Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN UMKM

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NGANJUK


PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

ADITYA ANANTA ASHARI


19011010120/FEB/EP

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2023
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN UMKM
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NGANJUK

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Aditya Ananta Ashari


19011010120/FEB/EP

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Usulan penelitian oleh: Aditya Ananta Ashari


NPM : 19011010120
Judul : Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan UMKM Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk

Telah Disetujui Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat untuk


Diseminarkan
Surabaya, hari, tanggal, tahun
Dosen Pembimbing

Dr. Ririt Iriani Sri S, SE. ME


NIP. 196502081990022001
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISI PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN UMKM TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN NGANJUK

Yang Disusun Oleh:


Nama : Aditya Ananta Ashari
Npm : 19011010120
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis
Program Studi : S-1 Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Daerah (PPD)
Disetujui untuk diajukan dalam ujian proposal pada tanggal....

Oleh

Dosen Pembimbing Koordinator Program Studi


Ekonomi Pembangunan

Dr. Ririt Iriani Sri S, SE.ME Drs. Ec. Wiwin Priana Primandhana, M.T
NIP. 1965020819900220001 NIP. 196008101990031001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kehadiran Allah SWT, karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Media Sosial Untuk
Mempromosikan Dan Hasil Penjualan Produk UMKM Kharisma Kec.
Nganjuk”
Proposal penelitian ini dibuat memenuhi tugas akhir perkuliahan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 di Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” Jawa Timur.
Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya berharap dapat belajar lebih banyak lagi
mengimplementasikan ilmu yang didapat dari proposal penelitian ini tentunya
tidak lepas dari bimbingan, masukan, dan arahan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih
Sebesar-besarnya kepada:
BAB I

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah
Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam
rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan
pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang
dikenal dengan istilah Pendapatan Asli Daerah di mana komponen utamanaya adalah
penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai salah satu penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian
daerah. Semakin besar PAD maka menunjukkan bahwa daerah itu mampu melaksanakan
destralisasi fiskal dengan baik dan ketergantungan terhadap pemerintahan pusat berkurang.
Dalam UU No.32/2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah
Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana
Alokasi Umum ( DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi
Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut,
Pemerintah Daerah mempuyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pembiayaan , dan lain-lain pendapatan. UU No. 33/2004 tentang perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa pendapatan
asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada pasal 3, disebutkan bahwa PAD
bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Kebijakan
penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Seharusnya dana
transfer dari pemerintah Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan
penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.
Menurut Suryana(2000) keberhasilan suatu daerah dalam usaha membangun ekonomi
daerah dipengaruhi beberapa faktor ekonomi, meliputi: sumber daya manusia(labor supply,
education, disclipline, motivation); teknologi dan kewirausahaan (technology adn
entrepreneurship). Selain itu juga beberapa variabel yang mempengaruhi PAD tersebut
diantaranya variabel pertumbuhan ekonomi dan usaha mikro kecil menengah penduduk
daerah tersbut
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan proses pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan meneju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas pendapatan daerah.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi
meningkat dari satu dari satu periode ke tahun berikutnya, yang berarti jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan bertambah besar.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini merupakan peran penting dalam membantu
perkembangan perekonomian daerah. Selain itu, Usaha Mikro Kecil Menengah telah menjadi
tulang punggung perekonomian Indonesia. Sejarah membuktikan ketika terjadi krisis moneter
di tahun 1977. Hal ini dikarenakan UMKM dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan juga mampu meberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memajukan
daerahnya. Dikarenakan UMKM ini masih memiliki ciri-ciri yaitu usaha milik keluarga,
masih menggunakan teknologi tenaga manusia, dan masih memiliki jiwa persaudaraan.
Seperti halnya yang terjadi di UMKM sentra produk Nganjuk, sebagian besar para karyawan
berasal dari daerah Nganjuk. Ini merupakan bukti bahwa UMKM dapat menjadi peluang
usaha dan peluang pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya. Hal ini dapat mendorong
Pendapatan Asli Daerah. Menurut (Arifudin, 2002), bahwa perkembangan dalam dunia usaha
di Indonesia saat ini yang semakin cepat dan pesat berakibat juga pada perubahan budaya,
sehingga pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM) dituntut untuk mempunyai budaya
yang membedakan dengan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah(umkm) lain.
Menurut Rudjito (2003) mengemukakan bahwa pengertian Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) adalah usaha yang punya peranan penting dalam perekonomian Negara
Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta maupun sisi jumlah usahanya. Secara
umum, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah usaha produktif yang dimiliki
perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. Seperti
diatur dalam peraturan perundang-undang an No. 20 tahun 2008, sesuai pengertian UMKM
tersebut maka kriteria UMKM dibedakan secara masing-masing meliputi usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah. Peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki arti
yang begitu penting bagi suatu daerah terutama sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
daerah. Kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu cara agar
produk kreatif daerah dapat dikenal dan memberikan peluang bisnis bagi pelaku usaha di
daerah. Selain itu, peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM dipandang sangat guna
meningkatkan perekonomian suatu daerah, sehingga pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) dituntut mampu untuk ikut serta dalam mengembangkan perekonomian negaranya
terutama dalam melakukan pengembangan dalam pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Nganjuk. Kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang
usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional. Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan
yang direncanakan baik oleh pemerintah, swasta dan pelakunya usaha perorangan.
Kabupaten Nganjuk adalah wilayah dengan kekuatan bahan baku produk Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang cukup beragam, mulai dari Bawang Merah, Jagung,
Padi, Ubi dll. dengan adanya bahan baku produk Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM)
khususnya sektor produk Usaha Mikro Kecil Menengah, masyarakat Kabupaten Nganjuk
mampu memaksimalkan potensi bahan-bahan baku tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan
pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maka stakeholder pemerintah ataupun swasta
terlibat untuk melengkapi kebutuhan tersebut serta upaya dalam mengembangkan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM). Upaya pemenuhan salah satunya adalah dengan pelatihan
sosialisasi, bantuan modal.
Kualitas Produk dan jasa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan bentuk
responsif terhadap permintaan konsumen terkait dengan kebutuhan konsumen itu sendiri.
Tentunya fasilitas yang dimiliki pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah memberikan kualitas
produk dan jasa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang baik menjadi dasar
pertumbuhan ekonomi dengan menggambarkan situasi dan kondisi perkembangan sarana
mastarakat menjadi ikonik minat konsumen membeli produk dan jasa Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) Kabupaten Nganjuk yaitu dengan penawaran produk dan jasa Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bermacam-macam. Semakin tinggi peningkatan
jumlah produk dan jasa Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maka tentunya akan
memberikan keuntungan bagi sisi perekonomian pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Kabupaten Nganjuk.
Tabel 1.1

Sumber: Sensus Ekonomi 2016 dan SUTAS 2018)


Berdasarkan Data UMKM di Jawa Timur yang bersumber dari Sensus Ekonomi 2016
dan SUTAS 2018, dapat dilihat bahwa Kabupaten Nganjuk memiliki data UMKM sebesar
288.119. Yang dimana jumlah tersebut merupakan jumlah dua kali lipat jumlah UMKM
Kabupaten Malang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu Kabupaten Malang itu sendiri
memiliki potensi besar yang menjadi modal dasar pengembangan ekonomi, terutama di
ekonomi kreatif dengan cara melakukan perencanaan, pengembangan serta bimbingan para
pelaku usaha/insan kreatif serta memfasilitasi menejemen pemasaran produk agar memiliki
kualitas, nilai tambah serta harga yang kompetitif di pasaran. Ekonomi kreatif Kabupaten
Malang yaitu mencakup industri-industri kreatif, di berbagai wilayah di Kabupaten Malang,
dan diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian daerahnya secara signifikan.
Dan yang kedua adalah pemerintah telah mengeluarkan lima skema untuk membantu
UMKM, yang pertama yaitu bantuan Langsung Tunai (BLT), kartu prakerja untuk UMKM
yang masuk kategori rentan dan miskin. Kedua, memberikan insentif perpajakan bagi
UMKM yang omzetnya kurang dari 4,8 Miliar per tahun. Ketiga, memberikan relaksasi dan
restrukturisasi kredit UMKM seperti penundaan angsuran dan subsidi bunga penerima KUR,
kredit ultra mikro, dan lainnya. Keempat, stimulus bantuan modal kerja darurat bagi 23 juta
UMKM, dan kelima, menjadikan kementerian/Lembaga/BUMN dan Pemda sebagai
penopang ekosistem usaha UMKM.
Sedangkan di Kabupaten Nganjuk sendiri sedikit mengalami hambatan pertumbuhan
UMKM disebabkan oleh beberapa hal, yang pertama adalah permasalahan pemasaran,
masalah pemasaran sendiri menjadi salah satu masalah utama UMKM Nganjuk sehingga
kesulitan untuk berkembang. Karena tidak bisa melakukan pemasaran dengan baik, maka
tidak heran jika UMKM Kabupaten Nganjuk juga tidak bisa meningkatkan penjualan dan
kapasitas produksinya sehingga akan stagnan, namun pemerintah pada tahun 2022 sudah
memberikan wadah bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yaitu E-Katalog, E-
Katalog sendiri merupakan sistem informasi elektronik yang membuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis dan harga barang/jasa tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa
pemerintah. Kedua, yaitu Bantuan Langsung Tunai di Kbupaten Nganjuk yang relatif rendah,
yaitu sekitar 600 ribu rupiah pada tahun 2022, yang dimana jumlah BLT tersebut bisa
dikatakan kurang untuk pemenuhan bahan baku dan peralatan pelaku UMKM Kabupaten
Nganjuk. Ketiga Manajemen keuangan tidak baik, pelaku usaha mikro kecil menengah
(UMKM) selama ini sulit berkembang dengan baik, karena model pengelolaan keuangannya
dinilai tidak bagus. Sebab masih bercampur dengan keuangan rumah tangga pelaku usaha
mikro kecil menengah (UMKM), padahal pemerintah sudah pernah melakukan sosialisasi
tentang bagaimana cara me-manajemen keuangan usaha mikro kecil menengah(UMKM)
dengan baik, namun nyatanya masih sebagian besar pelaku usaha mikro kecil menengah
(UMKM) yang belum bisa me-manajemen keuangan dengan baik. Dan itulah mengapa usaha
mikro kecil menengah Kabupaten Malang bisa dibilang lebih maju daripada Kabupaten
Nganjuk. Dimana hal tersebut otomatis mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah tersebut.t
Tabel 1.2
Pertumbuhan UMKM Kabupaten Nganjuk Tahun 2017-2021
No JENIS USAHA 2017 2018 2019 2020 2021
.
1 MIKRO 31.662 35.182 37.834 40.667 40.673
2 KECIL 11.324 12.575 13.505 14.523 15.586
3 MENENGAH 1.012 1.055 1.123 1.243 1.427
TOTAL 43.998 48.812 52.462 56.433 57.686
Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nganjuk 2021
Berdasarkan Biro Pusat Statistik Kabupaten Nganjuk, jumlah Usaha Kecil Menengah
(UMKM) dari tahun 2017 hingga tahun 2021 mengalami peningkatan dalam jumlah Usaha
Kecil Menengah (UMKM). Tahun 2017 jumlah Usaha Kecil Menengah (UMKM) sebesar
43.998 produk dan jasa, kemudian pada tahun 2018 juga mengalami kenaikan jumlah Usaha
Kecil Menengah (UMKM) dengan jumlah sebesar 48.812 jumlah Usaha Kecil Menengah
(UMKM), dan pada tahun 2019 jumlah Usaha Kecil Menengah (UMKM) juga mengalami
perkembangan namun tidak sebesar pada tahun 2018, yaitu sebesar 52.462, namun pada
tahun 2020 kenaikan jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang hanya sebesar
56.433, sama seperti tahun 2020, perkembangan jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) dengan total akhir yaitu sebesar 57.686. Hal ini dapat menjadi masukan bagi
stakeholder yang terlibat dalam pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) Kabupaten Nganjuk dengan memperhatikan pengelolaan dan peningkatan
kebutuhan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk kemajuan sektor tersebut.
Jumlah Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan indikator terbaik untuk
mengukur aktivitas UMKM.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang secara singkat,
adapun hal-hal yang mendasari peneliti untuk memilih variabel jumlah pelaku Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM), Variabel jumlah produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
untuk menjelaskan penelitian ini, dengan menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kabupaten Nganjuk. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk memilih variabel tersebut untuk
mengetahui masing-masing variabel permasalahan diatas, sehingga akan melakukan
penelitian yang berjudul”Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan UMKM
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka masalah penelitian ini telah dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaruh pertumbuhan Ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Nganjuk ?
2. Bagaimana Pengaruh Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Nganjuk ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut
1. Untuk menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (UMKM) Kabupaten Nganjuk
2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah produk dan jasa Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nganjuk
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan cakupan kajian dalam sebuah penelitian.
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kajian dalam penelitian yang berjudul Analisis Penagruh Peetumbuhan Ekonomi Dan
UMKM fokus mengkaji tentang Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan
UMKM Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nganjuk. Fokus kajian
tersebut peneliti dianggap sangat penting di ketengahkan untuk menjawab sejumlah
persoalan perekonomian yang ada di tengah-tengah masyarakat.
2. Objek yang peneliti akan teliti adalah Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan
UMKM Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Nganjuk
3. Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Nganjuk. Kabupaten Nganjuk merupakan
lokasi yang memiliki potensi terpendam dan sangat menarik. Potensi tersebut
diantaranya yaitu bahan baku untuk pembuatan produk UMKM seperti bawang
merah, jagung, padi, dll.
4. Ruang lingkup penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuantitatif dengan data Time
Series pada Kabupaten Nganjuk. Data dihadapkan melalui web resmi BPS Kabupaten
Nganjuk pada tahun 2017-2021, Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan
5. Ruang lingkup ini guna untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan
UMKM terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk. Penelitian
menggunakan variabel jumlah Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) Kabupaten Nganjuk sebagai variabel independen dan
Pendpatan Asli Daerah Kabupaten Nganjuk sebagai variabel dependen.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini yaitu salah satu bentuk tugas akhir untuk
menyelesaikan studi S1 di Program Studi Ekonomi Pembangunan, serta sabagai
bentuk implementasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan sehingga,
diharapkan mampu menambah wawasan terkait penelitian yang dilakukan.
2. Bagi Universitas, penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan informasi untuk
pengembangan mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan permasalahan
serupa.
3. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
gagasan informasi untuk mengelola dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi
melalui UMKM sebagai sarana kekayaan daerah.
4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna
untuk seluruh pembaca dan dapat dijadikan acuan yang berhubungan dengan
penelitian terhadap UMKM dan sejenisnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Abdul Halim (2004:94), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan
yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini
dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan
pembangunan daerah.
1. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Abdul Halim (2007:96), kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan
menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:
1) Pajak Daerah
a. Pajak Provinsi
b. Pajak Kabupaten/Kota

2) Retribusi Daerah, terdiri dari:


Retribusi jasa umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perijinan Tertentu
3) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah, yaitu:
Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, hasil pemanfaatan atau
pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
tuntutan ganti rugi , keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
oengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.

2. Kontribusi Pajak Derah


a. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Kesit Bambang Prakosa (2005: 2), pajak Daerah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
b. Jenis-jenis Pajak Darah
Pajak Daerah menurut Kesit Bambang Prakosa (2005:77) dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1) Pajak Propinsi, terdiri dari:
a) Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air.

b) Bea Balik Nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.


c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air di bawah Tanah dan
Air Permukaan

2) Pajak Kabupaten /kota


a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g) Pajak Parkir
Sedangkan jenis-jenis pajak daerah kabupaten/kota menurut Undang-
undang nomor 28 tahun 2009 antara lain:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bahan Logam dan Bantuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan perkotaan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bnagunan

c. Dasar Hukum
Peraturan perundangan mengenai pajak daerah mengalami bebrapa kali
perubahan. Peraturan perundangan di bidang pajak daerah antara lain UU
No.11 Drt Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah, UU No.18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, UU No.34 Tahun
2000 tentang Perubahan atas UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Deerah
dan Retribusi Daerah. Kemudian pada tahun 2009 pemerintah pusat
mengeluarkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
menggantikan UU No.34 Tahun 2000.
d. Objek Pajak Daerah Kabupaten/Kota
Objek pajak daerah Kabupaten/Kota sesuai undang-undang nomor 1 tahun
2011 tentang pajak Hotel, Undang-undang nomor 2 tahun 2011 tentang pajak
Restoran, Undang-undang nomor 3 tahun 2011 tentang pajak Hiburan,
Undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang pajak Reklame, Undang-undang
nomor 6 tahun 2011 tentang pajak Penerangan jalan, Undang-undang nomor
8 tahun 2011 tentang Pajak Parkir, Undang-undang nomor 10 tahun 2011
tentang pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Undang-undang nomor 13
tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah, dan Undang-undang nomor 14 tahun
2011 tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, sebagai
berikut:

1) Objek Pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan


pembayaran, termasuk:
a) Fasilitas penginapan atau fasilitas kelengkapan tinggal jangka
pendek.
b) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan
atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memebrikan
kemudahan dan kenyamanan.
c) Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk
tamu hotel, bukan untuk umum.
d) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan
di hotel, serta fasilitas dan jasa penunjang lainnya sebagai
kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan.

2) Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran


dengan pembayaran meliputi pelayanan penjualan makanan dan atau
minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat
pelayanan maupun di tempat lain termasuk jasa boga atau katering.\

3) Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan huburan meliputi:


tontonan film;pagelaran kesenian,musik,dan tarian modern;kesenian
rakyat/tradisional;pagelaran;busana,kontes;kecantikan,binaraga,dan
sejenisnya;pameran;diskotik;karaoke;klab malam; dan panti pijak;
sirkus, akronat, dan sulap; permainan bilyar, golf, dan bowling;
pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan;
refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); serta
pertandingan olahraga yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang
dengan dipungut bayaran.

4) Objek pajak reklame adalah penyelenggaraan benda, alat, pembauatan


atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan
komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memujikan suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik
perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari
suatu tempat terutama umum, kecuali dilakukan oleh pemerintah.

5) Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baim


yang dihasilkan oleh pembangkit listrik sendiri maupun yang
diperoleh dari sumber lain. Penggunaan tenaga listrik dengan
ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersdeia penerangan jalan
yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

6) Objek pajak pengambilan bahan galian golonagnC/Mineral bukan


logam dan batuan (MBLM) adalah pengambilan mineral bukan logam
dan batuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, Mineral Bukan Logam dan Batuan terdiri atas: Asbes; Batu
tulus, Batu setengah permata; Batu kapur; Batu apung; Batu permata;
Bentonit; Dolomit; Feldspar, Garam batu (halite); grafit;granit/andesit;
Gips; Kalsit; Kaolin; Leusit; Magnesit; Mika; Marmer; Nitral;
opsidien; Oker; Pasir dan kerikil; pasir kuarsa; Terlit; Phospat; Talk;
Tanah serap (Fuller earth); Tanah diatome; Tanah liat; Tawas (alum);
Tras; Yarosif; Yeolit; Basal; Trakkit; dan Mineral bukan logam dan
batuan lainnya sesuai dengan ketemtuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

7) Objek parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan


yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan
berkaitan atas pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan
garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

8) Objek Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah


perolehan hak atas tanah dan bangunan meliputi: Jual beli: Tukar
menukar; Hibah; Hibah wasiat; Waris; Pemasukan dalam
perseorangan atau badan hukum lain; Pemisahan hak yang
mengakibatkan peralihan; Penunjukan pembeli dalam lelang;
Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai hukum tetap;
Penggabungan usaha; peleburan usaha; Pemekaran usaha; Hadiah.

9) Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air


tanah dikecualikan dari objek pajak pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah untuk: keperluan dasar rumah tangga;
pengairan pertanian dan perikanan rakyat; peribadatan; dan kegiatan
sosial.
e. Dasar Pengenaan Pajak Derah Kabupaten
Dasar pengenaan Pajak Derah/ Kota berdasarkan Undang-undang nomor 1
tahun 2011 tentang Pajak Hotel, Undang-undang No.2 Tahun 2011 tentang
Pajak Restoran, Undang-undang Nomor 3 tahun 2011 tentang Pajak
Hibura, Undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak Reklame,
Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan,
Undang-undang nomor 8 tahun 2011 tentang Pajak Parkir, Undang-undang
nomor 10 tahun 2011 tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Undang-undang nomor 13 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah, dan
Undang-undang nomor 14 tahun 2011 tentang Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan, sebagai berikut:

1) Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayarn yang


dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau
seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau
jasa sebagai pembayaran kepada pemilik hotel.
2) Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima
atau seharusnya diterima sabagai imbalan atas penyerahan barang dan
atau jasa ssebagai imbalan kepada pemilik restoran.
3) Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima
atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan.
4) Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame, Nilai sewa
reklame, diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan,
jenis, jangka waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame, Cara
perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Hasil perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan
Kepala Daerah.
5) Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga
listrik yaitu jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya
pemakaian (kwh) yang ditetapkan dalam rekening listrik
6) Dasar pengenaan pajak pengambilan Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalh nilai jual hasil pengambilan mineral bukan Logam dan
batuan. Nilai jual dihitung dengan mengalikan volume hasil
pengambilan dengan nilai [asar atau harga standar masing masing
jenis mineral bukan logam dan batuan.
7) Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir.
8) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) adalah NPOP (Nilia Perolehan Objek Pajak).
9) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan Air Tnah,
yaitu: jenis volume air; lokasi sumber air; tujuan pengambilanatau
pemanfataan; volume air; dan kualitas air.
f. Tarif Pajak Daerah Kabupaten
Tarif jenis pajak daerah Kabupaten/ Kota berdasarkan Undang-undang
nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak Hotel, Undang-undang nomor 2 tahun
2011 tentang Pajak Restoran, Undang-undang nomor 3 tahun 2011 tentang
Pajak Hiburan, Undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak
Reklame, Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang Pajak Penerangan
Jalan, Undang-undang nomor 8 tahun 2011 tentang Pajak Prkir, Undang-
undang nomor 10 tahun 2011 tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan, Undang-undang nomor 13 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah,
dan Undang-undang nomor 14 tahun 2011 tentang Pajak Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, ditetapkan sebesar:
1) Pajak Hotel sebesar 10% (sepuluh persen), sedangkan untuk pajak
Rumah Kos sebesar 5% (lima persen)
2) Pajak Restoran dan atau Katering sebesar 10% (sepuluh persen)
3) Pajak Hiburan tontonan film sebesar 10%: pagelaran kesenian, musik
dan tari modern sebesar 15%; kesenian rakyat tradisional sebesar
10%;pagelaran busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya
sebesar 10%; diskotik,karaoke, dan klab malam sebesar 45%; sirkus,
akrobat dan sulap sebesar 10%; permainan bilyar, golf, dan bowlinh
sebesar 10%.
4) Pajak Reklame
Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame, yaitu
koefisien jenis reklame x harga bahan yang digunakan x lokasi
penempatan x waktu x jangka waktu penyelenggaraan x jumlah
reklame x ukuran media reklame.
5) Pajak Penerangan Jalan
Penggunaan tenaga lsitrik dari sumber lain oleh selain industri,
pertambangan minya bumi dan gas alam tarif pajak penerangan jalan
ditetapkan sebesar 8% (delapan persen) , sedangkan penggunaan
tenaga listrik dan sumber lain oleh industri, pertambangan minyak
bumi dan gas alam, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar
3% (tiga persen), dan penggunaan tenaga listrik yang diguanakan
sendiri, tarif pajak ditetapkan sebesar 1,5% ( satu koma lima persen)
6) Pajak penagmbilan Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB)
ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen)
7) Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen)
8) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) ditetapkan
sebesar 5% (lima persen), sedangkan tarif pajak atas perolehan hak
atas tanah dan/ atau bangunan yang didasarkan karena waris atau
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis keturunan harus satu derajat ke atas atau
satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
suami/istri, ditetapkan sebesar 2,5% (dua koma lima persen).
9) Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
g. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kontribusi masing-masing jenis pajak daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) merupakan rasio antara jenis pajak tertentu dengan total
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada suatu tahun tertentu, dan rasio antara
jumlah total pajak daerah terhadap total Pendapatan Asli Daerah (PAD)
[ada tahun tertentu, Rasio ini mengindikasikan besar kecilnya peran suatu
jenis pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin
tinggi rasio yang diperoleh berarti semakin besar pula kontribusi pajak
tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2.1.1.2 Analisis Rasio APBD ( Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
a) Pengertian Analisis Rasio APBD
Menurut Abdul Halim (2007:231), analisis rasio keuangan pada APBD
dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari suatu periode
dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaiana
kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara
membandingkan dengan rasio keuangan pemerintah dearah tertentu dengan
rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun potensi daerahnya yang
relatif sama untuk melihat bagaimana posisi keuangan pemerintah daerah
tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya. Beberapa rasio yang dapat
dikembangkan data keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) antara lain rasio kemandirian (ekonomi fiskal), rasio
efektivitas, efisien, dan debt service coverage rasio.
b) Rasio Keuangan Daerah
a) Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Realisasi PAD
Rasio Efektivitas PAD =
Target penerimaan PAD
Rasio Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan.
Kemampuan memperoleh PAD dikategorikan efektif apabila rasio ini
mencapai 1 atau 100%

biaya pemerolehan PAD


Rasio Efisiensi PAD =
Realisasi Penerimaan PAD
Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai
kurang dari 100% (semakin kecil rasio ini semakin baik). Untuk dapat
menghitung rasio efisiensi PAD ini diperlukan data tambahan yang
tidak tersedia di Laporan Anggaran, yaitu data tentang biaya
pemungutan PAD.
b) Rasio Efektivitas dan Efisien Pajak Daerah
Selain analisis rasio efektivitas dan efisien PAD, kita juga dapat
melakukan analisis efektivitas dan efisiensi pajak daerah.
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Rasio Efektivitas Pajak Daerah =
Target Penerimaan Pajak Daerah

Rasio efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah


daerah dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah
penerimaan pajak daerah yang ditargetkan. Rasio efektivitas pajak
daerah dianggap baik apabila mencapai angka minimal 1 atau 100%

Biaya Pemungutan Pajak Daerah


Rasio Efisiensi Pajak Daerah =
Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pajak


daerah dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari
100% (semakin kecil rasio ini maka semakin baik).
Untuk dapat menghitung rasio efisiensi pajak daerah ini deiperlukan
data tambahan tentang biaya pemungutan pajak.

c) Fungsi Analisis Rasio Keuangan Daerah


Hasil analisis rasio keuangan ini dapat digunakan untuk tolak ukuran
dalam:
1) Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai
penyelenggaraan otonomi daerah.
2) Mengukur efektivitas dan efisien dalam merealisasikan
pendapatan daerah.
3) Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam
membelanjakan pendapatan daerahnya.
4) Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan
dalam pembentukan pendapatan daerah.
5) Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode
waktu tententu.

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi


2.1.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono, “ pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan Output perkapita
dalam jangka panjang. Tekanannya pada tingkat tiga aspek, yaitu proses, Output
perkapita dan jangka panjang. Disini kita melihat tiga aspek dinamis dari suatu
pereonomian. Jadi, “pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan barang dan jasa akan meningkat”.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi
baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan
teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah
sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meingkatnya pendidikan dan
keterampilan mereka.
Menurut Sukirno (2011:13-14), di dalam buku (Lincolyn Arsyad). “Perbedaan penting
dengan pembangunan ekonomi, dalam pembangunan ekonomi tingkat pendapatan per
kapita terus menerus meningkat, sedangkan pertumbuhan ekonomi belum tentu diikuti
oleh kenaikan pendapatan per kapita”. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan
Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan
tersebut lebih besar atau kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan
struktut ekonomi terjadi atau tidaknya.
Selain itu pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai menelaah faktor-faktor
tertentu dari pertumbuhan output jangka menengah dan jangka panjang, faktor-faktor
penentu pertumbuhan adalah tenaga kerja yang penuh, teknologi tinggi, akumulasi modal
yang cepat, dan tabungan sebagai investasi yang tergantung pada besarnya pendapatan
masyarakat.

2.1.2.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi


Para ahli ekonomi sudah sejak lama berusaha untuk memahami konsep pertumbuhan
ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat di suatu negara ini. Dari pemikiran mereka,
dihasilkan aneka teori pertumbuhan ekonomi yang bisa kita pelajari.
Teori pertumbuhan ekonomi ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok,
yaitu teori klasik, teori neoklasik, teori neokeynes, teori W.W. Rostow, dan teori Karl
Bucher. Berikut penjelasannya
2.1.2.2.1 Teori Klasik
Teori pertumbuhan ekonomi aliran klasik ini sudah dikembangkan sejak abad ke-17. Ada
dua tookh yang paling berpengaruh terhadap pemikiran teori klasik ini, yaitu Adam Smith
dan David Ricardo.
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Adam Smith
Adam Smith adalah tokoh klasik yang banyak membahas mengenai teori –
teori ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi. Di dalam bukunya yang berjudul
An Inquiry Into the Nature and Cause Weaklth of Nation (1776), Adam Smith
menguraikan pendapatnya tentag bagaimana menganalisis pertumbuhan ekonomi
melalui dua faktor, yaitu faktor output total dan faktor pertumbuhan penduduk.
Perhitungannya output total dilakukan dengan tiga variabel, meliputi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan persediaan capital atau modal. Sedangkan
untuk faktor kedua, yaitu pertumbuhan penduduk, digunakan untuk menentukan
luas pasar dan laju pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut David Orlando
Pemikiran David Orlando dalam hal pertumbuhan ekonomi yang paling
dikenal adalah tentang the law of diminishing return. Pemikirannya ini tentang
bagaimana pertumbuhan penduduk atau tenaga kerja yang mampu
mempengaruhi penurunan produk marginal karena terbatasnya jumlah tanah.
Menurutnya, peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat
membutuhkan kemajuan teknologi dan akumulasi modal yang cukup. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai

2.1.2.2.2 Teori Neoklasik


Dalam Teori Neoklasik Pertumbuhan Ekonomi, dua tokoh yang paling populer adalah Joseph
A Schumpeter dan Robert Solow
1. Pertumbuhan Ekonomi menurut Joseph A Schumpeter
Menurut Joseph A Schumpeter dalam bukunya yang berjudul The Theory of Economic
Development, membahas mengenai peran pengusaha dalam pembangunan. Schumpeter
menyimpulkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah proses inovasi
yang dilakukan oleh para innovator dan wirausahawan
2. Pertumbuhan Ekonomi menurut Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa Pertumbuhan Ekonomi adalah rangkaian yang bersumber
pada empat faktor utama, yaitu manusia, akumulasi modal, teknologi modern dan hasil
(output)

2.1.2.2.3 Teori Neokeynes


Dalam teori Neokeynes dikenal tokoh Roy F. Harrod dan Evsey D Domar. Pandangan
kedua tokoh tersebut adalah tentang adanya pengaruh investasi terhadap permintaan agregat
dan pertumbuhan kapasitas produksi. Sebab, investasi inilah yang kemudian dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori Neokeynes ini memiliki pandangan bahwa
penanaman modal adalah komponen yang sangat utama dalam proses penentuan suksesnya
pertumbuhan ekonomi.

2.1.2.2.4 Teori W,W Rotsow


W.W Rotsow banyak membahas mengenai pertumbuhan ekonomi dan Teori
Pembangunan. Berbagai pemikirannya dituangkan dalam salah satu bukunya berjudul The
Stages of Economics, A Non Comunist Manifesto. Dalam buku tersebut, Rotsow
menggunakan pendekatan sejarah untuk menjabarkan proses perkembangan ekonomi yang
terjadi dalam suatu masyarakat.
Menurutnya, dalam suatu masyarakat, proses pertumbuhan ekonomi tersebut
berlangsung melalui beberapa tahapan, meliputi:
1. Masyarakat tradisional (traditional society)
2. Tahap prasyarat tinggal landas (praconditious of take off)
3. Tahap tinggal landas (the take off)
4. Tahap menuju kedewasaan (maturity)
5. Tahap komsumsi tinggi (high mass comsumtion)

2.1.2.2.5 Teori Karl Bucher


Seperti Rotsow, Karl Bucher juga memiliki pendapat tersendiri mengenai
tahapan perkembangan ekonomi yang berlangsung dalam suatu masyarakat. Tahapan
pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucjer adalah:
1. Produksi untuk kebutuhan sendiri (rumah tangga tertutup)
2. Perekonomian sebagai bentuk perluasan pertukaran produk di pasar (rumah
tangga kota)
3. Perekonomian nasional dengan peran perdagangan yang semakin penting
(rumah tangga negara)
4. Kegiatan perdagangan yang telah meluas melintasi batas negara (rumag
tangga dunia)

2.1.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perymbuhan Ekonomi


Menurut Sukirno (2010:213) “Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh
faktor ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi meliputi
Sumber Daya Alam, Dumber Daya Manusia, Modal, Teknologi dan sebagainya”.
a. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan faktor utama yang berpengaruh
terhadap perkembangan perekonomian Kekayaan alam suatu
negara meliputi luas dan kesuburan tanah,keadaan iklim dan
cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan serta kendungan mineral.
Tersedianya sumber daya alam yang melimpah akan
mempermudah usaha dalm mengembangkan perekonomian
suatu negara, terutama pada masa awal pertumbuhan ekonomi.
Suatu negara yang kekurangan sumber daya alam tidak dapat
membangun dengan cepat.

b. Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian. SDM
meliputi kualitas dan kuantitas dalam pertumbuhan ekonomi
suatu Negara.

c. Modal
Modala merupakan persediaan faktor produksi yang secara
fisik dapat diproduksi kembali. Permbentukan modal atau
akumulasi merupakan investasi dalam bentuk barang modal
yang bertujuan untuk menaikkan stok modal, Output nasional
dan pendapatan nasional. Sehingga pembentukan modal
menjadi salah satu kunci dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi. Pembentukan modal dapat meningkatkan output
nasional dengan bermacam-macam cara. Investasi di bidang
barang modal tidak hanya meningkatkan produksi saja, tetapi
juga akan membawa ke arah kemajuan teknologi

d. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi menjadi faktor yang penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Dengan kemajuan teknologi akan
mendorong munculnya penemuan-penemuan baru yang dapat
meningkatkan produktivitas pekerja, modal dan faktor produksi
yang lain.
Menurutnya Kuznet (2011:26), “terdapat lima pola
penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi
modern. Kelima pola tersebut meliputi: penemuan ilmiah atau
penyempurnaan dan penyebarluasan teknik, investasi, inovasi,
penyempurnaan dan penyebarluasan yang biasanya diikuti oleh
penyempurnaan. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan
oleh Schumpeter bahwa inovasi (pembaharuan) sebagai faktor
teknologi yang penting dalam pertumbuhan ekonomi.

2.1.3. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)


2.1.3.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)
Menurut Tambunan, (2012:22), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan
antara Usaha Mikro (UMi), Usaha Kecil (UK), dan Usaha Menengah (UM),
umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset
rata-rata pertahun atau jumlah pekerja tetap. Di Indonesia, definisi UMKM diatur
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Usaha Mikro
Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau bukan badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dilakukan,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud Undang-undang. Usaha mikro adalah unit usaha
yang memiliki aset paling banyak Rp.50.000.00 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling besar
Rp.300.000.000
2. Usaha Kecil

Usaha kecil diharapkan mampu memberikan lapangan kerja baru. Jika


pertumbuhan penyerapan tenaga kerja oleh sektor usaha besar dan
menengah konsisten, maka sasaran pengangguran bahkan jika
pengembangan kewirausahaan dan penumbuhan unit usaha baru
dilaksanakan secara optimal, pengangguran terbuka akan dapat ditekan
Adanya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan diharapkan dengan
paling banyak aset Rp.500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan dari Rp.300.000.000 hingga
maksimum Rp.2.500.000.000

3. Usaha Menengah

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Usaha menengah adalah
perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000 hingga
paling banyak Rp.100.000.000.000 hasil penjualan di atas
Rp.2.500.000.000.000 milyar sampai paling tinggi Rp.50.000.000.000

4. Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Pengertian Usaha Kecil di Indonesia masih sangat beragam. Menurut


Departemen Perindustrian dan Bank Indonesia (1990) mendefisinikan usaha
kecil berdasarkan nilai asetnya, yaitu suatu usaha yang asetnya (tidak
termasuk tanah dan bangunan) bernilai kurang dari Rp.600.000.000.
sedangkan Departemen Perdagangan mendefinisikan usaha kecil sebagai
usaha yang modal kerjanya kurang dari Rp.25.000.000. Menurut Badan Usaha
Pusat Statistik (BPS), industri kecil adalah usaha industri yang melibatkan
tenaga kerja anata 5 sampai 19 orang. Sedangkan industri rumah tangga adalah
usaha industri yang memperkerjakan kurang dari 5 orang.
Secara umum pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
adalah usaha yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan
baku utama berbasis pada pendayagunaan Sumber Daya Alam, bakat dan
karya seni tradisional dari daerah setempat. Adapun ciri-ciri UMKM adalah
bahan baku mudah diperoleh, menggunakan teknologi sederhana seningga
mudah dilakukan alih teknologi, keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki
secara turun temurun, bersifat pada karya atau menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak, peluang dasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di
pasar lokal atau domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk
diekspor, bebrapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya
seni budaya daerah setempat serta melibatkan masyarakat ekonomi lemah
setempat secara ekonomis dan menguntungkan.

2.1.3.2. Peranan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan UMKM


Pembangunan ekonomi berbasis usaha mikro, kecil dan menengah
menjadi industri kreatif dengan ide-ide inovatif potensial yang berkontribusi
terhadap pembangunan produk barang dan jasa. Industri kreatif menwarkan
jasa yang dapat digunakan sebagai input dari aktivitas inovatif perusahaan dan
organisasi baik yang berada di dalam lingkungan industri kreatif maupun yang
berada diluar industri. Industri kreatif juga menggunakan teknologi secara
intensif sehingga dapat mendorong inovasi dalam bidang teknologi tersebut.
Industri kreatif digambarkan sebagai kegiatan ekonomi yang penuh aktivitas.
Pertumbuhan ekonomi yang cepat dapat dsaja dilakukan dengan
memfokuskan pada sektor-sektor usaha kreatif, tanpa harus diikuti penciptaan
tenaga kerja yang memadai. Pengalaman pembangunan Selama Orde Baru
memberikan ilustrasi sepintas bagaimana mudahnya memicu pertumbuhan
malalui pendekatan usaha kreatif dan inovatif. Menurut Howkins (2011:71)
ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif
yang berpotensi meingkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan menurut
Wahyudi(2010:29) berpendapat industri kreatif dapat mendukung kluster-
kluster kreatif dalam mempertemukan perusahaan publik dan swasta dengan
pertumbuhan perusahaan dan sosial yang terbukti semakin populer di tingkat
kota. Menurut Wirawan ( 2012:47) mengemukakan industri kreatif dapat
diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan
atau penggunaan pengetahuan dan informasi.kegiatan kreatif yang terkait
dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan
konsultasi identitas perusahaan. Desain fahsion, kegiatan kreatif yang terkait
dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode
lainnya.

2.1.3.3. Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Daerah


Menurut Navastara (2014:26) mengemukakan bahwa kebijakan yang
dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan potensi wilayah
adalah kebijakan pengembangan ekonomi lokal. Telah teruji dalam beberapa
kali krisis ekonomi di Indonesia, sektor usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) mampu menjadi katup pengaman dari akses akibat krisis. Walaupun
harus diakui pula, setelah krisis ekonomi berlalu, usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) tetap tidak mengalami perubahan kebijakan yang berarti.
Kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) diakui juga diberbagai
perekonomian daerah. Pengembangan ekonomi lokal adalh suatu proses yang
dapat mencoba dan merumuskan kelembagaan-kelembagaan daerah,
peningkatan kemampuan sumber daya manusia untuk menciptakan produk-
produk unggulan yang lebih baik, pencarian pasar, alih pengetahuan dan
teknologi, serta pembinaan industri kecil dan kegiatan usaha pada skala lokal.
Peranannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja, sangat besar. Dan pada banyak kasus di beberapa
negara sektor ini mampu menggerakkan sektor rill pada berbagai lapangan
usaha, sehingga mampu memberikan kontribusi pada pembentunkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pada krisis ekonomi 2009, peran usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) dalam penyerapan kerja masih bisa diandalkan.
Rontoknya industri besar dan sektor formal pada umunya, usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM) merupakan pilihan yang paling rasional. Ini terjadi
karena masalah struktur ekonomi yang ketergantungan pada ekonomi dunia
yang sangat kuat.

2.1.3.4. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)


Terkait pengembangan ekonomi usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) DI Indonesia, Pemerintah mengeluarkan Inpres No.6 Tahun 2009
tanggal 5 Agustus 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dalam
rangka mendorong percepatan pengembangan ekonomi kreatif di berbagai
wilayah, khususnya Kabupaten/Kota sebagai pengahasil uatama produk
unggulan, maka perlu dilakukan percepatan ke arah pemanfaatan sumber daya
ekonomi lokal dan penggunaan produk yang telah memperoleh sentuhan nilai
tambahan secara optimal dan berkelanjutan

2.1.3.5. Faktor Pendukung Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM)


Pengembangan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
banyak mengalami dukungan dari berbagai aspek. Seperti adanya program
pendampingan dari unit kerja pemerintah maupun lembaga yang dibentuk oleh
pemerintah daerah sebagai mitra yang memberikan pengetahuan dan
pengalaman terhadap pelaku industri pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dengan mengadakan berbagai pelatihan, pembekalan, pembinaan,
serta monitoring kepada para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Kemudian dari kualitas sumber daya manusia sendiri membuktikan
bahwa kemampuan dan kreativitas pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) yang dimiliki oleh setiap individu dapat menjadikan industri kreatif
semakin diberdayakan. Potensi sumber daya alam juga dapat menjadi faktor
pendukung. Dengan mengetahui Intensitas pemanfaatan didalam Industri
kreatif pemenfaatan sumber daya alam yang ada, maka strategi pengembangan
didalam industri kreatif usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus
memperhatikan aspek kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang
dibutuhkan dalam industri tersebut
Menurut Aisyah (2015:25) terdapat pula faktor pengahmabt yang
dianggap akan dalam menjalankan sektor pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) seperti masalah permodalan, kurangnya bahan baku yang
berkualitas, dan sarana prasarana pemasaran. Para pemilik usaha industri
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah( UMKM) mengakui untuk masalah
pemasaran masih dilakukan sebatas kemampuan mereka dengan berkerjasama
dengan orang-orang terdekat atau yang mereka kenal pihak pemerintah daerah
sendirimengaku sudah melakukan berbagai sosialisasi dan pembinaan serta
pembekalan kepada para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
untuk usaha pengembangan industri kreatif ini. Namun masih dibutuhkan
partisipasi dari berbagai pihak agar pengembangan industri pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) khususnya sektor kerajinan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.1.3.6. Konsep Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Menurut Wirawan (2012:53) pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah


(UMKM) merupakan kemampuan suatu komoditas untuk memasuki pasar luar
negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di pasar tersebut, dalam artian jika
suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang banyak
diminati konsumen. Keunggulan dalam daya saing suatu komoditas
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan alamiah atau keunggulan
absolut (nature advantage) dan keunggulan yang dikembangkan (acquired
advantage).
Menurut Barney (2009:64) ada tiga aspek yang mempengaruhi pemberdayaan
usaha mikro,c kecil dan menengah (UMKM) dalam sebuah usaha kreatif yang
berdampak pada kinerja usaha yaitu faktor internal yang kuat, lingkungan
eksternal, dan pengaruh usaha itu sendiri. Melalui pendekatan kompetisi dari
suatu proses atau prespektif perilaku. Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun
2009 tentang bahwa Standar Proses, menyatakan bahwa, daya saing adalah
kemampuan untuk menunjukkan hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih
bermakna. Kemampuan yang dimaksud dalam Permendiknas Nomor 41 tahun
2007 tersebut meliputu:
1. Kemampuan memperkokokh posisi pasarnya.
2. Kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya.
3. Kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti.
4. Kemampuan menegakkan posisi yang menguntungakn pada setiap jenis usaha
yang dijalankan.
Sebuah model konseptual untuk daya saing usaha kreatif disusulkan yang
terdiri dari lingkup kompetitif, kemampuan organisasi perusahaan, kompetensi
kewirausahaan dan kinerja. Hubungan antara bidang kompetensi dan
konstruksi lainnya dalam daya saing adalah pusat model lingkup kompetitif,
menciptakan kemampuan organisasi dan menetapkan tujuan pelaku bisnis
dalam pengembangan usaha.

2.2. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Metode Hasil


. peneliti Penelitian Penelitia Penelitian
Dan n
Tahun
1. Chindy Analisis Variabel X: Analisis Nilai
Febry Pengaruh Pendapatan Regresi probabilitas
Rory, Pendapatan Asli Daerah. Linier atau tingkat
Antonius Y Asli Daerah estimasi dari
Luntungam (PAD) Variabel Y: variabel
, dan Audie Terhadap Pertumbuha Pendapatan
O Niode. Pertumbuha n Ekonomi Asli Daerah
(2016) n Ekonomi terhadap
Di Provinsi Pertumbuhan
Sulawesi Ekonomi
Utara Tahun adalah
2001-2013 sebesar
0,0000 atau
1%. Dengan
demikian
hipotesa yang
menyatakan
PAD yang
menyatakan
PAD
berpengaruh
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
dapat
diterima atau
terbukti.
Hasil
Penelitian ini
menyatakan
bahwa
besaran PAD
yang
diperoleh dan
tingkat
Pertumbuhan
Ekonomi
2 Abdul Pengaruh Variabel X: Analisis UMKM tidak
Halim. Pertumbuha Pertumbuha Hipotesis berpengaruh
(2020) n Usaha n Ekonomi Regresi terhadap
Mikro, Linier pertumbuhan
Kecil dan Variabel Y: ekonomi
Menengah Pertumbuha dimana kita
Terhadap n Ekonomi bisa lihat
Pertumbuha bahwa
n Ekonomi perkembanga
Kabupaten n pendapatan
Mamuju UMKMyang
meningkat
saat itu
adalah
UMKM yang
sudah ada
atau yang
sudah lama
bergerak
didalamnya
dan adapun
UMKM yang
baru namun
belum
berpengaruh
terhadap
kontribusi
pertumbuhan
ekonomi di
Kabupaten
Mamuju
3. Nadya Fitri Pengaruh Variabel X: Analisis Usaha Mikro,
Setiawan, Pertumbuha Pertumbuha Regresi Kecil dan
Nurlaila n Ekonomi n ekonomi, Linier Menengah
Hanum, dan Usaha usaha mikro Berganda berpengaruh
dan Mikro, kecil negatif dan
Asnidar. Kecil dan menengah tidak
(2021) Menengah signifikan
Terhadap Variabel Y: terhadap
Pendapatan Pendapatan Pendapatan
Asli Daerah Asli Daerah Asli Daerah
di Kota di Kota
Langsa Langsa. Maka
pernyataan
hipotesis
kedua
menyatakan
bahwa Usaha
Mikro, Kecil
dan
Menengah
berpengaruh
signifikan
terhadap
Pendapatan
Asli Daerah
di Kota
Langsa,
Ditolak.
4. Soko Pengaruh Variabel X: Sampling Tahun 2010-
Wikardojo Pertumbuha Pertumbuha Purposiv 2019
(2019) n Ekonomi n Ekonomi, e sample menunjukkan
Dan Usaha Usaha bahwa
Mikro, mikro kecil pertumbuhan
Kecil dan dan ekonoi
Menengah menengah mengalami
(UMKM) fluktuatif
Terhadap Variabel Y: yakni dari
Pendapatan Pendapatan 4,74% persen
Asli Daerah Asli Daerah pada tahun
(PAD) Di 2010
Kabupaten meningkat
Malang menjadi
6,46% pada
tahun 2019.
Dan jika
dibandingkan
dari
kesembilan
sektor
pertumbuhan
ekonomi,
maka
menujukkan
sektor
perdagangan,
hotel, dan
restoran
merupakan
sektor
tertinggi
pencapaian
presentase
usahanya
yaitu 9,36%
pada tahun
2019 dan
sektor
pertanian
merupakan
sektor
terendah
dalam
pencapaianny
a yaitu
4,74%.
5. Lutfiyah Pengaruh Variabel X: Sampling Tahun 2004-
(2017) Pertumbuha Pertumbuha Purposiv 2013
n Ekonomi n Ekonomi, e sample menunjukkan
Dan Usaha Usaha bahwa
Mikro, Mikro Kecil pertumbuhan
Kecil dan Menengah. ekonomi
menengah mengalami
Terhadap Variabel Y: fluktuatif
Pendapatan Pendapatan yakni dari
Asli Daerah Asli Daerah 4,73% pada
Di tahun 2004
Kabupaten meningkat
Bangkalan menjadi
6,46% pada
tahun 2013.
Dan jika
dibandinhkan
dari
kesembilan
sektor
pertumbuhan
ekonomi,
maka
menunjukkan
sektor
perdagangan,
hotel, dan
restoran
merupakan
sektor
tertinggi
pencapaian
presentase
usahanya
yaitu 9,36%
pada tahun
2013 dan
sektor
pertanian
merupakan
sektor
terendah
dalam
pencapaianny
a yaitu 4,74%
6. Andina Pengaruh Variabel X: Analisis Nilia rata-rata
Oktasa, Kunjungan Kunjungan Regresi PAD kota
Ismanto Wisata, wisata, Linier Surabaya
Hadi UMKM, UMKM, Berganda selama
Santoso, Restoran Restoran, periode di
dan Retno dan Hotel hotel tahun 1989-
Febriyastut Terhadap 2018 yang
i PAD Kota Variabel Y: memiliki nilai
Widyawati Surabaya Pendapatan sebesar
(2020) Tahun Asli Daerah 2489.067
1989-2018 juta. Hal ini
menunjukkan
bahwa nilai
tengah atau
nilai
konsentrasi
memiliki nilai
sebesar
2584.500
juta. Dengan
ini nilai
tertinggi
konsentrasi
PAD yang
dicapai oleh
Kota
Surabaya
sebesar
5277.000 juta
selama tahun
2018-1989
dan nilai
PAD terendah
sebesar
1050.000
juta. Dengan
nilai ini
standart
deviasi
sebesar
1149.690
dengan satuan
jutaan rupiah.
7. Prisma Pengaruh Variabel X: Analisis PAD Kota
Dwi Kunjungan Kunjungan regresi Surakarta di
Anggraeni Wisata, Wisata, linier tahun 2005-
(2022) UMKM, UMKM, berganda 2020
Pajak Pajak memiliki rata-
Hiburan, Hiburan, rata nilai
Retribusi Retribusi sebesar
Pariwisata Pariwisata Rp.343.385
Terhadap juta,
PAD di Variabel Y: kemudian
Kota Pendapatan nilai terendah
Surakarta Asli Daerah PAD Kota
Surakarta
sebesar
Rp.1139.560
juta. Dalam
variabel
kunjungan
wisata dengan
rata-rata
2.055.248
orang,
kemudian
nilai terendah
kunjungan
wisata Kota
Surakarta
sebesar
354.106
orang,
sedangkan
nilai tertinggi
sebesar
4.395.550
orang.
UMKM Kota
Surakarta
memiliki nilai
rata-rata 101
unit UMKM
berbasis
wisata, dan
nilai terendah
sebesar 85
unit
sedangkan
nilai tertinggi
122 unit.
8. Pradnya Pengaruh Variabel X: Analisis UKM di Kota
Paramita Pertumbuha Jumlah Regresi tersebar di 3
Hapsari, n Usaha UKM, Linier kecamatan di
Abdul Kecil dan Penterapan data Time Kota Batu
Hakim, Menengah Tenaga Series yaitu Junrejo,
Saleh (UKM) Kerja Batu dan
Soeaidy Terhadap UKM,Moda Bumiaji.
(2014) Pertumbuha l UKM, Dari hasil
n Ekonomi Laba atau penelitian
Daerah keuntungan data sekunder
(Studi di yang 3 kecamatan
Pemerintah diperoleh tersebut
Kota Batu) UKM diperoleh data
time series 4
Variabel Y: variabel
Produk independen
Domestik penelitian ini
Bruto yaitu jumlah
(PDB) UKM,
tenagakerja
UKM, Modal
UKM dan
laba UKM
dari tahun
2007 hingga
tahun 2011
serta variabel
dependen
yaitu data
PDRB Kota
Batu dari
tahun 2007
hingga tahun
2011
2.3 Kerangka Pikir
Tabel 2.1 Kerangka Pikir

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah (UMKM) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Nganjuk

Terdapat penurunan dalam Pendapatan Asli Daerah dalam beberapa tahun terakhir, yaitu
pada sektor pertumbuhan ekonomi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
sehingga pendapatan sektor pertumbuhan ekonomi dan Usaha Mikro , Kecil dan
Menengah (UMKM) menurun dan mempengaruhi pendapatan Asli Daerah

1. Bagaimana Pengaruh jumlah Pertumbumbuhan Ekonomi Terhadap PAD di Kabupaten Nganjuk


2. Bagaimana Pengaruh jumlah Usaha Mikro, kecil dan Menengah Terhadap PAD di Kabupaten
Nganjuk

Teori: Penelitian:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1. Abdul Halim (2020)
2. Pertumbuhan Ekonomi 2. Soko Wikardojo (2019)
3. UMKM 3. Lutfiyah (2017)
4. Prisma Dwi Anggraeni (2022)
5. Nadya Fitri Setiawan, Nurlaila Hahum, dan Asnidar (2021)
- Jumlah Pertumbuhan Ekonomi (X1)
- Jumlah Usaha Mikro, Kecil Menengah (X2)

Pendapatan Asli Daerah (Y)

Analisis Kuantitatif:

- Estimasi Data Panel


- Pemilihan Model
- Uji Asumsi Klasik
- Uji Hipotesis

Temuan Hasil

Implementasi Data
Dari kerangka pemikiran diatas adanya pemikiran bahwa variabel X1 yaitu jumlah Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Nganjuk, Variabel X2 yaitu Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Kesimpulan
di Kabupaten Nganjuk, serta kemungkinan semua variabel X (Independen) berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nganjuk.

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah awal yang pernyataan masih lemah dan perlu dibuktikan. Setelah
menjalankan hipotesis selanjutnya, uji kebenarannya menggunakan data empiris dari temuan
penelitian. Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, maka hipotesis dari penelitian
dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga ada pengaruh jumlah Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Nganjuk.
2. Diduga ada pengaruh jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nganjuk.

Anda mungkin juga menyukai