyak ragam jenis,

keadaan di masa yang akan datang. bentuk, rasa dan cara mengolah mi

Keputusan konsumsi rumah misal mi basah, mi kuah, mi instan

tangga mempengaruhi keseluruhan dan produk mi lainnya. Produk mi

perilaku perekonomian baik dalam dapat dengan cepat diolah, disajikan

jangka panjang maupun jangka dan dikonsumsi dengan kemasan

pendek. Dalam jangka pendek yang bagus dan variasi harga mi

fluktuasi konsumsi memiliki sesuai dengan kemampuan konsumen

pengaruh signifikan terhadap dari golongan atas, menengah

fluktuasi ekonomi dan dalam jangka maupun bawah. Semakin besar

panjang keputusan konsumsi rumah konsumsi masyarakat akan produk

tangga akan berpengaruh pada

86
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

gandum makan semakin besar pula dapat membeli barang yang harganya

permintaan gandum di Indonesia. lebih rendah dari harga dalam negeri

Harga adalah jumlah uang yang relatif lebih tinggi. Salah satu

(ditambah beberapa barang) yang penyebab adanya perdagang luar

dibutuhkan untuk mendapatkan negeri karena adanya perbedaan

sejumlah kombinasi dari barang serta harga barang di berbagai negara

pelayanannya suatu barang masuk ke (Udiyana, 2011). Hal ini

pasar sangat dipengaruhi oleh faktor mengindikasikan adanya hubungan

harga. Dalam hukum permintaan negatif harga suatu barang terhadap

dijelaskan sifat sifat antara hubungan permintaan konsumen. Hal tersebut

permintaan merupakan suatu juga mengindikasikan adanya

hipotesis “semakin rendah harga hubungan negative harga impor suatu

suatu barang maka semakin tinggi barang terhadap volume impor suatu

permintaan terhadap barang tersebut, barang. Penelitian yang dilakukan

sebaliknya semakin tinggi harga suatu oleh Syarifah dan Idgan (2007)

barang maka semakin rendah menyimpulkan bahwa haga impor

permintaan terhadap barang tersebut berpengaruh negative signifikan

dengan asumsi ceteris paribus (faktor terhadap impor susu.

lain dianggap tetap atau tidak Elastisitas pendapatan dari

mengalami perubahan)” (Sukirno, permintaan (income elasticity of

2002:76). Berdagang dengan negara demand) mengukur perubahan jumlah

lain memperoleh keuntungan yakni permintaan karena pendapatan

87
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

konsumen berubah. (N.Gregory permintaan barang B juga akan naik.

Mankiw, Euston Quah, Peter Wilson : Kedua variable tersebut bergerak

2014). Ketika pendapatan naik maka pada arah yang sama, elastisitas harga

jumlah permintaan juga akan naik. silang bernilai positif. Sebaliknya,

Jumlah permintaan dan pendapatan suatu barang bersifat barang

bergerak dengan arah yang sama, komplementer jika ED<0, biasanya

barang normal memiliki elastisitas digunakan secara bersamaan,

pendapatan positif. misalnya computer dan perangkat

Elastisitas harga silang dari lunaknya. Dalam hal ini, elastisitas

permintaan (cross price elasticity of harga permintaan bernilai negative.

demand) mengukur perubahan jumlah Terakhir jika ED = 0 untuk dua barang

permintaan ketika barang lain yang netral atau tidak memiliki

berubah. Elastisitas harga silang hubungan sama sekali. Dalam hal ini

permintaan bernilai positif atau gandum dan beras bersifat barang

negative bergantung pada apakah substitusi, artinya bawah kenaikan

barang itu bersifat substitusi atau harga beras akan mempengaruhi

komplementer (N.Gregory Mankiw, kenaikan permintaan gandum. Hal itu

Euston Quah, Peter Wilson : 2014). menunjukkan bahwa elastisitas harga

Suatu barang bersifat barang silang bernilai positif.

substitusi jika ED > 0 yaitu barang Tingkat elastisitas karakteristik

yang saling menggantikan. Ketika social ekonomi terhadap permintaan

harga barang A naik maka komoditi tertentu juga dapat

88
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

bervariasi dan sangat tergantung pada Pada umumnya konsumsi

tingkat konsumsi terhadap barang rumah tangga ada dua kategori, yaitu

tersebut. Besaran nilai elastisitas makanan dan non makanan (Ezeji at

sangat menentukan besaran efek al, 2015). Rumah tangga dengan

perubahan permintaan suatu barang pendapatan yang rendah cenderung

atau komoditi akibat terjadinya akan menggunakan pendapatannya

perubahan harga barang atau untuk memenuhi kebutuhan makanan

pendapatan. Pendapatan dapat dan mengabaikan kebutuhan non

diasumsikan tidak mengalami makanan. Ketika pendapatan

perubahan berarti dalam kurun waktu meningkat, maka sebagian besar dari

pendek, sebaliknya harga dapat pendapatannya tersebut akan

mnegalami perubahan tergantung digunakan untuk kebutuhan non

pada jenis dan permintaan terhadap makanan. Dalam penelitian ini hanya

komoditi tersebut. Derajat kepekaan melihat pola konsumsi konsumsi

atau elastisitas dari pendapatan akan makanan yang dikategorikan menjadi

menunjukkan status suatu barang dua yaitu, makanan pokok

antara barang mewah, barang normal diasumsikan beras dan makanan

atau barang inferior, sedangkan tambahan diasumsikan gandum.

perubahan dari harga barang lain Pelaku ekonomi yang paling dominan

akan menunjukkan sifat kedua barang dalam suatu perekonomian di semua

yang saling melengkapi atau saling Negara salah satunya adalah rumah

menggantikan (Peter, 1971). tangga (Saraswati, 2018). Selain itu

89
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Pendidikan kepala rumah tangga juga memenuhi kebutuhan, dimana

mempengaruhi pola konsumsi golongan yang berpendapatan rendah

makanan di daerah pedesaan maupun umumnya akanan membelanjakan

perkotaan. Umumnya tingkat untuk kebutuhan – kebutuhan pokok

Pendidikan kepala rumah tangga di saja. Konsumsi makanan merupakan

daerah perkotaan semakin baik faktor terpenting karena makanan

dibandingkan di pedesaan, sehingga merupakan jenis barang utama untuk

semakin baik Pendidikan kepala mempertahankan kelangsungan

rumah tangga sebagai tulang hidup. Tingkat keanekaragaman

punggung keluarga seharusnya konsumsi sangat tergantung pada

memberikan pendapatan yang jauh tingkat pendapatan rumah tangga,

lebih baik. Tingkat Pendidikan kepala demografi rumah tangga, jumlah

rumah tangga yang tinggi anggota rumah tangga, tingkat

memberikan dampak positif yaitu Pendidikan dan pekerjaan kepaa

rumah tangga tersebut dapat rumah tangga (Seid, 2011).

mengkonsumsi barang lain selain Fasilitas yang lengkap di

barang kebutuhan pokok. Sebaliknya daerah perkotaan memberikan

tingkat Pendidikan kepala rumah kesempatan mendapatkan

tangga yang rendah cenderung pendapatan yang jauh lebih baik

cenderung hanya mampu memenuhi daripada di pedesaan. Pada

kebutuhan pokok saja. Pengeluaran umumnya, pendapatan rumah tangga

untuk konsumsi ditujukan untuk tangga di daerah perkotaan lebih

90
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

tinggi daripada pendapatan rumah tinggi akibat pendapatan yang lebih

tangga di daerah pedesaan (Sigit, baik, sedangkan di daerah pedesaan

1985). Salah satu upaya untuk dapat harga tidak terlalu bervariasi karena

meningkatkan pendapatan di masa permintaan cenderung tetap dan jenis

mendatang adalah dengan komoditi tidak sebanyak daerah

meningkatkan kualitas sumber daya perkotaan.

manusia (Yusuf dan Andi, 2015). Permintaan oleh masyarakat

Kontribusi pendapatan dari satu jenis terhadap barang tidak hanya

kegiatan terhadap total pendapatan dipengaruhi oleh harga, pendapatan

rumah tangga tergantung pada seseorang juga mempengaruhi besar

produktivitas faktor produksi yang kecilnya permintaan terhadap suatu

digunakan dari jenis kegiatan yang barang. Mc. Eachern (2000 dalam

bersangkutan (Anastasya, 2014). Salma dan Indah, 2014) mengatakan

Rumah tangga yang hidup di daerah bahwa kenaikan akan pendapatan

perkotaan mempunyai banyak akan mengarah pada kenaikan dalam

peluang dan pilihan pekerjaan. permintaan. Hal tersebut dapat

Sebaliknya di daerah pedesaan dikatakan bahwa pendapatan

kesempatan kerja lebih sedikit dan memiliki arah positif terhadap

cenderung homogen. Dari sisi harga permintaan.

barang, maka di daerah perkotaan Dari penelitian Purnomosidi

fluktuatif harga sangat tinggi yang (2004) diperoleh hasil bahwa variabel

dipengaruhi oleh permintaan yang harga gandum internasional

91
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

signifikan dengan koefisien elastisitas dipublikasikan oleh Pusat Data

sebesar 0,22. Jika harga gandum Informasi Kementerian Pertanian dan

meningkat 1% maka permintaan Badan Pusat Statistik (BPS),

impor gandum Indonesia mengalami Kementerian Pertanian, UN Comtrade

penurunan sebesar 0,22% dalam dan IFLS (Indonesia Family Life Survey).

jangka panjang. Variabel harga beras Analisis regresi linear berganda

digunakan untuk mengetahui


juga signifikan dengan koefisien
pengaruh variabel bebas terhadap
elastisitas sebesar 0,04. Jika harga
variabel terikat dengan rumus sebagai
beras meningkat 1% maka permintaan
berikut :
impor gandum akan mengalami
Yi = β0 + βPi + βB + βDi +
kenaikan sebesar 0,04% dalam jangka ei……………...…..…...……...……(2)

panjang. Koefisien jangka panjang Keterangan:

variabel pendapatan adalah 1,790535. Yi = permintaan komoditas i


β0 = intersep/konstanta
Tanda koefisien ini positif sesuai
βPi= harga komoditas i
βB = pendapatan rumah tangga
dengan teori, dimana pendapatan
βDi = Dummy
ei = perkiraan
mempunyai pengaruh positif
kesalahan/pengganggu
Model persamaan setiap variabel :
terhadap permintaan inmpor gandum
Yn = α + β1.Q j + β2.Pj + β 3.B + β4 .R
Indonesia. + β5.DL1 + β6.DL2 + e ………………(3)

Yb = α + β1 .Qj + β2.Pj + β3.B + β4.R


METODE PENELITIAN
+ β5.DL1 + β6.DL2 + e……….…...….(4)
Lokasi penelitian dilakukan di
Model persamaan gabungan dari
masing – masing variabel :
Wilayah Republik Indonesia dan

menggunakan data-data yang

92
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Yn + Y b = α + β1.Q j + β2.Pj + β3 .B + pasar lebih dari 50 persen. Kelompok


β4.R + β5.D L1 + β6.D L2 + e………....(5)
kedua adalah perusahaan yang
Keterangan :
memiliki pangsa pasar kurang dari 50
Yb = variabel terikat 1 (pengeluaran mie)
Yn= variabel terikat 2 (pengeluaran roti) persen dan lebih dari 1 persen.
α= konstanta
Kelompok ketiga adalah perusahaan
Qj= variabel bebas 1 (pengeluaran
beras) yang memiliki pangsa pasar kurang

Pj= variabel bebas 2 (harga beras )


dari 1 persen. Pangsa pasar tertinggi
B= variabel bebas 3 (Pendapatan
rumah tangga) untuk produksi makanan gandum

R= Komposisi remaja, pada tahun 2016 diduduki oleh PT.

DL1= variabel bebas dummy tempat Indofood Sukses Makmur Tbk., yaitu
tinggal 1 ; 1 =
perkotaan; dan 0 = pedesaan sebesar 57,24 persen dengan produksi
DL2= variabel bebas dummy tempat
sebesar 2.150.041 kg. Perusahaan
tinggal 2 ; 1 =
Jawa; dan 0 = Luar Jawa
tersebut termasuk kelompok pertama
β1, β 2, β 3, β4, β5, β6= koefisien regresi dari
masing-masing variabel dengan pangsa pasar tertinggi yang
e = variabel pengganggu atau gangguan
residual memiliki potensi untuk menguasai

HASIL DAN PEMBAHASAN


pasar dalam industri makanan
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat,
gandum sedangkan kesembilan belas
berdasarkan pangsa pasarnya industri
perusahaan industry makanan
gandum berbasis makanan di
gandum lainnya termasuk kelompok
Indonesia terbagi menjadi beberapa
kedua.
kelompok. Kelompok pertama adalah

perusahaan yang memiliki pangsa

93
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Tabel 94.3 Pangsa Pasar 10 Industri Makanan Gandum Periode Januari –

Juni 2016.

T
N otal Pa
o Importer ngsa Pasar
V N
olume ilai (USD)
PT INDOFOOD SUKSES 2. 530.734 57,
MAKMUR
1 TBK. 150.041 .159 238327
PT EASTERN PEARL FLOUR 29 69.302. 7,7
MILLS
2 1.154 316 510931
22 55.945. 6,0
3 PT SRIBGOGA FLOUR MILL 7.571 087 583884
PT FUGUI & GRAIN 20 59.385. 5,5
INDONESIA
4 8.474 318 499886
PT BUNGASARI FLOUR 19 43.948. 5,1
MILLS
5 INDONESIA 4.622 881 812211
14 35.919. 3,9
6 PT CERESTAR FLOUR MILLS 8.265 467 471064
PT WILMAR NABATI 96 21.130. 2,5
INDONESIA
7 .133 723 592499
PT HARVESTAR FLOUR 94 21.847. 2,5
MILLS
8 .599 352 184118

Sumber : Asosiasi Perdagangan

Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), 2016 (diolah)

Pada Tabel 4 pangsa pasar Industri pakan gandum hanya ada

tertinggi untuk industry pakan dua kelompok saja yaitu, kelompok

gandum pada tahun 2016 diduduki kedua dan kelompok ketiga.

oleh PT. Charoen Pokphand

Indonesia, yaitu sebesar 42,67 persen

dengan produksi sebesar 517.452 kg

yang kemudaian diikuti oleh PT. Japfa

Comfeed Indonesia Tbk.. Dalam

94
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Tabel 3.
Pangsa Pasar Industri Pakan Gandum Periode Januari-Juni 2016
N Total
o Importer Volu Nil S
me (MT) ai (USD)
PT CHAROEN POKPHAND 517.4 100. 42,
INDONESIA
1 62 383.560 666933
PT JAPFA COMFEED 251.0 50.7 20,
INDONESIA
2 TBK 46 14.715 699806
77.17 14.2 6,3
3PT MALINDO FEEDMILL TBK 5 60.008 634055
PT CHEIL JEDANG 62.61 12.4 5,1
SUPERFEED
4 8 56.570 631192
55.39 10.8 4,5
5 PT CJ FEED JOMBANG 9 73.774 678821
PT UNIVERSAL AGRI 27.02 5.13 2,2
BISNISINDO
6 8 5.279 28573
25.93 5.24 2,1
7 PT QL AGROFOOD 7 5.855 386155
25.72 4.83 2,1
8 PT NEW HOPE INDONESIA 5 9.285 211352
Sumber: Data diolah, 2019

Untuk mengetahui struktur untuk melakukan pengukuran

pasar industry gandum di Indonesia terhadap struktur pasar dalam

pada tahun 2016 dapat digunakan industry. Rasio konsentrasi atau

dengan dua metode, yaitu rasio Concentration Ratio mengukur

konsentrasi (CR N) dan proporsi dari keseluruhan total

Indeks Herfindahl-Hirschman penjumlahan penjualan dalam

(HHI) dengan menggunakan data industri berdasarkan perusahaan

pangsa pasar Industri Gandum yang terbesar (Lipczynski & Wilson,

berbasis makanan dan pakan di 2001: 108). Dalam penelitian ini akan

Indonesia. Kedua metode yang digunakan rasio konsentrasi yang

kebanyakan digunakan oleh peneliti difokuskan pada pengamatan empat,

ini tergolong seerhana dan mudah dan delapan perusahaan yang

95
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

memiliki pangsa pasar tertinggi (CR4, gandum di Indonesia pada tahun

dan CR8). Metode ini dilakukan untuk 2016. Adapun hasil perhitungannya

mengetahui tingkat untuk tahun 2016 sebagai berikut:

konsentrasi dan deskripsi

kekuatan pasar dalam industri

Tabel 4.
Hasil Rasio Konsentrasi Industri Gandum di Indonesia
Periode Januari-Juni 2016
CR4 CR8 Tipe Pasar
Industri
Makanan 76,60 % 90,8 % Oligopoly Ketat
Industri
Pakan 74,89 % 85,95 % Oligopoli Ketat
Sumber: Data diolah, 2019
persen sedangkan 9,2 persen nilai
Untuk total produksi industri
pangsa

makanan gandum sebesar 3.756.296


pasar sisanya dikuasai oleh
kg pada tahun 2016, rasio konsentrasi
perusahaan lainnya. Total produksi
untuk 4 perusahaan dengan pangsa
industri pakan gandum sebesar
pasar tertinggi (CR4 ) adalah sebesar
1.212.794 kg pada tahun 2016, rasio
76,60 persen, sedangkan 23,40 persen
konsentrasi untuk 4 perusahaan
nilai pangsa pasar
dengan pangsa pasar tertinggi (CR 4)
sisanya dikuasai oleh
adalah sebesar 74,89 persen,
perusahaan lainnya. Rasio untuk
sedangkan 25,11 persen nilai
delapan perusahaan dengan pangsa
pangsa pasar sisanya dikuasai oleh
pasar tertinggi (CR 8) adalah 90.8
perusahaan lainnya. Rasio untuk

96
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

delapan perusahaan dengan pangsa Pada bentuk struktur pasar seperti ini,

pasar tertinggi (CR8) maka terdapat peluang terjadinya

kolusi dalam persaingan melalui


adalah 85,95 persen sedangkan
strategi persaingan harga (Shepherd,
14,05 persen nilai pangsa pasar
1990:14).
sisanya dikuasai oleh perusahaan
Pada klasifikasi kriteria
lainnya.
menurut Bain, bila salah satu kriteria
Berdasarkan hasil perhitungan
tudak terpenuhi maka klasifikasinya
di atas berarti industry makanan
digeser hingga semua kriteria dari
gandum di Indonesia pada tahun 2016
jenis oligopoly yang diamati
berdasarkan total produksi termasuk
terpenuhi (Khurniawan,2003:94). Dari
dalam kategori struktur pasar
perhitungan di atas, struktur pasar
oligopoly pekat dengan perhitungan
industri pakan gandum di Indonesia
CR4 76,60 persen, sedangkan
tahun 2016 tergolong memiliki jenis
pada industry pakan gandum
oligopoli tipe II penuh dengan tingak
di Indonesia tahun 2016 juga
konsentrasi penguasan pangsa pasar
tergolong oligopoli pekat dengan
sebesar 74,89 persen terhadap
perhitungan CR4 sebesar 74,89 persen.
pengamatan empat perusahaan. Pada
Dalam struktur oligopoly
klasifikasi ini, disyaratkan empat
pekat ditandai dengan empat
kelompok perusahaan memiliki
perusahaan terbesar yang menguasai
tingkat konsentrasi 65-75 persen.
60 hingga 100 persen pangsa pasar.

97
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Indeks Herfindahl-Hirschman memberikan cukup perhatian untuk

atau Herfindahl-Hirschman Index perusahaan yang lebih besar. Metode

mengukur tingkat konsentrasi pasar HHI ini digunakan karena menjadi

yang meliputi semua perusahaan dasar kebijakan antitrust Amerika

dalam suatu industri yang sama Serikat. Adapun hasil perhitungan

(Heather, 2002: 46). Metode kedua ini untuk industry makanan gandum

dilakukan untuk memperkuat hasil tahun 2016 sebagai berikut:

dari perhitungan rasio konsentrasi

karena rasio tersebut tidak

Tabel 5.
Hasil Indeks Herfindahl-Hirschman Industri Gandum di Indonesia Periode
Januari – Juni 2016
Jenis Industri Hasil HHI Jenis Pasar
Industri Makanan H = 3471,72 Terkonsentrasi
Industri Pakan H = 2364,94 Terkonsentrasi
Sumber: Data diolah, 2019
terkonsentrasi. Menurut kriteria HHI
Berdasarkan perhitungan di
dan kebijakan antitrust Amerika
atas, nilai indeks H adalah sebesar
Serikat, ditandai dengan indeks lebih
3471,72. Ini berarti industry makanan
dari 1800. Indeks H sebesar 3471,72
gandum di Indonesia pada tahun 2016
(industri makanan gandum) dan
sangat terkonsentrasi, sedangkan
sebesar 2364,94 (industri pakan
perhitungan untuk industry pakan
gandum) ini berarti penggabungan
nilai indeks H adalah sebesar 2364,94.
perusahaan akan menantang untuk
Ini berarti industri pakan gandum di
dilakukan bila indeks naik lebih dari
Indonesia pada tahun 2016 sangat

98
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

50 poin. Dengan adanya Life Survey) atau SAKERTI (Survei

penggabungan, maka ada peluang Aspek Kehidupan Rumah Tangga

bagi perusahaan – perusahaan kecil Indonesia) dengan menggunakan data

ataupun perusahaan – perusahaan cross section 2014.

besar dapat bergabung untuk Data yang diperoleh dari IFLS

mendapatkan pangsa pasar dan (Indonesia Family Life Survey)

keuntungan yang lebih besar. mengelompokkan komoditas mie dan

Dalam penelitian ini yang roti ke dalam satu komoditas,

menjadi variabel bebas adalah sehingga pada penelitian ini kedua

permintaan beras (X1), harga beras komoditas tersebut hanya membentuk

(X2), pendapatan rumah tangga (X3), satu data yang dalam analisis ini

komposisi remaja dalam rumah disebut dengan komoditas gandum.

tangga (X4), dummy pengeluaran Hasil pengolahan data melalui

konsumsi rumah tangga menurut STATA di dapat hasil regresi sebagai

daerah tempat tinggal yaitu rumah berikut.

tangga di daerah Pedesaan dan rumah

tangga di daerah Perkotaan (X5);

rumah tangga di daerah Jawa dan

rumah tangga di daerah Luar

Jawa (X6). Pada penelitian ini

menggunakan data yang tersedia

pada data hasil IFLS (Indonesia Family

99
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Tabel 6.
Analisis Hubungan Pengeluaran Mie dan Roti, Harga Beras, dan
Pendapatan Rumah Tangga Terhadap Pengeluaran Beras di Indonesia
ln(P ln(Pe ln(P ln(P ln(Pe
ermintaa rmintaa ermintaa ermintaa rmintaa
n n n n n
Beras) Beras) Beras) Beras) Beras)
VA
RIABEL

ln(P 0.132
engeluara ***
n
Mie)
(0.01
13)
ln(P 0.219
engeluara ***
n
Roti)
(0.
0103)
ln(P 0.255
engeluara ***
n
Mie dan
Roti)
(0.01
26)
ln(H -
arga 0.479***
Bera
s)
(0.
0195)
ln(P -
endapata 0.0172
n)
(0.02
29)
Con 0.445 - - 6.271 2.015
stant *** 0.519*** 1.123*** *** ***
(0.12 (0 (0.14 (0 (0.15
4) .114) 9) .178) 5)

Obs 12,75 1 12,75 1 12,75


ervations 6 2,756 6 2,756 6
Sumber: Data diolah, 2019

100
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Dari table 6 hasil regresi dari

elastisitas pengeluaran beras terhadap

pengeluaran gandum dan produk

turunannya di Indonesia dapat

disimpulkan dan dijelaskan sebagai

berikut.

101
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Tabel 7.
Kesimpulan Hasil Regresi Hubungan Pengeluaran Mie dan Roti Terhadap
Pengeluaran Beras di Indonesia

Variabel ln (Permintaan Beras) (Y)

N i l a i Sifat Elastisitas Jenis Barang


Koefisien
ln (Pengeluaran 0.1 Inelastis Komplemente
Mie) 32 (EP 0-1) r (Positif)
ln (Pengeluaran 0.2 Inelastis Komplemente
Roti) 19 (EP 0-1) r (Positif)
ln (Pengeluaran 0.2 Inelastis Komplemente
Mie dan 55 (EP 0-1) r (Positif)
Roti)
- Inelastis Komplem
ln (Harga Beras) 0.479 (EP 0-1) enter
(Negatif)
ln (Pendapata - Inelastis Inferior
n Rumah 0.0172 (EP 0-1) (Negatif)
Tangga)
Sumber: Data diolah, 2019
Pengeluaran mie tidak memiliki terhadap permintaan beras oleh

hubungan signifikan dan dengan nilai masyarakat.

koefisien sebesar 0,132 dapat dikatakan 0,219 memiliki arti bahwa

bahwa pengeluaran mie bersifat positif pengeluaran roti memiliki nilai positif

dan inelastis (Ep - 1) terhadap dan inelastis (Ep 0-1) terhadap

permintaan beras, atau dengan kata permintaan beras , atau dengan kata

lain, kenaikan pengeluaran mie sebesar lain kenaikan pengeluaran roti sebesar

1 kali lipat (100%) akan meningkatkan 1 kali lipat (100%) akan meningkatkan

permintaan beras sebesar 13 persen dan jumlah permintaan beras sebesar 21,9

perubahan pengeluaran mie yang persen dan perubahan pengeluaran

terjadi tidak memberi pengaruh besar roti yang terjadi tidak memberi

102
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

pengaruh besar terhadap permintaan pengeluaran mie dan roti

beras oleh masyarakat. secara total yang terjadi tidak

0,255 memiliki arti bahwa memberi pengaruh besar terhadap

pengeluaran mie dan roti secara total permintaan beras oleh masyarakat.

memiliki nilai positif dan inelastis (Ep -0,479 memiliki arti bahwa

0-1) terhadap permintaan beras , atau harga beras memiliki nilai negatif dan

dengan kata lain kenaikan inelastis (Ep 0-1) terhadap permintaan

pengeluaran mie dan roti sebesar 1 beras , atau dengan kata lain kenaikan

kali lipat (100%) akan meningkatkan harga beras sebesar 1 kali lipat (100%)

jumlah permintaan beras sebesar 25,5 akan menurunkan jumlah permintaan

persen dan perubahan

beras sebesar 47,9 persen dan perubahan pendapatan yang terjadi

perubahan harga beras yang terjadi memberi pengaruh besar terhadap

memberi pengaruh besar terhadap permintaan beras oleh masyarakat.

permintaan beras oleh masyarakat.

-0,0172 memiliki arti bahwa

pendapatan memiliki nilai negatif dan

inelastis (Ep 0-1) terhadap permintaan

beras , atau dengan kata lain kenaikan

pendapatan sebesar 1 kali lipat (100%)

akan menurunkan jumlah permintaan

beras sebesar 1,7 persen dan

103
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Tabel 8.
Kesimpulan Hasil Regresi Hubungan Pengeluaran Beras dan Harga Beras
Terhadap Pengeluaran Mie, Roti, Mie dan Roti di Indonesia.
V ln (Pengeluaran
ariabel Beras) ln (Harga Beras)
N S Jenis N S Jenis
ila i f a it Barang ilai i f a t Barang
K E K E
oefisien lastisitas oefisien lastisitas
0 I Kom 0 I Subst
l .0899n n e l a s t i s plementer .00831 n e l a s t i s itusi
(P ( (Posit ( (posit
engeluara EP 0-1) if) EP 0-1) if)
n
Mie)
0 I Kom - I Kom
l .174 n n e l a s t i s plementer 0.00147 n e l a s t i s plementer
(P ( (Posit ( (Neg
engeluara EP 0-1) if) EP 0-1) atif)
n
Roti)
Sumber: Data diolah, 2019

Pengeluaran beras tidak memiliki memberi pengaruh besar terhadap

hubungan signifikan dan dengan nilai pengeluaran mie oleh masyarakat.

koefisien sebesar 0,0899 dapat Pengeluaran beras tidak

dikatakan bahwa pengeluaran beras memiliki hubungan signifikan dan

bernilai positif dan inelastis (Ep 0-1) dengan nilai koefisien sebesar 0,174

terhadap pengeluaran mie, atau dengan dapat dikatakan bahwa pengeluaran

kata lain kenaikan pengeluaran beras beras bernilai positif dan inelastis (Ep

sebesar 1 kali lipat (100%) akan 0-1) terhadap pengeluaran roti, atau

meningkatkan pengeluaran mie sebesar dengan kata lain kenaikan

pengeluaran beras sebesar 1 kali lipat


8,99 persen dan perubahan

(100%) akan meningkatkan


pengeluaran beras yang terjadi tidak

pengeluaran roti sebesar 17,4 persen

104
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

dan perubahan pengeluaran beras kali lipat (100%) akan menurunkan

yang terjadi tidak memberi pengaruh jumlah pengeluaran roti sebesar 0,15

besar terhadap pengeluaran roti oleh persen dan perubahan harga beras

masyarakat. yang terjadi tidak memberi pengaruh

Harga beras tidak memiliki besar terhadap pengeluaran roti oleh

hubungan signifikan dan dengan nilai masyarakat.

koefisien sebesar 0,00831 dapat Hasil regresi menunjukkan

dikatakan bahwa harga beras bernilai bahwa hubungan harga beras dan

positif dan inelastis (Ep 0-1) terhadap pengeluaran mie bersifat inelastis

pengeluaran mie, atau dengan kata


positif artinya beras dan mie adalah

lain kenaikan harga beras sebesar 1


barang substitusi dalam jangka
kali lipat (100%) akan meningkatkan
pendek. Dimana mie adalah makanan
pengeluaran mie sebesar 5,5 persen
sebagai pengganti beras dalam jangka
dan perubahan harga beras yang
pendek karena dalam jangka Panjang.
terjadi tidak memberi pengaruh besar
Bahkan dalam jangka panjang juga
terhadap pengeluaran mie oleh
dapat mie dijadikan lauk yang
masyarakat.
dikonsumsi bersamaan dengan nasi.
-0,00147 memiliki arti bahwa

Kenaikan harga beras akan


harga beras memiliki nilai positif dan

inelastis (Ep < 1) terhadap mendorong orang untuk memilih

pengeluaran roti, atau dengan kata mengkonsumsi mie. Karena harga

lain kenaikan harga beras sebesar 1 beras dan jumlah permintaan mie

105
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

bergerak pada arah yang sama. peningkatan konsumsi kedua jenis

Hubungan harga beras dan barang akibat adanya peningkatan

pengeluaran roti bersifat inelastis pendapatan (prinsip maksimasasi

utilitas).
negative, artinya beras dan roti adalah

Dari Tabel 9 hasil regresi dari


barang komplementer yang di
hubungan pendapatan terhadap
konsumsi secara bersamaan, namun
pengeluaran mie dan roti di Indonesia
bukan berarti roti dijadikan lauk yang
dapat dijelaskan sebagai berikut.
dikonsumsi bersamaan dengan nasi

tetapi dengan asumsi setelah

memakan nasi bisa saja orang juga

akan mengkonsumsi roti setelahnya.

Hubungan permintaan suatu

barang dengan kenaikan harga barang

lain ditentukan oleh efek substitusi

dan efek pendapatan. Efek substitusi

adalah efek peningkatan konsumsi

suatu barang akibat harga barang

tersebut mengalami penurunan.

Dilain pihak konsumsi barang lain

bekurang (prinsip indeferen).

Selanjutnya efek pendapatan ada;ah

106
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Tabel 9.

Kesimpulan Hasil Regresi Hubungan Pendapatan Rumah Tangga Terhadap


Pengeluaran Mie dan Roti di Indonesia.
ln
Variabel Y (Pendapatan)
Sifat Jenis
N i l a i Elastisitas Barang
Koefisien

ln (Pengeluaran Inelastis Inferio


Mie) -0.0683 (EP < 0) r (Ei<0)
ln (Pengeluaran Inelastis Norm
Roti) 0.0109 (EP 0-1) al (Ei>0)

Sumber: Data diolah, 2019

Pendapatan tidak memiliki yang terjadi memberi pengaruh besar

hubungan signifikan dan dengan nilai terhadap pengeluaran mie oleh

koefisien sebesar -0.0683 dapat masyarakat.

dikatakan bahwa pengeluaran mie 0.0109 memiliki arti bahwa

bernilai negatif dan inelastis (Ep 0-1) pendapatan memiliki nilai positif dan

terhadap pendapatan, atau dengan inelastis (Ep < 1) terhadap

kata lain, peningkatan pendapatan pengeluaran roti, atau dengan kata

sebesar 1 kali lipat (100%) akan lain kenaikan pendapaan sebesar 1

menurunkan pengeluaran mie sebesar kali lipat (100%) akan meningkatkan

6,8 persen dan perubahan pendapatan jumlah pengeluaran roti sebesar 1,1 %

107
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

persen dan perubahan pendapatan karena jumlah permintaan dan

yang terjadi tidak memberi pengaruh pendapatan bergerak dengan arah

besar terhadap pengeluaran roti oleh yang sama, barang normal memiliki

masyarakat. elastisitas pendapatan yang sama.

Hasil regresi menunjukkan Rumah tangga dengan

bahwa pendapatan rumah tangga pendapatan rendah cenderung akan

bersifat inelastis negative terhadap mengalokasikan pendapatannya

pengeluaran mie, artinya mie adalah untuk memenuhi kebutuhan makanan

barang inferior dimana ketika dan mengabaikan kebutuhan non

pendapatan naik jumlah permintan makanan. Ketika pendapatan

mie akan menurun karena ketika meningkat, maka sebagian besar dari

pendapatan mereka naik mereka akan tambahan peningkatan tersebut akan

menggunakan pendapatannya untuk digunakan untuk memenuhi

megkonsumsi barang yang lebih baik kebutuhan non makanan.

dari mie. Jumlah permintaan barang Pendapatan merupakan faktor

inferior dan pendapatan bergerak yang menentukan variasi permintaan

dalam arah yang berlawanan. terhadap berbagai jenis barang karena

Pendapatan rumah tangga bersifat besar kecilnya pendapatan dapat

inelastis positif terhadap pengeluaran menggambarkan daya beli konsumen.

roti, artinya roti adalah barang normal Bila terjadi perubahan pendapatan

dimana ketika pendapatan naik maka akan menimbulkan perubahan

jumlah permintaan roti juga akan naik dalam mengkonsumsi berbagai jenis

108
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

barang. Hal ini dapat diterima karena tidak hanya beras, melainkan roti,

semakin tinggi pendapatan seseorang mie, daging, maupun vitamin seperti

lebih cenderung mementingkan sayur – sayuran dan buah – buahan

prestice, artinya dengan pendapatan (Deviana dkk., 2014).

yang tinggi masyarakat akan berusaha

menunjukkan bahwa makanannya

Tabel 10.
Analisis
Hubungan Variabel Dummy Komposisi Remaja dan Daerah Tempat
Tinggal Rumah Tangga Terhadap Pengeluaran Mie dan Roti di Indonesia
ln (Pengeluaran
VARIABEL ln (Pengeluaran Mie) Roti)

perc 0.00773*** 0.000939*


(0.000479) (0.000529)

urban -0.0411** 0.177***


(0.0202) (0.0223)
provinsi 0.00203*** 0.000181
(0.00064
(0.000587) 9)
Constant 10.69*** 10.88***

(0.0316) (0.0349)

Observations 8,940 8,940


0.030
R-squared 0.008
Sumber: Data diolah, 2019
Persentase remaja dalam rumah tangga mie sebesar 0,77 persen dalam rumah

sebesar 0,00773 menunjukkan bahwa tangga. Persentase remaja dalam rumah

peningkatan 1 kali lipat (100%) tangga sebesar 0,000939 menunjukkan

proporsi remaja dalam rumah tangga bahwa peningkatan 1 kali lipat (100%)

maka akan meningkatkan pengeluaran proporsi remaja dalam rumah tangga

109
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

maka akan meningkatkan pengeluaran pengeluaran roti oleh rumah tangga

roti sebesar 0,09 persen dalam rumah di daerah Jawa lebih besar 0,018

tangga. persen dibandingkan pengeluaran roti

Nilai koefisien -0.0411 oleh rumah tangga di daerah Luar

menunjukkan bahwa pengeluaran mie Jawa.

oleh rumah tangga di daerah Hasil regresi hubungan

perkotaan lebih kecil 4 persen komposisi remaja dalam rumah tangga

dibandingkan pengeluaran mie oleh dengan pengeluaran gandum

rumah tangga di daerah pedesaan . menunjukkan bahwa semakin

meningkatnya proporsi remaja dalam


Nilai koefisien 0.177 menunjukkan
rumah tangga makan semakin
bahwa pengeluaran roti oleh rumah
meningkat pula pengeluaran gandum
tangga di daerah perkotaan lebih
dalam rumah tangga tersebut. Maka dari
besar 17,7 persen dibandingkan
itu terbukti bahwa pengeluaran untuk
pengeluaran roti oleh rumah tangga
konsumsi gandum dan produk
di daerah pedesaan .
turunannya cenderung di konsumsi oleh
Nilai koefisien 0.00203
kalangan remaja.
menunjukkan bahwa pengeluaran mie
Selanjutnya hasil regresi

oleh rumah tangga di daerah Jawa hubungan daerah tempat tinggal

lebih besar 0,2 persen dibandingkan dengan pengeluaran gandum

pengeluaran mie oleh rumah tangga menunjukkan bahwa pengeluaran

di daerah Luar Jawa. Nilai koefisien konsumsi mie oleh rumah tangga

0.000181 menunjukkan bahwa lebih besar terjadi di daerah pedesaan

110
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

di bandingkan dengan pengeluaran pedesaan dan berprofesi di sektor

konsumsi mie di daerah perkotaan. pertania.

Sedangkan pengeluaran konsumsi roti

oleh rumah tangga lebih besar terjadi SIMPULAN

di daerah perkotaan dan secara total Dalam industri gandum yang

pengeluaran konsumsi gandum oleh terkonsentrasi, pemerintah perlu

rumah tangga 8 persen lebih besar menjamin terciptanya mekanisme pasar

terjadi di daerah perkotaan. yang kompetitif dan efisien sehingga

Pengeluaran konsumsi mie dan roti tidak terjadi eksploitasi harga oleh

oleh rumah tangga di daerah Jawa produsen. Pasar yang efisien harus

cenderung lebih besar dibandingkan tetap dijaga untuk memberikan tingkat

rumah tangga di daerah Luar Jawa. pengembalian yang wajar bagi

Disamping harga dan pemilik modal sehingga

pendapatan, besarnya konsumsi suatu kesinambungan investasi tetap

komoditi juga ditentukan oleh terjaga. Menjaga kestabilan

preferensi, dimana pada tingkat harga pasokan gandum dalam negeri di

dan pendapatan yang sama terdapat Indonesia, serta sebagai kebijakan dalam

hal permintaan impor gandum di


perbedaan tingkat konsumsi.
Indonesia terutama dampaknya jika
Perbedaan karena preferensi antara
terjadi perubahan harga dan
lain disebabkan oleh faktor social
pendapatan masyarakat.
termasuk demografi.pada umumnya

rumah tangga berpendapatan

menengah ke bawah berdomisili di

111
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Protein Hewani dan Nabati pada


REFERENSI masa krisis ekonomi di Jawa. Icaserd
Working Paper No 56.
Antara, Made dan I Gd. Yono
Wirawan. (2013). Permintaan Buah Awan, J. A., A. Rehman, S.
Pisang Ambon Oleh Rumah Tangga Rehman, M. Siddique and A. S.
di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Hashmi. (1995). Evaluation of Biscuits
Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Prepared from Composite Flour
Ekonomi Kuantitatif Terapan, 6(1): 16- Containing Mothbean Flour. Pak. J.
29. Agri. Sci. 32(1): 211-217.

Anastasya P, dan Made Badan Pusat Statistik. (2007). Pola


Sukarsa. (2014).Kontribusi Konsumsi Penduduk Indonesia 2007. BPS
Pendapatan Pedagang Buah Terhadap Borght, A. Van Der., H.
Pengeluaran Rumah Tangga (Studi Goesaert, W.S. Veraverbeke and J. A.
Kasus: Pedagang Buah Di Pasar Delcour. (2005). Fractionation of Wheat
Badung Kota Denpasar). Jurnal and Wheat Flour Into Starch and Gluten:
Ekonomi Kuantitatif Terapan, 3 [7] : 301- Overview of the Main Processes and the
310 Factors Involved. Journal of Cereal
Science 41(3): 221–237.
Arezki, R., & Brueckner, M.
(2014, September). Effects of C. Peter Timmer (1971) Wheat
International Food Price Shocks on Flour Consumption. Bulletin of
Political Institutions in Low-Income Indonesian Economic Studies, 7:1, 78-95,
Countries: Evidence from an International DOI:
Food Net-Export Price Index. World Crabtree J. and A.W. James.
Development, 61, 142-153. (1982). Composite Flour Technology:
Ariani, Mewa. (2006). Analisis TPl's Experience and Opinions on the
Konsumsi Panan Rumah Tangga Pasca Planning and Implementation of National
Programmes. Trop. Sc., 24(2): 77-84.
Krisis Ekonomi Di Propinsi Jawa Barat.
Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Daryanto, A. (2003). Contestable
Vol. 6, No. 1 Februari. Bogor Market dan Bogasari. Dalam Gumbira
(Ed) Dalam Membangun Masa Depan
_____________. (2010). Bogasari yang Gemilang. Magister
Diversifikasi Konsumsi Pangan
Manajemen Pokok Mendukung
Agribisnis, Institut
Swasembada Beras. Prosiding Pertanian Bogor, Bogor.
Pekan Serealia Nasional, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Departemen Pertanian. (2004).
Banten. Analisis Permintaan dan Produksi
Beras di Indonesia 2001-2004, Proyek
Ariningsih E. (2004). Analisis
Pengembangan Ketersediaan Pangan.
Perilaku Konsumsi Pangan Sumber

112
ELASTISITAS PERMINTAAN GANDUM DAN PRODUK TURUN [Saaroh Nisrina Saajidah, I Wayan Sukadana]

Deviana, Ike, Novira Kusrini, York: Pearson Education Limited, &


dan Adi Suyatno. (2014). Analisis Prentice Hall (Financial Times).
Permintaan Rumah Tangga Terhadap Mankiw N, Gregory, dkk.
Beras Produksi Kabupaten Kubu (2012). Pengantar Ekonomi Mikro.
Raya. Jurnal Social Economic of Jakarta: Salemba Empat.
Agriculture, 3(2): 53-67.
Dewi, Ni Made Ratih Kusuma, Manuati Dewi, I Gusti Ayu.
et al. (2017). Pilihan Tempat Belanja (2015). Pengaruh Pendapatan Pada
Masyarakat Perkotaan Dan Konsumsi di Indonesia:
Implikasinya Pada Peternak Ayam Pengembangan Model Teoritis dan
Petelur Di Perdesaan. Jurnal Ekonomi Pemilihan Model Empiris. Jurnal
Kuantitatif Terapan Vol. 10 No. 2 Ekonomi Kuantitatif Terapan, 8(1): 24-
33.
Ditjen PPHP. (2012). Kebijakan
Pengembangan Tepung NataWirawan. (2016). Cara
Lokal (Cassava).
Mudah Memahami Matematika Ekonomi.
Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta. Edisi kedua. Keraras Emas. Bali.
Pusat Penelitian dan
Ezeji, Chigbu E. and Emmanuel
Pengembangan Sosial Ekonomi
I. Ajudua. 2015. Determinants of
Pertanian. (2003). Trend Konsumsi
Aggregate Consumption Expenditure
Pangan Produk Gandum di Indonesia.
in Nigeria. Journal of Economics and
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sustainable Development, 6(5): 164-169.
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Heather, K. (2002). The Economics
of Industries Firms. London: Prentice Pusdatin Pertanian. (2018).
Hall.
Impor Komoditi Pertanian (Gandum) di
Herlambang, Teddy, Sugiarto, Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Brastoro, Sid Kelana. (2001). Ekonomi Kementerian Pertanian. Jakarta
Makro :
Teori analisis dan kebijakan. Jakarta ___________. (2018). Konsumsi
: Ghalia Indonesia. Perkapita Tepung terigu Masyarakat
Indonesia.
Khurniawan, A. (2003). Kementerian Pertanian. Jakarta
“Analisis Struktur Pasar Industri Roder, M., Tornley, P.,
Mobil di Indonesia Tahun 1997-2001”. Campbell, G., & Larkin, A. B. (2014).
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Emissions Associated With Meeting
Atma Jaya Yogyakarta. The Future Global Wheat Demand: A
Lipczynski, J. dan J. Wilson. Case Study Of UK Production Under
Climate Change Constraints.
(2001). Industrial Organization: An
Environmental Science & Policy, 39, 13-
Analysis of Competitive Market. New
24.

113
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN Vol. 13 No. 1 ▪ FEBRUARI 2020

Salma, Irma Afia Dan Indah Characteristics. Bulletin of Indonesian


Susilowati. (2014). Analisis Economic Studies, 21(3): 51-68.
Permintaan Objek Wisata Alam Curug
Sewu, Kabupaten Kendal Dengan Syarifah dan Idgan. (2007).
Pendekatan Travel Cost. Jurnal Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Dinamika Pembangunan, 1(2): 153-165. Impor Susu Indonesia. Jurnal
Manajemen Dan Agribisnis, Vol. 4 No.2
Salvatore, Dominick Krugman. Oktober 2007:91-102.
(2006). Yang diterjemahkan oleh
Munandar Harris, Ekonomi Udiyana. (2009).”Pengaruh
Harga Rata – rata, Produk Domestik
Internasional. Edisi ke 5. Bandung. PT.
Bruto (PDB), dan Kurs Dollar
Gelora Akasara Utama.
Amerika Serikat terhadap Volume
Impor Tepung Terigu Indonesia
Saraswati, Birgitta Dian. (2018). Periode 1999 - 2010”. Skripsi Sarjana
Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Program Studi Ilmu Ekonomi
Fungsi Konsumsi Rumah Tangga di Universitas Udayana. Denpasar.
Indonesia. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Uzunoz, M., and Y. Akcay,
Terapan, 11(1): 137-144. (2009). Factors Affecting Import
Demand of Wheat in Turkey.
Sari, L.R. (2003). Bea Masuk
Bulgarian Journal of Agricultural Science
Terigu Tertunda, Omzet 3 Produsen
Faculty of Agriculture Gaziosmanpasa
Lokal Turun 10%. Bisnis Indonesia 11
University, 15 (1): hal.60-66.
Januari 2003, Jakarta.
Yogi P , Dwidjono H. D., &
Sawit,M.H.(2003).Ke
Masyhuri. (2014). Faktor-Faktor Yang
b i j a k a n G a n d u m / Te r i g u : H
Mempengaruhi Impor Gandum
a r u s M a m p u
Indonesia. Agro Ekonomi Vol. 24/No. 1
Menumbuhkembangkan Industri
Juni. Universitas Gajah Mada.
Pangan Dalam Negeri. Analisis
Yogyakarta.
Kebijakan Pertanian, Vol. 1 (2): 100-109.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Yusuf, Arief Anshory dan
Ekonomi Pertanian Bogor. Andy Sumner. (2015). Growth,
Poverty, and Inequality under Jokowi.
Shepherd, W. G. (1990). The
Bulletin of Indonesian Economic Studies,
Economics of Industrial Organization.
51(3): 323-348.
International Edition, Singapore:
Prentice-Hall, Inc.

Sigit, Hananto. 1985. Income


Distribution and Household

114

Anda mungkin juga menyukai