Anda di halaman 1dari 89

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KOMPONEN DANA PERIMBANGAN DAN


DANA DESA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA TIGA PULUH TIGA PROVINSI DI INDONESIA
(2015 – 2018)

Disusun Oleh :

Nama : Reynalda Ilmi Nuastiko


Nomor Mahasiswa : 143160070
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jurusan : Ilmu Ekonomi

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2020
SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KOMPONEN DANA PERIMBANGAN DAN


DANA DESA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA TIGA PULUH TIGA PROVINSI DI INDONESIA
(2015 – 2018)

Untuk penulisan skripsi S1 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Jurusan


Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN ”Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh :
Nama : Reynalda Ilmi Nuastiko
Nomor mahasiswa : 143160070
Program studi : Ekonomi Pembangunan
Jurusan : Ilmu Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020

ii
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN DANA PERIMBANGAN DAN
DANA DESA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA TIGA PULUH TIGA PROVINSI DI INDONESIA
(2015 – 2018)

Disusun Oleh :

Nama : Reynalda Ilmi Nuastiko


Nomor mahasiswa : 143160070
Program studi : Ekonomi Pembangunan
Jurusan : Ilmu Ekonomi

Skripsi ini disetujui pada Tanggal…………….

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN

Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sri Suharsih, SE, M.Si Wahyu Dwi Artaningtyas SE, M.Si
NIK : 2 6912 95 0005 1 NIK : 2 7303 97 0148 1

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Reynalda Ilmi Nuastiko


Nomor Mahasiswa : 143160070
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Jurusan : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Komponen Dana
Perimbangan dan Dana Desa terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh
tiga Provinsi di Indonesia (2015 – 2018)
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi.

Pernyataan ini saya buat sebenar – benarnya dan apabila ternyata di kemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima hukuman dan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 16 Januari 2020

Yang menyatakan

Reynalda Ilmi Nuastiko


Nim 143160070

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan tugas akhir di jurusan Ekonomi Pembangunan
“Pengaruh Komponen Dana Perimbangan dan Dana Desa Terhadap PAD
pada tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia tahun 2015 - 2018”. Penulis juga
sadar bahwa bimbingan dari berbagai pihak membantu penulis agar
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Dr. Sri Suharsih, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis agar menyelesaikan tugas akhir skripsi.
2. Wahyu Dwi Artaningtyas SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis agar menyelesaikan tugas akhir skripsi.
3. Drs. Sunu Agus Setyarto seorang ayah yang sabar dan terus memberi
semangat pada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi.
4. Tri Astuti Hasna, SE seorang ibu yang sabar dan terus memberi semangat
pada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi.
5. Teman – teman Kos Galaxy terima kasih untuk kalian yang telah berproses
bersama dengan penulis.
6. Teman – teman Ekonomi Pembangunan angkatan 16 terima kasih untuk kalian
yang telah berproses bersama selam 4 tahun terakhir dengan penulis.
7. Nisa Sophia Perennasa Zinatan terima kasih untuk berproses dengan penulis
selama ini, memberi semangat dan berdiskusi tentang apapun.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan skripsi ini akan penulis terima.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun
maupun yang membaca.
Yogyakarta, 16 Januari 2020

Reynalda Ilmi Nuastiko


Nim 143160070

v
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komponen Dana


Perimbangan (DAU, DBH, DAK) dan Dana Desa terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) pada 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan data panel. Data penelitian yang digunakan adalah data
PAD, DAU, DBH, DAK, dan Dana Desa yang berasal dari laporan realisasi APBD
seluruh provinsi di Indonesia. Data didapatkan dari situs resmi Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Indonesia pada tahun 2015 – 2018.
Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa variabel DAU dan Dana Desa
memberikan pengaruh positif terhadap PAD, artinya ketika DAU dan Dana Desa
bertambah akan berdampak pada kenaikan PAD. sementara itu DBH dan DAK tidak
berpengaruh terhadap PAD pada tiga puluh tiga provinsi di Indonesia selama periode
penelitian.

Kata Kunci : PAD, DAU, DBH, DAK, Dana Desa

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN...........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................v
INTISARI.........................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................8
1.1. Latar belakang.........................................................................................................8
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................................8
1.5. Keaslian Penelitian..................................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................8
2.1. Otonomi Daerah......................................................................................................8
2.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)...............................................................................8
2.3. Dana Perimbangan..................................................................................................8
2.4. Dana Desa...............................................................................................................8
2.5. Penelitian terdahulu.................................................................................................8
2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual.............................................................................8
2.7. Hipotesis.................................................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................8
3.1. Jenis penelitian........................................................................................................8
3.2. Jenis dan Sumber data............................................................................................8
3.3. Alat Analisis...........................................................................................................8
3.4. Definisi Operasional Variabel.................................................................................8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................8
4.1. Deskripsi Data....................................................................................................8
4.2. Analisis Data......................................................................................................8
4.3. Pembahasan........................................................................................................8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................8

vii
5.1. Kesimpulan........................................................................................................8
5.2. Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
LAMPIRAN......................................................................................................................8

viii
DAFTAR TABEL

Halaman tabel dan daftar ganbar kok 8 semua yaa

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14

DAFTAR GAMBAR

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No 32
Tahun 2004). Tujuan dari otonomi daerah sendiri agar pemerintah daerah dapat
mengatur roda pmerintahan, ekonomi, dan sosial budaya sendiri dan dapat
berkembang sesuai karakteristik daerah tersebut. Diterbitkannya UU No 32 Tahun
2004 yang sudah diperbaharui UU No 23 tahun 2014, pemerintah daerah akan
lebih leluasa untuk mengatur kegiatan pemerintahan daerah sendiri, tetapi
pemerintah daerah juga perlu bantuan dari pemerintah pusat agar mampu untuk
merealisasikan UU No 23 tahun 2014 dan pemerataan pendapatan antar daerah
akan tercapai.

Daerah – daerah di Indonesia sendiri memiliki karakteristik berbeda –


beda, hal ini mengakibatkan perbedaan pengolahan sumber daya di daerah
sehingga mengakibatkan pendapatan antar daerah berbeda – beda. Pendapatan
Asli Daerah atau PAD adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah (Mardiasmo, 2002) PAD ini
terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain- lain PAD yang sah, sedangkan Setiap daerah
mempunyai kemampuan keuangan yang berbeda dalam membiayai kegiatan-
kegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antar satu daerah dengan
daerah lainnya sehingga perlu adanya campur tangan dari pemerintah pusat untuk
peningkatan dan pemerataan PAD antar daerah di Indonesia.

1
2

Tabel 1.1
PAD menurut Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1,972,049,032 2,060,180,945 2,276,305,568 2,359,385,393
2 Sumatera Utara 4,883,880,619 4,954,833,100 5,287,469,401 5,638,960,579
3 Sumatera Barat 1,876,733,122 1,964,148,975 2,134,010,519 2,275,090,068
4 Riau 3,476,960,097 3,110,656,139 3,360,008,975 3,638,995,740
5 Jambi 1,241,223,028 1,233,514,664 1,580,304,867 1,656,569,597
6 Sumatera Selatan 2,534,526,413 2,546,177,544 3,031,633,624 3,528,010,712
7 Bengkulu 701,300,383 731,556,734 804,575,838 872,257,738
8 Lampung 2,247,342,667 2,368,796,251 2,750,596,478 2,864,235,753
33,686,176,81 36,888,017,58 43,901,488,80 43,327,136,60
9 DKI Jakarta
5 7 7 2
16,032,856,41 17,042,895,11 18,081,123,73 19,642,915,44
10 Jawa Barat
4 3 9 8
10,904,825,81 11,541,029,72 12,547,513,38 13,711,836,03
11 Jawa Tengah
2 0 9 7
12 DI Yogyakarta 1,593,110,769 1,673,749,196 1,851,973,396 2,040,723,348
15,402,647,67 15,817,795,02 17,324,177,66 18,531,062,02
13 Jawa Timur
4 4 4 1
14 Kalimantan Barat 1,702,542,350 1,664,338,991 1,945,647,317 2,194,867,823
Kalimantan
15
Tengah 1,174,969,266 1,158,303,928 1,342,330,618 1,616,521,660
Kalimantan
16
Selatan 2,684,908,313 2,499,862,900 2,841,891,516 3,557,316,628
Kalimantan
17
Timur 4,950,160,613 4,029,364,843 4,588,751,727 5,800,270,285
18 Sulawesi Utara 1,012,945,961 981,044,559 1,146,674,827 1,253,804,977
19 Sulawesi Tengah 904,937,124 939,092,069 958,212,001 1,016,628,663
20 Sulawesi Selatan 3,270,828,511 3,449,561,308 3,679,083,943 3,948,349,252
Sulawesi
21
Tenggara 667,079,209 753,657,954 806,253,869 903,949,000
22 Bali 3,041,298,422 3,041,195,258 3,398,472,278 3,718,094,051
23 NTB 1,372,661,567 1,359,844,019 1,684,468,709 1,660,417,707
24 NTT 882,315,240 995,186,120 1,047,491,567 1,095,269,978
25 Maluku 390,813,371 466,208,198 430,866,044 465,779,724
26 Papua 912,908,312 1,019,732,912 1,020,372,304 1,050,372,166
27 Maluku Utara 236,054,304 280,150,113 327,469,790 358,325,359
28 Banten 4,972,737,619 5,463,156,734 5,756,371,374 6,329,138,234
29 Bangka Belitung 571,802,890 574,258,443 709,832,181 850,441,774
30 Gorontalo 289,557,151 311,223,202 348,267,663 384,435,306
31 Kepulauan Riau 1,013,226,321 1,079,309,741 1,094,788,614 1,220,768,246
32 Papua Barat 322,799,297 338,811,109 470,072,402 459,243,073
33 Sulawesi Barat 273,507,239 277,686,126 296,935,168 301,499,588
34 Kalimantan Utara 370,047,613 507,955,516 482,740,846 574,088,357
127,571,733,5 133,123,295,0 149,308,177,0 158,846,760,8
Indonesia
38 35 23 87
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, 2018, data diolah
3

Dari tabel 1.1 dapat dilihat jumlah PAD di Indonesia pada tahun 2015 -
2018 terus meningkat di setiap tahunnya. DKI Jakarta menjadi Provinsi yang
mempunyai jumlah PAD tertinggi tiap tahunnya, untuk Provinsi yang mempunyai
jumlah PAD terendah, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Sulawesi barat saling
bergantian menempati Provinsi dengan PAD terendah. Pada tahun 2015 Provinsi
Maluku Utara memiliki PAD terendah di seluruh Provinsi di Indonesia dengan
jumlah PAD sebesar 236 miliar rupiah, sedangkan tiga tahun setelahnya Provinsi
Sulawesi Barat menjadi Provinsi yang terendah dalam hal jumlah PAD. Pada
tahun 2016, jumlah PAD di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 277 miliar

Tujuan dari otonomi daerah sendiri agar pemerintah daerah dapat


mengatur roda pemerintahan, ekonomi, dan sosial budaya sendiri dan dapat
berkembang sesuai karakteristik daerah tersebut. tetapi pemerintah daerah juga
perlu bantuan dari pemerintah pusat dalam hal ini sumber dana pembangunan
daerah untuk membantu pemerintah daerah dalam pembangunan daerah, serta
pemerintah pusat juga ingin membuat tidak adanya ketimpangan antar daerah agar
tidak adanya kecemburuan antar daerah.

Pada UU Nomor 23 tahun 2014 terdapat pasal yang mengatur pembiayaan


daerah. sumber- sumber pembiayaan untuk pembangunan daerah (capital
investment) antara lain berasal dari Dana Perimbangan yang diterima oleh
daerah-daerah dari pemerintah pusat dengan tujuan terealisasinya otonomi daerah
dan desentralisasi daerah sehingga ketimpangan antar daerah dapat dikurangi dan
dapat menaikan pendapatan daerah. Dana Perimbangan itu sendiri terdiri dari
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Alokasi Khusus
(DAK). Dana perimbangan ini digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi. DAU (DAU) merupakan salah satu transfer
dana Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari
pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2004.
Diharapkan dengan adanya DAU dapat meningkatkan kemampuan daerah untuk
4

menjalankan roda pemerintahan dan perekonomiannya, sebagai contoh sebagai


modal untuk membangun tempat produksi seperti pabrik dan dapat dimanfaatkan
oleh daerah setempat. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.
Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Tabel 1.2
Dana Perimbangan di Indonesia Tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

Kompone
2015 2016 2017 2018
n
DAU 35,288,784,85
38,933,868,301 55,763,530,032 56,606,500,497
3
DBH 22,689,716,82
30,420,104,868 33,566,296,374 35,130,152,568
6
DAK 3,610,202,097 45,058,083,095 58,254,497,029 59,938,831,499
TOTAL 61,588,703,77 114,412,056,26 147,584,323,43 151,675,484,56
6 5 6 5
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, 2018, data diolah
Dari tabel 1.2 bisa melihat Dana Perimbangan selalu naik tiap tahunnya di
Indonesia. Bahkan di dari tahun 2015 ke tahun 2016 kenaikan Dana Perimbangan
naik sebesar 53 miliar rupiah hal ini membuktikan pemerintah pusat
memperhatikan daerah agar mampu mengembangkan potensi daerah nya dengan
penganggaran Dana Perimbangan ini. Pada tahun 2015 pemerintah pusat
menerbitkan sumber pendanaan baru ke daerah dari pemerintahan pusat disebut
Dana Desa. Dana Desa sendiri adalah dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Melalui Dana
Desa ini, daerah khususnya pedesaan mampu untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat (kemenkeu) untuk itu Dana desa hanya ditransferkan
ke 33 provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta.
5

Dana Desa

70000000000000

60000000000000

50000000000000

40000000000000
Jumlah Alokasi Dana Desa (rupiah)
30000000000000

20000000000000

10000000000000

0
2015 2016 2017 2018
Tahun
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, 2018, data diolah

Gambar 1.1. Perkembangan Dana Desa di Indonesia tahun 2015 - 2018

Dari gambar 1.1 dapat dilihat dari tahun ke 2015 – 2017 jumlah Dana
Desa mengalami peningkatan, pada 2015 jumlah Dana Desa mencapai 9 miliar
rupiah terus naik pada tahun 2016 mencapai 46 triliun Rupiah. Tahun 2017 dan
2018 pemerintah menetapkan Dana Desa sebesar 60 triliun Rupiah sehingga tidak
adanya peningkatan jumlah dari Dana Desa.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan terdapat beberapa dana


yang diberikan pemerintah pusat untuk pemerintah daerah yaitu DAU, DBH,
DAK, dan Dana Desa. Sumber dana tersebut diharapkan akan membantu
pemerataan fiskal pemerintah daerah yang merupakan tujuan utama pelaksanaan
otonomi daerah. Apakah dengan adanya sumber – sumber dana dari pemerintah
pusat seperti dana perimbangan dan dana desa menjadi salah satu solusi dari
pemerintah pusat untuk mencapai pemerataan fiskal antar pemerintah daerah di
Indonesia. Penelitian ini akan menganalisis “Pengaruh Komponen Dana
Perimbangan dan Dana Desa Terhadap PAD pada tiga puluh tiga Provinsi di
Indonesia tahun 2015 - 2018 ”
6

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh pengalokasian Dana Alokasi Umum dari pemerintah
pusat terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di
Indonesia tahun 2015 - 2018?
2. Bagaimana pengaruh pengalokasian Dana Bagi Hasil dari pemerintah pusat
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia
tahun 2015 - 2018?
3. Bagaimana pengaruh pengalokasian Dana Alokasi Khusus dari pemerintah
pusat terhadap Pendapatan Asli Daerah pada 33 Provinsi di Indonesia tahun
2015 - 2018?
4. Bagaimana pengaruh pengalokasian Dana Desa dari pemerintah pusat
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia
tahun 2015 - 2018?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh pengalokasian Dana Alokasi Umum dari pemerintah
pusat terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di
Indonesia tahun 2015 - 2018
2. Menganalisis pengaruh pengalokasian Dana Bagi Hasil dari pemerintah pusat
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia
tahun 2015 - 2018
3. Menganalisis pengaruh pengalokasian Dana Alokasi Khusus dari pemerintah
pusat terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di
Indonesia tahun 2015 - 2018
4. Menganalisis pengaruh pengalokasian Dana Desa dari pemerintah pusat
terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia
tahun 2015 - 2018

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
7

1. Manfaat Akademis
Menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang PAD, komponen
dana perimbangan, dan dana desa pada Pemerintahan Provinsi dan pusat di
Indonesia serta sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada
dan sebagai referensi dan informasi bagi penelitian- penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Kebijakan
Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintahan Provinsi dan pusat dalam
mengambil kebijakan optimalisasi PAD dan alokasi komponen dana
perimbangan serta dana desa pada Pemerintah Daerah di Indonesia

1.5. Keaslian Penelitian


Keaslian penelitian ditunjukkan oleh tabel 1.3 sebagai berikut :
Tabel 1.3
Keaslian Penelitian

N
Penulis Sampel Alat Hasil
o
Williantar Provinsi Bali Regresi PAD tidak ada pengaruh IPM, DAU
a (2016) (2009 - 2013) data berpengaruh negatif terhadap IPM,
1
panel DAK berpengaruh negative terhadap
IPM, DBH tidak mempengaruhi IPM
Ferdian Provinsi Sumatra Regresi PAD berpengaruh positif terhadap
(2013) Barat data belanja daerah, Dana Perimbangan
(2007 – 2011) panel berpengaruh positif terhadap belanja
2
daerah, Pendapatan lain lain
berpengaruh positif terhadap belanja
daerah
Susanti Daerah Istimewa Aceh Regresi PAD, DAU, DBH berpengaruh positif
(2016) (2011 – 2014) berganda terhadap Belanja Modal, DAU
3 berpengaruh positif terhadap Belanja
Modal, DBH berpengaruh positif
terhadap Belanja Modal
Masdiojo Provinsi Jawa Tengah Regresi Model memenuhi Uji kebaikan PAD,
(2009) (2006 – 2008) data DAU, DBH berpengaruh positif
4 panel, terhadap Belanja Daerah,Belanja
Flypape Daerah terbukti mengalami flypaper
r Effect effect
Harianto Indonesia Analisis DAU berpengaruh terhadap Belanja
(2007) (2001 – 2004) Jalur Modal tetapi kurang efektif. PAD
5
(Path mempunyai hubungan positif dari
Analysis) pendapatan perkapita

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada


variabel penelitian. Pada penelitian ini menganalisis pengaruh dari komponen
8

Dana Perimbangan terhadap PAD pada 33 Provinsi di Indonesia dengan


memasukkan variabel dana desa, dimana variabel tersebut belum pernah
digunakan pada penelitian sebelumnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi


untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No 32
Tahun 2004) sedangkan pendapatan lain tentang otonomi daerah adalah hak
penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur, mengurus,
mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati
peraturan perundangan yang berlaku (Nurcholis, 2007). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Otonomi daerah adalah hak pemerintah daerah untuk
mengatur urusan kedaerahannya mulai dari politik ekonomi, budaya serta hal –
hal lain yang dapat diatur oleh pemerintah daerah.

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya


dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Tujuan dari
otonomi daerah sendiri agar pemerintah daerah dapat mengatur roda pmerintahan,
ekonomi, dan sosial budaya sendiri dan dapat berkembang sesuai karakteristik
daerah tersebut
Diterbitkannya UU No 32 Tahun 2004 yang sudah diperbaharui UU No 23
tahun 2014, pemerintah daerah akan lebih leluasa untuk mengatur kegiatan
pemerintahan daerah sendiri, tetapi pemerintah daerah juga perlu bantuan dari
pemerintah pusat agar mampu untuk merealisasikan UU No 23 tahun 2014 dan
pemerataan pendapatan antar daerah akan tercapai.
10

2.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pusat dan Daerah menyatakan PAD, adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. PAD adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.(Mardiasmo, 2002)
Dari pendapat - pendapat mengenai pengertian PAD di atas, disimpulkan
bahwa PAD adalah penerimaan daerah yang berasal dari daerah sendiri yang
didapatkan dan dikelola oleh pemerintah daerah dan telah diatur oleh peraturan
perundang-undangan.

Sumber PAD
1. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pendapatan daerah yang berasal dari pajak.Pajak pada
setiap Provinsi dan kabupaten/kota adalah berbeda.Hal ini sesuai Undang
-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Jenis
pendapatan pajak untuk Provinsi meliputi objek pendapatan berikut:
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
d. Pajak kendaraan di atas air.
e. Pajak air di bawah tanah.
f. Pajak air permukaan.
g. Pajak Hotel.
h. Pajak restoran.
i. Pajak hiburan.
j. Pajak reklame.
k. Pajak penerangan jalan.
l. Pajak pengambilan bahan galian golongan C.
11

m. Pajak parkir.
2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah juga berperan sebagai penyumbang terhadap PAD. Retribusi


daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi.Pendapatan
retribusi pada Provinsi berbeda dengan kabupaten/kota, terkait dengan
Undang -Undang Nomor 23 tahun 2014. Untuk Provinsi, jenis pendapatan ini
meliputi objek pendapatan berikut:
a. Retribusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
c. Retribusi penggantian biaya cetak peta
d. Retribusi pengujian kapal perikanan.

Selanjutnya, jenis pendapatan retribusi untuk Kabupaten/Kota meliputi objek


pendapatan berikut:
a. Retribusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan
c. Retribusi penggantian biaya cetak KTP.
d. Retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil.
e. Retribusi pelayanan pemakaman.
f. Retribusi pelayanan pengabuan mayat.
g. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum.
h. Retribusi pelayanan pasar.
i. Retribusi pengujian kendaraan bermotor.
j. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.
k. Retribusi penggantian biaya cetak peta.
l. Retribusi pengujian kapal perikanan.
m. Retribusi pemakaina kekayaan daerah.
n. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan.
o. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan.
p. Retribusi jasa usaha terminal.
q. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir.
12

r. Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa.


s. Retribusi jasa usaha penyedotan kakus.
t. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan.
u. Retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal.
v. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga.
w. Retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air.
x. Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair.
y. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah.
z. Retribusi izin mendirikan bangunan.
aa. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.
bb. Retribusi izin gangguan.
cc. Retribusi izin trayek.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan merupakan


penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipusahkan. Jenis pendapatan menurut objek pendapatan adalah:
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara
c. Bagian laba atas penyetaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.

Sebagian laba perusahaan daerah merupakan salah satu sumber PAD, terdiri
dari perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan dan perbankan dan
bidang lain, seperti jasa air bersih (PDAM), jasa di sektor industri, pertanian,
perkebunan dan lain-lain. BUMD merupakan cara yang lebih efisien dalam
melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah.
Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan, antara lain laba, deviden, dan penjualan saham milik
daerah.
13

4. Penerimaan lain-lain
Pengertian Penerimaan lain-lain Daerah Kabupaten Dan Kota adalah
penerimaan yang diperoleh daerah Kabupaten dan kota diluar pajak, retribusi,
hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Beberapa contoh
penerimaan yang termasuk dalam ketegori penerimaan lain-lain misalnya
penerimaan dan hasil penjualan asset milik pemerintah daerah dan jasa giro
rekening pemerintah daerah kabupaten dan kota.
2.3. Dana Perimbangan

Sesuai ketentuan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, maka dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
desentralisasi diatur pembagian keuangan sebagai dana perimbangan antara
pemerintah dengan pemerintah daerah secara adil, proporsional, transparan dan
bertanggungjawab.
1. Dana Alokasi Umum (DAU)

Daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskalnya besar akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar (Depkeu, 2009).Prinsip tersebut
menegaskan bahwa fungsi DAU adalah sebagai instrumen pemerataan
kapasitas fiskal. DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pembelanjaan (Prakosa, 2004). Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 2005 DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Pendapat di atas menunjukan DAU adalah dana dari pemerintah pusat yang
didapatkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kemudian
dialokasikan ke daerah untuk pemerataan keuangan antar daerah. DAU
merupakan transfer penggunaannya diserahkan kepada daerah untuk
14

peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi


daerah. Formulasi anggaran DAU melalui formula celah fiskal yaitu selisih
antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal dan alokasi dasar yaitu gaji
PNS.Penetapan DAU sekurang – kurangnya 26% dari pendapatan kotor dalam
negeri yang ditetapkan APBN. Tahapan penentuan dari DAU meliputi :
1. Tahap Akademis
Konsep awal penyusunan kebijakan atas implementasi formulasi DAU
dilakukan oleh tim Independen dari berbagai universitas dengan tujuan
mencari formulasi yang sesuai dalam kebijakan DAU.
2. Tahap Administratif
Pada tahap ini Kemenkeu melalui Dirjen Perimbangan Keuangan
Indonesia melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk menyiapkan
data yang sesuai kebutuhan dan sudah terverifikasi.
3. Tahap Teknis
Merupakan tahap pembuatan simulasi perhitungan DAU yang akan
dikonsultasikan pemerintah kepada DPR dan didasarkan formula DAU
yang sudah diamanatkan Undang – Undang
4. Tahap Politis
Merupakan tahap akhir, pembahasan DAU yang sudah dilakukan oleh
panja penetapan DAU DPR RI dengan pemerintah untuk mendapatkan
persetujuan dan disahkan.
2. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase
tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Tujuan DBH adalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal
antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil.Penyaluran DBH dilakukan berdasarkan prinsip Based on Actual
Revenue. Maksudnya adalah penyaluran DBH berdasarkan realisasi
penerimaan tahun anggaran berjalan (Pasal 23 UU 33 tahun 2004). Jenis-jenis
15

DBH meliputi DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam. DBH Pajak meliputi
Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Penghasilan dan Cukai Hasil Tembakau.
Sedangkan DBH SDA meliputi Kehutanan, Mineral dan Batu Bara, Minyak
Bumi dan Gas Bumi, Pengusahaan Panas Bumi dan Perikanan. Dana Bagi
Hasil merupakan dana perimbangan yang strategis bagi daerah – daerah yang
memiliki sumber – sumber penerimaan pusat di daerahnya, meliputi
penerimaan pajak pusat yaitu pajak penghasilan perseorangan (PPh
perseorangan), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan penerimaan dari sumber daya alam
(Minyak Bumi, Gas Alam, Pertambangan Umum, Kehutanan dan Perikanan).
Pembagian dana dari DBH meliputi DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam
sebagai berikut :
1. DBH Pajak
a. Pembagian Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB
Pemerintah Daerah mendapatkan bagian PBB sebesar 90% untuk Daerah
dengan rincian sebagai berikut:
1. 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah provinsi.
2. 64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan
ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota; dan
3. 9% untuk biaya pemungutan.

Sedangkan Pemerintah pusat mendapatkan 10% dari penerimaan PBB


dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas
realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan
sebagai berikut :
1. 65% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan
kota
2. 35% dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota
yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana
penerimaan sektor tertentu.
16

b. Pembagian Dana Bagi Hasil dari penerimaan BPHTB meliputi :


Pemerintah Daerah mendapatkan bagian sebesar 80%) dengan rincian
sebagai berikut:
1. 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah provinsi.
2. 64% untuk daerah kabupaten dan kota penghasil dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota.

Sedangkan Pemerintah pusat mendapatkan 20% bagian Pemerintah


dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan porsi yang sama besar
untuk seluruh kabupaten dan kota.
c. Pembagian Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh pemerintah pusat
mendapatkan 80 % sedangkan Daerah mendapat bagian sebesar 20%
2. DBH sumber daya alam
a. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak
Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan
imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk Daerah.
b. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi
dengan imbangan sebesar 60% untuk Pemerintah dan 40% untuk
Daerah.
c. Penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan dari wilayah
Daerah yang bersangkutan, dibagi dengan imbangan 20% untuk
Pemerintah dan 80% untuk Daerah.
d. Penerimaan Perikanan yang diterima secara nasional dibagi dengan
imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk seluruh
kabupaten/kota.
e. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yang dihasilkan dari wilayah
17

Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan


pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi
dengan imbangan 84,5% untuk Pemerintah dan 15,5% untuk daaerah.
f. Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari wilayah
Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dibagi
dengan imbangan 69,5% untuk Pemerintah dan 30,5% untuk Daerah.
g. Pertambangan Panas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang
bersangkutan yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak,
dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah dan 80% untuk
Daerah.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. DAK merupakan salah satu jenis transfer dana perimbangan
yang dialokasikan kepada pemerintah daerah tertentu untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas
nasional dan menjadi urusan daerah (Depkeu, 2009). Program yang menjadi
prioritas nasional harus dimuat dalam rencana kerja pemerintah
(RKP).Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.

Kebijakan DAK :
a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dibawah rata-rata nasional,
dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik
pelayanan dasar masyarakat yang merupakan urusan daerah.
b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana didaerah
pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan Negara lain,
daerah tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk
kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata.
c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan
18

diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di


bidang pertanian, kelautan dan perikanan serta infrastruktur.
d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan
prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan,
dan infrastruktur.
e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan
lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus
di bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan
cakupan dan keandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu
kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus dibidang
infrastruktur.
f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak
pemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan Provinsi melalui kegiatan
khusus dibidang prasarana pemerintahan.
g. Meningkatkan keterpaduan dan singkronisasi kegiatan yang didanai dari
DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga
kegiatan yang didanai dari APBD.
h. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan
yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi
urusan daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran
Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Kesehatan.

Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan,


pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur
ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang, dengan
adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi PAD, karena Dana
Alokasi Khusus cenderung akan menambah asset tetap yang dimiliki pemerintah
guna meningkatkan pelayanan publik. Arah kegiatan Dana Alokasi Khusus adalah
sebagai berikut (Kemenkeu):
a. DAK Pendidikan
19

Dana ini diarahkan untuk menunjang pelaksanaan program Wajib Belajar


Pendidikan Dasar 9 tahun yang bermutu, yang diperuntukkan bagi Sekolah
Dasar, baik negeri maupun swasta, yang diprioritaskan pada daerah tertinggal,
daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah rawan bencana, daerah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
b. DAK Kesehatan
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam
rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi, meningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin serta
masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan,dan kepulauan, melalui
peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya untuk
pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas, dan
jaringannya termasuk poskesdes, dan rumah sakit Provinsi/kabupaten/kota
untuk pelayanan kesehatan rujukan, serta penyediaan sarana/prasarana
penunjang pelayanan kesehatan di kabupaten/kota.
c. DAK Berencana
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan
tenaga lini lapangan program KB, sarana dan prasarana pelayanan
komunikasi, informasi, dan edukasi/advokasi program KB, sarana dan
prasarana di klinik KB, dan sarana pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak dalam rangka menurunkan angka kelahiran dan laju
pertumbuhan penduduk, serta meningkatan kesehatan dan ketahanan keluarga.
d. DAK Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Dana ini diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat
pelayanan prasarana jalan Provinsi, kabupaten, dan kotadalam rangka
memperlancar distribusi penumpang, barang dan jasa, serta hasil produksi
yang diprioritaskan untuk mendukung sektor pertanian, industri, dan
pariwisata sehingga dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi regional.

e. DAK Irigasi
Dana ini diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat
20

pelayanan prasarana sistem irigasi termasuk jaringan reklamasi rawa dan


jaringan irigasi desa yang menjadi urusan kabupaten/kota dan Provinsi
khususnya di daerah lumbung pangan nasional dan daerah tertinggal dalam
rangka mendukung programpeningkatan ketahanan pangan.
f. DAK Air Minum dan Sanitasi
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan
air minum dan meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan penyehatan
lingkungan (Air limbah, persampahan, dan drainase) untuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat.
g. DAK Pertanian
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian
ditingkat usaha tani, dalam rangka meningkatkan produksi guna mendukung
ketahanan pangan nasional
h. DAK Kelautan dan Perikanan
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana produksi,
pengolahan, peningkatan mutu, pemasaran, dan pengawasan, serta penyediaan
sarana dan prasarana pemberdayaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
i. DAK Prasarana Pemerintahan Daerah
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja daerah dalam
menyelenggarakan pembangunan dan pelayanan publik di daerah pemekaran,
dan diprioritaskan untuk daerah yang terkena dampak pemekaran tahun 2007-
2008, serta digunakan untuk pembangunan/perluasan/rehabilitasi total gedung
kantor/bupati/walikota, dan pembangunan/perluasan/rehabilitasi total gedung
kantor DPRD, dengan tetap memperhatikan kriteria perhitungan alokasi Dana
Alokasi Khusus.
j. DAK Lingkungan Hidup
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja daerah dalam
menyelenggarakan pembangunan di bidang lingkungan hidup melalui
peningkatan penyediaan sarana dan prasarana kelembagaan dan sistem
informasi pemantauan kualitas air, pengendalian pencemaran air, serta
perlindungan sumber daya air di luar kawasan hutan.
21

k. DAK Kehutanan
Dana ini diarahkan untuk meningkatkan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS),
meningkatkan fungsi hutan mangrove dan hutan pantai, pemantapan fungsi
hutan lindung. Taman Hutan Raya (TAHURA), hutan kota, serta
pengembangan sarana dan prasarana. penyuluhan kehutanan termasuk
operasional kegiatan penyuluhan kehutanan.
l. DAK Sarana dan Prasarana Pedesaan
Dana ini ditujukan khusus untuk daerah tertinggal, dna diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan prasarana dan sarana dasar untuk
memperlancar arus angkutan penumpang, bahan pokok, dan produk pertanian
lainnya dari daerah pusat-pusat produksi di pedesaan ke daerah pemasaran.
m. DAK Perdagangan

Dana ini diarahkan untuk menunjang penguatan sistem distribusi nasional


melalui pembangunan sarana dan prasarana perdagangan yang terutama
berupa pasar tradisional di daerah perbatasan, daerah pesisir dan pulau-pulau
kecil, darah tertinggal/terpencil, serta daerah pasca bencana.

2.4. Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar Desa untuk mendanai kebutuhan Desa dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan
masyarakat. Untuk memaksimalkan pengelolaan ADD yang diberikan oleh
Pemerintah Kabupaten kepada Desa, maka ADD memiliki tujuan antara lain
(Nurcholis, 2011)
1. Menaggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
2. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat Desa
dan pemberdayaan masyarakat
3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur Desa
22

4. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka


mewujudkan peningkatan sosial
5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
6. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat Desa dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat
7. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong-royong masyarakat
8. Meningkatkan pendapatan Desa dan masyarakat Desa melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUMDesa).

Sedangkan Sedangkan pengertian dari ahli lain adalah Alokasi Dana Desa
dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat (Santosa, 2008).
Berdasarkan penganggaran Dana Desa yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan melakukan penghitungan rincian Dana Desa setiap
Daerah kabupaten/kota.Rincian Dana Desa setiap Daerah dialokasikan secara
merata dan berkeadilan berdasarkan:
1. Alokasi Dasar dihitung sebesar 69% dari anggaran Dana Desa dibagi secara
merata kepada setiap Desa secara nasional.
2. Alokasi Afirmasi dihitung sebesar 1,5% dari anggaran Dana Desa dibagi
secara proporsional kepada Desa tertinggal dan Desa sangat tertinggal yang
mempunyai jumlah penduduk miskin tinggi.
3. Alokasi Kinerja dihitung sebesar 1,5% dari anggaran Dana Desa dibagi
kepada desa dengan kinerja terbaik. Desa dengan kinerja terbaik adalah Desa
yang dipilih sebanyak 10% dari jumlah Desa yang memiliki hasil penilaian
kinerja terbaik berdasarkan pengelolaan keuangan Desa, pengelolaan Dana
Desa, capaian keluaran Dana Desa, capaian hasil pembangunan Desa.
4. Alokasi Formula dihitung sebesar 28% dari anggaran Dana Desa dibagi
berdasarkan jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah
Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa dengan bobot:
a. 10% untuk jumlah penduduk
b. 50% untuk angka kemiskinan
23

c. 15% untuk luas wilayah


d. 25% untuk tingkat kesulitan geografis.
2.5. Penelitian terdahulu

Williantara, (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh PAD,


DAU, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil pada Indeks Pembangunan
Manusia Provinsi Bali 2009 – 2013” dengan alat analisis regresi data panel.
Berdasarkan analisis yang dilakukan selama penelitian tahun 2009 – 2013 di
Provinsi Bali, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut (i) PAD tidak
mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
(ii) DAU tidak mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali (iii) Dana Alokasi Khusus berpengaruh negatif pada Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan (iv) Dana Bagi Hasil
tidak mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali.

Ferdian (2013), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh PAD, Dana


Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah Terhadap Belanja Daerah
kabupaten dan kota di Sumatra Barat tahun 2007 - 2011”. Dengan alat analisis
regresi data panel diperoleh kesimpulan yang diperoleh adalah (i) PAD
berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah artinya jika PAD
meningkat maka belanja daerah juga meningkat (ii) Dana perimbangan
berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah artinya jika dana
perimbangan meningkat maka belanja daerah juga meningkat dan (iii) Lain-lain
pendapatan yang sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah
artinya jika lain-lain pendapatan yang sah meningkat maka belanja daerah juga
meningkat.

Susanti (2016), melakukan penelitian berjudul “Pengaruh PAD, DAU, dan


Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal di Kabupaten Kota di wilayah Aceh”
dengan alat Analisis Regresi berganda, diperoleh kesimpulan bahwa PAD, DAU,
dan Dana Bagi Hasil secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Modal
24

Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh pada periode 2011-2014. Secara parsial


PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di
Wilayah Aceh pada periode 2011-2014, DAU berpengaruh positif terhadap
Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh pada periode 2011-2014
dan Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Belanja Modal Pada
Kabupaten/Kota di Wilayah Aceh pada periode 2011-2014.

Masdjojo (2009), melakukan penelitian berjudul “Pengaruh PAD dan Dana


Perimbangan terhadap Belanja Daerah serta analisis Flypaper Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah 2006 - 2008” dengan menggunakan alat analisis regresi data panel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) PAD, DAU, DBH berpengaruh positif
terhadap BD diterima secara signifikan, sedangkan hipotesis DAK berpengaruh
positif terhadap BD diterima namun tidak signifikan (ii) Hipotesis BD pada
kabupaten / kota di Jawa Tengah mengalami flypaper effect terbukti atau diterima,
respon BD masih lebih besar disebabkan oleh DP khususnya yang berasal dari
komponen DAU.
Harianto (2007), melakukan penelitian berjudul “Hubungan antara DAU,
Belanja Modal, PAD, dan Pendapatan per Kapita” dengan Analisis Jalur (Path
Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) DAU berpengaruh signifikan
terhadap Belanja Modal. Sayangnya kontribusi dari DAU terhadap Belanja Modal
masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di daerah kurang
merata (masih banyak desa terbelakang di daerah Jawa dan Bali) (ii) Belanja
Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan Per
Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif
dalam hubungan tidak langsung melalui PAD (iii) PAD berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Per Kapita, tetapi pertumbuhan yang terjadi masih kurang
merata sehingga banyak ketimpangan/jarak ekonomi antar daerah DAU
mempunyai dampak yang signifikan terhadap PAD melalui Belanja Modal (efek
tidak langsung). Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa DAU
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan Belanja Modal. Penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan Halim (2003) yang
25

menyatakan DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Belanja Modal


berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan PAD. Penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Adi (2006) yang menyatakan bahwa
Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap
PAD PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan Pendapatan Per
Kapita. Penelitian ini mendukung pernyataan BAPPENAS (2003) yang
menegaskan bahwa pertumbuhan PAD seharusya sensitif terhadap kenaikan
pertumbuhan ekonomi

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual


Kerangka pemikiran ini ditunjukan oleh gambar 2.1. sebagai berikut :

DAU Oton DBH DAK Dana Desa


omi
Daer
ah
PAD

Kebijakan Pemerintah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Ket : : variabel X berpengaruh terhadap Y secara


parsial
variabel X berpengaruh terhadap Y secara
simultan
:

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pelaksanaan Otonomi daerah


diwujudkan dengan pemberian dana perimbangan yaitu DAU, DBH, DAK, dan
Dana Desa. Tujuan dari pemberian dana perimbangan dan dana desa adalah
26

untuk mengurangi ketidakpemerataan pendapatan daerah dan daerah mampu


menaikkan local taxing power yang dapat dilihat melalui peningkatan PAD
artinya pengaruh dari DAU, DBH, DAK, dan Dana Desa dapat berpengaruh
positif terhadap PAD baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kebijakan pemanfaatan dana
dari pemerintah pusat dalam upaya peningkatan dan pemerataan PAD di
Indonesia.

2.7. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Diduga Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada tiga puluh tiga Provinsi di Indonesia Tahun 2015 - 2018.
2. Diduga Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah
pada tiga puluh tiga di Indonesia Tahun 2015 - 2018.
3. Diduga Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada tiga puluh tiga Tahun 2015 - 2018.
4. Diduga Dana Desa berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah pada
tiga puluh tiga Indonesia Tahun 2015 - 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian


Penelitian mengenai pengaruh dari DAU, DBH, DAK, dan Dana Desa
terhadap PAD di 33 provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian kuantitatif, artinya dalam penelitian ini menekankan
pada pengujian teori – teori melalui pengukuran variabel – variabel penelitian
dengan angka serta melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

3.2. Jenis dan Sumber data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data
sekunder, artinya data diperoleh dari pihak lain atau hasil pengolahan data dari
pihak lain. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

1. Realisasi APBD seluruh Indonesia tahun 2015 - 2018.


2. Rincian Dana transfer ke Daerah dan Dana desa seluruh Indonesia tahun 2015 -
2018.
Adapun semua data sekunder diperoleh dari hasil publikasi pada website
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik
Indonesia.

3.3. Alat Analisis


Model yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukan oleh fungsi
sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3, X4) (3.1)

Keterangan :

Y : PAD

X1 : DAU
28

X2 : DBH

X3 : DAK

X4 : Dana Desa
i. Model Data Panel

Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa


keuntungan yang diperoleh. Data time series dan cross section dapat menyediakan
data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang
lebih besar. Kemudian jika data time series dan cross section digabungkan dapat
mengatasi masalah yang terjadi ketika ada masalah penghilangan variabel
(omitted variabel) (Widarjono, 2009). Fungsi pada persamaan (3.1) di
representasikan dalam model data panel sebagai berikut :

Y1t = βo + β 1 X1it + β 2X2it + β 3X3it +β 3X4it + eit (3.2)

Pada persamaan model diatas diatas, didalam penelitian ini terdapat


perbedaan satuan pada variabel dependen dan juga pada variabel independen,
sehingga persamaan diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk log. Hal
ini bertujuan memperhalus data dimana perbedaan interval data yang tinggi
dirubah ke bentuk log akan mengurangi interval tersebut. Sehingga digunakan
model persamaan berikut:

lnYit = βo + β 1ln(X1it ) + β 2ln(X2it)+ β 3ln(X3it)+ β 4ln(X4it )+ eit (3.3)

Keterangan:

Y : PAD

X1 : DAU

X2 : DBH

X3 : DAK
29

X4 : Dana desa

lnY : ln (PAD)

lnX1 : ln (DAU)

lnX2 : ln (DBH)

lnX3 : ln (DAK)

lnX4 : ln (Dana desa)

β : parameter

i : Provinsi yang diobservasi (I = 1, …mm)

t : periode penelitian (t + 1, ….n)

r
: error term
ii. Estimasi Model Data Panel

Analisis data yang dilakukan dengan estimasi regresi, yang mana untuk
melakukan estimasi menggunakan data panel terdapat 3 model yang dapat
dilakukan, yaitu:

1. Metode Common Effect yang merupakaan suatu estimasi data panel yang
hanya mengkombinasikan data time sries dan cross section dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu atau waktu. Dalam model ini terdapat asumsi
bahwa intersep dan koefisien regresi nilainya tetap untuk setiap objek
penelitian dan waktu.
2. Metode Fixed Effect pada metode estimasi ini mengasumsikan bahwa setiap
objek memiliki intersep yang berbeda tetapi memiliki koefisien yang sama.
Untuk membedakan antara objek yang satu dengan yang lainnya maka
30

digunakan variabel dummy atau variabel semu sehingga metode ini juga
disebut Least Square Dummy Variabels (LSDV).
3. Model Random Effect pada metode ini tidak menggunakan variabel seperti
dummy seperti yang digunakan padaa Fixed Effect. Metode ini menggunakan
residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan objek. Model
Random Effect mengansumsikan bahwa setiap variabel mempunyai perbedaan
intersep tersebut bersifat random atau stokasitik. Dengan demikian persamaan
modelnya menjadi :
Yit = β oi + β 1Iit + Vit Dimana Vit = eit + Uit (3.4)
Dalam metode ini, residual Vit terdiri dari atas dua komponen, yaitu (1)
residual eit yang merupakan residual menyeluruh serta kombinasi time series
dan cross section; (2) residual setiap idividu yang diwakili oleh Uit. Dalam hal
ini, setiap objek memiliki residual Uit yang berbeda-beda tetapi tetap antar
waktu. Metode Generalized Least Square (GLS) digunakan untuk
mengestimasi model regresi ini sebagai pengganti motode OLS
(Widarjono.2007).

3.3.3. Pemilihan Model

Dari 3 model yang akan diuji pada penelitian ini antara Common Effect,
Fixed Effect, dan Random Effect maka dipilih model yang paling baik dimana
model Common Effect dan Fixed Effect diuji dengan Uji Chow. Sedangkan untuk
menguji model Fixed Effect dengan Random Effect maka dilakukan Uji Hausman.

1. Uji Chow
Uji Chow diperlukan untuk menentukan model Common Effect dan Fixed
Effect, untuk menghitung nilai probabilitas F kedua metode dengan rumus
sebagai berikut:
RRSS −URSS URSS
f(n – 1,nt – nk) = :
N −1 NT −N K
(3.5)
Keterangan:
31

RRSS : Restricted Residual Sum Square


URSS : Unirestricted Residual Sum Square
t : jumlah data time series
k : jumlah variabel penjelas
n : jumlah data cross section
Dengan hipotesis
Ho : Common Effect model diterima
Ha : Common Effect model ditolak, Fixed Effect diterima
2. Uji Hausman
Uji Hausman diperlukan untuk menentukan model Random Effect
dibandingkan dengan Fixed Effect
Hipotesis Uji Hausman menunjukan,
Ho: Random Effect model diterima
Ha: Random Effect model ditolak, Fixed Effect diterima
Untuk menghitung nilai probabilitas chi square, chi square dapat dirumuskan
seperti :
∑(Oji−Eji)2
X2 = (3.6)
Eji

Keterangan :
Oij = nilai observasi
Eij = nilai ekspektasi
3.3.4. Uji Statistik
1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial. Uji t ini akan menggambarkan seberapa
signifikan pengaruh variabel independent terhadap variabel terkait.
bi
t= (3.7)
Sbi

Keterangan :
32

t : t hitung
bi : Koefisien regresi
Sbi : Standar error
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk melihat seberapa berpengaruhnya faktor kualitas dari
variabel DAU, DBH, DAK, Dana desa, dan variabel diluar model secara
simultan terhadap variabel PAD
R 2 /k−1
F= 2
(1−R )/(n−k )
(3.8)

Keterangan :
F : F hitung
R : koefisien determinasi
n : jumlah pengamatan
k : banyaknya variabel

3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ( R2) bertujuan untuk mengetahui kemampuan model
dalam menerangkankan variasi variabel Dependen (Ghozali, 2016). Nilai
koefisien determinasi adalah nol dan satu. nilai R2 yang kecil mengakibatkan
kemampuan model tersebut menjelaskan variabel Dependen juga kecil.
Sedangkan jika nilai R2 maka kemampuan model untuk menjelaskan variabel
dependen besar.

3.3.5. Uji Klasik


1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normalitas dari variabel
pengganggu. Salah asumsi metode OLS adalah bahwa variabel pengganggu
memiliki distribusi normal sehingga uji t dan uji F dapat dilakukan. Metode
33

pengujian biasa dilakukan dengan Jarque-Bera LM test, yaitu dengan terlebih


menghitung Skewness dan Curtois dari residual, dan selanjutnya dihitung nilai
statistik JB(Gujarati, 1995).
2
S2 ( k−3 )
JB=n [ 6
+
24 ] (3.9)

Nilai JB secara asimtotik memiliki distribusi Chi - Square, dan dengan


membandingkan nilai statistik JB dengan nilai Chi - Square tabel maka dapat
ditarik kesimpulan ada tidaknya normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah keadaan dimana satu atau lebih variabel independen
dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel independen lainya.
Adanya multikolinieritas dalam persamaan yang ditaksir masih BLUE (Best
Linier Unbiased Estimation), akan tetapi kurang akurat (Gujarati, 1995).
r ( √n−k )
t hit = (3.10)
√1−r 2
Dimana r adalah koefisien korelasi parsial antara Xi dan Xij, k adalah jumlah
variabel penjelas dan n adalah jumlah sampel. Kesimpulan ada tidaknya
multikolinieritas dilihat dari besarnya t hitung dan t tabel. Apabila t hitung > t
tabel berarti ada multikolinieritas, dan sebaliknya.
3. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana variabel pengganggu tidak
mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Munculnya
heterokedastisitas mengakibatkan parameter yang diestimasi tidak bias akan
tetapi tidak efisien (Gujarati, 1995). Salah satu deteksi untuk mengetahui ada
atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Breusch-Pagan-
Gogfrey LM atau B-P-G (Gujarati, 1995).
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel pengganggu pada periode
tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada periode yang lain, atau
dengan kata lain variabel pengganggu tidak random. Adanya Autokorelasi
dalam persamaan mengakibatkan parameter yang diestimasi adalah bias dan
34

variannya tidak minimum, sehingga tidak efisien. (Gujarati,1995)


h=(1−0.5 d) √ n/ [ 1−n ( varα 2 ) ] (3.11)

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu,


diperoleh dL dan dU pada tabel distribusi Durbin Watson pada berbagai nilai
keyakinan. Dengan membandingkan nilai statistik Durbin h dengan nilai tabel
Durbin Watson, dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya autokorelasi.

3.4. Definisi Operasional Variabel


Definisi Operasional Variabel penelitian ini adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang


dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Satuan dari variabel PAD adalah ribu rupiah.
2. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum adalah dana dari pemerintah pusat yang didapatkan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kemudian dialokasikan ke
daerah untuk pemerataan keuangan antar daerah. Satuan dari variabel DAU
adalah ribu rupiah.
3. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Tujuan
DBH adalah untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan
daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Satuan dari variabel
DBH adalah ribu rupiah.
4. DAK
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Satuan dari variabel DAK adalah ribu rupiah.
35

5. Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar Desa untuk mendanai kebutuhan Desa dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta
pelayanan masyarakat. Satuan dari variabel Dana Desa adalah ribu rupiah.
Provinsi DKI Jakarta tidak masuk dalam penelitian ini dikarenakan provinsi
DKI Jakarta tidak mendapatkan Dana Desa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

d.1. Deskripsi Data


d.1.1. Pendapatan Asli Daerah
Perkembangan PAD pada tiga puluh tiga provinsi di Indonesia ditunjukan
oleh tabel 4.1
Tabel 4.1
Pendapatan Asli Daerah di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

Tahun
N
Provinsi
o
2015 2016 2017 2018

1 Aceh 1,972,049,032 2,060,180,945 2,276,305,568 2,359,385,393

2 Sumatera Utara 4,883,880,619 4,954,833,100 5,287,469,401 5,638,960,579

3 Sumatera Barat 1,876,733,122 1,964,148,975 2,134,010,519 2,275,090,068

4 Riau 3,476,960,097 3,110,656,139 3,360,008,975 3,638,995,740

5 Jambi 1,241,223,028 1,233,514,664 1,580,304,867 1,656,569,597

6 Sumatera Selatan 2,534,526,413 2,546,177,544 3,031,633,624 3,528,010,712

7 Bengkulu 701,300,383 731,556,734 804,575,838 872,257,738

8 Lampung 2,247,342,667 2,368,796,251 2,750,596,478 2,864,235,753

16,032,856,41 17,042,895,11 18,081,123,73 19,642,915,44


9 Jawa Barat
4 3 9 8

10,904,825,81 11,541,029,72 12,547,513,38 13,711,836,03


10 Jawa Tengah
2 0 9 7

11 DI Yogyakarta 1,593,110,769 1,673,749,196 1,851,973,396 2,040,723,348

15,402,647,67 15,817,795,02 17,324,177,66 18,531,062,02


12 Jawa Timur
4 4 4 1

13 Kalimantan Barat 1,702,542,350 1,664,338,991 1,945,647,317 2,194,867,823

Kalimantan 1,174,969,266 1,158,303,928 1,342,330,618 1,616,521,660


14
Tengah

15 Kalimantan 2,684,908,313 2,499,862,900 2,841,891,516 3,557,316,628


37

Tabel Lanjutan

Selatan

16 Kalimantan Timur 4,950,160,613 4,029,364,843 4,588,751,727 5,800,270,285

17 Sulawesi Utara 1,012,945,961 981,044,559 1,146,674,827 1,253,804,977

18 Sulawesi Tengah 904,937,124 939,092,069 958,212,001 1,016,628,663

19 Sulawesi Selatan 3,270,828,511 3,449,561,308 3,679,083,943 3,948,349,252

20 Sulawesi Tenggara 667,079,209 753,657,954 806,253,869 903,949,000

21 Bali 3,041,298,422 3,041,195,258 3,398,472,278 3,718,094,051

22 NTB 1,372,661,567 1,359,844,019 1,684,468,709 1,660,417,707

23 NTT 882,315,240 995,186,120 1,047,491,567 1,095,269,978

24 Maluku 390,813,371 466,208,198 430,866,044 465,779,724

25 Papua 912,908,312 1,019,732,912 1,020,372,304 1,050,372,166

26 Maluku Utara 236,054,304 280,150,113 327,469,790 358,325,359

27 Banten 4,972,737,619 5,463,156,734 5,756,371,374 6,329,138,234

28 Bangka Belitung 571,802,890 574,258,443 709,832,181 850,441,774

29 Gorontalo 289,557,151 311,223,202 348,267,663 384,435,306

30 Kepulauan Riau 1,013,226,321 1,079,309,741 1,094,788,614 1,220,768,246

31 Papua Barat 322,799,297 338,811,109 470,072,402 459,243,073

32 Sulawesi Barat 273,507,239 277,686,126 296,935,168 301,499,588

33 Kalimantan Utara 370,047,613 507,955,516 482,740,846 574,088,357

Rata – rata 3,143,587,701

Min 236,054,304 277,686,126 296,935,168 301,499,588

16,032,856,41 17,042,895,11 18,081,123,73 19,642,915,44


Max
4 3 9 8
38

Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, data diolah, 2015 – 2018

Dari tabel 4.1, Nilai mean PAD sebesar Rp. 3.143.587.701.000 artinya rata
– rata PAD di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2015 - 2018 berkisar 3 triliun
rupiah. Variabel PAD mempunyai nilai terendah (minimum) sebesar Rp
236.054.304.107.000 dari Provinsi Maluku Utara pada tahun 2015 dan nilai
terbesar (maksimum) sebesar Rp.19.642.915.448.764.000 dari Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2018.

d.1.2. Dana Alokasi Umum


Perkembangan Dana Alokasi Umum pada tiga puluh tiga provinsi di
Indonesia ditunjukan oleh tabel 4.2

Tabel 4.2
DAU di 33 Provinsi Indonesia tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1,237,894,98 1,263,870,989 2,060,263,235 2,060,263,235
6
2 Sumatera Utara 1,139,261,37 1,604,505,673 2,629,224,545 2,629,224,545
1
3 Sumatera Barat 1,221,128,60 1,261,915,864 2,014,646,639 2,014,646,639
6
4 Riau 654,220,250 738,378,736 1,457,997,067 1,465,117,719
5 Jambi 1,009,165,86 1,466,243,775 1,397,912,161 1,399,367,134
4
6 Sumatera Selatan 931,915,470 1,071,421,391 1,697,897,817 1,697,762,032
7 Bengkulu 1,046,080,82 1,070,751,292 1,301,538,847 1,300,978,160
0
8 Lampung 1,097,129,43 1,321,679,032 1,851,595,354 1,854,701,094
9
9 Jawa Barat 1,303,654,35 1,248,112,171 3,011,001,477 3,023,552,986
5
10 Jawa Tengah 1,629,429,28 1,859,907,223 3,652,586,431 3,652,586,431
3
11 DI Yogyakarta 920,544,722 940,835,434 1,314,372,147 1,314,262,108
12 Jawa Timur 1,587,261,70 1,672,878,372 3,803,428,371 3,813,411,928
7
13 Kalimantan Barat 1,405,594,16 1,493,486,253 1,720,698,207 1,724,402,496
9
14 Kalimantan 1,280,595,84 1,294,850,243 1,574,382,856 1,574,382,856
Tengah 8
15 Kalimantan 571,244,699 779,517,454 1,106,532,187 1,118,213,289
Selatan
16 Kalimantan Timur 5,731,251,50 80,402,179 714,906,576 767,682,423
39

0
17 Sulawesi Utara 1,026,948,80 1,065,545,204 1,390,272,639 1,427,544,997
9
18 Sulawesi Tengah 1,221,602,86 1,272,925,036 1,546,247,611 1,586,163,908
5
19 Sulawesi Selatan 1,180,010,16 1,394,148,361 2,509,480,255 2,509,480,255
7
20 Sulawesi Tenggara 1,176,423,57 1,200,634,199 1,563,334,271 1,575,959,517
7
21 Bali 831,597,268 850,144,224 1,260,842,523 1,268,585,388
22 NTB 1,088,633,71 1,117,691,709 1,537,777,886 1,537,777,886
7
23 NTT 1,300,445,87 1,337,091,848 1,784,462,326 1,827,412,640
5
24 Maluku 1,177,774,67 1,260,897,986 1,555,603,048 1,670,234,402
4
25 Papua 2,277,932,69 2,502,449,137 2,338,200,799 2,571,298,119
8
26 Maluku Utara 1,061,177,95 1,132,578,857 1,265,846,334 1,331,236,347
0
40

Tabel Lanjutan 4.2

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
27 Banten 640,981,003 693,738,579 1,059,320,237 1,072,903,468
28 Bangka Belitung 897,887,443 905,526,208 980,297,314 1,018,435,174
29 Gorontalo 845,395,651 884,557,753 997,598,871 1,006,924,707
30 Kepulauan Riau 695,943,711 866,810,696 1,059,822,693 1,150,516,796
31 Papua Barat 1,284,079,495 1,322,765,639 1,411,972,998 1,431,332,966
32 Sulawesi Barat 895,580,933 925,147,622 1,008,360,523 1,025,033,063
33 Kalimantan 651,247,428 1,032,459,159 1,185,105,787 1,185,105,787
Utara
  Rata – rata 1,456,999,508
  Max 5,731,251,500 2,502,449,137 3,803,428,371 3,813,411,928
  Min 571,244,699 80,402,179 714,906,576 767,682,423
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, 2018, data diolah, 2015 - 2018
Pada tabel 4.2, nilai mean dari DAU sebesar Rp 1.456.999.508.000 artinya
rata – rata DAU di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2015 - 2018 berkisar 1
triliun rupiah. Variabel DAU mempunyai nilai terendah (minimum) sebesar Rp
80.402.179.000 dari Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2016 dan nilai
terbesar (maksimum) sebesar Rp. 5.731.251.500.000 dari Provinsi Kalimantan
Timur pada tahun 2015.

d.1.3. DBH
Perkembangan Dana Bagi Hasil pada tiga puluh tiga provinsi di Indonesia
ditunjukan oleh tabel 4.3

Tabel 4.3
DBH di 33 Provinsi Indonesia tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 253,017,430 178,613,269 253,413,238 191,892,691
2 Sumatera Utara 334,244,916 511,083,219 460,857,333 513,849,016
3 Sumatera Barat 107,016,709 134,500,315 152,435,926 131,766,541
1,831,045,03
4 Riau 1,664,572,707 1,473,538,188 1,721,610,679
1
5 Jambi 351,969,164 256,611,316 390,520,754 406,804,973
1,328,407,54
6 Sumatera Selatan 1,286,710,762 1,507,731,845 1,643,957,685
1
7 Bengkulu 99,011,345 77,348,428 61,311,707 66,368,734
8 Lampung 172,095,689 185,475,997 249,340,043 216,041,063
1,184,319,13
9 Jawa Barat 1,778,216,936 1,851,522,979 1,804,540,601
2
10 Jawa Tengah 569,741,071 893,673,221 848,309,911 769,449,921
11 DI Yogyakarta 62,257,506 113,065,428 98,483,855 93,142,565
12 Jawa Timur 1,462,318,22 1,849,884,362 1,634,524,587 2,624,231,240
41

Tabel Lanjutan 4.2


1
13 Kalimantan Barat 153,476,958 167,535,550 170,188,840 212,226,512
Kalimantan
14 320,254,878 342,879,620 372,437,952 582,760,139
Tengah
Kalimantan
15 940,976,170 1,044,507,972 635,201,530 932,678,930
Selatan
42

Tabel Lanjutan 4.3

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
3,805,373,70
16 Kalimantan Timur 2,844,821,387 1,710,695,086 2,991,231,124
5
17 Sulawesi Utara 69,347,787 102,721,457 109,560,616 120,758,520
18 Sulawesi Tengah 85,165,410 102,058,131 124,837,810 196,347,609
19 Sulawesi Selatan 188,057,830 314,343,523 279,526,930 237,746,371
20 Sulawesi Tenggara 121,027,372 97,654,365 71,365,186 124,542,954
21 Bali 104,103,308 171,994,343 169,597,184 182,554,549
22 NTB 147,804,397 375,036,424 346,522,444 261,642,853
23 NTT 60,821,837 91,213,201 87,876,729 64,495,737
24 Maluku 58,460,626 58,312,403 81,196,827 79,176,363
25 Papua 517,999,391 764,470,513 413,012,330 924,041,168
26 Maluku Utara 95,965,198 86,764,142 61,350,045 115,223,675
27 Banten 319,017,534 493,494,029 640,348,609 650,605,096
28 Bangka Belitung 188,157,236 142,860,016 120,836,218 215,555,879
29 Gorontalo 20,766,783 27,939,248 26,007,712 21,620,422
30 Kepulauan Riau 507,640,852 521,708,951 526,669,661 537,458,002
1,119,808,32
31 Papua Barat 1,409,724,880 1,563,004,879 965,764,307
1
32 Sulawesi Barat 23,535,722 28,853,076 25,566,424 18,969,754
33 Kalimantan Utara 199,244,097 169,483,900 201,013,528 301,523,797
  Rata – rata 543.408.853
3,805,373,70
Max 2,844,821,387 1,851,522,979 2,991,231,124
  5
  Min 20,766,783 27,939,248 25,566,424 18,969,754
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, 2018, data diolah, 2015 - 2018
Pada tabel 4.3, nilai mean dari DBH sebesar Rp 543.408.853.000 artinya
rata – rata DBH di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2015 - 2018 berkisar 543
miliar rupiah. Variabel DBH mempunyai nilai terendah (minimum) sebesar Rp
18.969.754.000 dari Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2018 dan nilai terbesar
(maksimum) sebesar Rp 3.805.373.705.000 dari Provinsi Kalimantan Timur pada
tahun 2015.
d.1.4. Dana Alokasi Khusus
Perkembangan Dana Alokasi Khusus pada tiga puluh tiga provinsi di
Indonesia ditunjukan oleh tabel 4.4

Tabel 4.4
DAK di 33 Provinsi Indonesia tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 70,866,056 129,982,373 1,489,203,02 1,483,635,794
4
2 Sumatera Utara 47,746,880 3,103,684,863 3,838,053,06 3,912,060,867
43

Tabel Lanjutan 4.3


1
3 Sumatera Barat 62,731,100 1,180,338,806 1,701,323,40 1,784,401,030
4
4 Riau 63,362,192 1,421,530,289 1,607,851,46 1,641,194,885
1
44

Tabel Lanjutan 4.4


N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
5 Jambi 57,944,770 81,644,852 934,827,673 939,049,860
6 Sumatera Selatan 69,405,320 148,180,327 855,483,708 2,171,297,782
7 Bengkulu 63,893,200 468,362,409 635,034,086 110,698,383
8 Lampung 245,066,400 1,651,557,871 542,809,262 745,585,220
9 Jawa Barat 18,904,024 7,596,342,335 9,118,920,85 9,379,906,815
7
10 Jawa Tengah 57,972,640 5,263,717,151 6,566,890,14 6,511,740,479
8
11 DI Yogyakarta 39,084,040 643,207,672 967,000,859 910,032,137
12 Jawa Timur 66,039,190 5,516,240,624 7,056,095,68 6,858,141,680
7
13 Kalimantan Barat 85,584,200 199,767,933 1,529,205,32 1,508,354,941
5
14 Kalimantan 72,525,960 241,247,658 641,584,646 746,927,690
Tengah
15 Kalimantan 63,890,470 853,323,829 970,490,213 935,797,532
Selatan
16 Kalimantan Timur 218,651,350 1,016,403,394 1,107,407,92 1,070,867,111
2
17 Sulawesi Utara 76,744,790 712,639,625 1,008,208,36 956,923,255
6
18 Sulawesi Tengah 250,986,290 835,621,352 955,024,431 948,918,646
19 Sulawesi Selatan 222,686,392 1,991,324,789 2,565,500,20 2,540,292,650
2
20 Sulawesi Tenggara 86,399,950 738,810,237 1,040,897,14 1,164,611,106
5
21 Bali 134,496,571 844,872,363 1,105,556,04 1,042,840,035
6
22 NTB 214,257,150 1,090,304,456 1,384,626,96 1,412,965,949
3
23 NTT 100,654,710 1,411,352,709 1,771,353,80 1,788,419,259
6
24 Maluku 216,914,600 722,744,607 733,329,638 850,028,630,
25 Papua 460,303,520 328,169,423 1,029,337,88 918,901,191
8
26 Maluku Utara 146,686,448 233,861,504 215,674,669 307,498,942
27 Banten 16,789,048 1,998,321,331 2,230,361,11 2,254,780,860
6
28 Bangka Belitung 44,355,816 77,898,689 438,826,469 202,602,936
29 Gorontalo 67,883,960 319,995,162 393,157,693 369,637,025
30 Kepulauan Riau 42,537,210 76,384,932 569,776,571 590,028,178
31 Papua Barat 92,376,080 489,419,916 338,947,588 444,560,372
32 Sulawesi Barat 72,513,950 410,156,415 498,440,658 451,844,406
33 Kalimantan Utara 59,947,820 377,594,814 291,494,489 338,681,844
Rata -rata 1.206.144.919
Max 460,303,520 7,596,342,335 9,118,920,85 9,379,906,815
7
Min 16,789,048 76,384,932 215,674,669 110,698,383
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, data diolah, 2018, 2015 - 2018
45

Pada tabel 4.4, nilai mean dari DAK sebesar Rp 1.206.144.919.000 artinya
rata – rata DAK di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2015 - 2018 berkisar 1,2
triliun rupiah. Variabel DAK mempunyai nilai terendah (minimum) sebesar Rp
16.789.048.000 dari Provinsi Banten pada tahun 2015 dan nilai terbesar
(maksimum) sebesar Rp 9.379.906.815.000 dari Provinsi Jawa Barat pada tahun
2018.

d.1.5. Dana Desa


Perkembangan Dana Desa pada tiga puluh tiga provinsi di Indonesia
ditunjukan oleh tabel 4.5

Tabel 4.5
Dana Desa di 33 Provinsi Indonesia tahun 2015 – 2018 (ribu rupiah)

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
4,892,571,79 4,457,512,95
1 Aceh 266,700,165 3,829,751,986
5 0
4,197,972,49 3,874,857,82
2 Sumatera Utara 384,043,298 3,293,282,206
0 9
3 Sumatera Barat 150,207,301 598,637,609 796,538,971 790,787,312
1,269,305,92 1,254,688,85
4 Riau 230,104,145 999,278,616
5 1
1,090,942,60 1,037,674,06
5 Jambi 110,483,575 856,771,020
1 1
2,267,261,44 2,309,392,95
6 Sumatera Selatan 276,232,136 1,780,769,819
5 4
1,035,340,41
7 Bengkulu 79,214,511 813,896,546 945,638,279
3
1,957,487,72 2,091,398,10
8 Lampung 282,565,032 1,536,762,050
1 5
4,547,513,83 4,823,095,41
9 Jawa Barat 1,064,203,516 3,568,437,985
8 8
6,384,442,05 6,737,083,09
10 Jawa Tengah 1,065,688,723 5,002,426,341
8 1
11 DI Yogyakarta 112,682,887 287,695,929 368,567,559 361,894,397
6,339,556,18 6,368,745,35
12 Jawa Timur 1,161,076,912 4,969,123,651
1 9
1,616,725,25 1,688,279,97
13 Kalimantan Barat 300,194,565 1,241,607,506
9 3
14 Kalimantan 192,148,062 904,370,668 1,148,904,92 1,144,586,42
46

Tengah 9 4
Kalimantan 1,430,375,41 1,316,573,42
15 103,482,229 1,125,244,835
Selatan 2 9
16 Kalimantan Timur 163,156,751 540,759,158 692,420,247 730,928,055
1,161,358,87 1,065,411,50
17 Sulawesi Utara 66,526,115 911,495,499
2 8
1,433,826,01 1,363,158,36
18 Sulawesi Tengah 129,379,489 1,124,644,395
9 8
1,820,518,24 1,986,216,68
19 Sulawesi Selatan 246,394,967 1,425,595,011
0 6
Sulawesi 1,482,032,77 1,411,237,13
20 105,440,863 1,126,867,317
Tenggara 2 2
21 Bali 79,034,589 416,264,690 537,258,505 531,141,963
22 NTB 172,547,793 677,494,427 865,014,066 983,185,878
2,360,353,32 2,537,837,57
23 NTT 248,702,792 1,849,353,802
0 6
24 Maluku 156,707,815 754,638,987 961,602,798 964,700,076
4,300,947,51 4,284,844,84
25 Papua 1,173,718,231 3,385,116,457
8 8
26 Maluku Utara 71,123,998 653,455,314 832,406,416 785,606,677
1,009,506,96
27 Banten 200,985,513 791,252,019 937,180,879
1
28 Bangka Belitung 47,079,757 206,293,612 261,661,579 264,571,725
29 Gorontalo 51,574,727 403,677,978 513,958,123 540,591,708
30 Kepulauan Riau 33,550,864 177,766,079 228,182,536 221,500,941
1,364,412,39 1,329,719,07
31 Papua Barat 196,068,573 1,074,690,239
5 6
32 Sulawesi Barat 51,466,268 363,558,153 461,094,687 472,270,192
33 Kalimantan Utara 93,713,822 291,096,987 369,938,349 387,688,280
  Rata – rata 1,333,699,067
  6,384,442,05 6,737,083,09
Max 1,173,718,231 5,002,426,341
8 1
  Min 33,550,864 177,766,079 228,182,536 221,500,941
Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan, 2018, data diolah

Dari tabel 4.5, nilai mean dari Dana Desa sebesar Rp 1.333.699.067.000
artinya rata – rata Dana Desa di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2015 - 2018
berkisar 1,3 triliun rupiah. Variabel Dana Desa mempunyai nilai terendah
(minimum) sebesar Rp 33.550.864.000 dari Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
2015 dan nilai terbesar (maksimum) sebesar Rp. 6.737.083.091.000 dari Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2018.
d.2. Analisis Data
d.2.1. Pemilihan model Regresi
1. Uji Chow
47

Uji Chow ini digunakan untuk memilih antara model dari Common Effect dan
Fixed Effect yang mana dari kedua model tersebut salah satunya yang dapat
lebih mencerminkan keadaan nyatanya.

Tabel 4.6
Tabel Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.


Cross-section F 303,1851 (32,95) 0,00
Cross-section Chi-square 611,945 32 0,00
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 9
Dari tabel 4.6 hasil dari Uji Chow membuktikan bahwa model yang dipilh
adalah model fix effect karena probabilitas Uji Chow < derajat alpa yang
dipilih (5%)
2. Uji Hausman
Uji Hausman diperlukan untuk menentukan model Random Effect
dibandingkan dengan Fixed Effect.

Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.


Cross-section random 65,222322 4 0,00
Sumber : Hasil analisis data, lampiran 10
Dari tabel 4.7 hasil dari Uji Hausman membuktikan bahwa model yang
dipilh adalah model fix effect karena probabilitas uji hausman < derajat alpa
yang dipilih (5%).
d.2.2. Analisis Regresi Terpilih
Dari hasil pemilihan regeresi pada 4.2.1 menunjukan bahwa model regresi
yang paling cocok dalam penelitian ini adalah model regresi Fixed Effect sesuai
dengan hasil Uji Chow dan Uji Hausman

Tabel 4.8
Hasil model Fixed Effect

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   Signifikansi


1,970,39
C 2,235,607 1,134,599 0,0000  
3
48

LNDAU? 0,094332 0,023942 3,940,05 0,0002 Signifikan


1,446,141
LNDBH? 0,059238 0,040963 0,1514 Tidak signifikan
6
LNDAK? 0,001702 0,010996 0,154787 0,8773 Signifikan
LNDESA? 0,056615 0,015155 373,574 0,0003 Tidak signifikan
R-squared 0.99543 Mean dependent var 28.13819
Adjusted R- 0.993698 S.D. dependent var
1.090186
squared
S.E. of regression 0.086548 Akaike info criterion -1.82457
Sum squared resid 0.711595 Schwarz criterion -1.01651
Log likelihood 157.4213 Hannan-Quinn criter. -1.49621
F-statistic 574.7393 Durbin-Watson stat 2.043477
Prob(F-statistic) 0,000      
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 7
Dari tabel 4.8 Hasil estimasi Fixed Effect bahwa jika variabel independen
tidak bertambah (ceteris paribus) maka nilai PAD sebesar 22.35607. Jika variabel
DAU bertambah 1% dan ceteris paribus, maka variabel PAD bertambah
0.094332% Jika variabel DBH bertambah 1% dan ceteris paribus, maka variabel
PAD bertambah 0.059238%. Jika variabel DAK bertambah 1% dan ceteris
paribus, maka variabel PAD bertambah 0.001702%. Jika variabel Dana Desa
bertambah 1% dan ceteris paribus, maka variabel PAD bertambah 0.56615%
sehingga dapat dibuat persamaan :
lnPAD = 22,35607 + 0,094332 lnDAU + 0,059238 lnDBH + 0,01702 lnDAK +
0,056615 lnDESA

1. Uji Statistik
a. Uji Parsial (t)
Uji parsial dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen
tehadapa variabel dependen. Uji ini digunakan untuk melihat seberapa
besar dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9
Hasil Uji statistik parsial (t)

Variabel t statistic probabilitas


C 1,70393 0,00
LNDAU? 3,940051 0,02
LNDBH? 1,446146 0,15
LNDAK? 0,154787 0,87
LNDESA? 3,73574 0,03
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 7
49

Dari tabel 4.9 menjelaskan bahwa hanya DAU dan Dana Desa
yang berpengaruh signifikan terhadap variabel PAD di dalam model
regresi ini. Probabilitas statistik t dari DAU(LNDAU) lebih kecil dari
derajat alpha yang dipilih (0,02 < 5%). Probabilitas statistik t dari Dana
Desa (LNDESA lebih kecil dari derajat alpha yang dipilih (0,03 < 5%).
Variabel lain yaitu DBH dan DAK berpengaruh tidak signifkan terhadap
variabel PAD dikarenakan probabilitas statistik t lebih dari derajat alpha
yang dipilih.di dalam model regresi ini, probabilitas statistik t dari DBH
(LNDBH) lebih besar dari derajat alpha yang dipilih (0,1514 > 5%).
Sedangkan probabilitas t statistik dari DAK (LNDAK) juga lebih besar
dari derajat alpha yang dipilih (0,8773 > 5%).
b. Uji Simultan (F)
Uji F merupakan alat uji statistik secara simultan atau keseluruhan dan
koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F
digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.

Tabel 4.10
Hasil Uji Simultan (F)

F-statistic 574,7393
Prob(F-statistic) 0,00
Sumber : Hasil analisis data, 2018, lampiran 7

Dari Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan (F) dapat dijelaskan bahwa
variabel independen (DAU, DBH, DAK, Dana Desa) secara Bersamaan
mempengaruhi variabel dependen (PAD). Hal ini dibuktikan probabilitas
dari F statistik lebih rendah dari derajat alpha yang dipilih (0,00 < 5%).
c. Uji R2
Uji R2 bertujuan untuk mengetahui variasi yang terjadi didalam model
regeresi dengan baik. Nilai R2yang sempurna adalah satu yaitu, apabila
keseluruhan variasi dependen dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variasi
50

model variabel independen yang dimasukkan dalam model.

Tabel 4.11
Hasil Uji R2

R-squared 0,99543
Adjusted R-squared 0,993698
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 7
Hasil dari tabel 4.11 Uji R2 model regersi diatas sebesar 0,993 atau
99,3%. Artinya variasi yang terjadi didalam model regresi sebesar 99,3%,
sisanya terdapat pada variaang tidak terdapat didalam model regresi di
penelitian ini.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normalitas dari variabel
pengganggu. Salah asumsi metode OLS adalah bahwa variabel
pengganggu memiliki distribusi normal sehingga uji t dan uji F dapat
dilakukan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
menggunakan bantuan program statistik. Dasar pengambilan keputusan
yaitu jika probabilitas lebih besar dari nilai alpha yang ditentukan, yaitu
5%, maka data dikatakan berdistribusi normal, dan sebaliknya jika
probabilitas kurang dari 5%, maka data tidak berdistribusi normal.

14
Series: Standardized Residuals
12 Sample 2015 2018
Observations 132
10

Mean 5.68e-18
8
Median -0.003206
Maximum 0.190437
6
Minimum -0.169170
4 Std. Dev. 0.073702
Skewness 0.027866
2 Kurtosis 2.858377

0 Jarque-Bera 0.127397
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Probability 0.938288

Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 6


51

Gambar 4.1 Grafik Uji Normalitas Data


Dari gambar 4.1 menunjukan probabilitas Jarque-Bera lebih besar
dari 5% (0,05), hal ini menunjukan data dari variabel diatas menunjukan
distribusi normal (0,938288>0,05).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah keadaan dimana satu atau lebih variabel
independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel
independen lainya. model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki
korelasi diantara variabel independen. Jika terdapat korelasi yang tinggi
variabel independen tersebut, maka hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen menjadi terganggu.

Tabel 4.12
Uji Multikolinieritas

  LNDAU LNDBH LNDAK LNDESA


LNDAU 1 0,151577 0,449655 0,579978
LNDBH 0,151577 1 0,257732 0,368273
LNDAK 0,449655 0,257732 1 0.755382
LNDESA 0,579978 0,368273 0,755382 1
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 12
Dari tabel 4.12, DAU (LNDAU), DBH (LNDBH), DAK (LNDAK),
Dana Desa (LNDESA) terbebas dari data multikolinieritas artinya model
regresi tidak memiliki korelasi diantara variabel independen (hasil uji
variabel independen Multikolinieritas < 0,85).

c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana variabel pengganggu tidak
mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Munculnya
heterokedastisitas mengakibatkan parameter yang diestimasi tidak bias
akan tetapi tidak efisien. Jika varians residual dari satu pengamatan ke
pengawatan lain tetap sama maka disebut homoskedastisitas, sedangkan
sebaliknya disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas
mengakibatkan nilai-nilai estimator (koefisien regresi) dari model
52

tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan


konsisten.

Tabel 4.13
Hasil Uji Heterokedastisitas

Variabel Probabilitas
LNDAU 0,3594
LNDBH 0,0273
LNDAK 0,4590
LNDESA 0,7658
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 13
Hasil dari tabel 4.13 analisis uji Heterokedestisitas menunjukan
bahwa hanya variabel DBH tidak lolos dari uji Heteroskedastisitas
(0.0273> 0.05) untuk variabel lain (LNDAU, LNDAK, LNDESA) lolos
dari uji Heterkedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel pengganggu pada periode
tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada periode yang lain,
atau dengan kata lain variabel pengganggu tidak random.

Tabel 4.14
Hasil Uji Autokorelasi

Bebas
dL dU 4-dU 4-dL
autokorelasi
Autokorelasi Inconclusiv Inconclusiv Autokorelas
positif e e i negatif
1.65 1.77 2.043477 2.23 2.35
Sumber : Hasil analisis data 2019, lampiran 14

Dari tabel 4.14 Uji Autokolerasi, dengan derajat alpa 5% menunjukan


bahwa variabel – variabel diatas lolos dari uji autokorelasi sehingga dapat
dikatakan tidak ada korelasi antar data pada satu periode.

d.3. Pembahasan
Variabel DAU terhadap PAD pada 33 Provinsi di Indonesia selama tahun
2015 – 2018 berpengaruh positif. Pengaruh dari DAU terhadap PAD yang
berpengaruh positif didukung dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
53

2005 tentang DAU dimana DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dari Peraturan
Pemerintah tersebut membuktikan bahwa memang DAU sudah dianggarkan
Pemerintah Pusat di APBN dengan tujuan pemerataan desentralisasi. Keberhasilan
desentralisasi bisa dilihat dari peningkatan jumlah PAD yang dapat diserap oleh
Pemerintah Daerah.
Variabel DBH tidak berpengaruh terhadap PAD pada 33 Provinsi di
Indonesia pada tahun 2015 – 2018. Kemungkinan disebabkan karena penetapan
DBH sendiri tergantung dari penerimaan pajak dan keuntungan dari penjualan
SDA yang diterima di daerah (Peraturan Pemerintah No 55, 2005). Pembagian
DBH juga berprinsip based on actual revenue. Artinya pembagian DBH
berdasarkan penerimaan yang telah didapat sehingga dapat diartikan bahwa jika
penerimaan dari sektor pajak dan SDA pada tahun tertentu sedikit maka DBH
yang didapatkan juga akan sedikit. Setelah itu dari hasil itu masih dibagi dengan
pemerintah pusat. Pembagian dari DBH sendiri 80% untuk pemerintah daerah dan
20% untuk pemerintah pusat. Dari Peraturan Pemerintah tersebut membuktikan
meskipun DBH berpengaruh positif terhadap PAD tetapi pengaruh dari DBH itu
sendiri tidak signifikan dikarenakan penetapan DBH sendiri tergantung dari hasil
keuntungan dari sektor pajak dan SDA serta masih dibagi untuk pemerintah pusat.
Variabel DAK tidak berpengaruh terhadap PAD di 33 Provinsi di Indonesia
pada tahun 2015 – 2018. Kemungkinan dikarenakan karena tujuan DAK untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional. DAK merupakan salah satu jenis transfer dana
perimbangan yang dialokasikan kepada pemerintah daerah tertentu untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi
prioritas nasional dan menjadi urusan daerah (Depkeu, 2009) sehingga alokasi
DAK sendiri hanya dialokasikan ke pos – pos tertentu saja seperti proyek –
proyek nasional, bencana alam dan lain-lain sehingga pengalokasian DAK ini
bukan dikhususkan untuk desentralisasi atau peningkatan pendapatan daerah
54

termasuk PAD. Sehingga meskipun DAK berpengaruh positif terhadap PAD


namun pengaruhnya tidak signifikan.
Variabel Dana Desa terhadap PAD pada 33 Provinsi di Indonesia pada
tahun 2015 – 2018 berpengaruh positif. Pada tahun 2015 pemerintah pusat
mengeluarkan kebijakan untuk penyaluran dana dari pemerintah pusat untuk desa
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Desa untuk mendanai
kebutuhan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan serta pelayanan masyarakat yaitu Dana Desa. Pengaruh dari Dana
Desa yang tujuan memang untuk pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
masyarakat di desa ternyata juga mempengaruhi PAD di Provinsi. Dikarenakan
Desa adalah Lembaga pemerintahan yang dibawah Provinsi sehingga jika dasar
tersebut bisa berkembang maka bisa dipastikan yang atas juga akan terdampak
positif dan penyerapan PAD di Provinsi masing – masing bisa terserap dengan
baik dan meningkat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
1. Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap PAD pada 33 Provinsi di
Indonesia pada tahun 2015 – 2018.
2. Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap PAD pada 33 Provinsi di
Indonesia pada tahun 2015 – 2018.
3. Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap PAD pada 33 Provinsi di
Indonesia pada tahun 2015 – 2018.
4. Dana Desa berpengaruh positif terhadap PAD pada 33 Provinsi di Indonesia
pada tahun 2015 – 2018.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan, saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Melakukan pemetaan karakteristik serta keunggulan daerah tersebut sehingga
alokasi dana dari pemerintah pusat melalui dana perimbangan serta Dana Desa
bisa akurat pemanfaatannya.
2. Penganggaran dana dari pemerintah pusat dilakukan di awal dan sudah
ditetapkan nominalnya serta pemanfaatan dana tersebut langsung diserahkan
oleh pemerintah daerah, hal ini perlu dilakukan agar pemerintah daerah tahu
nominal dana yang ditransfer dari pemerintah pusat dan menyusun rencana
pemanfaatan dana tersebut. saran ini juga didukung dengan hasil penelitian ini
dimana DAU dan Dana Desa yang berpengaruh signifikan terhadap PAD
dimana DAU dan Dana Desa dari awal sudah dianggarkan melalui RAPBN dan
pemanfaatan dana tersebut langsung diserahkan ke pemerintah daerah.

46
47

3. Penyederhanaan komponen dana perimbangan agar terjadinya konsistensional


tujuan dari dana perimbangan tersebut untuk pemerataan pembangunan antar
daerah.
49

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. H. (2007), Simposium Nasional Akutansi X : Hubungan antara DAU,


Belanja Modal, PAD, dan Pendapatan per Kapita, 1-25.
Arsyad. (1999), Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: STIE YKPN.
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (9 oktober 2019). Direktorat Jendral
Perimbangan Keuangan | setelah 2016. Diperoleh dari
djpk.kemenkeu.go.id: http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5412
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (9 oktober 2019). Direktorat jendral
Perimbangan Keuangan | Rincian alokasi transfer daerah dan dana desa
(TKDD) tahun 2015. Diperoleh dari www.djpk.kemenkeu.go.id:
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=2048
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (9 oktober 2019). Direktorat jendral
Perimbangan Keuangan | Rincian alokasi transfer daerah dan dana desa
(TKDD) tahun 2018. Diperoleh dari www.djpk.kemenkeu.go.id:
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5437
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. (9 oktober 2019). Direktorat jendral
Perimbangan Keuangan | Rincian alokasi transfer daerah dan dana desa
(TKDD) tahun 2019. Diperoleh dari djpk.kemenkeu.go.id:
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=9370
Ferdian, Y. (2013), Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang : Pengaruh
PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah Terhadap
Belanja Daerah kabupaten dan kota di Sumatra Barat tahun 2007 – 2011, 3
-27.
Kemenkeu. (2004), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Kemenkeu. (2005), Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
Kemenkeu. (2013), Undang-undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Pemerintah
Daerah.
Kemenkeu. (2017), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Kuncoro. (1997), Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan.
Yogyakarta: AMP YKPN.
Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Andi.

48
50

Masdjojo, G. N. (2009), Telaah Manajemen : Pengaruh PAD dan Dana


Perimbangan terhadap Belanja Daerah serta analilis Flypaper
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2006 – 2008, 1 -21.
Susanti, S. (2016), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) :
Pengaruh PAD, DAU, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal di
Kabupaten Kota di wilayah Aceh, 183-191.
Tim pengembangan jurusan. (2011). Petunjuk Penulisan Skripsi Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi UPN veteran Yogyakarta. Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional"Veteran"
Yogyakarta.
Todaro. (2009). Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Erlangga.
Williantara, G. F. (2016), E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana : Pengaruh
PAD, DAU, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil pada Indeks
Pembangunan Manusia Provinsi Bali 2009 – 2013, 2044-2070.

48
51

48
LAMPIRAN

50
51
51

Lampiran 1: PAD di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018

N Provinsi Tahun
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1,972,049,032 2,060,180,945 2,276,305,568 2,359,385,393
2 Sumatera Utara 4,883,880,619 4,954,833,100 5,287,469,401 5,638,960,579
3 Sumatera Barat 1,876,733,122 1,964,148,975 2,134,010,519 2,275,090,068
4 Riau 3,476,960,097 3,110,656,139 3,360,008,975 3,638,995,740
5 Jambi 1,241,223,028 1,233,514,664 1,580,304,867 1,656,569,597
6 Sumatera Selatan 2,534,526,413 2,546,177,544 3,031,633,624 3,528,010,712
7 Bengkulu 701,300,383 731,556,734 804,575,838 872,257,738
8 Lampung 2,247,342,667 2,368,796,251 2,750,596,478 2,864,235,753
9 Jawa Barat 16,032,856,41 17,042,895,11 18,081,123,73 19,642,915,44
4 3 9 8
10 Jawa Tengah 10,904,825,81 11,541,029,72 12,547,513,38 13,711,836,03
2 0 9 7
11 DI Yogyakarta 1,593,110,769 1,673,749,196 1,851,973,396 2,040,723,348
12 Jawa Timur 15,402,647,67 15,817,795,02 17,324,177,66 18,531,062,02
4 4 4 1
13 Kalimantan Barat 1,702,542,350 1,664,338,991 1,945,647,317 2,194,867,823
14 Kalimantan 1,174,969,266 1,158,303,928 1,342,330,618 1,616,521,660
Tengah
15 Kalimantan 2,684,908,313 2,499,862,900 2,841,891,516 3,557,316,628
Selatan
16 Kalimantan Timur 4,950,160,613 4,029,364,843 4,588,751,727 5,800,270,285
17 Sulawesi Utara 1,012,945,961 981,044,559 1,146,674,827 1,253,804,977
18 Sulawesi Tengah 904,937,124 939,092,069 958,212,001 1,016,628,663
19 Sulawesi Selatan 3,270,828,511 3,449,561,308 3,679,083,943 3,948,349,252
20 Sulawesi Tenggara 667,079,209 753,657,954 806,253,869 903,949,000
21 Bali 3,041,298,422 3,041,195,258 3,398,472,278 3,718,094,051
22 NTB 1,372,661,567 1,359,844,019 1,684,468,709 1,660,417,707
23 NTT 882,315,240 995,186,120 1,047,491,567 1,095,269,978
24 Maluku 390,813,371 466,208,198 430,866,044 465,779,724
25 Papua 912,908,312 1,019,732,912 1,020,372,304 1,050,372,166
26 Maluku Utara 236,054,304 280,150,113 327,469,790 358,325,359
27 Banten 4,972,737,619 5,463,156,734 5,756,371,374 6,329,138,234
28 Bangka Belitung 571,802,890 574,258,443 709,832,181 850,441,774
29 Gorontalo 289,557,151 311,223,202 348,267,663 384,435,306
30 Kepulauan Riau 1,013,226,321 1,079,309,741 1,094,788,614 1,220,768,246
31 Papua Barat 322,799,297 338,811,109 470,072,402 459,243,073
32 Sulawesi Barat 273,507,239 277,686,126 296,935,168 301,499,588
33 Kalimantan Utara 370,047,613 507,955,516 482,740,846 574,088,357
52

Lampiran 2: DAU di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 1,237,894,986 1,263,870,989 2,060,263,235 2,060,263,23
5
2 Sumatera Utara 1,139,261,371 1,604,505,673 2,629,224,545 2,629,224,54
5
3 Sumatera Barat 1,221,128,606 1,261,915,864 2,014,646,639 2,014,646,63
9
4 Riau 654,220,250 738,378,736 1,457,997,067 1,465,117,71
9
5 Jambi 1,009,165,864 1,466,243,775 1,397,912,161 1,399,367,13
4
6 Sumatera Selatan 931,915,470 1,071,421,391 1,697,897,817 1,697,762,03
2
7 Bengkulu 1,046,080,820 1,070,751,292 1,301,538,847 1,300,978,16
0
8 Lampung 1,097,129,439 1,321,679,032 1,851,595,354 1,854,701,09
4
9 Jawa Barat 1,303,654,355 1,248,112,171 3,011,001,477 3,023,552,98
6
10 Jawa Tengah 1,629,429,283 1,859,907,223 3,652,586,431 3,652,586,43
1
11 DI Yogyakarta 920,544,722 940,835,434 1,314,372,147 1,314,262,10
8
12 Jawa Timur 1,587,261,707 1,672,878,372 3,803,428,371 3,813,411,92
8
13 Kalimantan Barat 1,405,594,169 1,493,486,253 1,720,698,207 1,724,402,49
6
14 Kalimantan 1,280,595,848 1,294,850,243 1,574,382,856 1,574,382,85
Tengah 6
15 Kalimantan 571,244,699 779,517,454 1,106,532,187 1,118,213,28
Selatan 9
16 Kalimantan Timur 5,731,251,500 80,402,179 714,906,576 767,682,423
17 Sulawesi Utara 1,026,948,809 1,065,545,204 1,390,272,639 1,427,544,99
7
18 Sulawesi Tengah 1,221,602,865 1,272,925,036 1,546,247,611 1,586,163,90
8
19 Sulawesi Selatan 1,180,010,167 1,394,148,361 2,509,480,255 2,509,480,25
5
20 Sulawesi Tenggara 1,176,423,577 1,200,634,199 1,563,334,271 1,575,959,51
7
21 Bali 831,597,268 850,144,224 1,260,842,523 1,268,585,38
8
53

22 NTB 1,088,633,717 1,117,691,709 1,537,777,886 1,537,777,88


6
23 NTT 1,300,445,875 1,337,091,848 1,784,462,326 1,827,412,64
0
24 Maluku 1,177,774,674 1,260,897,986 1,555,603,048 1,670,234,40
2
25 Papua 2,277,932,698 2,502,449,137 2,338,200,799 2,571,298,11
9
26 Maluku Utara 1,061,177,950 1,132,578,857 1,265,846,334 1,331,236,34
7
27 Banten 640,981,003 693,738,579 1,059,320,237 1,072,903,46
8
28 Bangka Belitung 897,887,443 905,526,208 980,297,314 1,018,435,17
4
29 Gorontalo 845,395,651 884,557,753 997,598,871 1,006,924,70
7
30 Kepulauan Riau 695,943,711 866,810,696 1,059,822,693 1,150,516,79
6
31 Papua Barat 1,284,079,495 1,322,765,639 1,411,972,998 1,431,332,96
6
32 Sulawesi Barat 895,580,933 925,147,622 1,008,360,523 1,025,033,06
3
33 Kalimantan Utara 651,247,428 1,032,459,159 1,185,105,787 1,185,105,78
7
52

Lampiran 3: DBH di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 253,017,430 178,613,269 253,413,238 191,892,691
2 Sumatera Utara 334,244,916 511,083,219 460,857,333 513,849,016
3 Sumatera Barat 107,016,709 134,500,315 152,435,926 131,766,541
1,831,045,03
4 Riau 1,664,572,707 1,473,538,188 1,721,610,679
1
5 Jambi 351,969,164 256,611,316 390,520,754 406,804,973
1,328,407,54
6 Sumatera Selatan 1,286,710,762 1,507,731,845 1,643,957,685
1
7 Bengkulu 99,011,345 77,348,428 61,311,707 66,368,734
8 Lampung 172,095,689 185,475,997 249,340,043 216,041,063
1,184,319,13
9 Jawa Barat 1,778,216,936 1,851,522,979 1,804,540,601
2
10 Jawa Tengah 569,741,071 893,673,221 848,309,911 769,449,921
11 DI Yogyakarta 62,257,506 113,065,428 98,483,855 93,142,565
1,462,318,22
12 Jawa Timur 1,849,884,362 1,634,524,587 2,624,231,240
1
13 Kalimantan Barat 153,476,958 167,535,550 170,188,840 212,226,512
Kalimantan
14 320,254,878 342,879,620 372,437,952 582,760,139
Tengah
Kalimantan
15 940,976,170 1,044,507,972 635,201,530 932,678,930
Selatan
3,805,373,70
16 Kalimantan Timur 2,844,821,387 1,710,695,086 2,991,231,124
5
17 Sulawesi Utara 69,347,787 102,721,457 109,560,616 120,758,520
18 Sulawesi Tengah 85,165,410 102,058,131 124,837,810 196,347,609
19 Sulawesi Selatan 188,057,830 314,343,523 279,526,930 237,746,371
20 Sulawesi Tenggara 121,027,372 97,654,365 71,365,186 124,542,954
21 Bali 104,103,308 171,994,343 169,597,184 182,554,549
22 NTB 147,804,397 375,036,424 346,522,444 261,642,853
23 NTT 60,821,837 91,213,201 87,876,729 64,495,737
24 Maluku 58,460,626 58,312,403 81,196,827 79,176,363
25 Papua 517,999,391 764,470,513 413,012,330 924,041,168
26 Maluku Utara 95,965,198 86,764,142 61,350,045 115,223,675
27 Banten 319,017,534 493,494,029 640,348,609 650,605,096
28 Bangka Belitung 188,157,236 142,860,016 120,836,218 215,555,879
29 Gorontalo 20,766,783 27,939,248 26,007,712 21,620,422
30 Kepulauan Riau 507,640,852 521,708,951 526,669,661 537,458,002
1,119,808,32
31 Papua Barat 1,409,724,880 1,563,004,879 965,764,307
1
32 Sulawesi Barat 23,535,722 28,853,076 25,566,424 18,969,754
33 Kalimantan Utara 199,244,097 169,483,900 201,013,528 301,523,797
53

Lampiran 4: DAK di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
1 Aceh 70,866,056 129,982,373 1,489,203,02 1,483,635,794
4
2 Sumatera Utara 47,746,880 3,103,684,863 3,838,053,06 3,912,060,867
1
3 Sumatera Barat 62,731,100 1,180,338,806 1,701,323,40 1,784,401,030
4
4 Riau 63,362,192 1,421,530,289 1,607,851,46 1,641,194,885
1
5 Jambi 57,944,770 81,644,852 934,827,673 939,049,860
6 Sumatera Selatan 69,405,320 148,180,327 855,483,708 2,171,297,782
7 Bengkulu 63,893,200 468,362,409 635,034,086 110,698,383
8 Lampung 245,066,400 1,651,557,871 542,809,262 745,585,220
9 Jawa Barat 18,904,024 7,596,342,335 9,118,920,85 9,379,906,815
7
10 Jawa Tengah 57,972,640 5,263,717,151 6,566,890,14 6,511,740,479
8
11 DI Yogyakarta 39,084,040 643,207,672 967,000,859 910,032,137
12 Jawa Timur 66,039,190 5,516,240,624 7,056,095,68 6,858,141,680
7
13 Kalimantan Barat 85,584,200 199,767,933 1,529,205,32 1,508,354,941
5
14 Kalimantan 72,525,960 241,247,658 641,584,646 746,927,690
Tengah
15 Kalimantan 63,890,470 853,323,829 970,490,213 935,797,532
Selatan
16 Kalimantan Timur 218,651,350 1,016,403,394 1,107,407,92 1,070,867,111
2
17 Sulawesi Utara 76,744,790 712,639,625 1,008,208,36 956,923,255
6
18 Sulawesi Tengah 250,986,290 835,621,352 955,024,431 948,918,646
19 Sulawesi Selatan 222,686,392 1,991,324,789 2,565,500,20 2,540,292,650
2
20 Sulawesi Tenggara 86,399,950 738,810,237 1,040,897,14 1,164,611,106
5
21 Bali 134,496,571 844,872,363 1,105,556,04 1,042,840,035
6
22 NTB 214,257,150 1,090,304,456 1,384,626,96 1,412,965,949
3
23 NTT 100,654,710 1,411,352,709 1,771,353,80 1,788,419,259
6
54

24 Maluku 216,914,600 722,744,607 733,329,638 850,028,630,


25 Papua 460,303,520 328,169,423 1,029,337,88 918,901,191
8
26 Maluku Utara 146,686,448 233,861,504 215,674,669 307,498,942
27 Banten 16,789,048 1,998,321,331 2,230,361,11 2,254,780,860
6
28 Bangka Belitung 44,355,816 77,898,689 438,826,469 202,602,936
29 Gorontalo 67,883,960 319,995,162 393,157,693 369,637,025
30 Kepulauan Riau 42,537,210 76,384,932 569,776,571 590,028,178
31 Papua Barat 92,376,080 489,419,916 338,947,588 444,560,372
32 Sulawesi Barat 72,513,950 410,156,415 498,440,658 451,844,406
33 Kalimantan Utara 59,947,820 377,594,814 291,494,489 338,681,844

Lampiran 5: Dana Desa di 33 Provinsi di Indonesia tahun 2015 – 2018

N Tahun
Provinsi
o 2015 2016 2017 2018
4,892,571,79 4,457,512,95
1 Aceh 266,700,165 3,829,751,986
5 0
4,197,972,49 3,874,857,82
2 Sumatera Utara 384,043,298 3,293,282,206
0 9
3 Sumatera Barat 150,207,301 598,637,609 796,538,971 790,787,312
1,269,305,92 1,254,688,85
4 Riau 230,104,145 999,278,616
5 1
1,090,942,60 1,037,674,06
5 Jambi 110,483,575 856,771,020
1 1
2,267,261,44 2,309,392,95
6 Sumatera Selatan 276,232,136 1,780,769,819
5 4
1,035,340,41
7 Bengkulu 79,214,511 813,896,546 945,638,279
3
1,957,487,72 2,091,398,10
8 Lampung 282,565,032 1,536,762,050
1 5
4,547,513,83 4,823,095,41
9 Jawa Barat 1,064,203,516 3,568,437,985
8 8
6,384,442,05 6,737,083,09
10 Jawa Tengah 1,065,688,723 5,002,426,341
8 1
11 DI Yogyakarta 112,682,887 287,695,929 368,567,559 361,894,397
6,339,556,18 6,368,745,35
12 Jawa Timur 1,161,076,912 4,969,123,651
1 9
55

1,616,725,25 1,688,279,97
13 Kalimantan Barat 300,194,565 1,241,607,506
9 3
Kalimantan 1,148,904,92 1,144,586,42
14 192,148,062 904,370,668
Tengah 9 4
Kalimantan 1,430,375,41 1,316,573,42
15 103,482,229 1,125,244,835
Selatan 2 9
16 Kalimantan Timur 163,156,751 540,759,158 692,420,247 730,928,055
1,161,358,87 1,065,411,50
17 Sulawesi Utara 66,526,115 911,495,499
2 8
1,433,826,01 1,363,158,36
18 Sulawesi Tengah 129,379,489 1,124,644,395
9 8
1,820,518,24 1,986,216,68
19 Sulawesi Selatan 246,394,967 1,425,595,011
0 6
Sulawesi 1,482,032,77 1,411,237,13
20 105,440,863 1,126,867,317
Tenggara 2 2
21 Bali 79,034,589 416,264,690 537,258,505 531,141,963
22 NTB 172,547,793 677,494,427 865,014,066 983,185,878
2,360,353,32 2,537,837,57
23 NTT 248,702,792 1,849,353,802
0 6
24 Maluku 156,707,815 754,638,987 961,602,798 964,700,076
4,300,947,51 4,284,844,84
25 Papua 1,173,718,231 3,385,116,457
8 8
26 Maluku Utara 71,123,998 653,455,314 832,406,416 785,606,677
1,009,506,96
27 Banten 200,985,513 791,252,019 937,180,879
1
28 Bangka Belitung 47,079,757 206,293,612 261,661,579 264,571,725
29 Gorontalo 51,574,727 403,677,978 513,958,123 540,591,708
30 Kepulauan Riau 33,550,864 177,766,079 228,182,536 221,500,941
1,364,412,39 1,329,719,07
31 Papua Barat 196,068,573 1,074,690,239
5 6
32 Sulawesi Barat 51,466,268 363,558,153 461,094,687 472,270,192
33 Kalimantan Utara 93,713,822 291,096,987 369,938,349 387,688,280

Lampiran 6: Hasil Uji Common Effect

Dependent Variabel: LNPAD?


Method: Pooled Least Squares
Date: 10/30/19 Time: 15:18
Sample: 2015 2018
56

Included observations: 4
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 132

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 3.894521 4.277593 0.910447 0.3643


LNDAU? 0.178496 0.175123 1.019264 0.3100
LNDBH? 0.512357 0.057998 8.834023 0.0000
LNDAK? 0.119488 0.071143 1.679553 0.0955
LNDESA? 0.093877 0.095378 0.984255 0.3269

R-squared 0.528668    Mean dependent var 28.13819


Adjusted R-squared 0.513823    S.D. dependent var 1.090186
S.E. of regression 0.760147    Akaike info criterion 2.326533
Sum squared resid 73.38360    Schwarz criterion 2.435730
Log likelihood -148.5512    Hannan-Quinn criter. 2.370906
F-statistic 35.61231    Durbin-Watson stat 0.206431
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7: Hasil Uji Fixed Effect

Dependent Variabel: LNPAD?


Method: Pooled Least Squares
Date: 10/30/19 Time: 15:19
Sample: 2015 2018
57

Included observations: 4
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 132

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 22.35607 1.134599 19.70393 0.0000


LNDAU? 0.094332 0.023942 3.940051 0.0002
LNDBH? 0.059238 0.040963 1.446146 0.1514
LNDAK? 0.001702 0.010996 0.154787 0.8773
LNDESA? 0.056615 0.015155 3.735740 0.0003
Fixed Effects (Cross)
_NAD—C 0.194708
_SUMUT—C 1.010157
_SUMBAR—C 0.260149
_RIAU—C 0.625239
_JAMBI—C -0.160903
_SUMSEL—C 0.420869
_BENGKULU—C -0.654799
_LAMPUNG—C 0.403384
_JAWABARAT—C 2.134896
_JAWATENGAH—C 1.767050
_DIYOGYAKARTA—C 0.209905
_JAWATIMUR—C 2.036312
_KALBAR—C 0.104987
_KALTENG—C -0.264067
_KALSEL—C 0.519441
_KALTIM—C 1.006453
_SULUT—C -0.333629
_SULTENG—C -0.514818
_SULSEL—C 0.718158
_SULTRA—C -0.703662
_BALI—C 0.785626
_NTB—C -0.080089
_NTT—C -0.479269
_MALUKU—C -1.247575
_PAPUA—C -0.695594
_MALUT—C -1.614775
_BANTEN—C 1.228653
_BABEL—C -0.764981
_GORONTALO—C -1.380757
_KEPRIAU—C -0.321589
_PAPUABAR—C -1.542454
_SULBAR—C -1.522726
_KALUT—C -1.144300

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variabels)

R-squared 0.995430    Mean dependent var 28.13819


Adjusted R-squared 0.993698    S.D. dependent var 1.090186
S.E. of regression 0.086548    Akaike info criterion -1.824565
Sum squared resid 0.711595    Schwarz criterion -1.016507
Log likelihood 157.4213    Hannan-Quinn criter. -1.496207
F-statistic 574.7393    Durbin-Watson stat 2.043477
Prob(F-statistic) 0.000000
58

Lampiran 8: Hasil Uji Random Effect

RANDOM
Dependent Variabel: LNPAD?
Method: Pooled EGLS (Cross-section Random Effects)
59

Date: 11/17/19 Time: 19:29


Sample: 2015 2018
Included observations: 4
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 132
Swamy and Arora estimator of component variances

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 19.88433 1.053508 18.87440 0.0000


LNDAU? 0.089468 0.023867 3.748655 0.0003
LNDBH? 0.160082 0.036673 4.365133 0.0000
LNDAK? -0.007082 0.010837 -0.653446 0.5147
LNDESA? 0.063609 0.015063 4.222904 0.0000
Random Effects (Cross)
_NAD--C 0.205325
_SUMUT--C 0.954194
_SUMBAR--C 0.336780
_RIAU--C 0.438941
_JAMBI--C -0.190445
_SUMSEL--C 0.243182
_BENGKULU--C -0.528848
_LAMPUNG--C 0.427538
_JABAR--C 1.944589
_JATENG--C 1.654979
_YOGYAKARTA--C 0.322082
_JATIM--C 1.834197
_KALBAR--C 0.144446
_KALTENG--C -0.305085
_KALSEL--C 0.395286
_KALTIM--C 0.770768
_SULUT--C -0.230384
_SULTENG--C -0.429800
_SULSEL--C 0.727510
_SULTRA--C -0.601662
_BALI--C 0.842765
_NTB--C -0.073419
_NTT--C -0.348087
_MALUKU--C -1.101078
_PAPUA--C -0.781674
_MALUKUUTARA--C -1.497663
_BANTEN--C 1.158333
_BABEL--C -0.713722
_GORONTALO--C -1.132390
_KEPRIAU--C -0.386000
_PAPUABARAT--C -1.693031
_SULBAR--C -1.271360
_KALUT--C -1.116269

Effects Specification
S.D.   Rho  

Cross-section random 0.566045 0.9772


Idiosyncratic random 0.086548 0.0228

Weighted Statistics
60

R-squared 0.394458    Mean dependent var 2.144886


Adjusted R-squared 0.375385    S.D. dependent var 0.133316
S.E. of regression 0.105363    Sum squared resid 1.409875
F-statistic 20.68233    Durbin-Watson stat 1.141122
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.274804    Mean dependent var 28.13819


Sum squared resid 112.9088    Durbin-Watson stat 0.014249

Lampiran 9: Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


61

Pool: POOL1
Test cross-section Fixed Effects

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

Cross-section F 303.185083 (32,95) 0.0000


Cross-section Chi-square 611.944966 32 0.0000

Cross-section Fixed Effects test equation:


Dependent Variabel: LNPAD?
Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/19 Time: 15:21
Sample: 2015 2018
Included observations: 4
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 132

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 3.894521 4.277593 0.910447 0.3643


LNDAU? 0.178496 0.175123 1.019264 0.3100
LNDBH? 0.512357 0.057998 8.834023 0.0000
LNDAK? 0.119488 0.071143 1.679553 0.0955
LNDESA? 0.093877 0.095378 0.984255 0.3269

R-squared 0.528668    Mean dependent var 28.13819


Adjusted R-squared 0.513823    S.D. dependent var 1.090186
S.E. of regression 0.760147    Akaike info criterion 2.326533
Sum squared resid 73.38360    Schwarz criterion 2.435730
Log likelihood -148.5512    Hannan-Quinn criter. 2.370906
F-statistic 35.61231    Durbin-Watson stat 0.206431
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 10: Hasil Uji Hausman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test


62

Pool: POOL1
Test cross-section Random Effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

Cross-section random 65.222322 4 0.0000

Cross-section Random Effects test comparisons:

Variabel Fixed   Random  Var(Diff.)  Prob. 

LNDAU? 0.094332 0.089468 0.000004 0.0103


LNDBH? 0.059238 0.160082 0.000333 0.0000
LNDAK? 0.001702 -0.007082 0.000003 0.0000
LNDESA? 0.056615 0.063609 0.000003 0.0000

Cross-section Random Effects test equation:


Dependent Variabel: LNPAD?
Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/19 Time: 15:23
Sample: 2015 2018
Included observations: 4
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 132

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 22.35607 1.134599 19.70393 0.0000


LNDAU? 0.094332 0.023942 3.940051 0.0002
LNDBH? 0.059238 0.040963 1.446146 0.1514
LNDAK? 0.001702 0.010996 0.154787 0.8773
LNDESA? 0.056615 0.015155 3.735740 0.0003

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variabels)

R-squared 0.995430    Mean dependent var 28.13819


Adjusted R-squared 0.993698    S.D. dependent var 1.090186
S.E. of regression 0.086548    Akaike info criterion -1.824565
Sum squared resid 0.711595    Schwarz criterion -1.016507
Log likelihood 157.4213    Hannan-Quinn criter. -1.496207
F-statistic 574.7393    Durbin-Watson stat 2.043477
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 11: Hasil Uji Normality Test


63

14
Series: Standardized Residuals
12 Sample 2015 2018
Observations 132
10

Mean 5.68e-18
8
Median -0.003206
Maximum 0.190437
6
Minimum -0.169170
4 Std. Dev. 0.073702
Skewness 0.027866
2 Kurtosis 2.858377

0 Jarque-Bera 0.127397
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Probability 0.938288

Lampiran 12: Hasil Uji Multikolinieritas Test


64

  LNDAU LNDBH LNDAK LNDESA


0.15157 0.44965 0.57997
LNDAU 1 7 5 8
0.15157 0.25773 0.36827
LNDBH 7 1 2 3
0.44965 0.25773 0.75538
LNDAK 5 2 1 2
LNDES 0.57997 0.36827 0.75538
A 8 3 2 1
65

Lampiran 13: Hasil Uji Heteroskedestisitas Test

Dependent Variabel: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 10/30/19 Time: 16:23
Sample: 2015 2018
Periods included: 4
Cross-sections included: 33
Total panel (balanced) observations: 132

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 0.253127 0.254538 0.994457 0.3219


LNDAU -0.009586 0.010421 -0.919906 0.3594
LNDBH 0.007705 0.003451 2.232614 0.0273
LNDAK -0.003144 0.004233 -0.742694 0.4590
LNDESA -0.001694 0.005675 -0.298456 0.7658

R-squared 0.060816    Mean dependent var 0.057401


Adjusted R-squared 0.031235    S.D. dependent var 0.045956
S.E. of regression 0.045232    Akaike info criterion -3.316861
Sum squared resid 0.259839    Schwarz criterion -3.207664
Log likelihood 223.9128    Hannan-Quinn criter. -3.272488
F-statistic 2.055945    Durbin-Watson stat 2.144680
Prob(F-statistic) 0.090462
66

Lampiran 14: Hasil Uji Autokorelasi Test

N : 132
K :4
dL : 1.65
dU : 1.77
DW stat : 2.043477
Bebas
dL dU 4-dU 4-dL
autokorelasi
Autokorelasi Inconclusiv Inconclusive Autokorelasi
positif e negatif
1.65 1.77 2.043477 2.23 2.35

Anda mungkin juga menyukai