OLEH
S U PA R N O
H14084024
Oleh
S U PA R N O
H14084024
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
Suparno
H14084024
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul ”Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dan Penentuan
Sektor Ekonomi Unggulan Kawasan Sulawesi”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ekonomi, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Tony Irawan yang telah memberikan bimbingan baik teknis maupun non teknis
dalam proses pembuatan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan
kepada Bapak Mohammad Firdaus yang telah menguji hasil karya ini. Semua
saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam
penyempurnaan skripsi ini.
Ucapan terimakasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada
seluruh rekan-rekan kelas BPS yang telah memberikan masukan demi
perbaikan karya ini pada saat Seminar Hasil Penelitian skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman BPS Pusat maupun
BPS Provinsi Gorontalo, terutama Mas Urip yang telah banyak membantu
dengan supply datanya. Kepada kelompok TI41 Bogor Timur, penulis juga
menyampaikan terimakasih atas diskusi-diskusi dan pemberian motivasi yang
membangkitkan semangat sehingga karya ini bisa selesai. Tak lupa juga kepada
Bapak Lukman Baga yang telah sudi membagikan pengalamannya, penulis
ucapkan terimakasih. Juga kepada teman-teman kost, Bambang, Aan dan
Hakim yang telah saling memotovasi, menghibur dan berbagi, terima kasih
penulis sampaikan.
Ucapan terimakasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya juga
penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan saudara-saudara penulis. Berkat
kesabaran, dorongan, nasehat dan doa-doa mereka membuat penulis mampu
menyelesaikan karya ini. Akhirnya terimakasih yang tak terhingga kepada
Istriku tercinta, Asriyati Nadjamuddin, serta kedua buah hatiku yang selalu
memberi inspirasi, Muhadzdzib Luthfi Hadid dan Muhadzdzib Rifky Hanif,
terimakasih telah mendampingi, menghibur dan memotivasi penulis, juga
mohon maaf atas tersitanya sebagian waktu yang seharusnya buat kalian ketika
penulis mengerjakan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua
pihak.
S U PAR N O
H14084024
RINGKASAN
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Indeks Ketimpangan Williamsons Indonesia Tahun 2000-2007 1
Tabel 1.2 PDRB perkapita dirinci per wilayah di Indonesia tahun 2000-
2007 (ribuan rupiah) ............................................................... 6
Tabel 1.3 Kontribusi Kawasan terhadap Perekonomian Nasional tahun
2000-2007 (persen) ................................................................. 7
Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pulau (Kawasan) di
Indonesia tahun 2000-2007 (persen) ........................................ 8
Tabel 3.1 Klasifikasi Daerah berdasarkan Klassen Tipology ................... 38
Tabel 3.2 Posisi Relatif Suatu Sektor berdasarkan Pendekatan PS dan
DS ............................................................................................. 43
Tabel 3.3 Analisis Shift Share Esteban Marquilass .............................. 47
Tabel 4.1 Struktur Ekonomi Sulawesi menurut Sektor Ekonomi Tahun
2000 -2007 (persen) .................................................................. 54
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Dirinci Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2000-2007 ...................................................... 57
Tabel 4.3 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Sulawesi Tahun
2000-2007 (Rupiah) ................................................................. 59
Tabel. 4.4 Indeks Ketimpangan Regional Williamsons Antar Propinsi di
Wilayah Sulawesi Tahun 2000-2007 ....................................... 60
Tabel. 4.5 Perubahan sektoral dan faktor-faktor yang mempengaruhi
ekonomi Sulawesi, 2000-2007 ................................................. 64
Tabel 4.6 Pergeseran Bersih (net shift) Sektor Perekonomian Sulawesi.. 67
Tabel 4.7 Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi
Perekonomian Sulawesi periode 2000-2007 ........................... 71
Tabel 4.8 Nilai Location Quation Sulawesi dirinci per sektor ekonomi
tahun 2000-2007 ....................................................................... 73
Tabel 4.9 Koefisien Pengganda Pendapatan Sektor Basis di Sulawesi
tahun 2000-2007 ....................................................................... 74
Tabel 4.10 Ringkasan Berbagai Alat Analisis Yang Digunakan .............. 76
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 34
Gambar 4.1 Klasifikasi Kawasan Pulau di Indonesia berdasarkan
Klassen Tipology ................................................................. 61
Gambar 4.2 Klasifikasi provinsi-provinsi di lingkup Sulawesi
berdasarkan Klassen Tipology ............................................. 62
Gambar 4.3 Proportional Shift (PS) dan Diference Shift (DS) Sektor
Ekonomi di Sulawesi periode 2000-2007 ............................ 69
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau seperti Indonesia,
pada kemampuan untuk tumbuh yang pada kenyataannya akan ada wilayah
yang maju dan ada beberapa wilayah lain pertumbuhannya lambat. Walaupun
2001)
aktivitas produktif, baik di sektor publik (antar pemerintah) dan bisnis, maupun
dalam masyarakat secara umum. Ini hanya dapat berjalan jika masing-masing
pihak sebagai simpul memiliki kompetensi yang makin terspesialisasi dan saling
yang saling mendukung dan kuat, serta komitmen yang tinggi dan tindakan nyata
dan asset daerah). Salah satu inovasi untuk mengatasi masalah tersebut adalah
pembangunan daerah.
4
terjadi seperti bencana banjir, kekeringan, kebakaran dan tanah longsor sebagai
sumber daya alam. Pengeluaran surat izin, surat keterangan dan bukti hak atas
5
ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Sejalan pula dengan isu
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, telah disebutkan bahwa salah
Sulawesi). Hal ini selaras dengan pendapat Marshall yang menyatakan bahwa
dan dalam lingkup kluster (kawasan/area) yang tidak terlalu luas. (Marshall,
1919: 285).
seperti Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Hal ini dapat dilihat dari nilai PDRB
perkapita yang tercipta di wilayah ini merupakan yang terendah dibanding dengan
wilayah lain di Indonesia. Rata-rata PDRB perkapita Sulawesi dari tahun 2000
hingga 2007 hanya sebesar 5,9 juta rupiah, sementara kawasan Kalimantan
dengan cadangan SDA yang kaya merupakan wilayah dengan PDRB perkapita
Tabel 1.2 PDRB perkapita dirinci per wilayah di Indonesia tahun 2000-
2007 (ribuan rupiah)
Rata-
Kawasan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
rata
Sulawesi 3.852 4.330 4.770 5.291 5.900 6.875 7.849 8.792 5.957
Sumatera 7.206 7.907 8.625 9.750 10.927 12.819 14.832 16.914 11.123
Jawa Bali 6.571 7.440 8.330 9.136 10.145 12.172 14.182 15.725 10.463
Kalimantan 11.627 12.665 13.088 14.810 17.622 22.050 24.027 25.494 17.673
Lainnya 3.943 4.553 4.830 5.115 5.670 7.577 8.090 9.177 6.119
Indonesia 6.752 7.881 8.595 9.354 10.538 12.674 15.027 17.538 11.045
Sumber: Badan Pusat Statistik
7
nasional masih sangat kecil dan bahkan dari tahun ke tahun cenderung semakin
terhadap perekonomian nasional sebesar 4,20 persen (PDRB berlaku) dan pada
tahun 2007 menurun tinggal 4,06 persen. Bila dibanding dengan kawasan
nasional sebesar 22,42 persen dan 60,63 persen, kawasan Sulawesi memang masih
tahun 2000 hingga 2007, perekonomian Sulawesi meningkat rata-rata sebesar 5,73
Sementara laju pertumbuhan nasional dalam kurun waktu yang sama tercatat
faktor ekonomi semata, namun juga turut dipengaruhi oleh faktor, sosial,
budaya, dan bahkan politik. Sehingga banyak studi yang dikembangkan untuk
keunggulan tertentu yang berbeda dengan daerah lainnya. Dengan keunggulan itu,
maka eksistensi suatu wilayah akan tetap terjamin. Antisipasi dapat dilakukan
Namun yang perlu diingat dari pembangunan ekonomi daerah adalah bahwa
dan kondisi perekonomian daerah lain yang juga merupakan bagian dari
Tata Ruang Wilayah Nasional, telah disebutkan bahwa salah satu strategi untuk
masalah yang ada yang menjadi objek dari penelitian ini, yaitu:
nasional?
Nasional?
nasional
Sulawesi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi untuk (1)
ekonomi yang merupakan sektor unggulan yang perlu mendapat prioritas guna
meningkatkan daya saing kawasan, (2) sebagai rumusan arahan dan strategi
ekonomi regional. Bagi pembaca, semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan
Barat, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo. Rentang waktu dalam
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shift Share
(klasik) untuk melihat pergeseran struktural dan daya saing sektor dan Shift
kawasan ini digunakan alat analisis Location Quation serta untuk mengetahui
struktur ekonomi, konsep wilayah, konsep otonomi daerah dan hasil dari
penelitian-penelitian terdahulu.
lebih bersifat statis dalam kurun waktu cukup lama - untuk menciptakan dan
sebagai fenomena ekonomi saja. Namun setelah itu, banyak negara yang mulai
1997:73).
keseluruhan maupun per kapita, yang diyakini akan menetes dengan sendiri
pendekatan yang dominan yaitu: (1) Teori pertumbuhan linier (linier stages of
akan konsisten. Oleh karena itu meskipun tolak ukur tinjauan pendapatan
bukan satu-satunya tolak ukur, ia tetap saja relevan dan yang paling lazim
diterapkan.
data Produk Domestik Bruto (PDB), yang mengukur pendapatan total setiap
tetapi akhirnya pertumbuhan itu melambat ketika kondisi mapan yang baru
semakin rendah tingkat output dan tingkat modal per pekerja. Sementara
Malthus, Adam Smith, David Ricardo dan John Stuart Mill, ada 4 faktor yang
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi
tercapai.
daerah tersebut tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan oleh karena
modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki
dari Pemerintah Pusat kepada daerah (Sutarno dan Mudrajad Kuncoro, 2003).
bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam
akan dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama misalnya 10, 20 atau 25 tahun
produksi yang digunakan dalam proses produksi tanpa adanya perubahan atau
2001).
1997:38-39)
Masyarakat Tradisional
pembangunan.
Dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki
dari daerah lain serta mampu memberikan nilai manfaat yang lebih besar.
memiliki nilai tambah yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki
dua wilayah. Ricardo membuktikan bahwa apabila dua wilayah yang saling
arah sektor yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yang
wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan “benchmark” dalam suatu kurun
awal bahwa kegiatan ekonomi tersebut punya prospek untuk juga memiliki
wilayah.
berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki kedua jenis
keunggulan tersebut secara bersama-sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu
keterampilan-keterampilan khusus
1. Wilayah Homogen
aspek/kriteria yang mempunyai sifat-sifat atau ciri yang relatif sama. Sifat-sifat
dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi, geografi, agama,
suku dan lain sebagainya. Setiap perubahan yang terjadi di wilayah tersebut
23
akan mempengaruhi seluruh bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama.
Dengan demikian apa yang berlaku disuatu bagian wilayah akan berlaku pula
2. Wilayah Nodal
barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. Batas wilayah Nodal
ditentukan sejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi bila
3. Wilayah Administratif
4. Wilayah Perencanaan
Wilayah perencanaan bukan hanya dari aspek fisik dan ekonomi, namun
ada juga aspek ekologis. Misalnya dalam kaitannya dengan pengelolaan daerah
aliran sungai (DAS). Pengelolaan aliran sungai harus direncanakan dari hulu
sampai hilirnya.
yang hanya diputuskan bagi daerah-daerah yang jauh lebih besar daripada
yang lebih modern serta memiliki sektor industri manufaktur dan sektor jasa-
25
jasa yang tangguh. Aliran pendekatan struktural ini didukung oleh W.Arthur
Lewis yang terkenal dengan model teoritisnya tentang “surplus tenaga kerja
dua sektor” (two sektor surplus labor) dan Hollis B. Chenery yang sangat
urbanisasi yang terjadi antara kedua tempat tersebut. Teori ini juga membahas
pola investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah
yang berlaku di sektor modern, yang pada akhirnya akan berpengaruh besar
saling berkaitan satu sama lainnya dalam komposisi dari permintaan agregat,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan
26
pertanian menuju sektor industri. Dari sisi tenaga kerja akan menyebabkan
dan antar sektor ekonomi, karena sektor pertanian lebih mampu menyerap
alokasi pendapatan dan tenaga kerja dari sektor yang produktifitasnya rendah
daya alam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta modal dan
Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad (1999:166) dalam Sadau
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa
dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal,
27
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan
dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Lebih lanjut
model ini menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah atas dua sektor,
yaitu:
1. sektor basis, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik
pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Itu berarti daerah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain.
2. sektor non basis, yaitu sektor atau kegiatan yang hanya mampu
Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka memacu
melalui investasi dan peningkatan sumber daya manusia pada sektor tersebut.
28
(Soepono,1993:41).
adalah melalui proses pertukaran komoditas antar daerah. Hal ini dapat
analisis Shift Share klasik dengan memasukkan efek alokasi untuk melihat
1994-1996 sektor Listrik, gas dan Air Bersih memiliki laju pertumbuhan yang
paling cepat dan sektor Jasa-jasa merupakan sektor yang paling lambat laju
29
tidak bisa bersaing adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2000-2002,
sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor
2002, sektor pertambangan dan penggalian tetap menjadi sektor dengan daya
merupakan sektor yang sangat tidak bisa bersaing dengan sektor wilayah lain.
dan 2003 pada beberapa provinsi terkait dengan pemekaran provinsi yang
ekonomi nasional pada masa itu meningkat sebesar 21 persen. Provinsi dengan
pertumbuhan kontribusi terbesar adalah sektor Listrik, gas dan air bersih,
Jawa Barat, sedangkan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang tidak
sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih pada Provinsi Maluku Utara
daya saing paling baik dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi paling cepat
yang mempunyai pertumbuhan paling lamban dengan daya saing sektor yang
kurang baik.
31
basis wilayah (LQ), menyatakan bahwa ada beberapa sektor yang mampu
tertinggi kelima dari semua semua subsektor PDRB, yaitu dengan LQ 2,09.
Sementara terhadap sektor pertanian, subsektor ini berada pada urutan ketiga
itu, hasil analisis Shift Share Klasik menunjukkan Subsektor perikanan memiliki
pertumbuhan sebesar Rp15,25 Milyar dan berada diurutan kedua setelah subsektor
kompetitif.
pertumbuhan nasional yang paling besar, sedangkan yang paling kecil adalah
Kota Sibolga. Hal ini berarti pada tahun 1993-1997 Kota Medan merupakan
lambat adalah Kabupaten Langkat. Daerah yang mempunyai daya saing paling
baik adalah Kota Sibolga dan yang paling buruk adalah Kabupaten Langkat.
Dilihat dari pertumbuhan wilayah, yang paling maju adalah Kota Sibolga dan
pertambangan dan penggalian, sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih,
periode penelitian sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan
Bruto), yaitu dari sisi kontribusi dan sisi pertumbuhan. Namun sektor ekonomi
potensial tidak dapat hanya dilihat dengan pertumbuhan dan kontribusi saja.
Pembangunan
Indonesia
PP No 26/2008
(base island)
Kawasan
Sulawesi
Relevansi Kebijakan
Pembangunan Pulau Sulawesi
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat Jakarta. Data yang tercakup
dalam penelitian ini adalah data PDRB provinsi-provinsi di Indonesia, data PDB
pendukung lainnya seperti buku, artikel, jurnal dan lain-lain diperoleh dari
lingkungan IPB, maupun perpustakaan Perguruan Tinggi lainnya seperti UI, STIS,
kabupaten/kota).
(Y i Y ) 2 Pi
i 1
Iw ………………………………………………(1)
Y
fi
dengan Pi
ni
i = 1,2,3…k
Dimana:
memburuk).
membaik).
37
suatu daerah. Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi akan
dapat terlihat bagaimana potensi relatif perekonomian suatu daerah baik secara
agregat dan sektoral terhadap daerah lain sekitarnya. Untuk melihat pola dan
menggunakan analisis Klassen Typology. Alat analisis ini didasarkan pada dua
yaitu:
a. kuadran I yaitu daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth
and high income) atau juga disebut sebagai daerah maju dan tumbuh
b. kuadran II yaitu daerah yang berkembang cepat (high growth but low
income) atau juga disebut sebagai daerah maju tapi tertekan (retarded
provinsi.
c. Kuadran III yaitu daerah maju tapi tertekan (low growth but high
provinsi
d. Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal (low growth and low income)
cepat tumbuh
Kuadran IV Kuadran II
Daerah relatif tertinggal Daerah Maju tapi
tertekan
PDRB per Kapita
pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada
yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor
nasional dapat digunakan teknik analisis Shift Share. Dengan teknik ini, selain
advantage) suatu wilayah juga dapat diketahui melalui tenik analisis Shift
tambah bruto atau PDRB suatu sektor - i di suatu region - j (Dij) dengan
di mana:
berikut:
Keterangan;
Di,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di wilayah Sulawesi
Ni,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di wilayah Sulawesi yang
disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi secara nasional
M i,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di wilayah Sulawesi yang
disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor (subsektor) i
secara nasional
Ci,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di wilayah Sulawesi yang
disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor)
tersebut di wilayah Sulawesi
Eij : PDRB sektor i di wilayah Sulawesi tahun awal analisis
Ein : PDRB sektor i di wilayah regional tahun awal analisis
En : PDRB total di wilayah regional tahun awal analisis
Eij,t : PDRB sektor i di wilayah Sulawesi tahun akhir analisis
Ein,t : PDRB sektor i di wilayah regional tahun akhir analisis
En,t : PDRB total di wilayah regional tahun akhir analisis
berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada
dua titik waktu disuatu wilayah. Analisis Shift Share memiliki kemampuan untuk
menunjukkan:
ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik,
industri dan perbedaan dalam struktur, dan keragaman pasar. Disebut juga
Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah
keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan
begitu pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (2) sampai (8) di atas, maka
untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri dan
keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor i atau dijumlah untuk
semua sektor sebagai keseluruhan wilayah. Persamaan Shift Share untuk sektor
i di wilayah j adalah:
(1991), Field dan MacGregor (1993) (dalam Yusuf, 1999:221) dalam analisis
differential shift (DS) lebih penting dibanding komponen regional share. Hal
referensi. Dari perubahan tersebut akan dapat dilihat berapa besar pertambahan
kegiatan total (PDRB) di wilayah referensi. Dari kedua komponen ini jika
sebagai sumbu horisontal dan nilai DS sebagai sumbu vertikal, akan diperoleh
empat kategori posisi relatif dari seluruh daerah atau sektor ekonomi tersebut.
growing).
keunggulan dan juga kelemahan. Keunggulan analisis Shift Share ini antara
cukup akurat. Sedangkan kelemahan dari analisis Shift Share antara lain (1)
analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, (2) masalah
dapat dijelaskan dengan baik, (3) terdapat data pada periode waktu tertentu di
tengah tahun pengamatan yang tidak ter-ungkap, (4) analisis ini tidak handal
sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari
suatu periode ke periode lainnya, (5) analisis ini tidak dapat dipakai untuk
dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk
dimana:
apabila:
PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok
progresif (maju)
suatu daerah juga dapat dilakukan dengan modifikasi analisis Shift Share ini.
teknik analisis Shift Share untuk memecahkan masalah pengaruh efek alokasi
sebagai suatu variabel wilayah (Eij), bila struktur wilayah sama dengan struktur
Apabila Eij diganti dengan E*ij maka persamaan C ij = Eij (rij – rin) dapat pula
diganti menjadi :
46
klasik. Pengaruh efek alokasi (allocation effect) belum dijelaskan dari suatu
dimana:
Sulawesi
pengaruh alokasi dapat dilihat dalam dua bagian yaitu tingkat spesialisasi
(rij – rin). Persamaan tersebut dapat bermakna bahwa bila suatu wilayah
tersebut pasti akan menikmati pula keunggulan kompetitif yang lebih baik.
Dij = Eij (rn)+E ij (rin – rn)+E*ij (rij – rin)+(E ij –E*ij) (r ij – rin) …..… (13)
untuk melengkapi analisis Shift Share. Secara umum, analisis ini digunakan
untuk menentukan sektor basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan untuk
andalannya.
Dalam teknik ini, kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi
a. sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan
baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Artinya sektor ini
b. sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi
kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non
unggulan.
menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah yang
terhadap industry basic, tetapi juga menaikkan permintaan akan industry non
basic. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu diprioritaskan untuk
2002:27), yang kemudian digunakan dalam penentuan sektor basis dan non
Xr / RVr Xr / Xn
LQ atau LQ …………………………. (14)
Xn / RVn RVr / RVn
Dimana:
LQ = Koefisien Location Quotient (LQ) Sulawesi
Xr = PDRB sektor i di Sulawesi
RVr = Total PDRB Sulawesi
Xn = PDB sektor i Indonesia
RVn = Total PDB Indonesia.
1. LQ > 1
Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada
49
Sulawesi lebih besar dari sektor yang sama pada tingkat nasional.
2. LQ < 1
Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada
Sulawesi lebih kecil dari sektor yang sama pada tingkat nasional.
3. LQ = 1
metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis
bahwa metode ini berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik
dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap
nasional, dan asumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.
Dimana:
TotalIncome Yt
BaseMultiplier atau dalam bentuk simbol K ……….(16)
BasicIncome Yb
ditambah pendapatan non basis. Maka rumus pengganda basis tersebut dapat di
Yt 1 1 1 1
K ………………………………..(17)
Yb Yb Yt Yn Yt Yn Yn
1
Yt Yt Yt Yt Yt
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas
Dasar Harga Konstan merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam
mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000) dan dinamakan berlaku
waktu yang diinginkan). PDRB juga sering disebut dengan NTB (Nilai
Tambah Bruto).
2. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Produk Domestik regional Bruto
bruto per penduduk pada suatu wilayah, dalam suatu waktu tertentu, pada
analisis ini digunakan pendekatan PDRB atas dasar harga konstan. Nilai
PDRB per kapita ini diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar
harga konstan di suatu wilayah/region pada jangka waktu satu tahun, dengan
tersebut.
pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya
yang lebih besar pada suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di
tambah bruto suatu sektor/subsektor ekonomi suatu daerah yang lebih besar
lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lainnya,
spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam yang besar maupun
8. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan suatu pola dan posisi
relatif suatu wilayah atau sektor dan subsektor ekonomi berdasarkan struktur
dan subsektor ekonomi di wilayah lainnya. Biasanya untuk melihat pola dan
53
yang berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke sektor non pertanian dan dari
34 persen dari tahun 2000 hingga 2007. Sektor pertanian selama ini masih
ini disebabkan oleh interaksi dari berbagai proses yang bekerja disisi
kenyataan seperti itu sektor pertanian tidak berarti bahwa penurunan sektor
restoran dengan kontribusi rata-rata sebesar 14,30 persen. Pada tahun 2000
peranan sektor ini sebesar 13,67 persen, dan pada tahun 2007 perananannya
menjadi 14,81 persen. Selain itu, sektor yang mempunyai kontribusi yang
rata sebesar 13,71 dan 10,73 persen. Kontribusi kedua sektor ini relatif stabil
pada saat yang sama terjadi peningkatan pada peranan sektor sekunder dan
tersier.
agregat dari pertumbuhan di setiap sektor ekonomi yang ada. Bagi setiap daerah,
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus
dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan
positif, diantaranya menambah pendapatan nyata bagi sebagian besar rakyat atau
57
penduduk, hal itu berarti pula dapat meningkatkan daya konsumsi secara
tahun 2004 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03 persen. Pada tahun 2005
perekonomian Indonesia mampu tumbuh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 5,69
58
persen. Pada tahun 2006 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,51 persen,
dan pada tahun 2007 perekonomian Indonesia tercatat sebesar 6,32 persen.
2005 ekonomi Sulawesi mampu tumbuh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 6,23
persen. Bahkan pada tahun 2006, kinerja ekonomi Sulawesi terus mengalami
namun sedikit lebih rendah dibanding pada tahun 2006 yakni sebesar 6,88
Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara dan tolok
Tabel 4.3. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Sulawesi Tahun 2000-
2007 (Rupiah)
PROVINSI 2000 2001 2002 2003 2004 2005* 2006** 2007**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Sulawesi Utara 5.348.237 5.392.924 5.501.670 5.456.654 5.628.425 5.986.786 6.262.990 6.588.273
Gorontalo 1.767.587 1.837.181 1.926.115 1.998.814 2.108.284 2.198.846 2.311.147 2.435.835
Sulawesi Tengah 3.974.832 4.074.672 4.198.068 4.591.602 4.850.069 5.121.155 5.393.530 5.710.602
Sulawesi Selatan 3.932.080 4.082.783 4.193.084 4.464.402 4.641.566 4.849.963 5.094.268 5.367.670
Sulawesi Barat 2.885.543 2.928.300 2.985.861 2.947.238 3.038.536 3.204.694 3.345.722 3.509.340
Sulawesi Tenggara 3.172.227 3.230.986 3.342.934 3.686.468 3.890.489 4.089.024 4.317.740 4.593.440
Pulau Sulawesi 3.853.798 3.958.497 4.064.248 4.290.046 4.470.309 4.692.177 4.927.429 5.196.618
Sumber: Badan Pusat Statistik
Walaupun nilai PDRB per kapita tidak mampu mencerminkan tingkat pemerataan
perkapita tetap merupakan indikator yang cukup penting yang digunakan untuk
tersebut.
PDRB perkapita Sulawesi dari tahun 2000 hingga tahun 2007 terlihat
perkapita atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp. 3.853.798 dan pada tahun
masyarakat.
kawasan Sulawesi cukup rendah dengan rata-rata indeks Williamson sebesar 0,19,
hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemerataan pendapatan di kawasan ini cukup
2000 sampai dengan tahun 2007, seperti yang terlihat di Tabel 4.4, menunjukkan
tendensi pemerataan pendapatan regional yang semakin baik. Hal ini ditandai
61
dengan semakin menurunnya nilai Indeks Williamson, dari sebesar 0,2109 pada
Sulawesi 6,00
Jawa&Bali
5,00
Pertumbuhan Ekonomi
Kalimantan
Lainnya
3,00
2,00
1,00
-
PDRB Per Kapita
cepat (high growth but low income). Hal ini bermakna bahwa Sulawesi
cepat tumbuh (high growth and high income) adalah kawasan Jawa dan Bali
yang memang daerah yang relatif mapan dan menjadi tujuan investasi utama di
Indonesia.
wilayah yang dikategorikan sebagai daerah maju tapi tertekan ( high income but
8,00
Sultra
Gtlo Sulteng
7,00
6,00
Pertumbuhan Ekonomi
2,00
1,00
-
PDRB per Kapita
PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dengan Klassen
Typology, dapat dilihat pada gambar 4.2. Dari hasil pengelompokan dengan
Tipology Klassen, terlihat bahwa hanya Provinsi Sulawesi Tengah yang termasuk dalam
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income).
Sementara provinsi yang berkategori sebagai daerah yang relatif tertinggal (low
growth and low income) adalah provinsi Sulawesi Barat yang merupakan provinsi
Pada klasifikasi daerah maju tapi tertekan (high income but low growth)
ditempati Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara. Untuk daerah
dengan kategori berkembang cepat (high growth but low income) ditempati
dengan industrial mix-effect (efek bauran industri-M ij) dan terakhir adalah
Secara agregat, dari tahun 2000 hingga tahun 2007 terjadi pertambahan
tingkat PDRB (output ekonomi) di Sulawesi sebesar 27,31 triliyun rupiah. Dari
jumlah tersebut, sebagian besar (86,76 persen) lebih disebabkan karena efek
Sulawesi sebesar 12,56 persen. Hal ini jauh lebih rendah dibanding dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi masih sangat kecil, yakni sebesar 0,68 persen.
Ini menunjukkan bahwa dampak dari struktur ekonomi nasional hanya mampu
persen.
seperti subsidi pupuk dan bibit, konsep ketahanan pangan, penetapan harga dasar
dan lain-lain, terhadap sektor pertanian di Sulawesi sangat tinggi. Sementara itu,
kondisi struktur ekonomi nasional pada periode ini, justru berpengaruh negatif
kawasan Sulawesi. Pengaruh bauran industri di sektor ini mencapai negatif 48,58
persen, yang berarti bahwa dengan kondisi struktur ekonomi seperti ini justru
pertambahan output ekonomi disektor pertanian sebesar 1,59 triliun atau sebesar
juga sangat tinggi, yakni mencapai 94,35 persen. Ini bisa dimaklumi, karena pada
tertumpu di wilayah Jawa dan Sumatera. Efek bauran industri terhadap sektor ini
rupiah atau mencapai negatif 82,11 persen dari total penambahan output yang
tercipta di sektor ini yang sebesar 1,93 triliun rupiah. Sementara itu, pengaruh
Dampak dari perekonomian nasional yang cukup besar juga terjadi pada
nasional) terhadap sektor ini dikawasan Sulawesi mencapai 91,59 persen. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa memang, peranan pemerintah pusat terhadap subsektor ini
mengandalkan alokasi DAU dan DAK dari pemerintah pusat untuk operasional
persen, hal ini menunjukkan bahwa kondisi struktur ekonomi yang ada kurang
67
sebesar 10,78 persen. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Pergeseran Bersih
Sektor
Juta Rp Persentase
Pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan - 1.673.248 - 24,94
Pertambangan & penggalian 256.039 13,30
Industri pengolahan 155.682 5,65
Listrik, gas & air bersih 86.482 32,37
Bangunan 812.060 34,05
Perdagangan, hotel & restoran 1.357.501 29,54
Pengangkutan & komunikasi 1.173.149 41,07
Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 1.154.072 50,04
Jasa – jasa 295.074 8,41
PDRB 3.616.813 13,24
Sumber: BPS, diolah
rupiah atau sebesar 13,24 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara
satu sektor yang memiliki PB< 0 yaitu sektor pertanian. Pada sektor
sebesar 256,04 Milyar rupiah atau sebesar 13,30 persen terhadap total
dilihat pada Tabel 4.6. Sementara pada sektor pertanian pergeseran bersihnya
rupiah.
analisis Shift Share, dapat dilihat dari pendekatan DS dan PS sekaligus, pada
terletak pada Kuadran I (PS dan DS positif). Ini berarti bahwa ekonomi
perekonomian Sulawesi secara umum memiliki daya saing yang relatif tinggi
69
DS
4.000.000
Kuadran IV Kuadran I
PDRB
3.000.000
Pertanian 2.000.000
Pertambangan
1.000.000 Pengangkutan
Jasa2 Perdagangan
Ind. Pengolahan Bangunan
- PS
(4.000.00 (3.000.00 (2.000.00 (1.000.00 - LGA 1.000.00 2.000.00 3.000.00 4.000.00
0) 0) 0) 0) 0 0 0 0
(1.000.000)
keuangan
(2.000.000)
Gambar 4.3. Proportional Shift (PS) dan Diference Shift (DS) Sektor
Ekonomi di Sulawesi periode 2000-2007
(PS dan DS positif), yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
Pada kuadran II (PS positif dan DS negatif) ditempati oleh sektor listrik,
gas dan air serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Ini
sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi
sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi dari wilayah lain
menempati kuadran III (PS negatif dan DS negatif). Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada sektor ekonomi di Sulawesi yang dikategorikan sebagai sektor
(depressed).
potential). Kelompok sektor ini memiliki tingkat daya saing yang tinggi tetapi
analisis Shift Share klasik, yaitu masalah pembobotan yang dijumpai sebagai
ekonomi. Dari analisis tersebut dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang
72
lokal, sehingga sektor yang dikatakan potensial dapat dijadikan sektor prioritas
dengan kecenderungan semakin naik, yakni rata-rata mencapai 2,27. Hal ini
daerah lain.
Dalam Tabel 4.8 tersebut juga terlihat bahwa sektor industri pengolahan
merupakan sektor dengan nilai LQ terendah yakni rata-rata sebesar 0,39. Hal
73
ini menunjukkan bahwa sektor ini sangat tidak bisa bersaing dalam
Tabel 4.8. Nilai Location Quation Sulawesi Dirinci per Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2007
LQ
Sektor
Rata-
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pertanian 2,27 2,24 2,28 2,25 2,24 2,30 2,30 2,31 2,27
Pertambangan & penggalian 0,58 0,60 0,58 0,65 0,71 0,72 0,75 0,81 0,68
Industri pengolahan 0,40 0,40 0,39 0,39 0,38 0,38 0,39 0,39 0,39
Listrik, gas & air bersih 1,26 1,28 1,25 1,26 1,22 1,24 1,24 1,21 1,24
Bangunan 1,20 1,23 1,23 1,23 1,23 1,21 1,18 1,18 1,21
Perdagangan, hotel &
0,85 0,86 0,87 0,87 0,87 0,86 0,85 0,85 0,86
restoran
Pengangkutan &
1,52 1,51 1,46 1,40 1,35 1,28 1,19 1,12 1,35
komunikasi
Keuangan, persewaan &
0,59 0,53 0,53 0,57 0,63 0,62 0,63 0,64 0,59
jasa perusahaan
Jasa – jasa 1,45 1,47 1,49 1,46 1,44 1,43 1,45 1,44 1,45
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
ekonomi suatu wilayah dapat diketahui. Efek pengganda sebagai siklus dari
dengan pendapatan dari sektor basis. Besarnya efek pengganda ini akan
pembentukan PDRB sebesar 1,5 kali dari total output yang dihasilkan oleh
Keterangan:
Sektor basis: sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa
Sektor non basis: sektor pertambangan, sektor industri pengolahan , sektor perdagangan hotel
dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
75
gambaran yang lebih jelas mengenai posisi masing-masing sektor dilihat dari
growing). Sehingga ketiga sektor ini dapat dikatakan sebagai sektor potensial
lamban.
76
Keterangan
a) berdasarkan analisis pergeseran bersih (PB)
b) berdasarkan analisis kuadran PS, DS
c) berdasarkan analisis SS-EM
d) berdasarkan analisis LQ
76
77
Dari analisis yang telah dilakukan selama periode 2000 hingga 2007,
yakni sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor-sektor inilah yang selama periode ini mendapatkan perhatian yang
lambat. Hal ini juga terlihat dari peranan sektor industri pengolahan dalam
industri serta perubahan jenis permintaan konsumen dari produk kebutuhan pokok
terlihat lambat.
sektor pertanian (fase tradisional), maka produktifitas yang tercipta akan rendah
Begitu juga ketika sektor jasa yang didalamnya terdapat subsektor jasa
Hal ini bertolak belakang dengan teori keunggulan absolut yang dikemukakan
oleh Adam Smith yang banyak diikuti ekonom modern, yang menganjurkan untuk
Sementara itu, sektor yang memiliki semua keunggulan dalam analisis ini
yaitu, sektor bangunan. Pada periode ini dimungkinkan terjadi pembangunan yang
daerah yang terus berlanjut juga memerlukan alokasi untuk pembangunan kantor-
5.1 Kesimpulan
pergeserannya masih relatif kecil. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor
sementara pada saat yang sama kontribusi sektor sekunder dan tersier
3. Secara agregat, dari tahun 2000 hingga tahun 2007 terjadi pertambahan
0,68 persen.
80
berkembang cepat (high growth but low income). Hal ini bermakna bahwa
progresif (maju).
5. Dari berbagai alat analisis yang digunakan, terlihat ada beberapa sektor
sebagai sektor yang memiliki daya saing yang tinggi, memiliki keunggulan
5.2. Saran
Adisasmita, Rahardo. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Graha Ilmu,
Jakarta
Aziz, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya Di Indonesia.
Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta
Bendavid-Val, Avrom. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practioners.
Praeger Publisher, New York and London, Foourt Edition.
Budiman, A. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hidayat, Imam Khurmen, 2004. Mengidentifikasi sektor basis dan non basis di
Kabupaten Purbalingga tahun 1996-2003, [Thesis] Universitas Jenderal
Sudirman, Purwokerto.
Jaya, Wihana Kirana, 1993. Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur, Perilaku
dan Kinerja Pasar. BPFE, Yogyakarta
Kuncoro, Mudrajat dan Aswandi H., (2002). Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan:
Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol. 16, No.1.
Lann, Robert. Shift-Share Analysis (Mix and Share Analysis), Slide Power Point,
Georgia Tech, Economic Development Institute.
PennState, 2003. Using Employment Data to Better Understand Your Local Economy:
Use Location Quotients to Identify Local Strengths, Opportunities, and Industry
Clusters, PennState - College of Agricultural Sciences Agricultural Research
and Cooperative Extension
Sadau A. 2002. Identifikasi Sektor Ekonomi dan Prospek Pembangunan daerah dalam
Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten Kapuas Hulu 1995-1999
[Tesis]. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang
Stevens, B.H dan Moore, C.L . 1980. “A Critical Review of The Literature on shift-
Share as A Forcasting Technique” Journal of Regional Science, Vol. 20, No.
4, 1980
Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. Ed. Ke-2. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (edisi revisi). Bumi
Aksara, Jakarta
Taufik, Tatang A. 2005. Penguatan daya saing dengan platform klaster industri:
Prasyarat memasuki ekonomi modern. Disampaikan dalam Seminar dan
Lokakarya Strategi dan Implementasi Pengembangan Daya Saing Ekonomi
Daerah Dengan Pendekatan Lintas Sektoral, yang diselenggarakan oleh Core
Competence dan PUPUK di Yogyakarta tanggal 7 - 9 Pebruari 2005.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Haris
dan Puji [penerjemah]. Erlangga, Jakarta
Urai, Nursina Amal, 1999. Kesenjangan Pemanfaatan Potensi Daerah: Analisa Shift
Share. Makalah disampaikan pada Konsultasi Regional PDRB se-Sumatera 26-
29 Oktober 1998 di Palembang.
Lampiran 1. Nilai PDRB Sulawesi Atas Dasar Harga Konstan di Rinci menurut Sektor Ekonomi Tahun 2000-2007
(Juta Rupiah)
86
Lampiran 2. Nilai PDRB Sulawesi Atas Dasar Berlaku Konstan di Rinci menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2007 (Juta Rupiah)
87
Lampiran 3. Nilai PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan di Rinci menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2000-2007 (Juta Rupiah)
Industri pengolahan 385.597.900 398.323.800 419.387.800 441.754.900 469.952.400 491.561.400 514.100.300 538.077.900
Listrik, gas & air
bersih 8.393.800 9.058.300 9.868.200 10.349.200 10.897.600 11.584.100 12.251.100 13.525.200
Jasa - jasa 129.753.800 133.957.500 138.982.400 145.104.900 152.906.100 160.799.300 170.705.400 181.972.100
88
Lampiran 4. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Rinci menurut Kawasan Tahun 2000-2007 (Milyar Rupiah)
Lampiran 4. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Rinci menurut Kawasan Tahun 2000-2007 (Milyar Rupiah)
89
90
LQ
SEKTOR Rata-
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
PERTANIAN 2,27 2,24 2,28 2,25 2,24 2,30 2,30 2,31 2,27
a. Tabama 1,78 1,77 1,80 1,79 1,71 1,76 1,75 1,79 1,77
b. Perkebunan 4,41 4,30 4,34 4,31 4,51 4,64 4,66 4,55 4,46
c. Peternakan 1,19 1,16 1,14 1,13 1,16 1,20 1,18 1,19 1,17
d. Kehutanan 1,02 1,03 1,04 1,04 1,01 1,04 1,09 1,14 1,05
e. Perikanan 3,33 3,21 3,30 3,12 3,08 3,13 3,05 3,00 3,15
PERTAMBANGAN 0,58 0,60 0,58 0,65 0,71 0,72 0,75 0,81 0,68
a. Minyak & Gas 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,05 0,08 0,03
b. Pert. Tanpa Migas 1,95 1,73 1,51 1,61 1,85 1,71 1,70 1,72 1,72
c. Penggalian 1,75 1,77 1,77 1,76 1,71 1,66 1,60 1,65 1,71
IND. PENGOLAHAN 0,40 0,40 0,39 0,39 0,38 0,38 0,39 0,39 0,39
a. Industri Migas - - - - - - - - -
b. Ind. non Migas 0,46 0,45 0,44 0,44 0,42 0,42 0,43 0,43 0,44
LGA 1,26 1,28 1,25 1,26 1,22 1,24 1,24 1,21 1,24
a. Listrik 1,53 1,56 1,56 1,58 1,53 1,56 1,55 1,55 1,55
b. Gas - - - - - - - - -
c. Air Bersih 1,11 1,11 1,00 1,03 1,05 1,05 1,06 1,08 1,06
BANGUNAN 1,20 1,23 1,23 1,23 1,23 1,21 1,18 1,18 1,21
PERDAGANGAN 0,85 0,86 0,87 0,87 0,87 0,86 0,85 0,85 0,86
a. Perdagangan 0,93 0,95 0,96 0,95 0,96 0,94 0,93 0,93 0,94
b. Hotel 0,57 0,53 0,52 0,52 0,52 0,53 0,52 0,50 0,53
c. Restoran 0,42 0,44 0,44 0,45 0,46 0,47 0,47 0,47 0,45
PENGANGKUTAN 1,52 1,51 1,46 1,40 1,35 1,28 1,19 1,12 1,35
a. Pengangkutan 1,83 1,85 1,83 1,79 1,80 1,80 1,79 1,87 1,82
b. Komunikasi 0,73 0,68 0,64 0,58 0,53 0,47 0,41 0,35 0,55
KEUANGAN 0,59 0,53 0,53 0,57 0,63 0,62 0,63 0,64 0,59
a. Bank 0,41 0,32 0,34 0,44 0,59 0,58 0,65 0,68 0,50
b. Lembaga keu Non
0,63 0,61 0,59 0,58 0,56 0,55 0,55 0,56 0,58
Bank
c. Sewa Bangunan 1,06 1,01 0,97 0,93 0,91 0,89 0,85 0,84 0,93
d. Jasa Perusahaan 0,31 0,32 0,31 0,31 0,30 0,30 0,29 0,29 0,30
JASA – JASA 1,45 1,47 1,49 1,46 1,44 1,43 1,45 1,44 1,45
a. Pemerintahan 2,28 2,37 2,47 2,50 2,53 2,58 2,68 2,68 2,51
b. Swasta 0,50 0,49 0,48 0,47 0,45 0,45 0,45 0,45 0,47
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah