Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


INDONESIA TAHUN 2016

NAMA KELOMPOK :
1. AHMAD FIKRI (02201540046)
2. ALFIA REYHANI WULANDARI (02201540025)
3. AYIE YUNIAR (02201540018)
4. FITRIANI TRIMURTI (02201540044)
5. NINDYAH (02201540006)
6. TIUR ELISABETH (02201540041)

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KOSGORO 1957


JAKARTA SELATAN
2016
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat ,


Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ilmiah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca , sehingga saya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena


pengalaman yang saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 13 Oktober 2016

Penyusun
3

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................................................5
B. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................5
A. Pengertian APBN.................................................................................................5
B. Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )...............................6
C. Kebijakan Penting Belanja Negara....................................................................6
D. Penyusunan APBN tidak Kredibel....................................................................8
E. Langkah Cepat Sri Mulyani Membenahi Anggaran Negara...........................9
F. Tantangan Kredibilitas Fiskal.............................................................................9
BAB III............................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran


2016 (disingkat APBN 2016) adalah rencana keuangan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat untuk tahun 2016. Menteri Kuangan Sri Mulyani Indrawati menilai
penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) selama dua
tahun belakangan tidak kredibel. Dia melihat, dalam dua tahun ini,
beberapa sektor penerimaan banyak yang meleset. Terutama penerimaan
perpajakan dalam negeri. “Selama dua tahun ini, penyusunan APBN
terus menerus banyak yang meleset penerimaannya. Padahal dua tahun
lalu kondisinya belum separah sekarang. Selain harga minyak yang masih
tinggi, beberapa komoditas harganya masih sangat tinggi,” kata dia di
Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Jumat (5/7/2016).

“Jadi sebetulnya sudah dua tahun berturut-turut penerimaan pajak


di bawah UU APBN kita,” terang dia. (Target Pajak Meleset, Sri Mulyani
Pangkas Anggaran Rp133,8 Triliun) “Ini perlu dievaluasi, apakah basis ini
bisa digunakan. Karena kalau basis penghitungannya tidak kredibel, maka
akan terus menerus menimbulkan tanda tanya apakah APBN ini realistis.
Dan menimbulkan pertanyaan bagaimana pemerintah mengelola APBN-
nya apabila terus berasumsi dengan penerimaan yang tinggi tapi
sebetulnya tidak tercapai dalam dua tahun terakhir,” tandasnya.

B. Tujuan

Agar dapat memberikan suatu solusi yang tepat agar didalam suatu
Negara bisa memebrikan wujud yang nyata dalam pengolahan dana dan
pengalokasian sumber-sumber pendapatan Negara atau pengeluaran
Negara, jadi kami sebagai penyusun makalah ini sangat berharap sekali
agar perekoniman Negara kita tidak mengalami keterpurukan dan
masyarakat Indonesia bisa hidup dengan sejahtera.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran
2016 (disingkat APBN 2016) adalah rencana keuangan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat untuk tahun 2016.

Sejak disampaikan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia


pada tanggal 15 Agustus 2015 lalu, Rancangan UU tentang APBN Tahun
2016, beserta Nota Keuangannya dibahas bersama Pemerintah dan DPR
secara intensif, untuk kemudian disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI
tanggal 30 Oktober 2015. Pengesahan tersebut dilaksanakan dengan
mengakomodasikan berbagai masukan, pandangan, pendapat dan saran-
saran berbagai fraksi, dan komisi di DPR, juga mempertimbangkan
berbagai kendala yang ada, baik dari faktor-faktor internal maupun
eksternal. Dinamika pembahasan di DPR RI berlangsung sangat
transparan, dan menunjukkan keinginan bersama serta iktikad baik untuk
mewujudkan kehendak rakyat.

Asumsi dasar ekonomi makro tersebut ditetapkan dengan


mempertimbangkan perkembangan terkini dan prospek
perekonomian,serta berbagai tantangan di tahun 2015 dan 2016, baik
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan didasarkan
kondisi terkini serta langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan,
APBN tahun 2016 diharapkan dapat mendukung pencapaian berbagai
sasaran pembangunan di tahun 2016 secara lebih efektif, efisien, dan
berkualitas.

Target Pendapatan Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan


sebesar Rp1.822,5 triliun, atau Rp25,6 triliun lebih rendah dari yang
diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target Pendapatan
Negara tersebut bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar
Rp1.546,7 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp273,8
6

triliun (rasio penerimaan negara terhadap PDB atau tax ratio dalam tahun
2016 sebesar 13,11 persen).

Langkah untuk mencapai target perpajakan didasarkan atas


beberapa kebijakan, antara lain melalui kebijakan perpajakan dalam
rangka optimalisasi penerimaan perpajakan tanpa mengganggu iklim
investasi dunia usaha,kebijakan penerimaan perpajakan yang diarahkan
untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mempertahankan daya
beli masyarakat,kebijakan penerimaan perpajakan yang diarahkan untuk
meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri nasional, dan
kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk mengendalikan konsumsi
barang kena bea cukai.

B. Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )

 Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat


dialokasikan untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti
pembangunan jembatan, jalan, dan taman umum.
 Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan
untuk kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan
dana pensiun.
 Fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
berfungsi sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn
negara teratur sesuai dengan di terapkan.Jika pemndapatan dipakai
sesuai dengan yang di terapkan,Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) berfungsi sebagai stabilisator.

C. Kebijakan Penting Belanja Negara

1. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah untuk memacu produktivitas


dan peningkatan pelayanan public.
2. Mengarahkan subsidi menjadi lebih tepat sasaran.
3. Melanjutkan program prioritas pembangunan, utamanya : infrastruktur
konektivitas, pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi,
kemaritiman, pariwisata, pertahanan, serta pengurangan kesenjangan,
guna semakin memperbaiki kualitas pembangunan.
7

4. Pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari apbn, dengan


didukung program yang lebih tajam dan luas, baik dari sisi demand
maupun sisi supply.
5. Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu
melalui program bantuan sosial yang lebih berkesinambungan (kip, kis),
termasuk perluasan cakupan penerima bantuan tunai bersyarat menjadi
6 juta ksm.
6. Penyediaan kebutuhan pokok perumahan melalui program sejuta
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dengan dukungan
pembangunan rumah, subsidi bunga kredit, dan bantuan uang muka
rumah.
7. Menyelaraskan kebijakan desentralisasi fiskal dengan mengalihkan
alokasi dana dekonsentrasi/tugas pembantuan di kementerian/lembaga
ke dak, agar pembangunan lebih merata dan lebih cepat, yang juga
didukung dengan peningkatan alokasi dana desa mencapai 6,5 persen
dari dan di luar transfer ke daerah.

Rincian APBN 2016 :

D. Penyusunan APBN tidak Kredibel

Bank Indonesia beberapa waktu yang lalu kembali merevisi


pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi berada di kisaran
4,9-5,3 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di kisaran 5-
8

5,4 persen. Pemangkasan kas keuangan negara, menjadi alasan bank


sentral kembali merevisi proyeksi pertumbuhan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan,


pemangkasan anggaran kementerian/lembaga dan transfer ke daerah
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan jauh lebih
menunjukkan bahwa kas keuangan negara lebih kredibel. Menkeu pun
memiliki alasan tersendiri mengenai hal tersebut.

"Kalau dilihat dari revisi penerimaan, dan saya pangkas sekitar


Rp133 triliun, secara agregat tidak. Karena kredibilitas
dan confidencemenjadi bagus," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers
di kantornya, Jakarta, Senin 22 Agustus 2016.
Mantan DIrektur Operasional Bank Dunia itu mengakui,
pemotongan anggaran jilid kedua memang akan memberikan kontraksi
terhadap perekonomian dalam negeri. Namun, itu sudah diantisipasi
pemerintah, dengan juga menurunkan penerimaan negara. Sehingga,
implikasinya adalah defisit tetap terjaga.

"Saya revisi bukan hanya spending, tetapi revenue juga. Jadi


secara matematika tidak," katanya.Menkeu menegaskan, pemerintah
akan terus berkomitmen untuk menjaga kas keuangan negara dengan
sebaik-baiknya.
"Kami akan kelola (APBN) terus. Dari sisi penerimaan akan kami
monitor terus. Tidak hanya dari tax amnesty, tetapi melihat dari seluruh
penerimaan pajak, non pajak, termasuk cukai," tegas dia.

Penyusunan anggaran yang diputuskan pemerintah pada rapat


cabinet paripurna bebrapa wakttu lalu sempat menimbulkan sejumlah
pertanyaan dari berbagai kalangan. Di hadapan para jurnalis Presiden
Joko Widodo berkesempatan untuk menjelaskan tujuan dari diambilnya
langkah strategis tersebut. Sri Mulyani menyatakan bahwa dirinya
bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Bambang Brodjonegoro akan terus menyisir belanja kementrian/lembaga
yang bias dikurangi.

E. Langkah Cepat Sri Mulyani Membenahi Anggaran Negara


9

Dalam beberapa kesempatan, Sri Mulyani mengkritik postur


anggaran negara 2016 yang tidak kredibel. Target penerimaan perpajakan
dianggap terlalu ambisius. Beban bersambung di tahun depan.

Tak perlu waktu lama bagi perempuan ini menjadi bintang Kabinet
Kerja Presiden Joko Widodo, terutama dalam mengurus keuangan
negara. Belum genap sepekan menjabat Menteri Keuangan, Sri Mulyani
berencana merombak postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan 2016.

Kepada Presiden, dalam sidang kabinet paripurna, Sri Mulyani


mengungkapkan hendak memangkas belanja negara seratusan triliun
rupiah. Langkah tersebut guna menekan defisit anggaran agar tidak terlalu
melebar melewati batas maksimal tiga persen.Pertimbangannya, realisasi
perpajakan tahun ini diperkirakan minus Rp 219 triliun dari target Rp
1.784,2 triliun. Menurut Sri, strategi ini akan menjaga kredibilitas APBN
sehingga dana belanja perlu disunat Rp 133,8 triliun: Rp 65 triliun jatah
kementerian dan lembaga, dan Rp 68,8 triliun dari alokasi transfer ke
daerah.

F. Tantangan Kredibilitas Fiskal

Kebijakan fiskal saat ini (termasuk APBN 2016) tidak berpijak di


bumi, alias tidak berpijak pada kaidah ekonomi yang rasional. Target
penerimaan dalam APBN 2016 yang terlalu optimistis membuat
pemerintah harus merevisi target itu kembali. Target penerimaan dalam
APBN-P 2016 pun diturunkan hanya dalam beberapa bulan saja, walau
masih tampak ragu-ragu menyesuaikan dengan kenyataan faktual di
lapangan.

Berdasarkan kesepakatan antara DPR dan Pemerintah, alokasi


belanja dalam APBN-P 2016 turun hanya sebesar 0,61%, dari Rp2.095,7
triliun menjadi Rp2.082,9 triliun. Dalam APBN-P 2016, pos belanja
terbesar yang dipotong adalah pos belanja K/L pemerintah pusat yang
dipotong dari Rp784,1 triliun menjadi hanya Rp767,8 triliun.Melihat
perubahan APBN 2016 ke APBN-P 2016, keputusan politik dan kebijakan
fiskalnya seperti main-main sehingga terlihat tidak kredibel di mata pelaku
pasar. Keputusan politik atas anggaran negara di parlemen tidak
menghasilkan keputusan apa pun sehingga kebijakan fiskal selama dua
tahun terakhir ini dianggap lemah.
10

Hingga semester 1/2016, realisasi penerimaan lebih buruk


ketimbang realisasi belanja negara. Pada semester pertama tahun ini,
penerimaan negara hanya Rp634 triliun, sementara belanjanya mencapai
Rp864 triliun. Defisit penerimaan dan belanja negara terlihat masih
sangat besar, yang pasti akan terbawa pada semester
selanjutnya.Masalahnya, jika sasaran penerimaan tidak tercapai, tekanan
terhadap fiskal akan terus berlanjut dengan kondisi defisit yang terus
membesar.

Hal ini membuat defisit anggaran dalam APBN-P 2016 berpeluang


meleset. Melesetnya target defisit anggaran membuat pemerintah harus
memotong kembali belanja. Di sini publik melihat bahwa perubahan
anggaran harus disesuaikan berkali-kali. Kebijakan fiskal, DPR, dan
pemerintah terlihat tidak kredibel dengan adanya ketidakpastian fiskal
seperti ini.Realisasi belanja pemerintah yang mencapai 25% sejatinya
sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai
20,3%. Namun permasalahan sesungguhnya dari realisasi belanja kuartal
I/2016 adalah kualitas belanja yang rendah dan tidak efisien di mana-
mana. Aspek kualitatif ini masih belum diperhatikan sama sekali.

Salah satu contoh yang mengemuka adalah rendahnya realisasi


belanja modal yang hanya mencapai 13,5%. Padahal, program
infrastruktur merupakan program utama pemerintah, yang terus
didengungkan tanpa henti. Bahkan, frekuensi terbesar kunjungan presiden
adalah blusukan ke proyek-p royek infrastruktur. Faktor-faktor yang
menyebabkan realisasi belanja modal sangat lambat adalah proses lelang
memakan waktu yang lama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam APBN


(anggara pendapatan belanja Negara), adalah hasil dari perencanaan
yang berupa daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu,baik
yang menyakut penerimaan maupun pengeluarannya yang dinyatakan
dalam satuan uang dalam jangkah waktu tertentu,biasanya adalah satu
tahun.

B. Saran

Dalam perencanaan pembagunan yang tercermin dalam APBN


mempengaruhi rencana-rencana sector swasta dan menyakinkan
lembaga-lembaga lain mengenai apa yang akan ditempuh oleh Negara
yang bersangkutan (Indonesia) dimasa mendatang, serta yang lebih
penting lagi adalah bahwa pemerintah yang bersangkutan lebih efesien
dalam mengambil keputusan dimasa mendatang.

Di sini juga kami mengharapkan kepada teman-teman pembaca


atau pun di lain pihak agar memberikan suatu masukan atau hal-hal yang
berkaitan dalam penulisan makalah ini, karena disini kami membutuhkan
kritik dan saran untuk membangun atau memberikan motivasi ke depanya
agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa sempurna.
12

DAFTAR PUSTAKA

http://koran.bisnis.com/read/20160815/244/575205/tantangan-kredibilitas-fiskal

http://www.klinikpajak.co.id/pencarian/?q=apbn

Anda mungkin juga menyukai