Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI


SEKTOR BASIS DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

OLEH

YONGKI PRABOWO
NIM : 1602123405

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN


ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
SKRIPSI

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI


SEKTOR BASIS DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

OLEH

YONGKI PRABOWO
NIM : 1602123405

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU


EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

JUDUL : ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI


SEKTOR BASIS DALAM PENYERAPAN TENAGA
KERJA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
NAMA : YONGKI PRABOWO
NIM : 1602123405
PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN

JURUSAN : ILMU EKONOMI

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

DR. SRI ENDANG KORNITA, SE, M.Si DR. HENDRO EKWARSO, M.Si
NIP. 19691118 1995512 2 001 Nip. 19610209 198703 1 002

KETUA JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS RIAU

DR. YUSNI MAULIDA, SE, M.Si


NIP.19670625 199303 2 001
i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat


Allah Subahanu wa Ta’ala, yang karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya
penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Peran Sektor Pertanian Sebagai
Sektor Basis Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Kuantan
Singingi ”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak


kekurangan baik dari segi tata Bahasa, teknik penulisan, maupun dari segi
ilmiahnya. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan ikut berperan dalam
membangun ilmu yang penulis tekuni sekarang.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan moral
maupun materi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yakni
kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Alvi Furnawati Alwi, S.E., M.M Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Riau.

2. Ibu Dr. Yusni Maulida,SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau, Bapak Ando Fahda Aulia,SE,
ME, MBA (IB), Ph.D Selaku Sekretaris Jurusan Jurusan Ilmu Ekonomi, dan
Ibu Rahmita Budiartiningsih, SE, Hum. Selaku Koordinator Program Studi
Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau.
3. Ibu Dr. Sri Endang Kornita SE, M.Si selaku Pembimbing I dan bapak
Dr. Hendro Ekwarso, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Bapak Dr. Hendro Ekwarso, M.Si selaku Penasehat Akademis yang telah
membimbing penulis dari awal kuliah hingga saat ini menyelesaikan studi
5. Kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semua ilmu dan
kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Dan Kepada seluruh
Karyawan/Karyawati dan seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau atas pelayanan selama penulis berkuliah.
6. Teristimewa skripsi ini penulis persembahkan untuk orang tua tercinta
Ayahanda Asmarno dan ibunda Devi Susanti, serta adik kandung Yona
Marlin yang senantiasa memberikan motivasi,do’a, dukungan serta materil.
Demikianlah, penulis berhapar semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya. Semoga Allah SWT melimpahkan semua
rahmat-nya bagi kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.

Pekanbaru, 17 Januari 2023


Penulis

Yongki Prabowo
Nim.1602123405
ii

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN SEBAGAI SEKTOR BASIS


DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KUANTAN
SINGINGI

Oleh:

Yongki Prabowo

ABSTRAK

Keberhasilan daerah dalam perekonomian sangat tergantung pada


perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan. Sehingga dengan adanya
penelitian mengenai analisis peranan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam
penyerapan tenaga kerja di kabupaten kuantan singingi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui untuk mengetahui peran sektor pertanian sebagai sektor basis
dalam penyerapan tenaga kerja di kabupaten Kuantan Singingi. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data adalah
dokumentasi yaitu pengambilan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Riau. Data dianalisis menggunakan metode location Quotient (LQ).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peranan sektor pertanian terhadap
pertumbuhan ekonomi menunjukkan nilai LQ dari tahun 2016 sampai tahun 2021
> 1. Sektor pertanian memiliki potensi dan prospek yang besar dalam
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kuantan Singingi terutama pada penyerapan
tenaga kerja baik tempatan luar daerah dan perkembangan pendapatan perkapita
penduduk atau bisa disebut sektor ini merupakan sektor basis. Peranan sektor
pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kuantan Singingi
dengan angka pengadaan tenaga kerja selama tahun 2016-2021 mengalami
peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 1 (satu) orang dapat
meningkatkan kesempatan kerja keseluruhan sebanyak 2 (dua) orang di wilayah
Kabupaten Kuantan Singingi. Terkait hal tersebut maka pemerintah daerah
Kabupaten Kuantan Singingi dan instansi-instansi terkait di harapkan untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang bermanfaat dalam mengembangkan ekonomi
terutama dalam sektor pertanian. Karena sektor pertanian mampu menyerap
tenaga kerja yang cukup besar di Kabupaten Kuantan Singingi.
Kata kunci : Sektor Pertanian, Sektor Basis Dan Tenaga Kerja
ANALYSIS OF THE ROLE OF THE AGRICULTURAL SECTOR AS THE
BASE SECTOR IN LABOR ABSORPTION IN KUANTAN SINGINGI
DISTRICT

By:

Yongki Prabowo

ABSTRACT

The succes of the region in the economy is highly dependent on


development planning for the area concerned. So with that research on the
analysis of the agricultural sector as a deep base sector absorption on labor
kuantan singingi district. This study aims to find out the role of the agricultural
sector as the basis sector in absorbing labor in Kuantan Singingi district. The
type of data used is secondary data with data collection techniques is
documentation, namely data collection from the Central Bureau of Statistics
(BPS) of Riau Province. Data were analyzed using the location Quotient (LQ)
method.
The results of this study indicate that the role of the agricultural
sector in economic growth shows an LQ value from 2016 to 2021 > 1. The
agricultural sector has great potential and prospects for economic growth in
Kuantan Singingi Regency, especially in employment both locally and outside
the region and income development per capita population or can be called this
sector is the base sector. The role of the agricultural sector in absorbing labor
in Kuantan Singingi Regency with the number of labor procurement during
2016-2021 has increased employment opportunities in the agricultural sector by
1 (one) person can increase overall employment opportunities by 2 (two) people
in the area of Kuantan Singingi Regency . Related to this, the local government
of Kuantan Singingi Regency and related agencies are expected to make
policies that are useful in developing the economy, especially in the agricultural
sector. Because the agricultural sector is able to absorb a large enough
workforce in Kuantan Singingi Regency.

Keywords: Agricultural Sector, Base Sector And Labor


iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
ABSTRAK...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................10
1.5 Sistematika Penulisan...........................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................13


2.1 Landasan Teori....................................................................................13
2.1.1 pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.................................13
2.1.2 kesempatan kerja dan tenaga kerja............................................17
2.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)...........................22
2.1.4 Peranan dan Potensi Sektor Pertanian......................................23
2.1.5 Pembangunan Pertanian............................................................25
2.1.6 Hubungan Antara Pertanian Dan Perekonomian.......................30
2.1.7 Defenisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian.................................32
2.1.8 Teory LQ (Location Quotient)..................................................34
2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................36
2.3 Kerangka Pemikiran............................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................43


3.1 Lokasi dan waktu penelitian.................................................................43
3.2 Jenis dan Sumber Data.........................................................................43
3.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................43
3.4 Teknik Analisis Data............................................................................44

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN.............................................46


4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuantan Singingi..................................46
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi………………………….......…46
4.1.2 Luas dan Batas Wilayah………………………………..........46
4.2 Keadaan Demografi..............................................................................48
4.2.1 Kependudukan.........................................................................48
4.2.2 Ketenagakerjaan......................................................................48
4.3 Perekonomian.......................................................................................49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................50


5.1 Hasil Penelitian.....................................................................................50
5.1.1 Peran Sektor Pertanian Sebagai Sektor Basis
Di Kabupaten Kuantan Singing...............................................50
5.1.2 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Di Kabupaten Kuantan Singingi.......................55
5.2 pembahasan .........................................................................................58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................64

6.1 Kesimpulan...........................................................................................64
6.2
saran......................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................66
LAMPIRAN.......................................................................................................71
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDRB)


Provinsi Riau Tanpa Migas Tahun 2019-2021.................................................12

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi..............................................48

Tabel 5.1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten


Kuantan Singingi Tahun 2016-2021...............................................................50

Tabel 5.1.2 Indeks Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten


Kuantan Singingi Tahun 2016-2021................................................................52

Tabel 5.1.3 Nilai LQ Sektor Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan Pada Kabupaten
Kuantan Singingi 2016-2021............................................................................53
Tabel 5.1.4 Jumlah Tenaga Kerja Keseluruhan Dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Di Kabupaten Kuantan Singingi 2016-2021.....................................................55

Tabel 5.1.5 Hasil Perhitungan Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Di Kabupaten Kuantan Singingi Selama Tahun 2016-2021............................56
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran........................................................................................42


vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDRB)


Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016-2021..............................................71

Lampiran 2 : Distribusi Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten


Provinsi Riau Tahun 2016-2021.....................................................................72

Lampiran 3 : Distribusi Indeks Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten


Kuantan Singingi Tahun 2016-2021................................................................74

Lampiran 4 : Nilai LQ Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pada


Kabupaten Kuantan Singingi 2016-2021......................................................75

Lampiran 5 : Nilai LQ Sektor Pertanian di Kaitkan dengan Pertumbuhan


Ekonomi Kabupaten Singingi Tahun 2016-2021............................................75

Lampiran 6 : Hasil perhitungan angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian


di Kabupaten Kuantan Singingi selama tahun 2016-2021..............................76

Lampiran 7 : Lima Sub Sektor Pertanian Kabupaten Kuantan Singingi............................76


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan atas

sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya tersebut

terdiri dari sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan,

sumber daya laut, maupun keanekaragaman hayati yang terkandung

di dalamnya dan tersebar secara luas pada setiap pulau-pulau di

Indonesia. Kekayaan alam yang dimiliki tersebut dapat menjadi

modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi bagi Indonesia.

Salah satu kekayaan alam yang menjadi modal dalam pelaksanaan

pembangunan ekonomi yaitu sumber daya alam pada sektor

pertanian.

Sektor pertanian masih menjadi andalan penciptaan

lapangan pekerjaan dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian diIndonesia. Hal

ini menjadikan peluang sektor pertanian dalam pengaruhnya

terhadap perekonomian di Indonesia. Karena pada dasarnya aktivitas

perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada

gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor

produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Secara sederhana ukuran

keberhasilan dihitung dari besar pengaruh uang yang diperoleh dari


2

sektor pertanian terhadap perekonomian suatu daerah. Dengan

adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan

masyarakat sebagai pemilik faktor juga akan turut meningkat.

Menurut (Basri dkk, 2021) Pertanian dapat didefenisikan

menjadi dua bagian yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Pertanian dalam arti sempit adalah usaha pertanian keluarga di mana

diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija dan

tanaman lainnya seperti sayuran dan buah–buahan. Pertanian dalam

arti luas adalah pertanian yang mencakup pertanian rakyat serta

ditambah dengan perkebunan (baik itu perkebunan rakyat maupun

perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan pertanian.

Menurut analisis klasik yang dipelopori oleh (Dailabi, 2018)

pertanian merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial

dalam bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi nasional. Pertanian dalam pengertian yang

luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan

makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk

kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan

sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk

membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat

semusim. Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting:

selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi

memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena
3

pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa

tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka

waktu tertentu dalam proses produksi.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila

seluruh balas jasa rill terhadap penggunaan faktor produksi pada

tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya pembangunan

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merubah kearah lebih

baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan harus

dilakukan bertahap di segala sektor maupun subsektor secara

terencana dan terprogram. Salah satu cara mencapai keberhasilan

pembangunan adalah dengan adanya pembangunan ekonomi (Khoiri

dkk, 2020).

Pembangunan juga merupakan upaya multi dimensional

yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk didalamnya

struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa

mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan

kerja. Pembangunan nasional mempunyai tujuan yang terkandung

dalam Undang- Undang Dasar 1945 alinea ke empat, dimana salah

satu tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah meningkatkan

kesejahteraan rakyat (Pelengkahu dkk, 2021).

Oleh karena itu kebijaksanaan pemerintah dalam

pembangunan diperlukan untuk mengurangi kesenjangan dan


4

meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta diharapkan dapat

memberikan dukungan pada upaya pengembangan ekonomi

masyarakat di daerah. Kebijakan pembangunan daerah diarahkan

untuk mengembangkan daerah dengan mengoptimalkan

pemberdayaan potensi yang dimiliki daerah sejalan dengan

penyesuaian laju pertumbuhan antar daerah, juga mengacu

pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (Sanjaya dkk, 2019).

Pembangunan Daerah tidak lepas dari pembangunan nasional

sebagai acuan. Karena pada dasarnya pembangunan daerah

merupakan perpanjangan tangan dari pembangunan nasional dalam

upaya pengoptimalan fungsi pembangunan nasional. Mayoritas

penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Hal ini menunjukan

bahwa secara dominan pendapatan masyarakat berasal dari sektor

pertanian. Namun pada kenyataanya masyarakat yang berprofesi

sebagai petani belum memperoleh hasil yang memuaskan. Terbukti

dengan harga jual hasil pertanian lokal yang rendah pada tingkat

petani. Selain itu, kegiatan pertanian juga masih menggunakan cara

tradisional sehingga belum menghasilkan output pertanian secara

maksimal (Wahyuni dkk, 2020).

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting

dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Salah satu indikator


5

penting guna menganalisis ekonomi suatu negara adalah

pertumbuhan ekonomi, kendati indikator ini mengatur tingkat

pertumbuhan output dalam suatu perekonomian yang tentang sejauh

mana aktifitas ekonomi yang terjadi pada suatu periode tertentu yang

telah menghasilkan suatu pendapatan bagi masyarakat, indikasi

tersebut tersirat dalam rangka pertumbuhan output karena pada

dasarnya aktifitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-

faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output) pada

gilirannya proses ini juga akan menghasilkan suatu aliran balas jasa

terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Pembangunan

ekonomi dalam suatu daerah atau negara dapat dilihat dari

perkembangan pertumbuhan ekonominya dalam jangka panjang

yang tercermin dari perkembangan PDRB-nya (Kornita dkk, 2018).

Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan

struktur perekonomian. Tranformasi struktural sendiri merupakan

proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke

sektor inndustri, pedagangan dan jasa, dimana masing-masing

perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda.

Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang

berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor

industri (Guntara dkk, 2017).

Jumlah penduduk di suatu daerah selalu mengalami

perubahan yang disebabkan oleh faktor fertilitas, mortalitas, dan


6

migrasi atau perpindahan penduduk. Ketiga faktor inilah yang

menentukan tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk. Penduduk

Kabupaten Kuantan Singingi menurut perkembangannya dari tahun

ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2019 jumlah penduduk

Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 314.276 jiwa dan bertambah

menjadi 317.935 jiwa pada tahun 2020. Sementara jumlah penduduk

meningkat kembali pada tahun 2021 sebanyak 352.899 jiwa. Tentu

saja perubahan jumlah penduduk tersebut berpengaruh pada Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT). Untuk TPAK meningkat dari 62,89% menjadi

67,16% hal ini menunjukkan bahwa pasokan tenaga kerja di

Kabupaten Kuantan Singingi semakin meningkat (BPS Kuantan

Singingi).

Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu kabupaten

yang melaksanakan otonomi daerah dalam proses pembangunan

ekonominya, yaitu membangun daerah dengan berlandaskan pada

kemampuan dan kemandirian daerahnya sendiri. Kabupaten

Kuantan Singingi mempunyai 17 sektor perekonomian dalam

membangun daerahnya. Sektor pertanian di Kabupaten Kuantan

Singingi memberi kontribusi besar dalam perekonomian wilayah.

Hal tersebut ditunjukkan dari kontribusinya terhadap PDRB seperti

berikut:
7

Tabel 1.1: Distribusi Produk Domestik Bruto (PDRB) Atas Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016-2021.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
(Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Pertanian, Kehutanan, 10005.88 10477.70 10912.69 11354.43 11802.23 12377.32


dan Perikanan

Pertambangan dan 1014.28 995.04 1037.20 1017.62 937.30 711.15


Penggalian
Industri Pengolahan 6244.98 6579.33 6967.59 7383.34 7412.10 7713.56

Pengadaan Listrik dan 8.22 8.65 9.08 9.37 9.81 10.41


Gas

Pengadaan Air, 4.46 4.62 4.61 4.68 4.70 4.93


Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 1390.30 1458.67 1523.80 1629.25 1576.95 1648.23

Perdagangan Besar dan 733.39 761.59 801.76 840.72 752.45 835.12


Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor

Transportasi dan 94.00 97.65 101.11 105.29 98.20 103.54


Pergudangan

Penyediaan Akomodasi 40.79 43.29 45.22 47.53 43.14 46.34


dan Makan Minum
Informasi dan
80.59 84.16 88.84 94.94 101.82 109.26
Komunikasi

Jasa Keuangan dan 116.08 116.17 121.40 121.49 124.29 130.54


Asuransi
Real Estat 146.13 149.52 155.17 161.81 163.43 168.48

Jasa Perusahaan 0.20 0.21 0.21 0.22 0.18 0.18

Administrasi
549.87 549.80 550.19 566.48 556.51 555.56
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 114.98 116.98 121.13 127.15 129.51 134.82

Jasa Kesehatan dan 34.58 35.02 36.92 40.40 43.89 49.20


Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 91.08 95.61 102.19 109.26 86..94 90.52

Produk Domestik
Regional Bruto 20669.80 21574.02 22579.12 23613.56 23843.43 24689.51
Sumber : BPS Kuantan Singingi Tahun 2021
8

Berdasarkan tabel 1.1. Dapat dilihat bahwa dari tujuh belas

sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi,

sektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB

Kabupaten Kuantan Singingi yaitu pada tahun 2016 sebesar

10005.88 Milyar, kemudian mengalami peningkatan pada tahun

2017 sebesar 10477.70 Milyar, pada tahun 2018 kembali meningkat

sebesar 10912.69 Milyar, kemudian mengalami peningkatan pada

tahun 2019 sebesar 11354.43 Milyar, pada tahun 2020 kembali

meningkat sebesar 11802.23 Milyar dan pada tahun 2021 kembali

meningkat sebesar 12377.32 Milyar. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam

perekonomian wilayah di Kabupaten Kuantan Singingi, khususnya

sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Kuantan Singingi.

Dengan meningkatnya kontribusi sektor pertanian dari tahun 2016

hingga tahun 2021 dapat mempengaruhi sektor lainnya (BPS

Provinsi Riau Tahun 2021).

Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber

penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran

(sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau

peningkatan produksi komoditas-komoditas pertanian menggantikan

impor (substitusi impor). Hal ini disebut kontribusi devisa. Secara

konseptual maupun empiris sektor pertanian cukup layak untuk


9

dijadikan sebagai sektor andalan dalam perekonomian terutama

sebagai sektor andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan

masyarakat yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, hal

ini dikarenakan sektor pertanian mempunyai keunggulan kompetitif

yang terbukti mampu menghadapi gangguan dari luar. Keunggulan

kompetitifnya didapat dari input yang berbasis sumber daya lokal

(Kornita dkk, 2020).

Kesempatan kerja dalam menyerap tenaga kerja merupakan

suatu masalah utama dalam pembangunan Indonesia, baik di masa

lampau maupun di masa yang akan datang. Ledakan penduduk dari

tahun ke tahun terus meningkat, sementara lapangan kerja untuk

menampung mereka tidak memadai (Amani, 2018)

Kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang sudah di duduki

(employment) dan masih lowongan (vacancy). Lebih jauh di jelaskan

bahwa dalam teori kesempatan kerja di kenal istilah elastisitas

pemerintah akan tenaga kerja yang di artikan sebagai persentase

perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan dengan

perubahan permintaan akan tenaga kerja yang di sebabkan dengan

perubahan satu persen pada tingkat upah (Sanjaya dkk, 2019).

Menurut Rosyetti (2019) dalam penelitian yaitu hasil

pengamatan, diperoleh temuan : (a) sektor potensial yang berpotensi

dalam meningkatkan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja

adalah sektor pertanian. Sektor jasa kurang berpotensi dalam


10

peningkatkan perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja. (b)

Perubahan struktur ekonomi terjadi pada sektor pertambangan.

Faktor spatial atau lokasional yang menguntungkan menyebabkan

berpotensimya sektor pertambangan dalam meningkatkan

kesempatan kerja wilayah.

Keberhasilan daerah dalam perekonomian sangat tergantung

pada perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan, dalam

artian sejauh mana daerah tersebut dapat memobilisasi sumber-

sumber daya yang terdapat di daerahnya. Sehingga mampu

menimbulkan perubahan struktural, yang pada gilirannya akan

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka

meningkatkan pendapatan masyarakat dan peningkatan pemenuhan

kebutuhan pokok-pokok masyarakat. Pemerintah Daerah Kabupaten

Kuantan Singingi perlu untuk menggali informasi yang lebih

mengandalkan potensi sektor pertanian, baik potensi sumberdaya

alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya modal. Untuk

mendapatkan informasi itu perlu adanya kajian mengenai peran

sektor pertanian terutama yang berkaitan dengan bagaimana efek

alokasi yang terjadi

dan peranan sektor pertanian dalam struktur perekonomian di

Kabupaten Kuantan Singingi.

Sehingga dengan adanya penelitian mengenai analisis

peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja diharapkan


11

dapat sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan

yang memudahkan pemerintah dalam menetapkan kebijakan

pembangunan di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan

latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “ANALISIS PERAN SEKTOR

PERTANIAN SEBAGAI SEKTOR BASIS DALAM

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN

KUANTAN SINGINGI.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

maka penulis dapat menarik kesimpulan permasalahan pokok yaitu:

1. Bagaimana peran sektor pertanian sebagai sektor basis di Kabupaten

Kuantan Singingi?

2. Bagaimana peran sektor pertanian sebagai sektor basis dalam penyerapan

tenaga kerja di Kabupaten Kuantan Singingi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka, tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui peran sektor pertanian sebagai sektor basis di

Kabupaten Kuantan Singingi.

2. Untuk mengetahui peran sektor pertanian sebagai sektor basis dalam

penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kuantan Singingi.

1.4 Manfaat Penelitian


12

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ilmiah maupun referensi

dengan pengembangan Ilmu Ekonomi khususnya peran sektor pertanian

terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kuantan Singingi.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dengan menyumbang ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi, serta memberikan kontribusi yang

positif dalam perkembangan studi dan juga dapat membantu Kabupaten

Kuantan Singingi.

c. Manfaat Sosial

Diharapkan membuat masyarakat dapat mengetahui peran sektor pertanian

terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Kuantan Singingi.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penelitian, maka skripsi

ini ditulis dalam VI bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-

sub bab dengan kerangka sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang berisikan tentang

latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan suatu jinjauan pustaka, penunjukan teori-


13

teori yang melandasi penulisan proposal ini juga

dikemukakan hipotesa.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, diuraikan megenaik hasil lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, tekhnik pengumpulan

data, serta tekhnik analisa data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Dalam bab 4 ini akan membahas profil lokasi dan objek

penelitian penelitian serta struktur organisasi dari objek

penelitian.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum

yang berkaitan dengan keadaan geografis, serta

dipaparkan penyajian penelitian serta pembahasan dari

permasalahan yang telah di kemukakan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan penutup, Pada bab ini di jelasakan

mengemukakan kesimpulan atas dasar hasil penelitian

yang telah dilakukan, beserta saran-saran yang

berhubungan dengan penelitian.


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan bagian penting dalam pembangunan

nasional yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dimana kesejahteraan masyarakat biasanya dilihat dari aspek ekonomi yang

diukur dengan perkapita. Untuk mengetahui pembangunan sebuah negara dapat

dilihat dari besarnya kontribusi sektoral terhadap pendapatan nasional dari tahun

ke tahun. Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi

pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan

atau transportasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat

agraris menjadi masyarakat industri. Pergeseran struktur ekonomi sendiri

merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesenambungan pertumbuhan dan

penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan

pembangunan itu sendiri (Fatmawati dkk, 2018).

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan

pendapatan per kapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Definisi ini mengandung tiga unsur (Ikhsan dkk, 2019):

1. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus

menerus didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri

untuk investasi baru.

2. Usaha meningkatkan pendapatan.


15

3. Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pembangunan

ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan

institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan

kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih

baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan

perusahaan-perusahaan baru (Kornita dkk, 2018).

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda

dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu

daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah

itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada

strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat konstan untuk semua daerah.

Namun di pihak lain, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah,

baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori

pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola

pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah, merupakan satu faktor yang cukup

menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah (Kurniawan, 2018).


16

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan

dari gross domestic product potencial atau output dari suatu negara. Ada empat

faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi, yaitu (Dailabi, 2018) :

1. Sumber daya manusia, yaitu meliputi tenaga kerja, keterampilan,

pengetahuan dan disiplin kerja. Faktor ini merupakan faktor penting dalam

pertumbuhan ekonomi. Kenyataan dalam dunia ekonomi unsur lain dalam

produksi seperti barang-barang modal, bahan mentah dan teknologi dapat

dibeli atau dipinjam. Sebuah negara mungkin dapat membeli peralatan

telekomunikasi paling modern, komputer dan lain-lain. Meskipun

demikian barang-barang modal tersebut hanya dapat digunakan secara

efektif dan terawat bila sumber daya manusianya terampil dan terlatih.

2. Sumber daya alam. Faktor produksi kedua adalah tanah. Sumber daya

yang penting disini adalah tanah yang dapat ditanami, minyak dan gas,

hutan, air dan bahan mineral lain.

3. Pembentukan modal. Akumulasi modal, seperti yang kita ketahui

membutuhkan pengorbanan konsumsi untuk beberapa tahun lamanya.

Negara yang tumbuh dengan cepat cenderung untuk melakukan investasi

besar-besaran pada barang modal baru, pada negara-negara yang

pertumbuhannya paling cepat, 10 sampai 20 persen dari pendapatannya

menjadi dana pembentukan modal. Modal bukan saja dalam bentuk

komputer, pabrikpabrik, namun banyak investasi yang hanya dilakukan

oleh pemerintah dan terletak pada kerangka kerja untuk mendorong sektor

swasta. Investasi ini disebut Social Overhead Capital (SOC) dan terdiri
17

atas proyek-proyek skala besar yang mendorong perdagangan komersial,

jalan- jalan, irigasi dan proyek pengairan, dan pelayanan kesehatan

masyarakat adalah contoh-contoh penting. Seringkali proyek-proyek

tersebut berkaitan dengan ekstenal ekonomi, akan tetapi sektor swasta

tidak dapat melakukannya, jadi pemerintah harus masuk dan menjamin

bahwa investasi sosial atau infrastruktur itu dijalankan.

4. Perubahan teknologi dan inovasi. Sebagai tambahan bagi ketiga faktor

klasik tersebut, pertumbuhan ekonomi tergantung pada fungsi keempat

yang vital yaitu teknologi. Dalam sejarahnya pertumbuhan bukan

merupakan proses replikasi sederhana, penambahan pabrik dan pekerja

yang serupa satu sama lain. Akan tetapi lebih kepada bentuk proses

penemuan dan perubahan. Teknologi yang berkelanjutan yang membawa

kepada perbaikan yang pesat bagi kemungkinan produksi.

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi tiga aspek (Farhan, 2021) :

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomi), suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output

perkapita, dalam hal ini ada dua aspek penting, yaitu: output total dan

jumlah penduduk. Output perkapita adalah output total dibagi dengan

jumlah penduduk.

3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu, suatu

perekonomian dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang cukup


18

lama (lima tahun) mengalami kenaikan output perkapita. Suatu

perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat

kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang dicapai dimasa sebelumnya.

Pertumbuhan dan perkembangan baru tercipta apabila jumlah fisik barang-

barang dan jasa yang dihasilkan bertambah besar pada tahun berikutnya.

2.1.2. Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja

pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja (man power)

adalah penduduk dalam usia kerja (dalam literatur 15-64 tahun). Tenaga kerja

adalah jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja dalam suatu negara yang dapat

memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan

jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut (Ekwarso dkk, 2012).

Kesempatan kerja dalam menyerap tenaga kerja merupakan suatu masalah

utama dalam pembangunan Indonesia, baik di masa lampau maupun di masa yang

akan dating. Ledakan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, sementara

lapangan kerja untuk menampung mereka tidak memadai ( A m a n i , 2 0 1 8 )

K esempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang sudah di duduki (employment)

dan masih lowongan (vacancy). Lebih jauh di jelaskan bahwa dalam teori

kesempatan kerja di kenal istilah elastisitas pemerintah akan tenaga kerja yang di

artikan sebagai persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan

dengan perubahan permintaan akan tenaga kerja yang di sebabkan dengan

perubahan satu persen pada tingkat upah (Sanjaya dkk, 2019).

Besar kecilnya lastisitas tergantung dari empat faktor yakni:


19

1. Kemungkinan subtitusi tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain

misalnya modal

2. Elastisitas pemerintah terhadap barang yang di hasilkan

3. Proposi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi pelengkap

lainnya.

Peningkatan angkatan kerja di Indonesia dipengaruhi oleh pertambahan

penduduk usia produktif dan jumlah angkatan kerja tahun sebelumnya baik di

wilayah perkotaan maupun pedesaan. Upah sektoral riel bukan merupakan faktor

utama yang mendorong penduduk untuk masuk ke pasar kerja ( Ekwarso dkk,

2022). (Lembang dkk, 2021) juga berbicara tentang apa yang menentukan

pendapat nasional pada setiap saat, bukan hanya pada saat terjadinya kesempatan

kerja penuh. Pada suatu saat tertentu volume kesempatan kerja dan pendapatan

nasional di tentukan oleh keseimbangan antara Aggregate Demand (AD) dan

Aggregate supply (AS). AD adalah keseluruhan permintaan terhadap barang

konsumsi (D1) dan barang investasi (D2) pada suatu volume kempatan kerja dan

pendapatan nasional tertentu. AS adalah keseluruhan produksi produksi pada

suatu volume kesempatan kerja dan pendapatan nasional tertentu.

Jika AD lebih besar dari AS maka ada rangsanga bagi para produsen

memperbesar produksinya pada volume kesempatan kerja yang lebih tinggi, yang

menghasilkan pendapatan nasional yang lebih tinggi. Jika AD lebih rendah dari

AS, maka produsen akan menurunkan produksinya, sehingga volume kesempatan

kerja dan pendapatn nasional menurun. Pada saat AD sama dengan AS terjadi

keseimbangan, dan keseimbangan tersebut belum tentu berada pada volume


20

kesempatan kerja penuh. AD pada tingkatan keseimbangan itu di namakan

effective demand (Ningsih, 2020).

Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja (manpower) sebagai

seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang berpotensi

memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan Pusat Statistik) membagi tenaga kerja

(employed), yaitu:

1. Tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai

jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu

sesuai dengan uraian tugas.

2. Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed),

adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.

3. Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja

(unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam perminggu.

Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan

pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan

barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Pasal 8 mengenai perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan

meliputi: Kesempatan kerja, Pelatihan kerja, Produktivitas tenaga kerja,

Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan dan Kesejahteraan

tenaga kerja.
21

Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari berbagai

pihak, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan keluarga.

Pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral

pembangunan nasional, karena ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah

tenaga pembangunan yang banyak sumbangannya terhadap keberhasilan

pembangunan bangsa termasuk pembangunan di sektor ketenagaan itu sendiri.

Dimana pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:

1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum.

2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja

yang sesuai dengan pembangunan nasional.

3. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraannya.

4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Dalam

pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan dapat menyusun dan

menetapkan perencanaan tenaga kerja.

Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat dijadikan dasar dan

acuan dalam penyusunan kebijakan. Strategi dan implementasi program

pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagian besar manusia

di muka bumi Indonesia menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan

nasional, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai

pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan. Sejalan dengan itu,

pembangunan ketenagakerjaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan

kontribusinya dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingannya


22

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Pembangunan ketenagakerjaan

diselenggarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan. Tenaga kerja adalah orang

yang bekerja atau mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan,

baik di dalam maupun di luar hubungan kerja (Barokah, 2019).

Pembangunan ekonomi sendiri salah satunya sangat dipengaruhi oleh

banyaknya tenagakerja yang terserap pada sektor-sektor perekonomian, jumlah

tenaga kerja yang mengisi sektor-sektor perekonomian tersebut mengindikasikan

potensi sektor sektor perekonomian. Semakin banyak jumlah tenaga kerja

yang terserap makabisa dikatakan bahwa sektor tersebut mempunyai

kontribusi besar terhadappertumbuhan ekonomi nasional maupun domestik

(Ekwarso dkk, 2022).

Dalam mengukur keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah

terdapat beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur.

Indikator yang lazim digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum

sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Peningkatan kegiatan ekonomi di

berbagai sektor akan memberikan dampak baik langsung maupun tidak

langsung terhadap penciptaan lapangan kerja. Perubahan struktural

tersebut juga memberikan dampak tidak langsung terhadap perubahan

struktur ketenagakerjaannya. Ketidakserasian antara perkembangan ekonomi

dan penyerapan tenaga kerja, secara umum akan menimbulkan kelemahan

pada sistem penawaran dan permintaan tenaga kerja (Ekwarso dkk, 2020).
23

2.1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto

seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu

daerah yang timbul akibat sebagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu

tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-

residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu

pendekatan produksi, pengeluaran dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga

berlaku dan konstan (riil). PDRB atas dasar harga atau dikenal dengan PDRB

nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghutungan dan

bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar

harga konstan (riil) disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan

untuk mengukur pertumbuhan ekonomi (BPS Provinsi Riau, 2022).

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu

daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun dasar harga konstan. PDRB pada

dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (Value Added) yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB

atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku disetiap tahun, sedangkan PDRB atas harga

konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu ebagai tahun dasar

(Juswadi, 2021).
24

2.1.4. Peranan dan Potensi Sektor Pertanian

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting

karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin

menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan

sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-

satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota

masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian. Peran pertanian sebagai tulang

punggung perekonomian nasional terbukti tidak hanya pada situasi normal, tetapi

terlebih pada masa krisis (Barokah, 2019).

Sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang

mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong

dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian,

pembangunan teknologi pertanian yang terus menerus, pembagunan prasarana

sosial ekonomi dipedesaan dan investasi oleh Negara dalam jumlah yang besar.

Pertanian kini dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang

diharapkan mendorong perkembangan sektor lain (Amaliah dkk, 2019) Secara

tradisional peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dianggap pasif dan

hanya sebagai penunjang. Berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara barat,

pembangunan ekonomi tampaknya memerlukan transformasi struktural ekonomi

yang cepat yaitu yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi

masyarakat yang lebih kompleks di mana terdapat bidang industri dan jasa yang

lebih modern. Dengan demikian, peranan utama pertanian adalah menyediakan

tenaga kerja dan pangan yang cukup dengan harga yang murah untuk
25

pengembangan industri yang dinamis sebagai sektor penting dalam semua strategi

pembangunan ekonomi (Sanjaya dkk, 2019).

Secara tradisional, peran pertanian dalam perkembangan ekonomi hanya

dipandang pasif sebagai unsur penunjang. Peran utama pertanian hanya di anggap

sebagai sumber tenaga kerja dan dan sektor penghasil bahan-bahan pangan.

Adapun peran sektor pertanian dalam perkembangan ekonomi di Indonesia yaitu:

1. Sebagai sektor penghasil bahan pangan.

2. Sebagai sumber tenaga kerja bagi sektor ekonomi lain.

3. Sebagai salah satu penghasil sumber devisa bagi negara.

4. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian

mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier.

Pada kaitannya sektor pertanian dengan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), sub sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki keterkaitan

terhadap angka yang diperoleh pada PDRB, sektor pertanian juga memiliki

keterkaitan dan berkontribusi pada sektor lainnya contohnya pemerataan tenaga

kerja. Salah satu alasan mengapa sektor pertanian memiliki kaitan dengan sektor

lainnya adalah karena sebagian besar bahan baku industri berasal dari sektor

pertanian. Komoditas padi merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dibutuhkan

oleh sektor Industri untuk bahan pangan. Terdapat juga tanaman kedelai pada

Industri minuman yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan susu kedelai.

Jadi, terdapat peran penting pertanian pada sektor ekonomi lainnya, maka akan

meningkatkan sumbangan pada pendapatan PDRB dari penjualan hasil produksi

tersebut, pertanian juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru, dan


26

penciptaan nilai tambah karena kontribusinya terhadap PDRB.

2.1.5. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai bentuk meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan

usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar

negeri. Hal tersebut dilaksanakan dengan pertanian yang maju, efisien, dan

tangguh sehingga makin mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil,

meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi dan menunjang

pembangunan wilayah. Pembangunan pertanian haruslah mengedepankan potensi

wilayah dan kemampuan masyarakatnya. Pembangunan pertanian harus mampu

memanfaatkan secara maksimal keunggulan sumber daya daerah dan dapat

berkelanjutan, maka kebijaksanaan pembangunan pertanian harus dirancang

dalam perspektif ekonomi wilayah (Basri dkk, 2021).

Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau

menambah produksi pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-

tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha

tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut

campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan

hewan. Pembangunan pertanian adalah suatu bagian integral dari pada

pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara luas pembangunan

pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian

melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma,

perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi


27

dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian

merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan

industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat

dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian

merupakan bagian dari pembangunan ekonomi (Endang Sri Sudalmi, 2010).

Pembangunan pertanian hendaknya menggunakan paradigma

pemberdayaan masyarakat sehingga terwujud partisipasi baik dalam perencanaan,

pelaksanaan, maupun pengendalian pembangunan pada tingkat desa. Dalam

proses menumbuhkan partisipasi, komunikasi merupakan hal utama dimana

didalamnya terdapat motif untuk mewujudkan pesan yang disampaikan

(Sidharta dkk, 2021).

Populasi pertanian yang menua memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap produksi pertanian, perencanaan suksesi, penerus, dan penggunaan lahan

pertanian. Jika petani yang lebih tua kurang produktif daripada petani yang lebih

muda maka hasil pertanian dapat berkurang. Ketika aktivitas produksi pangan

dilakukan hanya oleh para orang tua, perlahan dan pasti akan terjadi kekurangan

jumlah petani. Oleh karenanya aktifitas bertani para orang tua sudah selayaknya

digantikan oleh yang muda sehingga dapat diikuti dengan naiknya produktivitas

pertanian untuk memenuhi ketersediaan pangan masyarakat secara berkelanjutan

(Yodfiatfinda, 2018).

Ketidaktersedianya lahan garapan dan berkurangnya tenaga kerja pada

sektor pertanian karena penuaan usia manusia sebagai pelaku pertanian

merupakan hambatan dalam pembangunan berkelanjutan dan keberlangsungan


28

pangan masa depan. Berkurangnya tenaga muda pada sektor pertanian merupakan

ancaman serius bagi keberlanjutan pangan suatu negara. Pentingnya regenerasi

petani untuk menopang dan menjamin tersedianya bahan pangan sebagai

perwujudan dari ketahanan pangan merupakan syarat mutlak pembangunan

pertanian berkelanjutan, termasuk dalam solusi pemecahan masalah terhadap

penuaan sumber daya manusia dalam pertanian, ketidaksetaraan pembangunan

dan undervalue (Anwarudin dkk, 2018).

Pembangunan pertanian saat ini dan seterusnya bukan terbatas pada

peningkatan produktivitas, tetapi bagaimana suatu kebijakan yang dibuat dapat

menempatkan peran petani dalam proses pembangunan dengan meningkatkan dan

mempertahankan sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan dalam sistem tersebut. Keberlanjutan sektor pertanian

bukan saja ditentukan oleh sumber daya manusia sebagai penggerak namun juga

tersedianya lahan garapan (Susilowati, 2016).

Pembangunan pertanian dapat dimaknai sebagai suatu proses yang

memiliki tujuan untuk menambah hasil produksi pertanian pada setiap pelaku

ekonomi (produsen) yakni petani. Pertambahan hasil pertanian pada akhirnya

akan mempengaruhi peningkatan produktifitas dan pendapatan petani (Mosher,

2002). Setiap upaya dalam usaha untuk mewujudkan pembangunan pertanian,

diperlukan andil besar dari pemerintah untuk menciptakan kebijakan-kebijakan

yang mendorong pembangunan pertanian sehingga dapat dirasakan oleh seluruh

pihak dalam usaha pertanian. Insentif berupa kemudahan untuk mendapatkan

faktor input (masukan) dalam produksi pertanian memungkinkan para petani


29

dengan skala kecil untuk memperluas hasil produksi pertanian (produktivitas)

merupakan kewajiban bagi pemerintah.

Dalam pemahaman yang luas, pembangunan pertanian bukan hanya

sekedar proses atau kegiatan yang dilakukan untuk bisa menambah produksi

pertanian tetapi lebih dari itu, pembangunan pertanian merupakan sebuah proses

yang dapat melakukan perubahan sosial demi tercapainya pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan. Pembangunan pertanian harus menjadi fokus utama

pemerintah untuk dapat mewujudkan pembangunan ekonomi masyarakat secara

menyeluruh dan sungguh–sungguh. Alasan dasar yang menjadi pertimbangan

pada penempatan pembangunan pertanian pada prioritas utama diantaranya

adalah:

1. Dilihat dari sisi potensi sumber daya pertanian yang besar.

2. Kontribusi hasil produksi pertanian terhadap pendapatan nasional.

3. Nilai ekspor komoditas pertanian yang tinggi.

4. Komposisi yang tinggi pada penduduk yang bekerja pada sektor

pertanian.

5. Peran dan sumbangsih hasil produksi pertanian terhadap pemenuhan

kebutuhan pangan masyarakat.

6. Sektor unggulan pada masyarakat pedesaan

(Yustika, 2006).

Sesuai dengan teori pembangunan pertanian menurut (Yustika, 2006)

diketahui bahwa jumlah masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada jenis

sektor perekonomian tertentu adalah dasar dari pertimbangnya pentingnya


30

melakukan pembangunan ekonomi pada sektor tersebut. Indonesia dengan

predikat sebagai negara agraris membawa kesimpulan bahwa pembangunan

pertanian adalah tindakan mutlak pemerintah untuk segera diwujudkan. Sektor

pertanian menjadi tumpuan kehidupan masyarakat indonesia hampir mencapai

angka 87,4 persen dari total seluruh sektor ekonomi di Indonesia.

Melihat dari sisi kesempatan kerja yang dapat ditawarkan dari sektor

pertanian, 64 persen proporsi tenaga kerja Indonesia dapat terserap pada sektor

pertanian. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat dibentuk berdasarkan fakta

data adalah pertanian merupakan kegiatan ekonomi yang paling penting dalam

perekonomian Indonesia. Pembangunan pertanian yang seharusnya menjadi

prioritas pemerintah untuk segera diwujudkan sedikit terhambat karena beberapa

kebijakan yang tidak mendukung. Kerugian petani akibat kebijakan impor

beberapa komoditas pertanian yang pernah dilakukan pihak swasta merupakan

contoh salah satu kasus penghambat pembangunan pertanian (Yustika, 2006).

Pembangunan pertanian pada prosesnya tidak pernah bersih dari setiap

permasalahan yang akan menghambat proses pencapaian tujuan kesejahteraan

masyarakat petani. Masalah dasar yang menjadi penghambat pelaksanaan

pembangunan pertanian diantaranya adalah:

a. Komposisi besar masyarakat yang berada pada bidang usaha sektor

pertanian dan terpusatnya kegiatan ekonomi membuat nilai

pendapatan menjadi kecil. Produktifitas hasil pertanian menjadi hal

yang membuat pembangunan pertanian sulit dilaksanakan tanpa

hambatan.
31

b. Pendapatan yang sulit untuk ditingkatkan pada masing–masing

individu pelaku usaha sektor pertanian. Produktifitas yang rendah

membuat pendapatan perkapita yang diterima masing-masing petani

menjadi relatif rendah.

Penyelesaian masalah produktifitas melalui analisis faktor produksi perlu

dilakukan lebih mendalam Kurangnya penyediaan prasarana pemasaran, sifat

tradisional dalam bercocok tanam, teknologi dan pengetahuan yang rendah oleh

petani, serta kesulitan dalam pemenuhan faktor masukan (input) produksi

pertanian merupakan beberapa hal sebagai katup pemicu rendahnya nilai

produktifitas dari hasil pertanian (Prayitno, 1996).

2.1.6. Hubungan Antara Pertanian dan Perekonomian

Sektor pertanian menjadi sebuah sektor penting dalam sebuah negara yang

dapat menjadi sektor penyumbang perekonomian, terutama pada sebuah negara

agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor

pertanian. Sehingga sudah menjadi kewajaran apabila sektor pertanian

mendapatkan perhatian dominan di negara-negara yang sebagian besar

penduduknya menggantungkan hidup pada sektor ini. Diperlukan setidaknya tiga

unsur pelengkap untuk membentuk suatu strategi pembangunan ekonomi

berlandaskan prioritas pertanian dan ketenagakerjaan (Farhan, 2021):

1. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian

teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk

meningkatkan produktivitas para petani kecil.

2. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang


32

dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada

upaya pembinaan ketenagakerjaan.

3. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat

karya, yaitu non pertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan

menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian.

Dalam sebuah negara berkembang pertanian merupakan suatu sektor

ekonomi yang sangat potensional kontribusinya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi nasional, yaitu (Juswadi, 2021) :

1. Masa berlaku dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat tergantung

pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan

pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan

baku untuk keperluan kegiatan produksi disektor-sektor non pertanian

tersebut, terutama industri pengolahan. Seperti industri-industri makanan

dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan

farmasi. Hal ini disebut sebagai kontribusi produk.

2. Kuatnya bias agraris dari sektor ekonomi selama tahap-tahap awal

pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan)

membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan)

domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain di

dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang

konsumen. Hal ini disebut kontribusi pasar.

3. Relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan outputnya terhadap

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan andilnya terhadap


33

penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan

pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi,

sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam

perekonomian. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus

modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian. Dalam proses

pembangunan ekonomi jangka panjang terjadi perpindahan surplus tenaga

kerja dari pertanian (pedesaan) ke industri dan sektor-sektor nonpertanian

lainnya (perkotaan). Hal ini disebut kontribusi faktor-faktor produksi.

4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi

surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik

lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditas-

komoditas pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini

disebut kontribusi devisa.

Secara konseptual maupun empiris sektor pertanian cukup layak untuk

dijadikan sebagai sektor andalan dalam perekonomian terutama sebagai sektor

andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat yang sebagian besar

bekerja pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan sektor pertanian mempunyai

keunggulan kompetitif yang terbukti mampu menghadapi gangguan dari luar.

Keunggulan kompetitifnya didapat dari input yang berbasis sumber daya lokal.

2.1.7. Definisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian

Pertanian adalah kegiataan atau usaha untuk mengadakan suatu ekosistem

buatan yang bertujuan untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada

mulanya pertanian di tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan


34

keperluan sehari-hari petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu di

sebut pertanian gurem dan hidup dalam suatu perekonomian tertutup

(Wahyuni dkk, 2020).

Pertanian merupakan suatu macam produksi khusus yang di dasarkan atas

proses pertumbuhan tanaman dan ternak. Dapat dikatakan bahwa pertanian

merupakan suatu industri biologi, oleh karena pertanian berproduksi dengan

menggunakan sumber daya alam secara langsung, pertanian juga disebut industri

primer. Tanaman merupakan pabrik primer pertanian, sedangkan ternak

merupakan pabrik sekunder pertanian Pertanian juga adalah suatu kegiatan

biologis untuk menghasilkan berbagai kebutuhan manusia termasuk sandang,

pangan, papan. Produksi tersebut dapat dikonsumsi langsung maupun jadi bahan

antara untuk proses lebih lanjut. Sub pertanian yaitu semua kegiatan yang meliputi

penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan,

kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan bahan makanan,

perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan (Kementrian Pertanian, 2019).

Sub sektor dari sektor pertanian mencakup :

1. Tanaman pangan ialah tanaman yang menjadi bahan pokok atau utama

dalam pola konsumsi manusia seperti beras, jagung, gandum.

2. Tanaman perkebunan seperti tanaman sayur-sayuran dan buah-

buahan sebagai pelengkap dari pola konsumsi manusia.

3. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon)

dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).

4. Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua


35

hewan vertebrata kecuali ikan dan amfibi) atau serangga (misalnya lebah).

5. Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibi dan semua

non- vertebrata air).

Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama

untuk kepentingan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan

kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumberdaya alam

juga menjadi bagian dalam usaha pertanian. Adapun yang dimaksud dengan

rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurang-kurangnya satu orang

anggota rumah tangga melakukan kagiatan yang menghasilkan produk pertanian

dangan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual atau ditukar untuk

memperoleh pendapatan atau keuntungan atas risiko sendiri. Kegiatan dimaksud

meliputu bertani, berkebun, beternak ikan dikolam, keramba maupun tambak,

menjadi nelayan, dan mengusahakan ternak atau unggas (Kementrian Pertanian,

2019).

2.1.8. Teory LQ (Location Quotient)

Logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena

industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar didaerah maupun

diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan memberikan

pendapatan bagi daerah tersebut. Selanjutnya adanya arus pendapatan dari luar

daerah ini akan mengakibatkan terjadinya kenaikan konsumsi (consumption, C)

dan investasi (investment, I) di daerah terebut. Hal tersebut selanjutnya akan

menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan

pendapatan tersebut tidak hanya meningkatkan permintaan terhadap industri basis


36

tetapi juga meningkatkan permintaan terhadap industri non basis (lokal).

Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang

bersangkutan dan juga industry lain (Kornita & Mayes, 2018).

Asumsi utama dalam analisis LQ adalah bahwa semua penduduk di setiap

daerah mempunyai pola yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah

referensi (pola pengeluaran secara geografis adalah sama), produktivitas tenaga

kerja adalah sama dan setiap industry menghasilkan barang yang sama

(homogen) pada setiap sektor. Berdasarkan formulasi yang yang ditunjukkan

dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang dapat

ditemukan, yaitu (Bendavid-Val, 1997 dalam Widodo, 2006) dalam (Wibowo,

2019).

1. Nilai LQ di sektor i =1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sector i di

daerah studi k adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama

dengan daerah perekonomian daerah referensi p.

2. Nilai LQ di sektor i >1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di

daerah studi k adalah lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor

yang sama dengan daerah perekonomian daerah referensi p. Dengan

demikian sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi k sekaligus

merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah

studi k.

3. Nilai LQ di sektor i <1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di

daerah studi k adalah lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor

yang sama dengan daerah perekonomian daerah referensi p. Dengan


37

demikian sektor i bukan merupakan sektor unggulan daerah studi k dan

bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk

dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.

Metode LQ mempunyai kelemahan yaitu analisnya yang hanya dapat

ditunjukan pada waktu yang diteliti, kelemahan ini dapat diatasi dengan Dynamic

Location Quotient (DLQ) yaitu mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan

asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata

laju pertumbuhan per tahun sendiri-sendiri selama kurun waktu awal dan tahun

berjarak (Wahyuni dkk, 2020) dengan formulasi :

Keterangan :

gij : Rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) sektor (i) didaerah (j)

gj : Rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) total sektor didaerah (j)

Gi : Rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) sektor (i) didaerah (k)

G : Rata-rata laju pertumbuhan (PDRB) total sektor didaerah (k)

T : Tahun kedepan setelah penelitian Kriteria:

Apabila DLQ < 1 , berarti proposi laju pertumbuhan sektor (i) terhadaplaju

pertumbuhan PDRB daerah (j) lebih rendah dibandingkan proposi laju

pertumbuhan sektor yang sama pada PDRB daerah (k), dan sebaliknya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terlebih dahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang mungkin memiliki keterkaitan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti, penelitian terdahulu juga menjadi salah satu bahan

pertimbangan sehingga dapat memberikan referensi dalam menulis ataupun


38

mengkaji penelitian yang akan dilakukan.

Menurut Rizki Kurniawan dkk (2022) yang berjudul Analisis

Pertumbuhan Dan Pergeseran Sektor Ekonomi Di Provinsi Riau Tahun 2010-

2019. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pergeseran sector ekonomi di

Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quation (LQ), Shift Share, Model

Rasio Pertumbuhan (MRP), Analisis Overlay dan Tipologi Sektoral (Klassen).

Hasil penelitian menunjukkan struktur perekonomian Provinsi Riau mulai terjadi

pergeseran dari sektor primer menuju ke sektor sekunder dan tersier. Penyerapan

tenaga kerja pada sektor pertanian masih tertinggi, seiring dengan besarnya

sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB yang semakin meningkat. Sektor

Perdagangan Rumah Makan dan Hotel menempati urutan kedua dalam

penyerapan tenaga kerja dan diikuti dengan sektor jasa-jasa lainya non basis yaitu

karena struktur perekonomian.

Menurut Hendro Ekwarso dkk (2020) yang berjudul Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Tenaga Kerja Perempuan Bekerja Di Sektor Informal Di Kota

Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jumlah tanggungan dan

waktu luang perempuan terhadap pendapatan tenaga kerja perempuan yang

bekerja di sektor informal di Kota Pekanbaru. Penelitian ini bersifat deskriptif

kuantitatif berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner online

dengan lokasi Kota Pekanbaru terhadap Perempuan yang bekerja di sector

informal yang tinggal atau berdomisili di Kota Pekanbaru. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan variabel
39

pendapatan perempuan, jumlah tanggungan dan jumlah waktu luang. Berdasarkan

hasil penelitian diketahui bahwa variabel bebas jumlah tanggungan dan lama

waktu luang berpengaruh positif secara signifikan baik secara simultan maupun

secara parsial terhadap variabel terikat yaitu pendapatan perempuan bekerja.

Menurut Taryono dkk (2019) yang berjudul Analisis Ketenagakerjaan Pada

Wilayah Pedesaan Di Kabupaten Kampar. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui peran subsektor pada wilayah pedesaan Tingkat kesempatan kerja

sebesar 88,03 persen dengan tingkat kesempatan kerja laki-laki yang lebih tinggi

(66,83 persen) daripada perempuan yaitu 21,20 persen. Dengan demikian tingkat

pengguran pada wilayah pedesaan di Kabupaten Kampar pada tahun 2010 sebesar

11,97 persen dengan tingkat penggangguran laki-laki (3,60 persen) lebih rendah

daripada tingkat penggangguran perempuan yaitu 8,37 persen. Sebagian besar tenaga

kerja pada wilayah pedesaan di Kabupaten Kampar bekerja pada lapangan usaha

perkebunan sebanyak 109.179 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 90.579 orang

dan perempuan sebanyak 18.600 orang. Pada umumnya dengan status pekerjaan

utama adalah bekerja sendiri. Tingkat pendidikan tenaga kerja pedesaan di Kabupaten

Kampar sebagian besar (94,12 persen) dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan

adalah Sekolah Menengah ke bawah.

Menurut Sanjaya dkk (2019) yang berjudul Peran Sektor Pertanian,

Kehutanan, Dan Perikanan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Riau.

Penelitian ini bertujuan untuk Menghitung besarnya pengaruh sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan terhadap penyerapan tenaga kerja di luar sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan di wilayah Provinsi Riau Menghitung

besarnya komponen perubahan kesempatan kerja sektor pertanian, kehutanan, dan


40

perikanan di Provinsi Riau. Metode penentuan lokasi adalah purposive di Provinsi

Riau. Analisis yang digunakan adalah analisis angka pengganda tenaga kerja dan

analisis shift share. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Rata-rata nilai angka

pengganda tenaga kerja tahun 2013-2017 sebesar 2,45, Sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan memiliki pertumbuhan nasional yang cepat,

pertumbuhan proporsional yang lambat, dan mempunyai daya saing yang baik.

Menurut Rosyetti (2019) yang berjudul Analisis Sektor Potensial

Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini bertujuan Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui sektor potensial, penyerapan tenaga kerja serta perubahan struktur

ekonomi daerah secara spatial dan eksternal. Metode yang digunakan adalah

metode Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share. Dari hasil pengamatan,

diperoleh temuan : (a) sektor potensial yang berpotensi dalam meningkatkan

perekonomian dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian. Sektor jasa

kurang berpotensi dalam peningkatkan perekonomian daerah dan penyerapan

tenaga kerja. (b) Perubahan struktur ekonomi terjadi pada sektor pertambangan.

Faktor spatial atau lokasional yang menguntungkan menyebabkan berpotensimya

sektor pertambangan dalam meningkatkan kesempatan kerja wilayah.

Menurut Miranda (2021) yang berjudul Peranan Sektor Pertanian Dalam

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan bertujuan

untuk: (1) mengetahui seberapa besar peran sektor pertanian dalam perekonomian

Provinsi Riau, (2) apakah sektor pertanian memberikan multiflier efek yang besar

terhadap sektor pertanian, (3) menganalisis seberapa besar pergeseran

pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Riau dan (4)
41

menganalisis penyerapan tenaga kerja sektor pertanian untuk lima tahun kedepan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dengan

lokasi di Provinsi Riau. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data

PDRB dan data jumlah angkatan kerja yang bekerja menurut 17 lapangan usaha

selama periode 2015-2019 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Propinsi

Riau. Data dianalisis dengan Location Quotient (LQ), multiflier efek, Shift Share

dan Proyeksi. Hasil menunjukkan bahwa berdasarkan analisis LQ, (1) Peranan

sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi Riau tahun 2015-2019

menunjukan nilai >1, berarti sektor pertanian di Provinsi Riau merupakan sektor

basis, artinya sektor pertanian di Provinsi Riau telah mampu menyerap tenaga

kerja lokal. (2) Sektor pertanian memberikan multiplier efek yang meningkat

selama tahun analisis. (3) Petumbuhan sektor pertanian di Provinsi Riau dari

tahun 2015-2019 mengalami pergeseran (total change) sebesar Rp. 20,307.

Dimana ini berati pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi

Riau tergolong dalam pertumbuhan yang progresif (maju). (4) Berdasarkan hasil

proyeksi pure forecast diperoleh hasil proyeksi jumlah tenaga kerja di Provinsi

Riau menurun pada setiap tahunnya.

Menurut Aditya Hardiguntara dkk (2020) yang berjudul Analisis

Transformasi Tenaga Kerja Provinsi Riau Tahun 2010-2019. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis transformasi tenaga kerja di Provinsi Riau tahun 2010

- 2019. Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan data sekunder,

adapun data yang dianalisis yaitu data time series yaitu periode tahun 2010 - 2019.

Metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan


42

metode analisis shift share dan analisis kualitasitif terkait perencanaan kebijakan

tenaga kerja akibat transformasi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa Transformasi struktur ekonomi di Provinsi Riau tahun 2010 – 2019, telah

bergeser dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Berdasarkan

analisis Shift Share dapat diketahui bahwa struktur perekonomian menurut sektor

ekonomi di Provinsi Riau. Sehingga berdasarkan pertumbuhan dan daya saing

sektor industri yang digolongkan sebagai sektor potensial untuk dikembangkan di

Provinsi Riau jika dilihat dari pertumbuhannya dan keunggulan kompetitif yaitu

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate hal tersebut karena dari

pertumbuhan sektor yang cepat dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Riau.

Proyeksi tenaga kerja dimasa yang akan datang tahun 2020 – 2025 berdasarkan

transformasi struktur ekonomi di Provinsi Riau akan terus mengalami

peningkatan, akan tetapi dari hasil analisis elastisitas diketahui bahwa tingginya

penyerapan tenaga kerja telah meningkat menuju sektor sekunder dan tersier hal

tersebut terlihat dari nilai elastisitas yang besar.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu dari segi

alat analisis yang di gunakan yaitu analisis Location Quotient yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini di lakukan di

Kabupaten lain di Wilayah Indonesia.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penjelasan mengapa sektor pertanian mempunyai kontribusi terbesar

terhadap PDRB Kabupaten Kuantan Singingi. Sektor pertanian mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Sektor pertanian memegang peranan yang penting


43

dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Kuantan Singingi.

Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi

surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat

ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditas- komoditas

pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini disebut kontribusi

devisa. Secara konseptual maupun empiris sektor pertanian cukup layak untuk

dijadikan sebagai sektor andalan dalam perekonomian terutama sebagai sektor

andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat yang sebagian besar

bekerja pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan sektor pertanian mempunyai

keunggulan kompetitif yang terbukti mampu menghadapi gangguan dari luar.

Keunggulan kompetitifnya didapat dari input yang berbasis sumber daya lokal

(Kornita dkk, 2020).

Sektor pertanian:
1. Tanam Pangan Sektor basis dalam
PDRB 2. Perkebunan penyerapan tenaga kerja
3. Kehutanan di Kabupaten Kuantan
4. Peternakan Singingi
5. perikanan

Gambar 2.1 Kerangka Pikiran


44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah yang menjadi subjek penelitian penulis adalah Kabupaten Kuantan

Singingi dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kuantan Singingi memiliki

potensi dalam mengembangkan sektor pertanian, karena Kabupaten Kuantan

Singingi mengalami perkembagan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.

Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober tahun 2022.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder,

dimana data-data tersebut diperoleh dari laporan maupun informasi yang

diterbitkan oleh instansi-instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian

ini. Adapun data yang penulis peroleh berasal dari:

a. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau

- Data jumlah penduduk .

- Data jumlah tenaga kerja.

b. PDRB Provinsi Riau ADH Berlaku dan Konstan

- Data PDRB Provinsi Riau ADH per tahun.

c. PDRB Kabupaten Kuantan Singingi ADH Berlaku dan Konstan

- Data PDRB Kabupaten Kuantan Singingi ADH per tahun.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder. Data


45

sekunder menurut (Kuncoro, 2004) adalah data yang telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.

Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber, dengan cara mengambil data-data

statistik yang telah ada dan dokumen-dokumen lain yang terkait dan diperlukan.

Pengumpulan data bersifat mengutip atau mengambil keterangan dan informasi

yang diperoleh dari berbagai sumber bacaan dan publikasi dokumen-dokumen

dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), penelitian, internet dan

yang instansi-instasi yang terkait dengan penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis Data

Sektor pertanian dalam ekonomi di Kabupaten Kuantan Singingi dapat di

identifikasi dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), yaitu dengan

membandingkan antara PDRB sektor i pada tingkat Kabupaten Kuantan Singingi

terhadap PDRB Kabupaten Kuantan Singingi dengan pangsa relatif PDRB sektor i

pada Provinsi Riau terhadap total PDRB dengan umus LQ sebagai berikut

(Tarigan, 2004) dalam (Amani, 2018):

LQ = Vi/Vt

Vi/Vt

Dimana:

Vi : Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor i Kabupaten

Kuantan Singingi.

Vt: Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuantan Singingi.

Vi : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor i Provinsi Riau.

Vt : Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Riau.


46

Jika nilai LQ > 1 menunjukkan sektor pertumbuhan ekonomi memiliki

potensi dan prospek yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah

terutama pada penyerapan tenaga kerja baik tempatan luar daerah dan

perkembangan pendapatan perkapita penduduk atau bisa disebut sektor ini

merupakan sektor basis. Sebaliknya, jika LQ < 1 menunjukkan sektor

pertumbuhan ekonomi tersebut kurang berpotensi ataupun kurang memiliki

prospek atau bisa disebut dengan sektor non basis. Sedangkan untuk mengetahui

peran sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan

membandingkan PDRB sektor pertanian dan pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan di Kabupaten Kuantan Singingi. Budiharsono (2005) dalam

(Mediana, 2021) menyatakn bahwa untuk menghitung besarnya peran sektor

pertanian dalam menyerap tenaga kerja, digunakan angka pengganda tenaga kerja.

Data yang digunakan selama 5 tahun dengan rumus (Dewiyanti, 2019):

K= N/NB

K : Angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian

N : Jumlah tenaga kerja seluruh sektor di Kabupaten Kuantan Singingi

NB : Jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi

Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh, dikalikan dengan

perubahan tenaga kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka perubahan

kesempatan kerja total dengan rumus (Juniarsih, 2021):

∆N = ∆NB x K

Dimana:

∆N : Perubahan tenaga kerja total Kabupaten Kuantan Singingi


47

∆NB : Perubahan tenaga kerja sektor pertanian Kabupaten Kuantan Singingi


48

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuantan Singingi.

Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Riau, dengan ibu kota Teluk Kuantan yang terletak di Kecamatan Kuantan

Tengah. Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi merupakan

pemekaran dari kabupaten Indragiri Hulu yang dibentuk berdasarkan UU No. 53

Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir, Rokan

Hulu, Siak, Natuna, Karimun, Kuantan Singingi dan Batam.

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi

Secara Geografis Kuantan Singingi secara geografis terletak pada jalur

tengah lintas Sumatera dan berada di Provinsi Riau Bagian Selatan. Kabupaten

Kuantan Singingi terletak pada posisi 0º00'-1º00' Lintang Selatan dan 101º02'-

101º55' Bujur Timur dengan luas wilayah 7.656,03 km² dengan ketinggian

berkisar 25-30 meter diatas permukaan laut.

4.1.2 Luas dan Batas Wilayah

Kuantan Singingi terdiri dari 15 Kecamatan yaitu Kuantan Mudik, Hulu

Kuantan, Gunung Toar, Pucuk Rantau, Singingi, Singingi Hilir, Kuantan Tengah,

Sentajo Raya, Benai, Kuantan Hilir, Pangean, Logas Tanah Darat, Kuantan Hilir

Seberang, Cerenti, dan Inuman. Jarak antara Ibukota Kabupaten ke Ibukota

Kecamatan :

1. Teluk Kuantan – Lubuk Jambi : 22 km

2. Teluk Kuantan – Lubuk Ambacang : 33 km


49

3. Teluk Kuantan – Kampung Baru : 10 km

4. Teluk Kuantan – Pangkalan : 70 km

5. Teluk Kuantan – Muara Lembu : 35 km

6. Teluk Kuantan – Koto Baru : 52 km

7. Teluk Kuantan – Koto Sentajo : 8 km

8. Teluk Kuantan – Benai : 10 km

9. Teluk Kuantan – Baserah : 36 km

10. Teluk Kuantan – Koto Rajo : 45 km

11. Teluk Kuantan – Pangean : 30 km

12. Teluk Kuantan – Perhentian Luas : 48 km

13. Teluk Kuantan – Cerenti : 60 km

14. Teluk Kuantan – Inuman : 47 km

Kota Teluk Kuantan sebagian terdiri dari perbukitan yang memiliki

ketinggian bervariasi, dimana titik tertinggi mencapai 804 meter diatas permukaan

laut dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Umumnya daerah ini adalah

perbukitan, sebagian lagi pegunungan dan dataran sungai. Sungai-sungai yang

terdapat di kabupaten kuantan singingi dari hulu ke hilir adalah sungai

Kuantan/Indragiri, Sungai Teso dan Sungai Singingi. Adapun batas-batas

Kabupaten Kuantan Singingi adalah :

1. Bagian Utara : Kabupaten Kampar dan Pelalawan

2. Bagian Selatan : Provinsi Jambi

3. Bagian Timur : Kabupaten Indragiri Hulu

4. Bagian Barat : Provinsi Sumatera Barat


50

4.2 Keadaan Demografi

4.2.1 Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 2021 sebanyak

336.107, Perkembangan penduduk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, di

jelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2017-2022

No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)


1 2016 317.935
2 2017 321.216
3 2018 324.413
4 2019 333.140
5 2020 334.142
6 2021 336.107
Sumber : BPS Kabupaten Kuantan Singingi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk pada

dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan, mulai dari tahun 2017

dengan jumlah penduduk sebanyak 317.935 jiwa sampai tahun 2021 naik menjadi

336.107 jiwa.

4.2.2 Ketenagakerjaan

Jumlah Pencari Kerja Terdaftar Pada Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kabupaten Kuantan Singingi pada Tahun 2021 sebesar 1.358 orang.

Pencari kerja terbanyak terjadi pada Juli. Hal tersebut sangat berkaitan dengan

bulan kelulusan siswa sekolah dan tahun ajaran baru pendidikan. Perbandingan

pencari kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan pada tahun 2021

terdaftar 739 laki-laki dan 619 perempuan pencari kerja yang terdaftar. Proporsi

terbesar pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
51

berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 41,46 persen (563 orang) dan

Universitas sebesar 29,82 persen (405 orang).

4.3 Perekonomian

Sebagian besar masyarakat penduduk Kabupaten Kuantan Singingi

bermata pencaharian disektor pertanian dan sektor lainnya yaitu sektor

Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas,

Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Kontruksi,

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi

dan Pergudangan, Penyediaan Akomondasi dan Makan Minum, Informasi dan

Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan,

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa

Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa Lainnya. Diharapkan

dengan berkembanganya sektor-sektor unggulan seperti pertanian, industri

pengolahan dan perdagangan akan dapat memacu pertumbuhan sektor-sektor

lainnya sehingga akhirnya akan tercipta struktur ekonomi yang kokoh, seimbang

dan dinamis. Berdasarkan data yang ada ternyata penduduk Kabupaten Kuantan

Singingi sebagian besar bermata pencaharian di sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan yaitu sebesar 44,28%, dan sebagian kecil di sektor Jasa Perusahaan

yaitu sebesar 0,003 %.


52

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitan

Untuk mengetahui peranan sektor pertanian terhadap perekonomian maka

digunakan rumus Location Quotient (LQ). Metode ini digunakan untuk mengukur

derajat relatif spesialisasi suatu industri atau kelompok industri yang dimiliki oleh

suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain. Adapun yang digunakan sebagai

pembanding adalah wilayah yang lebih luas dari wilayah yang dianalisis. Tujuan

penggunaan LQ ini juga untuk menentukan sektor atau sub sektor terpilih atau

leading sector yang merupakan prioritas dalam pembangunan.

5.1.1 Peran Sektor Pertanian Sebagai Sektor Basis Di Kabupaten Kuantan

Singingi

Berdasarkan hasil analisa Location Quotient (LQ) melalui pendekatan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menurut

lapangan usaha di Kabupaten Kuantan Singingi.

Tabel 5.1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDRB) Atas

Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kuantan Singingi

Tahun 2016-2021.

Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan


Usaha (%)
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian,
Kehutanan, dan 47.03 48.01 48.023 48.05 48.06 49
Perikanan
Pertambangan dan 5.07 4.67 5.01 5.01 4.69 3.369
Penggalian
Industri Pengolahan 31.18 30.939 30.345 30.321 30.06 30
53

Pengadaan Listrik 0.04 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05


dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
Konstruksi 6.95 6.98 6.847 6.861 6.88 7.04
Perdagangan Besar
dan Eceran;
3.37 3.05 3.32 3.31 3.619 3.78
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan 0.47 0.44 0.46 0.466 0.49 0.5
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 0.21 0.2 0.23 0.238 0.22 0.23
Makan Minum
Informasi dan
0.4 0.4 0.41 0.411 0.51 0.53
Komunikasi
Jasa Keuangan dan 0.58 0.58 0.61 0.601 0.62 0.63
Asuransi
Real Estat 0.729 0.73 0.701 0.702 0.82 0.84
Jasa Perusahaan 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan 2.75 2.72 2.722 2.711 2.71 2.74
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 0.57 0.58 0.61 0.608 0.6 0.62
Jasa Kesehatan dan 0.17 0.18 0.179 0.2 0.22 0.23
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 0.46 0.46 0.462 0.44 0.43 0.42

Produk Domestik
Regional Bruto 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kuantan Singingi Tahun 2021

Berdasarkan tabel 5.1.1 data PDRB diatas menunjukkan sektor pertanian

dalam perekonomian di Kabupaten Kuantan Singingi yang tertinggi

dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu > 40 %. Sektor pertanian juga

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini membuat Sektor perrtanian

menjadi sektor yang berpengaruh di Kabupaten Kuantan Singingi.


54

Tabel 5.1.2 Indeks Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten Kuantan


Singingi Tahun 2016-2021.
Kabupaten Kuantan Singingi
Lapangan (%)
Usaha
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian,
Kehutanan,
dan Perikanan 1.00 1.02 1.03 1.01 1.00 1.03
Pertambangan
dan
Penggalian 0.108 0.099 0.108 0.106 0.097 0.071
Industri
Pengolahan 0.664 0.659 0.653 0.639 0.624 0.628
Pengadaan
Listrik dan
Gas 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Konstruksi 0.148 0.149 0.147 0.145 0.143 0.147
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor 0.072 0.065 0.071 0.070 0.075 0.079
Transportasi
dan
Pergudangan 0.010 0.009 0.010 0.010 0.010 0.010
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum 0.004 0.004 0.005 0.005 0.005 0.005
Informasi dan
Komunikasi 0.009 0.009 0.009 0.009 0.011 0.011
Jasa
Keuangan
dan Asuransi 0.012 0.012 0.013 0.013 0.013 0.013
Real Estat 0.016 0.016 0.015 0.015 0.017 0.018
Jasa
Perusahaan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan
dan Jaminan
Sosial Wajib 0.059 0.058 0.059 0.057 0.056 0.057
55

Jasa
Pendidikan 0.012 0.012 0.013 0.013 0.012 0.013
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial 0.004 0.004 0.004 0.004 0.005 0.005
Jasa lainnya 0.010 0.010 0.010 0.009 0.009 0.009
Sumber : Hasil olah Data Peneliti

Berdasarkan tabel 5.1.2 diatas menunjukan sektor pertanian memiliki nilai

LQ tertinggi dalam perekonomian di Kabupaten Kuantan Singingi yaitu dengan

nilai LQ sebesar 1,03 % pada tahun 2021 yang berarti sektor pertanian memiliki

potensi dan prospek yang besar sebagai sektor basis ekonomi di Kabupaten

Kuantan Singingi terutama pada penyerapan tenaga kerja baik tempatan luar

daerah dan perkembangan pendapatan perkapita penduduk atau bisa disebut

sektor ini merupakan sektor basis.

Tabel 5.1.3. Nilai LQ Sektor Pertanian Kabupaten Singingi Tahun 2016-


2021.
Nilai LQ
Tahun
Sektor Pertanian (%)
2016 1.00
2017 1.02
2018 1.03
2019 1.01
2020 1.00
2021 1.03
Sumber : Hasil olah Data Peneliti

Dari tabel 5.1.3 diatas dapat dilíhat bahwa setiap sektor pertanian sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian sangat berperan

terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan nilai

persentase pertumbuhan ekonomi diatas dapat dilihat nilainya flutuaktif yaitu

pada tahun 2016 nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 1.00 %, kemudian pada

tahun 2017 nilai pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan yaitu 1.02 %,


56

selanjutnya pada tahun 2018 terjadi peningkatan lagi menjadi 1.03%, kemudian

pada tahun 2019 kembali mengalami penurunan menjadi 1.01 %, selanjutnya

ditahun 2020 terjadi penurunan yaitu 1.00%, dan pada tahun 2021 nilai

pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 1.03%. Pada tahun 2019 dan 2020

terjadi penurunan diakibatkan adanya wabah virus Covid-19 yang berdampak

kesulurh sektor ekonomi sehingga terjadi penurunan pada tahun tersebut.

Sehingga laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh

besarnya peningkatan ekspor wilayah tersebut. Sedangkan inti dari model

ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan

ekspor wilayah tersebut baik berupa barang-barang dan jasa, termasuk tenaga

kerja.

Selain itu berupa pengeluaran orang asing yang berada diwilayah tersebut

terhadap barang-barang yang tidak bergerak (immobile) seperti yang bephubungan

dengan aspek goografis, iklim, peninggalan sejarah dan sebagainya.

Pengembangan sektor pertanian sangat diharapkan dalam menunjang sasaran

pembangunan Kabupaten Kuantan Singingi sebagai daerah sentra pertanian ini

tandai dengan nilai LQ-nya yang besar dari satu. Besarnya peranan sektor

pertanian akan sangat berperan terhadap pertumbuhan ekonomi dan akan dapat

menyerap tenaga kerja yang besar. Dan pada kenyataannya memang sebagian

besar penduduk daerah ini bermata pencaharian di sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan urat nadi dalam perekonomian di Kabupaten

Kuantan Singingi. Sektor perkebunan adalah salah satu tulang punggung

perekonomian Kabupaten Kuantan Singingi. Komoditi yang biasa dikelola adalah


57

kelapa sawit, kelapa, kelapa hybrida, kelapa lokal menjadi komoditi unggulan

daerah. Besarnya jumlah hasil produksi tersebut menjadikan Kabupaten Kuantan

Singingi sebagai salah satu produsen kelapa sawit dan kelapa terbesar nomor dua

setelah Kabupaten Indragiri Hilir. Dengan besarnya produksi kelapa sawit dan

kelapa menjadikan sektor pertanian menjadi sektor penunjang utama dalam

perekonomian di Kabupaten Kuantan Singingi.

5.1.2 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di

Kabupaten Kuantan Singingi

Budiharsono (2005) menyatakan bahwa untuk menghitung besarnya

peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja, digunakan angka

pengganda tenaga kerja. Dalam penelitian ini digunakan asumsi bahwa proporsi

pendapatan wilayah yang dibelanjakan dalam wilayah sebanding dengan proporsi

tenaga kerja wilayah.

Tabel 5.1.4 Jumlah Tenaga Kerja Keseluruhan dan Tenaga Sektor


Pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi selama tahun 2016-2021

Tahun Tenaga Kerja Sektor Tenaga Kerja Keseluruhan (jiwa)


Pertanian (Jiwa)
2016 171.108 206.811
2017 185.112 209.103
2018 191.948 211.577
2019 195.866 211.577
2020 198.289 212.236
2021 199.879 214.224
Sumber : BPS Kuantan Singingi Tahun 2021

Hasil perhitungan angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian di

Kabupaten Kuantan Singingi selama tahun 2016-2021 ditunjukkan dalam tabel


58

5.1.5.

Tabel 5.1.5 hasil perhitungan angka pengganda tenaga kerja sektor


pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi selama tahun 2016-2021

Tenaga Kerja Tenaga Kerja


Angka pengganda
Tahun Sektor Teseluruhan
Tenaga Kerja Sektor
Pertanian (jiwa)
Pertanian (%)
(Jiwa)
2016 171.108 206.811 1.21
2017 185.112 209.103 1.13
2018 191.948 211.014 1.10
2019 195.866 211.577 1.08
2020 198.289 212.236 1.07
2021 199.879 214.224 1.07
Total Persentase 6.66
Sumber : Hasil olah Data Peneliti

Berdasarkan angka pengganda tenaga kerja pada tabel 5.1.5. menunjukkan

nilai angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian Pada tahun 2016 nilainya

sebesar 1.21% dan pada tahun 2017 nilainya sebesar 1.13%, pada tahun 2018

sebesar 1.10%, kemudian pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 1.08%,

pada tahun 2020 kembali menurun menjadi 1.07% dan pada tahun 2021 menjadi

1.07%. Dari nilai rata-rata diperoleh nilai 6.66% yang artinya bahwa selama tahun

2016-2021 terjadi penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 6.66%

di Kabupaten Kuantan Singingi.

Angka pengganda tenaga kerja yang diperoleh dikalikan dengan

perubahan kesempatan kerja di sektor pertanian akan dihasilkan angka perubahan

kesempatan kerja total Kabupaten Kuantan Singingi. Pada awal tahun analisis

yaitu tahun 2016 peranan sektor pertanian dalam menciptakan kesempatan kerja

cukup besar. Pada tahun 2016 sektor pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi

menyerap 171.108 orang dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap di

Kabupaten Kuantan Singingi pada seluruh sektor perekonomian. Kemudian


59

mengalami kenaikan secara signifkan pada tahun 2017 yaitu 185.112 orang,

kemudian pada tahun 2018 menjadi 191.948 orang, kemudian pada tahun 2019

menjadi 195.866 orang, kemudian pada tahun 2020 menjadi 198.289 orang dan

pada tahun 2021 menjadi 199.879 orang. Angka pengganda yang dihasilkan dari

analisis menunjukkan peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

dari tahun 2016-2021 sebesar 6.66%.

Sehingga peningkatan luas sektor pertanian berpengaruh terhadap

peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian ini disebabkan meningkatnya

permintaan dan harga komoditi di sektor pertanian , yang berarti sektor pertanian

memiliki potensi dan prospek yang besar dalam pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kuantan Singingi. Terutama pada penyerapan tenaga kerja, baik

tempatan luar daerah dan perkembangan pendapatan perkapita penduduk atau bisa

disebut sektor ini merupakan sektor basis.

5.2 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini berdasarkan hasil penelitian diatas maka

dapat kita ketahui bahwa:

1. Peran Sektor Pertanian Sebagai Sektor Basis Di Kabupaten Kuantan

Singingi berdasarkan data PDRB menunjukkan sektor pertanian dalam

perekonomian di Kabupaten Kuantan Singingi yang tertinggi

dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu >1.000.000 (Miliyar Rupiah) .

Sektor pertanian juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sektor

pertanian tersebut meliputi 5 sub sektor :


60

a. Tanaman pangan berdasarkan data BPS dari Dinas Pertanian

Kabupaten Kuantan Singingi luas tanaman padi dan palawija dari

tahun 2016 – 2021 maka terjadi penurunan luas lahan panen pada

subsektor tanaman pangan karena banyak para petani yang beralih ke

sub sektor pertanian lainnya, seperti sub sektor perkebunan yang

dinilai masyarakat lebih meningkatkan pendapatan masyarakat dan

perawatan yang dinilai lebih mudah.

b. Perkebunan berdasarkan data BPS dari Dinas Pertanian Kabupaten

Kuantan Singingi luas tanaman perkebunan dari tahun 2016 – 2021

maka terjadi peningkatan luas lahan perkebunan setiap tahunnya

terutama pada jenis tanaman kelapa sawit dan tanaman karet, karena

tanaman ini cuku mudah dalam perawatan dan panennya.

c. Kehutanan berdasarkan data BPS Kabupaten Kuantan Singingi luas

menurut fungsinya dari tahun 2016 – 2021 maka terjadi peningkatan

luas hutan yang beralih menjadi hutan produksi dan hutan produksi

terbatas, tetapi angka ini tidak bertambah dan bernilai tetap pada

tahun 2019 hingga 2022.

d. Perternakan berdasarkan data BPS dari Dinas Perternakan dan

perikanan Kabupaten Kuantan Singingi dari tahun 2016 – 2021 maka

terjadi peningkatan setiap tahunnya terutama pada jenis ternak sapi

serta ternak ayam buras dan ayam pedaging, karena kedua jenis

ternak ini lebih mudah dalam perawatan dan nilai jualnya cukup

tinggi.
61

e. Perikanan berdasarkan data BPS dari Dinas Perternakan dan

perikanan Kabupaten Kuantan Singingi dari tahun 2016 – 2021 maka

dapat diketahui luas wilayah perairan pada sub sektor perikanan

bernilai tetap karena masyarakat melakukan budi daya pada kawasan

danau, bendungan, rawa dan sungai.

Dari lima sub sektor di atas maka dapat dilihat angka tertinggi yaitu

pada sub sektor perkebunan yang selanjutnya kehutanan, tanaman

pangan, peternakan dan perikanan.

2. Sektor pertanian memiliki nilai LQ tertinggi dalam perekonomian di

Kabupaten Kuantan Singingi yaitu dengan nilai LQ sebesar 1,03 pada

tahun 2021 yang berarti sektor pertanian memiliki potensi dan prospek

yang besar sebagai sektor basis ekonomi di Kabupaten Kuantan Singingi

terutama pada penyerapan tenaga kerja baik tempatan luar daerah dan

perkembangan pendapatan perkapita penduduk atau bisa disebut sektor ini

merupakan sektor basis.

3. Peranan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Kuantan Singingi berdasarkan Nilai angka pengganda tenaga kerja sektor

pertanian yang cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2016 nilainya sebesar

1.21% dan pada tahun 2017 nilainya sebesar 1.13%, pada tahun 2018

sebesar 1.10%, kemudian pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi

1.08%, pada tahun 2020 kembali mengalami penurunan menjadi 1.07%,

dan pada tahun 2021 sebesar 1.07%. Dari nilai rata-rata diperoleh nilai

6.66% yang artinya bahwa selama tahun 2016-2021 terjadi penyerapan


62

tenaga kerja di sektor pertanian sebesar 6,66% di Kabupaten Kuantan

Singingi.

4. Angka pengganda tenaga kerja diperoleh dengan cara jumlah tenaga kerja

seluruh sektor di Kabupaten Kuantan Singingi di bagi jumlah tenaga kerja

sektor pertanian di Kabupaten Kuantan Sigingi. Pada awal tahun analisis

yaitu tahun 2016 peranan sektor pertanian dalam menciptakan kesempatan

kerja cukup besar Pada tahun 2016 sektor pertanian di Kabupaten Kuantan

Singingi menyerap 171.108 orang dari keseluruhan tenaga kerja yang ada

di Kabupaten Kuantan Singingi pada seluruh sektor perekonomian.

Kemudian mengalami kenaikan secara signifkan pada tahun 2017 yaitu

185.112 orang, kemudian pada tahun 2018 sebanyak 191.948 orang,

kemudian pada tahun 2019 sebanyak 195.866, kemudian pada tahun 2020

sebanyak 198.289 orang dan pada tahun 2021 sebanyak 199.879 orang.

Angka pengganda tenaga kerja yang dihasilkan dari analisis menunjukkan

penyerapan tenaga kerja selama tahun 2016 sampai 2021 yaitu sebesar

6.66%.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rosyetti (2019)

dalam penelitian yaitu hasil pengamatan, diperoleh temuan : (a) sektor potensial

yang berpotensi dalam meningkatkan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja

adalah sektor pertanian. Sektor jasa kurang berpotensi dalam peningkatkan

perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja. (b) Perubahan struktur

ekonomi terjadi pada sektor pertambangan. Faktor spatial atau lokasional yang

menguntungkan menyebabkan berpotensimya sektor pertambangan dalam


63

meningkatkan kesempatan kerja wilayah.

Sehingga sektor pertanian sangat berperan penting sebagai sektor basis

di Kabupaten Kuantan Singingi hal ini sesuai dengan menurut analisis klasik

pertanian merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam bentuk

kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional,

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan

pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk

kepentingan manusia. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu

sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber

devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi

komoditas- komoditas pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini

disebut kontribusi devisa. Secara konseptual maupun empiris sektor pertanian

cukup layak untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam perekonomian

terutama sebagai sektor andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat

yang sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan sektor

pertanian mempunyai keunggulan kompetitif yang terbukti mampu menghadapi

gangguan dari luar. Keunggulan kompetitifnya didapat dari input yang berbasis

sumber daya lokal (Kornita dkk, 2020).

Sektor pertanian b er pe ra n sebagai sektor basis dalam penyerapan

tenaga kerja di Kabupaten Kuantan Singingi . Kesempatan kerja dalam

menyerap tenaga kerja merupakan suatu masalah utama dalam pembangunan

Indonesia, baik di masa lampau maupun di masa yang akan datang. Ledakan

penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, sementara lapangan kerja untuk
64

menampung mereka tidak memadai (Amani, 2018). Kesempatan kerja adalah

lapangan pekerjaan yang sudah di duduki (employment) dan masih lowongan

(vacancy). Lebih jauh di jelaskan bahwa dalam teori kesempatan kerja di kenal

istilah elastisitas pemerintah akan tenaga kerja yang di artikan sebagai persentase

perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan dengan perubahan

permintaan akan tenaga kerja yang di sebabkan dengan perubahan satu persen

pada tingkat upah (Sanjaya dkk, 2019).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


65

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulannya sebagai berikut :

1. Peranan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan nilai

LQ dari tahun 2016 sampai tahun 2021 > 1, yang berarti sektor pertanian

memiliki potensi dan prospek yang besar dalam pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Kuantan Singingi terutama pada penyerapan tenaga kerja.

2. Peranan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam penyerapan tenaga kerja

di Kabupaten Kuantan Singingi dengan angka pengganda tenaga kerja

diperoleh nilai 6,66% yang artinya selama tahun 2016-2021 terjadi

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian maka dapat disampaikan saran

sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah Kabupaten Kuantan Singingi dan instansi-intansi

terkait diharapkan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

bermanfaat dalam mengembangkan ekonomi terutama dalam sektor

pertanian. Karena sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja yang

cukup besar di Kabupaten Kuantan Singingi.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat menambahkan

referensi lain yang belum dibahas dalam penelitian ini, sehingga

penelitiannya lebih sempurna.


66
67

DAFTAR PUSTAKA

Anwarudin dan saputra.(2018) peranan penyuluh pertanian dalam mendukung


keberlanjutan usaha pertanian pada petani. Jurnal Ilmiah

Amaliah, R., Mahyuddin, M., & Fahmid, M. (2019). Kinerja Dan Peranan Sektor
Pertanian Dalam Perekonomian Di Kabupaten Bantaeng.
HasanuddinJournal of Sustainable Agriculture, 1 1).
https://doi.org/10.20956/hajsa.v1i1.1796

Amani, S. Z. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan


Tenaga Kerja Pada Industri Manufaktur Besar Dan Sedang Di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2011-2015. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 1(1).

Barokah, D. S. M. (2019). Dinamika Peranan Sektor Pertanian Dalam Penyerapan


Tenaga Kerja Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor
Pertanian Di Kawasan Subosuka Wonosraten. Phys. Rev. E, II(June).

Basri, H., & Putra, A. (2021). Pengaruh PDRB Sektor Pertanian Upah Minimum
Provinsi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian. Journal
Development, 9(1). https://doi.org/10.53978/jd.v9i1.170

Dailabi, M. M. (2018). Analisis Faktor Perpindahan Tenaga Kerja Dari Sektor


Pertanian ke Sektor Industri (Studi Kasus Kecamatan Gondanglegi
Kabupaten Malang). Jurnal Ilmiah, 2(1).

Dewiyanti, R. (2019). Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pangkep. Skripsi Ekonomi.

Dwita dan Taryono (2017) Pengaruh Sektor Pertanian dan Sektor Industri
Pengolahan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pringsewu Periode
2009-2016 Dalam Prespektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis.

Ekwarso, H., & Taryono ( 2012) Analisis Ketenagakerjaan Pada Wilayah


Pedesaan Di Kabupaten Kampar. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan
Tahun Iii No. 7, November 2012 : 1 - 23

Farhan, A. (2021). Pengaruh Agrikultura Dan Industri Pada Emisi Karbon Studi
Negara-Negara Asia Tahun 2010 - 2016. Media Mahardhika, 19(2).
https://doi.org/10.29062/mahardika.v19i2.250

Fatmawati, A., & Iskandar, D.D. (2018). Analisis Perubahan Struktur Ekonomi
(Economic Landscape) Jawa Tengah ( Analisis Output-Input Periode Tahun
2000-2013). Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomika
Dan Bisnis, Vol. 1(3),46-70.

Hardiguntara1, Harlen, Ekowarso ( 2022) Analisis Transformasi Tenaga Kerja


Provinsi Riau Tahun 2010- 2019. Jurnal Niara Vol. 15, No. 1Mei 2022
68

Handayani, Syapsan, & Ekowarso ( 2020) Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Tenaga Kerja Perempuan Bekerja Di Sektor Informal Di Kota Pekanbaru.
Jurnal Akrab Juara Volume 5 Nomor 4 Edisi November 2020 (90-106)

Ikhsan, A. K., Ariusni, A., & Putri, D. Z. (2019). Analisis Pengaruh Sektor
Pertanian, Sektor Pertambangan, Dan Sektor Industri Terhadap Ketimpangan
Distribusi Pendapatan Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi Dan
Pembangunan, 1(3). https://doi.org/10.24036/jkep.v1i3.7700

Juniarsih, T. (2021). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor


Pertanian Di Aceh Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(1).
https://doi.org/10.36490/value.v2i1.119

Juswadi, J. (2021). Pengaruh Produksi Sektor Pertanian Terhadap Produksi


Subsektor Industri Pertanian Provinsi Jawa Barat. Agri Wiralodra, 13(1).
https://doi.org/10.31943/agriwiralodra.v13i1.16

Khoiri, M., Syapsan, S., & Kornita, S. E. (2020). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Riau tahun 2000-2018.
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 15(2). https://doi.org/10.31258/sorot.15.2.87-
104

Kornita, S. E., Basri, S., Restu, R., Isbah, U., & Desweni, S. P. (2020).
Pemberdayaan ekonomi masyarakat pelaku usaha UMKM di Kelurahan
Limbungan Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Unri Conference
Series: Community Engagement, 2. https://doi.org/10.31258/unricsce.2.494-
497

Kornita, S. E., & Mayes, A. (2018). Analisis Peran Perbankan Dalam


Perekonomian Di Kabupaten Siak. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 18.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah: Reformasi,


Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga

Kurniawan, M. R. (2018). Analisis kontribusi sektor pertanian terhadap


pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dalam perspektif Islam
di provinsi Banten. SKRIPSI-Ekonomi.

Kurniawan1, Syafsan, & Ekwarso ( 2022) Analisis Pertumbuhan Dan Pergeseran


Sektor Ekonomi Di Provinsi Riau Tahun 2010-2019. Jurnal Ekonomi, Bisnis
dan Manajemen September2022, Vol. 1, No. 2, pp. 1-14e-ISSN 2961-9823

Lembang, H., & Batlajery, S. (2021). Dampak Sektor Pertanian, Perikanan dan
Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial,
12(1).
69

Maisaroh, Siti (2017) Analisis Peranan dan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap
Pertumbuhan Wilayah Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi Pada
Kabupaten Tulang Bawang) Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial.11

Mediana, H. (2021). Analisis Pengaruh PDRB Sektor Pertanian, Sektor Industri


Pengolahan, Sektor Transportasi Dan Pergudangan Terhadap Kualitas ….
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB.

Mosher, A.T. 2002. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok


Pembangunan dan Modernisasi. Jakarta: CV. Yasaguna

Ningsih, S. (2020). Pengaruh Kesempatan Kerja Dan Distribusi Pendapatan


Terhadap Pembangunan Sektor Pertanian Di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi
Ekonomi, 21(1).

Pelengkahu, S. S., Kindangen, P., & Walewangko, E. N. (2021). Analisis


Pengaruh Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Pembangunan Ekonomi Dan Keuangan Daerah,
22(2).

Prayitno,Hadi 1996). Ekonomi pembangunan. Publisher:Jakarta : Ghalia


Indonesia

Sanjaya, P. U., Irianto, H., & Agustono. (2019). Peran Sektor Pertanian,
Kehutanan, Dan Perikanan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten
Magetan. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7(3).

Sidharta, Bernard Arief (2021) Pengembangan Hukum Indonesia. Rajawali Buana


Pustaka.

Sudalmi, Endang Sri. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Innofarm: Jurnal


Inovasi Pertanian Vol.9, No. 2, September 2010 (15 -28). 13 hal.

Susilowati, L. (2016). Mahir Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang. Yogyakarta:


Penerbit Kalimedia.

Tambunan, Tulus . 2012 . Usaha Mikro Kecil dan Menengah di


Indonesia. Jakarta: LP3ES

Tarigan , Robinson. 2004 . Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT


Bumi. Aksara

Taryono Dan Hendro Ekwarso (2012). Analisis Ketenagakerjaan Pada Wilayah


Pedesaan Di Kabupaten Kampar. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan

Wahyuni, E. I., Ramly, M., & Arfah, A. (2020). Pengaruh Sektor Pertanian,
Sektor Pariwisata dan Sektor Keuangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Selayar Periode 2008-2019. PARADOKS : Jurnal Ilmu Ekonomi,
70

3(4). https://doi.org/10.33096/paradoks.v3i4.626

Wibowo, A. (2019). Pengaruh Output Sektor Pertanian Dan Perdagangan


Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Riset Dan
Aplikasi Matematika (JRAM), 3(2). https://doi.org/10.26740/jram.v3n2.p89-
100

Yodfiatfinda (2018). Meningkatkan Minat Generasi Muda di Sektor Pertanian


untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan. Repository Universitas Trilogi.

Yustika, Ahmad Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan : Definisi, Teori, &.


Strategi. Malang : Bayumedia Publishing

Kementrian Pertanian, (2019)https://ditjenbun.pertanian.go.id/2019

https://riau.bps.go.id/indicator/52/69/1/pdrb-adhk-kabkota.html

https://kuansingkab.bps.go.id/subject/52/produk-domestik-regional-bruto--lapangan-
usaha-.html

Undang - Undang  Republik Indonesia. Nomor 13 Tahun


2003 . Tentang. Ketenagakerjaan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 Tentang Pembentukan


Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan
Singingi, Dan Kota Batam 
71

Lampiran 1 : Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDRB)

Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016-2021.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha


Lapangan Usaha (Persen)
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian, Kehutanan, 48.023 48.05 48.06 49 48.023 48.05
dan Perikanan
Pertambangan dan 5.01 5.01 4.69 3.369 5.01 5.01
Penggalian
Industri Pengolahan 30.345 30.321 30.06 30 30.345 30.321
Pengadaan Listrik dan
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi 6.847 6.861 6.88 7.04 6.847 6.861
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
3.32 3.31 3.619 3.78 3.32 3.31
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan 0.46 0.466 0.49 0.5 0.46 0.466
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 0.23 0.238 0.22 0.23 0.23 0.238
Makan Minum
Informasi dan
0.41 0.411 0.51 0.53 0.41 0.411
Komunikasi

Jasa Keuangan dan 0.61 0.601 0.62 0.63 0.61 0.601


Asuransi
Real Estat 0.701 0.702 0.82 0.84 0.701 0.702
Jasa Perusahaan 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001

Administrasi
Pemerintahan, 2.722 2.711 2.71 2.74 2.722 2.711
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 0.61 0.608 0.6 0.62 0.61 0.608

Jasa Kesehatan dan 0.179 0.2 0.22 0.23 0.179 0.2


Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 0.462 0.44 0.43 0.42 0.462 0.44
Produk Domestik
Regional Bruto 100 100 100 100 100 100
72

Sumber : BPS Kuantan Singingi Tahun 2021

Lampiran 2 : Distribusi Produk Domestik Bruto (PDRB) Provinsi Riau


Tahun 2016-2021

Kabupaten/ PDRB ADHK Kabupaten Kota (Milyar Rupiah)


Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Siak 53 311,01 54 543,29 56 605,99 53 311,01 54 543,29 56 605,99
Rokan Hulu 25 482,41 26 750,97 28 093,64 25 482,41 26 750,97 28 093,64

Rokan Hilir 45 978,06 46 726,02 47 961,77 45 978,06 46 726,02 47 961,77


Pelalawan 35 110,42 36 538,81 38 141,09 35 110,42 36 538,81 38 141,09
Pekanbaru 69.000,14 72 619,08 77 539,10 69.000,14 72 619,08 77 539,10

Kuantan 23 853,04 24 747,63 25 913,73 23 853,04 24 747,63 25 913,73


Singingi
Kepulauan 12 683,87 13 008,81 13 421,78 12 683,87 13 008,81 13 421,78
Meranti
Kampar 51 419,30 53 193,86 55 765,14 51 419,30 53 193,86 55 765,14
Indragiri 29 831,96 31 102,98 32 543,67 29 831,96 31 102,98 32 543,67
Hulu
Indragiri 44 967,54 46 972,37 49 468,27 44 967,54 46 972,37 49 468,27
Hilir
Dumai 24 597,99 26 068,28 27 725,87 24 597,99 26 068,28 27 725,87
Bengkalis 73 856,68 74 229,92 75 878,58 73 856,68 74 229,92 75 878,58
RIAU 489 995,75 506 471,91 529 532,98 489 995,75 506 471,91 529 532,98
Sumber : BPS Provinsi Riau Tahun 2021

Rumus Mencari Nilai LQ

LQ = Vi/Vt

Vi/Vt

Dimana:

Vi : Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor i Kabupaten

Kuantan Singingi.

Vt: Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuantan Singingi.

Vi : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor i Provinsi Riau.


73

Vt : Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Riau.

maka

Nilai LQ tahun 2016 pada sektor pertanian adalah :

LQ = Vi/Vt

Vi/Vt

48,023/100
46.967/100

= 1,00.

Lapangan Kabupaten Kuantan Singingi


Usaha
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian,
Kehutanan, 48.023 48.05 48.06 49 48.023 48.05
dan Perikanan
Total PDRB
Kuantan
SIngingi 100 100 100 100 100 100
Pertanian,
Kehutanan,
dan Perikanan
Provinsi Riau 46.967 46.972 46.468 47.419 48.193 47.765
Total PDRB
Provinsi Riau 100 100 100 100 100 100
Hasil Nilai
LQ 1,00 1,02 1,03 1,01 1,00 1,03
74

Lampiran 3 : Distribusi Indeks Nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten


Kuantan Singingi Tahun 2016-2021.
Lapangan Kabupaten Kuantan Singingi
Usaha
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian,
Kehutanan,
dan Perikanan 1.00 1.02 1.03 1.01 1.00 1.03
Pertambangan
dan
Penggalian 0.108 0.099 0.108 0.106 0.097 0.071
Industri
Pengolahan 0.664 0.659 0.653 0.639 0.624 0.628
Pengadaan
Listrik dan
Gas 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
Pengadaan
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Konstruksi 0.148 0.149 0.147 0.145 0.143 0.147
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor 0.072 0.065 0.071 0.070 0.075 0.079
Transportasi
dan
Pergudangan 0.010 0.009 0.010 0.010 0.010 0.010
Penyediaan
Akomodasi
dan Makan
Minum 0.004 0.004 0.005 0.005 0.005 0.005
Informasi dan
Komunikasi 0.009 0.009 0.009 0.009 0.011 0.011
Jasa
Keuangan
dan Asuransi 0.012 0.012 0.013 0.013 0.013 0.013
Real Estat 0.016 0.016 0.015 0.015 0.017 0.018
Jasa
Perusahaan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Administrasi
Pemerintahan
, Pertahanan 0.059 0.058 0.059 0.057 0.056 0.057
75

dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa
Pendidikan 0.012 0.012 0.013 0.013 0.012 0.013
Jasa
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial 0.004 0.004 0.004 0.004 0.005 0.005
Jasa lainnya 0.010 0.010 0.010 0.009 0.009 0.009
Sumber : Data olah Peneliti

Lampiran 4 : Nilai LQ Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pada


Kabupaten Kuantan Singingi 2016-2021

Lapangan Kabupaten Kuantan Singingi


Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pertanian,
Kehutanan, 1,00 1,02 1,03 1,01 1,00 1,03
dan Perikanan

Lampiran 5 : Nilai LQ Sektor Pertanian Kabupaten Singingi Tahun 2016-


2021.
Nilai LQ
Tahun
Sektor Pertanian
2016 1.00
2017 1.02
2018 1.03
2019 1.01
2020 1.00
2021 1.03

Mencari angka pengganda tenaga kerja:

jumlah tenagakerja seluruh sektor


angka pengganda tenaga kerja =
jumlah tenaga kerja sektor pertanian

maka : 206.811
171.108
76

= 1.21%.

Lampiran 6 : Hasil perhitungan angka pengganda tenaga kerja sektor


pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi selama tahun 2016-2021

Tenaga Kerja jumlahTenaga Angka Pengganda


Tahun
Sektor Pertanian keseluruhannya (jiwa) tenaga kerja sektor
(Jiwa) pertanian (%)
2016 171.108 206.811 1.21
2017 185.112 209.103 1.13
2018 191.948 211.014 1.10
2019 195.866 211.577 1.08
2020 198.289 212.236 1.07
2021 199.879 214.224 1.07
Total Persentase 6.66

Lampiran 7 : Lima Sub Sektor Pertanian Kabupaten Kuantan Singingi


Tahun 2016-2021

(a) Tanaman Pangan

No Jenis Tanaman Pangan Luas Lahan panen (Ha) Tahun


1 Padi 11.175,00 2016
Jagung 195,00
ubi kayu 351,00
Ubi jalar 18,00
Kacang Tanah 79,00
Kacang Kedelai 8,00
Kacang Hijau 31,00
2 Padi 11.260,00 2017
Jagung 270,00
ubi kayu 320,00
Ubi jalar 18,00
Kacang Tanah 78,00
Kacang Kedelai 8,00
Kacang Hijau 32,00
3 Padi 11.638,00 2018
Jagung 239,00
ubi kayu 273,00
Ubi jalar 19,00
Kacang Tanah 78,00
Kacang Kedelai 9,00
Kacang Hijau 30,00
4 Padi 5.405,29 2019
Jagung 168,10
ubi kayu 191,30
Ubi jalar 7,00
Kacang Tanah 26,10
77

Kacang Kedelai 7,00


Kacang Hijau 12,00
5 Padi 8.091,00 2020
Jagung 218,00
ubi kayu 223,40
Ubi jalar 3,00
Kacang Tanah 29,50
Kacang Kedelai 14,00
Kacang Hijau 6,00
6 Padi 5.481,44 2021
Jagung 395,50
ubi kayu 185,30
Ubi jalar 1,20
Kacang Tanah 55,70
Kacang Kedelai 69,00
Kacang Hijau 4,20
7 Padi 4.688,00 2022
Jagung 367,00
ubi kayu 150,00
Ubi jalar 2,00
Kacang Tanah 35,00
Kacang Kedelai 69,00
Kacang Hijau 5,00

(b) Perkebunan

No Jenis Tanaman Luas Lahan perkebunan (Ha) Tahun


perkebunan
1 Kelapa Sawit 128.351,00 2016
Kakao 2.465,00
Karet 1.499,87
2 Kelapa Sawit 130.486,98 2017
Kakao 2.470,95
Karet 144.314,70
3 Kelapa Sawit 126.550,88 2018
Kakao 2.207,24
Karet 137.996,47
4 Kelapa Sawit 132.793,81 2019
Kakao 2.211,24
Karet 138.908,05
5 Kelapa Sawit 133.928,21 2020
Kakao 2.231,59
Karet 137.822,05
6 Kelapa Sawit 150.455,69 2021
Kakao 223,04
Karet 126.764,90
7 Kelapa Sawit 142.927,68 2022
Kakao 302,19
Karet 123.720,20
78

(c) Kehutanan

No Hutan Menurut Fungsinya Luas Hutan (%) Tahun


1 Hutan Lindung 19,55 2016
Hutan kawasan cagar alam 22,48
Hutan Produksi tetap 37,48
Hutan Produksi terbatas 20,49
Luas Hutan 231.428,0 Ha
2 Hutan Lindung 21,74 2017
Hutan kawasan cagar alam 0
Hutan Produksi tetap 50,88
Hutan Produksi terbatas 27,38
Luas Hutan 203.109,02 Ha
3 Hutan Lindung 27,99 2018
Hutan kawasan cagar alam 0
Hutan Produksi tetap 46,62
Hutan Produksi terbatas 23,59
Luas Hutan 153.296,00 Ha
4 Hutan Lindung 11,74 2019
Hutan kawasan cagar alam 18,07
Hutan Produksi tetap 53,40
Hutan Produksi terbatas 27,11
Luas Hutan 320.382,43 Ha
5 Hutan Lindung 11,74 2020
Hutan kawasan cagar alam 18,07
Hutan Produksi tetap 53,40
Hutan Produksi terbatas 27,11
Luas Hutan 320.382,43 Ha
6 Hutan Lindung 11,74 2021
Hutan kawasan cagar alam 18,07
Hutan Produksi tetap 53,40
Hutan Produksi terbatas 27,11
Luas Hutan 320.382,43 Ha
7 Hutan Lindung 11,74 2022
Hutan kawasan cagar alam 18,07
Hutan Produksi tetap 53,40
Hutan Produksi terbatas 27,11
Luas Hutan 320.382,43 Ha
79

(d) Peternakan

No Jenis Ternak Populasi (ekor) Tahun


1 Sapi 22.886 2016
Kerbau 11.990
Kambing 15.342
Ayam Buras & pedaging 3.804.761
Itik 10.611
2 Sapi 23.503 2017
Kerbau 10.231
Kambing 18.051
Ayam Buras & pedaging 3.380.395
Itik 11.693
3 Sapi 23.280 2018
Kerbau 9.804
Kambing 19.016
Ayam Buras & pedaging 4.726.804
Itik 14.016
4 Sapi 22.551 2019
Kerbau 10.048
Kambing 10.048
Ayam Buras & pedaging 4.131.961
Itik 12.214
5 Sapi 23.342 2020
Kerbau 9.540
Kambing 21.361
Ayam Buras & pedaging 3.268.443
Itik 12.468
6 Sapi 25.041 2021
Kerbau 9.392
Kambing 30.847
Ayam Buras & pedaging 6.926.961
Itik 11.656
7 Sapi 24.887 2022
Kerbau 8.976
Kambing 21.051
Ayam Buras & pedaging 4.620.451
Itik 8.523
80

(e) Perikanan

No Jenis budidaya Luasan (Ha) Tahun


1 Danau 180,95 2016
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43
2 Danau 180,95 2017
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43
3 Danau 180,95 2018
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43
4 Danau 180,95 2019
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43
5 Danau 180,95 2020
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43
6 Danau 180,95 2021
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43
7 Danau 180,95 2022
Bendungan 236,10
Rawa 20.627,95
Sungai 1.802,43

Anda mungkin juga menyukai