SKRIPSI
Disusun Oleh :
Renaldi Agata
1812110232
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Studi Manajemen
IIB Darmajaya Bandar Lampung
Disusun Oleh :
Renaldi Agata
1812110232
i
HALAMAN PERNYATAAN
Renaldi Agata
1812110232
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam Sidang
Tugas Penutup Studi guna memperoleh gelar SARJANA EKONOMI. Pada
Program Studi MANAJEMEN INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS
DARMAJAYA.
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Menyetujui,
Ketua Program Studi
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Pada tanggal 16 Juni 2022 ruang B.3.1 jam 14.40 WIB telah diselenggarakan
Sidang SKRIPSI dengan judul: PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2016-2020.
Untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh gelar SARJANA
EKONOMI, bagi mahasiswa :
Dan telah dinyatakan LULUS oleh Dewan Penguji yang terdiri dari :
iv
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
a. Nama lengkap : Renaldi Agata
b. NPM : 1812110232
c. Tempat/TanggalLahir : Metro, 12 Agustus 1999
d. Agama : Islam
e. Alamat : Jl. Jendral Sudirman No. 330 Kelurahan
Ganjar Agung Kecamatan Metro Barat
Kota Metro.
f. Suku : Palembang
g. Kewarganegaraan : Indonesia
h. Email : ranaldiagata@gmail.com
i. No. Handphone : 082181704434
j. Jenis Kelamin : Laki-Laki
2. Riwayat Pendidikan
a. Sekolah Dasar : SD Muhammadiyah Metro Pusat
b. Sekolah Menengah Pertama : SMP Muhammadiyah 1 Metro
c. Sekolah Menengah Atas/SLTA: SMA Negeri 4 Metro
Dengan ini saya menyatakan bahwa semua keterangan yang saya sampaikan di atas
adalah benar.
RENALDI AGATA
1812110232
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji syukur bagi allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
berkat rahmat dan nikmat serta taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas nikmat dan rahmat-Mu ya Robb.
Kedua Orangtua saya, Ayah saya Zulkifli dan Ibu saya Sri Hardiyani, motivator
terbesar dalam hidupku dan belahan jiwaku surga dunia dan akhiratku yang tak
pernah lelah mendoakan, membesarkan, mendidik, dan menyayangiku atas semua
pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Takkan pernah terbalas jasa
ibu dan ayah, hanya doa lah yang selalu saya ucapkan untuk kedua orang tua saya
agar mereka selalu dalam lindungan allah SWT dan selalu diberikan kesehatan agar
kelak dapat melihat saya menjadi orang yang sukses.
Untuk kakak saya, Vina Zulfiani yang selalu menyemangati saya dan memberikan
dukungan serta doa untuk adiknya agar dapat menyelesaikan kuliah ini.
Terima kasih juga kepada Melany Ayu Octvia yang selalu memberi saya semangat
dalam mengerjakan skripsi dari awal hingga selesai, dan juga terima kasih kepada
Riki Okta Saputra, Rahmat Ramadhan, Ayu Ningsih Lestari, Firnasary, Reni
Yunisa, Yosua Theo Herlian dan yang lainnya tidak dapat saya sebutkan satu-
persatu yang telah memberikan arahan dan dukungan kepada saya dari awal
mengerjakan skripsi sampai dengan selesai. Kalian semua sangat baik, selalu ada
dan sabar dalam mengajarkan Saya, membuat Saya yakin dan berani serta tidak
takut untuk mencoba mengerjakan skripsi ini sendiri sampai dengan selesai.
vi
MOTTO
(Qs.Al-Insyirah: 5-6)
(Hanan Attaki)
(Renaldi Agata)
vii
ABSTRAK
Oleh:
Renaldi Agata
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang merupakan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program
Studi Manajemen IIB Darmajaya Bandar Lampung
1. Bapak Dr. Ir. Firmansyah YA, MBA., M.Sc, selaku Rektor IIB
DARMAJAYA Bandar Lampung.
2. Bapak Dr. RZ. Abdul Aziz, ST.,MT, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik
IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
3. Bapak Ronny Nazar, SE,M.M., selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Umum dan Keuangan IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
4. Bapak Muprihan Thaib, S.Sos.,MM., Selaku Wakil Rektor III Bidang
Kemahasiswaan dan Sumber Daya IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
5. Ibu Aswin, S.E., M.M., selaku Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomi IIB
Darmajaya.
6. Ibu Susanti, SE.,M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen IIB DARMAJAYA
Bandar Lampung.
7. Bapak Edi Pranyoto, SE.,M.M., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing saya menyelesaikan
penelitian ini.
8. Ibu Susanti, SE.,M.M., dan Ibu Dr. Faurani I Santi Singagerda, S.E.I.,M.Sc.,
selaku dosen penguji sidang skripsi dan dosen pembahas seminar.
9. Para Dosen dan Staf Program Studi Manajemen IIB DARMAJAYA Bandar
Lampung.
10. Kedua Orang Tuaku, Papa dan Mama (Zulkifli dan Sri Hardiyani) yang selalu
setia membimbing dan mendoakanku setiap saat.
11. Kakakku, Vina Zulfiani yang selalu memberikan semangat dan bimbingan
dikala kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
x
12. Keluargaku tersayang yang menjadi motivasiku untuk mendapatkan hasil
terbaik dalam menyelesaikan kuliahku.
13. Melany Ayu Octavia terkasih yang telah membantu memberi kritik dan saran
terhadap penyusunan skripsi ini dan tidak pernah lelah untuk selalu
mendengarkan cerita suka duka penulis dalam mengerjakan skripsi ini
14. Sahabat baikku, Sandra Putri Maharani yang selalu mendengarkan keluh kesah
dan memberi motivasi untuk terus semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
15. Teman - teman di Kampus IIB DARMAJAYA : Riki, Rahmat, Ayu, Firna,
Deya, Heru, Yosua, Reni yang selalu menemani, memberikan motivasi dan
semangatnya. Serta teman-teman manajemen yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu karena tidak hentinya-hentinya memberikan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
16. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun
materil selama ini.
17. Almamater tercinta IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
Renaldi Agata
1812110232
xi
DAFTAR ISI
xii
2.6 Pengembangan Hipotesis ............................................................................ 28
2.6.1 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan. ..................... 28
2.6.2 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi ..... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 31
3.2 Sumber Data ................................................................................................ 31
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 32
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................... 33
3.4.1 Populasi................................................................................................. 33
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 33
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................................... 35
3.5.1 Variabel Independen (X) ...................................................................... 35
3.5.2 Variabel Dependen (Y) ......................................................................... 35
3.5.3 Variabel Moderasi (Z) .......................................................................... 35
3.6 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 36
3.7 Uji Persyaratan Analisis Data ...................................................................... 37
3.8 Metode Analisis Data .................................................................................. 38
3.8.1 Analisis Regresi .................................................................................... 38
3.9 Uji Koefisien Determinasi (R2)................................................................ 38
3.10 Pengujian Hipotesis ................................................................................... 39
3.10.1 Uji Statistik T ...................................................................................... 39
3.10.2 Hipotesis Statistik ............................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 41
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................. 41
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 41
4.1.2 Deskriptif Variabel Penelitian .............................................................. 91
4.2 Hasil Uji Analisis Data ................................................................................ 96
4.2.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 96
4.3 Uji Asumsi Klasik ....................................................................................... 98
4.3.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 98
4.3.2 Uji Multikolonieritas............................................................................. 99
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 100
4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................................... 102
xiii
4.4.1 Pengujian Regresi Sederhana.............................................................. 102
4.4.2 Uji Hipotesis (Uji T) ........................................................................... 103
4.5 Uji Determinasi ......................................................................................... 103
4.6 Pengujian Moderasi ................................................................................... 104
4.7 Pembahasan ............................................................................................... 105
4.7.1 Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan ................ 105
4.7.2 Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 108
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 108
5.2 Saran ........................................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110
LAMPIRAN ....................................................................................................... 115
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
setiap tahunnya, sehingga menyebabkan ketidakstabilan harga saham yang
mengakibatkan investor kesulitan dalam melakukan investasi karena seorang
investor tidak sembarang dalam melakukan investasi atas dana yang dimilikinya,
terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagi informasi (Asrizon &
Asmeri, 2021).
Berikut merupakan Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur periode
2016-2020 :
Gambar 1. 1
Rata-Rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2016-2020
Rp5,223
Rp4,819
Rp4,584
Rp4,216
Rp3,798
2
disebabkan oleh fluktuatifnya penjualan eksplor dan menurunnya produksi barang
di dalam negeri (Suryahadi, 2019).
Informasi terkait penurunan nilai perusahaan juga dapat disebabkan oleh
kasus-kasus tidak terduga seperti perusahaan manufaktur yang mengalami
penurunan pertumbuhan pada lima tahun terakhir. Berikut merupakan Laju
Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Industri Manufaktur periode 2016-
2020 :
Gambar 1. 2
Laju Pertumbuhan PDB Industri Manufaktur 2016-2020
3
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai kepatuhan
sektor manufaktur dalam pengelolaan lingkungan juga terbukti masih rendah.
Hingga 2019 jumlah industri yang mendaftar untuk dinilai kepatuhannya relatif
rendah. Jumlah industri Manufaktur Prasarana Jasa (MPJ) baru mencapai 597
perusahaan atau 29,15 persen dari jumlah industri yang dilakukan penilaian
menggunakan indikator Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER) (www.m.bisnis.com). Pada 2019 terdapat 2.045 perusahaan yang
mendaftar untuk dilakukan penilaian yang dinilai terkait aspek kepatuhan akan
lingkungan oleh KLHK. Dari jumlah perusahaan manufaktur, KLHK mencatat
hanya 83 perusahaan yang dapat dikategorikan layak menerima PROPER kategori
hijau ke atas. Setelah diteliti lebih lanjut hanya 23 perusahaan manufaktur dalam
kategori hijau dan satu perusahaan kategori emas, angka tersebut dinilai cukup
rendah. KLHK juga mengamati rendahnya inovasi yang dilakukan industri
(www.m.bisnis.com). Dalam penilaian PROPER, pihaknya menerima 794 inovasi
dari calon kandidat. Inovasi yang berasal dari sektor manufaktur berjumlah 130
dari total angka tersebut. Proposal inovasi sektor manufaktur yang diajukan ini
melingkupi aspek efisiensi energi 31 inovasi, penurunan emisi 16 inovasi, upaya
pengelolaan limbah B3 33 inovasi, efisiensi air dan penurunan beban pencemaran
serta keanekaragaman hayati 24 inovasi, dan pemberdayaan masyarakat dua
inovasi (Nurcahaya, 2020).
4
mencegah kerusakan lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan.
Jika perusahaan tidak memperhatikan lingkungan dalam jangka waktu yang
panjang, maka hal itu dapat memengaruhi perkembangan nilai perusahaan yang
mengakibatkan pertumbuhan nilai perusahaan melambat bahkan tidak ada
pertumbuhan (Asrizon & Asmeri, 2021). Semakin baik pertanggungjawaban
perusahaan terhadap kelestarian lingkungan hidup, maka semakin baik juga citra
perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap
lingkungan dengan memperhatikan kinerja lingkungan yang nantinya akan
berdampak naiknya harga saham sehingga dapat dilihat oleh investor kemudian
nilai perusahaan juga akan meningkat. Penelitian terdahulu terkait dengan
pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan yang dilakukan oleh
Rochmawati & Mildawati (2019); Asrizon & Asmeri, (2021); dan Artamelia et al.,
(2021) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif yang
signifikan terhadap nilai perusahaan. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh
Hendrawati & UY (2020); dan Zahbeta et al., (2018) bahwa kinerja lingkungan
tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
5
menjaga hubungan sosial. Adanya pengungkapan CSR maka kepercayaan
masyarakat dapat ditingkatkan sehingga para investor akan tertarik untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki citra baik dimata
masyarakat (UY & Hendrawati, 2020). Corporate Social Responsibility (CSR)
juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diduga
dapat memperkuat atau melemahkan pengaruh tersebut (Rochmawati &
Mildawati, 2019). Sebagaimana dalam penelitian ini CSR digunakan sebagai
variabel moderasi. Auliya (2018) menyatakan kinerja lingkungan dihubungkan
dengan nilai perusahaan melalui pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Pengungkapan CSR sebagai pengaruh tidak langsung antara kinerja lingkungan
dengan nilai perusahaan karena CSR akan menjadi pengungkapan kinerja
lingkungan ke pihak masyarakat dan investor sehingga CSR sebagai mediator yang
akan manarik minat para investor untuk menginvestasikan dananya pada
perusahaan. Jika minat investor naik maka akan mendorong harga saham naik.
Ketika harga saham naik maka akan memberikan kemakmurkan terhadap para
pemegang saham yang artinya meningkatkan nilai perusahaan. Menurut
Rochmawati (2019), kinerja lingkungan yang baik mendorong perusahaan untuk
lebih banyak mengungkapkan CSR pada laporan tahunan perusahaan. Maka dapat
disimpulkan bahwa pengungkapan kinerja lingkungan yang didorong dengan
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
6
lingkungan dan nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian
ini diberi judul “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2016–2020”.
Ruang lingkup objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2016-2020.
7
1.5 Manfaat Penelitian
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan
untuk menjadi pertimbanganan perusahaan dalam melaksanakan
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan dan menjadi
literatur pada penelitian selanjutnya terkait Kinerja Perusahaan dan
Corporate Social Responsibility dalam meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam penelitian ini, pembahasan dan hasil peneltian akan disusun dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan memaparkan tentang latar belakang, ruang lingkup, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN
Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang
diambil dari kutipan literatur, jurnal, dan lain sebagainya.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sumber data yang digunakan, metode pengumpulan
data, populasi, sampel, definisi operasional variabel, metode analisis data, serta
pengujuan hipotesis pada penelitian
8
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil pembahasan yang diperoleh dari pengujian analisis
dan perhitungan data yang sudah diteliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya, setiap perusahaan akan selalu menunjukkan kepada calon investor
bahwa perusahaan mereka tepat sebagai alternatif investasi melalui pihak
manajemen, pihak manajemen diharapkan mampu memberikan sinyal positif
terhadap calon investor. Apabila pihak manajemen tidak mampu menampilkan
sinyal yang positif tentang nilai perusahaan, maka nilai perusahaan dapat berada
diatas atau dibawah nilai perusahaan yang sebenarnya (Rochmawati & Mildawati,
2019). Wulandari (2018) menyatakan bahwa nilai perusahaan mencerminkan
pandangan investor terhadap suatu tingkat keberhasilan perusahaan dimana sering
dikaitkan dengan harga saham, sehingga apabila harga saham tinggi, maka nilai
perusahaan dapat menjadi tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka bertambah
kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wulandari & Ardana,
2018).
10
Teori sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan dari
perusahaan terhadap keputusan investasi yang dilakukan oleh investor atau pihak
luar perusahaan. Informasi adalah unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyampaikan keterangan catatan dan
gambaran baik untuk keadaan masa lalu ataupun masa depan bagi keberlangsungan
hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, dan akurat sangat
diperlukan oleh investor sebagai alat untuk melakukan analisis terhadap
pengambilan keputusan investasi (Wardani & Lailatus, 2020).
Menurut Silvia (2019 : 3) Nilai perusahaan memiliki posisi yang sangat penting
bagi perusahaan karena dengan peningkatan nilai perusahaan akan diikuti dengan
peningkatan harga saham yang mencerminkan peningkatan kemakmuran
pemegang saham. Bagi seorang manajer, nilai perusahaan merupakan tolok ukur
atas prestasi kerja yang telah dicapainya. Peningkatan nilai perusahaan
menunjukkan peningkatan kinerja perusahaan. Secara tidak langsung hal tersebut
dipandang sebagai suatu kemampuan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang
saham yang merupakan tujuan perusahaan. Bagi investor, peningkatan nilai
perusahaan akan membuat investor tersebut tertarik untuk berinvestasi di
perusahaan (Indrarini, 2019).
Adapun beberapa fungsi nilai perusahaan menurut (Ningrum, 2022) adalah sebagai
berikut :
11
5) Mempertegas okupasi pasar terhadap produk perusahaan.
6) Membantu proyeksi keuntungan di masa mendatang.
Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan. Nilai
perusahaan memberikan indikasi bagaimana investor menanggapi tentang kinerja
masa lalu dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Nilai perusahaan
dapat diukur melalui harga per laba atau price/ earning (P/E) dan nilai pasar per
nilai buku (Brigham & Houston, 2018);
Nilai perusahaan juga dapat diukur melalui rasio nilai pasar dari aset modal riil
terhadap biaya penggantian (replacement cost) aset tersebut saat ini atau yang
disebut sebagai Tobin’s Q atau rasio Q. Rochmawati (2019), menggunakan Tobin’s
Q dengan membandingkan nilai pasar ekuitas (MVE) ditambah nilai buku liabilitas
(BVL) dengan nilai buku dari asset (BVA).
𝐌𝐕𝐄 + 𝐁𝐕𝐋
𝑻𝒐𝒃𝒊𝒏′ 𝒔 𝑸 =
𝐁𝐕𝐀
12
2.3 Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan dapat diartikan sebagai kegiatan perusahaan untuk mengurangi
dampak negatif lingkungan dari operasional perusahaan dengan kemampuan yang
dimiliki perusahaan (Adyaksana & Pronosokodewo, 2020). Jika perusahaan
terlibat dalam kinerja lingkungan, itu akan membuat lebih banyak pengungkapan
lingkungan (Sari et al, 2019). Baik buruknya kondisi lingkungan di sekitar
perusahaan dapat digambarkan melalui kinerja lingkungan yang dilakukan
perusahaan (Chanifah et al, 2019).
13
Pelaksanaan PROPER telah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
RI No.01 Tahun 2021 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup
sehingga dalam peringkat kinerja penataan dikelompokkan dalam 5 (lima)
peringkat warna. Kriteria yang digunakan dalam pemeringkatan tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. 1
Kriteria Peringkat PROPER
No. Peringkat Skor Keterangan
Konsisten telah menunjukan keunggulan
lingkungan dalam proses produksi dan jasa,
1 Emas 5 serta melaksanakan bisnis yang beretika
dan bertanggungjawab terhadap
masyarakat.
Melakukan pengelolaan lingkungan lebih
dari yang dipersyaratkan dalam peraturan
(beyond compliance) melalui pelaksanaan
2 Hijau 4 sistem pengelolaan lingkungan dan
memanfaatkan sumber daya seacara efisien
serta melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan baik.
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan
yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan
3 Biru 3
atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Melakukan upaya pengelolaan lingkungan
tetapi belum sesuai dengan persyaratan
4 Merah 2
sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan.
Belum melakukan upaya pengelolaan
lingkungan berarti, secara sengaja tidak
melakukan upaya pengelolaan lingkungan
5 Hitam 1
sebagaimana yang dipersyaratkan, serta
berpotensi mencemari
lingkungan.
Sumber : Laporan PROPER 2021
14
melalui kerja sama dengan karyawan, keluarga, masyarakat umum
meningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat untuk bisnis tersebut serta
pembangunan (Rochmawati & Mildawati, 2019). Di Indonesia Corporate
Social Responsibility diatur secara tegas melalui Undang-Undang Nomor 47
tahun 2014 yaitu tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, dimana Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut. Selain
perusahaan wajib melakukan kegiatan CSR, perusahaan juga mewajibkan
untuk mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam laporan
tahunan, namun item-item CSR yang diungkapkan perusahaan masih bersifat
voluntary (Cheng & Christiawan, 2011). Pada penelitian yang dilakuakan oleh
Lingga dan Wirakusuma (2019) menyatakan bahwa Corporate Social
Responsibility dapat diukur melalui pengungkapan berdasarkan Global
Reporting Initiatives (GRI) . Global Reporting Initiatives (GRI) merupakan
organisasi nirlaba internasional yang memiliki misi untuk menjadikan
pelaporan berkelanjutan menjadi praktik yang standar sehingga perusahaan
maupun organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampaknya yang meliputi
ekonomi, sosial dan lingkungan (Syahputra et al. 2019).
15
adanya kebijakan pemerintah dengan perusahaan atau organisasi yang
menerapkan CSR, banyak masyarakat yang terbantu akan adanya
pelaksanaan CSR di sekitar mereka.
3. Manfaat bagi Perusahaan
1) Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan
berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspetasi masyarakat,
peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk
manajemen risiko hukum yang lebih baik) dan risiko jika tidak
bertanggung jawabsecara sosial.
2) Meningkatkan praktek pengelolaan risiko dari organisasi.
3) Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan
publikyang lebih besar.
4) Meningkatkan daya saing organisasi.
5) Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholders.
6) Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan. Meingkatkan
keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-laki maupun
perempuan dan berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk
merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan.
7) Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan produktivitas
danefesiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah,
mengurangi limbah, dan meningkatkan ketersediaan bahan baku.
8) Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan
politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak
adanya korupsi.
9) Mencegah atau mengurangi potensi konfilk dengan konsumen tentang
produk dan jasa.
10) Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka Panjang
organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya alam
dan jasa lingkungan.
11) Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat masyarakat
umumdan lembaga.
16
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat
diterapkannya CSR pada perusahaan yaitu tidak hanya dirasakan oleh perusahaan
saja namun dirasakan juga oleh pemerintah, masyarakat dan lingkungan.
Tabel 2. 2
INDIKATOR PENGUNGKAPAN GRI G4
KINERJA EKONOMI
Kinerja Ekonomi
EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan
EC2 Implikasi financial dan risiko serta peluang lainnya kepada kegiatan
organisasi karena perubahan iklim
EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program imbalan pasti
17
EC4 Bantuan Finansial yang diterima dari pemerintah
Keberadaan Pasar
EC5 Rasio upah standar pegawai pemula menurut gender dibandingkan
upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan.
Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC6 Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat
lokal di lokasi operasi yang signifikan
EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur dan jasa yang
diberikan
EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya
dampak
Aspek Praktik Pengadaan
EC9 Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi operasional
yang signifikan
KINERJA LINGKUNGAN
Aspek Bahan
EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume
EN2 Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur
ulang
Energi
EN3 Konsumsi energy dalam organisasi
EN4 Konsumsi energy di luar organisasi
EN5 Intensitas energy
EN6 Pengurangan konsumsi energy
EN7 Pengurangan produk energy pada produk dan jasa
Air
EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber
EN9 Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh pengambilan air
EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan
kembali
Keanekaragaman hayati
18
EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa, dikelola di dalam,
atau yang berdekatan dengan kawasan lindung dan kawasan dengan
nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk dan jasa terhadap
keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan lindung
EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
EN14 Jumlah total spesies dalam IUCN red list dan spesies dalam daftar
yang dilindungi nasional dengan habitat ditempat yang dipengaruhi
operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan
Emisi
EN15 Emisi gas rumah kaca langsung (cakupan 1)
EN16 Emisi gas rumah kaca energy tidak langsung (cakupan 2)
EN17 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya
EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca
EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca
EN20 Emisi bahan perusak ozon
EN21 NOX, SOX dan emisi gas lainnya
Efluen dan Limbah
EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
EN23 Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan
EN24 Jumlah dan volume total tumpahan signifikan
EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut ketentuan konvensi
basel 2 lampiran I,II,III dan VIII yang diangkut, diimpor,
diekspor,atau diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk
pengiriman internasional
EN26 Identitas, ukuran, status lindung, dan nilai keanekaragaman hayati dari
badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkena dampak
dari air buangan dan limpasan dari organisasi
Produk dan Jasa
19
EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingkungan produk dan
jasa
EN28 Persentase produk yang terjual dan kemasannya yang direklamasi
menurut kategori
Kepatuhan
EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi non-moneter
karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
lingkungan
Transportasi
EN30 Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan produk dan barang
lain serta bahan untuk operasional organisasi, dan pengangkutan
tenaga kerja
Lain-lain
EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan lingkungan berdasarkan
jenis
Asesmen Pemasok
EN32 Penapisan pemasok baru
EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam
rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
EN34 Laporkan jumlah total pengaduan tentang dampak lingkungan yang
diajukan melalui mekanisme pengaduan resmi selama periode
pelaporan
KETENAGAKERJAAN DAN KENYAMANAN BEKERJA
Kepegawaian
LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover
karyawan menurut kelompok umur gender dan wilayah
LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purna waktu yang tidak
diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan
lokasi operasi yang signifikan
20
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti melahirkan
menurut gender
Hubungan Industrial
LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan operasi,
termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite bersama
formal manajemen-pekerja yang membantu mengawasi dan
memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja
LA6 Jenis dan tingkat kerja, penyakit akibat kerja, hari hilang dan
kemangkiran, serta jumlah kematian total akibat kerja, menurut daerah
dan gender
LA7 Pekerja yang sering terkena atau berisiko tinggi terkena penyakit yang
terkait dengan pekerjaan mereka
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian
formal dengan serikat pekerja
Pelatihan dan Pendidikan
LA9 Jam pelatihan rata-rata per tahun, per karyawan menurut gender dan
menurut kategori karyawan
LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran seumur
hidup yang mendukung keberlanjutan kerja karyawan dan membantu
mereka mengelola purna bakti
LA11 Persentase karyawan yang menerima reviu kinerja dan pengembangan
karir secara reguler menurut gender dan kategori karyawan
Keberagaman dan Kesetaraan Peluang
LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per katagori
karyawan
Kesetaraan Remunerasi perempuan dan laki-laki
LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki
menurut kategori karyawan
Asesmen Pemasok Atas Praktik Ketenagakerjaan
21
LA14 Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik
ketenagakerjaan
LA15 Dampak negatif aktual dan potensial dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Ketenagakerjaan
LA16 Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang diajukan,
ditangani, diselesaikan melalui mekanisme pengadilan resmi
HAK ASASI MANUSIA
Investasi
HR1 Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi signifikan
yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan
berdasarkan hak asasi manusia
HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak
asasi manusia. Termasuk persentase karyawan yang dilatih
Non Diskriminasi
HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan yang diambil
Kebebasan Berserikat
HR4 Operasi dan pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau
berisiko tinggi melanggar hak untuk Melaksanakan kebebasan
berserikat dan perjanjian kerja bersama, dan tindakan yang diambil
untuk mendukung hak-hak tersebut
Pekerja Anak
HR5 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan
eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil
Pekerja Paksa Atau Wajib Kerja
HR6 Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan
kerja paksa atau wajib kerja dan tindakan yang diambil
Praktik Pengamanan
HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau
prosedur hak asasi manusia di organisasi yang relevan dengan operasi
Hak Adat
22
HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat
adat dan tindakan yang diambil
Asesmen
HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan reviu atau
asesmen dampak hak asasi manusia
Asesmen Pemasok Atas Hak Asasi Manusia
HR10 persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria hak asasi
manusia
HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak
asasi manusia dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Pengaduan Hak Asasi Manusia
HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak hak asasi manusia yang diajukan,
ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengadilan formal.
MASYARAKAT
Masyarakat Lokal
SO1 Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, asesmen
dampak, dan program pengembangan yang diterapkan
SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat lokal
Anti Korupsi
SO3 jumlah total dan persentase operasi yang dinilai untuk risiko terkait
dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi.
SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti
korupsi
SO5 Insiden korupsi yang terjadi dan tindakan yang diambil
Kebijakan Publik
SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan Negara dan penerima
manfaat
Anti Persaingan
SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti persaingan, anti trust dan
serta praktik monopoli dan hasilnya
23
Kepatuhan
SO8 Nilai moneter denda yag signifikan dan jumlah total sanksi non
moneter atas ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
Asesmen Pemasok atas dampak pada masyarakat
SO9 persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria dampak
terhadap masyarakat
SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap
masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Mekanisme Dampak Terhadap Pengaduan Masyarakat
SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat yang
diajukan, ditangani dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi
TANGGUNG JAWAB ATAS PRODUK
Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang dampaknya
terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan
PR2 jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan
jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis hasil
Pelabelan Produk dan Jasa
PR3 Jenis informasi dan jasa yang diharuskan oleh prosedur organisasi
terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta
persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti
persyaratan informasi sejenis.
PR4 jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa
menurut jenis hasil
PR5 Hasil survey untuk mengukur kepuasan pelanggan
Komunikasi Pemasaran
PR6 Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan
24
PR7 jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda
sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan, promosi, dan
sponsor menurut jenis hasil
Privasi Pelanggan
PR8 jumlah total keluhan yang terbukti yang diterima tentang pelanggaran
privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan
Kepatuhan
PR9 nilai moneter dari denda yang signifikan untuk ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan
penggunaan produk dan jasa.
Sumber: www.edusaham.com
2.5 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu terkait dengan kinerja lingkungan terhadap
nilai perusahaan dengan corporate social responsibility sebagai variabel moderasi
yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:
Tabel 2. 3
Tabel Penelitian Terdahulu
25
2 Dody Apakah Pengungkapan Hasil penelitian menunjukkan
Hapsoro & Informasi Lingkungan bahwa
26
Responsibility (CSR) 2. Corporate Social Responsibilty
sebagai Variabel sebagai variabel pemoderasi tidak
Pemoderasi mampu memperkuat pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan.
5 Olinsca Pengaruh Corporate Berdasarkan hasil penelitian ;
Zabetha, Governance, Kinerja Kinerja lingkungan tidak berpengaruh
Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Variabel Moderasi :
Corporate Social
Responsibility (CSR)
27
2.6 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka pengembangan hipotesis pada
penelitian ini adalah:
2.6.1 Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.
Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan akan
melakukan usaha untuk mencapai dan mempertahankan nilai perusahaan dengan
melakukan kinerja yang maksimal. Nilai perusahaan mencerminkan pandangan
investor terhadap suatu tingkat keberhasilan perusahaan dimana sering dikaitkan
dengan harga saham, sehingga apabila harga saham tinggi, maka nilai perusahaan
dapat menjadi tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka bertambah
kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Wulandari & Ardana,
2018). Sesuai dengan teori sinyal, semua informasi mengenai suatu perusahaan
akan diterima sebagai suatu sinyal dalam pasar. Program Penilaian Peringkat
Kinerja Lingkungan Hidup (PROPER) pada perusahaan menjadi salah satu
informasi atau sinyal yang bisa dilihat oleh para investor, ketika perusahaan
terdaftar dalam PROPER dan memiliki catatan yang baik dan masuk dalam katagori
warna yang baik, hal tersebut dapat menjadi sinyal mengenai keberlanjutan suatu
perusahaan yang baik dalam pasar (Rochmawati & Mildawati, 2019).. Apabila
perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul
keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham.
Perusahaan mengharapkan investor akan bereaksi positif terhadap itikad baik yang
dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitarnya, sehingga menambah minat
para investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Jika minat
investor naik maka akan mendorong harga saham naik. Ketika harga saham naik
maka akan memberikan kemakmuran terhadap para pemegang saham yang artinya
meningkatkan nilai perusahaan (Auliya, 2018). Kinerja lingkungan yang baik
adalah perusahaan yang banyak mengungkapkan kegiatan sosial yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut (Asrizon & Asmeri, 2021). Pengelolaan kinerja
lingkungan merupakan bentuk upaya manajemen dalam mencegah kerusakan
lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Oleh karena itu setiap
perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dengan memperhatikan
kinerja lingkungan yang nantinya akan berdampak naiknya harga saham sehingga
dapat dilihat oleh investor kemudian nilai perusahaan juga akan meningkat.
28
Penelitian terdahulu terkait dengan pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan yang dilakukan oleh Rochmawati & Mildawati (2019); Asrizon &
Asmeri, (2021); dan Artamelia et al., (2021) menunjukkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh positif yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
29
meningkatkan nilai perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
kinerja lingkungan yang didorong dengan pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian
yang dilakukan oleh Adyaksana dan Pronosodewo, (2020); dan Auliya, (2018)
menyatakan bahwa Pengungkapan informasi lingkungan menggunakan Corporate
Social Responsibility (CSR) dapat memoderasi dan memperkuat hubungan antara
kinerja lingkungan dengan nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian
tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
2. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adlah penelitian yang berbentuk kata, skema dan
gambaran atau dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari
sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk yang sudah
terkompilasi ataupun bentuk files dan data ini harus dicari melalui
narasumber yaitu orang yang dijadikan sebagai objek penelitian atau sarana
mendapatkan informasi/data.
31
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara yang berbentuk bukti (evidence), catatan, dan
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik
yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, sumber data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder. Penelitian ini mengambil data pada perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun data yang
diperlukan di penelitian ini yaitu Kinerja Lingkungan yang diambil dari laporan
PROPER, data pada Nilai Perusahaan dan Corporate Social Responsibility diambil
dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang peroleh dari situs
http://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/ adapun
situs lain dalam penelitian ini yaitu http://www.sahamok.net/perusahaan-
manufaktur-di-bei/ dan http://www.edusaham.com/download-indikator-
pengungkapan-csr-menurut-gri-g4-pdf/.
Menurut Sugiyono (2018), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (angket/kuesioner,
wawancara/interview, observasi, uji/tes, dokumentasi, dan studi pustaka). Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:
32
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yang
dimana penulis mengumpulkan data dengan cara mencatat dan menyeleksi data
yang dibutuhkan. Pada penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah laporan
keuangan, laporan tahunan, dan laporan hasil PROPER yang dipublikasikan oleh
perusahaan manufaktur pada periode 2016-2020. Dimana data tersebut diperoleh
melalui website BEI (http://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-
dan-tahunan/) dan data hasil PROPER diperoleh melalui website Kementerian
Lingkungan Hidup ( www.proper.mnlh.go.id/proper/berita/detail/183 ).
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018).
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3. 1
Kriteria Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Populasi 177
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berturut turut
2 tahun 2016-2020 142
Perusahaan manufaktur yang melaporkan laporan tahunan
3 secara lengkap 2016-2020 142
4 Perusahaan yang mengikuti program PROPER tahun 2016-2020 38
Sampel Penelitian 38
Total Sampel (n x periode penelitian) 190
33
Berdasarkan kriteria, terdapat 38 perusahaan yang memenuhi kriteria penetuan
sampel. Berikut merupakan daftar perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel dalam penelitian ini:
Tabel 3.2
Perusahaan Manufaktur tahun 2016-2020 yang menjadi Sampel
KODE
NO SAHAM NAMA PERUSAHAAN
1 ADES AKASHA WIRA INTERNASIONAL, PT
2 ADMG POLYCHEM INDONESIA TBK
3 AMFG ASAHIMAS FLAT GLASS TBK
4 ARGO ARGO PANTES TBK
5 AUTO ASTRA OTOPARTS TBK
6 CEKA WILMAR CAHAYA INDONESIA TBK, PT
7 CPIN CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK
8 DLTA DELTA DJAKARTA TBK, PT
9 GDST GUNAWAN DIANJAYA STEEL TBK
10 GDYR GOODYEAR INDONESIA TBK
11 GGRM GUDANG GARAM TBK
12 GJTL GAJAH TUNGGAL TBK
13 ICBP INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK, PT
14 IKBI SUMI INDO KABEL TBK
15 INAI INDAL ALUMUNIUM INDUSTRY TBK
16 INDS INDOSPRING TBK
17 INKP INDAH KIAT PULP & PAPER TBK
18 INTP INDOCEMENT TUNGGAL PRAKASA TBK
19 ISSP STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA TBK
20 JPFA JAPFA COMFEED INDONESIA TBK
21 KAEF KIMIA FARMA (PERSERO) TBK
22 KBLI KMI WIRE AND CABLE TBK
23 KBLM KABELINDO MURNI TBK
24 KINO KINO INDONESIA TBK
25 KLBF KALBE FARMA TBK
26 MAIN MALINDO FEEDMILL
27 MLBI MULTI BINTANG INDONESIA TBK, PT
28 MRAT MUSTIKA RATU TBK
29 MYOR MAYORA INDAH TBK, PT
30 NIKL PELAT TIMAH NUSANTARA TBK
31 SIDO INDUSTRI JAMU & FARMASI SIDO MUNCUL TBK
32 SMGR SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK
33 SPMA SUPARMA TBK
34 TFCO TIFICO FIBER INDONESIA TBK
35 TOTO SURYA TOTO INDONESIA TBK
36 ULTJ ULTRAJAYA MILK INDUSTRY TBK, PT
34
37 UNIC UNGGUL INDAH CAHAYA TBK
38 VOKS VOKSEL ELECTRIC TBK
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017). Variabel independen pada
penelitian ini adalah kinerja lingkungan dan variabel dependen pada penelitian ini
adalah nilai perusahaan. Sedangkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
variabel moderasi.
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel dependen pada penilitian
ini adalah nilai perusahaan. Jika nilai saham pada suatu perusahaan tinggi maka
bisa dikatakan nilai perusahaannya baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah
mendapatkan keuntungan maksimal dan menjadikan nilai perusahaan maksimal
(Pristina & Khairunnisa, 2019). Pengukuran nilai perusahaan menggunakan
Tobin’s Q yang dimana rasio ini lebih teliti tentang seberapa efektifnya manajemen
memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaanya (Susanti, 2016)
35
kedua. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Corporate Sosial
Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) dihitung pada
penelitian ini menggunakan satu dari enam indikator pengungkapan GRI G4
yaitu Kinerja Lingkungan.
Tabel 3. 2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Skala Ukur
Kinerja lingkungan perusahaan
Pemeringkatan perusahaan
diukur dari prestasi perusahaan
berdasarkan Peraturan Menteri
mengikuti program PROPER
Lingkungan Hidup RI No. 5
yang merupakan salah satu
tahun 2011 mengenai
upaya yang dilakukan oleh
PROPER, dikategorikan dalam
Kinerja Kementerian Lingkungan
lima warna, yaitu:
Lingkungan Hidup (KLH) untuk
-Emas; skor=5
mendorong penataan
-Hijau; skor=4
perusahaan dalam pengelolaan
-Biru; skor=3
lingkungan hidup melalui
-Merah; skor=2
instrument informasi (Hapsoro
-Hitam; skor=1
& Adyaksana, 2020)
Nilai perusahaan dapat diukur
dengan Tobin’s Q, yakni
membandingkan nilai pasar 𝑴𝑽𝑺 + 𝑩𝑽𝑳
Tobin’s Q ekuitas (MVE) ditambah nilai 𝑸=
buku liabilitas (BVL) dengan 𝑩𝑽𝑨
nilai buku dari asset (BVA)
(Rochmawati, 2019).
Corporate Sosial
Responsibility diukur dengan
membandingkan jumlah item
yang diungkapkan perusahaan ∑𝑿𝒊
CSR (X) dibandingkan dengan 𝑪𝑺𝑹𝒊 =
𝑵
jumlah item yang seharusnya
di ungkapkan (N)
(Rochmawati & Mildawati,
2019)
36
3.7 Uji Persyaratan Analisis Data
37
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson (Ghozali, 2018).
3.8 Metode Analisis Data
3.8.1 Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan merupakan analisis yang mempelajari bagaimana
membangun sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan atau
meramalkan suatu fenomena alami atas dasar fenomena lain (Umamah, 2019).
Analisis regresi data pada penelitian ini menggunakan 2 model yaitu model uji
regresi sederhana dimana model tersebut digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen tanpa memasukan model
moderasi. Sedangkan model analisi regresi selanjutnya ialah menggunakan
Modarate Regression Analysis (MRA) yang memasukan variabel moderator untuk
menguji kuat atau lemahnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut adalah model persamaan dalam penelitian ini:
Analisis Regresi Sederhana
NPit = αt + β KLit + et
38
0,50 (korelasi moderat), 0,51-0,99 (korelasi kuat). 1,00 (korelasi sempurna). Nilai
R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu meunjukkan bahwa variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018).
39
Ha1: Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2020.
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-2020. Berikut daftar
sampel perusahaan manufaktur dalam penelitian ini.
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian
1. Akhasa Wira Internasional (ADES)
PT Akasha Wira International merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang produksi dan distribusi air minum dalam kemasan. Dulu
perusahaan ini bernama PT Ades Waters Indonesia Tbk, kemudian pada
tahun 2009 melalui RUPS berubah namanya menjadi PT Akasha Wira
International untuk mengubah citra perseroan. Perusahaan memulai
produksi air minum dalam kemasan secara komersial pada tahun 1986
dengan merek Ades dan Vica. Perseroan mengeluarkan produk baru yaitu
produk air kemasan Merek AdeS dengan kemasan baru dan Nestle Pure Life
di tahun 2004. Pada tahun 1985, PT Akasha Wira International didirikan
dengan nama PT Alfindo Putrasetia. Nama Perusahaan telah diubah
beberapa kali, terakhir pada tahun 2010, ketika nama Perusahaan diubah
menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Anggaran Dasar Perusahaan
telah mengalami beberapa kali perubahan.
41
Program Penelitian Peringkat Kinerja Perseroan dalam Pengelolaam
Lingkungan (PROPER).
42
mereka mencapai Indonesia, Asia, Australia, Selandia Baru, Timur Tengah,
Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika. PT. Asahimas Flat Glass Tbk. didirikan
pada tahun 1971. Perusahaan tersebut sempat beroperasi dengan nama PT.
Asahimas Flat Glass Co., Ltd. sebelum berganti nama menjadi PT.
Asahimas Flat Glass Tbk. pada bulan Juni 1998. Saat ini AMFG dimiliki
oleh Asahi Glass Co., Ltd., PT. Rodamas, dan kooperasi. Perusahaan ini
merupakan induk dari PT Auto Glass Indonesia (AGI) yang berfokus pada
penggantian dan jasa reparasi automotive safety glass. Produk utama
AMFG adalah flat glass berwarna, reflektif, dan kaca cermin yang
digunakan di gedung-gedung bertingkat dan sebagai bahan baku untuk
industri hilir. Sementara automotive glass yang diproduksi perusahaan
meliputi tempered glass dan kaca laminasi yang digunakan dalam industri
otomotif. AMFG memperkenalkan proses laminasi safety glass pada tahun
1985. Produksi laminated glass dimulai pada tahun 1994. Selama tahun
1997, AMFG memulai tahap pertama dalam pengembangan pabrik safety
glass di Bukit Indah Industrial Park, Cikampek, Jawa Barat. Produksi
komersial sendiri dimulai pada tahun 1999. Saat ini, AMFG mampu
memproduksi 570.000 ton flat glass, 4.500.000 meter persegi safety glass,
dan 2.400.000 meter persegi mirror glass.
43
(AMDAL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), ijin lingkungan serta
dokumen terkait lainnya.
44
5. ASTRA OTOPARTS TBK
Astra Otoparts Tbk (AUTO) didirikan tanggal 20 September 1991
dan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Kantor pusat AUTO
beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta
14250 – Indonesia, dan pabrik berlokasi di Jakarta dan Bogor. Astra
Otoparts Tbk dikendalikan oleh Astra International Tbk (ASII), induk
perusahaan yang berkedudukan di Indonesia. Pemegang saham
terbesar Astra International Tbk (ASII) adalah Jardine Cycle & Carriage,
perusahaan yang didirikan di Singapura.
45
Dalam menjalankan berbagai inisiatif pelestarian lingkungan,
Perseroan berpedoman pada pilar Astra untuk Indonesia Hijau yang
berfokus pada program penghijauan, pembersihan saluran pembuangan air,
dan konservasi fauna langka. Sebagai bagian dari lini bisnis Astra,
Perseroan berpartisipasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan sesuai
arahan Communications, Social Responsiility & Security Corporate Policy
Astra. Berkaitan dengan aspek lingkungan, perseroan berupaya
mengefisensi sumber daya alam, energi dan penurunan GRK minimal 2,5%
. Perseroan juga mengikuti kegiatan PROPER yang diselengarakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
46
minim, dan kadar penguapan yang tinggi, juga memiliki kandungan karbon
yang aktif, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
47
pemerintah setempat. Beberapa upaya yang dilakukan CPIN untuk
menjalankan komitmen terdap lingkunganhidup antara lain melengkapi
seluruh fasilitas produksi dengan fasilitas instalasi Pengelolaan Limbah
(IPAL). Untuk memastikan kepatuhan dan pelaksanaan pengelolaan
lingkungan yang baik, kami secara rutin melakukan pengujian kualitas
lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku. Perusahaan juga rutin
melakukan penghijauan di lingkungan sekitar fasilitas perusahaan untuk
mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas udara bersih. Selain itu
upaya lain yang juga perusahaan lakukan adalah mengurangi produk
sampingan berupa limbah dengan cara memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang.
48
memindahkan fasilitas produksi bir dari Jakarta Utara ke fasilitas yang lebih
modern dan luas di Bekasi, Jawa Barat. PT Jangkar Delta Indonesia, anak
perusahaan PT Delta,didirikan pada tahun 1998 agar dapat bertindak
sebagai distributor tunggal Perseroan dengan jaringan yang luas, dari
Medan di Sumatera Utara ke Jayapura, Papua.Akan tetapi, di kuartal
pertama 2017, Anak Perusahaan ini memindahkan seluruh karyawannya ke
Perseroan dan pada akhir tahun, Anak Perusahaan tercatat hanya menangani
satu (1) sub-distributor saja disebabkan oleh perubahan strategi distribusi
Perseroan. Sampai laporan ini ditulis, belum ada rencana untuk
menghentikan usaha PT Jangkar Delta Indonesia sepenuhnya. PT Delta
memproduksi bir Pilsener dan Stout berkualitas terbaik untuk pasar
domestik dengan merek dagang meliputi Anker Bir, Anker Stout, Anker
Lychee, Carlsberg,San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light, San Miguel
Cerveza Negra, dan Kuda Putih.PT Delta juga memproduksi dan
mengekspor bir Pilsener dengan merek dagang Batavia. Pada kuartal akhir
2017,Perseroan mulai mengekspor bir ke Timor Leste dandi tahun 2018,
Perseroan juga mulai mengekspor San Miguel Cerveza Negra ke Thailand
dan Vietnam.
49
Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C-
2.11174.HT.01.01.Th.1989 tanggal 11 Desember 1989. Pada tahun 2004
status GDS mengalami perubahan menjadi Penanaman Modal Asing sesuai
dengan Surat Persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan
No. 15/V/PMA/2004 tanggal 26 Februari 2004. Anggaran Dasar
Perusahaan beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan terakhir
tercatat pada Akta Notaris Dian Silviyana Khusnarini, SH. No. 14 tanggal
24 November 2015, mengenai penyesuaian dengan peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Indonesia. Akta tersebut telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor AHU-
0947967.AH.01.02. Tahun 2015 tanggal 15 Desember 2015. Sesuai
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah
bidang industri penggilingan pelat baja canai panas Hot Roll Steel Plate.
Terletak di atas lahan seluas kurang lebih 20 hektar, GDS memulai kegiatan
produksi komersial sejak akhir tahun 1993 guna melayani pasar ekspor dan
domestik. Sejak didirikan, GDS terus berupaya untuk mewujudkan
komitmen atas pertumbuhan melalui inovasi berkelanjutan. Didukung
teknologi Four High Rolling Mill terkini dan sumber daya manusia
berkualitas, GDS senantiasa siap menghadapi tantangan industri baja di
lingkup global. Hingga kini, GDS merupakan salah satu industri rolling mill
plat baja yang terkemuka di kawasan ASEAN.
50
kualitas udara di sekitar lingkungan kerja perusahaan juga dilaksanakan
secara berkala oleh UPT K3 Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur.
51
11. GUDANG GARAM TBK
Gudang Garam Tbk adalah sebuah perusahaan rokok populer asal
Indonesia. Didirikan pada tgl 26 juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo di kota
Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal luas baik
di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok kretek
berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai
variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan
(SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). Indonesia merupakan
pasar konsumen yang besar dan beragam dengan persentase perokok
dewasa yang signifikan, diperkirakan 67,5% laki-laki dewasa di Indonesia
adalah perokok, dari total penduduk yang mencapai lebih dari 240 juta jiwa.
Gudang Garam adalah produsen rokok kretek yang identik dengan
Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di
dunia. Berdasarkan riset pasar Nielsen, pada akhir tahun 2018 Gudang
Garam dengan pangsa pasar rokok dalam negeri sekitar 2,1% merupakan
produsen rokok kretek terkemuka dengan produk-produk yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat di seluruh Nusantara. Gudang Garam
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 33.575 orang di akhir 2018 yang
terlibat dalam produksi rokok, termasuk sigaret kretek tangan serta kegiatan
distribusi dan pemasaran. Perusahaan juga memilliki 66 kantor area dengan
269 titik distribusi di seluruh Indonesia dan armada penjualan lebih dari
7.000 kendaraan termasuk sepeda motor untuk melayani pasar.
52
sendiri, termasuk Perseroan, merupakan sumber utama pendapatan cukai
bagi negara. Gudang Garam memiliki fasilitas produksi rokok kretek di dua
lokasi. Pertama, di Kediri, dengan jumlah penduduk 268 ribu jiwa yang
merupakan pusat perdagangan regional sekaligus lokasi kantor pusat
Perseroan. Fasilitas produksi kedua berlokasi di Gempol, Jawa Timur yang
berjarak 50 kilometer dari Surabaya. Dari kedua fasilitas produksi ini
Perseroan mampu memenuhi permintaan produk rokok yang ada.
53
luar dan ban dalam sepeda. Pada tahun 1973, perusahaan melakukan
kerjasama dengan salah satu perusahaan Jepang yang bernama Inoue
Rubber Company untuk memproduksi ban sepeda motor. Semakin lama
perusahaan semakin mengembangkan produksinya dengan terus membuat
inovasi-inovasi. Pada tahun 1981 perusahaan kembali menjalin kerjasama
dengan perusahaan Jepang yakni Yokohama Rubber Company. Kali ini
perusahaan menjalin kesepakatan untuk memproduksi ban bias untuk
kendaraan penumpang dan niaga. perkembangan perusahaan terlihat sangat
signifikan dengan tercatatnya saham perusahaan untuk pertama kalinya di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1990. Setahun kemudian,
perusahaan ini mengakuisisi GT Petrochem Industries yang merupakan
produsen kain ban (TC) dan benang nilon. Produksi ban Gajah Tunggal
semakin meningkat, tercatat pada tahun 1993 perusahaan mulai melakukan
produksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang dan truk
ringan.
54
Perusahaan inisiatif untuk berkontribusi emisi CO2 dari penggunaan
energi juga mendorong perusahaan untuk berupaya melakukan penyerapan
emisi gas rumah kaca melalui penghijauan serta pembibitannya. Pada tahun
2020 perusahaan menanam sebanyak 3.981 tanaman/pohon. Perusahaan
melaksanakan audit Sistem Manajemen Lingkungan setiap 6 bulan secara
internal dan setiap 1 tahun oleh lembaga sertifikasi ISO 14001.
55
diperkenalkan ke pasar. Bisnis biskuit juga mulai dilakoni oleh Indofood
sejak tahun 2005 dengan meluncurkan dua merek; Trenz dan Wonderland.
Pada tahun 2011, Bim Bim merek diluncurkan untuk menembus pasar
anak-anak. Indofood juga memiliki produk susu setelah akuisisinya dengan
Drayton Pte. Ltd, pemilik 68,57% saham PT Indolakto, pemain terbesar
kedua di pasar. Merek andalannya, Indomilk, telah hadir di Indonesia
selama lebih dari empat dekade.
56
Dengan serangkaian prestasi yang telah dicapainya, cukup mengantarkan
PT Sumi Indo Kabel menjadi salah satu produsen kabel terintegrasi di
Indonesia.
57
berkembang menjadi perusahaan publik yang bergerak dalam bisnis
aluminium strategis dan sangat beragam. Perusahaan telah memiliki
sertifikat ISO 9001:2000, memiliki fasilitas produksi semi-otomatis, dan
divisi ekstrusi dan fabrikasi untuk memastikan proses produksi mematuhi
standar kualitas internasional. PT Indal Alumunium Industry Tbk.
berkeinginan untuk menjadi pemimpin pasar dalam ekstrusi aluminium dan
industri fabrikasi di Asia melalui inovasi, perbaikan yang berkelanjutan dan
komitmen total bagi pertumbuhan positif. Misinya adalah untuk terus
meningkatkan produktivitas dan efisiensi untuk meningkatkan nilai
pemegang saham. Dalam aspek lingkungan hidup, PT Indal Alumunium
Industry terus meningkatkan pengendalian dan standar produksi yang
dihasilkan tanpa menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar
dengan memastikan penggunaan sumber energi seperti listrik dan bahan
bakar serta pengelolaan limbah telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
58
listrik sebesar 20% melalui teknologi inverter dan pompa yang terpasang di
dalam mesin, penggantian secara bertahap sarana penerangan lampu TL
(tubular lamp) atau lampu pijar dengan lampu LED (Light Emitting Diodes)
yang memiliki usia pakai dan efisiensi listrik beberapa kali lipat lebih baik,
serta hanya membutuhkan energi sebesar 10% dari energi yang dibutuhkan
lampu pijar.
59
hanya memenuhi pasaran domestik saja, melainkan telah menembus
pasaran internasional. Perusahaan ini telah mengekspor hingga ke negara-
negara di Asia, Amerika Utara dan Selatan, Australia, Afrika, dan juga
Eropa.
60
tinplate berkualitas tinggi, pelayanan yang baik serta berbagai keunggulan
perusahaan kami.
61
7. Melakukan pemeliharaan peralatan monitoring debu, gas dan air secara
terus-menerus.
8. Meningkatkan pengetahuan SDM tentang undang-undang, peraturan
pemerintah, dan sistem manajemen yang diterapkan perusahaan.
62
Jaminan mutu produk selalu dilakukan perusahaan dengan
penerapan suatu progam sistim evaluasi mutu yang ketat dan selaras dengan
telah diterimanya sertifikat Internasional ISO 9002 dan API 5L oleh
perusahaan ini. Sesuai dengan persyaratan mutu internasional PT.SPINDO
memenuhi standar ASTM, BS, JIS, ISO, API, AS dan SNI. Jaminan mutu
produk kami telah dikenal dunia luas seperti Jepang, Singapore, Taiwan,
Amerika, Australia, dsb. Standar mutu produk kami mengharuskan setiap
pipa mengalami uji tekanan tinggi untuk menghindari kebocoran.
Perusahaan kami selalu menggunakan standar peralatan uji coba yang
tinggi, misalnya: Hidrostatic,Machine, Ultrasonic Test & Evaluation
Machine, Holiday Detector, Thickness Gauge dsb. Data dari hasil uji coba
tersebut selalu disimpan dalam suatu bank-data yang akan menjadi acuan
dalam pencarian segala bentuk informasi dan keputusan di segala tingkatan.
63
penilaian setiap tahun sekali. Selama 3 tahun berturut, Perseroan
mendapatkan sertifikat dengan predikat “Taat”.
64
antara lain PT Comfeed Indonesia, PT Ometraco Satwafeed, PT Indopell
Raya serta PT Suri Tani Pemuka. Di samping itu, Japfa juga melakukan
proses akuisisi tahap kedua pada tahun 1992 dengan mengambil alih PT
Multibreeder Adirama Indonesia dengan bisnis utama pembibitan ayam.
Tak hanya itu, pada tahun yang sama Japfa juga melakukan
pengambilalihan terhadap PT Ciomas Adisatwa yang bergerak dalam
pengolahan unggas dan Suri Tani Pemuka dengan budidaya udang. Dengan
berbagai rangkaian akuisisi ini mendukung perusahaan menjadi salah satu
perusahaan produsen unggas dan udang terbesar di Indonesia.
65
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan
farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi
PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma
(Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT
Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan.
Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah
merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berdasarkan persetujuan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada
tanggal 28 Februari 2020 dan terjadi perubahan nama perusahaan yang
semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk.
66
pemanfaatan wadah bekas sebagai bahan kemasan limbah B3, pengolahan
sampah organik menjadi pupuk organik, kertas bekas recycle ke pabrik
kertas kembali dan lain-lain.
Upaya efisiensi penggunaan air yang dilakukan antara lain adalah
pemanfaatkan kembali air (reject) dari water treatment sebagai air sanitasi
di area perkantoran dan memanfaatkan sebagian air water treatment untuk
penyiraman tanaman non pangan dan buah.
67
Komitmen Perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap
lingkungan, serta sebagai upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup,
dijalankan melalui Departemen Quality Assurance. Departemen ini
menyusun program kerja berlandaskan peraturan perundangan yang
berlaku, salah satunya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan telah
memiliki sertifikasi ISO 14001:2015 untuk Sistem Manajemen Lingkungan
yang dikeluarkan oleh SICS.
68
perusahaan dialihkan adalah untuk bangsa Indonesia dan namanya diubah
menjadi PT. Kabelindo Murni tahu seperti saat ini. Perusahaan tercatat di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan menjadi go public pada 1992. Sebagai lini
bisnis perusahaan yang menghasilkan kawat, kabel dan aksesoris kawat
untuk semua jenis aplikasi, PT. Kabelindo Murni Tbk. telah diakui sebagai
salah satu kawat produsen terkemuka di Indonesia dengan mutu dan layanan
yang berkualitas.
69
24. KINO INDONESIA TBK
PT Kino Indonesia Tbk (Kino) berawal dari sebuah perusahaan
distribusi kecil bernama PT Dutalestari Sentratama (DLS) yang didirikan
pada 1991. Memanfaatkan peluang yang ada saat itu, pengembangan usaha
dilakukan DLS dengan mendirikan PT Kino Sentra Industrindo (KSI),
sebuah perusahaan produksi makanan ringan pada 1997. KSI memfokuskan
diri pada aneka produk makanan ringan seperti permen, snack, dan cokelat,
serta minuman berperisa dalam bentuk serbuk yang hingga kini dijual di
pasar Indonesia maupun mancanegara. Produk pertama yang diluncurkan
oleh KSI adalah “Kino Candy”. Melihat keberhasilan pencapaian
sebelumnya, pada 1999, Perseroan mendirikan PT Kinocare Era
Kosmetindo sebagai produsen aneka produk perawatan tubuh untuk semua
gender dan usia. Pada 2014, PT Kinocare Era Kosmetindo berganti nama
menjadi PT Kino Indonesia. Kualitas produk Kino telah memenuhi standar
kualifikasi internasional, terbukti dengan meningkatnya permintaan pasar
dari seluruh dunia. Hingga saat ini, Kino memiliki 33 merek yang beberapa
di antaranya berhasil mendapatkan pengakuan sebagai merek pilihan utama
para konsumen.
70
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep.13/MENLH/3/1995 Lamp. V dan Kep.03/BAPEDA/09/1995. Hasil
tersebut dilakukan oleh pihak ketiga dan memperoleh hasil bahwa Perseroan
telah memenuhi baku mutu lingkungan.
Program Kino Hijau diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan tanggung
jawab di bidang lingkungan dengan melakukan pengumpulan karton bekas
sebanyak 3000 kg/bulan, pembuatan tempat sampah dari limbah gentong
plastik ukuran 200 liter dan 150 liter, dan penanaman 1000 pohon.
71
Environment (HSSE). Sedangkan implementasi teknis pelaksanaan dan
pengelolaan lingkungan kerjanya diatur dalam dokumentasi referensi utama
grup Kalbe, yaitu CHSSE Manuals dan Guidelines.
72
kinerja ekonomi melalui peningkatan penggunaan sumber daya produktif,
perlindungan lingkungan dengan melestarikan sumber daya dan minimal
dampak industri pada lingkungan dan peningkatan sosial dengan
menyediakan pekerjaan dan melindungi kesejahteraan pekerja dan
komunitas lokal.
73
27. MULTI BINTANG INDONESIA TBK, PT
Perseroan didirikan pada 1929 di Medan dengan nama NV
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen. Mulai beroperasi secara komersial
dua tahun kemudian, pada 21 November 1931, bertepatan dengan
pembukaan brewery pertamanya di Surabaya. Pada 1936, Perseroan
merelokasi domisili resminya dari Medan ke Surabaya.Di tahun yang sama,
Heineken menjadi pemegang saham utama Perseroan, mengubah nama
Perseroan menjadi N.V. Heineken’s Nederlandsch-Indische
Bierbrouwerijen Maatschappij. Setelah ditutup selama Perang Dunia II,
brewery melanjutkan kembali usahanya pada 1949 dan meluncurkan bir
Heinekenke pasar Indonesia. Pada 1951 Perseroan mengubah namanya
kembali menjadi Heineken’s Indonesische Bierbrouwerijen Maatschappij
NV.Kemudian pada 1972, Perseroan kembali mengubah namanya menjadi
P.T. Perusahaan Bir Indonesia, dan membangun brewery baru di Tangerang,
yang mulai beroperasi pada 1973.Pada 1 Januari 1981, Perseroan
mengakuisisi produsen bir dan minuman yang berbasis di Medan, P.T.
Brasserie de l’Indonesia. Pada 2 September 1981, Perseroan memindahkan
domisilinya ke Jakarta sekaligus mengubah nama menjadi PT Multi Bintang
Indonesia.Selanjutnya pada 1981, Perseroan mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Sejak merger
antara BEJ dan BES pada Desember 2007, saham Perseroan telah dicatatkan
diBursa Efek Indonesia (BEI). PT. Multi Bintang Indonesia memproduksi
Bintang Radler, Bintang Zero, Strongbow Cider, Fayrouz minuman fruit
soda dengan rasa pir dan nanas, Heineken Light, dan Green Sands.
74
Produksi PT Multi Bintang Indonesia sangat bergantung pada air
dan produk pertanian sebagai bahan dasar, serta masyarakat yang sejahtera
yang mampu membeli produk kami; dimana keduanya mungkin terancam
oleh tantangan-tantangan diatas. Dengan menemukan cara untuk melakukan
bisnis yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan, PT Multi Bintang
Indonesia memperkecil risiko kritis Perseroan kedepan.
75
keturunan Keraton Surakarta DR. Hj. BRA Mooryati Soedibyo, S.S,
M.Hum. Dengan membawa tradisi keluarga yang telah berjalan selama
bertahun-tahun akan keterampilan meramu bahan-bahan alami untuk dibuat
jamu yang nantinya dibuat untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. PT
Mustika Ratu berdiri pada tahun 1975. Pada awal produksinya, Mustika
Ratu hanya membuat 5 macam jamu, beberapa lulur dan kosmetik
tradisional lain seperti lulur, mangir, bedak dingin, dan air mawar. Namun
penambahan varian produk dirasa perlu untuk memenuhi permintaan
konsumen sejalan dengan penambahan karyawan pada tahun-tahun
berikutnya. Produk-produk Mustika Ratu mulai didistribusikan ke toko-
toko melalui salon-salon kecantikan yang meminta menjadi agen sejak
tahun 1978 mulai dari Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Medan.
76
Hidup. Sebagai industri yang melakukan proses produksi, limbah buangan
hasil produksi harus dikelola dengan baik agar tidak berdampak negatif bagi
lingkungan guna mewujudkan komitmen tersebut, seluruh pabrik Perseroan
telah memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, baik dalam hal izin
pengelolaan limbah padat maupun manajemen limbah cair. Penerapan di
bidang lingkungan dijalankan Perseroan dengan berpedoman pada Undang-
undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
77
terbuka seiring dengan pencatatan saham perusahaan untuk pertama kali di
Bursa Efek Jakarta sejak 4 Juli 1990. Pada tahun-tahun berikutnya
perusahaan terus melakukan ekspansi cepat untuk menjadi sebuah
perusahaan yang berbasis ASEAN. Salah satu usaha-nya yakni mendirikan
fasilitas produksi dan beberapa kantor pemasaran yang terletak di beberapa
negara di Asia Tenggara.
78
bergerak dalam bidang industri pengolahan (termasuk perdagangan), yaitu
industri penggilingan baja, melakukan kegiatan usaha penunjang untuk
mendirikan pabrik, dan memproduksi bahan baku kemasan, serta
perdagangan besar produk lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan
ditempat lain. Produk utama Latinusa adalah menyediakan produk tinplate
dalam bentuk gulungan (coil) dan lembaran (potongan straight dan
potongan scroll).
79
beliau menghasilkan ramuan dalam bentuk yang lebih praktis (bubuk). Pada
tahun 1951, beliau kemudian mendirikan sebuah perusahaan sederhana,
bernama SidoMuncul dengan produk pertama yang dapat melawan
influenza yang membuat SidoMuncul menjadi terkenal dan mendapatkan
banyak permintaan pasar. Namun sayangnya, pabrik ini tidak mampu
menghasilkan produk yang lebih banyak. Maka, pada tahun 1984, Ibu
Rakhmat pindah ke rumah industri di Jalan Kaligawe. Dengan pindahnya
beliau, perusahaan mampu merespon permintaan pasar. Pabriknya mulai
dilengkapi dengan mesin modern. Jumlah karyawan juga ditambahkan.
Perusahaan pun terus menambah jumlah pabrik dan karyawan untuk terus
mengembangkan perusahaan. Pada tahun 1997, SidoMuncul memiliki
pabrik seluas 29 ha di Klepu, Ungaran, dan Bergas.
80
pengakuan kuat para pihak terhadap ketaatan Perseroan dalam pengelolaan
lingkungan serta penggunaan sumber energi yang efisien dan ramah
lingkungan. Perseroan secara rutin melakukan audit sistem manajemen
lingkungan dan pengujian emisi, ambien, air limbah, air sungai dan
kebisingan, sesuai dengan matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan –
Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL). Terkait isu lingkungan,
Perseroan mengacu pada dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) yang merupakan dokumen wajib berisikan analisis dampak
lingkungan dan sosial dari adanya kegiatan operasional Perseroan, Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL). Berdasarkan dokumen AMDAL, Perseroan secara rutin melakukan
pengawasan atau monitoring lingkungan seperti monitoring pencemaran air,
udara, dan sebagainya.
81
menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan mengelola lingkungan untuk
mengantisipasi dampak pemanasan global, termasuk upaya pengurangan
pencemaran udara; pengurangan dan pemanfaatan limbah B3 dan/atau non
B3; konservasi air; perlindungan keanekaragaman hayati; serta efisiensi
energi.
82
Perseroan juga memanfaatkan lahan pasca tambang untuk
konservasi keanakeragaman hayati dengan melestarikan flora dan fauna
yang dilindungi serta pemanfaatan lahan pascatambang untuk irigasi
pertanian, budidaya perikanan dan sarana Edu-Ekowisata.Selain itu,
Perseroan juga memanfaatkan limbah industri lain sebagai bahan baku
alternatif, meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif (alternative
fuel) dengan menggunakan biomassa, limbah industri dan sampah domestik
dan mengimplementasikan sistem manajemen energi untuk penurunan
emisi gas CO2.
83
terus beroperasi dengan bantuan pabrik yang berdiri di atas tanah seluas 21
hektar. Pabrik tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas enam unit mesin
produksi dengan total kapasitas produksi hingga mencapai 150.000 ton
kertas tiap tahunnya. Tak hanya itu, perusahaan juga dibantu oleh lebih dari
1.500 orang karyawan yang telah berdedikasi penuh kepada perusahaan.
84
menjadi pendukung beberapa kegiatan yang terkait lingkungan hidup
disekitar sungai Surabaya, mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan
peringatan Hari Air Sedunia. Pada bulan Oktober 2019, Perseroan
meluncurkan program Return To Earth disertai kegiatan bersih-bersih laut
dan pantai dari sampah, penanaman bibit pohon di pantai serta memberikan
bantuan pasokan limbah kayu ke industri tahu di Sidoarjo untuk digunakan
sebagai bahan bakar pengganti plastik dimana atas upaya ini Perseroan
dianugerahi Green Initiative Award.
85
lingkungan hidup agar pelestarian lingkungan akan tetap terjaga. Salah satu
program pengelolaan lingkungan unggulan kami adalah sistem nir limbah
atau zero waste. Program ini menitik beratkan pada upaya untuk mencegah,
mengurangi, bahkan menghilangkan terbentuknya limbah pencemar
lingkungan melalui proses pemilahan sampah (organik, plastik dan kertas)
serta pelaksanaan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Disamping itu,
Perseroan juga melakukan pengolahan limbah cair secara mandiri pada
fasilitas instalasi pengolahan limbah cair (Waste Water Treatment/ WWT).
86
jumlahnya, serta mulai melakukan penghijauan di dalam maupun di sekitar
lingkungan Perseroan. Sehubungan dengan hal tersebut, sejak bulan
September 2009 sampai saat ini Perseroan tergabung dalam Green Building
Council Indonesia (GBC Indonesia)/Konsil Bangunan Hijau Indonesia.
87
membuat Ultrajaya Milk tetap diterima di tengah-tengah konsumen
Indonesia dengan baik.
88
37. UNGGUL INDAH CAHAYA TBK
PT Unggul Indah Cahaya Tbk (IDX:UNIC) didirikan dalam rangka
Undang-undang Penanaman Modal Asing No. 1, Tahun 1967, yang terakhir
diubah dengan Undang-undang No.25 Tahun 2007, berdasarkan Akta
Notaris Budiarti Karnadi, S.H., No. 12 tanggal 7 Februari 1983, yang diubah
dengan akta notaris yang sama No. 33 tanggal 13 Mei 1983. Sesuai dengan
Pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan Perseroan antara lain
mencakup kegiatan usaha industri kimia dasar organik lainnya,pergudangan
dan penyimpanan, perdagangan besar berbagai macam barang, real estat
yang dimiliki sendiri atau disewa dan angkutan bermotor untuk barang
umum. Saat ini, Perseroan terutama bergerak di bidang industri bahan
dengan pabrik yang kimia alkylbenzene berlokasi di Merak, Banten.
Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada November 1985. Produk
utama Perseroan adalah Alkylbenzene (AB) yang didukung oleh teknologi
berlisensi dari UOP LLC, Amerika Serikat dan merupakan salah satu bahan
baku utama deterjen. Perseroan adalah produsen tunggal AB di Indonesia
dan memproduksi dua jenis AB, yaitu Linear Alkylbenzene (LAB) dan
Branched Alkylbenzene (BAB), dengan produk sampingan Heavy Alkylate
(HA) dan Light Alkylate (LA). Perseroan memiliki tiga unit pabrik AB yang
semuanya berada dalam satu lokasi, dengan total kapasitas produksi sebesar
270.000 MT per tahun (kombinasi LAB dan BAB). Produsen deterjen di
Indonesia merupakan konsumen utama Perusahaan, dan sebagian diekspor
ke berbagai negara seperti: Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Singapura,
Vietnam dan Amerika Serikat.
89
2020, Perseroan juga memperoleh Penghargaan Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu
PROPER Peringkat Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia.
90
PT Voksel Elektrik berupaya menjaga pelestarian dengan berbagai program
program diantaranya yaitu Melakukan pengurangan konsumsi air tanah dan
mendukung konservasi air. Perseroan membangun instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), yaitu mengolah air limbah menjadi air bersih yang
dimanfaatkan untuk operasional mesin melalui cooling tower dan mandi,
cuci, kakus (MCK). Perseroan memanfaatkan teknologi panel surya tipe on
grid untuk pabrik High Voltage sebagai bentuk program penghematan
energi. Ke depannya, Perseroan berkomitmen untuk memanfaatkan dan
memperluas pemakaian panel surya ke pabrik-pabrik lain. Kapasitas yang
telah terpasang di tahun 2020 mencapai 34,56 kWp dengan total
penghematan mencapai Rp5.380.992/bulan. Di sisi lain, Perseroan juga
berinisiatif untuk menggunakan AC ramah lingkungan dan lampu LED.
Tabel 4. 1
Hasil Perhitungan Tobin’s Q Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2016-2020
TAHUN RATA-
KODE
2016 2017 2018 2019 2020 RATA
SMGR 1,5392 1,5776 1,7010 1,4421 1,4649 1,5450
91
JPFA 1,3740 1,2374 1,6501 1,2290 1,2222 1,3425
AUTO 0,9551 0,9457 0,7370 0,6457 0,6115 0,7790
ICBP 3,8199 3,6397 3,8853 3,6701 1,5922 3,3214
SIDO 2,6877 2,6716 3,9055 5,5408 3,2998 3,6211
NIKL 2,5475 7,9984 4,9502 1,5076 2,5956 3,9198
TOTO 2,4006 1,8904 1,5736 1,3732 1,1714 1,6818
INTP 2,0133 2,9487 2,6085 2,6947 2,1377 2,4806
AMFG 0,8744 0,9046 0,7634 0,7801 0,7792 0,8203
GDST 1,0751 0,8657 0,9799 0,8042 1,1069 0,9664
INAI 0,9599 0,9688 0,9685 0,9666 0,9214 0,9570
ISSP 0,8120 0,6787 0,6440 0,7235 0,6403 0,6997
UNIC 0,5859 0,7256 0,7328 0,6817 0,7078 0,6868
CPIN 2,8472 2,4995 2,3450 3,8575 2,8504 2,8799
MAIN 0,5653 0,5923 0,5551 0,5555 0,5481 0,5633
INKP 0,6463 0,8649 1,0110 0,8045 0,9879 0,8629
SPMA 0,6157 0,6565 0,6736 0,7170 0,6218 0,6569
GDYR 0,9852 0,9838 1,0173 0,8090 0,8617 0,9314
GJTL 1,0842 0,8271 0,8168 0,7774 0,7429 0,8497
INDS 0,3798 0,3886 0,7030 0,6250 0,5573 0,5307
ADMG 0,4507 0,5480 0,4317 0,3898 0,5002 0,4641
ARGO 1,5322 1,7792 1,9533 2,0694 2,2727 1,9214
TFCO 1,2247 0,9615 0,7726 0,6030 0,6003 0,8324
IKBI 0,5281 0,6797 0,4603 0,5338 0,5047 0,5413
KBLI 0,8849 0,9736 0,7470 0,9216 0,7304 0,8515
KBLM 0,9189 0,6150 0,5830 0,6045 0,4159 0,6275
VOKS 1,3288 1,2286 1,1304 1,1853 0,9549 1,1656
CEKA 0,9406 0,9027 0,8644 0,9012 0,8732 0,8964
DLTA 3,4970 2,8872 3,0475 3,9670 3,0423 3,2882
MLBI 11,5214 12,0548 12,2630 11,8778 7,5365 11,0507
MYOR 3,3614 3,5349 3,8444 2,9282 3,4938 3,4325
ULTJ 3,2907 3,0733 2,9479 3,0814 2,5654 2,9917
GGRM 2,3246 2,7833 2,6754 1,7714 1,2605 2,1630
KAEF 3,8188 2,6119 1,9086 0,9592 1,9394 2,2476
KLBF 4,8455 4,9345 4,0836 3,9229 3,2646 4,2102
ADES 1,2678 1,1179 1,0690 1,0590 1,1677 1,1363
KINO 1,7235 1,3007 1,5047 1,3432 1,2490 1,4242
MRAT 0,4220 0,4399 0,4308 0,4310 0,5175 0,4482
JUMLAH RATA-RATA 1,8365
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, IDX 2022 (data diolah)
92
Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin`s Q yaitu merupakan ukuran yang lebih
teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya
ekonomis dalam kekuasaannya. Semakin tinggi nilai perusahaan maka akan
menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan
nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang
investasi baru. Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan
bahwa rata-rata Tobin’s Q tertinggi terjadi pada perusahaan KLBF sebesar 4,21 dan
rata-rata Tobin’s Q terendah terjadi pada perusahaan MRAT sebesar 0,45.
TAHUN RATA-
KODE
2016 2017 2018 2019 2020 RATA
SMGR 4 4 4 4 4 4
JPFA 3 3 3 3 3 3
AUTO 3 3 3 3 3 3
ICBP 3 3 3 3 3 3
SIDO 4 4 4 4 5 4,2
NIKL 3 3 3 3 3 3
TOTO 3 3 3 2 3 2,8
INTP 3 3 4 4 3 3,4
AMFG 4 3 3 3 3 3,2
GDST 3 3 3 3 3 3
INAI 3 3 3 2 3 2,8
ISSP 3 3 3 3 3 3
UNIC 3 3 3 2 3 2,8
CPIN 3 3 3 2 3 2,8
MAIN 3 3 3 3 3 3
INKP 3 3 3 3 3 3
93
SPMA 3 3 3 3 3 3
GDYR 3 2 3 3 3 2,8
GJTL 3 3 2 3 3 2,8
INDS 3 3 3 3 3 3
ADMG 3 3 3 3 2 2,8
ARGO 3 3 3 3 3 3
TFCO 3 3 3 3 3 3
IKBI 3 2 2 3 3 2,6
KBLI 3 2 2 3 3 2,6
KBLM 3 3 2 3 2 2,6
VOKS 3 3 3 3 3 3
CEKA 3 3 3 3 3 3
DLTA 3 3 3 3 3 3
MLBI 3 4 4 3 3 3,4
MYOR 3 3 3 3 3 3
ULTJ 3 3 3 3 3 3
GGRM 3 3 3 3 3 3
KAEF 3 3 3 3 2 2,8
KLBF 3 3 4 4 4 3,6
ADES 2 3 3 3 3 2,8
KINO 3 3 3 2 3 2,8
MRAT 3 2 2 2 2 2,2
JUMLAH RATA-RATA 2,9
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, IDX 2022 (data diolah)
94
Tabel 4. 3
Hasil Perhitungan CSR Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016-2020
TAHUN RATA-
KODE
2016 2017 2018 2019 2020 RATA
SMGR 0,3235 0,2059 0,2059 0,2647 0,5882 0,3176
JPFA 0,3529 0,4706 0,3529 0,3529 0,3529 0,3765
AUTO 0,3235 0,3235 0,3235 0,2941 0,2941 0,3118
ICBP 0,3529 0,3824 0,3529 0,3824 0,3824 0,3706
SIDO 0,4412 0,4412 0,4412 0,4118 0,3824 0,4235
NIKL 0,0882 0,0882 0,1176 0,1176 0,0882 0,1000
TOTO 0,2353 0,2353 0,2059 0,2353 0,3529 0,2529
INTP 0,2647 0,2941 0,3529 0,3235 0,3529 0,3176
AMFG 0,0882 0,5294 0,5294 0,5588 0,5000 0,4412
GDST 0,7353 0,7353 0,7059 0,5882 0,5882 0,6706
INAI 0,6471 0,6765 0,7353 0,6471 0,7647 0,6941
ISSP 0,7353 0,7353 0,7353 0,7647 0,7647 0,7471
UNIC 0,2941 0,2941 0,2941 0,2941 0,2941 0,2941
CPIN 0,7353 0,7353 0,6765 0,7353 0,7353 0,7235
MAIN 0,2059 0,2059 0,2059 0,2059 0,2059 0,2059
INKP 0,4412 0,4412 0,4412 0,4706 0,4706 0,4529
SPMA 0,5588 0,5882 0,6765 0,4118 0,6471 0,5765
GDYR 0,5000 0,4706 0,5000 0,5000 0,5000 0,4941
GJTL 0,8824 0,8235 0,9118 0,6765 0,8529 0,8294
INDS 0,5588 0,5882 0,5588 0,5294 0,5588 0,5588
ADMG 0,3529 0,4706 0,2941 0,3529 0,3529 0,3647
ARGO 0,3529 0,3529 0,3529 0,3529 0,3529 0,3529
TFCO 0,4706 0,6471 0,6471 0,6471 0,5000 0,5824
IKBI 0,3529 0,3235 0,3235 0,4412 0,3824 0,3647
KBLI 0,3235 0,2941 0,2941 0,3235 0,2941 0,3059
KBLM 0,2059 0,2059 0,2647 0,2647 0,2353 0,2353
VOKS 0,4706 0,5588 0,4706 0,5294 0,5294 0,5118
CEKA 0,6765 0,4706 0,5000 0,4412 0,4412 0,5059
DLTA 0,2941 0,3235 0,3235 0,3235 0,2353 0,3000
MLBI 0,1176 0,1176 0,1176 0,1176 0,1176 0,1176
MYOR 0,5294 0,5294 0,3824 0,4706 0,4412 0,4706
ULTJ 0,5000 0,3235 0,4118 0,4412 0,4412 0,4235
GGRM 0,2059 0,1765 0,1765 0,1471 0,1765 0,1765
KAEF 0,0882 0,0294 0,2059 0,1471 0,3235 0,1588
95
KLBF 0,7353 0,5588 0,5588 0,7941 0,5882 0,6471
ADES 0,5588 0,5588 0,5588 0,7059 0,6176 0,6000
KINO 0,5588 0,5588 0,4412 0,5294 0,5882 0,5353
MRAT 0,3235 0,2059 0,2059 0,2647 0,5882 0,3176
JUMLAH RATA-RATA 0,4244
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan, IDX 2022 (data diolah)
Tabel 4. 4
Hasil Statistik Deskriptif
96
Berdasarkan dari tabel di atas, menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan
sampel (N) sebanyak 190:
1. Menunjukan variabel nilai perusahaan (Y) memiliki nilai minimum 0,268 dan
nilai maksimum 4,93. Berdasarkan hasil data tersebut menunjukan bahwa nilai
perusahaan mengalami fluktuasi yang cukup besar. Nilai rata-rata (mean) nilai
perusahaan adalah sebesar 1,515 dengan standar deviasi sebesar 1,081. Menurut
(Lingga & Suaryana, 2017), nilai Tobin’s Q lebih dari 1 (Q>1) mengindikasikan
bahwa nilai perusahaan lebih besar dari nilai asset perusahaan yang tercatat. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai pasar memberikan penilaian lebih terhadap
perusahaan atau dengan kata lain, keyakinan investor atas kinerja perusahaan
cukup baik.Jadi, sampel penelitian ini memiliki nilai perusahaan yang cukup
baik, jika dilihat dari investasi dalam asset menghasilkan laba yang memberikan
nilai yang lebih tinggi.
2. Variabel kinerja lingkungan (X) memiliki nilai minimum 2 dan nilai maksimum
5. Nilai rata rata (mean) yang diperoleh pada variabel ini 2,99 dengan standar
deviasi sebesar 0,465. Hal ini menunjukan bahwa angka tersebut merupakan
peringkat terbaik berwarna EMAS menurut penilaian PROPER selama periode
penelitian. Rata-rata hasil PROPER selama periode penelitian menunjukkan
angka 2,99 yang menunjukkan peringkat PROPER berwarna BIRU. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian, rata-rata
perusahaan dalam sampel penelitian ini telah melakukan pengelolaan
lingkungan yang cukup baik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
3. Variabel CSR (Z) memiliki nilai minimum 0,0294 dan nilai maksimum 0,9118.
Semakin tinggi nilai CSR menunjukkan bahwa praktik CSR yang dilakukan oleh
perusahaan semakin baik dan semakin rendah nilai CSR menunjukkan bahwa
praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan semakin buruk. Nilai rata-rata
(mean) yang diperoleh pada variabel ini 0,41811 dengan standar deviasi sebesar
0,19742. Artinya lebih dari setengah jumlah seluruh perusahaan yang menjadi
sampel penelitian masih rendah dalam mengungkapkan CSR mereka melalui
laporan CSR resmi milik perusahaan dengan kategori kinerja lingkungan.
Karena hasil menunjukkan rata-rata perusahaan sampel telah mengungkapkan
97
sebesar 41,81% dari 34 pengungkapan tanggung jawab sosial kategori kinerja
lingkungan.
Unstandardized
Residual
N 190
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,77373688
Absolute 0,182
Most Extreme Differences Positive 0,182
Negative -0,135
Kolmogorov-Smirnov Z 2,504
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)
98
Tabel 4. 6
Hasil Uji Normalitas Setelah di Transformasi
Unstandardized
Residual
N 190
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 0,63864769
Absolute 0,090
Most Extreme Differences Positive 0,090
Negative -0,055
Kolmogorov-Smirnov Z 1,237
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,094
Sumber: Ghozali, (2018), data diolah (2022)
Pada hasil uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) setelah
ditransformasikan dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov besar 1,237 dan
nilai Asymp.Sig. (2-tailed) pada semua variabel dependen maupun independen
sebesar 0,094. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai signifikan dengan uji one
sample Kolmogorov–smirnov untuk semua variabel lebih besar dari 0.05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi secara normal dan penelitian
dapat dilanjutkan dengan menggunakan alat uji non-parametrik Ghozali (2016).
99
Berdasarkan uji multikolinieritas diatas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai
tolerance menunjukkan bahwa variabel – variabel independen memiliki nilai
tolerance sebesar 0,985 yang berarti bahwa korelasi antara variabel bebas tersebut
nilainya kurang dari 0,10 dan hasil dari perhitungan variance inflanation factor
(VIF) menunjukkan bahwa variabel – variabel independen memiliki nilai VIF
sebesar 1,015. Dimana jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan VIF kurang dari 10,
maka tidak terdapat korelasi antara variabel bebas atau tidak terjadi
multikolinearitas Ghozali (2018).
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser pada tabel 4.7, dapat
dilihat bahwa sig. pada variabel kinerja lingkungan dan CSR bernilai lebih besar
dari 0,05 dan variabel – variabel tersebut dapat dinyatakan tidak mengalami
heteroskedastisitas.
100
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi, digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2018). Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson
(Ghozali, 2018).
Tabel 4. 9
Hasil Uji Autokorelasi
Nilai Durbin Watson sebesar 0,557 nilai ini jika dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan derajat kepercayaan 5% dengan jumlah sampel sebanyak 190
serta jumlah variabel independen (K) sebanyak 2, maka di tabel Durbin Watson
akan didapat nilai dl sebesar 1,7413 du sebesar 1,7843. Dapat diambil kesimpulan
bahwa: du>dw<4-du yang artinya nilai dw (0,566) lebih kecil dari nilai du (1,7843)
dan nilai dw (0,557) lebih kecil dari nilai 4-du (2,215), maka dapat di ambil
keputusan adanya autokorelasi pada model regresi tersebut (Ghozali, 2018).
Tabel 4. 10
Hasil Uji Autokorelasi Setelah di Transformasi
Nilai Durbin Watson setelah data ditransformasikan adalah sebesar 1,981 nilai ini
jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%
dengan jumlah sampel sebanyak 190 serta jumlah variabel independen (K)
sebanyak 2, maka di tabel Durbin Watson akan didapat nilai dl sebesar 1,7413 du
sebesar 1,7843. Dapat diambil kesimpulan bahwa: du<dw<4-du yang artinya nilai
dw (1,981) lebih besar dari nilai du (1,7843) dan nilai dw (1,915) lebih kecil dari
101
nilai 4-du (2,215), maka dapat di ambil keputusan tidak ada autokorelasi pada
model regresi tersebut (Ghozali, 2018).
Berdasarkan tabel 4.12 model regresi yang dibentuk dalam penelitian ini adalah:
Y= a + b1X1 +e
NP = -3,348 + 3,332KL + e
102
perusahaan (Y) sebesar 3,332 dengan asumsi variabel independen lain
dianggap tetap. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kinerja lingkungan,
maka semakin tinggi pula nilai perusahaannya.
Dari tabel 4.12 tersebut terlihat bahwa terdapat thitung untuk setiap variabel
sedangkan t tabel diperoleh melalui tabel T (α: 0,05 dan df: n=2) sehingga α: 0.05
dan Df: 190-1-1 = 188 maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,972 , maka dapat
diambil kesimpulan bahwa variabel kinerja lingkungan (X) nilai t hitung sebesar
3,639 artinya bahwa thitung > ttabel (3,639 > 1,972) dan tingkat signifikan sebesar
0,002 < 0.05 yang bermakna bahwa Ha diterima maka adanya pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan.
103
Hasil perhitungan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20 dapat
diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R Square) yang diperoleh adalah
sebesar 0,268. Hal ini berarti 26,9% nilai perusahaan dijelaskan oleh kinerja
lingkungan, sedangkan sisanya yaitu 73,1% nilai perusahaan dijelaskan oleh
variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa terdapat t hitung untuk setiap variabel sedangkan
t tabel diperoleh melalui tabel T (α: 0.05 dan df: n=2) sehingga α: 0.05 dan Df: 190-
1-1 = 188 maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,937. Maka dapat diambil
kesimpulan setiap variabel adalah variabel kinerja lingkungan dengan CSR sebagai
pemoderasi mempunyai nilai t hitung sebesar -0,892 artinya bahwa thitung <ttabel (-
0,892 < 1,937) dan tingkat signifikan sebesar 0,379 > 0,05 yang bermakna bahwa
Ha tidak diterima, maka tidak adanya pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan yang dimoderasi oleh CSR.
104
4.7 Pembahasan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori signal, dimana teori signal merupakan
semua informasi mengenai suatu perusahaan akan diterima sebagai suatu sinyal
dalam pasar. Sedangkan pada penelitian ini bahwa informasi yang terdapat dalam
105
pelaporan Kementerian Lingkungan Hidup meluncurkan program penilaian kinerja
perusahaan (PROPER) yang terkait erat dengan penyebaran informasi kinerja
penaatan masing-masing perusahaan pada seluruh investor ternyata kurang efektif
dalam memengaruhi baik pihak internal maupun eksternal perusahaan terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rochmawati &
Mildawati (2019) menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, namun dengan tingkat pengaruh sebesar 28,5% yang
menunjukkan masih minimnya pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan.
106
standar GRI G4 sebagai pedoman pelaporan CSR di dalam perusahaannya, hal ini
tidak menjadi masalah karena terdapat berbagai macam standar CSR yang dapat
diterapkan oleh perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Oleh karena itu,
keputusan dari investor jangka pendek juga berdampak terhadap pengaruh negatif
pengungkapan CSR pada nilai perusahaan karena pada dasarnya investor jangka
pendek mengharapkan return yang tinggi dari investasi yang dilakukannya dalam
jangka waktu yang pendek. Sedangkan ketika perusahaan melaksanakan dan
melaporkan aktivitas CSR akan memerlukan biaya tambahan yang dianggap akan
merugikan investor jangka pendek (Sabtini & Sudana, 2019). Secara teori
pengungkapan CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan sosial. Pada masa sekarang ini, masih banyak masyarakat (investor)
yang masih memiliki kesadaran yang rendah mengenai pentingnya kelestarian
lingkungan dan sosial. Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan dan sosial mengakibatkan investor kurang peduli dengan informasi-
informasi mengenai tindakkan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
dan sosialnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori signaling dimana bahwa perusahaan
memberikan sinyal-sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Artinya perusahaan yang memberikan informasi
tidak bagus memiliki kinerja masa lalunya tidak bagus, maka tidak akan dipercaya
oleh investor. Menurut Tjondro (dalam Rochmawati,2019) di Indonesia belum ada
lembaga independen pemeringkat kualitas CSR, sehingga tidak mudah untuk
mengukur kualitas CSR yang dapat memberikan kesejahteraan sosial bagi
masyarakat. Karena hal tersebut banyak perusahaan yang melakukan CSR hanya
untuk melaksanakan kewajiban saja, maka dari itu perusahaan hanya serta-merta
menghindari sanksi. Artinya, hasil pengujian menunjukkan bahwa investor kurang
merespon adanya pengungkapan CSR oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian dari (Septinurikan, et al., 2020) yang menyatakan bahwa CSR
tidak dapat memperkuat hubungan antara kinerja lingkungan dengan nilai
perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada atau tidaknya pengungkapan
CSR tidak memoderasi pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
(Septinurikan, et al., 2020).
107
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat pengaruh signifikan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai
Perusahaan, namun dengan tingkat pengaruh sebesar 24,9% yang
menunjukkan bahwa masih minimnya pengaruh kinerja lingkungan
terhadap nilai perusahaan.
2. Tidak ada pengaruh signifikan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai
Perusahaan yang dimoderasi oleh Corporate Social Responsibility.
5.2 Saran
1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi secara rinci mengenai pengungkapan CSR ataupun
Kinerja Lingkungan dalam laporan tahunan, misalnya membuat laporan
berkelanjutan (Sustainability Report) setiap tahun agar pengungkapan sosial
dan lingkungan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara
positif.
2. Bagi Investor
Untuk lebih mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan dan sosial
sehingga dalam melakukan investasi tidak terpaku pada tungginya nilai
perusahaan saja.
108
Responsibility seperti, Kinerja Keuangan atau Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur, sehingga hasil penelitian akan semakin banyak
variasi yang diperoleh, serta menambahkan jumlah data dan periode
penelitian.
109
DAFTAR PUSTAKA
110
Dzahabiyya, J., D, J., & Danial, R. D. (2020). Analisis Perusahaan Dengan Model
Rasio Tobin's Q. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Dewanta, Vol. 4
No. 1.
Endiana, I. D., & Suryandari, N. N. (2021). Opini Going Concern: Ditinjau Dari
Agensi Teori dan Pemicunya. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 5(2), 223-
243.
Fahmi, I. (2014). Manajemen Keuangan dan Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Faqir, A. A. (2021, April 29). Industri Manufaktur Dinilai Terus Menurun Sejak 5
Tahun Terakhir. Diambil kembali dari merdeka.com: m.merdeka.com
Fausiah, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Semarang: CV. Pilar
Nusantara.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Mutivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hapsoro, D., & Adyaksana, R. I. (2020). Apakah Pengungkapan Informasi
Lingkungan Memoderasi Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya
Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan? Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan, 8 (1), 41-52.
Hendrawati, E., & UY, W. S. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi,
Vol 2, No 3.
Hoyt, R. E., & Liebenberg, A. P. (2011). The Value of Enterprise Risk
Management: Evidance from The U.S. Insurance Industry. The Journal of
Risk and Insurance,, 795-822.
Indrarini, S. (2019). NILAI PERUSAHAAN MELALUI KUALITAS LABA.
Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Jaisinghani, D., & Kanjilal, K. (2017). Non-Linier dynamics of size, Capital
Structure and Profitability: Empirical Evidence form Indian
Manufacturing Sector. Asia Pasific Management Review, 159-165.
Kosimpang, A. D., Andini, R., & Oemar, A. (2017). Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Variabel Struktur
Modal sebagai Variabel Intervening pada perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI Periode Tahun 2012-2016. Jurnal Universitas
Pandanaran, 1-15.
Lingga, V. P., & Wirakusuma, M. G. (2019). Pengaruh Corporate Social
Responsibility pada Nilai Perusahaan dengan Kinerja Lingkungan Sebagai
Pemoderasi. E-Jurnal Ekonomi, 413-442.
111
Nayenggita, G. B., Raharjo, S. T., & Resnawaty, R. (2019). Praktik Corporate
Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1),
61-66.
Ningrum, E. P. (2022). Nilai Perusahaan (Konsep dan Aplikasi) . Indramayu: CV.
Adanu Abimata.
Nurcahaya, I. A. (2020, Februari 09). Pengelolaan Lingkungan, KLKHK Soroti
Sektor Manufaktur. Diambil kembali dari Ekonomi & Bisnis:
m.bisnis.com
Olivia, G. (2020, Februari 5). Pertumbuhan Manufaktur manufaktur melambat,
Menprin Optimis tahun ini tumbuh 5,3%. Diambil kembali dari
kontan.co.id: http://www.kontan.co.id
Pettit, J. (2007). Strategic Corparate Finance: Application in Valuation and
Capital Structure. USA: John Willey & Sons.
Pink, B. (2020, September 01). Indeks Manufaktur Kembali ke Level Ekspanis,
Risiko Masih Membayangi. Diambil kembali dari kontan.ac.id:
http://www.kontan.ac.id
Pranyoto, E. (2016). Dapatkah Kita Memprediksi Perubahan Harga Saham?
Jurnal Bisnis Darmajaya, (Vol. 2), 77-89.
Pristina, F. A., & Khairunnisa. (2019). Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen,
Keputusan Investasi danKeputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Aset, 12-139.
Putri, P. A., & Endiana, I. D. (2020). Pengaruh Sistem Informasi Akutansi dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus
Pada Koperasi di Kecamatan Payangan). Krisna, 179-189.
Riani, B. (2019). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kinerja Lingkungan
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Tesis Magister Akuntansi.
Rochmawati, D., & Mildawati, T. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan dan
Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social
Responsibility sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi, Vol. 8 No.8.
Rowena, J. (2018). Kinerja Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Periode 2014-2016 . Jurnal Bina Manajemen, 1-15.
S, F. H., Indrianasari, N. T., & Yatminiwati, M. (2019). Pengaruh Profitabilitas
dan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Transformation of Accountung &
Business, Vol 2 No 2.
112
Sabtini, K., & Sudana, I. P. (2019). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Nilai Perusahaan dengan manajemen Laba sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1. hal
56-69.
Sari, W. H., Agustin, H., & Mulyani, E. (2019). Pengaruh Good Corporate
Governance dan Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan.
Jurnal Eksplorasi Akutansi, 1(1), 18-34.
Septinurika, H., Tanjung, A. R., & Basri, Y. M. (2020). Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social Responsibilty sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Akuntansi, Vol. 9 No.1, 26 - 37.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualilatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryahadi, A. (2019, Desember 22). Ini Penyebab Anjloknya Kinerja Indeks
sektor Manufaktur Sejak Awal Tahun. Diambil kembali dari Kontan:
www.kontan.co.id
Susanti. (2016). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan
Perbankan di BEI Periode 2013-2015 . Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol. 2,
146-159.
Syahputra, D., Helny, H., & Mulyani, E. (2019). Analisis Pengungkapan
Lingkungan Berdasarkan Global Reporting Initiatives (GRI) G4. Jurnal
Eksplorasi Akutansi, 1(2), 678-693.
Syarozi, I. (2019). Pengungkapan CSR pada Perusahan Manufaktur dan
Perbankan. Magelang: Tidar Media.
Umamah. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga
Saham Gabungan dengan Metode Moderate Regression Analysis.
Bimaster, 8(4), 979-988.
UY, W. S., & Hendrawati, E. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan. LIABILITY, 2(2), 87-
108.
Wardani, D. D., & Lailatus, S. (2020). PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. Jurnal Akutansi
dan Investasi, Vol 5, No.1.
Widiastri, P. A., & Yasa, G. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,
dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi, 23(2),
957-981.
113
Wulandari, & Ardana, Y. (2018). Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Nilai
Perusahaan. Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol 4, 81-100.
Zabetha, O., Tanjung, A. R., & Savitri, E. (2018). Pengaruh Corporate
Governance, Kinerja Lingkungan dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di BEI PERIODE 2012-2014). Jurnal Ekonomi, Vol. 26 No. 1.
Sumber lain :
https://www.suara.com/news/2019/08/08/141200/47-induatri-manufaktur-
mencemari-udara-jakarta-tapi-tak-tutup. diakses 21:20 wib, 10 Januari
2022.
https://m.bisnis.com/amp/read/20200209/527/1199097/pengelolaan-lingkungan-
klhk-soroti-sektor-manufaktur. diakses 13.30 wib, 20 Februari 2022.
https://www.kontan.co.id/news/ini-penyebab-anjloknya-kinerja-indeks-sektor-
manufaktur-sejak-awal-tahun. diakses 20:15 wib, 20 Januari 2022.
https://www.kontan.co.id/news/ini-penyebab-anjloknya-kinerja-indeks-sektor-
manufaktur-sejak-awal-tahun. diakses 11.35 wib, 21 Januari 2022.
https://m.merdeka.com/uang/industri-manufaktur-dinilai-terus-menurun-sejak-5-
tahun-terakhir.html. diakses 14.05 wib, 25 Januari 2022.
https://www.bps.go.id/indicator/9/1216/2/laju-pertumbuhan-pdb-industri-
manufaktur.html. diakses 17.00 wib, 25 Januari 2022.
114
LAMPIRAN
JUMLAH
HARGA SAHAM TOBIN'S
KODE TAHUN SAHAM BEREDAR UTANG ASET Q
2016 9.175 5.931.520.000 13.652.504.525.000 44.226.895.982.000 1,54
2017 9.900 5.931.520.000 18.524.450.664.000 48.963.502.966.000 1,58
SMGR 2018 11.500 5.931.520.000 18.168.521.000.000 50.783.836.000.000 1,70
2019 12.000 5.931.520.000 43.915.143.000.000 79.807.067.000.000 1,44
2020 12.425 5.931.520.000 40.571.674.000.000 78.006.244.000.000 1,46
2016 1.455 11.390.198.170 9.878.062.000.000 19.251.026.000.000 1,37
2017 1.300 11.386.157.970 11.293.242.000.000 21.088.870.000.000 1,24
JPFA 2018 2.150 11.717.177.201 12.823.219.000.000 23.038.026.000.000 1,65
2019 1.535 11.726.575.201 14.754.081.000.000 26.650.895.000.000 1,23
2020 1.465 11.726.575.201 14.539.790.000.000 25.951.760.000.000 1,22
2016 2.050 4.819.733.000 4.075.716.000.000 14.612.274.000.000 0,96
2017 2.060 4.819.733.000 4.032.333.000.000 14.762.309.000.000 0,95
AUTO 2018 1.470 4.819.733.000 4.626.013.000.000 15.889.648.000.000 0,74
2019 1.240 4.819.733.000 4.365.175.000.000 16.015.709.000.000 0,65
2020 1.115 4.819.733.000 3.909.303.000.000 15.180.094.000.000 0,61
2016 8.575 11.661.908.000 10.401.125.000.000 28.901.948.000.000 3,82
2017 8.900 11.661.908.000 11.295.184.000.000 31.619.514.000.000 3,64
ICBP 2018 10.450 11.661.908.000 11.660.003.000.000 34.367.153.000.000 3,89
2019 11.150 11.661.908.000 12.038.210.000.000 38.709.314.000.000 3,67
2020 9.575 11.661.908.000 53.270.272.000.000 103.588.325.000.000 1,59
2016 520 15.000.000.000 229.729.000.000 2.987.614.000.000 2,69
2017 545 15.000.000.000 262.333.000.000 3.158.198.000.000 2,67
SIDO 2018 840 15.000.000.000 435.014.000.000 3.337.628.000.000 3,91
2019 1.275 15.000.000.000 472.191.000.000 3.536.898.000.000 5,54
2020 805 15.000.000.000 627.776.000.000 3.849.516.000.000 3,30
2016 1.206 2.523.350.000 1.076.491.837.838 1.617.132.324.324 2,55
2017 4.950 2.523.350.000 1.141.568.162.162 1.704.362.716.216 8,00
NIKL 2018 3.600 2.523.350.000 1.517.734.434.783 2.141.698.724.638 4,95
2019 675 2.523.350.000 1.472.914.125.000 2.106.791.361.111 1,51
2020 1.445 2.523.350.000 1.176.620.140.845 1.858.100.112.676 2,60
2016 498 10.320.000.000 1.057.566.418.720 2.581.440.938.262 2,40
2017 408 10.320.000.000 1.132.699.218.954 2.826.490.815.501 1,89
TOTO 2018 348 10.320.000.000 967.642.637.307 2.897.119.790.044 1,57
2019 292 10.320.000.000 994.204.688.438 2.918.467.252.139 1,37
2020 238 10.320.000.000 1.183.847.184.353 3.107.410.113.178 1,17
115
2016 15.400 3.681.231.699 4.011.877.000.000 30.150.580.000.000 2,01
2017 21.950 3.681.231.699 4.307.169.000.000 28.863.676.000.000 2,95
INTP 2018 18.450 3.681.231.699 4.566.973.000.000 27.788.562.000.000 2,61
2019 19.025 3.681.231.699 4.627.488.000.000 27.707.749.000.000 2,69
2020 14.475 3.681.231.699 5.168.424.000.000 27.344.672.000.000 2,14
2016 6.700 434.000.000 1.905.626.000.000 5.504.890.000.000 0,87
2017 6.800 434.000.000 2.718.939.000.000 6.267.816.000.000 0,90
AMFG 2018 3.690 434.000.000 4.835.966.000.000 8.432.632.000.000 0,76
2019 3.430 434.000.000 5.328.124.000.000 8.738.055.000.000 0,78
2020 2.700 434.000.000 5.031.820.000.000 7.961.657.000.000 0,78
2016 113 8.200.000.000 425.486.909.790 1.257.609.869.910 1,08
2017 82 8.200.000.000 441.675.308.289 1.286.954.720.465 0,87
GDST 2018 94 9.242.500.000 455.885.354.596 1.351.861.756.994 0,98
2019 62 9.242.500.000 841.187.548.585 1.758.578.169.995 0,80
2020 110 9.242.500.000 741.251.635.985 1.588.136.471.649 1,11
2016 645 316.800.000 1.081.015.810.782 1.339.032.413.455 0,96
2017 378 633.600.000 936.511.874.370 1.213.916.545.120 0,97
INAI 2018 410 633.600.000 1.096.799.666.849 1.400.683.598.096 0,97
2019 440 633.600.000 893.625.998.063 1.212.894.403.676 0,97
2020 334 633.600.000 1.074.565.554.861 1.395.969.637.457 0,92
2016 210 7.185.992.035 3.396.754.000.000 6.041.811.000.000 0,81
2017 115 7.185.992.035 3.428.424.000.000 6.269.365.000.000 0,68
ISSP 2018 84 7.185.992.035 3.578.654.000.000 6.494.070.000.000 0,64
2019 184 7.185.992.035 3.325.841.000.000 6.424.507.000.000 0,72
2020 160 7.185.992.035 2.741.264.000.000 6.076.604.000.000 0,64
2016 2.370 383.331.363 888.180.702.703 3.066.400.527.027 0,59
2017 3.420 383.331.363 882.909.067.568 3.023.607.432.432 0,73
UNIC 2018 3.900 383.331.363 1.015.618.768.116 3.426.237.507.246 0,73
2019 3.850 383.331.363 604.896.166.667 3.052.186.402.778 0,68
2020 4.700 383.331.363 613.273.323.944 3.412.061.563.380 0,71
2016 3.590 16.398.000.000 10.047.751.000.000 24.204.994.000.000 2,85
2017 3.200 16.398.000.000 8.819.768.000.000 24.522.593.000.000 2,50
CPIN 2018 3.450 16.398.000.000 8.253.944.000.000 27.645.118.000.000 2,34
2019 6.400 16.398.000.000 8.281.441.000.000 29.353.041.000.000 3,86
2020 4.940 16.398.000.000 7.809.608.000.000 31.159.291.000.000 2,85
2016 1.815 44.775.000 2.082.189.000.000 3.826.863.000.000 0,57
2017 915 44.775.000 2.371.093.000.000 4.072.246.000.000 0,59
MAIN 2018 1.395 44.775.000 2.344.198.000.000 4.335.844.000.000 0,56
2019 1.005 44.775.000 2.537.251.000.000 4.648.577.000.000 0,56
2020 740 44.775.000 2.528.717.000.000 4.674.207.000.000 0,55
2016 955 5.470.982.941 54.856.945.945.946 92.956.756.756.757 0,65
2017 5.400 5.470.982.941 59.683.635.135.135 103.165.351.351.351 0,86
INKP 2018 10.245 5.470.982.941 72.166.391.304.348 126.826.275.362.319 1,01
2019 5.950 5.470.982.941 62.449.625.000.000 118.084.027.777.778 0,80
2020 10.675 5.470.982.941 59.811.267.605.634 119.666.197.183.099 0,99
116
2016 189 1.492.046.658 1.047.296.887.831 2.158.852.415.850 0,62
2017 212 2.114.570.958 980.123.282.608 2.175.660.855.114 0,66
SPMA 2018 248 2.114.570.958 1.013.266.115.558 2.282.845.632.924 0,67
2019 334 2.114.570.958 994.592.156.971 2.372.130.750.775 0,72
2020 310 2.114.570.958 784.672.948.574 2.316.065.006.133 0,62
2016 1.800 410.000.000 764.370.162.162 1.524.876.229.730 0,99
2017 1.700 410.000.000 948.486.175.676 1.672.508.108.108 0,98
GDYR 2018 1.940 410.000.000 1.038.007.652.174 1.826.324.000.000 1,02
2019 2.000 410.000.000 944.481.569.444 1.671.668.625.000 0,81
2020 995 410.000.000 1.006.089.239.437 1.640.992.169.014 0,86
2016 1.070 3.484.800.000 1.819.087.000.000 5.117.067.000.000 1,08
2017 680 3.484.800.000 1.822.456.000.000 5.068.447.000.000 0,83
GJTL 2018 650 3.484.800.000 13.835.648.000.000 19.711.478.000.000 0,82
2019 585 3.484.800.000 12.620.444.000.000 18.856.075.000.000 0,78
2020 655 3.484.800.000 10.919.937.000.000 17.771.891.000.000 0,74
2016 810 656.249.710 409.208.624.907 2.477.272.502.538 0,38
2017 1.000 656.249.710 289.798.419.319 2.434.617.337.849 0,39
INDS 2018 2.220 656.249.710 288.105.732.114 2.482.337.567.967 0,70
2019 2.300 656.249.710 262.135.613.148 2.834.422.741.208 0,62
2020 2.000 656.249.710 262.519.771.935 2.826.260.084.696 0,56
2016 126 3.889.179.559 1.829.581.310.811 5.146.588.135.135 0,45
2017 245 3.889.179.559 1.817.816.540.541 5.055.544.635.135 0,55
ADMG 2018 314 3.889.179.559 534.839.014.493 4.067.823.971.014 0,43
2019 186 3.889.179.559 658.400.375.000 3.544.836.041.667 0,39
2020 234 3.889.179.559 539.612.676.056 2.898.086.873.239 0,50
2016 900 72.473.905 2.339.848.527.027 1.569.696.391.892 1,53
2017 825 72.473.905 2.307.512.445.946 1.330.538.405.405 1,78
ARGO 2018 825 72.473.905 2.440.556.898.551 1.280.056.347.826 1,95
2019 825 72.473.905 2.384.250.458.333 1.181.012.555.556 2,07
2020 1.955 72.473.905 2.425.084.633.803 1.129.369.098.592 2,27
2016 1.020 4.823.076.400 414.431.810.811 4.355.188.459.459 1,22
2017 790 4.823.076.400 492.721.459.459 4.475.249.000.000 0,96
TFCO 2018 665 4.823.076.400 396.254.753.623 4.664.534.304.348 0,77
2019 476 4.823.076.400 330.231.375.000 4.355.128.833.333 0,60
2020 474 4.823.076.400 400.144.042.254 4.474.970.014.085 0,60
2016 302 1.224.000.000 214.165.432.432 1.105.488.837.838 0,53
2017 432 1.224.000.000 218.974.513.514 1.100.094.986.486 0,68
IKBI 2018 200 1.224.000.000 379.673.521.739 1.356.634.695.652 0,46
2019 302 1.224.000.000 310.472.805.556 1.274.028.527.778 0,53
2020 230 1.224.000.000 392.476.718.310 1.335.336.704.225 0,50
2016 276 4.007.235.107 550.076.575.595 1.871.422.416.044 0,88
2017 426 4.007.235.107 1.227.014.231.702 3.013.760.616.985 0,97
KBLI 2018 302 4.007.235.107 1.213.840.888.147 3.244.821.647.076 0,75
2019 525 4.007.235.107 1.174.014.083.315 3.556.474.711.037 0,92
2020 384 4.007.235.107 659.558.093.623 3.009.724.379.484 0,73
117
2016 240 1.120.000.000 318.436.089.653 639.091.366.917 0,92
2017 282 1.120.000.000 443.770.270.269 1.235.198.847.468 0,61
KBLM 2018 250 1.120.000.000 476.887.194.322 1.298.358.478.357 0,58
2019 304 1.120.000.000 436.010.329.994 1.284.437.358.420 0,60
2020 216 1.120.000.000 185.150.026.551 1.026.762.882.496 0,42
2016 1.465 831.120.519 999.166.540.000 1.668.210.090.000 1,33
2017 312 4.155.602.595 1.296.044.190.000 2.110.166.500.000 1,23
VOKS 2018 300 4.155.602.595 1.562.752.955.234 2.485.382.578.010 1,13
2019 402 4.155.602.595 1.918.323.973.420 3.027.942.155.357 1,19
2020 236 4.155.602.595 1.803.514.000.000 2.915.635.000.000 0,95
2016 1.350 595.000.000 538.044.038.690 1.425.964.152.418 0,94
2017 1.290 595.000.000 489.592.257.434 1.392.636.444.501 0,90
CEKA 2018 1.375 595.000.000 192.308.466.864 1.168.956.042.706 0,86
2019 1.670 595.000.000 261.784.845.240 1.393.079.542.074 0,90
2020 1.785 595.000.000 305.958.833.204 1.566.673.828.068 0,87
2016 5.000 800.659.050 185.423.000.000 1.197.797.000.000 3,50
2017 4.590 800.659.050 196.197.000.000 1.340.843.000.000 2,89
DLTA 2018 5.500 800.659.050 239.353.000.000 1.523.517.000.000 3,05
2019 6.800 800.659.050 212.420.000.000 1.425.984.000.000 3,97
2020 4.400 800.659.050 205.682.000.000 1.225.581.000.000 3,04
2016 11.750 2.107.000.000 1.454.398.000.000 2.275.038.000.000 11,52
2017 13.675 2.107.000.000 1.445.173.000.000 2.510.078.000.000 12,05
MLBI 2018 16.000 2.107.000.000 1.721.965.000.000 2.889.501.000.000 12,26
2019 15.500 2.107.000.000 1.750.943.000.000 2.896.950.000.000 11,88
2020 9.700 2.107.000.000 1.474.019.000.000 2.907.425.000.000 7,54
2016 1.645 22.358.699.725 6.657.166.000.000 12.922.422.000.000 3,36
2017 2.020 22.358.699.725 7.561.503.000.000 14.915.850.000.000 3,53
MYOR 2018 2.620 22.358.699.725 9.049.162.000.000 17.591.706.000.000 3,84
2019 2.050 22.358.699.725 9.911.940.000.000 19.037.919.000.000 2,93
2020 2.710 22.358.699.725 8.506.032.000.000 19.777.501.000.000 3,49
2016 4.570 2.888.382.000 750.000.000.000 4.239.200.000.000 3,29
2017 1.295 11.553.528.000 979.200.000.000 5.186.900.000.000 3,07
ULTJ 2018 1.350 11.553.528.000 780.900.000.000 5.555.900.000.000 2,95
2019 1.680 11.553.528.000 953.300.000.000 6.608.400.000.000 3,08
2020 1.600 11.553.528.000 3.972.400.000.000 8.754.100.000.000 2,57
2016 63.900 1.924.088.000 23.387.406.000.000 62.951.634.000.000 2,32
2017 83.800 1.924.088.000 24.572.266.000.000 66.759.930.000.000 2,78
GGRM 2018 83.625 1.924.088.000 23.963.934.000.000 69.097.219.000.000 2,68
2019 58.000 1.924.088.000 27.716.516.000.000 78.647.274.000.000 1,77
2020 41.000 1.924.088.000 19.668.941.000.000 78.191.409.000.000 1,26
2016 2.750 5.554.000.000 2.341.155.000.000 4.612.562.000.000 3,82
2017 2.700 5.554.000.000 3.998.173.000.000 7.272.084.000.000 2,61
KAEF 2018 2.600 5.554.000.000 7.182.832.000.000 11.329.091.000.000 1,91
2019 1.200 5.554.000.000 10.939.950.000.000 18.352.877.000.000 0,96
2020 4.250 5.554.000.000 10.457.145.000.000 17.562.817.000.000 1,94
118
2016 1.515 46.875.122.110 2.762.000.000.000 15.226.000.000.000 4,85
2017 1.690 46.875.122.110 2.772.000.000.000 16.616.000.000.000 4,93
KLBF 2018 1.520 46.875.122.110 2.851.611.000.000 18.146.206.000.000 4,08
2019 1.620 46.875.122.110 3.559.144.000.000 20.264.727.000.000 3,92
2020 1.480 46.875.122.110 4.288.218.000.000 22.564.300.000.000 3,26
2016 1.000 539.896.800 383.091.000.000 767.479.000.000 1,27
2017 885 539.896.800 417.225.000.000 840.236.000.000 1,12
ADES 2018 920 539.896.800 399.360.000.000 881.274.000.000 1,07
2019 1.045 539.896.800 254.438.000.000 822.375.000.000 1,06
2020 1.460 539.896.800 258.283.000.000 958.791.000.000 1,17
2016 3.030 1.428.571.500 1.332.432.000.000 3.284.504.000.000 1,72
2017 2.120 1.428.571.500 1.182.424.000.000 3.237.595.000.000 1,30
KINO 2018 2.800 1.428.571.500 1.405.264.000.000 3.592.164.000.000 1,50
2019 3.020 1.428.571.500 1.992.903.000.000 4.695.765.000.000 1,34
2020 2.720 1.428.571.500 2.678.124.000.000 5.255.360.000.000 1,25
2016 210 428.000.000 113.948.000.000 483.037.000.000 0,42
2017 206 428.000.000 130.623.000.000 497.354.000.000 0,44
MRAT 2018 179 428.000.000 143.913.787.087 511.887.783.867 0,43
2019 153 428.000.000 164.121.422.945 532.762.947.995 0,43
2020 169 428.000.000 217.377.331.974 559.795.937.451 0,52
1. Emas ; skor = 5
2. Hijau ; skor = 4
3. Biru ; skor = 3
4. Merah ; skor = 2
5. Hitam ; skor = 1
TAHUN
KODE
2016 2017 2018 2019 2020
SMGR 4 4 4 4 4
JPFA 3 3 3 3 3
AUTO 3 3 3 3 3
ICBP 3 3 3 3 3
119
SIDO 4 4 4 4 5
NIKL 3 3 3 3 3
TOTO 3 3 3 2 3
INTP 3 3 4 4 3
AMFG 4 3 3 3 3
GDST 3 3 3 3 3
INAI 3 3 3 2 3
ISSP 3 3 3 3 3
UNIC 3 3 3 2 3
CPIN 3 3 3 2 3
MAIN 3 3 3 3 3
INKP 3 3 3 3 3
SPMA 3 3 3 3 3
GDYR 3 2 3 3 3
GJTL 3 3 2 3 3
INDS 3 3 3 3 3
ADMG 3 3 3 3 2
ARGO 3 3 3 3 3
TFCO 3 3 3 3 3
IKBI 3 2 2 3 3
KBLI 3 2 2 3 3
KBLM 3 3 2 3 2
VOKS 3 3 3 3 3
CEKA 3 3 3 3 3
DLTA 3 3 3 3 3
MLBI 3 4 4 3 3
MYOR 3 3 3 3 3
ULTJ 3 3 3 3 3
GGRM 3 3 3 3 3
KAEF 3 3 3 3 2
KLBF 3 3 4 4 4
ADES 2 3 3 3 3
KINO 3 3 3 2 3
MRAT 3 2 2 2 2
120
LAMPIRAN 3. TABULASI COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Coorporate social responsibility dapat diukur dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
∑𝑋𝑖
𝐶𝑆𝑅𝐼 =
𝑁
Keterangan :
CSRI : Jumlah skor pengungkapan CSR
∑Xi : Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
N : Jumlah item pengungkapan CSR (n = 91)
KODE TAHUN JUMLAH RATA-RATA
2016 11 0,3235
2017 7 0,2059
SMGR 2018 7 0,2059
2019 9 0,2647
2020 20 0,5882
2016 12 0,3529
2017 16 0,4706
JPFA 2018 12 0,3529
2019 12 0,3529
2020 12 0,3529
2016 11 0,3235
2017 11 0,3235
AUTO 2018 11 0,3235
2019 10 0,2941
2020 10 0,2941
2016 12 0,3529
2017 13 0,3824
ICBP 2018 12 0,3529
2019 13 0,3824
2020 13 0,3824
2016 15 0,4412
2017 15 0,4412
SIDO 2018 15 0,4412
2019 14 0,4118
2020 13 0,3824
121
2016 3 0,0882
2017 3 0,0882
NIKL 2018 4 0,1176
2019 4 0,1176
2020 3 0,0882
2016 3 0,0882
2017 3 0,0882
TOTO 2018 2 0,0588
2019 2 0,0588
2020 3 0,0882
2016 8 0,2353
2017 8 0,2353
INTP 2018 7 0,2059
2019 8 0,2353
2020 12 0,3529
2016 9 0,2647
2017 10 0,2941
AMFG 2018 12 0,3529
2019 11 0,3235
2020 12 0,3529
2016 3 0,0882
2017 18 0,5294
GDST 2018 18 0,5294
2019 19 0,5588
2020 17 0,5000
2016 25 0,7353
2017 25 0,7353
INAI 2018 24 0,7059
2019 20 0,5882
2020 20 0,5882
2016 22 0,6471
2017 23 0,6765
ISSP 2018 25 0,7353
2019 22 0,6471
2020 26 0,7647
2016 25 0,7353
2017 25 0,7353
UNIC 2018 25 0,7353
2019 26 0,7647
2020 26 0,7647
122
2016 10 0,2941
2017 10 0,2941
CPIN 2018 10 0,2941
2019 10 0,2941
2020 10 0,2941
2016 25 0,7353
2017 25 0,7353
MAIN 2018 23 0,6765
2019 25 0,7353
2020 25 0,7353
2016 7 0,2059
2017 7 0,2059
INKP 2018 7 0,2059
2019 7 0,2059
2020 7 0,2059
2016 15 0,4412
2017 15 0,4412
SPMA 2018 15 0,4412
2019 16 0,4706
2020 16 0,4706
2016 19 0,5588
2017 20 0,5882
GDYR 2018 23 0,6765
2019 14 0,4118
2020 22 0,6471
2016 17 0,5000
2017 16 0,4706
GJTL 2018 17 0,5000
2019 17 0,5000
2020 17 0,5000
2016 30 0,8824
2017 28 0,8235
INDS 2018 31 0,9118
2019 23 0,6765
2020 29 0,8529
2016 19 0,5588
2017 20 0,5882
ADMG 2018 19 0,5588
2019 18 0,5294
2020 19 0,5588
123
2016 12 0,3529
2017 16 0,4706
ARGO 2018 10 0,2941
2019 12 0,3529
2020 12 0,3529
2016 12 0,3529
2017 12 0,3529
TFCO 2018 12 0,3529
2019 12 0,3529
2020 12 0,3529
2016 16 0,4706
2017 22 0,6471
IKBI 2018 22 0,6471
2019 22 0,6471
2020 17 0,5000
2016 12 0,3529
2017 11 0,3235
KBLI 2018 11 0,3235
2019 15 0,4412
2020 13 0,3824
2016 11 0,3235
2017 10 0,2941
KBLM 2018 10 0,2941
2019 11 0,3235
2020 10 0,2941
2016 7 0,2059
2017 7 0,2059
VOKS 2018 9 0,2647
2019 9 0,2647
2020 8 0,2353
2016 16 0,4706
2017 19 0,5588
CEKA 2018 16 0,4706
2019 18 0,5294
2020 18 0,5294
2016 23 0,6765
2017 16 0,4706
DLTA 2018 17 0,5000
2019 15 0,4412
2020 15 0,4412
124
2016 10 0,2941
2017 11 0,3235
MLBI 2018 11 0,3235
2019 11 0,3235
2020 8 0,2353
2016 4 0,1176
2017 4 0,1176
MYOR 2018 4 0,1176
2019 4 0,1176
2020 4 0,1176
2016 18 0,5294
2017 18 0,5294
ULTJ 2018 13 0,3824
2019 16 0,4706
2020 15 0,4412
2016 17 0,5000
2017 11 0,3235
GGRM 2018 14 0,4118
2019 15 0,4412
2020 15 0,4412
2016 7 0,2059
2017 6 0,1765
KAEF 2018 6 0,1765
2019 5 0,1471
2020 6 0,1765
2016 3 0,0882
2017 1 0,0294
KLBF 2018 7 0,2059
2019 5 0,1471
2020 11 0,3235
2016 25 0,7353
2017 19 0,5588
ADES 2018 19 0,5588
2019 27 0,7941
2020 20 0,5882
2016 19 0,5588
2017 19 0,5588
KINO 2018 19 0,5588
2019 24 0,7059
2020 21 0,6176
125
2016 19 0,5588
2017 19 0,5588
MRAT 2018 15 0,4412
2019 18 0,5294
2020 20 0,5882
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kinerja Lingkungan 190 2,0 5,0 2,995 ,4657
CSR 190 ,0294 ,9118 ,418111 ,1974294
Nilai Prusahaan 190 ,3798 12,2630 1,836561 1,9678870
Valid N (listwise) 190
126
LAMPIRAN 6. UJI NORMALITAS SETELAH DI TRANSFORMASI
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
1 LnX1 ,985 1,015
LnX2 ,985 1,015
a. Dependent Variable: LnY
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,324 ,109 1,706 ,090
1 LnX1 ,128 ,173 ,054 ,740 ,460
LnX2 -,104 ,046 -,076 -1,034 ,302
a. Dependent Variable: Abs_Res
127
LAMPIRAN 9. UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,514a ,307 ,300 ,64205 ,566
a. Predictors: (Constant), LnX2, LnX1
b. Dependent Variable: LnY
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 ,861a ,741 ,736 ,39502 1,915
a. Predictors: (Constant), Lag_Y, LnX1, LnX2
b. Dependent Variable: LnY
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -3,348 ,999 -3,350 ,002
1
LnX1 3,332 ,916 ,357 3,639 ,001
a. Dependent Variable: LnY
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
a
1 ,519 ,269 ,249 ,6498173
a. Predictors: (Constant), LnX1
128
LAMPIRAN 12. HASIL UJI MODERASI
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1,421 2,060 -,690 ,495
LnX1 ,933 1,923 ,145 ,485 ,631
1
LnX2 ,979 1,837 ,746 ,533 ,598
LnX1.LnX2 -1,496 1,678 -1,333 -,892 ,379
a. Dependent Variable: LnY
129