Anda di halaman 1dari 146

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2016-2020

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Renaldi Agata
1812110232

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2016-2020

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Studi Manajemen
IIB Darmajaya Bandar Lampung

Disusun Oleh :
Renaldi Agata
1812110232

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021/2022

i
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa


skripsi dengan judul “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016–
2020”. Skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil karya sendiri, tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi
atau karya yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Karya ini adalah milik
saya dan pertanggungjawaban sepenuhnya berada dipundak saya. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
ternyata pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku atau dianulir segala hak/gelar kesarjanaan saya.

Bandar Lampung, 02 November 2022

Renaldi Agata
1812110232

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN


TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL
MODERASI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2016-
2020

Nama Mahasiswa : Renaldi Agata

No. Pokok Mahasiswa : 1812110232

Program Studi : Manajemen

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam Sidang
Tugas Penutup Studi guna memperoleh gelar SARJANA EKONOMI. Pada
Program Studi MANAJEMEN INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS
DARMAJAYA.
Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing

Edi Pranyoto, S.E., M.M.


NIK. 13700915

Menyetujui,
Ketua Program Studi

Susanti, S.E., M.M.


NIK. 10111204

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Pada tanggal 16 Juni 2022 ruang B.3.1 jam 14.40 WIB telah diselenggarakan
Sidang SKRIPSI dengan judul: PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2016-2020.
Untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar SARJANA
EKONOMI, bagi mahasiswa :

Nama Mahasiswa : RENALDI AGATA

No. Pokok Mahasiswa : 1812110232

Program Studi : Manajemen

Dan telah dinyatakan LULUS oleh Dewan Penguji yang terdiri dari :

Nama Status Tanda Tangan

1. Dr. Faurani I Santi Singagerda Penguji I .........................

2. Susanti, S.E.,M.M . Penguji II .........................

Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis, IIB Darmajaya

Aswin, S.E., M.M.


NIK. 10190605

iv
RIWAYAT HIDUP

1. Identitas
a. Nama lengkap : Renaldi Agata
b. NPM : 1812110232
c. Tempat/TanggalLahir : Metro, 12 Agustus 1999
d. Agama : Islam
e. Alamat : Jl. Jendral Sudirman No. 330 Kelurahan
Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat
Kota Metro.
f. Suku : Palembang
g. Kewarganegaraan : Indonesia
h. Email : ranaldiagata@gmail.com
i. No. Handphone : 082181704434
j. Jenis Kelamin : Laki-Laki

2. Riwayat Pendidikan
a. Sekolah Dasar : SD Muhammadiyah Metro Pusat
b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Muhammadiyah 1 Metro
c. Sekolah Menengah Atas/SLTA: SMA Negeri 4 Metro

Dengan ini saya menyatakan bahwa semua keterangan yang saya sampaikan di atas
adalah benar.

Bandar Lampung, 02 November 2022

RENALDI AGATA
1812110232

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji syukur bagi allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
berkat rahmat dan nikmat serta taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas nikmat dan rahmat-Mu ya Robb.

Ku persembahkan karya tulis ini kepada :

Kedua Orangtua saya, Ayah saya Zulkifli dan Ibu saya Sri Hardiyani, motivator
terbesar dalam hidupku dan belahan jiwaku surga dunia dan akhiratku yang tak
pernah lelah mendoakan, membesarkan, mendidik, dan menyayangiku atas semua
pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Takkan pernah terbalas jasa
ibu dan ayah, hanya doa lah yang selalu saya ucapkan untuk kedua orang tua saya
agar mereka selalu dalam lindungan allah SWT dan selalu diberikan kesehatan agar
kelak dapat melihat saya menjadi orang yang sukses.

Untuk kakak saya, Vina Zulfiani yang selalu menyemangati saya dan memberikan
dukungan serta doa untuk adiknya agar dapat menyelesaikan kuliah ini.

Terima kasih juga kepada Melany Ayu Octvia yang selalu memberi saya semangat
dalam mengerjakan skripsi dari awal hingga selesai, dan juga terima kasih kepada
Riki Okta Saputra, Rahmat Ramadhan, Ayu Ningsih Lestari, Firnasary, Reni
Yunisa, Yosua Theo Herlian dan yang lainnya tidak dapat saya sebutkan satu-
persatu yang telah memberikan arahan dan dukungan kepada saya dari awal
mengerjakan skripsi sampai dengan selesai. Kalian semua sangat baik, selalu ada
dan sabar dalam mengajarkan Saya, membuat Saya yakin dan berani serta tidak
takut untuk mencoba mengerjakan skripsi ini sendiri sampai dengan selesai.

Almamater ku Institut Informatika Dan Bisnis Darmajaya yang telah memberikan


banyak kenangan, cerita, pengalaman dan wawasan untuk menjadikan saya pribadi
yang lebih baik.

vi
MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.


Seseungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”.

(Qs.Al-Insyirah: 5-6)

“Kalau kita melibatkan Allah SWT dalam urusan kita, maka


Allah SWT sendiri yang melibatkan manusia untuk
menyayangi kita”

(Hanan Attaki)

“Percayalah, bahwa Allah SWT selalu punya skenario yang


terbaik dari apa yang kamu tidak dapatkan sekarang”

(Renaldi Agata)

vii
ABSTRAK

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2016-2020

Oleh:
Renaldi Agata

Kemajuan jaman yang semakin canggih dan kompleks baik di lingkungan


bisnis maupun ekonomi mengundang berkembangnya usaha, tujuan utama
perusahaan adalah mendapatkan keuntungan maksimal dan menjadikan nilai
perusahaan maksimal. Nilai perusahaan merupakan harga saham yang bersedia
dibayar oleh calon pemegang saham atau investor apabila perusahaan dijual. Nilai
perusahaan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan suatu perusahaan bagi para
investor, sehingga dengan tercapainya nilai perusahaan yang baik dapat
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan untuk saat ini dan masa
yang akan datang. Masalah yang ada pada perusahaan manufaktur adalah kepatuhan
sektor manufaktur dalam pengelolaan lingkungan terbukti masih rendah yang
menjadikan saham perusahaan manufaktur menunjukkan pergerakan kurang prima.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan terhadap
nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai pemoderasi.
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2016-2020 dengan kriteria sampel perusahaan manufaktur yang mengikuti
PROPER selama lima tahun berturut-turut. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik dokumentasi data sekunder. Teknik analisis data
menggunakan teknik uji Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Kinerja Lingkungan berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan sedangkan corporate social responsibility tidak mampu memoderasi
pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci: Kinerja Lingkungan, Corporate Social Responsibility, Nilai


Perusahaan.

viii
ABSTRACT

THE IMPACT OF ENVIRONMENTAL PERFORMANCE ON


CORPORATE VALUE WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
AS A MODELING VARIABLE FOR INDONESIAN STOCK EXCHANGE-
LISTED MANUFACTURING COMPANIES FROM 2016-2020
By:
Renaldi Agata

The progression of increasingly demanding and complex times in both the


business and economic environment invites business development. The main goal
of the company is to achieve maximum profit and achieve maximum corporate
value. Corporate value is the share price that potential shareholders or investors
would have to pay if the company were sold. Corporate value is one measure of a
company's success for investors, so achieving good corporate value can increase
investor confidence in the company now and in the future. The problem that exists
in the manufacturing industry is that the environmental management compliance of
the manufacturing industry is still clearly low, and as a result, the stock prices of
the manufacturing industry have not moved strongly. This study aims to determine
the impact of environmental performance on corporate value, with corporate social
responsibility as moderating. This study is an associative study using a quantitative
approach. The study population is Indonesian Stock Exchange-listed manufacturing
companies from 2016 to 2020, with sample criteria of manufacturing companies
following PROPER for five consecutive years. The data collection technique used
a secondary data documentation. The data analysis method used moderated
regression analysis (MRA) test. The results of this study show that while
environmental performance significantly impacts corporate value, corporate social
responsibility cannot mitigate the impact of environmental performance on
corporate value.

Keywords: Enviromental Performance, Corporate Social Responsibility,


Corporate Value

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang merupakan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program
Studi Manajemen IIB Darmajaya Bandar Lampung

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan


dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan Terima
kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Firmansyah YA, MBA., M.Sc, selaku Rektor IIB
DARMAJAYA Bandar Lampung.
2. Bapak Dr. RZ. Abdul Aziz, ST.,MT, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
3. Bapak Ronny Nazar, SE,M.M., selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Umum dan Keuangan IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
4. Bapak Muprihan Thaib, S.Sos.,MM., Selaku Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Sumber Daya IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
5. Ibu Aswin, S.E., M.M., selaku Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomi IIB
Darmajaya.
6. Ibu Susanti, SE.,M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen IIB DARMAJAYA
Bandar Lampung.
7. Bapak Edi Pranyoto, SE.,M.M., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing saya menyelesaikan
penelitian ini.
8. Ibu Susanti, SE.,M.M., dan Ibu Dr. Faurani I Santi Singagerda, S.E.I.,M.Sc.,
selaku dosen penguji sidang skripsi dan dosen pembahas seminar.
9. Para Dosen dan Staf Program Studi Manajemen IIB DARMAJAYA Bandar
Lampung.
10. Kedua Orang Tuaku, Papa dan Mama (Zulkifli dan Sri Hardiyani) yang selalu
setia membimbing dan mendoakanku setiap saat.
11. Kakakku, Vina Zulfiani yang selalu memberikan semangat dan bimbingan
dikala kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

x
12. Keluargaku tersayang yang menjadi motivasiku untuk mendapatkan hasil
terbaik dalam menyelesaikan kuliahku.
13. Melany Ayu Octavia terkasih yang telah membantu memberi kritik dan saran
terhadap penyusunan skripsi ini dan tidak pernah lelah untuk selalu
mendengarkan cerita suka duka penulis dalam mengerjakan skripsi ini
14. Sahabat baikku, Sandra Putri Maharani yang selalu mendengarkan keluh kesah
dan memberi motivasi untuk terus semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
15. Teman - teman di Kampus IIB DARMAJAYA : Riki, Rahmat, Ayu, Firna,
Deya, Heru, Yosua, Reni yang selalu menemani, memberikan motivasi dan
semangatnya. Serta teman-teman manajemen yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu karena tidak hentinya-hentinya memberikan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun
materil selama ini.
17. Almamater tercinta IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.

Bandar Lampung, 02 November 2022


Penulis,

Renaldi Agata
1812110232

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10
2.1 Grand Theory .............................................................................................. 10
2.1.1 Signaling Theory ................................................................................... 10
2.2 Nilai Perusahaan .......................................................................................... 11
2.3 Kinerja Lingkungan ..................................................................................... 13
2.4 Corporate Social Responsibility (CSR) ...................................................... 14
2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 25
2.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 27

xii
2.6 Pengembangan Hipotesis ............................................................................ 28
2.6.1 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan. ..................... 28
2.6.2 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi ..... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 31
3.2 Sumber Data ................................................................................................ 31
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 32
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................... 33
3.4.1 Populasi................................................................................................. 33
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 33
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................................... 35
3.5.1 Variabel Independen (X) ...................................................................... 35
3.5.2 Variabel Dependen (Y) ......................................................................... 35
3.5.3 Variabel Moderasi (Z) .......................................................................... 35
3.6 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 36
3.7 Uji Persyaratan Analisis Data ...................................................................... 37
3.8 Metode Analisis Data .................................................................................. 38
3.8.1 Analisis Regresi .................................................................................... 38
3.9 Uji Koefisien Determinasi (R2)................................................................ 38
3.10 Pengujian Hipotesis ................................................................................... 39
3.10.1 Uji Statistik T ...................................................................................... 39
3.10.2 Hipotesis Statistik ............................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 41
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................. 41
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 41
4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian .............................................................. 91
4.2 Hasil Uji Analisis Data ................................................................................ 96
4.2.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 96
4.3 Uji Asumsi Klasik ....................................................................................... 98
4.3.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 98
4.3.2 Uji Multikolonieritas............................................................................. 99
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 100
4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................................... 102

xiii
4.4.1 Pengujian Regresi Sederhana.............................................................. 102
4.4.2 Uji Hipotesis (Uji T) ........................................................................... 103
4.5 Uji Determinasi ......................................................................................... 103
4.6 Pengujian Moderasi ................................................................................... 104
4.7 Pembahasan ............................................................................................... 105
4.7.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan ................ 105
4.7.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 108
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 108
5.2 Saran ........................................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110
LAMPIRAN ....................................................................................................... 115

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kriteria Peringkat PROPER ................................................................. 14


Tabel 2. 2 Indikator Pengungkapan GRI G4 ......................................................... 17
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 25
Tabel 3. 1 Kriteria Pengambilan Sampel .............................................................. 33
Tabel 3. 3 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 36
Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Tobin’s Q Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2016-2020 .................................................... 91
Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan Kinerja Lingkungan Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2016-2020 ................................. 93
Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan CSR Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2016-2020 .................................................... 95
Tabel 4. 4 Hasil Statistik Deskriptif ...................................................................... 96
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 98
Tabel 4. 6 Hasil Uji Normalitas Setelah di Transformasi ..................................... 99
Tabel 4. 7 Hasil Uji Multikolonieritas .................................................................. 99
Tabel 4. 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 100
Tabel 4. 9 Hasil Uji Autokeralasi ........................................................................ 101
Tabel 4. 10 Hasil Uji Autokorelasi Setalah di Transformasi .............................. 101
Tabel 4. 11 Hasil Uji Regresi Sederhana ............................................................ 102
Tabel 4. 12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 103
Tabel 4. 13 Hasil Uji Moderasi ........................................................................... 104

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2016-2020. 2


Gambar 1. 2 Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur Tahun 2016-2020....... 3
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 27

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan jaman yang semakin canggih dan kompleks baik di lingkungan


bisnis maupun ekonomi mengundang berkembangnya usaha yang dilakukan oleh
para perusahaan saat ini. Sehingga setiap perusahaan dituntut untuk bisa mengolah
manajemen perusahaan dengan lebih profesional. Tujuan utama perusahaan adalah
mendapatkan keuntungan maksimal dan menjadikan nilai perusahaan maksimal
(Pristina & Khairunnisa, 2019). Nilai perusahaan merupakan harga saham yang
bersedia dibayar oleh calon pemegang saham atau investor apabila perusahaan
dijual. Nilai perusahaan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan suatu
perusahaan bagi para investor, sehingga dengan tercapainya nilai perusahaan yang
baik dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan untuk saat ini
dan masa yang akan datang (Rochmawati & Mildawati, 2019).
Pada umumnya, setiap perusahaan akan selalu menunjukkan kepada calon
investor bahwa perusahaan mereka tepat sebagai alternatif investasi melalui pihak
manajemen, pihak manajemen diharapkan mampu memberikan sinyal positif
terhadap calon investor. Apabila pihak manajemen tidak mampu menampilkan
sinyal yang positif tentang nilai perusahaan, maka nilai perusahaan dapat berada
diatas atau dibawah nilai peruahaan yang sebenarnya (Rochmawati & Mildawati,
2019).
Wulandari (2018) menyatakan bahwa nilai perusahaan mencerminkan
pandangan investor terhadap suatu tingkat keberhasilan perusahaan dimana sering
dikaitkan dengan harga saham, sehingga apabila harga saham tinggi, maka nilai
perusahaan dapat menjadi tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka
bertambah kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wulandari
& Ardana, 2018).Saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan yang
diterbitkan oleh perusahaan swastaa kepada investor, sehingga investor yang
memebeli saham perusahaan tersebut sama halnya dengan membeli kepemilikan
perusahaan tersebut dan berkesempatan memperoleh imbalan (Pranyoto, 2016).
Akan tetapi harga saham pada perusahaan manufaktur akan mengalami fluktuasi

1
setiap tahunnya, sehingga menyebabkan ketidakstabilan harga saham yang
mengakibatkan investor kesulitan dalam melakukan investasi karena seorang
investor tidak sembarang dalam melakukan investasi atas dana yang dimilikinya,
terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagi informasi (Asrizon &
Asmeri, 2021).
Berikut merupakan Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur periode
2016-2020 :
Gambar 1. 1
Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2016-2020

RATA-RATA HARGA SAHAM

Rp5,223
Rp4,819
Rp4,584
Rp4,216
Rp3,798

2016 2017 2018 2019 2020

Sumber : Data diolah,2022


Berdasarkan gambar 1.1, diketahui bahwa pergerakan rata-rata harga saham
perusahaan Manufaktur mengalami fluktuatif dengan rata-rata harga saham
terendah sebesar Rp. 3.798 yang diperoleh pada tahun 2020. Beberapa saham
perusahaan manufaktur yang menunjukkan pergerakan kurang prima pada tahun
2019 diantaranya adalah saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) telah
melemah 8,31%, Saham PT Astra International Tbk (ASII) melemah 15,81%, dan
Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) melemah 27,37%. Dua saham emiten
rokok terbesar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk (HMSP) juga telah menurun masing-masing 36,5% dan 43,4%.
Berdasarkan grafik rata-rata harga saham perusahaan manufaktur pada tahun 2019
adalah Rp. 4.584 menjadi Rp 3.798 pada tahun 2020. Terjadinya penurunan harga
saham-saham emiten rokok ditunjukkan adanya kenaikan cukai rokok dengan rata-
rata 12% terhitung mulai dari 1 Januari 2020. Penurunan kinerja indeks manufaktur

2
disebabkan oleh fluktuatifnya penjualan eksplor dan menurunnya produksi barang
di dalam negeri (Suryahadi, 2019).
Informasi terkait penurunan nilai perusahaan juga dapat disebabkan oleh
kasus-kasus tidak terduga seperti perusahaan manufaktur yang mengalami
penurunan pertumbuhan pada lima tahun terakhir. Berikut merupakan Laju
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Industri Manufaktur periode 2016-
2020 :
Gambar 1. 2
Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur 2016-2020

LAJU PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI


MANUFAKTUR 2016-2020

4.26% 4.29% 4.27%


3.8%
2.93%

2016 2017 2018 2019 2020


Sumber : Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan industri manufaktur
makin mengalami penurunan dari capaian pada tahun 2017 dan 2018 masing-
masing sebesar 4,29% dan 4,27% secara year on year (yoy). Menteri Perindustrian
Agus Gumawang menginformasikan bahwa perlambatan pertumbuhan industri
manufaktur tersebut dikarenakan gejolak perekonomian dunia, terutama aktivitas
ekspor dan impor (Olivia, 2020). Tidak hanya itu, pertumbuhan industri
manufaktur kembali mengalami penurunan pada tahun 2019 dengan angka hanya
3,8%. Pertumbuhan industri manufaktur juga merosot pada tahun 2020 sebesar
2,93%. Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) menginformasikan bahwa
peran sektor manufaktur saat ini dalam kondisi darurat karena dalam kurun waktu
lima tahun terakhir sektor manufaktur indonesia menunjukkan tren menurun.
Meski dimasa pandemi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional dengan
sumbangsih 19,9% (Faqir, 2021).

3
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai kepatuhan
sektor manufaktur dalam pengelolaan lingkungan juga terbukti masih rendah.
Hingga 2019 jumlah industri yang mendaftar untuk dinilai kepatuhannya relatif
rendah. Jumlah industri Manufaktur Prasarana Jasa (MPJ) baru mencapai 597
perusahaan atau 29,15 persen dari jumlah industri yang dilakukan penilaian
menggunakan indikator Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER) (www.m.bisnis.com). Pada 2019 terdapat 2.045 perusahaan yang
mendaftar untuk dilakukan penilaian yang dinilai terkait aspek kepatuhan akan
lingkungan oleh KLHK. Dari jumlah perusahaan manufaktur, KLHK mencatat
hanya 83 perusahaan yang dapat dikategorikan layak menerima PROPER kategori
hijau ke atas. Setelah diteliti lebih lanjut hanya 23 perusahaan manufaktur dalam
kategori hijau dan satu perusahaan kategori emas, angka tersebut dinilai cukup
rendah. KLHK juga mengamati rendahnya inovasi yang dilakukan industri
(www.m.bisnis.com). Dalam penilaian PROPER, pihaknya menerima 794 inovasi
dari calon kandidat. Inovasi yang berasal dari sektor manufaktur berjumlah 130
dari total angka tersebut. Proposal inovasi sektor manufaktur yang diajukan ini
melingkupi aspek efisiensi energi 31 inovasi, penurunan emisi 16 inovasi, upaya
pengelolaan limbah B3 33 inovasi, efisiensi air dan penurunan beban pencemaran
serta keanekaragaman hayati 24 inovasi, dan pemberdayaan masyarakat dua
inovasi (Nurcahaya, 2020).

Pada umumnya, tujuan jangka panjang suatu perusahaan adalah untuk


meningkatkan keuntungan sehingga nilai perusahaan pun akan meningkat. Dalam
meningkatkan keuntungan, seringkali perusahaan melupakan pentingnya
pemeliharaan lingkungan, sehingga banyak terjadinya kasus eksploitasi sumber
daya alam. Eksploitasi sumber daya alam dapat berdampak pada kerusakan
lingkungan, dan dalam jangka panjang dapat mengganggu keseimbangan
kehidupan sosial manusia. Kinerja lingkungan merupakan pencapaian organisasi
dengan menggunakan perusahaan dan mengurangi efek negatif dari operasi bisnis
perusahaan terhadap lingkungan (Adyaksana & Pronosodewo, 2020). Kinerja
lingkungan yang baik adalah perusahaan yang banyak mengungkapkan kegiatan
sosial yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Asrizon & Asmeri, 2021).
Pengelolaan kinerja lingkungan merupakan bentuk upaya manajemen dalam

4
mencegah kerusakan lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan.
Jika perusahaan tidak memperhatikan lingkungan dalam jangka waktu yang
panjang, maka hal itu dapat memengaruhi perkembangan nilai perusahaan yang
mengakibatkan pertumbuhan nilai perusahaan melambat bahkan tidak ada
pertumbuhan (Asrizon & Asmeri, 2021). Semakin baik pertanggungjawaban
perusahaan terhadap kelestarian lingkungan hidup, maka semakin baik juga citra
perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap
lingkungan dengan memperhatikan kinerja lingkungan yang nantinya akan
berdampak naiknya harga saham sehingga dapat dilihat oleh investor kemudian
nilai perusahaan juga akan meningkat. Penelitian terdahulu terkait dengan
pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan yang dilakukan oleh
Rochmawati & Mildawati (2019); Asrizon & Asmeri, (2021); dan Artamelia et al.,
(2021) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif yang
signifikan terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh
Hendrawati & UY (2020); dan Zahbeta et al., (2018) bahwa kinerja lingkungan
tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Untuk memperkuat adanya dukungan pelaksanaan tanggung jawab


lingkungan dan sosial yang dilakukan perusahaan di Indonesia, sebagaimana telah
tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) yang berisi upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pemcemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Maka setiap perusahaan wajib
untuk menjaga dan memelihara lingkungan di sekitarnya (UY & Hendrawati,
2020).

Salah satu bentuk perusahaan dalam menjaga dan memelihara lingkungan,


perusahaan mempunyai tanggung jawab dengan mengungkapkan Corporate Social
Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab dari perusahaan atas operasionalnya yang memberikan
dampak kepada lingkungan hidup maupun lingkungan sosial (UY & Hendrawati,
2020). Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada laporan
keuangan maupun laporan tahunan suatu perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah berkontribusi dalam memelihara lingkungan hidup dan

5
menjaga hubungan sosial. Adanya pengungkapan CSR maka kepercayaan
masyarakat dapat ditingkatkan sehingga para investor akan tertarik untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki citra baik dimata
masyarakat (UY & Hendrawati, 2020). Corporate Social Responsibility (CSR)
juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diduga
dapat memperkuat atau melemahkan pengaruh tersebut (Rochmawati &
Mildawati, 2019). Sebagaimana dalam penelitian ini CSR digunakan sebagai
variabel moderasi. Auliya (2018) menyatakan kinerja lingkungan dihubungkan
dengan nilai perusahaan melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Pengungkapan CSR sebagai pengaruh tidak langsung antara kinerja lingkungan
dengan nilai perusahaan karena CSR akan menjadi pengungkapan kinerja
lingkungan ke pihak masyarakat dan investor sehingga CSR sebagai mediator yang
akan manarik minat para investor untuk menginvestasikan dananya pada
perusahaan. Jika minat investor naik maka akan mendorong harga saham naik.
Ketika harga saham naik maka akan memberikan kemakmurkan terhadap para
pemegang saham yang artinya meningkatkan nilai perusahaan. Menurut
Rochmawati (2019), kinerja lingkungan yang baik mendorong perusahaan untuk
lebih banyak mengungkapkan CSR pada laporan tahunan perusahaan. Maka dapat
disimpulkan bahwa pengungkapan kinerja lingkungan yang didorong dengan
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik dapat
meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Adyaksana & Pronosodewo (2020)


menyatakan bahwa pengungkapan informasi lingkungan menggunakan Corporate
Social Responsibility (CSR) dapat memoderasi pengaruh kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Septinurika,
Tanjung & Basri (2020) menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility
(CSR) tidak berhasil memoderasi antara kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan.

Penelitian ini berfokus untuk menganalisis pengaruh kinerja lingkungan


terhadap nilai perusahaan. Kemudian menganalisis Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai varibel moderasi dalam hubungan antara kinerja

6
lingkungan dan nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian
ini diberi judul “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2016–2020”.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2016-2020.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam


penelitian ini antara lain:
a) Apakah Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan?
b) Apakah Kinerja Lingkungan berpengaruh terjadap nilai perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility variabel moderasi?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, adapun tujuan dari


penelitian ini antara lain:

a) Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh pengaruh Kinerja lingkungan


terhadap nilai perusahaan.
b) Untuk menganalisis dan mengetahui Kinerja Lingkungan berpengaruh
terjadap nilai perusahaan dengan Corporate Social Responsibility variabel
moderasi.

7
1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


a) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan sumber referensi
baru tentang pentingnya Kinerja Lingkungan pada perusahaan dan juga untuk
menambah pengetahuan dan gambaran tentang pengaruh Kinerja Lingkungan
terhadap nilai perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai
variael moderasi.

b) Manfaat Praktis
 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan
untuk menjadi pertimbanganan perusahaan dalam melaksanakan
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
 Penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan dan menjadi
literatur pada penelitian selanjutnya terkait Kinerja Perusahaan dan
Corporate Social Responsibility dalam meningkatkan nilai perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, pembahasan dan hasil peneltian akan disusun dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan memaparkan tentang latar belakang, ruang lingkup, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN
Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang
diambil dari kutipan literatur, jurnal, dan lain sebagainya.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sumber data yang digunakan, metode pengumpulan
data, populasi, sampel, definisi operasional variabel, metode analisis data, serta
pengujuan hipotesis pada penelitian

8
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil pembahasan yang diperoleh dari pengujian analisis
dan perhitungan data yang sudah diteliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Grand Theory


2.1.1 Signaling Theory
Menurut Brigham (2001) isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil
perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana memandang
prospek perusahaan. Informasi financial dan informasi nonfinancial yang terdapat
dalam annual report dapat dijadikan sebagai signal bagi pihak eksternal perusahaan.
Menurut Endiana & Suryandari (2021) teori sinyal merupakan penyampaian suatu
informasi kepada pengguna informasi yang menggambarkan kondisi perusahaan.
Jika suatu perusahaan memiliki informasi yang baik mengenai perusahaanya dapat
mendorong manajemen perusahaan untuk menyampaikan informasi tersebut
kepada pihak luar yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan
(Rochmawati & Mildawati, 2019). Nilai perusahaan merupakan harga saham yang
bersedia dibayar oleh calon pemegang saham atau investor apabila perusahaan
dijual. Nilai perusahaan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan suatu
perusahaan bagi para investor, sehingga dengan tercapainya nilai perusahaan yang
baik dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan untuk saat ini
dan masa yang akan datang (Rochmawati & Mildawati, 2019).

Pada umumnya, setiap perusahaan akan selalu menunjukkan kepada calon investor
bahwa perusahaan mereka tepat sebagai alternatif investasi melalui pihak
manajemen, pihak manajemen diharapkan mampu memberikan sinyal positif
terhadap calon investor. Apabila pihak manajemen tidak mampu menampilkan
sinyal yang positif tentang nilai perusahaan, maka nilai perusahaan dapat berada
diatas atau dibawah nilai perusahaan yang sebenarnya (Rochmawati & Mildawati,
2019). Wulandari (2018) menyatakan bahwa nilai perusahaan mencerminkan
pandangan investor terhadap suatu tingkat keberhasilan perusahaan dimana sering
dikaitkan dengan harga saham, sehingga apabila harga saham tinggi, maka nilai
perusahaan dapat menjadi tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka bertambah
kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wulandari & Ardana,
2018).

10
Teori sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan dari
perusahaan terhadap keputusan investasi yang dilakukan oleh investor atau pihak
luar perusahaan. Informasi adalah unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyampaikan keterangan catatan dan
gambaran baik untuk keadaan masa lalu ataupun masa depan bagi keberlangsungan
hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, dan akurat sangat
diperlukan oleh investor sebagai alat untuk melakukan analisis terhadap
pengambilan keputusan investasi (Wardani & Lailatus, 2020).

2.2 Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan merupakan harga saham yang bersedia dibayar oleh calon
pemegang saham atau investor apabila perusahaan dijual. Nilai perusahaan menjadi
salah satu tolak ukur terkait keberhasilan suatu perusahaan bagi para investor,
sehingga dengan tercapainya nilai perusahaan yang baik dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan untuk saat ini dan masa yang akan
datang (Rochmawati & Mildawati, 2019).

Menurut Silvia (2019 : 3) Nilai perusahaan memiliki posisi yang sangat penting
bagi perusahaan karena dengan peningkatan nilai perusahaan akan diikuti dengan
peningkatan harga saham yang mencerminkan peningkatan kemakmuran
pemegang saham. Bagi seorang manajer, nilai perusahaan merupakan tolok ukur
atas prestasi kerja yang telah dicapainya. Peningkatan nilai perusahaan
menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan. Secara tidak langsung hal tersebut
dipandang sebagai suatu kemampuan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang
saham yang merupakan tujuan perusahaan. Bagi investor, peningkatan nilai
perusahaan akan membuat investor tersebut tertarik untuk berinvestasi di
perusahaan (Indrarini, 2019).

Adapun beberapa fungsi nilai perusahaan menurut (Ningrum, 2022) adalah sebagai
berikut :

1) Meningkatkan harga saham.


2) Meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
3) Menjadi tolok ukur atas atas prestasi kerja para manajer.
4) Mendorong peningkatan kinerja perusahaan secara umum.

11
5) Mempertegas okupasi pasar terhadap produk perusahaan.
6) Membantu proyeksi keuntungan di masa mendatang.

Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan. Nilai
perusahaan memberikan indikasi bagaimana investor menanggapi tentang kinerja
masa lalu dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Nilai perusahaan
dapat diukur melalui harga per laba atau price/ earning (P/E) dan nilai pasar per
nilai buku (Brigham & Houston, 2018);

a. Price Earning Ratio (PER)


Price Earning Ratio merupakan jumlah uang yang bersedia dibayar oleh
investor untuk setiap laba yang dilaporkan apabila perusahaan itu dijual.
Price Earning Ratio dirumuskan sebagai PER = Harga per saham dibagi
laba per saham (Brigham & Houston, 2018).
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦
𝐏𝐄𝐑 =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦
b. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value merupakan perbandingan antara harga pasar per saham
dengan nilai buku per saham. Price to Book Value digunakan untuk melihat
(Brigham & Houston, 2018).
𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐏𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦
𝐏𝐁𝐕 =
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐁𝐮𝐤𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦

Nilai perusahaan juga dapat diukur melalui rasio nilai pasar dari aset modal riil
terhadap biaya penggantian (replacement cost) aset tersebut saat ini atau yang
disebut sebagai Tobin’s Q atau rasio Q. Rochmawati (2019), menggunakan Tobin’s
Q dengan membandingkan nilai pasar ekuitas (MVE) ditambah nilai buku liabilitas
(BVL) dengan nilai buku dari asset (BVA).

𝐌𝐕𝐄 + 𝐁𝐕𝐋
𝑻𝒐𝒃𝒊𝒏′ 𝒔 𝑸 =
𝐁𝐕𝐀

12
2.3 Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan dapat diartikan sebagai kegiatan perusahaan untuk mengurangi
dampak negatif lingkungan dari operasional perusahaan dengan kemampuan yang
dimiliki perusahaan (Adyaksana & Pronosokodewo, 2020). Jika perusahaan
terlibat dalam kinerja lingkungan, itu akan membuat lebih banyak pengungkapan
lingkungan (Sari et al, 2019). Baik buruknya kondisi lingkungan di sekitar
perusahaan dapat digambarkan melalui kinerja lingkungan yang dilakukan
perusahaan (Chanifah et al, 2019).

Kinerja lingkungan yang baik adalah perusahaan yang banyak mengungkapkan


kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Asrizon & Asmeri,
2021). Pengelolaan kinerja lingkungan merupakan bentuk upaya manajemen
dalam mencegah kerusakan lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan
lingkungan. Jika perusahaan tidak memperhatikan lingkungan dalam jangka waktu
yang panjang, maka hal itu dapat memengaruhi perkembangan nilai perusahaan
yang mengakibatkan pertumbuhan nilai perusahaan melambat bahkan tidak ada
pertumbuhan (Asrizon & Asmeri, 2021). Semakin baik pertanggungjawaban
perusahaan terhadap kelestarian lingkungan hidup, maka semakin baik juga citra
perusahaan. Menurut Rifqi (2018), Tujuan diadakannya program ini adalah untuk
mendorong peningkatan kinerja perusahaan untuk dapat memberikan transparansi
informasi kepada para pemegang saham mengenai aktivitas pengelolaan
lingkungan oleh perusahaan. Melalui program ini, perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan dan penaatan lingkungan karena hasil
dari peningkatan ini akan diumumkan kepada publik, sehingga dapat membawa
dampak bagi reputasi perusahaan.

Di Indonesia kinerja lingkungan dapat diukur dengan menggunakan Program


Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
PROPER merupakan salah satu upaya kebijakan yang dilakukan pemerintah
melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong peningkatan
kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi
kinerja penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Dengan diterapkanya
PROPER memberikan nuansa kompetisi bagi perusahaan-perusahaan untuk
mendapat peringkat yang terbaik (Hapsoro & Adyaksana, 2020).

13
Pelaksanaan PROPER telah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
RI No.01 Tahun 2021 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup
sehingga dalam peringkat kinerja penataan dikelompokkan dalam 5 (lima)
peringkat warna. Kriteria yang digunakan dalam pemeringkatan tersebut adalah
sebagai berikut :

Tabel 2. 1
Kriteria Peringkat PROPER
No. Peringkat Skor Keterangan
Konsisten telah menunjukan keunggulan
lingkungan dalam proses produksi dan jasa,
1 Emas 5 serta melaksanakan bisnis yang beretika
dan bertanggungjawab terhadap
masyarakat.
Melakukan pengelolaan lingkungan lebih
dari yang dipersyaratkan dalam peraturan
(beyond compliance) melalui pelaksanaan
2 Hijau 4 sistem pengelolaan lingkungan dan
memanfaatkan sumber daya seacara efisien
serta melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan baik.
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan
yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan
3 Biru 3
atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan
tetapi belum sesuai dengan persyaratan
4 Merah 2
sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan.
Belum melakukan upaya pengelolaan
lingkungan berarti, secara sengaja tidak
melakukan upaya pengelolaan lingkungan
5 Hitam 1
sebagaimana yang dipersyaratkan, serta
berpotensi mencemari
lingkungan.
Sumber : Laporan PROPER 2021

2.4 Corporate Social Responsibility (CSR)


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh pelaku bisnis atau pemegang saham melaui perilaku yang secara sosial
bertanggung jawab kepada masyarakat (Nayenggita et al. 2019). Corporate
Social Responsibility (CSR) adalah suatu bentuk komitmen bisnis dalam
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,

14
melalui kerja sama dengan karyawan, keluarga, masyarakat umum
meningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat untuk bisnis tersebut serta
pembangunan (Rochmawati & Mildawati, 2019). Di Indonesia Corporate
Social Responsibility diatur secara tegas melalui Undang-Undang Nomor 47
tahun 2014 yaitu tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, dimana Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut. Selain
perusahaan wajib melakukan kegiatan CSR, perusahaan juga mewajibkan
untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam laporan
tahunan, namun item-item CSR yang diungkapkan perusahaan masih bersifat
voluntary (Cheng & Christiawan, 2011). Pada penelitian yang dilakuakan oleh
Lingga dan Wirakusuma (2019) menyatakan bahwa Corporate Social
Responsibility dapat diukur melalui pengungkapan berdasarkan Global
Reporting Initiatives (GRI) . Global Reporting Initiatives (GRI) merupakan
organisasi nirlaba internasional yang memiliki misi untuk menjadikan
pelaporan berkelanjutan menjadi praktik yang standar sehingga perusahaan
maupun organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampaknya yang meliputi
ekonomi, sosial dan lingkungan (Syahputra et al. 2019).

Menurut Imam Syairozi (2019) dengan menerapkan aktivitas CSR dapat


mendatangkan manfaat yang positif bagi masyarakat, pemerintah, dan
perusahaan, yaitu:
1. Manfaat bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan berbagai sektor seperti diadakannya Pendidikan
yang layak dan berkualitas bagi masyarakat, sektor ketenaga kerjaan
seperti meningkatkan pelatihan atau training untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja masyarakat luas.
2. Manfaat bagi Pemerintah
Aktivitas dari CSR sendiri berhubungan dengan masalah yang ada di
berbagai daerah seperti halnya masalah Pendidikan, kurangnya akses
kesehatan bagi masyarakat sekitar, dan pembangunan fasilitas umum
untuk kepentingan orang banyak. Dengan adanya kerjasama dari

15
adanya kebijakan pemerintah dengan perusahaan atau organisasi yang
menerapkan CSR, banyak masyarakat yang terbantu akan adanya
pelaksanaan CSR di sekitar mereka.
3. Manfaat bagi Perusahaan
1) Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan
berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspetasi masyarakat,
peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk
manajemen risiko hukum yang lebih baik) dan risiko jika tidak
bertanggung jawabsecara sosial.
2) Meningkatkan praktek pengelolaan risiko dari organisasi.
3) Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan
publikyang lebih besar.
4) Meningkatkan daya saing organisasi.
5) Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholders.
6) Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan. Meingkatkan
keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-laki maupun
perempuan dan berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk
merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan.
7) Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan produktivitas
danefesiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah,
mengurangi limbah, dan meningkatkan ketersediaan bahan baku.
8) Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan
politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak
adanya korupsi.
9) Mencegah atau mengurangi potensi konfilk dengan konsumen tentang
produk dan jasa.
10) Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka Panjang
organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya alam
dan jasa lingkungan.
11) Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat masyarakat
umumdan lembaga.

16
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat
diterapkannya CSR pada perusahaan yaitu tidak hanya dirasakan oleh perusahaan
saja namun dirasakan juga oleh pemerintah, masyarakat dan lingkungan.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berdasarkan dengan


standar GRI pernah digunakan oleh Rachmati dan Mildawati (2019), dengan
menggunakan enam indikator yang terdiri dari kinerja ekonomi, kinerja
ketenaga kerjaan, hak asasi manusia, kinerja kemsyarakatan, dan kinerja
tanggung jawab produk.

Perhitungan Corporate Social Responsibility (CSR) menggunakan analisis


konten. Analisis konten merupakan pencocokan item-item dalam GRI dengan
item-item yang diungkapkan oleh perusahaan (Lingga & Wirakusuma, 2019).
Apabila perusahaan tersebut mengungkapkan satu item dari GRI, maka akan
diberi skor 1, dan apabila perusahaan tersebut tidak mengungkapkan satu item
dari GRI, maka akan diberi skor 0. Pengukuran CSR yang juga dilakukan oleh
Rachmawati dan Mildawati (2019), skor tersebut diukur dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
∑𝑿𝒊
𝑪𝑺𝑹𝑰 =
𝑵
Keterangan :
CSRI : Jumlah skor pengungkapan CSR
∑Xi : Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
N : Jumlah item pengungkapan CSR

Tabel 2. 2
INDIKATOR PENGUNGKAPAN GRI G4
KINERJA EKONOMI
Kinerja Ekonomi
EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan
EC2 Implikasi financial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegiatan
organisasi karena perubahan iklim
EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti

17
EC4 Bantuan Finansial yang diterima dari pemerintah
Keberadaan Pasar
EC5 Rasio upah standar pegawai pemula menurut gender dibandingkan
upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan.
Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat
lokal di lokasi operasi yang signifikan
EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang
diberikan
EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya
dampak
Aspek Praktik Pengadaan
EC9 Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi operasional
yang signifikan
KINERJA LINGKUNGAN
Aspek Bahan
EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume
EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur
ulang
Energi
EN3 Konsumsi energy dalam organisasi
EN4 Konsumsi energy di luar organisasi
EN5 Intensitas energy
EN6 Pengurangan konsumsi energy
EN7 Pengurangan produk energy pada produk dan jasa
Air
EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber
EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh pengambilan air
EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan
kembali
Keanekaragaman hayati

18
EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola di dalam,
atau yang berdekatan dengan kawasan lindung dan kawasan dengan
nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk dan jasa terhadap
keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
EN14 Jumlah total spesies dalam IUCN red list dan spesies dalam daftar
yang dilindungi nasional dengan habitat ditempat yang dipengaruhi
operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan
Emisi
EN15 Emisi gas rumah kaca langsung (cakupan 1)
EN16 Emisi gas rumah kaca energy tidak langsung (cakupan 2)
EN17 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya
EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca
EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca
EN20 Emisi bahan perusak ozon
EN21 NOX, SOX dan emisi gas lainnya
Efluen dan Limbah
EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan
EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan
EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan konvensi
basel 2 lampiran I,II,III dan VIII yang diangkut, diimpor,
diekspor,atau diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk
pengiriman internasional
EN26 Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman hayati dari
badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkena dampak
dari air buangan dan limpasan dari organisasi
Produk dan Jasa

19
EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingkungan produk dan
jasa
EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang direklamasi
menurut kategori
Kepatuhan
EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter
karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
lingkungan
Transportasi
EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan barang
lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan pengangkutan
tenaga kerja
Lain-lain
EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan berdasarkan
jenis
Asesmen Pemasok
EN32 Penapisan pemasok baru
EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam
rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
EN34 Laporkan jumlah total pengaduan tentang dampak lingkungan yang
diajukan melalui mekanisme pengaduan resmi selama periode
pelaporan
KETENAGAKERJAAN DAN KENYAMANAN BEKERJA
Kepegawaian
LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover
karyawan menurut kelompok umur gender dan wilayah
LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purna waktu yang tidak
diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan
lokasi operasi yang signifikan

20
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan
menurut gender
Hubungan Industrial
LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan operasi,
termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite bersama
formal manajemen-pekerja yang membantu mengawasi dan
memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja
LA6 Jenis dan tingkat kerja, penyakit akibat kerja, hari hilang dan
kemangkiran, serta jumlah kematian total akibat kerja, menurut daerah
dan gender
LA7 Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena penyakit yang
terkait dengan pekerjaan mereka
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian
formal dengan serikat pekerja
Pelatihan dan Pendidikan
LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun, per karyawan menurut gender dan
menurut kategori karyawan
LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran seumur
hidup yang mendukung keberlanjutan kerja karyawan dan membantu
mereka mengelola purna bakti
LA11 Persentase karyawan yang menerima reviu kinerja dan pengembangan
karir secara reguler menurut gender dan kategori karyawan
Keberagaman dan Kesetaraan Peluang
LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per katagori
karyawan
Kesetaraan Remunerasi perempuan dan laki-laki
LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki
menurut kategori karyawan
Asesmen Pemasok Atas Praktik Ketenagakerjaan

21
LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik
ketenagakerjaan
LA15 Dampak negatif aktual dan potensial dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Ketenagakerjaan
LA16 Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang diajukan,
ditangani, diselesaikan melalui mekanisme pengadilan resmi
HAK ASASI MANUSIA
Investasi
HR1 Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi signifikan
yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan
berdasarkan hak asasi manusia
HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak
asasi manusia. Termasuk persentase karyawan yang dilatih
Non Diskriminasi
HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang diambil
Kebebasan Berserikat
HR4 Operasi dan pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau
berisiko tinggi melanggar hak untuk Melaksanakan kebebasan
berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil
untuk mendukung hak-hak tersebut
Pekerja Anak
HR5 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan
eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil
Pekerja Paksa Atau Wajib Kerja
HR6 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan
kerja paksa atau wajib kerja dan tindakan yang diambil
Praktik Pengamanan
HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau
prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi
Hak Adat

22
HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat
adat dan tindakan yang diambil
Asesmen
HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau
asesmen dampak hak asasi manusia
Asesmen Pemasok Atas Hak Asasi Manusia
HR10 persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi
manusia
HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak
asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Hak Asasi Manusia
HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak hak asasi manusia yang diajukan,
ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengadilan formal.
MASYARAKAT
Masyarakat Lokal
SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen
dampak, dan program pengembangan yang diterapkan
SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat lokal
Anti Korupsi
SO3 jumlah total dan persentase operasi yang dinilai untuk risiko terkait
dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi.
SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti
korupsi
SO5 Insiden korupsi yang terjadi dan tindakan yang diambil
Kebijakan Publik
SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan Negara dan penerima
manfaat
Anti Persaingan
SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti trust dan
serta praktik monopoli dan hasilnya

23
Kepatuhan
SO8 Nilai moneter denda yag signifikan dan jumlah total sanksi non
moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
Asesmen Pemasok atas dampak pada masyarakat
SO9 persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria dampak
terhadap masyarakat
SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Dampak Terhadap Pengaduan Masyarakat
SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang
diajukan, ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi
TANGGUNG JAWAB ATAS PRODUK
Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang dampaknya
terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan
PR2 jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan
jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil
Pelabelan Produk dan Jasa
PR3 Jenis informasi dan jasa yang diharuskan oleh prosedur organisasi
terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta
persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti
persyaratan informasi sejenis.
PR4 jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa
menurut jenis hasil
PR5 Hasil survey untuk mengukur kepuasan pelanggan
Komunikasi Pemasaran
PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan

24
PR7 jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi, dan
sponsor menurut jenis hasil
Privasi Pelanggan
PR8 jumlah total keluhan yang terbukti yang diterima tentang pelanggaran
privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan
Kepatuhan
PR9 nilai moneter dari denda yang signifikan untuk ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan
penggunaan produk dan jasa.
Sumber: www.edusaham.com
2.5 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan kinerja lingkungan terhadap
nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderasi
yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:

Tabel 2. 3
Tabel Penelitian Terdahulu

No Penulis dan Judul Hasil


Tahun
1 Helga Pengaruh Kinerja Hasil penelitian ini menemukan
Septinurika, Keuangan dan Kinerja bahwa Kinerja Lingkungan tidak

Amries Lingkungan Terhadap berpengaruh terhadap Nilai


Nilai Peruahaan dengan Perusahaan. Sedangkan Corporate
Rusli
Corporate Social Social Responsibility hanya berhasil
Tanjung, &
Responsibility sebagai memoderasi hubungan antara Kinerja
Yesi Mutia
Variabel Moderasi Keuangan yang diukur dengan Return
Basri (2020)
On Asset, Return On Equity terhadap
Nilai Perusahaan, sedangkan
Corporate Social Responsibility tidak
berhasil memoderasi hubungan antara
Kinerja Lingkungan terhadap Nilai
Perusahaan.

25
2 Dody Apakah Pengungkapan Hasil penelitian menunjukkan
Hapsoro & Informasi Lingkungan bahwa

Rahandhika Memoderasi Pengaruh 1. Kinerja lingkungan tidak


Kinerja Lingkungan dan
Ivan berpengaruh terhadap nilai
Biaya Lingkungan
Adyaksana perusahaan
Terhadap Nilai
(2020) 2. Pengungkapan informasi
Perusahaan?
lingkungan dapat memoderasi
pengaruh kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan
3 Diah Pengaruh Kinerja Hasil penelitian ini menemukan
Rochmawati Keuangan dan Kinerja bahwa ;

& Titik Lingkungan Terhadap Kinerja lingkungan berpengaruh


Nilai Peruahaan dengan positif terhadap nilai perusahaan.
Mildawati
Corporate Social Artinya kinerja lingkungan dapat
(2019)
Responsibility sebagai mempengaruhi nilai perusahaan.
Variabel Moderasi Ketika semakin tinggi perusahaan
memperhatikan kinerja lingkungan
maka semakin tinggi citra perusahaan
yang artinya nilai perusahaan akan
meningkat.

Sedangkan Corporate social


responsibility tidak dapat
memoderasi pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai
perusahaan. Artinya ada atau
tidaknya pengungkapan CSR tidak
memperkuat pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilaiperusahaan.
4 Budyasti Pengaruh Karakteristik Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Riani (2019) Perusahaan dan Kinerja 1. Kinerja Lingkungan tidak
Lingkungan Terhadap berpengaruh positif dan signifikan
Nilai Perusahaan dengan terhadap Nilai Perusahaan.
Corporate Social

26
Responsibility (CSR) 2. Corporate Social Responsibilty
sebagai Variabel sebagai variabel pemoderasi tidak
Pemoderasi mampu memperkuat pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan.
5 Olinsca Pengaruh Corporate Berdasarkan hasil penelitian ;
Zabetha, Governance, Kinerja Kinerja lingkungan tidak berpengaruh

Amries Lingkungan dan Kinerja terhadap nilai perusahaan. Kepedulian


Keuangan Terhadap Nilai perusahaan dalam bidang manajemen
Rusli
Perusahaan dengan lingkungan tidak serta merta dapat
Tanjung, &
Pengungkapan Corporate memberikan nilai tambah bagi
Enni Savitri,
Social Responsibility perusahaan
(2018)
sebagai Variabel Sedangkan Pengungkapan Corporate
Moderating (Studi pada Social Responsibility (CSR) tidak
Perusahaan Pertambangan mampu memoderasi hubungan Kinerja
yang Terdaftar di BEI Lingkungan terhadap nilai perusahaan
PERIODE 2012-2014)

2.5 Kerangka Pemikiran


Pada penelitian ini penulis akan menganalisis pengaruh kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility (CSR) sebagai
variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, maka
kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 1

Kerangka Pemikiran

Variabel Dependent : Variabel Independent :


Kinerja Lingkungan Nilai Perusahaan

Variabel Moderasi :
Corporate Social
Responsibility (CSR)

27
2.6 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka pengembangan hipotesis pada
penelitian ini adalah:
2.6.1 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.
Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan akan
melakukan usaha untuk mencapai dan mempertahankan nilai perusahaan dengan
melakukan kinerja yang maksimal. Nilai perusahaan mencerminkan pandangan
investor terhadap suatu tingkat keberhasilan perusahaan dimana sering dikaitkan
dengan harga saham, sehingga apabila harga saham tinggi, maka nilai perusahaan
dapat menjadi tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka bertambah
kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wulandari & Ardana,
2018). Sesuai dengan teori sinyal, semua informasi mengenai suatu perusahaan
akan diterima sebagai suatu sinyal dalam pasar. Program Penilaian Peringkat
Kinerja Lingkungan Hidup (PROPER) pada perusahaan menjadi salah satu
informasi atau sinyal yang bisa dilihat oleh para investor, ketika perusahaan
terdaftar dalam PROPER dan memiliki catatan yang baik dan masuk dalam katagori
warna yang baik, hal tersebut dapat menjadi sinyal mengenai keberlanjutan suatu
perusahaan yang baik dalam pasar (Rochmawati & Mildawati, 2019).. Apabila
perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul
keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham.
Perusahaan mengharapkan investor akan bereaksi positif terhadap itikad baik yang
dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitarnya, sehingga menambah minat
para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Jika minat
investor naik maka akan mendorong harga saham naik. Ketika harga saham naik
maka akan memberikan kemakmuran terhadap para pemegang saham yang artinya
meningkatkan nilai perusahaan (Auliya, 2018). Kinerja lingkungan yang baik
adalah perusahaan yang banyak mengungkapkan kegiatan sosial yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut (Asrizon & Asmeri, 2021). Pengelolaan kinerja
lingkungan merupakan bentuk upaya manajemen dalam mencegah kerusakan
lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Oleh karena itu setiap
perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dengan memperhatikan
kinerja lingkungan yang nantinya akan berdampak naiknya harga saham sehingga
dapat dilihat oleh investor kemudian nilai perusahaan juga akan meningkat.

28
Penelitian terdahulu terkait dengan pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan yang dilakukan oleh Rochmawati & Mildawati (2019); Asrizon &
Asmeri, (2021); dan Artamelia et al., (2021) menunjukkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh positif yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.6.2 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan


Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada
pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk tanggung
jawab dari perusahaan atas operasionalnya yang memberikan dampak kepada
lingkungan hidup maupun lingkungan sosial. Pengungkapan CSR pada laporan
keuangan maupun laporan tahunan pada suatu perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah berkontribusi dalam memelihara lingkungan hidup dan
menjaga hubungan sosial (UY & Hendrawati, 2020). Rochmawati (2019),
mengatakan bahwa kinerja lingkungan yang baik mendorong perusahaan untuk
lebih banyak mengungkapkan CSR pada laporan tahunan perusahaan. Adanya
pengungkapan tersebut maka kepercayaan masyarakat dapat ditingkatkan sehingga
para investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang
memiliki citra baik dimata masyarakat karena berdampak pada tingginya loyalitas
kosumen pada produk perusahaan (UY & Hendrawati, 2020).

Auliya (2018) menyatakan kinerja lingkungan dihubungkan dengan nilai


perusahaan melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pengungkapan
CSR sebagai pengaruh tidak langsung antara kinerja lingkungan dengan nilai
perusahaan karena CSR akan menjadi pengungkapan kinerja lingkungan ke pihak
masyarakat dan investor sehingga CSR sebagai mediator yang akan manarik minat
para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Jika minat
investor naik maka akan mendorong harga saham naik. Ketika harga saham naik
maka akan memberikan kemakmurkan terhadap para pemegang saham yang artinya

29
meningkatkan nilai perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
kinerja lingkungan yang didorong dengan pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian
yang dilakukan oleh Adyaksana dan Pronosodewo, (2020); dan Auliya, (2018)
menyatakan bahwa Pengungkapan informasi lingkungan menggunakan Corporate
Social Responsibility (CSR) dapat memoderasi dan memperkuat hubungan antara
kinerja lingkungan dengan nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian
tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2 : Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan


Corporate Social Responsibilty (CSR) sebagai variabel moderasi

30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono, (2018) terdapat beberapa jenis penelitian antara lain :

1. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adlah penelitian yang berbentuk kata, skema dan
gambaran atau dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah.

Berdasarkan uraian di atas pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian


asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan suatu
rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2018).

3.2 Sumber Data

Sugiyono (2018) mengelompokkan data ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari
sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk yang sudah
terkompilasi ataupun bentuk files dan data ini harus dicari melalui
narasumber yaitu orang yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sarana
mendapatkan informasi/data.

31
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara yang berbentuk bukti (evidence), catatan, dan
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik
yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, sumber data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder. Penelitian ini mengambil data pada perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun data yang
diperlukan di penelitian ini yaitu Kinerja Lingkungan yang diambil dari laporan
PROPER, data pada Nilai Perusahaan dan Corporate Social Responsibility diambil
dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang peroleh dari situs
http://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/ adapun
situs lain dalam penelitian ini yaitu http://www.sahamok.net/perusahaan-
manufaktur-di-bei/ dan http://www.edusaham.com/download-indikator-
pengungkapan-csr-menurut-gri-g4-pdf/.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2018), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (angket/kuesioner,
wawancara/interview, observasi, uji/tes, dokumentasi, dan studi pustaka). Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Interview (wawancara) adalah pengumpulan data dengan tanya jawab


antara penulis dengan petugas yang berwenang yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti.
2. Observasi (pengamatan) adalah cara pengambilan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap masalah yang sedang diteliti.
3. Kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data yang efisien apabila
peneliti tahu dengan siapa variabel akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden.
4. Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan-
catatan atau dokumen.

32
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang
dimana penulis mengumpulkan data dengan cara mencatat dan menyeleksi data
yang dibutuhkan. Pada penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah laporan
keuangan, laporan tahunan, dan laporan hasil PROPER yang dipublikasikan oleh
perusahaan manufaktur pada periode 2016-2020. Dimana data tersebut diperoleh
melalui website BEI (http://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-
dan-tahunan/) dan data hasil PROPER diperoleh melalui website Kementerian
Lingkungan Hidup ( www.proper.mnlh.go.id/proper/berita/detail/183 ).

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2016-2020.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018).
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3. 1
Kriteria Pengambilan Sampel

No Keterangan Jumlah
1 Populasi 177
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berturut turut
2 tahun 2016-2020 142
Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan tahunan
3 secara lengkap 2016-2020 142
4 Perusahaan yang mengikuti program PROPER tahun 2016-2020 38
Sampel Penelitian 38
Total Sampel (n x periode penelitian) 190

33
Berdasarkan kriteria, terdapat 38 perusahaan yang memenuhi kriteria penetuan
sampel. Berikut merupakan daftar perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel dalam penelitian ini:
Tabel 3.2
Perusahaan Manufaktur tahun 2016-2020 yang menjadi Sampel

KODE
NO SAHAM NAMA PERUSAHAAN
1 ADES AKASHA WIRA INTERNASIONAL, PT
2 ADMG POLYCHEM INDONESIA TBK
3 AMFG ASAHIMAS FLAT GLASS TBK
4 ARGO ARGO PANTES TBK
5 AUTO ASTRA OTOPARTS TBK
6 CEKA WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK, PT
7 CPIN CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK
8 DLTA DELTA DJAKARTA TBK, PT
9 GDST GUNAWAN DIANJAYA STEEL TBK
10 GDYR GOODYEAR INDONESIA TBK
11 GGRM GUDANG GARAM TBK
12 GJTL GAJAH TUNGGAL TBK
13 ICBP INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK, PT
14 IKBI SUMI INDO KABEL TBK
15 INAI INDAL ALUMUNIUM INDUSTRY TBK
16 INDS INDOSPRING TBK
17 INKP INDAH KIAT PULP & PAPER TBK
18 INTP INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK
19 ISSP STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA TBK
20 JPFA JAPFA COMFEED INDONESIA TBK
21 KAEF KIMIA FARMA (PERSERO) TBK
22 KBLI KMI WIRE AND CABLE TBK
23 KBLM KABELINDO MURNI TBK
24 KINO KINO INDONESIA TBK
25 KLBF KALBE FARMA TBK
26 MAIN MALINDO FEEDMILL
27 MLBI MULTI BINTANG INDONESIA TBK, PT
28 MRAT MUSTIKA RATU TBK
29 MYOR MAYORA INDAH TBK, PT
30 NIKL PELAT TIMAH NUSANTARA TBK
31 SIDO INDUSTRI JAMU & FARMASI SIDO MUNCUL TBK
32 SMGR SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK
33 SPMA SUPARMA TBK
34 TFCO TIFICO FIBER INDONESIA TBK
35 TOTO SURYA TOTO INDONESIA TBK
36 ULTJ ULTRAJAYA MILK INDUSTRY TBK, PT

34
37 UNIC UNGGUL INDAH CAHAYA TBK
38 VOKS VOKSEL ELECTRIC TBK

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017). Variabel independen pada
penelitian ini adalah kinerja lingkungan dan variabel dependen pada penelitian ini
adalah nilai perusahaan. Sedangkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
variabel moderasi.

3.5.1 Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang


menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2018).
Variabel indpenden pada penelitian ini adalah kinerja lingkungan. Kinerja
lingkungan dapat diukur dengan menggunakan Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

3.5.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel dependen pada penilitian
ini adalah nilai perusahaan. Jika nilai saham pada suatu perusahaan tinggi maka
bisa dikatakan nilai perusahaannya baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah
mendapatkan keuntungan maksimal dan menjadikan nilai perusahaan maksimal
(Pristina & Khairunnisa, 2019). Pengukuran nilai perusahaan menggunakan
Tobin’s Q yang dimana rasio ini lebih teliti tentang seberapa efektifnya manajemen
memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaanya (Susanti, 2016)

3.5.3 Variabel Moderasi (Z)

Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan


memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen
(Sugiyono, 2018).Variabel moderator disebut juga sebagai variabel independen

35
kedua. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Corporate Sosial
Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) dihitung pada
penelitian ini menggunakan satu dari enam indikator pengungkapan GRI G4
yaitu Kinerja Lingkungan.

3.6 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun memberikan
suatu operasionalisasi yang diperlukan untuk mengukur variabel tertentu. Definisi
operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Skala Ukur
Kinerja lingkungan perusahaan
Pemeringkatan perusahaan
diukur dari prestasi perusahaan
berdasarkan Peraturan Menteri
mengikuti program PROPER
Lingkungan Hidup RI No. 5
yang merupakan salah satu
tahun 2011 mengenai
upaya yang dilakukan oleh
PROPER, dikategorikan dalam
Kinerja Kementerian Lingkungan
lima warna, yaitu:
Lingkungan Hidup (KLH) untuk
-Emas; skor=5
mendorong penataan
-Hijau; skor=4
perusahaan dalam pengelolaan
-Biru; skor=3
lingkungan hidup melalui
-Merah; skor=2
instrument informasi (Hapsoro
-Hitam; skor=1
& Adyaksana, 2020)
Nilai perusahaan dapat diukur
dengan Tobin’s Q, yakni
membandingkan nilai pasar 𝑴𝑽𝑺 + 𝑩𝑽𝑳
Tobin’s Q ekuitas (MVE) ditambah nilai 𝑸=
buku liabilitas (BVL) dengan 𝑩𝑽𝑨
nilai buku dari asset (BVA)
(Rochmawati, 2019).
Corporate Sosial
Responsibility diukur dengan
membandingkan jumlah item
yang diungkapkan perusahaan ∑𝑿𝒊
CSR (X) dibandingkan dengan 𝑪𝑺𝑹𝒊 =
𝑵
jumlah item yang seharusnya
di ungkapkan (N)
(Rochmawati & Mildawati,
2019)

36
3.7 Uji Persyaratan Analisis Data

Penelitian ini berfokus untuk menganalisis bagaimana pengaruh kinerja


lingkungan terhadap nilai Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Untuk menganalisis data penelitian ini menggunakan program
komputer IBM SPSS Statistics 20. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji Statistik Deskriptif, pengujian statistik deskriptif memberikan gambaran
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2018).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2018). Uji normalitas yang dapat digunakan adalah uji Kolmogorov-
Smirov, suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai
signifikasinya lebih dari 0.05 (sig. > 0.05)
b. Uji multikolonieritas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen
(Ghozali, 2018). Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolrance dan
nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolarance < 0,10 atau
nilai VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas. Namun, jika nilai tolarance
> 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak tejadi multikolonieritas
c. Uji heteroskedastisitas, digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya (Ghozali, 2018). Salah satu cara mendeteksi ada
tidaknya gejala Heterokedasitas ini yaitu dengan menggunakan uji
Glejser untuk menguji ada atau tidaknya Heterokedasitas. Jika nilai
signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas
begitupun sebaliknya.
d. Uji autokorelasi, digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2018).

37
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2018).
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan merupakan analisis yang mempelajari bagaimana
membangun sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan atau
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena lain (Umamah, 2019).
Analisis regresi data pada penelitian ini menggunakan 2 model yaitu model uji
regresi sederhana dimana model tersebut digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen tanpa memasukan model
moderasi. Sedangkan model analisi regresi selanjutnya ialah menggunakan
Modarate Regression Analysis (MRA) yang memasukan variabel moderator untuk
menguji kuat atau lemahnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut adalah model persamaan dalam penelitian ini:
Analisis Regresi Sederhana
NPit = αt + β KLit + et

Moderate Regression Analysis (MRA)


NPit = αt + β 1KLit + β2 CSRit + β3 KLit CSRit + et
Keterangan:
Y : Nilai Perusahaan
αt : Konstanta
β : Koefisien Regresi
KLit : Kinerja Lingkungan
CSRit : Corporate Social Responsibility
KLit CSRit : Kinerja Lingkungan, moderasi Corporate Social Responsibility
et : Variabel diluar model (error)

3.9 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2018).
Klasifikasi koefisien korelasi yaitu, 0 (tidak ada korelasi), 0-0,49 (korelasi lemah),

38
0,50 (korelasi moderat), 0,51-0,99 (korelasi kuat). 1,00 (korelasi sempurna). Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu meunjukkan bahwa variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018).

3.10 Pengujian Hipotesis


3.10.1 Uji Statistik T
Uji statistik t digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh antara variabel
independen dan dependen. Kriteria pengujian ini ditetapkan berdasarkan
probabilitas. Apabila tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5 persen, dengan
kata lain jika probabilitas Ha > 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan, dan jika
probabilitas Ha < 0,05 maka dinyatakan signifikan (Ghozali, 2018).
Menurut(Ghozali, 2016), metode pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. H0 diterima dan Ha ditolak jika signifikansi t>0,05 atau thitung<ttabel
b. H0 ditolak dan Ha diterima jika signifikansi t<0,05 atau thitung>ttabel

3.10.2 Hipotesis Statistik


Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis statistika adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap nilai perusahaan
H01: Kinerja Lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2016-2020.
Ha1: Kinerja Lingkungan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2016-2020.
2) Pengaruh Corporate Social Responsibility dalam moderasi Kinerja
Lingkungan terhadap nilai perusahaan
H01: Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020.

39
Ha1: Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020.

40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-2020. Berikut daftar
sampel perusahaan manufaktur dalam penelitian ini.
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian
1. Akhasa Wira Internasional (ADES)
PT Akasha Wira International merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang produksi dan distribusi air minum dalam kemasan. Dulu
perusahaan ini bernama PT Ades Waters Indonesia Tbk, kemudian pada
tahun 2009 melalui RUPS berubah namanya menjadi PT Akasha Wira
International untuk mengubah citra perseroan. Perusahaan memulai
produksi air minum dalam kemasan secara komersial pada tahun 1986
dengan merek Ades dan Vica. Perseroan mengeluarkan produk baru yaitu
produk air kemasan Merek AdeS dengan kemasan baru dan Nestle Pure Life
di tahun 2004. Pada tahun 1985, PT Akasha Wira International didirikan
dengan nama PT Alfindo Putrasetia. Nama Perusahaan telah diubah
beberapa kali, terakhir pada tahun 2010, ketika nama Perusahaan diubah
menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Anggaran Dasar Perusahaan
telah mengalami beberapa kali perubahan.

Aktivitas kinerja lingkungan yang dilakukan oleh PT Aksha Wira


Internasional adalah membangun pengelolaan limbah yang diperlukan
untuk melindungi lingkungan hidup dan keamanan masyarakat. Perseroan
melakukan pengawasan terus menerus mengenai kualitas limbah yang
dibuang dan hingga saat ini limbah cair yang dibuang telah memenuhi baku
mutu sesuai dengan peraturan pemeritah yang berlaku. Melakukan upaya
mengurangi bahan baku produksi kemasan, melakukan inovasi
penghematan energi dan lain sebagainya. Perseroan juga mengikuti

41
Program Penelitian Peringkat Kinerja Perseroan dalam Pengelolaam
Lingkungan (PROPER).

2. Polychem Indonesia (ADMG)


PT Polychem Indonesia Tbk didirikan berdasarkan akta No. 62
tanggal 25 April 1986 dari Irawati Marzuki Arifin, S.H., notaris di Jakarta
dengan nama PT Andayani Megah. Pada bulan Desember 2005, Perseroan
berganti nama menjadi PT Polychem Indonesia. Saat ini Perseroan berfokus
pada industri pembuatan polyester chips, polyester filament, engineering
plastik, engineering resin, ethylene glycol, polyester staple fiber dan
petrokimia, pertenunan, pemintalan dan industri tekstil. Perseroan
berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Tangerang, Karawang, dan
Merak. Perseroan memasarkan produk-produknya ke berbagai negara di
Asia, Timur Tengah, Amerika Utara, Kanada dan Amerika Latin dan juga
telah mulai merambah pasar Eropa dan Afrika.

Aktivitas kinerja lingkungan yang dilakukan PT Polychem


Indonesia adalah penggunaan material yang ramah lingkungan dan dapat
didaur ulang. Tidak hanya itu, tetapi juga dalam melakukan pengelolaan
limbah perseroan menerapkan prinsip 3R yaitu Reduce (Pengurangan
limbah), Reuse (Penggunaan kembali) dan Recycle (Daur ulang). Perseroan
juga mempunyai instalasi WWT (Waste Water Treatment) yang terintegrasi
dengan proses produksi. Air limbah yang sudah melalui WWT aman bagi
lingkungan. Perseroan mengikuti kegiatan PROPER yang diselengarakan
oleh pemerintah. Dengan tujuan operasi perseroan ramah terhadap
lingkungan.

3. Asahimas Flat Glass (AMFG)


PT. Asahimas Flat Glass Tbk. (AMFG) adalah perusahaan
manufaktur yang memproduksi flat glass dan automotive glass yang
berbasis di Jakarta, Indonesia. AMFG merupakan produsen flat glass dan
safety glass terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Jangkauan produk

42
mereka mencapai Indonesia, Asia, Australia, Selandia Baru, Timur Tengah,
Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. didirikan
pada tahun 1971. Perusahaan tersebut sempat beroperasi dengan nama PT.
Asahimas Flat Glass Co., Ltd. sebelum berganti nama menjadi PT.
Asahimas Flat Glass Tbk. pada bulan Juni 1998. Saat ini AMFG dimiliki
oleh Asahi Glass Co., Ltd., PT. Rodamas, dan kooperasi. Perusahaan ini
merupakan induk dari PT Auto Glass Indonesia (AGI) yang berfokus pada
penggantian dan jasa reparasi automotive safety glass. Produk utama
AMFG adalah flat glass berwarna, reflektif, dan kaca cermin yang
digunakan di gedung-gedung bertingkat dan sebagai bahan baku untuk
industri hilir. Sementara automotive glass yang diproduksi perusahaan
meliputi tempered glass dan kaca laminasi yang digunakan dalam industri
otomotif. AMFG memperkenalkan proses laminasi safety glass pada tahun
1985. Produksi laminated glass dimulai pada tahun 1994. Selama tahun
1997, AMFG memulai tahap pertama dalam pengembangan pabrik safety
glass di Bukit Indah Industrial Park, Cikampek, Jawa Barat. Produksi
komersial sendiri dimulai pada tahun 1999. Saat ini, AMFG mampu
memproduksi 570.000 ton flat glass, 4.500.000 meter persegi safety glass,
dan 2.400.000 meter persegi mirror glass.

Kinerja lingkungan yang dilakukan oleh PT Asahimas Flat Glass


adalah penggunaan bahan baku daur ulang. Selain itu Perseroan juga
berusaha mengurangi penggunaanair (baru) yaitu dengan memanfaatkan
teknologi water treatment plant dalam mengolah air proses menjadi air siap
pakai untuk memenuhi kegiatan produksi. Perseroan juga melakukan
upaya-upaya untuk mendorong kegiatan hemat listrik. Pada bangunan
kantor, Perseroan melakukan pemilihan jenis kaca utuk megurangi
penggunaan lampu sebagai penerangan kantor sekaligus meningkatkan
tingkat pencahayaan alami. Pengelolaan penangan limbah juga terpantau
sesuai ketentuan yang berlaku. Perseroan melaksanakan prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan yang baik di setiap lokasi yang seluruhnya
memiliki izin Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

43
(AMDAL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), ijin lingkungan serta
dokumen terkait lainnya.

4. ARGO PANTES TBK


Argo Pantes Tbk. adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri tekstil yang terintegrasi. Perusahaan ini merupakan salah satu
industri penghasil tekstil terkemuka. Argo Pantes memproduksi berbagai
hasil tekstil. Ia menghasilkan tekstil berkualitas tinggi dari katun dan
polyester atau katun campuran.Sejak Sejak didirikan pada 1977, perusahaan
tersebut telah mengoperasikan pemintalan, pewarnaan benang, penenunan
dan finishing yakni proses mencelupkan kain ditenun menjadi kain tekstil.
Perusahaan ini didirikan dalam Undang-undang investasi domestik dengan
akta nomor 30 tanggal 12 Juli 1977 di Jakarta. Kemudian pada 1991,
perusahaan memutuskan untuk menjadi perusahaan publik dan tercatat di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) serta Bursa Efek Surabaya (BES). Argo Pantes
memproduksi tekstil kelas dunia dengan teknologi dan sumber daya terbaik
guna menghasilkan standar produk dan jasa yang berkualitas. Produk yang
diciptakan tentu bermutu tinggi tanpa melupakan kepuasan pelanggan.

Perusahaan Argo Pantes tbk senantiasa berkomitmen untuk


menajalankan kegiatan operasional tanpa mengesampingkan pelestarian
lingkungan hidup. Dalam rangka realisasi atas komitmen tersebut,
perseroan berupaya untuk menerapkan praktik reduce, reuse, recycle.
Perseroan selalu berupaya melakukan pengehematan energi yang
berlebihan dengan mengoptimalkan penggunaan bahan bakar gasdan batu
bara sesuai kebutuhan.

Perseroan senantiasa menjalankan kegiatan operasional dengan


memperhatikan pelestarian lingkungan sesuai peraturan prundang-undang
yang berlaku dengan mengikuti kegiatan PROPER yang diselengarakan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

44
5. ASTRA OTOPARTS TBK
Astra Otoparts Tbk (AUTO) didirikan tanggal 20 September 1991
dan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Kantor pusat AUTO
beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta
14250 – Indonesia, dan pabrik berlokasi di Jakarta dan Bogor. Astra
Otoparts Tbk dikendalikan oleh Astra International Tbk (ASII), induk
perusahaan yang berkedudukan di Indonesia. Pemegang saham
terbesar Astra International Tbk (ASII) adalah Jardine Cycle & Carriage,
perusahaan yang didirikan di Singapura.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan


AUTO terutama bergerak dalam bidang perdagangan dan manufaktur suku
cadang dan aksesoris otomotif dan jasa. Produk-produk suku cadang
unggulan Astra Otoparts, antara lain: aki untuk kendaraan roda dua dan roda
empat (merek GS Astra, Incoe, Aspira dan Federal), ban untuk kendaraan
roda dua dan truk (merek Aspira, Aspira Premio dan Pirelli), suku cadang
kendaraan roda dua dan roda empat (merek Aspira, Aspira Exposio, Aspira
TDW, Akebono, Federal Parts, KYB, KYB Zeto dan KYB Ultra), pelumas
untuk kendaraan roda empat dan industri (merek Shell Helix Astra, Shell
Advance dan HEO (Heavy Equipment Oil)) dan penjualan unit dan suku
cadang untuk alat angkut khusus di perkebunan (merek Wintor. Selain itu,
Astra Otoparts juga menjalin kerjasama dengan mendirikan anak
perusahaan patungan bersama pemasok komponen terkemuka dari Amerika
Serikat, Tiongkok, Italia, Jepang, Taiwan, dan Swedia seperti Aisin Seiki,
Aisin Takaoka, Akashi Kikai Seisakusho, Akebono Brake, Aktiebolaget
SKF, Asano Gear, Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS Yuasa, Juoku
Technology, Kayaba, Keihin Seimitsu Kogyo, Mahle, MetalArt, Nippon
Gasket, Nittan Valve, NTN Corporation, Pirelli, SunFun Chain, Toyoda
Gosei, Toyota Industries, dan Visteon.

45
Dalam menjalankan berbagai inisiatif pelestarian lingkungan,
Perseroan berpedoman pada pilar Astra untuk Indonesia Hijau yang
berfokus pada program penghijauan, pembersihan saluran pembuangan air,
dan konservasi fauna langka. Sebagai bagian dari lini bisnis Astra,
Perseroan berpartisipasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan sesuai
arahan Communications, Social Responsiility & Security Corporate Policy
Astra. Berkaitan dengan aspek lingkungan, perseroan berupaya
mengefisensi sumber daya alam, energi dan penurunan GRK minimal 2,5%
. Perseroan juga mengikuti kegiatan PROPER yang diselengarakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

6. WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK, PT


PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (IDX: CEKA) pada awalnya
didirikan dengan nama CV Tjahaja Kalbar di Pontianak berdasarkan Akta
No. 1 tanggal 3 Februari 1968 yang dibuat di hadapan Mochamad Damiri,
Notaris di Pontianak. Badan huku Perusahaan berubah menjadi Perusahaan
Terbatas, yakni PT Cahaya Kalbar berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan
tanggal 9 Desember 1980 No. 49 yang dibuat di hadapan Mochamad
Damiri, Notaris di Pontianak. Pada tahun 2013 Perusahaan berganti nama
menjadi PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Perseroan merupakan
perusahaan di bawah Grup Wilmar International Limited. Sesuai dengan
Anggaran Dasar, Perusahaan bergerak di bidang industri antara lain minyak
nabati yaitu minyak kelapa sawit beserta produk-produk turunannya, biji
tengkawang, minyak tengkawang dan minyak nabati spesialitas, usaha
bidang perdagangan lokal, ekspor, impor, dan berdagang hasil bumi, hasil
hutan, berdagang barang-barang keperluan sehari-hari, berdagang sebagai
grosir, distribusi, leveransir, eceran dan lain-lain.
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang industri kepala sawit
beserta produk-produk turunannya, perusahaan selalu merawat lingkungan
tempat usaha perusahaan berjalan. Untuk mengurangi residu cangkang
kelapa sawit, perusahan memanfaatkan residu tersebut sebagai biomassa.
Cangkang kelapa sawit memiliki kadar air yang lembab, intensitas abu yang

46
minim, dan kadar penguapan yang tinggi, juga memiliki kandungan karbon
yang aktif, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.

7. CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK


PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang
menghasilkan pakan ternak, Day Old Chicks dan makanan olahan terbesar
di Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1972 dengan pabrik pakan
ternak terbesar pertama di Jakarta untuk menghasilkan pakan ternak
berkualitas. Perusahaan ini memiliki visi memberi pangan bagi dunia yang
berkembang. Di tahun 1992, perusahaan ini membangun cabang pabrik
pakan ternak di kecamatan Balaraja, Tangerang dengan kapasitas produksi
sebesar 250.000 ton per tahun. Sejak mulai beroperasi secara komersil pada
Juli 1994, perusahaan yang ada di Balaraja menjadi salah satu perusahaan
terkemuka di bidang agrobisnis di Indonesia. Produk utama perusahaan
adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh 7 fasilitas produksi
Perseroan dan anak perusahaan yang berada di Medan, Bandar Lampung,
Tangerang, Semarang, Sidoarjo (dua unit) dan Makassar. Perusahaan ini
mempunyai produk berupa pakan ternak untuk ayam pedaging, ayam
petelur dan pakan ternak lainnya. Sementara untuk makanan olahan terdiri
dari empat produk. Yakni golden fiesta, fiesta, champ dan okey.

Sebagai industri yang melibatkan pemeliharaan hewan unggas


dalam jumlah banyak perusahaan menyadari dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Perusahaan berkomitmen untuk meminimalisir beban dan
pemaparan dampak dalam kegiatan usaha perusahan terhadap perusahan.
Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup yang selali mengacu pada kepatuhan terhadap peraturan
dan perundangan yang berlaku secara lokal maupun nasional. CPIN dan
masing-masing entitas anak usaha telah menuyusun kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup yang tertuang dalam dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
dan melaporkan hasil pengelolaan dan pemantuan tersebut kepada instansi

47
pemerintah setempat. Beberapa upaya yang dilakukan CPIN untuk
menjalankan komitmen terdap lingkunganhidup antara lain melengkapi
seluruh fasilitas produksi dengan fasilitas instalasi Pengelolaan Limbah
(IPAL). Untuk memastikan kepatuhan dan pelaksanaan pengelolaan
lingkungan yang baik, kami secara rutin melakukan pengujian kualitas
lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku. Perusahaan juga rutin
melakukan penghijauan di lingkungan sekitar fasilitas perusahaan untuk
mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara bersih. Selain itu
upaya lain yang juga perusahaan lakukan adalah mengurangi produk
sampingan berupa limbah dengan cara memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang.

8. DELTA DJAKARTA TBK, PT


PT Delta Djakarta Tbk.. (“PT Delta” or “the Company”) didirikan
pertama kali di Indonesia pada tahun 1932 sebagai perusahaan produksi bir
Jerman bernama“Archipel Brouwerij, NV.” Perseroan kemudian dibeli oleh
Perusahaan Belanda dan berganti nama menjadi NV De Oranje
Brouwerij.Perseroan resmi menggunakan nama PT Delta Djakarta sejak
tahun 1970.Di tahun 1984, PT Delta menjadi salah satu perusahaan
Indonesia pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia),mengukuhkan satatusnya sebagai pemain
utama industri bir dalam negeri.Tahun 1990 an adalah era derasnya
penanaman modal asing ke Indonesia. Pada masa inilah San Miguel
Corporation ("SMC") melalui San Miguel Malaysia (L) Pte.Ltd. (yang
sepenuhnya dimiliki oleh San Miguel Brewing Limited yang merupakan
anak perusahaan SMC), menjadi pemegang saham pengendali di
Perseroan.SMC adalah salah satu perusahaan konglomerat terbesardi
Filipina,yang bergerak di bidang usaha minuman,makanan, kemasan,
energi, bahan bakar dan penyulingan minyak, infrastruktur, dan
pertambangan. Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga merupakanpemegang
saham utama Perseroan, dengan total saham sebanyak 26,25%.Di tahun
1997, Perseroan memulai rencana ekspansi besar-besaran dengan

48
memindahkan fasilitas produksi bir dari Jakarta Utara ke fasilitas yang lebih
modern dan luas di Bekasi, Jawa Barat. PT Jangkar Delta Indonesia, anak
perusahaan PT Delta,didirikan pada tahun 1998 agar dapat bertindak
sebagai distributor tunggal Perseroan dengan jaringan yang luas, dari
Medan di Sumatera Utara ke Jayapura, Papua.Akan tetapi, di kuartal
pertama 2017, Anak Perusahaan ini memindahkan seluruh karyawannya ke
Perseroan dan pada akhir tahun, Anak Perusahaan tercatat hanya menangani
satu (1) sub-distributor saja disebabkan oleh perubahan strategi distribusi
Perseroan. Sampai laporan ini ditulis, belum ada rencana untuk
menghentikan usaha PT Jangkar Delta Indonesia sepenuhnya. PT Delta
memproduksi bir Pilsener dan Stout berkualitas terbaik untuk pasar
domestik dengan merek dagang meliputi Anker Bir, Anker Stout, Anker
Lychee, Carlsberg,San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light, San Miguel
Cerveza Negra, dan Kuda Putih.PT Delta juga memproduksi dan
mengekspor bir Pilsener dengan merek dagang Batavia. Pada kuartal akhir
2017,Perseroan mulai mengekspor bir ke Timor Leste dandi tahun 2018,
Perseroan juga mulai mengekspor San Miguel Cerveza Negra ke Thailand
dan Vietnam.

PT Delta memandang penting tanggung jawab terhadap lingkungan


dalam menjaga kelestarian lingkungan. Untuk mengurangi gas rumah kaca
dan membantu memerangi pemanasan global , PT Delta menggunakan LNG
(gas alam air) untuk boiler dan tidak menggunakan bahan bunker atu diesel,
sehingga tidak mengganggukualitas udara lokal dan kesehatan masyarakat.
PT Delta berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim ,
perusahaan melakukan kegiatan menanam pohon secara rutin sebagai
bagian dari program penghijauan.

9. GUNAWAN DIANJAYA STEEL TBK


PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk. (GDST) didirikan pada tahun
1989 di Surabaya. Pendirian perusahaan tercatat dalam akta notaris Jamilah
Nahdi, SH No. 6 tanggal 8 April 1989 dan disahkan oleh Menteri

49
Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C-
2.11174.HT.01.01.Th.1989 tanggal 11 Desember 1989. Pada tahun 2004
status GDS mengalami perubahan menjadi Penanaman Modal Asing sesuai
dengan Surat Persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan
No. 15/V/PMA/2004 tanggal 26 Februari 2004. Anggaran Dasar
Perusahaan beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir
tercatat pada Akta Notaris Dian Silviyana Khusnarini, SH. No. 14 tanggal
24 November 2015, mengenai penyesuaian dengan peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Indonesia. Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor AHU-
0947967.AH.01.02. Tahun 2015 tanggal 15 Desember 2015. Sesuai
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah
bidang industri penggilingan pelat baja canai panas Hot Roll Steel Plate.
Terletak di atas lahan seluas kurang lebih 20 hektar, GDS memulai kegiatan
produksi komersial sejak akhir tahun 1993 guna melayani pasar ekspor dan
domestik. Sejak didirikan, GDS terus berupaya untuk mewujudkan
komitmen atas pertumbuhan melalui inovasi berkelanjutan. Didukung
teknologi Four High Rolling Mill terkini dan sumber daya manusia
berkualitas, GDS senantiasa siap menghadapi tantangan industri baja di
lingkup global. Hingga kini, GDS merupakan salah satu industri rolling mill
plat baja yang terkemuka di kawasan ASEAN.

Perusahaan GDS berpartisipasi dalam menjaga keamanan,


keseahatan dan kebersihan lingkungan sekitar. Sebagai perwujudan
komitmen tersebut Perseroan telah memiliki studi 2 (dua) AMDAL
(Analisis Menengenai Dampak Lingkungan) untuk Plate Mill 1 dan Plate 2
perusahaan telah membangun 3 instalasi pengolah limbah domestik, tempat
pengelolaan sementara limbah padat dan instalasi penyaringan minyak (oil
trap). Perusahaan juga melaksanakan penghijauan sebagai upaya
perusahaan untuk mengatasi dampak langsung kegiatan operasional
perusahaan. Pengujian kualitas udara emisi, kualitas udara ambience. dan

50
kualitas udara di sekitar lingkungan kerja perusahaan juga dilaksanakan
secara berkala oleh UPT K3 Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur.

10. GOODYEAR INDONESIA TBK


Goodyear Indonesia merupakan perusahaan manufaktur, eksportir,
importir dan penjualan ban, ban dalam, flap dan produk turunan karet
lainnya yang pertama di Indonesia. Goodyear adalah salah satu perusahaan
ban terbesar di dunia. Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 69.000 orang
dan memproduksi produk-produknya di 52 fasilitas di 22 negara di seluruh
dunia. Kedua Pusat Inovasi perseroan, di Akron, Ohio dan Colmar-Berg,
Luksemburg, berusaha untuk mengembangkan produk-produk dan layanan-
layanan terbaik yang menentukan standar teknologi dan kinerja bagi industri
ban. Goodyear mengkhususkan diri dalam mengembangkan teknologi ban,
dan menerapkan pengetahuan ini pada produk-produk baru yang
mendukung kenyamanan berkendara.

Di Pusat Inovasi nya ribuan insinyur, ilmuwan, teknisi dan spesialis


lainnya berkolaborasi untuk meningkatkan produksi ban untuk berbagai
kendaraan di enam benua. Sejalan dengan strategi Goodyear menjadi yang
pertama dengan pelanggan, PT Goodyear Indonesia Tbk telah
melaksanakan beberapa langkah untuk mempromosikan peningkatan
layanan dan komunikasi melalui perluasan gerai Autocare, Sentraservis dan
Tire Center di seluruh Indonesia. Saat ini, PT Goodyear Indonesia Tbk
memiliki 123 gerai Autocare, Sentraservis dan Tire Center.
PT Goodyear Indonesia berkomitmen untuk memenuhi persyaratan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, persyaratan bisnis, peraturan
perundang-undangan, dan persayaratan lainnya seraya meningkatkan dan
menjaga kualitas lingkungan. Dalam mewujudkan komitmen tersebut
perusahaan memanfaatkan sumber daya internal dan lokal demi
meningkatkan kualitas serta meminimalisir terjadinya polusi melalui
pengurangan limbah dan emisi, penggunaan kembali, dan mendaur ulang
bahan yang berhubungan dengan aspek lingkungan.

51
11. GUDANG GARAM TBK
Gudang Garam Tbk adalah sebuah perusahaan rokok populer asal
Indonesia. Didirikan pada tgl 26 juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo di kota
Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal luas baik
di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok kretek
berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai
variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan
(SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). Indonesia merupakan
pasar konsumen yang besar dan beragam dengan persentase perokok
dewasa yang signifikan, diperkirakan 67,5% laki-laki dewasa di Indonesia
adalah perokok, dari total penduduk yang mencapai lebih dari 240 juta jiwa.
Gudang Garam adalah produsen rokok kretek yang identik dengan
Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di
dunia. Berdasarkan riset pasar Nielsen, pada akhir tahun 2018 Gudang
Garam dengan pangsa pasar rokok dalam negeri sekitar 2,1% merupakan
produsen rokok kretek terkemuka dengan produk-produk yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat di seluruh Nusantara. Gudang Garam
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 33.575 orang di akhir 2018 yang
terlibat dalam produksi rokok, termasuk sigaret kretek tangan serta kegiatan
distribusi dan pemasaran. Perusahaan juga memilliki 66 kantor area dengan
269 titik distribusi di seluruh Indonesia dan armada penjualan lebih dari
7.000 kendaraan termasuk sepeda motor untuk melayani pasar.

Kesejahteraan karyawan menjadi perhatian utama, dari standar


keselamatan kerja dan penyediaan fasilitas kesehatan hingga pelatihan
kepemimpinan, manajemen, administrasi serta keterampilan teknik yang
diselenggarakan di dalam maupun di luar Perusahaan.Gudang Garam secara
tidak langsung juga mendukung penciptaan lapangan kerja bagi kurang
lebih 4 juta orang yang terdiri dari petani tembakau dan cengkeh,pengecer
dan pedagang asongan yang tersebar di seluruh Indonesia. Industri rokok
sendiri, termasuk Perseroan,serta sektor distribusi seperti pengecer dan
pedagang asongan yang tersebar di seluruh Indonesia. Industri rokok

52
sendiri, termasuk Perseroan, merupakan sumber utama pendapatan cukai
bagi negara. Gudang Garam memiliki fasilitas produksi rokok kretek di dua
lokasi. Pertama, di Kediri, dengan jumlah penduduk 268 ribu jiwa yang
merupakan pusat perdagangan regional sekaligus lokasi kantor pusat
Perseroan. Fasilitas produksi kedua berlokasi di Gempol, Jawa Timur yang
berjarak 50 kilometer dari Surabaya. Dari kedua fasilitas produksi ini
Perseroan mampu memenuhi permintaan produk rokok yang ada.

Kinerja lingkungan yang dilakukan oleh PT Gudang Garam adalah


pengelolaan air limbah perusahaan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
Gubernur Jawa Tengah No. 72 Tahun 2013 tentang Buku Mutu Air Limbah
Bagi Industri. Setiap bulan dilakukan pengujian kualitas air limbah untuk
memastikan bahwa limbah telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan
dalam peraturan gubernur diatas. Pengendalian polusi udara yang diuji
kualitas udara dilakukan setiap enam bulan sekali di laboratorium eksternal
KAN guna memastikan bahwa polusi udara yang dihasilkan memenuhi
standar baku mutu yang di tetapkan oleh Gubernur Jawa Timur No. 10
Tahun 2009.

PT Gudang Garam juga melakukan perbaikan lingkungan di sekitar


wilayah operasional perusahaan dengan mengelola sumur serapan yang ada
di sekitar operasional perusahaan di Kediri digunakan untuk menjaga
kelangsungan dan ketersediaan air bawah tanah. Penghijauan di daerah
tersebut juga berkontribusi terhadap retensi air dan perlindungan tanah.
Program penghijauan yang dilakukan oleh PT Gudang Garam berupa
penanaman berbagai jenis tanaman yang berfungsi ekologis memperbaiki
kualitas udara dan era serapan karbondioksida.

12. GAJAH TUNGGAL TBK


PT Gajah Tunggal merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang penyedia ban terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali
didirikan pada tahun 1951 guna memproduksi dan mendistribusikan ban

53
luar dan ban dalam sepeda. Pada tahun 1973, perusahaan melakukan
kerjasama dengan salah satu perusahaan Jepang yang bernama Inoue
Rubber Company untuk memproduksi ban sepeda motor. Semakin lama
perusahaan semakin mengembangkan produksinya dengan terus membuat
inovasi-inovasi. Pada tahun 1981 perusahaan kembali menjalin kerjasama
dengan perusahaan Jepang yakni Yokohama Rubber Company. Kali ini
perusahaan menjalin kesepakatan untuk memproduksi ban bias untuk
kendaraan penumpang dan niaga. perkembangan perusahaan terlihat sangat
signifikan dengan tercatatnya saham perusahaan untuk pertama kalinya di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1990. Setahun kemudian,
perusahaan ini mengakuisisi GT Petrochem Industries yang merupakan
produsen kain ban (TC) dan benang nilon. Produksi ban Gajah Tunggal
semakin meningkat, tercatat pada tahun 1993 perusahaan mulai melakukan
produksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang dan truk
ringan.

Dalam menjalani kinerja lingkungan perusahaan Gajah Tunggal


melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup dan pencegahan terhadap
pencemaran serta kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegak
hukum. Hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan dalam melaksanakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diantaranya yaitu
pengelolaan dampak lingkungan seperti melakukan segregasi sampah serta
kerjasama dengan pihak ketiga untuk pembuangan sampah, pemanfaatan
limbah padat non-B3, pemantauan dampak atau kualitas lingkungan oleh
laboratorium eksternal terhadap kualitas udara ambien, kebisingan,
kebauan, limbah cair, sumber emisi, serta pengukuran lain apabila
dibutuhkan. Perusahaan juga melaporkan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan tersebut kepada instansi terkait, baik secara online maupun
dokumentasi.

54
Perusahaan inisiatif untuk berkontribusi emisi CO2 dari penggunaan
energi juga mendorong perusahaan untuk berupaya melakukan penyerapan
emisi gas rumah kaca melalui penghijauan serta pembibitannya. Pada tahun
2020 perusahaan menanam sebanyak 3.981 tanaman/pohon. Perusahaan
melaksanakan audit Sistem Manajemen Lingkungan setiap 6 bulan secara
internal dan setiap 1 tahun oleh lembaga sertifikasi ISO 14001.

13. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK, PT


PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dulunya PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk, PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi,
PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT Ciptakemas Abadi) (IDX: ICBP)
yang didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama
Panganjaya Intikusuma, merupakan produsen berbagai jenis makanan dan
minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini kemudian
diganti dengan nama Indofood pada tahun 1990. Indofood mengekspor
bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa dan bertransformasi
menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan
operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan,
mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk
akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Pada tahun 1982,
perusahaan ini meluncurkan merek Sarimi yang kemudian disusul dengan
Indomie, Supermi dan Pop Mie masing-masing pada tahun 1984, 1986 dan
1988 . Pada tahun 1990, Indofood merintis bisnis makanan ringan melalui
anak perusahaannya Seven-Up Nederland BVperusahaan afiliasi dari
PepsiCo Inc, dengan peluncuran tiga merek, Chitato, Chiki dan Jetz. Pada
tahun 1992 dan 2005 merek Pepsico yang Cheetos dan Lays diperkenalkan.
Pada tahun 2007 merek Qtela diluncurkan untuk menembus pasar makanan
ringan tradisional. Di tahun 1991, bisnis bumbu makanan mulai dari kecap,
sambal dan bumbu instan mulai dijalani. Pada tahun 2005 PT Nestlé
Indofood Citarasa Indonesia (NICI) didirikan sebagai perusahaan patungan
50% milik Nestlé SA dengan, dengan tanggung jawab untuk pemasaran
produk hanya kuliner. Pada tahun 2007 Sirup Indofood ramah

55
diperkenalkan ke pasar. Bisnis biskuit juga mulai dilakoni oleh Indofood
sejak tahun 2005 dengan meluncurkan dua merek; Trenz dan Wonderland.
Pada tahun 2011, Bim Bim merek diluncurkan untuk menembus pasar
anak-anak. Indofood juga memiliki produk susu setelah akuisisinya dengan
Drayton Pte. Ltd, pemilik 68,57% saham PT Indolakto, pemain terbesar
kedua di pasar. Merek andalannya, Indomilk, telah hadir di Indonesia
selama lebih dari empat dekade.

PT Indofood CBP Sukses Makmur berkomitmen untuk melindungi


dan menjaga kelstarian lingkungan. perusahaan dengan inisiatif turut
berpartisipasi dalam berbagai upaya global untuk menjaga kelestarian
lingkungan. inisiatif tersebut difokuskan terhadap peraturan, pemanfaatan
sumber daya secara efisien, pengelolaan air serta pengelohan limbah secara
tepat, pemanfaatan energi terbarukan dan mitigasi emisi gas rumah kaca.
Perusahaan ICBP juga dipilih untuk mengikuti kegiatan PROPER oleh
instansi pemerintah guna menjamin bahwa kegiatan operasional perusahaan
telah memenuhi persyaratan lingkungan yang berlaku.

14. SUMI INDO KABEL TBK


PT. Sumi Indo Kabel Tbk didirikan pada tanggal 23 Juli tahun 1981.
Perusahaan ini merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi
kabel. Berkantor pusat di Tangerang,Banten, perusahaan ini bergerak dalam
pembuatan Kabel Listrik, Kabel Telekomunikasi, dan Kawat Tembaga.
Pada tahun 1994 Sumi Indo Kabel ini berhasil mencatatkan saham untuk
pertama kalinya terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pencapaian
ini juga tak lepas dari dukungan Sumitomo Electric Industries, Ltd, Jepang,
yang merupakan salah satu yang terbesar di industri kabel dan kawat di
dunia. Perkembangan industri yang telah diraih produsen kabel ini seiring
dengan penerimaan pengakuan resmi standar sistem manajemen mutu dari
SGS, sertifikasi ISO 9001:2000 Untuk Power dan Kabel Kontrol, Telepon
dan Kabel Fiber optik pada tahun 2002. Prestasi yang dicapai ini merupakan
pengakuan pertama di Indonesia untuk Kabel Listrik dan Kawat Industri.

56
Dengan serangkaian prestasi yang telah dicapainya, cukup mengantarkan
PT Sumi Indo Kabel menjadi salah satu produsen kabel terintegrasi di
Indonesia.

Dalam kegiatan operasional, PT Sumi Indo Kabel memenuhi


seluruh ketentuan yang disyaratkan oleh ijin lingkungannya maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku, melalui kegiatan dan
pengembangan lingkungan seperti; Perseroan melakukan peningkatan
aktivitas penghematan energi melalui pemasangan air booster pada mesin
sehingga terjadi penurunan tekanan pada compressor yang berdampak pada
penurunan konsumsi listrik.Selain itu, Perseroan juga melakukan aktivitas
penghematan energi melalui pemasangan Inverter pada pompa air, yang
berdampak pada penurunan konsumsi listrik untuk kebutuhan pompa.
Melakukan pengelolaan air limbah domestik yang berasal dari operasional
Kantin Perusahaan dan Toilet menggunakan metode Sewage Treatment
Plant (STP) serta melakukan pemantauan kualitas air limbah untuk
memastikan bahwa air limbah sudah aman bagi lingkungan. sebagai
penghargaan dalam menjaga lingkungan, PT Sumi Indo Kabel berhasil
mempertahankan Sertifikat ISO 14001:2015 sampai pada periode 2017–
2020, dari PT.SGS Indonesia, serta meraih peringkat BIRU pada Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PROPER) yang diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup.

15. INDAL ALUMUNIUM INDUSTRY TBK


PT Indal Alumunium Industry Tbk. ("Indal") adalah salah satu
produsen aluminium ekstrusi terpadu terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Anak perusahaan Maspion Group ini memproduksi aluminium extruder
untuk produk architectural, electronic dan precision part, produk ladder/
tangga, dan produk komoditi lainnya. Perusahaan ini bermarkas di Surabaya
dan didirikan pada tahun 1971 oleh Alim Husein. Awalnya, Indal didirikan
sebagai perusahaan terbatas swasta. Selama beberapa tahun, perusahaan

57
berkembang menjadi perusahaan publik yang bergerak dalam bisnis
aluminium strategis dan sangat beragam. Perusahaan telah memiliki
sertifikat ISO 9001:2000, memiliki fasilitas produksi semi-otomatis, dan
divisi ekstrusi dan fabrikasi untuk memastikan proses produksi mematuhi
standar kualitas internasional. PT Indal Alumunium Industry Tbk.
berkeinginan untuk menjadi pemimpin pasar dalam ekstrusi aluminium dan
industri fabrikasi di Asia melalui inovasi, perbaikan yang berkelanjutan dan
komitmen total bagi pertumbuhan positif. Misinya adalah untuk terus
meningkatkan produktivitas dan efisiensi untuk meningkatkan nilai
pemegang saham. Dalam aspek lingkungan hidup, PT Indal Alumunium
Industry terus meningkatkan pengendalian dan standar produksi yang
dihasilkan tanpa menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar
dengan memastikan penggunaan sumber energi seperti listrik dan bahan
bakar serta pengelolaan limbah telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perseroan berkomitmen untuk mematuhi peraturan perundangan dan


persyaratan lainnya terkait denganpengelolaan lingkungan, mencegah
pencemaran lingkungan, mengupayakan efisiensi energi dan sumber daya
alam dan pemberdayaan lingkungan dengan melakukan penggunaan gas
alam yang lebih ramah lingkungan untuk proses produksi peleburan dan
pemanasan, dengan dampak tingkat polusi yang lebih rendah. Mendapatkan
peringkat biru untuk penilaian pengelolaan limbah dengan benar, sesuai
denganketentuan dan baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan undang-
undang Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dilakukannya
pemeriksaan terhadap sample air limbah, sample udara ambien dan emisi
udara oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo
secara berkala yang digunakan sebagai pelaporan evaluasi UKL-UPL secara
rutin.

Beberapa hal yang dilakukan Perseroan adalah regenerasi


pengadaan Mesin Press yang mampu menghasilkan penghematan daya

58
listrik sebesar 20% melalui teknologi inverter dan pompa yang terpasang di
dalam mesin, penggantian secara bertahap sarana penerangan lampu TL
(tubular lamp) atau lampu pijar dengan lampu LED (Light Emitting Diodes)
yang memiliki usia pakai dan efisiensi listrik beberapa kali lipat lebih baik,
serta hanya membutuhkan energi sebesar 10% dari energi yang dibutuhkan
lampu pijar.

16. INDOSPRING TBK


Indospring Tbk (INDS) didirikan tanggal 05 Mei 1978 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1979. PT. Indospring, Tbk adalah
sebuah perusahaan industri yang memproduksi pegas untuk kendaraan, baik
berupa pegas daun maupun pegas keong (pegas ulir) yang diproduksi
dengan proses dingin maupun panas. Lebih dari 35 tahun, PT. Indospring,
Tbk telah menyaksikan naik turunnya perekonomian Indonesia dan terus
berkembang berdasarkan peluang bisnis dalam permintaan di seluruh dunia.
Kecepatan pertumbuhan membuat PT Indospring Tbk menjadi produsen per
terbesar di Asia Tenggara.

Indospring memiliki program untuk pelestarian alam dan


lingkungan, beberapa kegiatan terkait meliputi kerja bakti dengan
masyarakat sekitar melakukan pembersihan lingkungan, pemberian bibit
pohon, pengelolaan sampah dan penghijauan. Perusahaan mengajak warga
sekitar belajar mengolah sampah menjadi kompos dan membagikan tempat
sampah daur ulang.

17. INDAH KIAT PULP & PAPER TBK


PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang penyedia kertas terbesar di Indonesia.
Perusahaan yang berlokasi di area seluas 550 hektar yang strategis karena
dekat dengan pusat distribusi di Serang, Banten. Perusahaan ini pertama kali
didirikan pada tahun 1991 sebagai solusi untuk semua kebutuhan akan
kertas kemasan dan karton. Produk-produk buatan perusahaan ini tidak

59
hanya memenuhi pasaran domestik saja, melainkan telah menembus
pasaran internasional. Perusahaan ini telah mengekspor hingga ke negara-
negara di Asia, Amerika Utara dan Selatan, Australia, Afrika, dan juga
Eropa.

Perkembangan produksi perusahaan ini semakin meningkat.


Terbukti bahwa pabrik dapat mencatatkan produksi tahunan dengan total
1.700.000 metrik ton karton. Perusahaan ini selalu berupaya melahirkan
inovasi-inovasi baru dalam produksinya. Dengan teknologi yang
diterapkannya yang berbasis pengolahan air limbah. Perusahaan ini ikut
serta dalam upaya pengurangan emisi dan konsumsi energi. Dalam usaha
menjadi perusahaan yang menerapkan Mekanisme Pengembangan Bersih,
perusahaan berkomitmen untuk melestarikan lingkungan dan memberikan
kontribusi untuk memerangi pemanasan global dengan operasi ramah
lingkungan dan program penanaman pohon besar-besaran untuk di area
pabrik dan sekitarnya.

18. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK


PT Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT Latinusa, Tbk.,
merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi tinplate
berkualitas tinggi dengan standar internasional. PT Latinusa, Tbk. Didirikan
pada 19 Agustus 1982 berdasarkan Akta Perseroan No.45 yang dibuat di
hadapan Imas Fatimah, SH, dan pemegang saham mayoritas saat ini adalah
Konsorsium Jepang yang terdiri dari Nippon Steel Corporation, Mitsui Co.
Ltd., Nippon Steel Trading Corporation dan Metal One. Nippon Steel
Corporation juga merupakan penyedia bahan baku utama kami, Tin Mill
Black Plate (TMBP). PT Pelat Timah Nusantara Tbk memiliki tenaga kerja
dengan keahlian tinggi yang selalu siap membantu para pelanggan kami
dalam menyelesaikan permasalahan tinplate mereka. Dengan pengalaman
lebih dari 35 tahun dan pengembangan yang berkelanjutan, kami bertekad
untuk memberikan kepuasan menyeluruh bagi para pelanggan melalui

60
tinplate berkualitas tinggi, pelayanan yang baik serta berbagai keunggulan
perusahaan kami.

Perseroan berkomitmen untuk mengurangi jejak lingkungan dengan


menerapkan operasional yang lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu,
Perseroan juga memiliki komitmen untuk menyelaraskan antara kegiatan
operasional dengan kelestarian lingkungan. Perseroan senantiasa
memastikan setiap kegiatan semaksimal mungkin dapat berdampak positif
terhadap lingkungan, terutama dalam pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan, yang diwujudkan melalui partisipasi Perseroan dalam
kegiatan kelestarian lingkungan.

Sebagai perusahaan yang bergerak di industri semen (dan turunannya),


Indocement menyadari bahwa kegiatan operasionalnya akan memberikan
dampak dan risiko terhadap lingkungan. Aktivitas operasional Perseroan
berpotensi mengubah bentang alam, mengganggu ekosistem,
mengakibatkan terjadinya polusi udara, polusi air, polusi suara dan
menghasilkan limbah. Perseroan memberikan perhatian yang sangat besar
terhadap seluruh dampak dan risiko tersebut dan terus melakukan upaya
mitigasi untuk mengurangi dampak dan risiko tersebut. Upaya yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Meminimalkan emisi debu dengan konversi dari EP ke bag filter.
2. Mengembangkan sistem informasi lingkungan di seluruh unit operasi
melalui integrasi SISPEK ke Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
3. Terus meningkatkan pemakaian bahan bakar dan material bahan baku
alternatif.
4. Terus-menerus melakukan perbaikan efi siensi air dan penurunan beban
pencemar air.
5. Terus menerus melakukan inovasi dalam konservasi energi.
6. Secara terus menerus melakukan 3R limbah B3 dan 3R limbah non-B3.

61
7. Melakukan pemeliharaan peralatan monitoring debu, gas dan air secara
terus-menerus.
8. Meningkatkan pengetahuan SDM tentang undang-undang, peraturan
pemerintah, dan sistem manajemen yang diterapkan perusahaan.

Indocement berkomitmen untuk melakukan program reklamasi dan


penghijauan di lokasi operasional dan penambangan yang dilakukan
Perseroan. Aktivitas penambangan bahan baku semen memengaruhi
keberadaan habitat flora dan fauna lokal untuk sementara waktu. Guna
mengurangi dampak negatif bagi keanekaragaman hayati, Perseroan
melakukan perencanaan, pelaksanaan dan rehabilitasi kawasan
penambangan berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014
dengan berpedoman pada sejumlah dokumen lingkungan, seperti analisa
dampak lingkungan (AMDAL), rencana pengelolaan lingkungan/rencana
pemantauan lingkungan (RKL/RPL), RKAB, dokumen rencana reklamasi,
dan laporan triwulan.Kegiatan reklamasi terdiri dari penataan lahan
(regrading), penanaman (revegetasi), pengendalian erosi dan sedimentasi
serta pemeliharaan tanaman. Untuk memulihkan kondisi lahan seperti
semula, kegiatan reklamasi juga mempertimbangkan program konservasi
keanekaragaman hayati setempat.

19. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA TBK


PT Steel Pipe Industry of Indonesia, Tbk. (PT SPINDO, Tbk.)
adalah produsen pipa baja dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia
dan berpengalaman dalam memproduksi berbagai macam pipa baja/tabung
dan berbagai produk terkait lainnya, serta selalu inivatif dalam rangka
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik para konsumennya. Didirikan
pada tahun 1971 dengan kantor pusat di jalan Kalibutuh 189-191, Surabaya.
Serta kantor perwakilan di Jalan Pangeran Jayakarta 55, Jakarta. Saat ini
perusahaan memperkerjakan sekitar 1000 karyawan dan mengoperasikan
lima unit pabrik yang modern dengan luas.

62
Jaminan mutu produk selalu dilakukan perusahaan dengan
penerapan suatu progam sistim evaluasi mutu yang ketat dan selaras dengan
telah diterimanya sertifikat Internasional ISO 9002 dan API 5L oleh
perusahaan ini. Sesuai dengan persyaratan mutu internasional PT.SPINDO
memenuhi standar ASTM, BS, JIS, ISO, API, AS dan SNI. Jaminan mutu
produk kami telah dikenal dunia luas seperti Jepang, Singapore, Taiwan,
Amerika, Australia, dsb. Standar mutu produk kami mengharuskan setiap
pipa mengalami uji tekanan tinggi untuk menghindari kebocoran.
Perusahaan kami selalu menggunakan standar peralatan uji coba yang
tinggi, misalnya: Hidrostatic,Machine, Ultrasonic Test & Evaluation
Machine, Holiday Detector, Thickness Gauge dsb. Data dari hasil uji coba
tersebut selalu disimpan dalam suatu bank-data yang akan menjadi acuan
dalam pencarian segala bentuk informasi dan keputusan di segala tingkatan.

PT SPINDO berkomitmen dalam menetapkan ketaaan terhadap


peraturan dan perundangan-undangan terkait tanggung jawab terhadap
lingkungan hidup yang mengacu pada Undang-Undang No.32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perundangan
tersebut menjadi salah satu dasar hukum bagi Perseroan dalam menyusun
program kerja seiring dengan komitmen Perusahaan terhadap Tata Kelola
Perusahaan yang baik, sebagaimana disyaratkan perundangan. Wujud
upaya lainnya adalah menerapkan ketaatan terhadap peraturan dan
perundangan-undangan yaitu dengan memiliki izin lingkungan, UKP dan
UPL, izin pengelolaan limbah, membuat prosedur kepatuhan perundangan,
membuat prosedur-prosedur operasi standar lain yang berkaitan dengan
Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan (Health, Safety and Environment
/ HSE). PT SPINDO juga turut serta dalam Program PROPER (Program
Peringkat Kinerja Lingkungan) di Unit 3, Warugunung, yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup setiap satu tahun
sekali. Selain itu, Perseroan juga mengikuti program SKPL (Status Kinerja
Pengelolaan Lingkungan) yang dilaksanakan oleh Dinas lingkungan kota
berupa Pengawasan dan Penilaian Ketaatan terhadap Lingkungan dengan

63
penilaian setiap tahun sekali. Selama 3 tahun berturut, Perseroan
mendapatkan sertifikat dengan predikat “Taat”.

20. JAPFA COMFEED INDONESIA TBK


PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang agri-food terbesar dan ter-integritas di
Indonesia. Unit bisnis utama perusahaan ini yakni pembuatan pakan ternak,
pembibitan ayam, pengolahan unggas serta pembudidayaan pertanian.
Keunggulan dari perusahaan ini meliputi integrasi vertikal dan skala
ekonomi. Hal ini dimaksud bahwa perusahaan menjalin hubungan baik
antara operasional yang dilakukan di hulu dengan hilir. Dengan dijaganya
hubungan tersebut maka akan terjamin kualitas produk yang unggul. Di
samping itu dengan skala ekonomi, Japfa menawarkan produk-produk
dengan biaya yang terjangkau bagi konsumen Indonesia.

Awal berkembangnya perusahaan ini dimulai pada era tahun 1970-


an. Japfa pertama kali didirikan sejak tahun 1971 dengan nama PT Java
Pelletizing Factory. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan yang
terjalin antara PT Perusahaan Dagang & Industri Ometraco dan
International Graanhandel Thegra NV of the Netherlands. Pada awalnya
perusahaan ini bergerak dalam industri kopra pelet sebagai produk
utamanya. Sejak berdirinya perusahaan terus melakukan ekspansi.
Puncaknya yakni perubahan status perusahaan menjadi perusahaan terbuka
seiring dengan pencatatan saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya sejak Oktober 1989. Dengan dilakukannya penawaran saham
sejak tahun 1990, perusahaan kemudian menjelma menjadi perusahaan
yang memiliki kekuatan finansial dalam sektor pakan ternak.

Japfa terus melakukan pengembangan perusahaan dengan


melakukan kerjasama kemitraan dengan beberapa perusahaan lainnya. Pada
era tahun 1990-an, Japfa melakukan akuisisi strategis dengan empat
perusahaan yang bergerak dalam bidang pakan ternak. Perusahaan tersebut

64
antara lain PT Comfeed Indonesia, PT Ometraco Satwafeed, PT Indopell
Raya serta PT Suri Tani Pemuka. Di samping itu, Japfa juga melakukan
proses akuisisi tahap kedua pada tahun 1992 dengan mengambil alih PT
Multibreeder Adirama Indonesia dengan bisnis utama pembibitan ayam.
Tak hanya itu, pada tahun yang sama Japfa juga melakukan
pengambilalihan terhadap PT Ciomas Adisatwa yang bergerak dalam
pengolahan unggas dan Suri Tani Pemuka dengan budidaya udang. Dengan
berbagai rangkaian akuisisi ini mendukung perusahaan menjadi salah satu
perusahaan produsen unggas dan udang terbesar di Indonesia.

Japfa merupakan perusahaan yang bergerak di industri agrikultur


yang sebagian kegiatan usaha berhubungan langsung dengan lingkungan
hidup. Karena itu, Japfa berkomitmen untuk menyelaraskan antara kegiatan
operasional dengan kelestarian lingkungannya. Japfa senantiasa
memastikan setiap kegiatan semaksimal mungkin dapat berdampak positif
terhadap lingkungan, terutama dalam pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan, yang diwujudkan melalui partisipasi perusahaan dalam
kegiatan kelestarian lingkungan. Salah satu wujud kepedulian Japfa
terhadap lingkungan hidup yaitu menerapkan praktik agrikultur yang baik
dan mematuhi regulasi yang berlaku. Pada setiap lokasi operasionalnya,
Perseroan berpedoman pada ketentuan yang terdapat di dalam dokumen
lingkungan yaitu AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup) atau UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup) yang masih berlaku. Dengan demikian
dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan.

21. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK


Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817.
Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958,

65
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan
farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi
PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma
(Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT
Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan.
Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah
merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berdasarkan persetujuan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada
tanggal 28 Februari 2020 dan terjadi perubahan nama perusahaan yang
semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk.

Kimia Farma memiliki komitmen yang tinggi terhadap pelestarian


lingkungan hidup. Perseroan senantiasa mengedepankan aspek lingkungan
dalam aktivitas operasionalnya, khususnya dalam proses produksi dimana
Kimia Farma banyak menggunakan bahan kimia yang jika tidak ditangani
dengan baik dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

Kimia Farma bergerak di industri kesehatan, khususnya farmasi


sehingga pengelolaan limbah, khususnya limbah B3 menjadi tantangan
utama bagi Perseroan. Di samping itu, terdapat sejumlah isu lingkungan lain
yang juga dihadapi Perseroan, antara lain emisi, efisiensi energi,
penggunaan produk dan bahan baku ramah lingkungan. Oleh karena itu,
Kimia Farma melakukan berbagai hal agar dapat terus menekan dampak
negatif dari operasional perseroan terhadap lingkungan hidup diantaranya;
pengelolaan emisi mengupayakan agar proses pembakaran pada sumber
emisi secara sempurna dengan pemeliharaan/perawatan rutin pada alat
pembakaran dan memasang alat pengendali udara, agar emisi yang
dihasilkan benar–benar memenuhi baku mutu. Pengolahan limbah Pabrik
Kimia Farma berbasis efisiensi dan penggunaan kembali atau recycle,

66
pemanfaatan wadah bekas sebagai bahan kemasan limbah B3, pengolahan
sampah organik menjadi pupuk organik, kertas bekas recycle ke pabrik
kertas kembali dan lain-lain.
Upaya efisiensi penggunaan air yang dilakukan antara lain adalah
pemanfaatkan kembali air (reject) dari water treatment sebagai air sanitasi
di area perkantoran dan memanfaatkan sebagian air water treatment untuk
penyiraman tanaman non pangan dan buah.

22. KMI WIRE AND CABLE TBK


PT KMI Wire and Cable Tbk didirikan berdasarkan Akta Pendirian
No. 42 pada tanggal 19 Januari 1972 dibuat di hadapan Djojo Muljadi, S.H
Notaris di Jakarta dengan nama PT Kabelmetal Indonesia oleh Kabel-und
Metalwerke Guetehoffnungshuette AG, sebuah perusahaan dari Jerman
yang kemudian hari berubah nama menjadi Kabelmetal Electro Gmbh.
Produk komersial pertama Perseroan diluncurkan pada tahun 1974 dengan
menggunakan merek KABELMETAL.

Pada tanggal 20 Desember 1996, Perseroan berubah nama menjadi


PT GT Kabel Indonesia Tbk, berdasarkan akta Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Kabelmetal Indonesia No. 47,
Tahun 1996 oleh Notaris Nursasono, S.H. Sejak tahun 2008, nama
Perseroan menjadi PT KMI Wire and Cable Tbk dan telah dicatatkan dalam
Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. tanggal 15 Juli 2008 yang dibuat
oleh Notaris Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, S.H, di Jakarta. Perseroan
tetap mempertahankan merek "Kabelmetal Indonesia" untuk pasar
domestik, dan merek "KMI Wire and Cable" untuk produk yang dipasarkan
di luar negeri.
Perseroan salah satu pemasok kabel listrik berkualitas kepada PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero). Perseroan juga merupakan pemasok
kabel utama untuk sektor swasta dan industri, yaitu minyak dan gas,
pertambangan, berbagai industri dan lainnya, baik secara langsung atau
melalui rantai distributor dan reseller nasional.

67
Komitmen Perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap
lingkungan, serta sebagai upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup,
dijalankan melalui Departemen Quality Assurance. Departemen ini
menyusun program kerja berlandaskan peraturan perundangan yang
berlaku, salah satunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan telah
memiliki sertifikasi ISO 14001:2015 untuk Sistem Manajemen Lingkungan
yang dikeluarkan oleh SICS.

Perusahaan senantiasa berupaya untuk meminimalkan keluaran


limbah yang membahayakan bagi lingkungan hidup dan masyarakat. Untuk
itu, Perusahaan melakukan pengukuran limbah secara berkala, termasuk
emisi benda tidak bergerak dari cerobong, emisi benda bergerak dari
kendaraan bermotor, dan limbah cair domestik. penggunaan air secara terus
menerus juga dapat mengakibatkan bumi kekurangan air bersih. Dalam
proses operasionalnya, sumber air yang digunakan perusahaan berasal dari
PDAM. Oleh karena itu, Perusahaan juga melakukan upaya penghematan
pemakaian air yang digunakan untuk operasional Perusahaan. Perusahaan
telah memiliki sertifikasi ISO 14001:2015 untuk Sistem Manajemen
Lingkungan yang dikeluarkan oleh SICS.

23. KABELINDO MURNI TBK


PT Kabelindo Murni Tbk didirikan pada tahun 1972 dengan nama
PT Kabel Indonesia (“Kabelindo”) yang merupakan perusahaan Penanaman
Modal Asing (PMA). Kemudian pada tahun 1979, kepemilikan Perseroan
berubah menjadi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
dan namanya berubah menjadi PT Kabelindo Murni.

PT. Kabelindo Murni Tbk. adalah perusahaan yang memproduksi


kabel yang bermarkas di Indonesia. Perusahaan ini bagian dari PT. Kabel
Indonesia (KABELINDO), sebuah perusahaan milik asing sebagai salah
satu manufaktur kabel pertama di Indonesia. Pada tahun 1979, kepemilikan

68
perusahaan dialihkan adalah untuk bangsa Indonesia dan namanya diubah
menjadi PT. Kabelindo Murni tahu seperti saat ini. Perusahaan tercatat di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan menjadi go public pada 1992. Sebagai lini
bisnis perusahaan yang menghasilkan kawat, kabel dan aksesoris kawat
untuk semua jenis aplikasi, PT. Kabelindo Murni Tbk. telah diakui sebagai
salah satu kawat produsen terkemuka di Indonesia dengan mutu dan layanan
yang berkualitas.

PT Kabelindo Murni berkomitmen untuk tetap menjaga lingkungan


Perseroan dan sekitarnya tetap hijau, sehat dan tertata rapi. Demikian juga
Perseroan peduli terhadap penggunaan bahan-bahan (material) dan energi
yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang serta sistem pembuangan
limbah yang aman dan terkoordinasi serta sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. PT Kabelindo Murni juga berpartisipasi dalam Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam pengelolaan lingkungan
hidup.

PT Kabelindo Murni berinisiatif memeliharan dan menjaga kelestarian


lingkungan di sekitar perusahaan melalui berbagai program, antara lain:
1. Penghijauan dengan menanam pohon di sekeliling lokasi pabrik
bertujuan untuk menjaga kestabilan tanah baik dalam kondisi normal
maupun abnormal (misalnya curah hujan tinggi dan gempa) serta dapat
mereduksi debu dan kebisingan. Beberapa tanaman yang ditanam di
lokasi kegiatan antara lain eucalyptus, trembesi, angsana, beringin, jati
emas, kamboja, pucuk merah, lidah buaya, dll.
2. Pembuatan sumur resapan sebagai overflow ke saluran drainase.
3. Pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) untuk meningkatkan laju
peresapan air hujan ke dalam tanah.
4. Program 5R – Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin. Seluruh area
perkantoran dan pabrik menjalankan prinsip dasar ini untuk memelihara
tempat kerja dan lingkungan yang kondusif.

69
24. KINO INDONESIA TBK
PT Kino Indonesia Tbk (Kino) berawal dari sebuah perusahaan
distribusi kecil bernama PT Dutalestari Sentratama (DLS) yang didirikan
pada 1991. Memanfaatkan peluang yang ada saat itu, pengembangan usaha
dilakukan DLS dengan mendirikan PT Kino Sentra Industrindo (KSI),
sebuah perusahaan produksi makanan ringan pada 1997. KSI memfokuskan
diri pada aneka produk makanan ringan seperti permen, snack, dan cokelat,
serta minuman berperisa dalam bentuk serbuk yang hingga kini dijual di
pasar Indonesia maupun mancanegara. Produk pertama yang diluncurkan
oleh KSI adalah “Kino Candy”. Melihat keberhasilan pencapaian
sebelumnya, pada 1999, Perseroan mendirikan PT Kinocare Era
Kosmetindo sebagai produsen aneka produk perawatan tubuh untuk semua
gender dan usia. Pada 2014, PT Kinocare Era Kosmetindo berganti nama
menjadi PT Kino Indonesia. Kualitas produk Kino telah memenuhi standar
kualifikasi internasional, terbukti dengan meningkatnya permintaan pasar
dari seluruh dunia. Hingga saat ini, Kino memiliki 33 merek yang beberapa
di antaranya berhasil mendapatkan pengakuan sebagai merek pilihan utama
para konsumen.

PT Kino Indonesia berkomitmen meminimalisir dampak negatif dari


aktivitas usaha serta ikut berpartisipasi dalam upaya memperbaiki kualitas
lingkungan. Komitmen tersebut dibuktikan melalui pelaksanaan inisiatif
tanggung jawab lingkungan berupa :
Penggunaan Bahan Material yang Ramah Lingkungan, Penggunaan bahan
material yang ramah lingkungan di Perseroan dimulai dari kerja sama
dengan vendor terkait bahan baku produk. Perseroan menjalin kerja sama
dengan vendor-vendor yang menerapkan prinsip keberlanjutan.
Pengendalian Emisi, pengukuran emisi udara pada cerobong boiler serta
pengukuran kualitas udara di lingkungan sekitar pabrik merupakan upaya
yang dilakukan Perseroan dalam rangka mengendalikan emisi. Pada tahun
2020, hasil pengendalian emisi menunjukkan bahwa hasil pengukuran
keseluruhan plant masih di bawah baku mutu sebagaimana ditentukan

70
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep.13/MENLH/3/1995 Lamp. V dan Kep.03/BAPEDA/09/1995. Hasil
tersebut dilakukan oleh pihak ketiga dan memperoleh hasil bahwa Perseroan
telah memenuhi baku mutu lingkungan.
Program Kino Hijau diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan tanggung
jawab di bidang lingkungan dengan melakukan pengumpulan karton bekas
sebanyak 3000 kg/bulan, pembuatan tempat sampah dari limbah gentong
plastik ukuran 200 liter dan 150 liter, dan penanaman 1000 pohon.

25. KALBE FARMA TBK


Berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari usaha
sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di
Indonesia. Melalui proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha
& akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan bertransformasi menjadi penyedia solusi
kesehatan terintegrasi melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat
Resep (kontribusi 23%), Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi
Nutrisi (kontribusi 30%), serta Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi
30%). Keempat divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat
bebas yang komprehensif, produk-produk minuman energi dan nutrisi, serta
usaha distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh
kepulauan Indonesia.

Pengelolaan lingkungan menjadi salah satu prioritas grup Kalbe


untuk turut berkontribusi pada kelestarian alam, perlindungan bumi dan
keberlanjutan ekosistem di masa mendatang. Secara prinsip, Kalbe pun turut
bertanggung jawab memastikan ketersediaan dan daya dukung lingkungan
yang baik bagi generasi mendatang. Bagi Kalbe, komitmen terhadap
lingkungan, juga merupakan bagian dari upaya menciptakan kehidupan
yang lebih baik, sejalan dengan Misi perusahaan. Kebijakan terkait
pengelolaan lingkungan Kalbe mengacu pada pemenuhan persyaratan
peraturan perundangan dan komitmen perlindungan lingkungan, yang telah
dirumuskan secara internal dalam Kebijakan Health, Safety, Security and

71
Environment (HSSE). Sedangkan implementasi teknis pelaksanaan dan
pengelolaan lingkungan kerjanya diatur dalam dokumentasi referensi utama
grup Kalbe, yaitu CHSSE Manuals dan Guidelines.

Kalbe memastikan bahwa praktik pengelolaan lingkungan telah


sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan selalu berupaya untuk
menciptakan nilai lebih. Secara internal dan eksternal, upaya pengelolaan
dan perlindungan lingkungan, telah menjadi budaya perusahaan yang
menyatu, di mana Kalbe pun turut memastikan kepada seluruh vendor
strategisnya agar juga melakukan hal yang sama, agar tercipta pembinaan
ekosistem bisnis Kalbe secara berkelanjutan.

26. MALINDO FEEDMILL


PT Malindo Feedmill Tbk didirikan untuk pertama kalinya pada
tahun 1997 sebagai anak cabang dari dua perusahaan asal Malaysia yakni
Leong Hup Holding Berhad dan Emivest Berhad. Perusahaan ini
memproduksi dan mendistribusikan pakan ternak, khususnya pakan ternak
broiler dan Commerciall Day Chicks (DOC). Disamping itu, perusahaan ini
juga berinvestasi pada anak perusahaan yang memproduksi dan
memasarkan induk produksi DOC, Commercial DOC dan ayam broiler.
Pada awal berdirinya tahun 1997, perusahaan ini bernama PT Gymtech
Feedmill Indonesia yang kemudian berganti nama pada tahun 2000 menjadi
PT malindo Feedmill sejak Lau Family mengambil alih usaha pakan ternak
ini. Beberapa anak cabang dari perusahaan ini antara lain PT Bibit
Indonesia, PT Prima Fajar, PT Leong Ayamsatu Primadona, PT Quality
Indonesia. Dengan komitmennya dalam menjaga kualitas produk yang
ditawarkan membuat Malindo menjadi salah satu produsen pakan ternak
terkemuka di Indonesia.

Komitmen Perusahaan untuk menjaga kelestarian lingkungan


dilakukan melalui konsep Resource Efcient and Cleaner
Production(RECP). Konsep RECP ini meliputi tiga hal yaitu peningkatan

72
kinerja ekonomi melalui peningkatan penggunaan sumber daya produktif,
perlindungan lingkungan dengan melestarikan sumber daya dan minimal
dampak industri pada lingkungan dan peningkatan sosial dengan
menyediakan pekerjaan dan melindungi kesejahteraan pekerja dan
komunitas lokal.

PT Malindo menerapkan konsep RECP melalui perlindungan


lingkungan dengan melestarikan sumber daya dan meminimalkan dampak
industri pada lingkungan, di mana Perusahaan telah menggantikan material
batubara pada mesin boiler dengan cangkang sawit yang lebih ramah
lingkungan. Penggunaan cangkang sawit untuk mesin boiler telah dimulai
Perusahaan sejak tahun 2017.

Seluruh pabrik pakan Malindo Comfeed telah menggunakan


cangkang sawit. Sebelum pelaksanaan RECP, penggunaan cangkang sawit
untuk mesin boiler di atas 15 kg/ton pakan. Namun sejak menerapkan RECP
pada September 2019, penggunaan cangkang sawit untuk mesin boiler
hanya menghabiskan 12 kg/ton pakan. Ini merupakan salah satu langkah
Perseroan dalam upaya menjaga sustainability dan mengurangi dampak
terhadap lingkungan. Atas aksinya ini, Perseroan mendapatkan
penghargaan dari United Nations Industrial Development Organization
(UNIDO), organisasi pengembangan industri di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa.

Pemantauan terhadap kualitas lingkungan kerja aktif dilakukan


perusahaan setiap 6 (enam) bulan sekali oleh pihak ketiga yang terakreditasi
KAN dan telah ditunjuk Perusahaan. Pemantauan kualitas lingkungan ini
meliputi kualitas udara, kualitas air, kualitas air limbah, kualitas emisi, dan
kebisingan.

73
27. MULTI BINTANG INDONESIA TBK, PT
Perseroan didirikan pada 1929 di Medan dengan nama NV
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Mulai beroperasi secara komersial
dua tahun kemudian, pada 21 November 1931, bertepatan dengan
pembukaan brewery pertamanya di Surabaya. Pada 1936, Perseroan
merelokasi domisili resminya dari Medan ke Surabaya.Di tahun yang sama,
Heineken menjadi pemegang saham utama Perseroan, mengubah nama
Perseroan menjadi N.V. Heineken’s Nederlandsch-Indische
Bierbrouwerijen Maatschappij. Setelah ditutup selama Perang Dunia II,
brewery melanjutkan kembali usahanya pada 1949 dan meluncurkan bir
Heinekenke pasar Indonesia. Pada 1951 Perseroan mengubah namanya
kembali menjadi Heineken’s Indonesische Bierbrouwerijen Maatschappij
NV.Kemudian pada 1972, Perseroan kembali mengubah namanya menjadi
P.T. Perusahaan Bir Indonesia, dan membangun brewery baru di Tangerang,
yang mulai beroperasi pada 1973.Pada 1 Januari 1981, Perseroan
mengakuisisi produsen bir dan minuman yang berbasis di Medan, P.T.
Brasserie de l’Indonesia. Pada 2 September 1981, Perseroan memindahkan
domisilinya ke Jakarta sekaligus mengubah nama menjadi PT Multi Bintang
Indonesia.Selanjutnya pada 1981, Perseroan mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Sejak merger
antara BEJ dan BES pada Desember 2007, saham Perseroan telah dicatatkan
diBursa Efek Indonesia (BEI). PT. Multi Bintang Indonesia memproduksi
Bintang Radler, Bintang Zero, Strongbow Cider, Fayrouz minuman fruit
soda dengan rasa pir dan nanas, Heineken Light, dan Green Sands.

Ditengah meningkatnya tantangan global dari perubahan iklim,


kelangkaan air, kemiskinan dan ketidaksetaraan, PT Multi Bintang
Indonesia memahami bahwa menjalankan bisnis mensyaratkan tanggung
jawab lebih tinggi dibanding sekadar memperoleh untung. Melalui
operasional perisahaan, perusahaan berupaya keras menciptakan nilai bagi
seluruh pemegang saham dengan mendorong perubahan positif di
masyarakat dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

74
Produksi PT Multi Bintang Indonesia sangat bergantung pada air
dan produk pertanian sebagai bahan dasar, serta masyarakat yang sejahtera
yang mampu membeli produk kami; dimana keduanya mungkin terancam
oleh tantangan-tantangan diatas. Dengan menemukan cara untuk melakukan
bisnis yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan, PT Multi Bintang
Indonesia memperkecil risiko kritis Perseroan kedepan.

Strategi keberlanjutan yang dilakukan oleh PT Multi Bintang


Indonesia, Brewing a Better Indonesia, menetapkan target dan indikator
untuk mencapai visi keberlanjutan fokus di 6 (enam) bidang: Selamatkan
Tiap Tetes (melindungi sumber daya air), Turunkan C (mengurangi emisi
CO2), Sumber Keberlanjutan, Advokasi Konsumsi yang Bertanggung
Jawab, Majukan Kesehatan dan Keselamatan, dan Tumbuh bersama
Komunitas, dengan mana kami meyakini kami dapat membuat perbedaan.
Hal-hal penting dalam setiap bidang tersebut dijelaskan di halaman-
halaman berikut.

Tindakan, investasi, dan hasilnya yang dijelaskan dalam lapoaran ini


secara jelas memperlihatkan fakta bahwa komitmen Multi Bintang
melakukan bisnis secara berkelanjutan melekat pada bisnis itu sendiri. Di
2019, Perseroan menerima beberapa penghargaan sebagai apresiasi
terhadap komitmennya untuk mencapai keseimbangan diantara orang,
bumi, dan kesejahteraan, termasuk Green CEO Award untuk Presiden
Direktur kami terdahulu, Michael Chin, dan Top 5 Social Business
Innovation Companies Award (kategori F&B) dari Warta Ekonomi.

28. MUSTIKA RATU TBK


PT. Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan nasional yang
bergerak dalam industri pembuatan jamu, kosmetik dan bahan-bahan untuk
perawatan kecantikan. Awal berdirinya perusahaan kosmetik terbesar di
Indonesia ini tidak lepas dari peran penting sang pendirinya, yakni puteri

75
keturunan Keraton Surakarta DR. Hj. BRA Mooryati Soedibyo, S.S,
M.Hum. Dengan membawa tradisi keluarga yang telah berjalan selama
bertahun-tahun akan keterampilan meramu bahan-bahan alami untuk dibuat
jamu yang nantinya dibuat untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. PT
Mustika Ratu berdiri pada tahun 1975. Pada awal produksinya, Mustika
Ratu hanya membuat 5 macam jamu, beberapa lulur dan kosmetik
tradisional lain seperti lulur, mangir, bedak dingin, dan air mawar. Namun
penambahan varian produk dirasa perlu untuk memenuhi permintaan
konsumen sejalan dengan penambahan karyawan pada tahun-tahun
berikutnya. Produk-produk Mustika Ratu mulai didistribusikan ke toko-
toko melalui salon-salon kecantikan yang meminta menjadi agen sejak
tahun 1978 mulai dari Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Mustika Ratu menjelma menjadi perusahaan jamu dan kosmetik


terbesar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan pencatatan saham untuk
pertama kalinya dalam jajaran nama perusahaan di Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 27 Juli 1995. Hingga saat ini Mustika Ratu telah
mempekerjakan lebih dari 3000 orang karyawannya yang telah
memproduksi banyak varian jamu dan kosmetik, di antaranya perawatan
rambut (shampoo bayam, minyak cem-ceman, shampoo merang, rice straw
shampoo, hibiscus leaf 2in1 shampoo, dll.), perawatan wajah (pembersih
jeruk nipis, ketimun, sari sekar gambir, mawar, penyegar mawar merah,
ketimun, dll.), perawatan badan (zaitun, pepaya, kopi body care, dlll.), tren
warna 2012 Amuspa Buketan, dll., jamu beras kencur, kunir asam, dan
masih banyak lagi produk jamu dan kosmetik lainnya.

PT Mustika Ratu Tbk percaya bahwa pertumbuhan bisnis dengan


mengorbankan lingkungan tidak hanya sekedar tidak bisa diterima, namun
juga tidak berkelanjutan dilihat dari sisi komersial. Sehingga keseimbangan
antara manusia, planet dan profit adalah upaya untuk mengembangkan
usaha seraya meningkatkan dampak sosial yang positif dan mengurangi
dampak negatif dari kegiatan operasional Perseroan terhadap Lingkungan

76
Hidup. Sebagai industri yang melakukan proses produksi, limbah buangan
hasil produksi harus dikelola dengan baik agar tidak berdampak negatif bagi
lingkungan guna mewujudkan komitmen tersebut, seluruh pabrik Perseroan
telah memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, baik dalam hal izin
pengelolaan limbah padat maupun manajemen limbah cair. Penerapan di
bidang lingkungan dijalankan Perseroan dengan berpedoman pada Undang-
undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Penerapan Dokumen Lingkungan Hidup Perseroan menjamin


seluruh pabrik yang dimiliki telah memenuhi syarat/ketentuan peraturan
yang berlaku terkait lingkungan hidup. Salah satunya, mempunyai dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan lingkungan
Hidup (UKL/ UPL) yang telah disahkan oleh otoritas pemerintah setempat
pabrik berada. Efisiensi energi juga diterapkan dengan hal sederhana yang
memberikan dampak besar. Di Perseroan hal ini diwujudkan melalui
kesadaran untuk mematikan lampu dan pendingin udara sebelum
meninggalkan kantor atau pabrik, serta menggunakan air untuk mencuci
tangan secara wajar.

29. MAYORA INDAH TBK, PT


PT. MAYORA INDAH Tbk merupakan kelompok bisnis yang
memproduksi makanan terkemuka di Indonesia. Mayora Indah telah
berkembang menjadi salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods
Industry yang telah diakui keberadaan-nya secara global. Terbukti bahwa
Mayora Indah telah menghasilkan berbagai produk berkualitas yang saat ini
menjadi merek-merek terkenal di dunia, seperti Kopiko, Danisa, Astor,
Energen, Torabika dan lain-lain. Perusahaan ini pertama kali didirikan sejak
17 Februari 1977 sebagai sebuah industri biskuit rumah sederhana yang
hingga sekarang mampu berkembang dengan pesat menjadi salah satu
kelompok usaha yang ter-integrasi di Indonesia. Perkembangan perusahaan
juga ditorehkan dengan merubah status perusahaan menjadi perusahaan

77
terbuka seiring dengan pencatatan saham perusahaan untuk pertama kali di
Bursa Efek Jakarta sejak 4 Juli 1990. Pada tahun-tahun berikutnya
perusahaan terus melakukan ekspansi cepat untuk menjadi sebuah
perusahaan yang berbasis ASEAN. Salah satu usaha-nya yakni mendirikan
fasilitas produksi dan beberapa kantor pemasaran yang terletak di beberapa
negara di Asia Tenggara.

Sebagai produsen makanan, Perseroan hampir tidak memiliki


limbah yang dapat mencemari lingkungan. Disamping itu, Perseroan juga
berkomitmen mengembangkan industri yang ramah lingkungan. Setiap
aspek di dalam rantai produksi yang dapat berpengaruh pada lingkungan
kami pantau dan kendalikan secara sungguh-sungguh. Mulai dari kualitas
hasil instalasi pengolah air limbah, kualitas emisi gas buang dari proses
pembakaran, tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari mesin-mesin
produksi, semuanya dilakukan pengujian baik oleh pihak internal maupun
oleh eksternal. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa proses produksi
yang kami lakukan aman bagi lingkungan.

Selain itu, PT Mayora Indah bekerja sama dengan pihak profesional


dalam pemanfaatan kembali limbah padat yang dihasilkan dari proses
pengolahan instalasi pengolah air limbah dari pabrik untuk diolah menjadi
pupuk organik yang bisa digunakan oleh petani untuk menyuburkan lahan
pertaniannya. Untuk lebih mengurangi buangan limbah padat hasil produksi
yang tidak dapat digunakan kembali, dengan mempersiapkan unit instalasi
pembangkit uap yang dapat memanfaatkan ampas produksi sebagai bahan
bakarnya. Hal ini juga sejalan dengan upaya Perseroan dalam penghematan
energi yang dijalankan.

30. PELAT TIMAH NUSANTARA TBK


Pelat Timah Nusantara Tbk (dikenal dengan nama PT Latinusa)
(NIKL) didirikan tanggal 19 Agustus 1982 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1986. Ruang lingkup kegiatan NIKL adalah

78
bergerak dalam bidang industri pengolahan (termasuk perdagangan), yaitu
industri penggilingan baja, melakukan kegiatan usaha penunjang untuk
mendirikan pabrik, dan memproduksi bahan baku kemasan, serta
perdagangan besar produk lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan
ditempat lain. Produk utama Latinusa adalah menyediakan produk tinplate
dalam bentuk gulungan (coil) dan lembaran (potongan straight dan
potongan scroll).

Produksi ramah lingkungan mendapat perhatian penting sebagai


salah satu praktik bisnis yang menjadi bagian dari tanggung jawab
Perusahaan dalam rangka mendukung upaya pelestarian lingkungan. PT
Latinusa melakukan tanggung jawabnya kepada lingkungan dan masyarakat
dengan terus memantau limbah yang dihasilkan pada fasilitas manufaktur
untuk mengurangi dampak merugikan dari polusi terhadap lingkungan.
Sebagai bagian dari inisiatif untuk mengendalikan pencemaran terhadap
lingkungan, fasilitas produksi Perusahaan dilengkapi dengan sistem
pengelolaan limbah yang komprehensif untuk limbah cair dan padat.
Fasilitas tersebut mencakup Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk
pembuangan limbah cair dari proses produksi. Latinusa juga melakukan
investasi tambahan untuk efisiensi penggunaan air melalui Water Recycle
Plant (WRP), yang berfungsi untuk mengubah air limbah di WWTP
menjadi cadangan air yang dapat digunakan kembali pada proses produksi.
Alhasil, air limbah yang dapat didaur ulang dan digunakan kembali untuk
kebutuhan produksi mencapai antara 55%-60%. Adapun pembuangan
limbah padat dari tempat produksi dilakukan berdasarkan perjanjian kerja
sama/kontraktual dengan Perusahaan pengolahan limbah yang berlisensi
untuk dinetralisir.

31. INDUSTRI JAMU & FARMASI SIDO MUNCUL TBK


PT SidoMuncul adalah pabrik jamu tradisional yang didirikan dari
home industri yang dikelola oleh Ibu Rakhmat Sulistio di Yogyakarta pada
tahun 1940. Saat itu, beliau hanya memiliki tuga karyawan yang membantu

79
beliau menghasilkan ramuan dalam bentuk yang lebih praktis (bubuk). Pada
tahun 1951, beliau kemudian mendirikan sebuah perusahaan sederhana,
bernama SidoMuncul dengan produk pertama yang dapat melawan
influenza yang membuat SidoMuncul menjadi terkenal dan mendapatkan
banyak permintaan pasar. Namun sayangnya, pabrik ini tidak mampu
menghasilkan produk yang lebih banyak. Maka, pada tahun 1984, Ibu
Rakhmat pindah ke rumah industri di Jalan Kaligawe. Dengan pindahnya
beliau, perusahaan mampu merespon permintaan pasar. Pabriknya mulai
dilengkapi dengan mesin modern. Jumlah karyawan juga ditambahkan.
Perusahaan pun terus menambah jumlah pabrik dan karyawan untuk terus
mengembangkan perusahaan. Pada tahun 1997, SidoMuncul memiliki
pabrik seluas 29 ha di Klepu, Ungaran, dan Bergas.

Pada tanggal 11 November 2000, Menteri Kesehatan dan


Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, dr. Achmad Sujudi mengesahkan
pabrik SidoMuncul yang pada saat itu menerima dua sertifikat sekaligus,
yaitu sebagai perusahaan yang mampu meracik obat-obatan tradisional yang
baik dan juga sebagai perusahaan yang memiliki cara meracik obat yang
baik yang setara dengan ilmu farmasi. Kedua sertifikat ini membuat
SidoMuncul menjadi satu-satunya pabrik jamu dengan standar farmasi.

PT. SidoMuncul bertujuan untuk mengembangkan industri jamu


yang baik. Niat ini membuat pabrik lebih berkonsentrasi dan menjadi lebih
inovatif. Dengan bahan yang tepat (jenis, jumlah, dan kualitas) akan
menghasilkan ramuan yang baik. PT SidoMuncul berupaya melaksanakan
kegiatan produksi secara bertanggung jawab tanpa menimbulkan jejak
lingkungan yang merugikan dan senantiasa menerapkan standar kepatuhan
yang tinggi dalam pengelolaan lingkungan. Komitmen Perseroan untuk
mewujudkan green environment pada tahun 2020 telah membuahkan
penghargaan PROPER Emas, peringkat tertinggi penilaian kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penghargaan ini membuktikan

80
pengakuan kuat para pihak terhadap ketaatan Perseroan dalam pengelolaan
lingkungan serta penggunaan sumber energi yang efisien dan ramah
lingkungan. Perseroan secara rutin melakukan audit sistem manajemen
lingkungan dan pengujian emisi, ambien, air limbah, air sungai dan
kebisingan, sesuai dengan matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan –
Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL). Terkait isu lingkungan,
Perseroan mengacu pada dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang merupakan dokumen wajib berisikan analisis dampak
lingkungan dan sosial dari adanya kegiatan operasional Perseroan, Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL). Berdasarkan dokumen AMDAL, Perseroan secara rutin melakukan
pengawasan atau monitoring lingkungan seperti monitoring pencemaran air,
udara, dan sebagainya.

32. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK


Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama Semen Gresik
(Persero) Tbk) (SMGR) didirikan 25 Maret 1953 dengan nama “NV Pabrik
Semen Gresik” dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 07
Agustus 1957. Ruang lingkup kegiatan SMGR adalah bergerak dalam
bidang industri semen, termasuk kegiatan produksi, menambang dan/atau
menggali bahan yang diperlukan dalam industri semen atau industri lainnya,
perdagangan, pemasaran dan distribusi terkait dengan industri semen serta
pemberian jasa untuk industri semen dan/atau industri lainnya. Saat ini,
kegiatan utama Perusahaan adalah bergerak di industri semen, hasil
produksi dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Jenis semen yang hasilkan
oleh SMGR, antara lain: Semen Portland (Tipe I, II, III dan V), Special
Blended Cement, Portland Pozzolan Cement, Portland Composite Cement,
Super Masonry Cement dan Oil Well Cement Class G HRC.

Semen Indonesia menyadari bahwa setiap perusahaan mempunyai


peran penting dalam berkontribusi menjaga kelestarian dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat serta generasi berikutnya. Karena itu, dalam

81
menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan mengelola lingkungan untuk
mengantisipasi dampak pemanasan global, termasuk upaya pengurangan
pencemaran udara; pengurangan dan pemanfaatan limbah B3 dan/atau non
B3; konservasi air; perlindungan keanekaragaman hayati; serta efisiensi
energi.

Komitmen tersebut merupakan perwujudan ketaatan SIG terhadap


Undang Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dan peraturan perundangan serta kewajiban lingkungan
lain yang terkait. Salah satu perwujudan komitmen tersebut, SIG
memastikan bahwa setiap aktivitas operasional senantiasa dilaksanakan
dengan memperhatikan butir-butir sebagai mana tercantum dalam dokumen
AMDAL, UKL/ UPL yang merupakan prasyarat sekaligus parameter yang
disepakati bersama oleh semua pemangku kepentingan sebelum adanya
kegiatan operasional. SIG telah memetakan berbagai tangggung jawab
lingkungan yang terkait dengan aktivitas operasionalnya. Perseroan
berupaya untuk menerapkan berbagai upaya mulai dari penetapan kebijakan
dan peraturan hingga pemantauan dan pengelolaan kegiatan operasional
yang berdampak pada lingkungan baik di dalam maupun di wilayah sekitar
Perseroan. Agar dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas
operasional perusahaan dapat dikendalikan, Perseroan melakukan aktivitas
pemantauan lingkungan secara rutin. Beberapa hal yang menjadi perhatian
Perseroan adalah pemantauan emisi gas rumah kaca, emisi udara,
pengelolaan limbah dan reklamasi lahan. Selain itu, Perseroan juga terus
berupaya untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan energi fosil, yang
salah satunya dengan penggunaan bahan bakar alternatif. Berbagai inisiatif
strategis telah dilakukan dalam konservasi sumber daya di antaranya dengan
menerapkan konsep penambangan yang ramah lingkungan yang sesuai
dengan good mining practice, mulai dari tahap perencanaan hingga
pascatambang.

82
Perseroan juga memanfaatkan lahan pasca tambang untuk
konservasi keanakeragaman hayati dengan melestarikan flora dan fauna
yang dilindungi serta pemanfaatan lahan pascatambang untuk irigasi
pertanian, budidaya perikanan dan sarana Edu-Ekowisata.Selain itu,
Perseroan juga memanfaatkan limbah industri lain sebagai bahan baku
alternatif, meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif (alternative
fuel) dengan menggunakan biomassa, limbah industri dan sampah domestik
dan mengimplementasikan sistem manajemen energi untuk penurunan
emisi gas CO2.

33. SUPARMA TBK


PT Suparma Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang produksi kertas di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali
didirikan sejak tahun 1976 dengan pabrik yang dibangun di atas sebidang
tanah seluas lima hektar di kawasan Surabaya, Jawa Timur. Pada awalnya
perusahaan ini hanya mempekerjakan 100 orang karyawan. Produksi
pertama perusahaan mulai diluncurkan sejak tahun 1978 dengan bantuan
mesin yang mampu memproduksi 7.000 ton kertas per tahun. Perusahaan
ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Berawal dari
permintaan kertas dalam negeri yang semakin meningkat, perusahaan
kemudian mempunyai rencana untuk melakukan ekspansi sejak tahun 1984.
Pada tahun tersebut perusahaan terus menambah setidaknya tiga unit mesin
kertas dengan total kapasitas produksi sebesar 51.000 ton kertas tiap tahun.
Pada tahun 1992, perusahaan kembali menambah fasilitas produksi. Pada
tahun ini, perusahaan mulai menginvestasikan dua unit mesin kertas yang
mampu memproduksi 99.000 ton kertas tiap tahun. Penambahan dua unit
mesin ini diharapkan dapat mengakomodasi kenaikan permintaan dalam
kebutuhan kertas di pasaran domestik. Selain itu seiring dengan era
globalisasi, perusahaan juga mulai mempunyai rencana untuk "go public".
Rencana ini kemudian dapat terealisasikan dengan langkah besar yang
diambil perusahaan dengan mencatatkan saham perusahaan di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) sejak tahun 1994. Hingga saat ini PT Suparma Tbk masih

83
terus beroperasi dengan bantuan pabrik yang berdiri di atas tanah seluas 21
hektar. Pabrik tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas enam unit mesin
produksi dengan total kapasitas produksi hingga mencapai 150.000 ton
kertas tiap tahunnya. Tak hanya itu, perusahaan juga dibantu oleh lebih dari
1.500 orang karyawan yang telah berdedikasi penuh kepada perusahaan.

Dengan motto 'Continues Improvement', PT Suparma Tbk akan


terus melayani permintaan yang datang dari pasar domestik dan
internasional dengan menyuguhkan produk-produk berkualitas tinggi dan
layanan yang terbaik untuk kepuasan pelanggan. Selain itu, PT Suparma
Tbk juga salah satu perusahaan yang menerapkan teknologi ramah
lingkungan yang akan terus dilakukan dalam upaya menjaga lingkungan.
Beberapa produk buatan perusahaan ini meliputi Coated Duplex Board,
uncoated Duplex Board, kertas tulis dan print, Samson Kraft Paper,
Wrapping Kraft, Ribbed Kraft, Laminating Sandwich, Newsprint, PE
Laminating Kraft, Manifold Paper, M.G. Paper, Hand Towel, Kertas Tisu
dan beberapa varian produk lainnya.

Dibidang lingkungan hidup, salah satu titik fokus perhatian


Perseroan adalah sustainability lingkungan hidup dimana seluruh proses
produksi harus memenuhi kaidah kesehatan lingkungan (green process)
serta menghasilkan produk kertas yang ramah lingkungan (ecogreen
products) dimana produk kertas tisu Perseroan termasuk dalam buku Eco-
products Directory tahun 2019 karena menggunakan bahan baku recycle
dan bahan baku pulp yang sudah disertifikasi oleh FSC. Sebagai bentuk
kepedulian Perseroan terhadap lingkungan hidup, CSR Perseroan
diimplementasikan dengan melakukan beragam aktivitas seperti
mengkoordinasi penebaran bibit ikan di Sungai Surabaya, penanaman bibit
pohon sebagai upaya pelestarian lingkungan dan upaya mengurangi efek
rumah kaca, berpartisipasi dalam kegiatan konservasi laut serta rehabilitasi
terumbu karang, menjadi pendukung utama beberapa acara seminar
lingkungan hidup untuk proses pembelajaran lebih dini kepada para pelajar,

84
menjadi pendukung beberapa kegiatan yang terkait lingkungan hidup
disekitar sungai Surabaya, mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan
peringatan Hari Air Sedunia. Pada bulan Oktober 2019, Perseroan
meluncurkan program Return To Earth disertai kegiatan bersih-bersih laut
dan pantai dari sampah, penanaman bibit pohon di pantai serta memberikan
bantuan pasokan limbah kayu ke industri tahu di Sidoarjo untuk digunakan
sebagai bahan bakar pengganti plastik dimana atas upaya ini Perseroan
dianugerahi Green Initiative Award.

34. TIFICO FIBER INDONESIA TBK


PT. Teijin Indonesia Fiber Corp. Tbk (IDX: TFCO) merupakan
perusahaan multinasional yang memproduksi polyester fiber, yang
merupakan bahan buku untuk produk tekstil yang bermarkas di Jakarta,
Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini
menghasilkan berbagai macam-macam jenis produk polyester, seperti
filament yarn, staple fiber, fiber fill untuk boneka, bantal. Saat ini,
perusahaan telah berganti nama menjadi PT Tifico Fiber Indonesia, Tbk.

TIFICO merupakan salah satu produsen serat polyester terkemuka


di Indonesia dengan kapasitas produksi 200.000 ton/tahun. Menghasilkan
produk dengan kualitas mutu yang baik dan harga yang bersaing untuk
Polyester Filament Yarn (PFY), Polyester Staple Fiber (PSF) dan Polyester
CHIP. Dilengkapai dengan mesin-mesin tehnology dari jepang yang
inovatif yang modern dan di dukung oleh tim yang profesional kami
memiliki komitmen untuk memproduksi serat polyester yang berkualitas
tinggi.

Fokus program tanggung jawab sosial perusahaan Tifico adalah


pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, pengembangan sosial dan
budaya masyarakat, kesehatan dan keselamatan kerja, serta tanggung jawab
terhadap pelanggan.Terkait dengan lingkungan hidup, Perseroan berupaya
melakukan penanggulangan dan meminimalisir dampak terhadap

85
lingkungan hidup agar pelestarian lingkungan akan tetap terjaga. Salah satu
program pengelolaan lingkungan unggulan kami adalah sistem nir limbah
atau zero waste. Program ini menitik beratkan pada upaya untuk mencegah,
mengurangi, bahkan menghilangkan terbentuknya limbah pencemar
lingkungan melalui proses pemilahan sampah (organik, plastik dan kertas)
serta pelaksanaan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Disamping itu,
Perseroan juga melakukan pengolahan limbah cair secara mandiri pada
fasilitas instalasi pengolahan limbah cair (Waste Water Treatment/ WWT).

35. SURYA TOTO INDONESIA TBK


PT Surya TOTO Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak
pada sektor Basic Industry and Chemicals. Perusahaan ini berdiri pada
tanggal 11 Juli 1977 dalam rangka Penanaman Modal Asing dan memulai
operasi komersilnya pada bulan Pebruari 1979. Kantor pusat Surya Toto
Indonesia beralamat di Gedung TOTO, Wisma 81, Jl. Letjen S. Parman
Kav. 81, Kota Bambu Selatan – Pal Merah, Jakarta 11420. Sedangkan
pabriknya terletak di daerah Tangerang. Ruang lingkup kegiatan Surya Toto
Indonesia jika melihat Anggaran Dasar Perusahaan, meliputi kegiatan untuk
memproduksi dan penjualan produk sanitasi, perlengkapan dan produk
sistem dapur, serta kegiatan lainnya yang terkait dengan produk tersebut.

TOTO berkomitmen untuk terus mengedepankan aspek-aspek


lingkungan dengan berpedoman pada seluruh peraturan dan ketentuan
Pemerintah pada setiap aktivitas industri untuk menjaga kelestarian alam.
Salah satu bentuk nyata dukungan Perseroan dalam menjaga kelestarian
lingkungan yaitu melalui penanaman pohon dan pengolahan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dengan total nilai sebesar Rp220.763.790.
Selain itu, Perseroan turut memperhatikan masalah pemanasan global yang
berdampak negatif pada kehidupan manusia dan alam sekitarnya. Tindakan
yang dilaksanakan ialah menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam
melestarikan alam dengan melakukan penghematan penggunaan sumber
daya alam seperti air dan energi yang berasal dari fosil yang terbatas

86
jumlahnya, serta mulai melakukan penghijauan di dalam maupun di sekitar
lingkungan Perseroan. Sehubungan dengan hal tersebut, sejak bulan
September 2009 sampai saat ini Perseroan tergabung dalam Green Building
Council Indonesia (GBC Indonesia)/Konsil Bangunan Hijau Indonesia.

Sebagai salah satu dari Corporate Founding Member GBC


Indonesia, maka Perseroan aktif dalam berbagai kegiatan GBC Indonesia
untuk mensosialisasikan masalah bangunan hijau kepada masyarakat luas,
memberikan pengarahan dalam membangun suatu bangunan mulai dari
tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional
pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi,
menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu
baik bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan
memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada
kaidah berkesinambungan. Selain mendirikan gedung yang sehat, Perseroan
juga memperhatikan proses dan hasil produksi dalam menjaga kelestarian
lingkungan, seperti mengolah kembali limbah pabrik agar tidak mencemari
lingkungan, pemakaian air daur ulang untuk proses produksi, pengelolaan
produk-produk yang tidak layak pakai secara aman dan memproduksi
perlengkapan saniter serta fitting yang hemat air. Sehingga Perseroan ikut
berkontribusi dalam mendidik masyarakat untuk memilih dan
menggunakan produk-produk yang hemat energi serta ramah lingkungan.

36. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY TBK, PT


PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk merupakan
salah satu perusahaan yang bisnis utamanya yakni sebagai produsen
minuman terkemuka di Indonesia. Pada awal berdirinya, perusahaan ini
merupakan sebuah industri rumah tangga sederhana yang dimulai pada
tahun 1958 di Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya industri sederhana yang
dirintis oleh seorang pengusaha Tionghoa bernama Ahmad Prawirawidjaja
ini berkembang menjadi perseroan terbatas sejak tahun 1971. Reputasi
perusahaan ini sebagai pelopor minuman dalam kemasan di Indonesia

87
membuat Ultrajaya Milk tetap diterima di tengah-tengah konsumen
Indonesia dengan baik.

Ultrajaya Milk awalnya hanya terbatas pada pengembangan produk


susu. Namun seiring dengan diversifikasi perusahaan, Ultrajaya Milk mulai
mengembangkan inovasi produk jus yang kemudian dikenal dengan merek
Buavita, Gogo. Perusahaan juga mengembangkan varian minuman lain
yang populer seperti Teh Kotak, Sari Asem Asli dan Sari Kacang Ijo. Pada
tahun 2008, merek Buavita dan Gogo diambil alih oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk. yang menyebabkan perusahaan lebih terfokus dalam
pengembangan produk susu. Perseroan bergerak dalam bidang industri
makanan dan minuman. Melindungi lingkungan hidup merupakan salah
satu dari tujuan jangka panjang tanggung jawab sosial Perseroan sebagai
produsen makanan dan minuman. Dalam menjalankan kegiatan usahanya,
Perseroan selalu mentaati berbagai perundangan dan peraturan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup, dan Perseroan selalu memenuhi
kesepakatan-kesepakatan tertentu sesuai dengan perizinan yang ada.
Perseroan yakin bahwa kegiatan operasi yang Perseroan lakukan telah
mematuhi segala hal yang signifikan terkait peraturan- peraturan tentang
lingkungan hidup. Perseroan melengkapi fasilitas produksi dengan
peralatan pengolahan limbah yang dibutuhkan dan mempekerjakan personal
untuk memantau kepatuhan terhadap standar lingkungan hidup yang
ditetapkan. Kegiatan pengelolaan limbah terutama sekali melibatkan
pemantauan dan pembuangan limbah padat dan limbah cair.

Di bidang produksi, sudah sejak didirikan Perseroan menggunakan


kemasan karton yang ramah lingkungan. Perseroan juga turut aktif
berperanserta dan bertindak sebagai sponsor dalam program Thanks to
Nature, program yang mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mencintai
dan turut memelihara lingkungan hidup dengan tidak membuang sampah
dimana saja, menghemat penggunaan air dan enerji listrik, turut menanam
berjuta pohon di seluruh Indonesia, dan lain-lain.

88
37. UNGGUL INDAH CAHAYA TBK
PT Unggul Indah Cahaya Tbk (IDX:UNIC) didirikan dalam rangka
Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1, Tahun 1967, yang terakhir
diubah dengan Undang-undang No.25 Tahun 2007, berdasarkan Akta
Notaris Budiarti Karnadi, S.H., No. 12 tanggal 7 Februari 1983, yang diubah
dengan akta notaris yang sama No. 33 tanggal 13 Mei 1983. Sesuai dengan
Pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perseroan antara lain
mencakup kegiatan usaha industri kimia dasar organik lainnya,pergudangan
dan penyimpanan, perdagangan besar berbagai macam barang, real estat
yang dimiliki sendiri atau disewa dan angkutan bermotor untuk barang
umum. Saat ini, Perseroan terutama bergerak di bidang industri bahan
dengan pabrik yang kimia alkylbenzene berlokasi di Merak, Banten.
Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada November 1985. Produk
utama Perseroan adalah Alkylbenzene (AB) yang didukung oleh teknologi
berlisensi dari UOP LLC, Amerika Serikat dan merupakan salah satu bahan
baku utama deterjen. Perseroan adalah produsen tunggal AB di Indonesia
dan memproduksi dua jenis AB, yaitu Linear Alkylbenzene (LAB) dan
Branched Alkylbenzene (BAB), dengan produk sampingan Heavy Alkylate
(HA) dan Light Alkylate (LA). Perseroan memiliki tiga unit pabrik AB yang
semuanya berada dalam satu lokasi, dengan total kapasitas produksi sebesar
270.000 MT per tahun (kombinasi LAB dan BAB). Produsen deterjen di
Indonesia merupakan konsumen utama Perusahaan, dan sebagian diekspor
ke berbagai negara seperti: Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Singapura,
Vietnam dan Amerika Serikat.

Perseroan berupaya untuk selalu konsisten dalam melaksanakan


pelestarian lingkungan hidup dalam lingkungan kerja, antara lain dengan
cara mengadakan program penghijauan di lingkungan pabrik, melakukan
pengelolaan limbah industri dan pencegahan polusi. Upaya Perseroan
tersebut telah dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi ISO 14001:2015
dari SGS Systems & Services Certification sejak tahun 2004. Pada tahun

89
2020, Perseroan juga memperoleh Penghargaan Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu
PROPER Peringkat Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia.

Untuk pengelolaan Limbah Industri, Perseroan bekerjasama dengan


PT Pengolahan Limbah Industri Bekasi dan PT Solusi Bangun Indonesia,
yang masing-masing telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. S.108/Menlhk/Setjen/PLB.3/2/2019 dan tentang
Izin Lingkungan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
menjadi Bahan Material Alternatif dan Bahan Bakar Alternatif, tertanggal
27 Februari 2019 dan berlaku 5 (lima) tahun dan No.S
630/Menlhk/Setjen/PLB 3/9/2020 tentang Izin Pengelolaan Limbah B3
untuk usaha jasa kegiatan Pemanfaatan limbah B3, tertanggal 15 September
2020 dan berlaku selama 5 (lima) tahun.

38. VOKSEL ELECTRIC TBK


Didirikan pada tanggal 19 April 1971, PT Voksel Electric Tbk.
(“Perusahaan”) bergerak di bidang industri kabel. Pada tahun 1989,
Perseroan berubah status menjadi Penanaman Modal Asing melalui
perjanjian joint venture dengan Showa Electric Wire & Cable Co. Ltd.
(“Showa”), sebuah perusahaan kabel terkemuka di Jepang yang telah
berganti nama menjadi SWCC Showa Cable Systems Co. Ltd. Sejak tahun
2006. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri kabel dan
pertumbuhan strategis yang semakin agresif, Perusahaan melakukan
penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa
Efek Indonesia) dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 20 Desember, 1990.
Dengan kerja keras dan dedikasi dari seluruh manajemen dan staf
Perusahaan, Perusahaan berhasil memposisikan diri sebagai salah satu
produsen kabel terkemuka di Indonesia. Bisnis inti Perusahaan meliputi
manufaktur kabel listrik, telekomunikasi, dan serat optik.

90
PT Voksel Elektrik berupaya menjaga pelestarian dengan berbagai program
program diantaranya yaitu Melakukan pengurangan konsumsi air tanah dan
mendukung konservasi air. Perseroan membangun instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), yaitu mengolah air limbah menjadi air bersih yang
dimanfaatkan untuk operasional mesin melalui cooling tower dan mandi,
cuci, kakus (MCK). Perseroan memanfaatkan teknologi panel surya tipe on
grid untuk pabrik High Voltage sebagai bentuk program penghematan
energi. Ke depannya, Perseroan berkomitmen untuk memanfaatkan dan
memperluas pemakaian panel surya ke pabrik-pabrik lain. Kapasitas yang
telah terpasang di tahun 2020 mencapai 34,56 kWp dengan total
penghematan mencapai Rp5.380.992/bulan. Di sisi lain, Perseroan juga
berinisiatif untuk menggunakan AC ramah lingkungan dan lampu LED.

Perseroan memiliki sertifikasi ISO 14001:2005 tentang Sistem


Manajemen Lingkungan. Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia memberikan PROPER dengan peringkat
Biru atas upaya Perseroan dalam pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku (telah
memenuhi semua aspek yang dipersyaratan oleh KLH) minimal terkait tata
kelola air dan air limbah.

4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian


Hasil perhitungan variabel penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan
Pada penelitian ini pengukuran nilai perusahaan menggunakan rasio Tobin’s Q
𝑴𝑽𝑺+𝑩𝑽𝑳
dengan rumus sebagai berikut : 𝑸 =
𝑩𝑽𝑨

Tabel 4. 1
Hasil Perhitungan Tobin’s Q Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2016-2020

TAHUN RATA-
KODE
2016 2017 2018 2019 2020 RATA
SMGR 1,5392 1,5776 1,7010 1,4421 1,4649 1,5450

91
JPFA 1,3740 1,2374 1,6501 1,2290 1,2222 1,3425
AUTO 0,9551 0,9457 0,7370 0,6457 0,6115 0,7790
ICBP 3,8199 3,6397 3,8853 3,6701 1,5922 3,3214
SIDO 2,6877 2,6716 3,9055 5,5408 3,2998 3,6211
NIKL 2,5475 7,9984 4,9502 1,5076 2,5956 3,9198
TOTO 2,4006 1,8904 1,5736 1,3732 1,1714 1,6818
INTP 2,0133 2,9487 2,6085 2,6947 2,1377 2,4806
AMFG 0,8744 0,9046 0,7634 0,7801 0,7792 0,8203
GDST 1,0751 0,8657 0,9799 0,8042 1,1069 0,9664
INAI 0,9599 0,9688 0,9685 0,9666 0,9214 0,9570
ISSP 0,8120 0,6787 0,6440 0,7235 0,6403 0,6997
UNIC 0,5859 0,7256 0,7328 0,6817 0,7078 0,6868
CPIN 2,8472 2,4995 2,3450 3,8575 2,8504 2,8799
MAIN 0,5653 0,5923 0,5551 0,5555 0,5481 0,5633
INKP 0,6463 0,8649 1,0110 0,8045 0,9879 0,8629
SPMA 0,6157 0,6565 0,6736 0,7170 0,6218 0,6569
GDYR 0,9852 0,9838 1,0173 0,8090 0,8617 0,9314
GJTL 1,0842 0,8271 0,8168 0,7774 0,7429 0,8497
INDS 0,3798 0,3886 0,7030 0,6250 0,5573 0,5307
ADMG 0,4507 0,5480 0,4317 0,3898 0,5002 0,4641
ARGO 1,5322 1,7792 1,9533 2,0694 2,2727 1,9214
TFCO 1,2247 0,9615 0,7726 0,6030 0,6003 0,8324
IKBI 0,5281 0,6797 0,4603 0,5338 0,5047 0,5413
KBLI 0,8849 0,9736 0,7470 0,9216 0,7304 0,8515
KBLM 0,9189 0,6150 0,5830 0,6045 0,4159 0,6275
VOKS 1,3288 1,2286 1,1304 1,1853 0,9549 1,1656
CEKA 0,9406 0,9027 0,8644 0,9012 0,8732 0,8964
DLTA 3,4970 2,8872 3,0475 3,9670 3,0423 3,2882
MLBI 11,5214 12,0548 12,2630 11,8778 7,5365 11,0507
MYOR 3,3614 3,5349 3,8444 2,9282 3,4938 3,4325
ULTJ 3,2907 3,0733 2,9479 3,0814 2,5654 2,9917
GGRM 2,3246 2,7833 2,6754 1,7714 1,2605 2,1630
KAEF 3,8188 2,6119 1,9086 0,9592 1,9394 2,2476
KLBF 4,8455 4,9345 4,0836 3,9229 3,2646 4,2102
ADES 1,2678 1,1179 1,0690 1,0590 1,1677 1,1363
KINO 1,7235 1,3007 1,5047 1,3432 1,2490 1,4242
MRAT 0,4220 0,4399 0,4308 0,4310 0,5175 0,4482
JUMLAH RATA-RATA 1,8365
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, IDX 2022 (data diolah)

92
Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin`s Q yaitu merupakan ukuran yang lebih
teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya
ekonomis dalam kekuasaannya. Semakin tinggi nilai perusahaan maka akan
menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan
nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang
investasi baru. Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan
bahwa rata-rata Tobin’s Q tertinggi terjadi pada perusahaan KLBF sebesar 4,21 dan
rata-rata Tobin’s Q terendah terjadi pada perusahaan MRAT sebesar 0,45.

2. Hasil Perhitungan Kinerja Lingkungan


Dalam penelitian ini Kinerja Lingkungan diukur berdasarkan peringkat
perusahaan yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) yang dibagi menjadi 5
peringkat warna yaitu; warna emas (5), warna hijau (4), warna biru (3), warna
merah (2), warna hitam (1).
Tabel 4. 2
Hasil Perhitungan Kinerja Lingkungan Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2016-2020

TAHUN RATA-
KODE
2016 2017 2018 2019 2020 RATA
SMGR 4 4 4 4 4 4
JPFA 3 3 3 3 3 3
AUTO 3 3 3 3 3 3
ICBP 3 3 3 3 3 3
SIDO 4 4 4 4 5 4,2
NIKL 3 3 3 3 3 3
TOTO 3 3 3 2 3 2,8
INTP 3 3 4 4 3 3,4
AMFG 4 3 3 3 3 3,2
GDST 3 3 3 3 3 3
INAI 3 3 3 2 3 2,8
ISSP 3 3 3 3 3 3
UNIC 3 3 3 2 3 2,8
CPIN 3 3 3 2 3 2,8
MAIN 3 3 3 3 3 3
INKP 3 3 3 3 3 3

93
SPMA 3 3 3 3 3 3
GDYR 3 2 3 3 3 2,8
GJTL 3 3 2 3 3 2,8
INDS 3 3 3 3 3 3
ADMG 3 3 3 3 2 2,8
ARGO 3 3 3 3 3 3
TFCO 3 3 3 3 3 3
IKBI 3 2 2 3 3 2,6
KBLI 3 2 2 3 3 2,6
KBLM 3 3 2 3 2 2,6
VOKS 3 3 3 3 3 3
CEKA 3 3 3 3 3 3
DLTA 3 3 3 3 3 3
MLBI 3 4 4 3 3 3,4
MYOR 3 3 3 3 3 3
ULTJ 3 3 3 3 3 3
GGRM 3 3 3 3 3 3
KAEF 3 3 3 3 2 2,8
KLBF 3 3 4 4 4 3,6
ADES 2 3 3 3 3 2,8
KINO 3 3 3 2 3 2,8
MRAT 3 2 2 2 2 2,2
JUMLAH RATA-RATA 2,9
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, IDX 2022 (data diolah)

Kinerja lingkungan merupakan pencapaian organisasi dengan menggunakan


perusahaan dan mengurangi efek negatif dari operasi binis perusahaan terhadap
lingkungan. Kinerja lingkungan yang baik akan menjadi cerminan dalam kegiatan
perusahaan untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan tanggung jawab
dalam memanfaatkan lingkungan sebagai aktivitas perusahaan. Berdasarkan hasil
perhitungan pada tabel 4.2 rata-rata kinerja lingkungan tertinggi terjadi pada
perusahaan SIDO sebesar 4,2. Sedangkan hasil perhitungan rata-rata kinerja
lingkungan terendah adalah perusahaan MRAT sebesar 2,2.

3. Hasil Perhitungan Corporate Social Responsibility (CSR)


Dalam penelitian ini Corporate Social Responsibility (CSR) diukur dengan
Corporate Social Responsibility Index (CSRI) berdasarkan indikator Global
∑𝑿𝒊
Reporting Initiatives (GRI) G4 dengan menggunakan rumus: 𝑪𝑺𝑹𝑰 =
𝑵

94
Tabel 4. 3
Hasil Perhitungan CSR Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016-2020

TAHUN RATA-
KODE
2016 2017 2018 2019 2020 RATA
SMGR 0,3235 0,2059 0,2059 0,2647 0,5882 0,3176
JPFA 0,3529 0,4706 0,3529 0,3529 0,3529 0,3765
AUTO 0,3235 0,3235 0,3235 0,2941 0,2941 0,3118
ICBP 0,3529 0,3824 0,3529 0,3824 0,3824 0,3706
SIDO 0,4412 0,4412 0,4412 0,4118 0,3824 0,4235
NIKL 0,0882 0,0882 0,1176 0,1176 0,0882 0,1000
TOTO 0,2353 0,2353 0,2059 0,2353 0,3529 0,2529
INTP 0,2647 0,2941 0,3529 0,3235 0,3529 0,3176
AMFG 0,0882 0,5294 0,5294 0,5588 0,5000 0,4412
GDST 0,7353 0,7353 0,7059 0,5882 0,5882 0,6706
INAI 0,6471 0,6765 0,7353 0,6471 0,7647 0,6941
ISSP 0,7353 0,7353 0,7353 0,7647 0,7647 0,7471
UNIC 0,2941 0,2941 0,2941 0,2941 0,2941 0,2941
CPIN 0,7353 0,7353 0,6765 0,7353 0,7353 0,7235
MAIN 0,2059 0,2059 0,2059 0,2059 0,2059 0,2059
INKP 0,4412 0,4412 0,4412 0,4706 0,4706 0,4529
SPMA 0,5588 0,5882 0,6765 0,4118 0,6471 0,5765
GDYR 0,5000 0,4706 0,5000 0,5000 0,5000 0,4941
GJTL 0,8824 0,8235 0,9118 0,6765 0,8529 0,8294
INDS 0,5588 0,5882 0,5588 0,5294 0,5588 0,5588
ADMG 0,3529 0,4706 0,2941 0,3529 0,3529 0,3647
ARGO 0,3529 0,3529 0,3529 0,3529 0,3529 0,3529
TFCO 0,4706 0,6471 0,6471 0,6471 0,5000 0,5824
IKBI 0,3529 0,3235 0,3235 0,4412 0,3824 0,3647
KBLI 0,3235 0,2941 0,2941 0,3235 0,2941 0,3059
KBLM 0,2059 0,2059 0,2647 0,2647 0,2353 0,2353
VOKS 0,4706 0,5588 0,4706 0,5294 0,5294 0,5118
CEKA 0,6765 0,4706 0,5000 0,4412 0,4412 0,5059
DLTA 0,2941 0,3235 0,3235 0,3235 0,2353 0,3000
MLBI 0,1176 0,1176 0,1176 0,1176 0,1176 0,1176
MYOR 0,5294 0,5294 0,3824 0,4706 0,4412 0,4706
ULTJ 0,5000 0,3235 0,4118 0,4412 0,4412 0,4235
GGRM 0,2059 0,1765 0,1765 0,1471 0,1765 0,1765
KAEF 0,0882 0,0294 0,2059 0,1471 0,3235 0,1588

95
KLBF 0,7353 0,5588 0,5588 0,7941 0,5882 0,6471
ADES 0,5588 0,5588 0,5588 0,7059 0,6176 0,6000
KINO 0,5588 0,5588 0,4412 0,5294 0,5882 0,5353
MRAT 0,3235 0,2059 0,2059 0,2647 0,5882 0,3176
JUMLAH RATA-RATA 0,4244
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan, IDX 2022 (data diolah)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab social suatu


perusahaan terhadap para stakeholders, khususnya kepada masyarakat yang tinggal
berdekatan dengan lokasi suatu perusahaan.Perusahaan yang melakukan
pengungkapan CSR akan mendapatkan respon yang positif dari para pelaku pasar,
karena perusahaan tersebut dianggap transparan dalam mengungkapkan informasi.
Program CSR juga dapat meningkatkan citra perusahaan, sehingga nilai perusahaan
akan semakin baik apabila citra perusahaan baik pula, karena semakin luas
perusahaan mengungkapkan item pengungkapan sosial, dan juga semakin baik
kualitas pengungkapannya, maka semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. Dari
hasil perhitungan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengungkapan
CSR perusahaan tertinggi terjadi pada perusahaan INDS sebesar 0,389 dan rata-rata
CSR terendah terjadi pada perusahaan TOTO sebesar 0,1428.

4.2 Hasil Uji Analisis Data


4.2.1 Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness (Ghozali, 2018).

Tabel 4. 4
Hasil Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
Kinerja Lingkungan 190 2 5 2,995 ,4657
CSR 190 0,0294 0,9118 0,418111 0,1974294
Nilai Prusahaan 190 0,3798 12,2630 1,836561 1,9678870
Valid N (listwise) 190
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

96
Berdasarkan dari tabel di atas, menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan
sampel (N) sebanyak 190:

1. Menunjukan variabel nilai perusahaan (Y) memiliki nilai minimum 0,268 dan
nilai maksimum 4,93. Berdasarkan hasil data tersebut menunjukan bahwa nilai
perusahaan mengalami fluktuasi yang cukup besar. Nilai rata-rata (mean) nilai
perusahaan adalah sebesar 1,515 dengan standar deviasi sebesar 1,081. Menurut
(Lingga & Suaryana, 2017), nilai Tobin’s Q lebih dari 1 (Q>1) mengindikasikan
bahwa nilai perusahaan lebih besar dari nilai asset perusahaan yang tercatat. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai pasar memberikan penilaian lebih terhadap
perusahaan atau dengan kata lain, keyakinan investor atas kinerja perusahaan
cukup baik.Jadi, sampel penelitian ini memiliki nilai perusahaan yang cukup
baik, jika dilihat dari investasi dalam asset menghasilkan laba yang memberikan
nilai yang lebih tinggi.
2. Variabel kinerja lingkungan (X) memiliki nilai minimum 2 dan nilai maksimum
5. Nilai rata rata (mean) yang diperoleh pada variabel ini 2,99 dengan standar
deviasi sebesar 0,465. Hal ini menunjukan bahwa angka tersebut merupakan
peringkat terbaik berwarna EMAS menurut penilaian PROPER selama periode
penelitian. Rata-rata hasil PROPER selama periode penelitian menunjukkan
angka 2,99 yang menunjukkan peringkat PROPER berwarna BIRU. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian, rata-rata
perusahaan dalam sampel penelitian ini telah melakukan pengelolaan
lingkungan yang cukup baik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Variabel CSR (Z) memiliki nilai minimum 0,0294 dan nilai maksimum 0,9118.
Semakin tinggi nilai CSR menunjukkan bahwa praktik CSR yang dilakukan oleh
perusahaan semakin baik dan semakin rendah nilai CSR menunjukkan bahwa
praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan semakin buruk. Nilai rata-rata
(mean) yang diperoleh pada variabel ini 0,41811 dengan standar deviasi sebesar
0,19742. Artinya lebih dari setengah jumlah seluruh perusahaan yang menjadi
sampel penelitian masih rendah dalam mengungkapkan CSR mereka melalui
laporan CSR resmi milik perusahaan dengan kategori kinerja lingkungan.
Karena hasil menunjukkan rata-rata perusahaan sampel telah mengungkapkan

97
sebesar 41,81% dari 34 pengungkapan tanggung jawab sosial kategori kinerja
lingkungan.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2018). Uji statistik
dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas

Unstandardized
Residual
N 190
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,77373688
Absolute 0,182
Most Extreme Differences Positive 0,182
Negative -0,135
Kolmogorov-Smirnov Z 2,504
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

Pada hasil uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat


bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov besar 2,504 dan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) pada
semua variabel dependen maupun independen sebesar 0,000. Dari hasil tersebut
terlihat bahwa nilai signifikan dengan uji one sample Kolmogorov–smirnov untuk
semua variabel lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi secara tidak normal. Maka dari itu, pada penelitian ini data
tersebut ditranformasikan yang bertujuan untuk menormalkan data.

98
Tabel 4. 6
Hasil Uji Normalitas Setelah di Transformasi
Unstandardized
Residual
N 190
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 0,63864769
Absolute 0,090
Most Extreme Differences Positive 0,090
Negative -0,055
Kolmogorov-Smirnov Z 1,237
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,094
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)
Pada hasil uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) setelah
ditransformasikan dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov besar 1,237 dan
nilai Asymp.Sig. (2-tailed) pada semua variabel dependen maupun independen
sebesar 0,094. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikan dengan uji one
sample Kolmogorov–smirnov untuk semua variabel lebih besar dari 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi secara normal dan penelitian
dapat dilanjutkan dengan menggunakan alat uji non-parametrik Ghozali (2016).

4.3.2 Uji Multikolonieritas


Uji multikolonieritas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2018).
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolrance dan nilai Variance Inflation Factor
(VIF). Jika nilai tolarance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas.
Namun, jika nilai tolarance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak tejadi
multikolonieritas.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1 Kinerja Lingkungan 0,985 1,015
CSR 0,985 1,015
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

99
Berdasarkan uji multikolinieritas diatas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai
tolerance menunjukkan bahwa variabel – variabel independen memiliki nilai
tolerance sebesar 0,985 yang berarti bahwa korelasi antara variabel bebas tersebut
nilainya kurang dari 0,10 dan hasil dari perhitungan variance inflanation factor
(VIF) menunjukkan bahwa variabel – variabel independen memiliki nilai VIF
sebesar 1,015. Dimana jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan VIF kurang dari 10,
maka tidak terdapat korelasi antara variabel bebas atau tidak terjadi
multikolinearitas Ghozali (2018).

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas, digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya (Ghozali, 2018). Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya gejala
Heterokedasitas ini yaitu dengan menggunakan uji Glejser untuk menguji ada atau
tidaknya Heterokedasitas. Jika nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan tidak
terjadi heterokedastisitas begitupun sebaliknya.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 0,324 0,190 1,706 0,090
Kinerja
1 0,128 0,173 0,054 0,740 0,460
Lingkungan
CSR -0,047 0,046 -0,076 -1,034 0,302
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser pada tabel 4.7, dapat
dilihat bahwa sig. pada variabel kinerja lingkungan dan CSR bernilai lebih besar
dari 0,05 dan variabel – variabel tersebut dapat dinyatakan tidak mengalami
heteroskedastisitas.

100
4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi, digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2018). Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson
(Ghozali, 2018).
Tabel 4. 9
Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson


Square the Estimate
a
1 0,514 0,307 0,300 0,64205 0,566
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

Nilai Durbin Watson sebesar 0,557 nilai ini jika dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan derajat kepercayaan 5% dengan jumlah sampel sebanyak 190
serta jumlah variabel independen (K) sebanyak 2, maka di tabel Durbin Watson
akan didapat nilai dl sebesar 1,7413 du sebesar 1,7843. Dapat diambil kesimpulan
bahwa: du>dw<4-du yang artinya nilai dw (0,566) lebih kecil dari nilai du (1,7843)
dan nilai dw (0,557) lebih kecil dari nilai 4-du (2,215), maka dapat di ambil
keputusan adanya autokorelasi pada model regresi tersebut (Ghozali, 2018).

Tabel 4. 10
Hasil Uji Autokorelasi Setelah di Transformasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson


Square the Estimate
a
1 0,861 0,741 0,736 0,39502 1,915
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

Nilai Durbin Watson setelah data ditransformasikan adalah sebesar 1,981 nilai ini
jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%
dengan jumlah sampel sebanyak 190 serta jumlah variabel independen (K)
sebanyak 2, maka di tabel Durbin Watson akan didapat nilai dl sebesar 1,7413 du
sebesar 1,7843. Dapat diambil kesimpulan bahwa: du<dw<4-du yang artinya nilai
dw (1,981) lebih besar dari nilai du (1,7843) dan nilai dw (1,915) lebih kecil dari

101
nilai 4-du (2,215), maka dapat di ambil keputusan tidak ada autokorelasi pada
model regresi tersebut (Ghozali, 2018).

4.4 Pengujian Hipotesis

4.4.1 Pengujian Regresi Sederhana


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis
regresi linier sederhana, yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen. Penggunaan regresi linier
sederhana karena penelitian ini menggunakan satu variabel independen, untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap variabel dependen pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2016-2020. Pengolahan data dengan menggunakan
SPSS (Statistical Package for Social Sciences) 20.
Tabel 4. 11
Hasil Uji Regresi Sederhana

Unstandardized Standardized t Sig.


Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -3,348 0,999 -3,350 0,002
1 Kinerja
3,332 0,916 0,519 3,639 0,001
Lingkungan
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

Berdasarkan tabel 4.12 model regresi yang dibentuk dalam penelitian ini adalah:

Y= a + b1X1 +e

NP = -3,348 + 3,332KL + e

Berdasarkan hasil persamaan diatas terlihat bahwa:


1. Apabila nilai konstansa sebesar -3,348 berarti jika kinerja lingkungan bersifat
konstan (X = 0), maka akan memberikan nilai perusahaan (Y) sebesar -3,332,
dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
2. Apabila nilai koefisien kinerja lingkungan (X) sebesar 3,332 artinya setiap
dinaikan sebanyak 1x kinerja lingkungan, maka akan meningkatkan nilai

102
perusahaan (Y) sebesar 3,332 dengan asumsi variabel independen lain
dianggap tetap. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kinerja lingkungan,
maka semakin tinggi pula nilai perusahaannya.

4.4.2 Uji Hipotesis (Uji T)

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji T pada tingkat kepercayaan 95%


atau α sebesar 0,05 dari hasil output SPSS yang diperoleh, apabila t hitung > ttabel ,
Maka H0 ditolak dan Ha diterima dan sebaliknya apabila thitung < ttabel, Maka H0
diterima dan Ha ditolak, atau dengan signifikan (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak dan
Ha diterima dan sebaliknya apabila signifikan (Sig) > 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak.

Dari tabel 4.12 tersebut terlihat bahwa terdapat thitung untuk setiap variabel
sedangkan t tabel diperoleh melalui tabel T (α: 0,05 dan df: n=2) sehingga α: 0.05
dan Df: 190-1-1 = 188 maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,972 , maka dapat
diambil kesimpulan bahwa variabel kinerja lingkungan (X) nilai t hitung sebesar
3,639 artinya bahwa thitung > ttabel (3,639 > 1,972) dan tingkat signifikan sebesar
0,002 < 0.05 yang bermakna bahwa Ha diterima maka adanya pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan.

4.5 Uji Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2018). Nilai R2
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (
Ghozali, 2018).
Tabel 4. 12
Hasil Uji Koefisien Determninasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 0,519 0,269 0,249 0,6498173
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

103
Hasil perhitungan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20 dapat
diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R Square) yang diperoleh adalah
sebesar 0,268. Hal ini berarti 26,9% nilai perusahaan dijelaskan oleh kinerja
lingkungan, sedangkan sisanya yaitu 73,1% nilai perusahaan dijelaskan oleh
variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.6 Pengujian Moderasi


Teknik analisis data pada penelitian ini juga menggunakan Modarate Regression
Analysis (MRA), yang digunakan untuk memasukan variabel moderator untuk
menguji kuat atau lemahnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2020.
Pengolahan data dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) 20.
Tabel 4. 13
Hasil Uji Moderasi

Unstandardized Standardized t Sig.


Model Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1,421 2,060 -0,690 0,495
KL 0,933 1,923 0,145 0,485 0,631
1
CSR 0,979 1,837 0,746 0,533 0,598
KL*CSR -1,496 1,679 -1,333 -0,892 0,379
a. Dependent Variable: NP
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat t hitung untuk setiap variabel sedangkan
t tabel diperoleh melalui tabel T (α: 0.05 dan df: n=2) sehingga α: 0.05 dan Df: 190-
1-1 = 188 maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,937. Maka dapat diambil
kesimpulan setiap variabel adalah variabel kinerja lingkungan dengan CSR sebagai
pemoderasi mempunyai nilai t hitung sebesar -0,892 artinya bahwa thitung <ttabel (-
0,892 < 1,937) dan tingkat signifikan sebesar 0,379 > 0,05 yang bermakna bahwa
Ha tidak diterima, maka tidak adanya pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan yang dimoderasi oleh CSR.

104
4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 kinerja lingkungan (X) berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan (Y). Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian
hipotesis nilai t hitung sebesar 3,639 sedangkan t tabel 1,972 sehingga nilai t hitung
lebih besar dari t table (3,639>1,972). Hasil penelitian yang dilakukan pada kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan mendukung hipotesis yang digunakan pada
penelitian ini. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, namun terkait dengan
fenomena pergerakan rata-rata harga saham perusahaan manufaktur mengalami
fluktuatif dan cenderung menurun bahkan beberapa perusahaan manufaktur
menunjukan pergerakan kurang prima pada tahun 2016-2020, sedangkan
berdasarkan tabulasi data kinerja lingkungan yang terdapat dalam penelitian ini
menunjukkan sebagian besar perusahaan manufaktur terbilang stabil dan konsisten
dalam menjaga tingkatan warna Program Peningkatan Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK). Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun hasil penelitian
ini berpengaruh positif, tetapi masih sangat kecil pengaruh antara kinerja
lingkungan terhadap nilai perusaahan. Kondisi tersebut dapat ditunjukkan
berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.12 dimana koefisien determinasi (Adjust
R Square) diperoleh sebesar 0,249 yang menunjukkan pengaruh kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan hanya sebesar 24,9%, sedangkan sisanya yaitu sebesar
73.1% nilai perusahaan dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti
pada penilitian ini. Pada tabel 4.2 juga menjelaskan bahwa jumlah rata-rata dari
hasil perhitungan kinerja lingkungan adalah sebesar 2,9 dimana angka tersebut
berdasarkan peringkat PROPER masuk kedalam kategori merah. Hal tersebut
menjelaskan bahwa kinerja lingkungan pada perusahaan manufaktur masih berada
di peringkat rendah.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori signal, dimana teori signal merupakan
semua informasi mengenai suatu perusahaan akan diterima sebagai suatu sinyal
dalam pasar. Sedangkan pada penelitian ini bahwa informasi yang terdapat dalam

105
pelaporan Kementerian Lingkungan Hidup meluncurkan program penilaian kinerja
perusahaan (PROPER) yang terkait erat dengan penyebaran informasi kinerja
penaatan masing-masing perusahaan pada seluruh investor ternyata kurang efektif
dalam memengaruhi baik pihak internal maupun eksternal perusahaan terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rochmawati &
Mildawati (2019) menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, namun dengan tingkat pengaruh sebesar 28,5% yang
menunjukkan masih minimnya pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan.

4.7.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan


Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.13 menyatakan bahwa nilai t hitung
sebesar -0,892 sedangkan t tabel 1,937 sehingga nilai t hitung lebih kecil dari t tabel
(-0,892<1,937) hal ini menunjukan bahwa Ha tidak terdukung maka tidak ada
pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan yang di moderasi oleh
Corporate Social Responsibility (CSR). Hasil penelitian ini berarti bahwa CSR
tidak mampu memoderasi pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.
Secara umum, perusahaan besar akan lebih banyak memerlukan pengungkapan
informasi dari pada perusahaan kecil. Terkait fenomena bahwa sampel pada
penelitian ini adalah merosotnya beberapa perusahaan manufaktur yang salah satu
penyebabnya adalah KLHK menilai kepatuhan pengelolaan lingkungan dan sosial
yang masih rendah seperti, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), hal ini disebabkan
belum adanya regulasi dari pemerintah mengenai indikator-indikator CSR yang
harus diungkapkan dalam annual report secara rinci, sehingga kegiatan tanggung
jawab sosial belum sepenuhnya dirasakan oleh investor. Pengungkapan CSR tidak
mampu memoderasi kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan karena
perusahaan belum dapat menyampaikan pengungkapan CSR secara tepat kepada
investor sehingga investor juga belum menangkap sebagai sesuatu yang perlu
diperhatikan (Sabtini & Sudana, 2019). Selain itu, hal ini dapat disebabkan karena
belum tentu perusahaan-perusahaan yang terdapat di BEI menggunakan standar
GRI G4 sebagai pedoman dalam pelaporan CSR. GRI G4 merupakan pedoman bagi
perusahaan dalam pelaporan CSR, dimana ketika perusahaan tidak menggunakan

106
standar GRI G4 sebagai pedoman pelaporan CSR di dalam perusahaannya, hal ini
tidak menjadi masalah karena terdapat berbagai macam standar CSR yang dapat
diterapkan oleh perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Oleh karena itu,
keputusan dari investor jangka pendek juga berdampak terhadap pengaruh negatif
pengungkapan CSR pada nilai perusahaan karena pada dasarnya investor jangka
pendek mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang dilakukannya dalam
jangka waktu yang pendek. Sedangkan ketika perusahaan melaksanakan dan
melaporkan aktivitas CSR akan memerlukan biaya tambahan yang dianggap akan
merugikan investor jangka pendek (Sabtini & Sudana, 2019). Secara teori
pengungkapan CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan sosial. Pada masa sekarang ini, masih banyak masyarakat (investor)
yang masih memiliki kesadaran yang rendah mengenai pentingnya kelestarian
lingkungan dan sosial. Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan dan sosial mengakibatkan investor kurang peduli dengan informasi-
informasi mengenai tindakkan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
dan sosialnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori signaling dimana bahwa perusahaan
memberikan sinyal-sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Artinya perusahaan yang memberikan informasi
tidak bagus memiliki kinerja masa lalunya tidak bagus, maka tidak akan dipercaya
oleh investor. Menurut Tjondro (dalam Rochmawati,2019) di Indonesia belum ada
lembaga independen pemeringkat kualitas CSR, sehingga tidak mudah untuk
mengukur kualitas CSR yang dapat memberikan kesejahteraan sosial bagi
masyarakat. Karena hal tersebut banyak perusahaan yang melakukan CSR hanya
untuk melaksanakan kewajiban saja, maka dari itu perusahaan hanya serta-merta
menghindari sanksi. Artinya, hasil pengujian menunjukkan bahwa investor kurang
merespon adanya pengungkapan CSR oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian dari (Septinurikan, et al., 2020) yang menyatakan bahwa CSR
tidak dapat memperkuat hubungan antara kinerja lingkungan dengan nilai
perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada atau tidaknya pengungkapan
CSR tidak memoderasi pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
(Septinurikan, et al., 2020).

107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat pengaruh signifikan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai
Perusahaan, namun dengan tingkat pengaruh sebesar 24,9% yang
menunjukkan bahwa masih minimnya pengaruh kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan.
2. Tidak ada pengaruh signifikan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai
Perusahaan yang dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility.

5.2 Saran

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya yaitu :

1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi secara rinci mengenai pengungkapan CSR ataupun
Kinerja Lingkungan dalam laporan tahunan, misalnya membuat laporan
berkelanjutan (Sustainability Report) setiap tahun agar pengungkapan sosial
dan lingkungan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara
positif.

2. Bagi Investor
Untuk lebih mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dan sosial
sehingga dalam melakukan investasi tidak terpaku pada tungginya nilai
perusahaan saja.

3. Bagi Peneliti yang akan datang


Diharapkan dapat mengkaji faktor lain selain Kinerja Lingkungan dan
Corporate Social Responsibility yang mempengaruhi Nilai Perusahaan
seperti, Ukuran Perusahaan, Leverage dan sebaiknya dalam penelitian
selanjutnya menggunakan variabel moderasi selain Corporate Social

108
Responsibility seperti, Kinerja Keuangan atau Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur, sehingga hasil penelitian akan semakin banyak
variasi yang diperoleh, serta menambahkan jumlah data dan periode
penelitian.

109
DAFTAR PUSTAKA

Adyaksana, R. I., & Pronosodewo, B. G. (2020). Apakah Kinerja Lingkungan dan


Biaya Lingkungan Berpengaruh Terhadap Pengungkapan Informasi
Lingkungan? InFestasi, 16(2), 41-52.
Alvionita, C., Semmaila, B., & Nur, A. N. (2021). Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Kinerja Lingkungan dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Ekonomi, 4(2). Diambil kembali dari
Commite of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission:
www.coso.org/documents/COSO_ERM.ppt
Angga Pratama, A. B., & Wiksuana, I. G. (2018). Pengaruh Firm Size dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai
Variabel Mediasi. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 5, 1289.
Ariefana, P. (2019, August 08). 47 Industri Manufaktur Mencemari Udara
Jakarta, Taoi Tak Ditutup. Diambil kembali dari News Web site:
www.suara.com
Asrizon, R., Asmeri, R., & Yuli, A. (2021). Pengaruh Kinerja Lingkungan dan
Pengungkapan Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. Pareso Jurnal,
Vol. 3 No. 2, 227 - 246.
Auliya, M. R. (2018). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Intervening.
SKRIPSI.
Auliya, M. R. (2018). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderasi.
Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.
Brigham, E. F. (2001). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10, Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, E. F., & Daves, P. R. (2013). Intermediate Financial Management.
Cengage Learning 20 Channel Center Street: Boston MA 02210, USA.
Brigham, E. F., & Houston, J. L. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Edisi 14 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Chanifah, N., Ermaya, H. N., & Mashuri, A. A. (2019). Pengaruh Kinerja
Lingkungan dan Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan Lingkungan.
Jurnal Akutansi dan Bisnis, 14(2).
Cheng, M., & Christiawan, Y. J. (2011). Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Abnormal Return. Jurnal Akutansi dan
Keuangan, 24-36.
Damodaran, A. (2011). Applied Corporate Finance. USA: John Wiley & Sons.

110
Dzahabiyya, J., D, J., & Danial, R. D. (2020). Analisis Perusahaan Dengan Model
Rasio Tobin's Q. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Dewanta, Vol. 4
No. 1.
Endiana, I. D., & Suryandari, N. N. (2021). Opini Going Concern: Ditinjau Dari
Agensi Teori dan Pemicunya. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 5(2), 223-
243.
Fahmi, I. (2014). Manajemen Keuangan dan Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Faqir, A. A. (2021, April 29). Industri Manufaktur Dinilai Terus Menurun Sejak 5
Tahun Terakhir. Diambil kembali dari merdeka.com: m.merdeka.com
Fausiah, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Semarang: CV. Pilar
Nusantara.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Mutivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hapsoro, D., & Adyaksana, R. I. (2020). Apakah Pengungkapan Informasi
Lingkungan Memoderasi Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya
Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan? Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 8 (1), 41-52.
Hendrawati, E., & UY, W. S. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi,
Vol 2, No 3.
Hoyt, R. E., & Liebenberg, A. P. (2011). The Value of Enterprise Risk
Management: Evidance from The U.S. Insurance Industry. The Journal of
Risk and Insurance,, 795-822.
Indrarini, S. (2019). NILAI PERUSAHAAN MELALUI KUALITAS LABA.
Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Jaisinghani, D., & Kanjilal, K. (2017). Non-Linier dynamics of size, Capital
Structure and Profitability: Empirical Evidence form Indian
Manufacturing Sector. Asia Pasific Management Review, 159-165.
Kosimpang, A. D., Andini, R., & Oemar, A. (2017). Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Variabel Struktur
Modal sebagai Variabel Intervening pada perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI Periode Tahun 2012-2016. Jurnal Universitas
Pandanaran, 1-15.
Lingga, V. P., & Wirakusuma, M. G. (2019). Pengaruh Corporate Social
Responsibility pada Nilai Perusahaan dengan Kinerja Lingkungan Sebagai
Pemoderasi. E-Jurnal Ekonomi, 413-442.

111
Nayenggita, G. B., Raharjo, S. T., & Resnawaty, R. (2019). Praktik Corporate
Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1),
61-66.
Ningrum, E. P. (2022). Nilai Perusahaan (Konsep dan Aplikasi) . Indramayu: CV.
Adanu Abimata.
Nurcahaya, I. A. (2020, Februari 09). Pengelolaan Lingkungan, KLKHK Soroti
Sektor Manufaktur. Diambil kembali dari Ekonomi & Bisnis:
m.bisnis.com
Olivia, G. (2020, Februari 5). Pertumbuhan Manufaktur manufaktur melambat,
Menprin Optimis tahun ini tumbuh 5,3%. Diambil kembali dari
kontan.co.id: http://www.kontan.co.id
Pettit, J. (2007). Strategic Corparate Finance: Application in Valuation and
Capital Structure. USA: John Willey & Sons.
Pink, B. (2020, September 01). Indeks Manufaktur Kembali ke Level Ekspanis,
Risiko Masih Membayangi. Diambil kembali dari kontan.ac.id:
http://www.kontan.ac.id
Pranyoto, E. (2016). Dapatkah Kita Memprediksi Perubahan Harga Saham?
Jurnal Bisnis Darmajaya, (Vol. 2), 77-89.
Pristina, F. A., & Khairunnisa. (2019). Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen,
Keputusan Investasi danKeputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Aset, 12-139.
Putri, P. A., & Endiana, I. D. (2020). Pengaruh Sistem Informasi Akutansi dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus
Pada Koperasi di Kecamatan Payangan). Krisna, 179-189.
Riani, B. (2019). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kinerja Lingkungan
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Tesis Magister Akuntansi.
Rochmawati, D., & Mildawati, T. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan dan
Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social
Responsibility sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, Vol. 8 No.8.
Rowena, J. (2018). Kinerja Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Periode 2014-2016 . Jurnal Bina Manajemen, 1-15.
S, F. H., Indrianasari, N. T., & Yatminiwati, M. (2019). Pengaruh Profitabilitas
dan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Transformation of Accountung &
Business, Vol 2 No 2.

112
Sabtini, K., & Sudana, I. P. (2019). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Nilai Perusahaan dengan manajemen Laba sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1. hal
56-69.
Sari, W. H., Agustin, H., & Mulyani, E. (2019). Pengaruh Good Corporate
Governance dan Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan.
Jurnal Eksplorasi Akutansi, 1(1), 18-34.
Septinurika, H., Tanjung, A. R., & Basri, Y. M. (2020). Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibilty sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Akuntansi, Vol. 9 No.1, 26 - 37.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualilatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryahadi, A. (2019, Desember 22). Ini Penyebab Anjloknya Kinerja Indeks
sektor Manufaktur Sejak Awal Tahun. Diambil kembali dari Kontan:
www.kontan.co.id
Susanti. (2016). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
Perbankan di BEI Periode 2013-2015 . Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol. 2,
146-159.
Syahputra, D., Helny, H., & Mulyani, E. (2019). Analisis Pengungkapan
Lingkungan Berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) G4. Jurnal
Eksplorasi Akutansi, 1(2), 678-693.
Syarozi, I. (2019). Pengungkapan CSR pada Perusahan Manufaktur dan
Perbankan. Magelang: Tidar Media.
Umamah. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga
Saham Gabungan dengan Metode Moderate Regression Analysis.
Bimaster, 8(4), 979-988.
UY, W. S., & Hendrawati, E. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. LIABILITY, 2(2), 87-
108.
Wardani, D. D., & Lailatus, S. (2020). PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. Jurnal Akutansi
dan Investasi, Vol 5, No.1.
Widiastri, P. A., & Yasa, G. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,
dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi, 23(2),
957-981.

113
Wulandari, & Ardana, Y. (2018). Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Nilai
Perusahaan. Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol 4, 81-100.
Zabetha, O., Tanjung, A. R., & Savitri, E. (2018). Pengaruh Corporate
Governance, Kinerja Lingkungan dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI PERIODE 2012-2014). Jurnal Ekonomi, Vol. 26 No. 1.

Sumber lain :
https://www.suara.com/news/2019/08/08/141200/47-induatri-manufaktur-
mencemari-udara-jakarta-tapi-tak-tutup. diakses 21:20 wib, 10 Januari
2022.
https://m.bisnis.com/amp/read/20200209/527/1199097/pengelolaan-lingkungan-
klhk-soroti-sektor-manufaktur. diakses 13.30 wib, 20 Februari 2022.
https://www.kontan.co.id/news/ini-penyebab-anjloknya-kinerja-indeks-sektor-
manufaktur-sejak-awal-tahun. diakses 20:15 wib, 20 Januari 2022.
https://www.kontan.co.id/news/ini-penyebab-anjloknya-kinerja-indeks-sektor-
manufaktur-sejak-awal-tahun. diakses 11.35 wib, 21 Januari 2022.
https://m.merdeka.com/uang/industri-manufaktur-dinilai-terus-menurun-sejak-5-
tahun-terakhir.html. diakses 14.05 wib, 25 Januari 2022.
https://www.bps.go.id/indicator/9/1216/2/laju-pertumbuhan-pdb-industri-
manufaktur.html. diakses 17.00 wib, 25 Januari 2022.

www.m.bisnis.com www.idx.com www.sahamok.net


www.edusaham.com www.menlhk.com

114
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. TABULASI DATA NILAI PERUSAHAAN

JUMLAH
HARGA SAHAM TOBIN'S
KODE TAHUN SAHAM BEREDAR UTANG ASET Q
2016 9.175 5.931.520.000 13.652.504.525.000 44.226.895.982.000 1,54
2017 9.900 5.931.520.000 18.524.450.664.000 48.963.502.966.000 1,58
SMGR 2018 11.500 5.931.520.000 18.168.521.000.000 50.783.836.000.000 1,70
2019 12.000 5.931.520.000 43.915.143.000.000 79.807.067.000.000 1,44
2020 12.425 5.931.520.000 40.571.674.000.000 78.006.244.000.000 1,46
2016 1.455 11.390.198.170 9.878.062.000.000 19.251.026.000.000 1,37
2017 1.300 11.386.157.970 11.293.242.000.000 21.088.870.000.000 1,24
JPFA 2018 2.150 11.717.177.201 12.823.219.000.000 23.038.026.000.000 1,65
2019 1.535 11.726.575.201 14.754.081.000.000 26.650.895.000.000 1,23
2020 1.465 11.726.575.201 14.539.790.000.000 25.951.760.000.000 1,22
2016 2.050 4.819.733.000 4.075.716.000.000 14.612.274.000.000 0,96
2017 2.060 4.819.733.000 4.032.333.000.000 14.762.309.000.000 0,95
AUTO 2018 1.470 4.819.733.000 4.626.013.000.000 15.889.648.000.000 0,74
2019 1.240 4.819.733.000 4.365.175.000.000 16.015.709.000.000 0,65
2020 1.115 4.819.733.000 3.909.303.000.000 15.180.094.000.000 0,61
2016 8.575 11.661.908.000 10.401.125.000.000 28.901.948.000.000 3,82
2017 8.900 11.661.908.000 11.295.184.000.000 31.619.514.000.000 3,64
ICBP 2018 10.450 11.661.908.000 11.660.003.000.000 34.367.153.000.000 3,89
2019 11.150 11.661.908.000 12.038.210.000.000 38.709.314.000.000 3,67
2020 9.575 11.661.908.000 53.270.272.000.000 103.588.325.000.000 1,59
2016 520 15.000.000.000 229.729.000.000 2.987.614.000.000 2,69
2017 545 15.000.000.000 262.333.000.000 3.158.198.000.000 2,67
SIDO 2018 840 15.000.000.000 435.014.000.000 3.337.628.000.000 3,91
2019 1.275 15.000.000.000 472.191.000.000 3.536.898.000.000 5,54
2020 805 15.000.000.000 627.776.000.000 3.849.516.000.000 3,30
2016 1.206 2.523.350.000 1.076.491.837.838 1.617.132.324.324 2,55
2017 4.950 2.523.350.000 1.141.568.162.162 1.704.362.716.216 8,00
NIKL 2018 3.600 2.523.350.000 1.517.734.434.783 2.141.698.724.638 4,95
2019 675 2.523.350.000 1.472.914.125.000 2.106.791.361.111 1,51
2020 1.445 2.523.350.000 1.176.620.140.845 1.858.100.112.676 2,60
2016 498 10.320.000.000 1.057.566.418.720 2.581.440.938.262 2,40
2017 408 10.320.000.000 1.132.699.218.954 2.826.490.815.501 1,89
TOTO 2018 348 10.320.000.000 967.642.637.307 2.897.119.790.044 1,57
2019 292 10.320.000.000 994.204.688.438 2.918.467.252.139 1,37
2020 238 10.320.000.000 1.183.847.184.353 3.107.410.113.178 1,17

115
2016 15.400 3.681.231.699 4.011.877.000.000 30.150.580.000.000 2,01
2017 21.950 3.681.231.699 4.307.169.000.000 28.863.676.000.000 2,95
INTP 2018 18.450 3.681.231.699 4.566.973.000.000 27.788.562.000.000 2,61
2019 19.025 3.681.231.699 4.627.488.000.000 27.707.749.000.000 2,69
2020 14.475 3.681.231.699 5.168.424.000.000 27.344.672.000.000 2,14
2016 6.700 434.000.000 1.905.626.000.000 5.504.890.000.000 0,87
2017 6.800 434.000.000 2.718.939.000.000 6.267.816.000.000 0,90
AMFG 2018 3.690 434.000.000 4.835.966.000.000 8.432.632.000.000 0,76
2019 3.430 434.000.000 5.328.124.000.000 8.738.055.000.000 0,78
2020 2.700 434.000.000 5.031.820.000.000 7.961.657.000.000 0,78
2016 113 8.200.000.000 425.486.909.790 1.257.609.869.910 1,08
2017 82 8.200.000.000 441.675.308.289 1.286.954.720.465 0,87
GDST 2018 94 9.242.500.000 455.885.354.596 1.351.861.756.994 0,98
2019 62 9.242.500.000 841.187.548.585 1.758.578.169.995 0,80
2020 110 9.242.500.000 741.251.635.985 1.588.136.471.649 1,11
2016 645 316.800.000 1.081.015.810.782 1.339.032.413.455 0,96
2017 378 633.600.000 936.511.874.370 1.213.916.545.120 0,97
INAI 2018 410 633.600.000 1.096.799.666.849 1.400.683.598.096 0,97
2019 440 633.600.000 893.625.998.063 1.212.894.403.676 0,97
2020 334 633.600.000 1.074.565.554.861 1.395.969.637.457 0,92
2016 210 7.185.992.035 3.396.754.000.000 6.041.811.000.000 0,81
2017 115 7.185.992.035 3.428.424.000.000 6.269.365.000.000 0,68
ISSP 2018 84 7.185.992.035 3.578.654.000.000 6.494.070.000.000 0,64
2019 184 7.185.992.035 3.325.841.000.000 6.424.507.000.000 0,72
2020 160 7.185.992.035 2.741.264.000.000 6.076.604.000.000 0,64
2016 2.370 383.331.363 888.180.702.703 3.066.400.527.027 0,59
2017 3.420 383.331.363 882.909.067.568 3.023.607.432.432 0,73
UNIC 2018 3.900 383.331.363 1.015.618.768.116 3.426.237.507.246 0,73
2019 3.850 383.331.363 604.896.166.667 3.052.186.402.778 0,68
2020 4.700 383.331.363 613.273.323.944 3.412.061.563.380 0,71
2016 3.590 16.398.000.000 10.047.751.000.000 24.204.994.000.000 2,85
2017 3.200 16.398.000.000 8.819.768.000.000 24.522.593.000.000 2,50
CPIN 2018 3.450 16.398.000.000 8.253.944.000.000 27.645.118.000.000 2,34
2019 6.400 16.398.000.000 8.281.441.000.000 29.353.041.000.000 3,86
2020 4.940 16.398.000.000 7.809.608.000.000 31.159.291.000.000 2,85
2016 1.815 44.775.000 2.082.189.000.000 3.826.863.000.000 0,57
2017 915 44.775.000 2.371.093.000.000 4.072.246.000.000 0,59
MAIN 2018 1.395 44.775.000 2.344.198.000.000 4.335.844.000.000 0,56
2019 1.005 44.775.000 2.537.251.000.000 4.648.577.000.000 0,56
2020 740 44.775.000 2.528.717.000.000 4.674.207.000.000 0,55
2016 955 5.470.982.941 54.856.945.945.946 92.956.756.756.757 0,65
2017 5.400 5.470.982.941 59.683.635.135.135 103.165.351.351.351 0,86
INKP 2018 10.245 5.470.982.941 72.166.391.304.348 126.826.275.362.319 1,01
2019 5.950 5.470.982.941 62.449.625.000.000 118.084.027.777.778 0,80
2020 10.675 5.470.982.941 59.811.267.605.634 119.666.197.183.099 0,99

116
2016 189 1.492.046.658 1.047.296.887.831 2.158.852.415.850 0,62
2017 212 2.114.570.958 980.123.282.608 2.175.660.855.114 0,66
SPMA 2018 248 2.114.570.958 1.013.266.115.558 2.282.845.632.924 0,67
2019 334 2.114.570.958 994.592.156.971 2.372.130.750.775 0,72
2020 310 2.114.570.958 784.672.948.574 2.316.065.006.133 0,62
2016 1.800 410.000.000 764.370.162.162 1.524.876.229.730 0,99
2017 1.700 410.000.000 948.486.175.676 1.672.508.108.108 0,98
GDYR 2018 1.940 410.000.000 1.038.007.652.174 1.826.324.000.000 1,02
2019 2.000 410.000.000 944.481.569.444 1.671.668.625.000 0,81
2020 995 410.000.000 1.006.089.239.437 1.640.992.169.014 0,86
2016 1.070 3.484.800.000 1.819.087.000.000 5.117.067.000.000 1,08
2017 680 3.484.800.000 1.822.456.000.000 5.068.447.000.000 0,83
GJTL 2018 650 3.484.800.000 13.835.648.000.000 19.711.478.000.000 0,82
2019 585 3.484.800.000 12.620.444.000.000 18.856.075.000.000 0,78
2020 655 3.484.800.000 10.919.937.000.000 17.771.891.000.000 0,74
2016 810 656.249.710 409.208.624.907 2.477.272.502.538 0,38
2017 1.000 656.249.710 289.798.419.319 2.434.617.337.849 0,39
INDS 2018 2.220 656.249.710 288.105.732.114 2.482.337.567.967 0,70
2019 2.300 656.249.710 262.135.613.148 2.834.422.741.208 0,62
2020 2.000 656.249.710 262.519.771.935 2.826.260.084.696 0,56
2016 126 3.889.179.559 1.829.581.310.811 5.146.588.135.135 0,45
2017 245 3.889.179.559 1.817.816.540.541 5.055.544.635.135 0,55
ADMG 2018 314 3.889.179.559 534.839.014.493 4.067.823.971.014 0,43
2019 186 3.889.179.559 658.400.375.000 3.544.836.041.667 0,39
2020 234 3.889.179.559 539.612.676.056 2.898.086.873.239 0,50
2016 900 72.473.905 2.339.848.527.027 1.569.696.391.892 1,53
2017 825 72.473.905 2.307.512.445.946 1.330.538.405.405 1,78
ARGO 2018 825 72.473.905 2.440.556.898.551 1.280.056.347.826 1,95
2019 825 72.473.905 2.384.250.458.333 1.181.012.555.556 2,07
2020 1.955 72.473.905 2.425.084.633.803 1.129.369.098.592 2,27
2016 1.020 4.823.076.400 414.431.810.811 4.355.188.459.459 1,22
2017 790 4.823.076.400 492.721.459.459 4.475.249.000.000 0,96
TFCO 2018 665 4.823.076.400 396.254.753.623 4.664.534.304.348 0,77
2019 476 4.823.076.400 330.231.375.000 4.355.128.833.333 0,60
2020 474 4.823.076.400 400.144.042.254 4.474.970.014.085 0,60
2016 302 1.224.000.000 214.165.432.432 1.105.488.837.838 0,53
2017 432 1.224.000.000 218.974.513.514 1.100.094.986.486 0,68
IKBI 2018 200 1.224.000.000 379.673.521.739 1.356.634.695.652 0,46
2019 302 1.224.000.000 310.472.805.556 1.274.028.527.778 0,53
2020 230 1.224.000.000 392.476.718.310 1.335.336.704.225 0,50
2016 276 4.007.235.107 550.076.575.595 1.871.422.416.044 0,88
2017 426 4.007.235.107 1.227.014.231.702 3.013.760.616.985 0,97
KBLI 2018 302 4.007.235.107 1.213.840.888.147 3.244.821.647.076 0,75
2019 525 4.007.235.107 1.174.014.083.315 3.556.474.711.037 0,92
2020 384 4.007.235.107 659.558.093.623 3.009.724.379.484 0,73

117
2016 240 1.120.000.000 318.436.089.653 639.091.366.917 0,92
2017 282 1.120.000.000 443.770.270.269 1.235.198.847.468 0,61
KBLM 2018 250 1.120.000.000 476.887.194.322 1.298.358.478.357 0,58
2019 304 1.120.000.000 436.010.329.994 1.284.437.358.420 0,60
2020 216 1.120.000.000 185.150.026.551 1.026.762.882.496 0,42
2016 1.465 831.120.519 999.166.540.000 1.668.210.090.000 1,33
2017 312 4.155.602.595 1.296.044.190.000 2.110.166.500.000 1,23
VOKS 2018 300 4.155.602.595 1.562.752.955.234 2.485.382.578.010 1,13
2019 402 4.155.602.595 1.918.323.973.420 3.027.942.155.357 1,19
2020 236 4.155.602.595 1.803.514.000.000 2.915.635.000.000 0,95
2016 1.350 595.000.000 538.044.038.690 1.425.964.152.418 0,94
2017 1.290 595.000.000 489.592.257.434 1.392.636.444.501 0,90
CEKA 2018 1.375 595.000.000 192.308.466.864 1.168.956.042.706 0,86
2019 1.670 595.000.000 261.784.845.240 1.393.079.542.074 0,90
2020 1.785 595.000.000 305.958.833.204 1.566.673.828.068 0,87
2016 5.000 800.659.050 185.423.000.000 1.197.797.000.000 3,50
2017 4.590 800.659.050 196.197.000.000 1.340.843.000.000 2,89
DLTA 2018 5.500 800.659.050 239.353.000.000 1.523.517.000.000 3,05
2019 6.800 800.659.050 212.420.000.000 1.425.984.000.000 3,97
2020 4.400 800.659.050 205.682.000.000 1.225.581.000.000 3,04
2016 11.750 2.107.000.000 1.454.398.000.000 2.275.038.000.000 11,52
2017 13.675 2.107.000.000 1.445.173.000.000 2.510.078.000.000 12,05
MLBI 2018 16.000 2.107.000.000 1.721.965.000.000 2.889.501.000.000 12,26
2019 15.500 2.107.000.000 1.750.943.000.000 2.896.950.000.000 11,88
2020 9.700 2.107.000.000 1.474.019.000.000 2.907.425.000.000 7,54
2016 1.645 22.358.699.725 6.657.166.000.000 12.922.422.000.000 3,36
2017 2.020 22.358.699.725 7.561.503.000.000 14.915.850.000.000 3,53
MYOR 2018 2.620 22.358.699.725 9.049.162.000.000 17.591.706.000.000 3,84
2019 2.050 22.358.699.725 9.911.940.000.000 19.037.919.000.000 2,93
2020 2.710 22.358.699.725 8.506.032.000.000 19.777.501.000.000 3,49
2016 4.570 2.888.382.000 750.000.000.000 4.239.200.000.000 3,29
2017 1.295 11.553.528.000 979.200.000.000 5.186.900.000.000 3,07
ULTJ 2018 1.350 11.553.528.000 780.900.000.000 5.555.900.000.000 2,95
2019 1.680 11.553.528.000 953.300.000.000 6.608.400.000.000 3,08
2020 1.600 11.553.528.000 3.972.400.000.000 8.754.100.000.000 2,57
2016 63.900 1.924.088.000 23.387.406.000.000 62.951.634.000.000 2,32
2017 83.800 1.924.088.000 24.572.266.000.000 66.759.930.000.000 2,78
GGRM 2018 83.625 1.924.088.000 23.963.934.000.000 69.097.219.000.000 2,68
2019 58.000 1.924.088.000 27.716.516.000.000 78.647.274.000.000 1,77
2020 41.000 1.924.088.000 19.668.941.000.000 78.191.409.000.000 1,26
2016 2.750 5.554.000.000 2.341.155.000.000 4.612.562.000.000 3,82
2017 2.700 5.554.000.000 3.998.173.000.000 7.272.084.000.000 2,61
KAEF 2018 2.600 5.554.000.000 7.182.832.000.000 11.329.091.000.000 1,91
2019 1.200 5.554.000.000 10.939.950.000.000 18.352.877.000.000 0,96
2020 4.250 5.554.000.000 10.457.145.000.000 17.562.817.000.000 1,94

118
2016 1.515 46.875.122.110 2.762.000.000.000 15.226.000.000.000 4,85
2017 1.690 46.875.122.110 2.772.000.000.000 16.616.000.000.000 4,93
KLBF 2018 1.520 46.875.122.110 2.851.611.000.000 18.146.206.000.000 4,08
2019 1.620 46.875.122.110 3.559.144.000.000 20.264.727.000.000 3,92
2020 1.480 46.875.122.110 4.288.218.000.000 22.564.300.000.000 3,26
2016 1.000 539.896.800 383.091.000.000 767.479.000.000 1,27
2017 885 539.896.800 417.225.000.000 840.236.000.000 1,12
ADES 2018 920 539.896.800 399.360.000.000 881.274.000.000 1,07
2019 1.045 539.896.800 254.438.000.000 822.375.000.000 1,06
2020 1.460 539.896.800 258.283.000.000 958.791.000.000 1,17
2016 3.030 1.428.571.500 1.332.432.000.000 3.284.504.000.000 1,72
2017 2.120 1.428.571.500 1.182.424.000.000 3.237.595.000.000 1,30
KINO 2018 2.800 1.428.571.500 1.405.264.000.000 3.592.164.000.000 1,50
2019 3.020 1.428.571.500 1.992.903.000.000 4.695.765.000.000 1,34
2020 2.720 1.428.571.500 2.678.124.000.000 5.255.360.000.000 1,25
2016 210 428.000.000 113.948.000.000 483.037.000.000 0,42
2017 206 428.000.000 130.623.000.000 497.354.000.000 0,44
MRAT 2018 179 428.000.000 143.913.787.087 511.887.783.867 0,43
2019 153 428.000.000 164.121.422.945 532.762.947.995 0,43
2020 169 428.000.000 217.377.331.974 559.795.937.451 0,52

LAMPIRAN 2. TABULASI DATA PROPER


Peringkat Kinerja Lingkungan yang diproyeksikan melalui Program Penilaian
Kinerja Perusahan (PROPER) Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup peringkat perusahaan dalam 5 warna
yaitu;

1. Emas ; skor = 5
2. Hijau ; skor = 4
3. Biru ; skor = 3
4. Merah ; skor = 2
5. Hitam ; skor = 1

TAHUN
KODE
2016 2017 2018 2019 2020
SMGR 4 4 4 4 4
JPFA 3 3 3 3 3
AUTO 3 3 3 3 3
ICBP 3 3 3 3 3

119
SIDO 4 4 4 4 5
NIKL 3 3 3 3 3
TOTO 3 3 3 2 3
INTP 3 3 4 4 3
AMFG 4 3 3 3 3
GDST 3 3 3 3 3
INAI 3 3 3 2 3
ISSP 3 3 3 3 3
UNIC 3 3 3 2 3
CPIN 3 3 3 2 3
MAIN 3 3 3 3 3
INKP 3 3 3 3 3
SPMA 3 3 3 3 3
GDYR 3 2 3 3 3
GJTL 3 3 2 3 3
INDS 3 3 3 3 3
ADMG 3 3 3 3 2
ARGO 3 3 3 3 3
TFCO 3 3 3 3 3
IKBI 3 2 2 3 3
KBLI 3 2 2 3 3
KBLM 3 3 2 3 2
VOKS 3 3 3 3 3
CEKA 3 3 3 3 3
DLTA 3 3 3 3 3
MLBI 3 4 4 3 3
MYOR 3 3 3 3 3
ULTJ 3 3 3 3 3
GGRM 3 3 3 3 3
KAEF 3 3 3 3 2
KLBF 3 3 4 4 4
ADES 2 3 3 3 3
KINO 3 3 3 2 3
MRAT 3 2 2 2 2

120
LAMPIRAN 3. TABULASI COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Coorporate social responsibility dapat diukur dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
∑𝑋𝑖
𝐶𝑆𝑅𝐼 =
𝑁
Keterangan :
CSRI : Jumlah skor pengungkapan CSR
∑Xi : Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
N : Jumlah item pengungkapan CSR (n = 91)
KODE TAHUN JUMLAH RATA-RATA
2016 11 0,3235
2017 7 0,2059
SMGR 2018 7 0,2059
2019 9 0,2647
2020 20 0,5882
2016 12 0,3529
2017 16 0,4706
JPFA 2018 12 0,3529
2019 12 0,3529
2020 12 0,3529
2016 11 0,3235
2017 11 0,3235
AUTO 2018 11 0,3235
2019 10 0,2941
2020 10 0,2941
2016 12 0,3529
2017 13 0,3824
ICBP 2018 12 0,3529
2019 13 0,3824
2020 13 0,3824
2016 15 0,4412
2017 15 0,4412
SIDO 2018 15 0,4412
2019 14 0,4118
2020 13 0,3824

121
2016 3 0,0882
2017 3 0,0882
NIKL 2018 4 0,1176
2019 4 0,1176
2020 3 0,0882
2016 3 0,0882
2017 3 0,0882
TOTO 2018 2 0,0588
2019 2 0,0588
2020 3 0,0882
2016 8 0,2353
2017 8 0,2353
INTP 2018 7 0,2059
2019 8 0,2353
2020 12 0,3529
2016 9 0,2647
2017 10 0,2941
AMFG 2018 12 0,3529
2019 11 0,3235
2020 12 0,3529
2016 3 0,0882
2017 18 0,5294
GDST 2018 18 0,5294
2019 19 0,5588
2020 17 0,5000
2016 25 0,7353
2017 25 0,7353
INAI 2018 24 0,7059
2019 20 0,5882
2020 20 0,5882
2016 22 0,6471
2017 23 0,6765
ISSP 2018 25 0,7353
2019 22 0,6471
2020 26 0,7647
2016 25 0,7353
2017 25 0,7353
UNIC 2018 25 0,7353
2019 26 0,7647
2020 26 0,7647

122
2016 10 0,2941
2017 10 0,2941
CPIN 2018 10 0,2941
2019 10 0,2941
2020 10 0,2941
2016 25 0,7353
2017 25 0,7353
MAIN 2018 23 0,6765
2019 25 0,7353
2020 25 0,7353
2016 7 0,2059
2017 7 0,2059
INKP 2018 7 0,2059
2019 7 0,2059
2020 7 0,2059
2016 15 0,4412
2017 15 0,4412
SPMA 2018 15 0,4412
2019 16 0,4706
2020 16 0,4706
2016 19 0,5588
2017 20 0,5882
GDYR 2018 23 0,6765
2019 14 0,4118
2020 22 0,6471
2016 17 0,5000
2017 16 0,4706
GJTL 2018 17 0,5000
2019 17 0,5000
2020 17 0,5000
2016 30 0,8824
2017 28 0,8235
INDS 2018 31 0,9118
2019 23 0,6765
2020 29 0,8529
2016 19 0,5588
2017 20 0,5882
ADMG 2018 19 0,5588
2019 18 0,5294
2020 19 0,5588

123
2016 12 0,3529
2017 16 0,4706
ARGO 2018 10 0,2941
2019 12 0,3529
2020 12 0,3529
2016 12 0,3529
2017 12 0,3529
TFCO 2018 12 0,3529
2019 12 0,3529
2020 12 0,3529
2016 16 0,4706
2017 22 0,6471
IKBI 2018 22 0,6471
2019 22 0,6471
2020 17 0,5000
2016 12 0,3529
2017 11 0,3235
KBLI 2018 11 0,3235
2019 15 0,4412
2020 13 0,3824
2016 11 0,3235
2017 10 0,2941
KBLM 2018 10 0,2941
2019 11 0,3235
2020 10 0,2941
2016 7 0,2059
2017 7 0,2059
VOKS 2018 9 0,2647
2019 9 0,2647
2020 8 0,2353
2016 16 0,4706
2017 19 0,5588
CEKA 2018 16 0,4706
2019 18 0,5294
2020 18 0,5294
2016 23 0,6765
2017 16 0,4706
DLTA 2018 17 0,5000
2019 15 0,4412
2020 15 0,4412

124
2016 10 0,2941
2017 11 0,3235
MLBI 2018 11 0,3235
2019 11 0,3235
2020 8 0,2353
2016 4 0,1176
2017 4 0,1176
MYOR 2018 4 0,1176
2019 4 0,1176
2020 4 0,1176
2016 18 0,5294
2017 18 0,5294
ULTJ 2018 13 0,3824
2019 16 0,4706
2020 15 0,4412
2016 17 0,5000
2017 11 0,3235
GGRM 2018 14 0,4118
2019 15 0,4412
2020 15 0,4412
2016 7 0,2059
2017 6 0,1765
KAEF 2018 6 0,1765
2019 5 0,1471
2020 6 0,1765
2016 3 0,0882
2017 1 0,0294
KLBF 2018 7 0,2059
2019 5 0,1471
2020 11 0,3235
2016 25 0,7353
2017 19 0,5588
ADES 2018 19 0,5588
2019 27 0,7941
2020 20 0,5882
2016 19 0,5588
2017 19 0,5588
KINO 2018 19 0,5588
2019 24 0,7059
2020 21 0,6176

125
2016 19 0,5588
2017 19 0,5588
MRAT 2018 15 0,4412
2019 18 0,5294
2020 20 0,5882

LAMPIRAN 4. ANALISIS DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kinerja Lingkungan 190 2,0 5,0 2,995 ,4657
CSR 190 ,0294 ,9118 ,418111 ,1974294
Nilai Prusahaan 190 ,3798 12,2630 1,836561 1,9678870
Valid N (listwise) 190

LAMPIRAN 5. UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 190
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,77373688
Absolute ,182
Most Extreme Differences Positive ,182
Negative -,135
Kolmogorov-Smirnov Z 2,504
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

126
LAMPIRAN 6. UJI NORMALITAS SETELAH DI TRANSFORMASI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 190
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,63864769
Absolute ,090
Most Extreme Differences Positive ,090
Negative -,055
Kolmogorov-Smirnov Z 1,237
Asymp. Sig. (2-tailed) ,094
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

LAMPIRAN 7. UJI MULTIKOLINIERITAS

Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1 LnX1 ,985 1,015
LnX2 ,985 1,015
a. Dependent Variable: LnY

LAMPIRAN 8. UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,324 ,109 1,706 ,090
1 LnX1 ,128 ,173 ,054 ,740 ,460
LnX2 -,104 ,046 -,076 -1,034 ,302
a. Dependent Variable: Abs_Res

127
LAMPIRAN 9. UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,514a ,307 ,300 ,64205 ,566
a. Predictors: (Constant), LnX2, LnX1
b. Dependent Variable: LnY

LAMPIRAN 10. UJI AUTOKORELASI SETELAH DI TRANSFORMASI

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,861a ,741 ,736 ,39502 1,915
a. Predictors: (Constant), Lag_Y, LnX1, LnX2
b. Dependent Variable: LnY

LAMPIRAN 11. HASIL UJI REGRESI SEDERHANA

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -3,348 ,999 -3,350 ,002
1
LnX1 3,332 ,916 ,357 3,639 ,001
a. Dependent Variable: LnY

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 ,519 ,269 ,249 ,6498173
a. Predictors: (Constant), LnX1

128
LAMPIRAN 12. HASIL UJI MODERASI

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1,421 2,060 -,690 ,495
LnX1 ,933 1,923 ,145 ,485 ,631
1
LnX2 ,979 1,837 ,746 ,533 ,598
LnX1.LnX2 -1,496 1,678 -1,333 -,892 ,379
a. Dependent Variable: LnY

129

Anda mungkin juga menyukai