SKRIPSI
WENDY BUDIANTO
1006815322
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI
DEPOK
2012
SKRIPSI
WENDY BUDIANTO
1006815322
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI
DEPOK
2012
ii
NPM 1006815322
Tanda Tangan
DEWAN PENGUJI
KETUA : Rahfiani Khairurizka, S.E., Ak., M.Acc
di : Depok
Ditetapkan
Tanggal :9 juh2012
Ketua Program Studi Ekstensi Akuntansi,
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal :9 Juli2012
Yang Menyatakan
(Wendy Budianto)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar. Melalui kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Debby Fitriasari, SE, MSM, sebagai pembimbing dan anggota tim penguji
yang telah begitu sabar dan teliti serta bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Ibu Rahfiani Khairurizka, S.E., Ak., M.Acc dan Ibu Dahlia Sari, S.E, M.Si,
sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan penyelesaian
skripsi ini.
3. Dosen-dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama Penulis
menimba ilmu di Program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
4. Kedua Orang tua (Bpk. Muhammad Sudibyo dan Ibu Trisni Budiatiningsih),
kakak dan kakak ipar (Rendy Avianto, SE.dan Distya Rini Suparko, SE) dan
adik (Cindy Saraswaty, SE, Dendy Ferdianto, Sendy Sudibyo) terima kasih
atas doa, semangat, kesabaran dan perhatian yang tidak pernah habis untukku.
5. Pacarku tersayang, Drg. Tanty Triana yang telah mendukung dan membantu
saya dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman seperjuangan di Ekstensi, Ghani, Dika, Bari, JB, Jurek, Nono,
Windut, Arin, Fauzah Avivi, Eva, Nci, Bacil, Mone, Bowo, Aldi, Widi, Ondi
(si kawan) dan Cobras yang telah berjuang bersama. Serta semua teman-
teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semangat, insyaAllah kita
pasti bisa.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Wendy Budianto
vi
Penelitian ini menguji pengaruh opini, temuan audit dan gender serta tingkat
kemandirian dan ukuran Pemda terhadap skor kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2008-2010. Skor kinerja menggunakan skor
kinerja Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) yang
sumber utamanya adalah Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
tahun 2008-2010. Dengan menggunakan metode uji regresi berganda terhadap
1082 Pemda kabupaten/kota, hasilnya menunjukan bahwa opini audit Wajar
Tanpa Pengecualian dan Wajar Dengan Pengecualian berpengaruh terhadap
kinerja Pemda. Temuan audit berpengaruh negatif terhadap kinerja Pemda.
Sedangkan Pemda dengan pemimpin wanita ternyata terbukti berpengaruh
terhadap skor kinerja Pemda dan kedua variabel kontrol (tingkat kemandirian dan
ukuran Pemda) memiliki pengaruh positif terhadap skor kinerja.
Kata kunci :
Pemerintah daerah, Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD),
Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD), opini audit,
temuan audit, gender.
This study examined the influence of opinion, audit findings and gender and level
of independence and local government size to score the performance of local
government in Indonesia in 2008-2010. Performance scores using the
performance scores Operation Performance Evaluation of Local Government
(EKPPD) which is the main source of Government Implementation Report
(LPPD) in 2008-2010. By using the method of multiple regression test against
1082 local government, the result shows that the unqualified audit opinion and
qualified opinion affects the performance of local government. Audit findings
adversely affect the performance of local government. While the government with
women's as the leaders were shown to affect the performance of local
government. And the two control variables (level of independence and the size of
government) has a positive effect on performance scores.
Key word :
Local government, Government implementation report (LPPD), Evaluation of
Local Government (EKPPD), Performance score, Audit opinion, Finding the
audit, Gender.
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Gambar 1.1 Temuan Audit BPK atas Pemda Kabupaten/Kota tahun 2008-2010
atas Sistem Pengendalian Intern 4
Gambar 1.2 Temuan Audit BPK atas Pemda Kabupaten/Kota tahun 2008-2010
atas Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan 4
Gambar 3.1 Kerangka Model Penelitian .. 30
Gambar 4.1 Skor Kinerja Pemda ..41
Gambar 4.2 Skor Rata-rata Kinerja Tahun 2008-2010 41
Gambar 4.3 Sampel perkembangan opini audit LKPD Tahun 2008 - 2010 42
Gambar 4.4 Temuan Audit .. 43
Gambar 4.5 Rata-rata Temuan Audit Tahun 2008-2010 ..43
Gambar 4.6 Uji Normalitas .. 46
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
OPINI
Tahun Jumlah
WTP % WDP % TW % TMP %
Universitas Indonesia
Gambar 1.1 Temuan Audit BPK atas Pemda Kabupaten/Kota Tahun 2008-
2010 atas Sistem Pengendalian Intern.
825 805
900 754
800 683
700
525530
600
500 2008
400 302 308
300 176 2009
200 2010
100
0
akuntansi dan pelaksanaan Struktur
pelaporan APBD Pengendalian
Intern
Gambar 1.2 Temuan Audit BPK atas Pemda Kabupaten/Kota Tahun 2008-
2010 atas Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-undangan.
981 971
1000 870 862
900
800 729763
700 572
600 481
500 398
400 2008
300 206
121 104 137141 2009
200 75
100 2010
0
Berdasarkan Gambar 1.1 dan 1.2 di atas, terdapat 825 kasus kelemahan
akuntansi dan pelaporan pada temuan audit atas sistem pengendalian intern pada
tahun 2008 kemudian menurun di tahun 2009 menjadi 754 kasus dan meningkat
kembali menjadi 805 kasus di tahun 2010. Sedangkan jumlah kasus pelaksanaan
APBD dari tahun 2008 sampai 2010 mengalami peningkatan. Namun pada
struktur pengendalian intern dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami penurunan
Universitas Indonesia
jumlah kasus dari 302 menjadi 170 kasus kemudian tahun 2010 meningkat
menjadi 308 kasus. Sedangkan untuk Temuan Audit atas Ketidakpatuhan terhadap
Perundang-undangan, jumlah kasus pada kerugian negara, kekurangan
penerimaan, ketidakhematan, dan efektivitas dari tahun 2008 sampai 2009 terjadi
penurunan angka namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Sedangkan
untuk nilai kerugian negara dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami penurunan.
Hal ini berbeda dengan nilai kekurangan penerimaan dan nilai efektivitas yang
mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai 2009 dan meningkat di tahun 2010.
Untuk nilai ketidakhematan mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2010.
Sampai saat ini penelitian di Indonesia yang dilakukan dengan objek
penelitian sebagian besar Pemda hanya berdasarkan pada laporan keuangan
(Sumarjo, 2010; Rusydi, 2010 dan Cahya, 2010). Sedangkan untuk penelitian
yang menggunakan variabel opini audit dan temuan audit masih jarang dilakukan.
Penelitian terkait opini terhadap Pemda belum banyak dilakukan di
Indonesia dan kebanyakan hanya bersifat deskriptif. Sari et al. (2010) mereview
laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan kabupaten/kota yang
memperoleh opini wajar dengan pengecualian tahun 2006 - 2008. Sedangkan
Budiartha (2008) melakukuan analisis penelusuran opini auditor independen atas
LKPD pemerintah provinsi Bali tahun 2004 - 2005. Penelitian yang bersifat
empiris mengenai opini terhadap kinerja perusahaan dilakukan oleh Meiden
(2008) yang menemukan bahwa opini auditor berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Selain itu Li et al. (2009) juga membuktikan bahwa opini dapat
mempengaruhi kinerja suatu perusahaan yang dilihat dari return perusahaan
(ROE).
Jika dikaitkan dengan perusahaan di sektor swasta, opini auditor tidak
wajar dan tidak memberikan pendapat merupakan opini yang menggambarkan
kinerja manajemen kurang baik, sehingga tidak menutup kemungkinan
manajemen akan diganti. Berbeda halnya dengan pemimpin daerah, karena proses
penggantian pemimpin daerah lebih banyak disebabkan oleh berlalunya waktu
dan unsur politik (Budiartha, 2008). Jika saja masyarakat sekarang ini semakin
kritis, tidak menutup kemungkinan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah akan
dijadikan tolok ukur untuk menilai keberhasilan pemimpin daerah. Oleh sebab itu,
Universitas Indonesia
pada dasarnya laporan keuangan swasta maupun Pemda dianggap baik apabila
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dan Wajar Dengan Pengecualian.
Penelitian terhadap temuan audit yang dilakukan oleh Mustikarini (2012)
menemukan bahwa ukuran Pemda, tingkat kekayaan, ketergantungan pemerintah
pusat berpengaruh positif sedangkan belanja daerah dan temuan audit berpengaruh
negatif terhadap kinerja Pemda. Pengendalian intern (internal control) dan
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan sering diidentikkan dengan
pengendalian akuntansi dan keuangan karena frekuensi pelanggaran dan besarnya
kerugian yang ditimbulkan lebih signifikan terjadi di bidang ini.
Zaelani (2010) juga melakukan penelitian terhadap temuan audit atas
sistem pengendalian intern pemerintah tahun 2008. Hasil penelitian tersebut
mengatakan bahwa banyak terdapat kelemahan yang ditemukan di setiap
pemerintah daerah. Umumnya, kelemahan pada sistem pengendalian intern dan
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan di lembaga pemerintahan
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil
keuntungan, dan kecurangan yang biasa dilakukan di mulai dari tahap penyusunan
anggaran sampai kecurangan dalam pengadaan barang. Menurut Wilopo (2006)
dalam Zaelani (2010) pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan
korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah
memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. Pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap perundang-undangan tidak sebatas pada pengendalian akuntansi dan
keuangan saja, tetapi meliputi keseluruhan organisasi.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sistem pengendalian intern dan
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan memiliki peranan yang sangat
penting bagi sebuah organisasi, termasuk pemerintah daerah. Pemerintah daerah
harus mampu menjalankan pengendalian intern serta kepatuhan terhadap
perundang-undangan yang baik agar dapat memperoleh keyakinan yang memadai
dalam mencapai tujuan.
Selain faktor opini dan temuan audit, peneliti juga mencoba melakukan
penelitian terhadap peran gender dari pemimpin Pemda. Gender adalah
penggolongan secara gramatikal terhadap kata-kata benda dan kata-kata lain yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara singkat mengenai pendahuluan dari
skripsi yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Universitas Indonesia
11 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Urusan Wajib
No. Bidang No. Bidang
Pemberdayaan perempuan dan
1. Pendidikan 14.
perlindungan anak
2. Kesehatan 15. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
3. Lingkungan hidup 16. Perhubungan
4. Pekerjaan umum 17. Komunikasi dan informasi
5. Penataan ruang 18. Pertanahan
Perencanaan
6. 19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
pembangunan
Otonomi daerah, pemerintahan umum,
7. Perumahan 20. administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian dan persandian
Kepemudaan dan
8. 21. Pemberdayaan masyarakat desa
olahraga
9. Penanaman modal 22. Sosial
Koperasi dan usaha kecil
10. 23. Kebudayaan
dan menengah
Kependudukan dan
11. 24. Statistik
catatan sipil
12. Ketenagakerjaan 25. Kearsipan
13. Ketahanan pangan 26. Perpustakaan
Urusan Pilihan
No. Bidang No. Bidang
1. Kelautan dan perikanan 5. Pariwisata
2. Pertanian 6. Industri
3. Kehutanan 7. Perdagangan
Energi dan sumber daya
4. 8. Ketransmigrasian
mineral
Sumber: PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4 Gender
Sejarah perbedaan gender antara pria dan wanita terjadi melalui proses
yang sangat panjang dan dibentuk oleh beberapa sebab, seperti kondisi sosial
budaya, kondisi keagamaan, dan kondis kenegaraan. Perbedaan konsep gender
secara sosial telah melahirkan perbedaaan peran perempuan dan laki-laki dalam
masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran,
tanggung jawab, fungsi, dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas
(Sifajaya, 2011).
Terdapat teori yang menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan yaitu teori selectivity hypothesis. Teori tersebut didasarkan pada
perbedaan isu gender dalam pemrosesan informasi dan pembuatan keputusan
yang didasarkan atas pendekatan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan
dengan menggunakan pemrosesan inti informasi guna memecahkan masalah dan
membuat inti keputusan (Meyers-Levy, 1986 dalam Zulaikha, 2006). Menurut
teori ini, perempuan akan melakukan strategi pengolahan informasi yang berbeda
tergantung pada kompleksitas tugas. Perempuan cenderung menggunakan strategi
pengolahan informasi yang terperinci tanpa melihat apakah tugas itu sifatnya
sederhana atau kompleks. Sedangkan laki-laki cenderung untuk menyederhanakan
strategi pengolahan yang dapat meminimalkan usaha kognitif (cognitive effort)
dan mengurangi beban informasi untuk penugasan yang sederhana, dan
mengalihkan ke strategi yang lebih terperinci hanya jika kompleksitas tugas tidak
dapat diakomodasi oleh pendekatan yang sederhana.
Pandangan mengenai gender dapat diklasifikasikan ke dalam Sex Role
Stereotypes dan Managerial Stereotypes (Palmer dan Kandasami, 1997 dalam
Irwanti, 2011). Sex Role Stereotype adalah suatu keyakinan bahwa antara laki-laki
dan perempuan mempunyai kemauan yang berbeda sehingga perlu ada perbedaan
dalam mengelola dan cara menilai, mencatat, serta mengkombinasikan untuk
menghasilkan sinergi. Secara umum dipersepsikan bahwa laki-laki lebih
berorientasi pada pekerjaan, lebih obyektif, lebih independen, dan pada umumnya
mempunyai kemampuan lebih dari pada perempuan dalam pertanggujawaban
manajerial. Perempuan di lain pihak dipandang lebih pasif, lebih lembut, lebih
berorientasi pada pertimbangan, lebih sensitif dan lebih rendah posisinya pada
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
29 Universitas Indonesia
Baik atau buruknya kinerja suatu Pemda juga tergantung dari gender
seorang pemimpin Pemda tersebut. Dimana pemimpin laki-laki biasanya lebih
obyektif dan lebih independen dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan wanita
biasanya lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi dalam tugas yang
kompleks serta perempuan memiliki kemampuan lebih untuk membedakan dan
mengintegrasikan kunci keputusan. Pada dasarnya apabila seorang pemimpin
memiliki kemampuan yang baik dalam memimpin suatu organisasi makan
seharusnya kinerja yang dilakukan akan menjadi lebih baik.
Dengan demikian opini audit (BPK), temuan audit (BPK), peran gender,
tingkat kemandirian (PAD) dan ukuran pemerintah daerah (TA) akan berpengaruh
terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota. Berdasarkan penjelasan yang telah
diuraikan sebelumnya, maka model dari kerangka penelitian ini dapat
disampaikan dalam Gambar 3.1 dibawah ini.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Opini Audit
Temuan
Audit Skor Kinerja
Gender
Pemda
Variabel Kontrol kabupaten/kota
Tingkat
Kemandirian
Ukuran Pemda
Universitas Indonesia
Hipotesis 1 : Pemda dengan opini WTP dan WDP akan memiliki skor kinerja
yang lebih baik dibandingkan dengan Pemda yang mendapatkan
opini selain WTP dan WDP.
Universitas Indonesia
3.2.3 Gender
Kaum wanita relatif lebih efisien dibandingkan kaum pria selagi mendapat
akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya ingat yang lebih
tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan kaum pria dan demikian halnya
kemampuan dalam mengolah informasi yang sedikit menjadi lebih tajam (Jamilah
et al., 2007). Pada dasarnya, apabila seorang pemimpin memiliki kemampuan
yang baik dalam memimpin suatu organisasi maka seharusnya kinerja yang
dilakukan akan menjadi lebih baik. Hanani (2009), Riniwati (2008) dan Hamidah
(2011) gender dan membuktikan bahwa gender (wanita) berpengaruh terhadap
kinerja manajer. Hasil penelitian tersebut tidak sama dengan penelitian yang
dilakukan Amikawati (2008) dan Setiawati (2008). Hasil penelitian tersebut
mengatakan bawah gender tidak berpengaruh terhadap kinerja manajer.
Berdasarkan hal tersebut terhadap variabel gender maka peneliti membuat
hipotesis sebagai berikut.
Keterangan :
Dalam model penelitian ini, kinerja Pemda (variabel dependen) dilihat dari
skor kinerja (SKOR) pemerintah kabupaten/kota yang berasal dari Laporan Hasil
Evaluasi Pemeringkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahun
2008-2010.
Sedangkan variabel independen dalam model penelitian ini terdiri dari:
1. Opini Audit yang dilihat dari hasil audit BPK atas laporan keuangan Pemda
(OPINI).
2. Temuan audit dilihat dari hasil audit BPK atas laporan keuangan yang berupa
nominal rupiah atas total temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-
undangan (TEMUAN).
3. Gender merupakan variabel dummy dimana 1 adalah pemimpin Pemda
perempuan dan 0 adalah pemimpin Pemda laki-laki (GENDER)
Tingkat kemandirian yang dilihat dari Pendapatan Asli Daerah terhadap Total
Pendapatan (PAD).
Ukuran pemerintah daerah yang dilihat dari Ln Total Aset (TA)
Universitas Indonesia
tahun 2008 - 2010 dan penilaian lapangan terhadap prestasi kinerja yang dicapai
oleh masing-masing pemerintah daerah.
2. Temuan Audit
Penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel temuan audit adalah
Mustikarini (2012). TEMUAN mengukur seberapa besar porsi temuan audit
(dalam rupiah) suatu Pemda atas ketidakpatuhan kepada perundang-undangan
dibandingkan dengan total APBD yang diperiksa (total realisasi belanja daerah
Pemda).
3. Gender
Variabel gender pada penlitian ini adalah untuk membedakan antara
pemimpin Pemda yang perempuan dean laki-laki. Jika pemimpin Pemda tersebut
dipimpin oleh perempuan maka akan diberi nilai 1, sedangkan jika dipimpin oleh
laki-laki akan diberi nilai 0.
Universitas Indonesia
2. Ukuran Pemda
Penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel ukuran Pemda antara
lain Sumarjo (2010) dan Mustikarini (2012), dengan hasil peneilitan bahwa
ukuran Pemda mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja Pemda. Ukuran
Pemda diproksikan dengan nilai dari aset yang dimiliki Pemda tersebut.
Universitas Indonesia
Jumlah Pemda
Proses Pengambilan Sampel Total
2010 2009 2008
3.5.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
Opini dan Temuan Audit diperoleh dari Ikhtisar Pemeriksaan semester I dan II
tahun 2011, data LKPD, serta data yang diperoleh dari situs pemerintah daerah.
Sedangkan untuk data variabel dependen diperoleh dari Laporan Hasil Evaluasi
Pemeringkatan Kinerja Penyelenggaraan Pemda Berdasarkan LPPD Tahun 2008 -
2010 yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri.
1. Membuat grafik histogram dari residual. Apabila kurva pada grafik histogram
berbentuk menyerupai lonceng (Bell-Shaped), maka hal tersebut menunjukkan
bahwa data terdistribusi dengan normal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Autokorelasi
Autokorelasi menggambarkan adanya korelasi antara varians error suatu
observasi dengan observasi lainnya. Hal ini dapat muncul ketika terdapat
hubungan yang signifikan antara 2 data yang berdekatan. Biasanya gangguan ini
muncul pada data time series. Gejala auotokorelasi ini dapat dideteksi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson, jika nilai statistik DW berada diantara 1,54
hingga 2,46, maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi.
Universitas Indonesia
3. Uji T-statistik
Uji T-statistik ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi dan seberapa
besar pengaruh variabel masing-masing independen terhadap variabel
dependennya. Untuk mengetahui apakah koefisien variabel independen memiliki
hubungan yang signifikan atau tidak terhadap variabel dependennya, dapat dilihat
dari probabilitasnya. Jika Prob.(t-Statistic) lebih besar dari 0,05 maka terima H0
yang berarti tidak terdapat signifikansi. Sedangkan jika Prob.(t-Statistic) lebih
kecil dari 0,05 maka tolak H0 yang berarti terdapat signifikansi pengaruh.
Universitas Indonesia
PAD/Total
0,067 0,690 0,002 0,059
pendapatan
40 Universitas Indonesia
2.6
2.5 2.5233
2.4
1.9
2008 2009 2010
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Sampel Perkembangan Opini Audit LKPD Tahun 2008 - 2010
280 284
300
234
250
200 WTP
WDP
150
94 TMP
100 79
TW
40 37
50 28 23
15 10 10
0
2008 2009 2010
Dari Gambar 4.3 terhadap sampel yang digunakan peneliti dapat dilihat
bahwa terjadi kenaikan atas opini WDP dari tahun 2008 sampai 2009 dan turun
pada tahun 2010 sedangkan untuk opini WTP dan opini TW terjadi penurunan
dari tahun 2008 sampai 2009 kemudian meningkat di tahun 2010. Sedangkan
opini TMP mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai 2010. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sudah terjadinya perbaikan yang dilakukan oleh Pemda atas
laporan keuangan tersebut. Peningkatan tersebut terjadi karena sudah banyak
Pemda yang telah melakukan prosedur atas penyajian laporan keuangannya yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
16.08%
Di Atas Rata-rata
Temuan
83.92% Di Bawah Rata-rata
Temuan
Berdasarkan Gambar 4.4 diatas, sekitar 16,08% atau sebanyak 174 Pemda
yang memiliki temuan audit di atas rata-rata pada tahun 2008-2010.
0.008
rata-rata temuan
0.006
audit tahun 2008-
0.004 0.00398 2010
0.002
0 0.00019
2008 2009 2010
Universitas Indonesia
4.1.2.3 Gender
Untuk variabel gender nilai rata-rata sebesar 0,048 yang artinya bahwa
hanya sekitar 4,8% pemda kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang wanita
selama tahun 2008-2010, dan sisanya dipimpin oleh seorang laki-laki selama
tahun 2008-2010.
Untuk variabel opini terdapat beda rata-rata yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 99%. Dari Tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa kelompok Pemda dengan
rata-rata opini rendah (TMP dan TW) memiliki rata-rata skor kinerja yang rendah
dibandingkan dengan kelompok Pemda dengan nilai rata-rata tinggi (WTP dan
WDP). Hal ini mengindikasikan bahwa opini yang dikeluarkan auditor
independen memiliki hubungan yang searah (positif) dengan skor kinerja.
Untuk variabel temuan audit terdapat beda rata-rata yang signifikan pada
tingkat kepercayaan 99%. Dari data tersebut terlihat bahwa kelompok Pemda
dengan rata-rata temuan audit rendah memiliki rata-rata skor kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok Pemda dengan nilai rata-rata temuan audit
yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa temuan audit memiliki
hubungan negatif dengan skor kinerja.
Untuk variabel gender terdapat beda rata-rata yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 99%. Dari data tersebut terlihat bahwa pada kelompok Pemda
dengan rata-rata gender rendah (laki-laki) memiliki rata-rata skor kinerja yang
rendah dibandingkan dengan kelompok Pemda dengan nilai rata-rata gender yang
tinggi (wanita).
Begitu juga dengan kedua variabel kontrol yaitu tingkat kemandirian dan
ukuran Pemda juga memiliki beda rata-rata yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 99%. Dari tabel 4.2 tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata tingkat
Universitas Indonesia
kemandirian dan ukuran Pemda memiliki hubungan yang searah (positif) dengan
skor kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa pemerintah daerah dengan
nilai rata-rata tingkat kemandirian dan ukuran Pemda rendah memiliki rata-rata
skor kinerja rendah dibandingkan kelompok Pemda dengan tingkat kemandirian
dan ukuran Pemda yang tinggi.
sempurna. Berdasarkan data pada Tabel 4.3, nilai VIF lebih kecil dari 5 dan nilai
Tolerance mendekati 1 (tidak sama dengan 0). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat multikolinearitas.
TA 0,798 1,253
Sumber : Olah data SPSS
Sedangkan pada Tabel 4.4 dapat kita lihat matriks korelasi yang dapat
digunakan untuk melihat indikasi multikolinearitas. Adanya indikasi
multikolinearitas ditunjukkan dengan nilai korelasi yang melebihi 0,8. Namun
dari Tabel 4.4 tersebut tidak terdapat nilai yang melebihi 0.8 maka dengan
demikian tidak terdapat indikasi multikolinearitas dalam model penelitian.
SKOR 1,000
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Temuan Audit
Hipotesis 2 dalam penelitian ini adalah Temuan audit berpengaruh
negatif terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota. Berdasarkan pada data
Tabel 4.6 nilai t-sig untuk variabel temuan audit adalah 0,000 lebih kecil dari nilai
= 1%. Hal ini berarti temuan audit berpengaruh negatif signifikan terhadap skor
kinerja Pemda kabupaten/kota pada tingkat keyakinan 99%. Dengan kata lain,
hipotesis 2 pada penelitian ini diterima
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mustikarini (2012) yang menyimpulkan bahwa temuan audit berpengaruh negatif
Universitas Indonesia
signifikan terhadap skor kinerja Pemda, dimana semakin tinggi jumlah temuan
audit suatu Pemda maka semakin rendah skor kinerja Pemda tersebut.
3. Gender
Hipotesis 3 dalam penelitian ini adalah Gender berpengaruh terhadap
skor kineja Pemda. Berdasarkan pada data Tabel 4.6 nilai t-sig untuk variabel
gender adalah 0,021 lebih kecil dari = 5%. Hal ini berarti gender berpengaruh
signifikan terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota pada tingkat keyakinan
95%. Nilai koefisien untuk variabel gender menunjukkan 0,105. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hipotesis 3 diterima yaitu gender berpengaruh terhadap
skor kinerja Pemda. Dalam variabel gender ini arah yang ditunjukkan adalah
positif, artinya Pemda yang dipimpin oleh wanita memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan Pemda yang dipimpin oleh laki-laki.
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Hanani (2009), Riniwati (2008) dan Hamidah (2011) menyimpulkan bahwa
gender berpengaruh terhadap kinerja manajer.
2. Ukuran Pemda
Berdasarkan pada Tabel 4.6 nilai t-sig untuk variabel ukuran Pemda
adalah 0,000 lebih kecil dari nilai = 1%. Hal ini berarti ukuran pemerintah
daerah berpengaruh positif signifikan terhadap skor kinerja Pemda
kabupaten/kota pada tingkat keyakinan 99%. Semakin besar ukuran suatu Pemda
maka semakin baik kinerja Pemda tersebut.
Universitas Indonesia
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumarjo (2010) dan
Mustikarini (2012) menyimpulkan bahwa ukuran Pemda berpengaruh positif
terhadap kinerja Pemda.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
berupa opini auditor (BPK), temuan audit, dan gender terhadap skor kinerja
Pemda kabupaten/kota di Indonesia tahun anggaran 2008 2010. Berikut adalah
kesimpulan atas hasil penelitian ini.
1. Opini auditor berpengaruh terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota.
Pemerintah daerah yang mendapatkan opini WTP atau WDP akan
mendapatkan skor kinerja Pemda kabupaten/kota yang lebih baik
dibandingkan dengan pemerintah daerah yang mendapatkan opini TW dan
TMP.
2. Temuan audit berpengaruh negatif terhadap skor kinerja Pemda
kabupaten/kota. Semakin besar temuan audit yang dimiliki suatu Pemda maka
akan semakin kecil skor kinerja dari Pemda tersebut.
3. Gender berpengaruh terhadap kinerja Pemda. Berdasarkan penelitian ini,
Pemda dengan wanita sebagai pemimpinnya memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan Pemda yang dipimpin oleh laki-laki sebagai
pemimpinnya.
4. Untuk variabel kontrol berupa tingkat kemandirian Pemda dan ukuran Pemda
berpengaruh positif terhadap skor kinerja Pemda kabupaten/kota di Indonesia
tahun anggaran 2008 2010.
53 Universitas Indonesia
dependen. Dan sisanya dapat diterangkan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian. Oleh karena itu, penelitian berikutnya
bisa menggunakan variabel lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap
kinerja, misalnya leverage, tingkat kemakmuran, jumlah penduduk atau
jumlah pegawai.
3. Penelitian ini menggunakan data cross section. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan data panel, sehingga dapat melihat kemungkinan hasil
pengujian yang berbeda jika unsur time series dimasukkan.
4. Dalam penelitian ini variabel temuan audit diukur dengan menggunakan hasil
temuan berupa nilai temuan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya dapat
menggunakan variabel temuan audit berupa jumlah kasusnya.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Amikawati, Anik. (2008). Analisis Gender Pada Kinerja DPRD Provinsi Jawa
Tengah Periode 2004 - 2009. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Arens, Alvins. A. (2008). Auditing and Assurance Services : An Intergated
Approach. Ed. 12th. Pearson Education : USA.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester 1 dan 2 Tahun 2008. http://www.bpk.go.id diakses pada 10 mei
2012.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester 1 dan 2 Tahun 2009. http//www.bpk.go.id diakses pada 20 mei
2012.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester 1 dan 2 Tahun 2010. http//www.bpk.go.id diakses pada 10 mei
2012.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester 1 dan 2 Tahun 2011. http//www.bpk.go.id diakses pada 10 mei
2012.
Budiartha, Ketut. (2008). Menelusuri Opini Auditor Independen Atas LKPD
Pemerintah Provinsi Bali. Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.
Cahya, Anggi Meliantha (2010). Analisis Rasio Efektivitas Keuangan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Skripsi Sarjana. FE
UNIKOM. Bandung.
Chung, James. and Monroe, Gary. S. (2001). A Research Note on The Effect of
Gender and Task Complexity on Audit Judgment. Journal of Behavioral
Reserch. 13 : 111-125.
Coll, Maria Teresa Balaguer., Prior, Diego., Ausina, Emili Tortosa. (2006). On the
determinants of local goverment performance : A two-stage nonparametric
approach. European Economic Review (2007) , 425-451.
Dalimunthe, Tigor Mulia. (2010). Review Kinerja Pemerintah Daerah di
Indonesia Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008. Skripsi
Sarjana. FEUI. Depok.
Dhuanovawati, Morgan. (2010). Analisis atas hasil evaluasi kinerja
penyelenggaraan Pemerintah daerah di Jawa Tengah untuk tahun
anggaran 2008. Skripsi Sarjana. FEUI. Depok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Meiden, Carmel. (2008). Pengaruh Opini Audit Terhadap Return dan Volume
Perdagangan Saham. Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, Maret 2008,
109-113.
Meyers-Levy, J. 1986. Gender difference in information processing : A selectivity
interpretation. In Cognitive and Affective Response to Advertising, edited
by P.Calfferata, and A.M. Tybout. Lexington.
Mustikarini, Widya Astuti. (2012). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. Skripsi Sarjana.
FEUI. Depok.
Narsa, I Made. (2006). Sex-Role Stereotype dalam Rekrutmen Pegawai Akuntansi
dan Keuangan : Observasi terhadap Pola Rekruitmen Terbuka di Media
Masa. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 8, No. 2. Nopember 2006, Hal
99-106.
Palmer, G. and Kandasaami, T. (1997). Gender in Management: A Sociological
Perspective, The international Journal of Accounting and Busness Society,
Agust, (5).1. pp. 67-99.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 Tentang Tata cara
Pelaksanaan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah .
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemrintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia