Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelompok 7
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan penting bagi kelangsungan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan suatu negara. Hal ini menjadi salah satu
masalah utama pembangunan yang dihadapi banyak negara di dunia tidak terkecuali
Indonesia. Upaya untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi ini ditunjukkan dalam
bentuk keseriusan dan komitmen seluruh negara dengan menjadikannya sebagai salah satu
goal (tujuan) dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable
Development Goals (SDGs) yang tertuang dalam 8 tujuan, yaitu yaitu pekerjaan layak dan
pertumbuhan ekonomi.
Pada hakikatnya, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian kebijakan atau usaha
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi pengangguran,
dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Beberapa ahli meyakini bahwa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan bermanfaat untuk menciptakan lapangan pekerjaan
yang akan menyerap tenaga kerja. Penyerapan ini kemudian diyakini akan memberikan
pendapatan untuk masyarakat dalam rangka mengurangi kemiskinan dan jurang pendapatan
(Todaro, et al [2015]). Dengan kata lain, berbagai negara meyakini dan berusaha memacu
pertumbuhan ekonomi agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam konteks wilayah yang merupakan bagian dari negara, perekonomian suatu
wilayah diukur dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang
didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah pada periode tertentu. PDRB terdiri dari PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). PDRB ADHB digunakan untuk
melihat struktur ekonomi, sedangkan PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kedua ukuran inilah yang kemudian biasanya
dijadikan patokan untuk menilai perkembangan perekonomian suatu wilayah.
Provinsi Riau atau biasa dikenal dengan ‘Bumi Melayu Lancang Kuning’ merupakan
salah satu daerah masyhur di negeri ini. Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi terkaya
di Indonesia dengan potensi alamnya yang luar biasa. Berdasarkan penciptaan PDRB,
1
2
Provinsi Riau pada tahun 2020 menduduki peringkat ke-6 di Indonesia atau ke-2 di luar
Jawa, setelah Provinsi Sumatera Utara.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau selama periode tahun 2016- 2019 selalu
tumbuh positif di kisaran 2-3 persen. Dari sisi produksi, ekonomi Provinsi Riau didominasi
di lapangan usaha Industri Pengolahan; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; dan
Pertambangan dan Penggalian. Sementara dari sisi pengeluaran, ekonomi Provinsi Riau
didominasi oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pembentukan Modal
Tetap Domestik Bruto (PMTB), dan Ekspor.
Memasuki tahun 2020, ekonomi Provinsi Riau dilanda resesi. Penyebabnya adalah
adanya pandemi COVID-19 yang melanda sejak Maret 2020. Resesi ekonomi mulai terjadi
di triwulan II-2020 dimana ekonomi Provinsi Riau terkontraksi 3,32 persen; diikuti triwulan
III-2020 terkontraksi 1,74 persen, dan triwulan IV-2020 terkontraksi 1,47 persen. Kontraksi
ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan konsumsi dan investasi karena langkah-
langkah penahanan menyebabkan gangguan pada mobilitas dan aktivitas, akibat dari
kebijakan mencegah penyebaran virus Covid-19, seperti lockdown, karantina wilayah,
hingga pembatasan sosial berskala besar.
Adanya pandemi mengakibatkan banyak sektor ekonomi terdampak, tak terkecuali
di Kota/kabupaten. Namun, ada juga daerah yang tidak terdampak karena memiliki daya
tahan yang kuat pada sector-sektor tertentu. Demikian, diperlukan analisis lebih lanjut untuk
membuktikan dan menunjukkan Kota/kabupaten di Provinsi Riau terdampak Covid-19 atau
tidak. Pasalnya, Provinsi Riau sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki batas
wilayah tertentu sebagai salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan sumber daya
alamnya yang sangat melimpah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang menentukan stabilitas keuangan yang diwakili oleh nilai
PDRB kota/kabupaten di Provinsi Riau?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan saat sebelum atau sesudah pandemi, pada
tahun 2019-2020?
3
C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonometrika
Dasar semata. Namun, penulis memiliki beberapa tujuan lain, sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada stabilitas keuangan.
2. Mampu menganalisis perbedaan saat sebelum dan sesudah pandemi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stabilitas Keuangan
Stabilitas keuangan merupakan kondisi stabilnya sektor keuangan. Secara umum
sektor keuangan dapat dikatakan stabil jika tidak terdapat volatilitas yang berlebihan. Tidak
ada range untuk mengatakan volatilitas berlebihan atau tidak. Namun, biasanya volatilitas
berlebihan dilihat dari pergerakan yang sudah sangat jauh dari tren rata-rata pergerakan.
Secara luas, stabilitas keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana sistem
keuangan yang terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan dan infrastruktur keuangan
mampu menahan stress, sehingga proses intermediasi keuangan tidak terganggu (Gadanec &
Jayaram, 2008). Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam
penyebab dan gejolak. Ketidakstabilan sistem keuangan itu sendiri dapat bersumber dari
eksternal (internasional) dan internal (domestik).
PDRB merupakan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah/wilayah pada jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun).
D. Kepadatan Penduduk
Dikutip dari Komposisi Penduduk (2019), kepadatan penduduk adalah perbandingan
antara jumlah penduduk dan luas daerah yang ditempati. Kepadatan penduduk atau population
density menggunakan satuan penduduk jiwa/km². Semakin besar angkanya maka semakin
padat wilayahnya. Sebaliknya, semakin kecil angkanya maka semakin renggang
penduduknya.
F. Upah Minimum
Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pekerja atau
pelaku industri untuk memberikan upah kepada para pekerjanya. Jenis upah minimum yaitu
UMP, UMK, UMR dan upah sektor. UMP atau Upah Minimum Provinsi merupakan upah
minimum yang berlaku di seluruh kabupaten/kota dalam satu provinsi. Sedangkan Upah
Minimum Kabupaten/Kota (UMK) adalah upah yang berlaku hanya di sebuah
kabupaten/kota. Selain itu upah minimum sektor yang ditetapkan oleh gubernur berdasarkan
asosiasi pengusaha dengan serikat pekerja atau serikat buruh pada sektor yang bersangkutan.
Penetapan upah minimum sektor ini dilakukan setelah mendapat saran dan pertimbangan dari
dewan pengupahan provinsi atau dewan pengupahan kabupaten/kota.
G. Pengangguran Terbuka
TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah persentase jumlah pengangguran
terhadap jumlah angkatan kerja. Penganggur terbuka, terdiri dari:
• Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.
• Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
• Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.
• Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum molai bekerja.
H. Junlah Sekolah
Sekolah merupakan wahana atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya pendidikan
sekaligus sebagai tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik pada masa
yang akan datang.
7
K. Jumlah Madrasah
Madrasah merupakan salah satu tipe lembaga pembelajaran Islam yang tumbuh di
Indonesia yang diusahakan di samping masjid serta pesantren.
8
9
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi berganda menunjukkan seberapa besar
variabel dependen bisa dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Besarnya
koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nol, maka semakin
kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen (dengan
kata lain semakin kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan nilai variabel
dependen). Sedangkan jika koefisien determinasi mendekati 1 maka dapat dikatakan
semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap
variabel dependen.
12
13
3. Identifikasi Autokorelasi
4. Identifikasi Uji T
5. Identifikasi Uji F
6. Identifikasi Uji R2
Pada Model ini variable banyak yang signifikan tetapi dalam uji multikolinieritas
atau pada VIF nya ada yang tidak lolos uji. Sehingga untuk mengatasi masalah
tersebut dibutuhkan antisipasi dengan cara transformasi data menggunakan Ln agar
model dianggap baik dalam melakukan dugaan.
14
4. Identifikasi Uji T
15
5. Identifikasi Uji F
6. Identifikasi R2
Setelah melakukan langkah-langkah antisipasi masalah pada data dan model maka
model yang diaggap terbaik sebagai penduga terhadap produk domestic regional
bruto adalah model setelah di transformasi pada 5 variabel, yaitu pada variabel Indeks
Pembangunan (X1), Kepadatan penduduk (X2), Jumlah sekolah (X6), Jumlah
madrasah (X9) dan Hasil perikanan (X10)
16
Berdasarkan output diatas diketahui bahwa dalam scatterplot data tersebar searah dengan
garis linear dan histogram dari data yang diuji berbentuk lonceng, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diuji terdistribusi normal
2. Uji Multikolonearitas
17
Dari output diatas dapat diketahui bahwa hasil dari nilai tolerance yang lebih dari 0.01
dan VIF dari setiap variabel independent kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan tidak
terdapat multikolinearitas antar variabel independent atau model dapat diterima.
3. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardize
d Residual
Test Valuea -1858.01502
Cases < Test Value 11
Cases >= Test Value 12
Total Cases 23
Number of Runs 11
Z -.418
Asymp. Sig. (2- .676
tailed)
a. Median
Jika hanya melihat dari uji durbin Watson, DW sebesar 1.648 (dL (0.81396 ) < DW (1.648)
< dU (1.75014)) *dL dan dU dilihat dari Durbin Watson Tabel, yang berarti hasil tidak
dapat disimpulkan. Lalu dilakukan run test dan ditemukan hasil Asymps Sig. (2-Tailed)
18
sebesar 0.676 (0.676 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada
data yang diuji.
4) Variabel Upah minimum (X4) berpengaruh secara negative dan tidak signifikan
terhadap PDRB hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,078 > 0,05. dan nilai t hitung (-
1,926) < t tabel (1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi dari nilai signifikan
tersebut bahwa variable Upah Minimum pada provinsi Riau tidak berpengaruh
terhadap PDRB
5) Variabel pengangguran terbuka (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
PDRB hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) < 0,005 . dan nilai t hitung (5.223)
> t tabel (1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi dari nilai signifikan tersebut
bahwa variable Indeks pengangguran terbuka pada provinsi Riau berpengaruh
terhadap PDRB
6) Variabel jumlah sekolah (X6) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
PDRB hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,008) > 0,005 . dan nilai t hitung (3.165)
> t tabel (1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi dari nilai signifikan tersebut
bahwa variable jumlah sekolah pada provinsi Riau tidak berpengaruh terhadap PDRB
7) Variabel produksi padi (X7) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap PDRB
hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,116) > 0,005 . dan nilai t hitung (1.693) = t tabel
(1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi dari nilai signifikan tersebut bahwa
variable produksi padi pada provinsi Riau tidak berpengaruh terhadap PDRB
8) Variabel jumlah perusahaan pada industry mikro dan kecil (X8) tidak berpengaruh
dan tidak signifikan terhadap PDRB hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,419) >
0,005 . dan nilai t hitung (-0,836 < t tabel (1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi
dari nilai signifikan tersebut bahwa variable jumlah perusahaan pada industry mikro
dan kecil pada provinsi Riau tidak berpengaruh terhadap PDRB
9) Variabel jumlah madrasah (X9) tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap
PDRB hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,312) > 0,005 . dan nilai t hitung (-1.054
< t tabel (1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi dari nilai signifikan tersebut
bahwa variable jumlah madrasah pada provinsi Riau tidak berpengaruh terhadap
PDRB
10) Variabel Hasil perikanan (X10) berpengaruh positive dan tidak signifikan terhadap
PDRB hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,052) > 0,005 . dan nilai t hitung (2.155
21
> t tabel (1.693). Dapat diartikan menurut signifikasi dari nilai signifikan tersebut
bahwa variable hasil perikanan pada provinsi Riau tidak berpengaruh terhadap PDRB
Dari perhitungan di atas, kita mendapatkan R2 = 0,934 yang berarti tingkat pengaruh yang
terjadi berdasarkan perhitungan koefisien determinasinya yaitu 93,4%. Ini menunjukkan
kontribusi pengaruh Indeks pembangunan, Kepadatan penduduk, Jumlah Penduduk
Miskin, Upah Minimum, Pengangguran terbuka, Jumlah sekolah, Produksi padi, Jumlah
Produksi perusahaan pada industry Mikro dan kecil, Jumlah Madrasah, dan Hasil
Perikanan terhadap PDRB sebesar 93,4%, sisanya yaitu sebanyak 6,6% adalah faktor-
faktor lain yang mempengaruhi PDRB selain Indeks pembangunan, Kepadatan
penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, Upah Minimum, Pengangguran terbuka, Jumlah
sekolah, Produksi padi, Jumlah Produksi perusahaan pada industry Mikro dan kecil,
Jumlah Madrasah, dan Hasil Perikanan. Maka dapat disimpulkan bahwa Indeks
pembangunan, Kepadatan penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, Upah Minimum,
Pengangguran terbuka, Jumlah sekolah, Produksi padi, Jumlah Produksi perusahaan pada
industry Mikro dan kecil, Jumlah Madrasah, dan Hasil Perikanan berpengaruh terhadap
PDRB di Provinsi Riau, Indonesia pada tahun 2019-2020.
BAB 5
PENUTUP
E. Kesimpulan
Data yang diuji pada penelitian kali ini lolos semua uji asumsi klasik. Data terdistribusi
normal, dan tidak adanya multikolinearitas. Hal ini menunjukkan bahwa data yang diuji sangat
baik dan dapat dijadikan predictor dari variable dependen yaitu PDRB.
Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari
Indeks pembangunan, Kepadatan penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, Upah Minimum,
Pengangguran terbuka, Jumlah sekolah, Produksi padi, Jumlah Produksi perusahaan pada
industry Mikro dan kecil, Jumlah Madrasah, dan Hasil Perikanan. Pengangguran terbuka
merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap PDRB. Dengan
menggunakan uji F ditemukan bahwa variabel Indeks pembangunan, Kepadatan penduduk,
Jumlah Penduduk Miskin, Upah Minimum, Pengangguran terbuka, Jumlah sekolah, Produksi
padi, Jumlah Produksi perusahaan pada industry Mikro dan kecil, Jumlah Madrasah, dan Hasil
Perikanan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
di Indonesia. Dari perhitungan diatas, kita mendapatkan R2 = 93,4% yang berarti tingkat
pengaruh yang terjadi berdasarkan perhitungan koefisien determinasinya yaitu 96,45.
Maka dapat disimpulkan bahwa Indeks pembangunan, Kepadatan penduduk, Jumlah
Penduduk Miskin, Upah Minimum, Pengangguran terbuka, Jumlah sekolah, Produksi padi,
Jumlah Produksi perusahaan pada industry Mikro dan kecil, Jumlah Madrasah, dan Hasil
Perikanan berpengaruh terhadap PDRB di Provinsi Riau, Indonesia pada tahun 2019-2020.
F. Saran
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi diperlukan PDRB yang terus
meningkat. Dari hasil penelitian diatas pengangguran terbukalah yang berpengaruh paling
besar terhadap PDRB, maka pemerintah diharapkan bisa mengatasi pengangguran terbuka
tersebut. Pemerintah dapat membuat program untuk menanggulangi pengangguran, seperti
membuka lapangan kerja, melakukan pemberdayaan, menyediakan informasi lowongan kerja,
memberian subsidi ketenagakerjaan, dan program lainnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun
2019-2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/26/30/1/indeks-pembangunan-
manusia-ipm-.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Tahun
2019-2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/23/77/1/jumlah-penduduk-
miskin.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Perusahaan pada Industri Mikro dan
Kecil Tahun 2019-2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/9/318/1/ jumlah-
perusahaan-pada-industri-mikro-dan-kecil-.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah MA Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/301/1/jumlah-sekolah-ma.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah MTS Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/292/1/jumlah-sekolah-mts.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah MI Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/286/1/jumlah-sekolah-mi.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah SMA Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/295/1/jumlah-sekolah-sma.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah SMK Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/298/1/jumlah-sekolah-smk.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah SMP Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/289/1/jumlah-sekolah-smp.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Jumlah Sekolah SD Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/indicator/28/283/1/jumlah-sekolah-sd.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Penduduk Kabupaten/Kota (Jiwa) Tahun 2019-
2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/12/32/1/penduduk-kabupaten-
kota.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Produk Domestik Regional Bruto
(Kabupaten/Kota) Tahun 2019-2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/52
/40/1/pdrb-adhb-kabkota.html
23
24
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Produksi Padi dan Beras (Ton) Tahun 2019-
2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/53/206/1/produksi-padi-dan-
beras.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Produksi Perikanan Tahun 2019-2020. Diakses
melalui https://riau.bps.go.id/subject/56/perikanan.html#subjekViewTab3
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. TPT Tahun 2019-2020. Diakses melalui
https://riau.bps.go.id/indicator/6/42/1/tpt.html
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau. 2021. Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
(Rupiah) Tahun 2019-2020. Diakses melalui https://riau.bps.go.id/indicator/6/81/1/ upah-
minimum-kabupaten-kota-umk-.html
Korohama Maria Yosefina Bengan. (Tanpa Tahun). Kementrian Keuangan: Direktorat Jenderal
Aggaran. Metode PengukuranStabilitas Sektor Keuangan Indonesia: PendekatanFinancial
StressIndex. Diakses melalui https://anggaran.kemenkeu.go.id/in/ post/metode-
pengukuranstabilitas-sektor-keuangan-indonesia:-pendekatanfinancial-stressindex
Nailufar, Nibras Nada. Pengertian Kepadatan Penduduk dan Faktornya. (27 April 2020),
Kompas.com. Diakses melalui https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/27/100000
169/pengertian-kepadatan-penduduk-dan-faktornya?page=all.
Risma, Sarah Sholikharun. (10 Desember 2021). Laporan Perekonomian Provinsi Riau 2020.
Riau: Badan Pusat Statistika Provinsi Riau.