Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI


DI INDONESIA

OLEH
DUNGDANG P HUTAPEA
H14103004

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
RINGKASAN

DUNGDANG P HUTAPEA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Volume Penyerapan Utang Luar Negeri di Indonesia (dibimbing oleh BUNASOR
SANIM).

Menciptakan masyarakat yang adil dan makmur adalah cita-cita luhur


bangsa yang ingin dicapai melalui pembangunan nasional. Pelaksanaan
pembangunan hanya dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh
tersedianya modal pembangunan. Hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan
pembangunan di Indonesia adalah kondisi tidak mencukupinya modal
pembangunan. Pemerintah Indonesia berusaha untuk mengatasi masalah tersebut
dengan melakukan kebijakan utang baik dari luar negeri maupun dari dalam
negeri. Defisit anggaran pemerintah selalu menjadi alasan utama penarikan
pinjaman dari luar negeri.
Berdasarkan pengertiannya, utang atau pinjaman luar negeri dapat
diartikan berdasarkan aspek materiil, formal dan fungsinya. Namun secara umum,
utang atau pinjaman tersebut selalu menimbulkan kewajiban untuk membayar
kembali dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kebijakan
melakukan pinjaman perlu untuk dikaji ulang oleh pemerintah. Hal ini
dikarenakan besarnya beban utang luar negeri yang sudah ditanggung oleh
pemerintah dan bangsa Indonesia saat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor apa yang
mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri dan bagaimana faktor-faktor
tersebut mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri di Indonesia.
Setelah mengetahui akar permasalahan yakni faktor-faktor yang mempengaruhi
volume penyerapan utang luar negeri maka diharapkan akan semakin mudah
untuk membatasi dan bahkan mengurangi secara bertahap utang luar negeri
sebagai modal dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk tujuan tersebut, beberapa
variabel yang diteliti adalah rasio defisit keuangan pemerintah dengan GDP
(GD_GDP), tingkat inflasi yang terjadi (INF), tingkat pertumbuhan ekonomi (PE),
tingkat suku bunga internasional (LIBOR) dan dummy variable yang
menggambarkan kestabilan politik (DUMMY_PLTK).
Data yang digunakan seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh
dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang ada di Bank Indonesia. Data
yang digunakan berupa data kuartalan dari tahun 1995.1-2005.4. Defisit keuangan
pemerintah ditunjukkan oleh rasio defisit keuangan dengan GDP yang memiliki
satuan data miliar rupiah. Data utang luar negeri pemerintah direpresentasikan
oleh rasio utang luar negeri dengan GDP dan memiliki satuan miliar rupiah. Data
tingkat inflasi, LIBOR dan tingkat pertumbuhan ekonomi memiliki satuan persen.
Data dummy kestabilan politik ditentukan berdasarkan kondisi politik yang terjadi
di Indonesia. Kondisi stabil Indonesia adalah sebelum kuartal ketiga tahun 1997.
Kondisi ini dilambangkan dengan dummy 0. Sedangkan kondisi setelah periode itu
(1997 kuartal 3) dianggap tidak stabil dan dilambangkan dengan dummy 1 dan
kembali lagi ke 0 setelah kuartal 1 tahun 2003.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Error Correction
Model (ECM). Penggunaan metode analisis ini didasarkan kemampuan metode
tersebut untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam jangka panjang dan
jangka pendek. Analisis jangka panjang menggunakan persamaan kointegrasi,
sedangkan analisis jangka pendek (dinamis) menggunakan ECM. Pengujian
stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh variabel dalam model
penelitian didasarkan pada Augmented Dickey Fuller (ADF) test. Perhitungannya
menggunakan komputer dengan bantuan software E-Views 4.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit keuangan pemerintah
memiliki hubungan negatif dengan volume penyerapan utang luar negeri dalam
jangka panjang, namun tidak berpengaruh dalam jangka pendek. Tingkat
pertumbuhan ekonomi berhubungan negatif tapi tidak signifikan pada jangka
panjang dan berhubungan negatif pada jangka pendek. Inflasi berhubungan positif
tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negatif dan signifikan
pada jangka pendek. LIBOR berhubungan negatif dalam jangka panjang dan
positif dalam jangka pendek. Kondisi kestabilan politik berhubungan positif
dalam jangka pendek.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, upaya yang dapat dilakukan oleh
pemerintah Indonesia adalah bahwa pemerintah harus memberikan pengawasan
ekstra terhadap pengelolaan pembayaran utang luar negeri secara khusus terhadap
Direktorat Pengelolaan Utang Negara. Hal ini adalah sebagai cara untuk
mengefisienkan penggunaan dana pinjaman tersebut. Pemerintah Indonesia harus
mengambil langkah yang pasti untuk membatasi dan pada akhirnya
menghilangkan beban ketergantungan utang dari luar negeri. Selain itu,
pemerintah diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan tingkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan variabel ini sangat berpengaruh terhadap
volume penyerapan utang luar negeri.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME PENYERAPAN UTANG LUAR NEGERI
DI INDONESIA

Oleh

DUNGDANG P HUTAPEA
H14103004

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,


Nama Mahasiswa : Dungdang P Hutapea
Nomor Registrasi Pokok : H14103004
Proram Studi : Ilmu Ekonomi
Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Volume Penyerapan Utang Luar Negeri di
Indonesia

dapat diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada


Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc.


NIP: 130 345 012

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S.


NIP: 131 846 872

Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH


BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Dungdang P Hutapea
H14103004
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dungdang P Hutapea, lahir di Bibiraek, Balige, Sumatera


Utara pada tanggal 5 September 1985. Penulis adalah anak kelima dari delapan
bersaudara dari pasangan ayahanda Huling Hutapea dan ibunda Santun
Simanjuntak. Jenjang pendidikan penulis dilalui mulai dari pendidikan sekolah
dasar yang dilalui di SD Inpres No. 173563 Laguboti dalam kurun waktu 1991-
1997. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama
di SLTP Negeri 4 Laguboti dalam kurun waktu 1997-2000. Setelah itu, pada
tahun 2000 penulis diterima di SMU N 1 Soposurung Balige dan lulus pada tahun
2003.
Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi
setelah menerima Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai
mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Program studi tersebut saat ini telah berubah nama
menjadi Program Studi Ilmu Ekonomi.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan
kemahasiswaan seperti menjadi anggota dan pengurus sebagai Wakil Koordinator
Bidang Pelayanan Komisi Pembinaan dan Pemuridan PMK IPB, asisten agama
Kristen Protestan selama dua periode (2004-2006), koordinator asisten agama
periode 2006-2007, anggota Student Company IPB dan ketua Syalom English
Club GMKI. Penulis adalah penerima beasiswa Goodwill International
Foundation selama dua periode. Dan dalam dua periode tersebut penulis aktif
mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Goodwill International
Foundation. Penulis juga aktif terlibat dalam berbagai kepanitiaan seperti retreat
komisi, retreat angkatan dan Dies Natalis FEM.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Penyerapan
Utang Luar Negeri di Indonesia. Proses penulisan, pencarian data pengolahan
sampai tahap penyempurnaan tugas skripsi ini berlangsung dengan baik dan
lancar sesuai harapan penulis.
Pemilihan judul yang bertemakan utang luar negeri ini berlatar belakang
sangat tingginya volume penyerapan utang luar negeri Indonesia saat ini. Bangsa
Indonesia bahkan sudah seperti ketergantungan dengan utang. Hal ini
mengindikasikan tingginya beban utang yang harus ditanggung oleh bangsa
Indonesia di masa mendatang. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk
melakukan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyerapan
utang luar negeri. Dengan mengetahui akar permasalahan maka Bangsa Indonesia
akan lebih mudah untuk mengatasi masalah tersebut.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan baik berupa moril
dan tindakan yang dirasakan oleh penulis. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan
hormat, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan dan berkat berlimpah yang
dilimpahkanNya kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. selaku dosen pembimbing
akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis. Banyak nasihat,
dorongan, bimbingan, arahan serta motivasi yang diberikan selama
penyusunan skripsi ini dan selama penulis menempuh studi di Departemen
Ilmu Ekonomi IPB.
3. Bapak Samsul Hidayat Pasaribu, S.E. M.Si. selaku dosen penguji utama.
Saran dan masukan yang diberikan sangat membantu dalam penyem-
purnaan skripsi ini.
4. Bapak Muhammad Findi A, S.E. M.Si. selaku dosen penguji dari Komisi
Pendidikan FEM IPB. Saran dan masukan yang diberikan sangat
membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. H. Hutapea dan S. Simanjuntak selaku orang tua penulis serta kepada
kakak, abang dan adik penulis atas dukungan, kesabaran dan doa yang
selalu menguatkan penulis.
6. Dordia Anindita Rotinsulu atas dukungan doa, motivasi dan kasih sayang
yang dapat dirasakan oleh penulis.
7. Bank Indonesia, secara khusus pegawai perpustakaan yang mau mem-
bantu penulis dalam pencarian data.
8. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini.
Segala sesuatu tidak ada yang sempurna, semoga hasil yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2007

Dungdang P Hutapea
H14103004
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang……………..………………………………….. 1
1.2. Perumusan Masalah……….....………………………….…….. 4
1.3. Tujuan Penelitian……………..……………………………..… 8
1.4. Kegunaan Penelitian…………………….…………………….. 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………….. 10
II. KAJIAN TEORI................................................................................. 11
2.1. Tinjauan Pustaka....................................................................... 11
2.1.1. Teori Utang Luar Negeri.................................................... 11
2.1.2. Jenis-jenis Pinjaman Luar Negeri...................................... 12
2.1.3. Kurva Laffer Utang (Debt Laffer Curve)........................... 13
2.1.4. Utang Luar Negeri dalam Perpotongan Keynesian........... 16
2.1.5. Kebijakan Fiskal, Utang Luar Negeri dan Model Solow.. 17
2.1.6. Faktor-Faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar
Negeri bagi Pembangunan Ekonomi.................................. 19
2.1.7. Alasan Negara Berkembang Menerima Bantuan.............. 20
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu.................................................. 20
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual.............................................. 22
2.3.1. Kondisi Perekonomian Indonesia................................... 22
2.3.2. Utang Luar Negeri dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya........................................................ 23
2.4. Hipotesis................................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN................................................................... 28
3.1. Waktu dan Tahapan Penelitian................................................... 28
3.2. Jenis dan Sumber Data................................................................ 28
3.3. Metode Analisis Data.................................................................. 30
3.3.1. Uji Stasioneritas Data...................................................... 32
3.3.2. Uji Kointegrasi................................................................. 33
3.3.3. Error Correction Model (ECM)...................................... 35
3.3.4. Diagnostic Test................................................................ 38
3.3.4.1. Uji Normalitas........................................................ 38
3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas........................................... 39
3.3.4.3. Uji Autokorelasi..................................................... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 42
4.1. Kestasioneran Data..................................................................... 42
4.2. Uji Kointegrasi............................................................................ 44
4.3. Error Correction Model (ECM)................................................. 49
4.4. Diagnostic Test........................................................................... 54
4.4.1. Uji Normalitas................................................................. 55
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas.................................................... 55
4.4.3. Uji Autokorelasi.............................................................. 56
4.5. Ringkasan Hasil Penelitian......................................................... 57
4.5.1. Jangka Panjang................................................................. 57
4.5.2. Jangka Pendek.................................................................. 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 59
5.1. Kesimpulan……………………………………………………. 59
5.2. Saran…………………………………………………………... 59
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 61
LAMPIRAN............................................................................................. 64
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1995-2005............ 5


2 Faktor-Faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar
Negeri yang Mengalir ke Negara Terbelakang......................... 19
3 Alasan Negara Berkembang Menerima Bantuan...................... 20
4 Data, Simbol dan Sumber Data Penelitian................................ 29
5 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada Level ……………. 42
6 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada First Difference…. 43
7 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang…………………... 45
8 Uji Akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual Persamaan
Jangka Panjang Utang Luar Negeri. ………………………… 49
9 Error Correction Model Untuk Utang Luar Negeri dengan
Variabel yang Signifikan…………………………………….. 50
10 Hasil Uji Heteroskedastisitas (ARCH) test…………………... 56
11 Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Untuk Utang
Luar Negeri…………………………………………………... 56
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Grafik Defisit Anggaran Pemerintah periode 1990-2006


(miliar Rp)………….………………………………………..... 6
2 Kurva Laffer Utang.................................................................... 14
3 Kenaikan dalam Pembelian Pemerintah dalam Perpotongan
Keynesian................................................................................... 16
4 Model Solow.............................................................................. 18
5 Kerangka Pemikiran Konseptual................................................ 26
6 Hasil Uji Normalitas Error Correction Model Untuk Utang
Luar Negeri…………………………………………………… 55
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Nominal Penelitian.......................................................... 64


2. Data Riil Penelitian.................................................................. 66
3. Data yang Diolah dalam E-views............................................. 68
4. Hasil Uji Akar Unit pada Level……………………………… 70
5. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference…………………... 73
6. Hasil Uji Persamaan OLS untuk Estimasi Jangka Panjang….. 77
7. Hasil Uji Akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual
Persamaan Jangka Panjang Utang Luar Negeri……………... 77
8. Hasil Estimasi Error Correction Model untuk Utang Luar
Negeri dengan Lag (Selang) 4……………………………….. 78
9. Error Correction Model Untuk Utang Luar Negeri dengan
Variabel yang Signifikan…………………………………….. 79
10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (ARCH test)………………….. 79
11. Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Untuk
Model Dinamis Utang Luar Negeri………………………….. 80
12. Hasil Uji Normalitas................................................................. 80
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat suatu negara adalah sesuatu hal yang menjadi

tujuan pemerintah negara tersebut. Hal tersebut berusaha dicapai dengan

pembangunan di segala bidang termasuk dalam bidang ekonomi. Di bidang

ekonomi, pemerintah berusaha untuk mewujudkannya melalui kontrol dalam

bidang kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi termasuk kebijakan fiskal dan

moneter.

Pembangunan ekonomi didefenisikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat

dalam jangka panjang (Sukirno, 1985). Berdasarkan pengertian tersebut terdapat

beberapa aspek yang penting dalam pembangunan ekonomi yakni: (i) suatu

proses, yang berarti merupakan pembangunan yang terus-menerus, (ii) usaha

untuk menaikkan tingkat pendapatan perkapita, dan (iii) kenaikan pendapatan

perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. Dengan proses ini

diharapkan akan terjadi peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan taraf

kesejahteraan masyarakat sesuai cita-cita pembangunan nasional.

Pelaksanaan pembangunan akan tercapai dengan baik jika didukung oleh

tersedianya modal pembangunan. Akumulasi modal merupakan salah satu dari

tiga hal penting untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dua hal yang

lain adalah pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan meningkatkan

jumlah angkatan kerja dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal meliputi semua
bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan

modal atau sumber daya manusia (Todaro, 2003).

Indonesia adalah sebuah negara yang besar dan kaya dari segi jumlah

penduduk, luas wilayah, tapi tidak demikian jika dilihat dari sisi ekonomi. Kondisi

ini cukup memprihatinkan jika dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimiliki

oleh bangsa Indonesia. Fondasi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia sangat

rapuh, yang berakibat pada tidak terkontrolnya pertumbuhan ekonomi Indonesia

(Achsani, 2003).

Rapuhnya perekonomian Indonesia terlihat dari siklus naik-turun

pertumbuhan ekonomi. Pemerintah tidak mampu untuk menjaga siklus per-

tumbuhan ekonomi untuk tetap bertahan atau meningkat. Bahkan pada tahun

1998, ketika krisis keuangan melanda Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia

mencapai -18,26 pada kuartal IV. Pada tahun berikutnya, Indonesia berusaha

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tapi selalu memiliki siklus naik-turun

dalam selang 1,6-6,91. Pertumbuhan tertinggi 6,91 dicapai pada kuartal IV tahun

2000.

Tulisan yang berjudul Sekilas Ekonomi Indonesia disampaikan dalam

diskusi dwi bulanan ISTECS Eropa mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga

penyebab rapuhnya fondasi ekonomi tersebut (Achsani, 2003). Ketiga hal tersebut

adalah:

1. Kesalahan besar pemerintah dengan menganut sistem trickle down effect

dimana jalannya roda perekonomian diperankan hanya kepada sekelompok

orang tertentu. Hal ini menyebabkan sebagian besar kekayaan hanya


dinikmati oleh sekelompok kecil orang yang dapat mengendalikan

perekonomian, sementara sebagian besar yang lain tidak menikmatinya.

2. Proses industrialisasi yang dikembangkan hanya akan memberi keun-

tungan pada jangka pendek.

3. Pemerintah mengandalkan utang luar negeri untuk menopang jalannya

pembangunan.

Menteri Keuangan Yusuf Anwar menjelaskan bahwa utang pemerintah Indonesia

hingga Maret 2005 mencapai Rp 1.282 triliun atau 52 persen dari Produk

Domestik Bruto (PDB). Utang itu terdiri dari utang dalam valuta asing sebesar Rp

624 triliun dan utang dalam rupiah sebesar Rp 658 triliun (Batubara, 2005).

Pemerintah mengatakan bahwa mereka selalu berusaha untuk mengurangi

dan atau membatasi penarikan pinjaman luar negeri akan tetapi pada

kenyataannya jumlah itu cenderung untuk bertambah setiap tahunnya (Wiranta,

2004). Berdasarkan kenyataan tersebut, komitmen pemerintah untuk mengurangi

volume utang luar negeri patut dipertanyakan.

Beberapa alasan ekonomis yang melandasi mengapa masalah utang saat

ini menjadi hal yang penting adalah:

a. Beban utang yang harus diangsur semakin lama akan semakin meningkat.

Hal ini dikarenakan adanya tekanan nilai tukar mata uang atau karena

adanya tambahan utang-utang baru.

b. Kemampuan untuk membayarnya semakin lama akan semakin menurun

bila nilai Debt Service Ratio (DSR) meningkat.


c. Adanya kewajiban perekonomian untuk membayar kembali utang yang

sudah dipinjam. Hal ini akan menjadi potensi untuk mendorong

perekonomian dalam negeri menjadi semakin menurun.

d. Secara teoritis jumlah utang luar negeri yang besar dapat mempengaruhi

ekspektasi masyarakat melalui penilaian terhadap prospek ekonomi.

Hasil penelitian yang dilakukan di United States of America menemukan

bahwa ada beberapa dampak ekonomi yang dialami akibat adanya utang

pemerintah. Dampak tersebut adalah dampak utang terhadap tabungan nasional

dan formasi kapital, dampak terhadap output dan pendapatan, dampak terhadap

distribusi pendapatan dan inflasi (tingkat harga), dan dampaknya terhadap nilai

tukar`dan transaksi luar negeri (Elmendorf dan Mankiw, 1998). Berdasarkan

penjelasan-penjelasan di atas, maka masalah utang perlu untuk diteliti secara

mendalam.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan mengenai utang luar negeri adalah permasalahan yang

krusial. Walau demikian, belum begitu banyak studi pustaka yang membahasnya,

demikian juga belum banyak orang yang menyadari bahaya akibat ketergantungan

terhadap utang (Sugema dan Chowdury, 2005). Beberapa bahaya utang dijelaskan

oleh Prof. Ricardo Hausmann dari School of Government, Harvard University

yaitu bisa menyeret negara ke dalam kondisi self-fulfilling inflationary crisis,

menyebabkan kewajiban membayar negara pada jangka waktu yang ditentukan


sehingga bisa muncul kepanikan, baik oleh utang jangka panjang maupun pendek

(Achsani, 2003).

Kondisi yang terjadi di Indonesia adalah adanya semacam kebiasaan

pemerintah dalam melaksanakan pembangunan dengan menggunakan dana

pinjaman luar negeri. Dana pinjaman luar negeri digunakan sebagai sumber utama

dana pembangunan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya posisi utang luar

negeri Indonesia. Ketergantungan pemerintah semakin tinggi terhadap utang luar

negeri tersebut.

Tabel 1. Posisi Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1995-2005

Posisi Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan BUMN (miliar Rp)


Tahun Pinjaman Luar Negeri (miliar Rp)
1995 148658,28
1996 140725,682
1997 269049
1998 573522,675
1999 571929,54
2000 767331,34
2001 765596
2002 1174206,42
2003 1146169,465
2004 1272952,96
2005 1284309,16
Sumber: Bank Indonesia , data diolah (1995-2005)

Utang luar negeri pada tahun 1995 hanya sebesar Rp 148658,28 miliar. Pada

tahun 2000 utang luar negeri Indonesia meningkat menjadi Rp 767331,34 miliar.

Jumlah itu meningkat tajam menjadi Rp 1284309,16 miliar pada tahun 2005.

Peningkatan ini sangat pesat jika dibandingkan dengan tahun awal 1995. Utang

luar negeri mencapai titik tertinggi pada tahun 2005 dengan kumulatif sebesar Rp

1284309,16 miliar.
Alasan utama penarikan pinjaman dari luar negeri adalah tingginya defisit

anggaran pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu,

pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan

pinjaman ke luar negeri. Secara grafik, kondisi keuangan pemerintah yang terjadi

selama tahun 1990-2006 ditunjukkan pada Gambar 1. Posisi surplus pemerintah

ditunjukkan ketika bar berada di atas garis 0, sedangkan posisi defisit keuangan

pemerintah ditunjukkan ketika bar berada di bawah garis 0. Berdasarkan Gambar

1, defisit keuangan paling besar terjadi pada tahun 1999 yakni lebih dari

Rp. -80.000 milliar.

20000

-20000

-40000

-60000

-80000

-100000
90 92 94 96 98 00 02 04 06
DEFISIT

Gambar 1. Grafik Defisit Anggaran Pemerintah periode 1990-2006 (miliar Rp)


Sumber: Bank Indonesia, 1990-2006

Defisit anggaran menunjukkan kondisi pengeluaran pemerintah lebih besar

dari pendapatan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah harus berusaha untuk

menutupi kekurangan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah

adalah melalui penarikan pinjaman dari luar atau dalam negeri. Hasil studi yang
dilakukan oleh INFID (International NGO Forum on Indonesian Development),

JARI Indonesia, KIKIS dan Koalisi Perempuan Indonedia tentang RAPBN 2005

dalam Siaran Pers Bersama di Jakarta, 22 Agustus 2004 mengemukakan bahwa

dari perkiraan pendapatan pemerintah sebesar Rp 377,9 trilyun dari berbagai

sumber pendapatan, pemerintah mengalokasikan pendapatan tersebut untuk

belanja pegawai sebesar Rp 62,2 trilyun, belanja barang sebesar Rp 30,9 trilyun,

belanja modal sebesar Rp 42,9 trilyun, subsidi sebesar Rp 33,6 trilyun, bantuan

sosial Rp 16,3 trilyun dan belanja lain-lain sebesar 14,7 trilyun. Sementara untuk

pembayaran bunga utang sebesar Rp 64,0 trilyun (terdiri atas bunga utang dalam

negeri sebesar Rp 38,8 trilyun dan bunga utang luar negeri Rp 25,1 trilyun).

Jumlah tersebut belum termasuk pembayaran pokok. Pada tahun 2004 pemerintah

dan panitia anggaran telah sepakat membayar pokok utang luar negeri secara

penuh yaitu Rp 46,8 trilyun (Infid, 2005).

Jika alokasi budget merupakan cermin dari prioritas pemerintah maka jelas

bahwa pemerintah meletakkan pembayaran bunga utang sebesar Rp 63.986,8

trilyun. Hal ini berarti lebih dari 1/6 pendapatan negara dialokasikan untuk

pembayaran bunga utang.

Semakin tingginya ketergantungan terhadap luar melalui utang luar negeri

akan menjadi masalah besar di masa mendatang. Hal ini karena utang

menimbulkan adanya kewajiban untuk membayar kembali utang tersebut pada

jangka waktu yang telah disepakati (Tribroto, 2001). Masalah terjadi ketika

Indonesia tidak mampu untuk membayar pokok pinjaman beserta bunganya tepat

pada waktunya. Apabila Indonesia tidak mampu membayar, kepercayaan dunia


luar terhadap Indonesia tentunya akan berkurang. Namun, jika Indonesia pada

akhirnya membayar, hal ini akan menimbulkan defisit terhadap anggaran negara,

dan pada akhirnya akan mengganggu stabilitas perekonomian Indonesia. Oleh

karena itu, penelitian ini menjadi penting karena masalah utang sangat signifikan

berpengaruh terhadap stabilitas perekonomian. Penelitian ini menganalisis

beberapa permasalahan, yaitu:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi volume penyerapan utang

luar negeri di Indonesia?

2. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi volume penye-

rapan utang luar negeri di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri yang dilakukan oleh

pemerintah. Secara rinci, penelitian bertujuan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi volume penyerapan

utang luar negeri di Indonesia.

2. Menganalisis bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi volume

penyerapan utang luar negeri di Indonesia.


1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pemerintah

sebagai policy-maker untuk menentukan kebijakan yang efisien dalam strategi

penarikan pinjaman dari luar negeri. Pemerintah sebagai policy-maker diharapkan

mampu mengambil sikap bijak dalam menghadapi tingginya beban

ketergantungan terhadap luar negeri. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan gambaran yang dapat membantu pemerintah untuk mengurangi dan

bahkan menghilangkan beban ketergantungan terhadap luar negeri. Secara rinci,

kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan tentang penarikan utang luar negeri. Secara

khusus, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk

mengurangi dan bahkan menghilangkan beban ketergantungan terhadap

luar negeri dengan memberikan alternatif sumber pembiayaan

pembangunan selain utang dan strategi tentang manajemen/pengelolaan

pembayaran utang luar negeri.

2. Bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), penelitian

ini berguna sebagai data dasar (benchmark data) bagi penelitian

selanjutnya dalam bidang ekonomi khususnya mengenai utang luar negeri

dalam hubungannya dengan pengembangan IPTEK.

3. Bagi mahasiswa, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk

mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh dalam masa perkuliahan

di Departemen Ilmu Ekonomi.


1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Utang luar negeri yang masuk ke Indonesia bisa dilakukan oleh sektor

swasta dan pemerintah. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri pemerintah (termasuk

BUMN) di Indonesia baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jenis pinjaman

yang dianalisis adalah pinjaman komersial pemerintah yang sudah disetujui,

bukan hibah.

Data posisi utang luar negeri pemerintah (termasuk BUMN) periode

1995.1-2005.4 mengindikasikan jumlah utang luar negeri yang diserap oleh

pemerintah Indonesia selama periode tersebut. Penetapan periode penelitian

adalah untuk melihat pengaruh kondisi kestabilan politik terhadap volume

penyerapan utang luar negeri di Indonesia.


II. KAJIAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Teori Utang Luar Negeri

Utang luar negeri dapat diartikan berdasarkan berbagai aspek. Berdasarkan

aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar negeri

ke dalam negeri yang dapat digunakan sebagai penambah modal di dalam negeri.

Berdasarkan aspek formal, pinjaman luar negeri merupakan penerimaan atau

pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar

negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam

pembangunan (Triboto, 2001).

Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara/

Ketua Bappenas No. 185/KMK/03/1995 dan No. Kep-031/KET/5/1995 tentang

Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan dan Pemantauan

Pinjaman atau Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara, dijelaskan bahwa pinjaman luar negeri adalah setiap

penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau yang dirupiahkan maupun

dalam bentuk barang dan atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar

negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Secara umum,

pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar

kembali terhadap luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam rupiah.

Dalam hal ini pinjaman luar negeri tidak berbeda (sama) dengan utang luar negeri.
2.1.2. Jenis-jenis Pinjaman Luar Negeri

Jenis-jenis pinjaman luar negeri dibagi berdasarkan beberapa aspek yaitu

berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu

peminjaman, status penerimaan pinjaman dan persyaratan pinjaman (Tribroto,

2001).

Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas (1)

bantuan proyek, yaitu merupakan bantuan luar negeri yang digunakan untuk

keperluan proyek pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang

dan jasa; (2) bantuan teknik, yaitu merupakan pemberian bantuan tenaga-tenaga

terampil atau ahli; dan (3) bantuan program, yaitu merupakan bantuan yang

dimaksudkan untuk dana bagi tujuan-tujuan yang bersifat umum sehingga

penerimanya bebas memilih penggunaannya sesuai pilihan.

Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman

dari lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman yang berasal dari badan-

badan internasional seperti World Bank dan Asia Development Bank, yang pada

dasarnya adalah pinjaman yang berbunga ringan; dan (2) pinjaman dari negara-

negara anggota IGGI/IGI, hampir sama seperti pinjaman dari lembaga

internasional, hanya biasanya pinjaman ini dari negara-negara bilateral anggota

IGGI/IGI. Biasanya berupa pinjaman lunak.

Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman

jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan lima tahun;

(2) pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15 tahun;

dan (3) pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15

tahun.
Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas (1)

pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah; dan

(2) pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta.

Sedangkan berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman

lunak, yaitu merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun

negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau

dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) yang ditujukan untuk

meningkatkan pembangunan. Bunga dari pinjaman lunak maksimum 3.5 persen

dengan jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang

(grace period) sekurang-kurangnya tujuh tahun. Pinjaman lunak biasanya

mengandung hibah sekurang-kurangnya 35 persen dari total pinjaman; (2)

pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman

yang sebagian lunak dan sebagian lagi komersial; dan (3) pinjaman komersial

yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan

persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya. Tingkat bunga

yang berlaku di pasar internasional antara lain LIBOR ditambah margin sekitar

0.5-1.5 persen.

2.1.3. Kurva Laffer Utang (Debt Laffer Curve)

Kurva Laffer menggambarkan hubungan antara kemampuan membayar

utang luar negeri dengan jumlah utang luar negeri pada negara debitur.

Peningkatan stok utang dapat menurunkan ability to pay dari negara debitur. Hal

ini dikarenakan stok utang yang tinggi dapat berakibat terhadap buruknya
perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar utang luar negeri

(Batiz dan Batiz, 1994).

Gambar 2. Kurva Laffer Utang


Sumber: Batiz dan Batiz, 1994, hal 322.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa segmen AB menggambarkan stok

utang luar negeri yang lebih tinggi demikian juga peningkatan dalam kemampuan

membayar utang oleh dalam negeri (expected debt payment). Hal ini dikarenakan

stok utang masih relatif kecil. Kedua peningkatan memiliki proporsi yang sama

dikarenakan pada tingkat utang yang rendah, kreditur dapat mengharapkan

pembayaran yang penuh dari debitur. Pada tingkat utang di atas X1, terdapat

probabilitas dimana debitur tidak mampu untuk membayar utangnya secara

penuh. Sedangkan segmen BC menggambarkan bagaimana kemungkinan kemam-

puan pembayaran utang sebagai respon dari tingkat utang yang semakin tinggi.

Setelah X2 ke kanan (daerah/segmen CD), peningkatan utang akan mengurangi

kemampuan untuk membayar utang tersebut. Selanjutnya pada tahap ini, utang

akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.


Akumulasi utang yang besar akan menimbulkan kewajiban pembayaran

yang besar pula. Hal ini dapat memaksa pemerintah untuk menaikkan tingkat

pajak, sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang efektif. Pajak yang

tinggi tentunya akan menurunkan gairah investasi di dalam negeri dan

menurunkan usaha produktif. Sebagai akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan

semakin rendah dan kemampuan untuk melunasi utang juga akan semakin rendah.

Di titik D menunjukkan reduksi utang akan meningkatkan kemampuan membayar

utang dimana debitur dan kreditur akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan

yang didapatkan kreditur adalah pelunasan pokok dan bunga utang sementara

keuntungan debitur adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi

reduksi utang biasanya hanya akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat

utangnya sangat tinggi dan tidak memiliki kemampuan untuk membayar (heavily

indebted countries).

Kurva Laffer menunjukkan bahwa pada bagian kiri dari kurva adalah

”good side” dari kurva yakni meningkatkan nilai pembayaran utang luar negeri.

Sementara jika terjadi debt overhang yaitu suatu kondisi dimana negara tidak

memiliki kemampuan untuk membayar utang secara penuh dan pembayaran

aktual tergantung dari pelaksanaan kebijakan ekonomi. Hal ini menunjukkan

bagian ”wrong side” dari kurva Laffer.

2.1.4. Utang Luar Negeri dalam Perpotongan Keynesian

Defisit anggaran yang dialami pemerintah akan menimbulkan kewajiban

bagi pemerintah untuk mencari sumber dana untuk mengatasi masalah defisit

anggaran tersebut. Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan menerapkan kebijakan utang (loan policy). Defisit anggaran

mengharuskan pemerintah untuk menutupinya melalui pinjaman. Hal ini

menunjukkan pengeluaran pemerintah (G) yang lebih tinggi. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya peningkatan output yang berarti akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kenaikan dalam Pembelian Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian


Sumber: Mankiw, 2000, hal 245-247.

Pada Gambar 3, ketika pembelian pemerintah meningkat, hal ini menye-

babkan peningkatan dalam AE (Agregat Expenditure). Hal ini sesuai teori bahwa

AE = Y = C + I + G + ( X − M ) , sehingga ketika G meningkat, AE juga akan

meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan bergesernya kurva AE dari AE1 ke AE2

karena adanya peningkatan G sebesar ΔG . Hal ini menyebabkan adanya

peningkatan pendapatan atau output dari Y1 ke Y2. Berdasarkan teori, ketika

pendapatan meningkat, menurut fungsi konsumsi, C=C(Y-T), yang berarti bahwa

pendapatan yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi.

Konsumsi yang lebih tinggi selanjutnya akan menyebabkan AE atau pendapatan


atau output yang lebih tinggi lagi. Dalam kasus ini akan ditemukan adanya efek

berantai (multiplied effect) terhadap pendapatan (Mankiw, 2000).

2.1.5. Kebijakan Fiskal, Utang Luar Negeri dan Model Solow

Kebijakan utang luar negeri dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk

menstimulus perekonomian nasional. Ketika terjadi defisit anggaran, pemerintah

berusaha untuk menutupinya dengan melakukan loan policy. Defisit anggaran

terjadi ketika pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan tabungan yang

dimilikinya. Modal yang diperoleh dari luar negeri akan digunakan untuk

menambah modal yang ada di dalam negeri. Peningkatan modal ini digunakan

untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang dapat meningkatkan output

nasional dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Daryanto, 2004).

Pada Gambar 4, ketika ada modal masuk yang diperoleh dari utang luar

negeri maka akan membuat peningkatan pada modal dalam negeri dari k1 ke k2.

Peningkatan modal ini akan dapat meningkatkan tabungan pemerintah yang

berarti meningkatkan persediaan modal dalam negeri yang tentunya akan

membantu dalam pelaksanaan pembangunan. Peningkatan modal dalam

pelaksanaan pembangunan ekonomi tentunya akan meningkatkan output nasional

dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2000).


Gambar 4. Model Solow
Sumber: Mankiw, 2000, hal 81.

Pada Gambar 4, perekonomian diasumsikan dimulai dari tingkat modal

mapan dengan tingkat bunga dan persediaan modal k1. Ketika tabungan

meningkat dari s1 ke s2, kurva sf(k) bergeser ke atas. Pada tingkat bunga awal s1

dan persediaan modal awal k1, jumlah investasi menghapus jumlah penyusutan.

Setelah tingkat tabungan meningkat, secara otomatis investasi menjadi lebih

tinggi, tetapi persediaan modal dan penyusutan tidak berubah. Karena itu investasi

melebihi penyusutan. Persediaan modal akan berangsur-angsur naik sampai

perekonomian mencapai tingkat modal mapan yang baru k2, yang memiliki

persediaan modal dan tingkat output yang lebih tinggi dibanding tingkat modal

sebelumnya.
2.1.6. Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar Negeri bagi

Pembangunan Ekonomi

Jhingan (1990) meneliti tentang beberapa faktor yang menentukan jumlah

bantuan luar negeri yang mengalir ke negara terbelakang. Faktor-faktor tersebut

terdapat dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Faktor-Faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar Negeri yang


Mengalir ke Negara Terbelakang.
No. Faktor Keterangan
1. Ketersediaan dana Negara-negara maju seharusnya menyediakan surplus
modalnya untuk dialokasikan bagi pembangunan di
negara-negara terbelakang. Namun, pada kenyataan-
nya negara-negara maju tidak menyediakan modal
surplus dalam jumlah yan cukup besar kecuali
Amerika Serikat.
2 Daya serap negara Jumlah bantuan yang akan diterima oleh negara
penerima penerima juga dipengaruhi oleh daya serap negara
tersebut. Negara terbelakang harus mendapat bantuan
asing sebanyak yang dapat mereka investasikan secara
bermanfaat. Daya serap mencakup kemampuan untuk
merencanakan dan melaksanakan proyek pembangu-
nan, untuk mengubah struktur perekonomian dan
untuk mengalokasikan kembali sumber itu dibatasi
oleh kurangnya faktor-faktor penting, problem
kelembagaan atau organisasi yang tidak sesuai.
3 Ketersediaan Negara terbelakang yang mempunyai sumber daya
sumber manusia dan sumber daya alam yang kurang memadai
akan menghambat pemanfaatan modal asing secara
efektif. Hal ini akan berakibat terhadap semakin
sulitnya negara tersebut memanfaatkan bantuan
tersebut yang pada akhirnya mengurangi minat negara
maju untuk memberikan bantuan.
4 Kemampuan Hal ini sering menjadi masalah dalam negara
negara penerima terbelakang, karena biasanya negara terbelakang tidak
untuk membayar memiliki kemampuan dalam melakukan repayment
kembali terhadap negara donor. Semakin tinggi kemampuan
repayment negara penerima maka trust negara donor
akan semakin tinggi terhadap negara tersebut.
5 Kemauan dan Modal yang diterima dari luar negeri akan
usaha negara memberikan hasil yang maksimal juka ada usaha dan
penerima untuk kemauan negara penerima untuk menggunakannya
membangun secara efektif.
Sumber: Jhingan, 1990, hal 510.
2.1.7. Alasan Negara Berkembang Menerima Bantuan

Todaro (2003) menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa negara

berkembang mau menerima bantuan dan bahkan berusaha keras untuk

mendapatkan bantuan luar negeri. Ketiga alasan tersebut antara lain dapat dilihat

dalam Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Alasan Negara Berkembang Menerima Bantuan

No. Alasan Keterangan


1 Alasan Ekonomi Alasan ini merupakan alasan utama negara
berkembang untuk menerima bantuan. Bantuan
tersebut adalah faktor yang essensial dan sangat
penting bagi proses pembangunan. Bantuan
tersebut dianggap dan diyakini dapat melengkapi
kelangkaan sumber daya di negara berkembang,
membantu terlaksananya transformasi ekonomi
secara struktural, serta mendukung usaha-usaha
Dunia Ketiga untuk mencapai tahapan
pembangunan yang lebih baik.
2 Alasan yang lebih Bantuan dana dianggap sebagai alat yang dapat
bersifat politik memberikan kekuatan politik bagi seseorang
untuk tetap memegang kekuasaan.
3 Alasan Moral Negara maju mempunyai kewajiban secara moral
untuk memberikan bantuan kepada negar
berkembang untuk turut berusaha meningkatkan
kesejahteraan negara-negara miskin.
Sumber: Todaro, 2003, hal 53.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan sampai sekarang ditemukan

bahwa sangat sedikit peneliti yang membahas tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penyerapan utang baik di negara berkembang maupun

negara maju. Kebanyakan penelitian membahas tentang bagaimana hubungan

utang luar negeri dengan pembangunan ekonomi, akan tetapi sangat sedikit yang

membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi utang luar negeri.


Nurdiansyah (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Pemberian Pinjaman Luar Negeri Bilateral Jepang Kepada Pemerintah Indonesia

Melalui CGI/ IGGI meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi negara

donor (Jepang) untuk memberikan pinjaman dan faktor-faktor yang mempe-

ngaruhi negara penerima pinjaman (Indonesia) melakukan penarikan pinjaman.

Penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi negara

Indonesia untuk melakukan pinjaman dari negara Jepang. Beberapa faktor itu

adalah perubahan pinjaman luar negeri, pendapatan per kapita Indonesia tahun

sebelumnya, defisit anggaran pemerintah tahun sebelumnya, tingkat kurs dollar,

perubahan pendapatan perkapita Indonesia, perubahan defisit anggaran, perubahan

kurs dollar terhadap Yen, dan investasi asing langsung Jepang ke Indonesia.

Namun, dari sekian banyak faktor yang diterangkan, penulis hanya meneliti tiga

faktor yang mempengaruhi pemberian pinjaman dari Jepang ke Indonesia. Ketiga

faktor itu adalah tingkat pendapatan perkapita, defisit anggaran pemerintah dan

tingkat kurs dollar AS terhadap Yen Jepang (Nurdiansyah, 1999).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

metode analisis linier berganda. Sedangkan hasil penelitian menemukan bahwa

pendapatan perkapita menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan dalam

jangka pendek dengan koefisien sebesar 0,58047. Hal ini berarti bahwa setiap

terjadi peningkatan pendapatan perkapita Indonesia sebesar satu persen, maka

akan terjadi penurunan pinjaman luar negeri Jepang sebesar 0, 58047%.


2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

2.3.1. Kondisi Perekonomian Indonesia

Pelaksanaan pembangunan membutuhkan modal yang digunakan sebagai

modal pembangunan. Modal pembangunan dapat berupa penerimaan negara yakni

pendapatan nasional, investasi luar di Indonesia dan juga modal yang diperoleh

dengan meminjam dari negara atau lembaga pinjaman internasional. Modal yang

diperoleh dengan meminjam tersebut dinamakan dengan utang atau pinjaman.

Utang dapat berupa utang luar negeri, yang sumbernya diperoleh dari luar negeri

dan juga utang dalam negeri, yang diperoleh dari lembaga pinjaman di dalam

negeri.

Utang luar negeri yang pada awalnya digunakan sebagai modal pelengkap

pembangunan telah beralih fungsi menjadi modal utama pembangunan. Sebagai

modal utama, utang luar negeri berperan penting dalam pembangunan. Hal ini

sampai menimbulkan adanya ketergantungan terhadap utang luar negeri. Beban

ketergantungan tersebut berdampak terhadap semakin besarnya jumlah utang luar

negeri Indonesia setiap tahunnya (Wiranta, 2004).

Perkembangan utang luar negeri yang semakin pesat cukup lama disadari

oleh bangsa Indonesia. Indonesia terlarut dalam nikmatnya menerima pinjaman

tanpa memikirkan beban untuk membayar kembali utang tersebut. Indonesia baru

tersadar setelah melihat begitu besarnya beban utang luar negeri yang sudah

ditanggung oleh bangsa Indonesia. Menyadari dampak negatif yang ditimbulkan

oleh utang luar negeri, bagaimanapun Indonesia harus berusaha untuk membatasi

dan bahkan menghilangkan peran utang luar negeri. Hal ini untuk mengurangi

beban utang yang semakin besar.


2.3.2. Utang Luar Negeri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Penelitian ini memberikan gambaran kondisi perekonomian Indonesia

dilihat dari sisi utang luar negeri pemerintah. Penelitian ini membahas beberapa

faktor yang mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri pemerintah

Indonesia. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume penyerapan

utang luar negeri tersebut adalah defisit keuangan pemerintah, pendapatan

nasional, tingkat inflasi, tingkat suku bunga internasional, nilai tukar,

pertumbuhan ekonomi dan kondisi kestabilan politik. Data nilai tukar digunakan

untuk mendapatkan nilai utang luar negeri dalam bentuk rupiah. Penelitian ini

menggunakan persamaan rasio antara utang luar negeri dengan Gross Domestic

Product (GDP) untuk menunjukkan nilai volume penyerapan utang luar negeri

dan rasio antara government deficit dengan GDP untuk menunjukkan nilai defisit

anggaran pemerintah.

Meminjam ke luar negeri adalah salah satu solusi yang digunakan oleh

pemerintah untuk mengatasi defisit anggaran negara. Penerimaan dari pajak

seringkali tidak cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Pada

sebagian negara berkembang termasuk Indonesia, defisit anggaran pemerintah

ditutupi dengan utang luar negeri. Dengan demikian defisit anggaran pemerintah

berhubungan positif dengan volume penyerapan utang luar negeri. Hal ini berarti

ketika defisit anggaran pemerintah meningkat, maka utang luar negeri juga akan

meningkat. Penelitian ini menggunakan rasio antara government deficit dengan

GDP untuk menunjukkan nilai defisit anggaran pemerintah.

Selain defisit keuangan pemerintah, tingkat inflasi dalam negeri juga

diduga berpengaruh terhadap volume penyerapan utang luar negeri. Ketika inflasi
di dalam negeri tinggi negara donor akan mempertimbangkan ulang keputusan

untuk memberikan pinjaman ke Indonesia. Hal ini dikarenakan besarnya risiko

negara penerima (Indonesia) tidak mampu untuk mengembalikan utang termasuk

bunga dan pinjaman pokoknya. Sehingga ketika tingkat inflasi di dalam negeri

meningkat, maka volume penyerapan utang luar negeri akan menurun.

Tingkat pertumbuhan ekonomi (economic growth) juga mempengaruhi

volume penyerapan utang luar negeri Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang

meningkat dapat merepresentasikan kondisi perekonomian yang semakin baik.

Perekonomian yang semakin baik seharusnya dapat merepresentasikan bahwa

kondisi permodalan untuk pembangunan dapat tercukupi sehingga tidak perlu

untuk melakukan pinjaman terhadap luar negeri. Berdasarkan keadaan tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi berhubungan

negatif dengan volume penyerapan utang luar negeri.

Tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah

LIBOR (London Inter Bank Offer Rate). Tingkat suku bunga memiliki hubungan

negatif dengan volume penyerapan utang luar negeri. Hal ini berarti bahwa ketika

tingkat suku bunga pinjaman tinggi, maka Indonesia akan mempertimbangkan

ulang keinginan untuk melakukan pinjaman dari negara donor. Sehingga, ketika

tingkat suku bunga tinggi, maka volume penyerapan utang luar negeri akan

menurun.

Variabel terakhir yang diduga berpengaruh terhadap volume penyerapan

utang luar negeri adalah kondisi kestabilan politik yang dilambangkan dengan

DUMMY_PLTK. Ketika kondisi kestabilan politik buruk, maka volume


penyerapan utang luar negeri akan menurun. Keadaan politik yang stabil ditandai

dengan dummy 0, dan kondisi politik yang tidak stabil ditandai dengan dummy 1.

Tahapan penelitian setelah melakukan studi pustaka tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri adalah pembuatan

hipotesis sesuai dengan teori ekonomi berdasarkan studi pustaka yang ada. Setelah

itu, dengan metode Error Correction Model, dapat dianalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri baik dalam jangka pendek

maupun dalam jangka panjang. Pengujian jangka pendek dilakukan dengan uji

Error Correction Model, sedangkan analisis jangka panjang dilakukan dengan uji

Engle-Granger Cointegration Test. Tahapan penelitian digambarkan pada

Gambar 5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Volume Penyerapan Utang Luar
Negeri di Indonesia :
(1) Defisit Anggaran Pemerintah (GD_GDP)
(2) Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PE)
(3) Tingkat Inflasi (INF)
(4) Tingkat Suku Bunga Pasar Internasional (LIBOR)
(5) Kondisi Kestabilan Politik (DUMMY_PLTK)

Hipotesis

Estimasi Volume Utang Luar


Negeri Pendekatan Residual

Analisis Model Volume Utang Analisis Model Volume Utang


Luar Negeri Jangka Panjang Luar Negeri Jangka Pendek

Pengujian Hipotesis

Kesimpulan dan Saran

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori dan konsep serta hasil penelitian terdahulu mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri, maka

dapat diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis-

hipotesis tersebut antara lain adalah:

1. Volume penyerapan utang luar negeri berhubungan positif dengan defisit

keuangan pemerintah.
2. Volume penyerapan utang luar negeri berhubungan negatif dengan tingkat

suku bunga internasional (LIBOR).

3. Tingkat pertumbuhan ekonomi berhubungan negatif dengan volume

penyerapan utang luar negeri.

4. Tingkat inflasi berhubungan negatif dengan volume penyerapan utang luar

negeri.

5. Kestabilan politik berhubungan negatif dengan volume penyerapan utang

luar negeri.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tahapan Penelitian

Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai Juni 2007. Tahapan

penelitian dari mulai penyusunan proposal, pengumpulan dan pengolahan data,

penulisan sampai koreksi dan perbaikan skripsi berlangsung dengan baik dan

lancar.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berbentuk kuartalan dengan

periode tahun 1995-2005 yang diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan

Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data tentang utang luar negeri, Gross Domestic Product (GDP), inflasi,

defisit keuangan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga luar

negeri (LIBOR), nilai tukar, variabel dummy tentang keadaan politik yang

menggoncang. Variabel utang luar negeri yang sebelumnya memiliki satuan juta

US Dollar diubah menjadi miliar rupiah dengan menggunakan variabel nilai tukar

Rp/dollar. Persamaan rasio dibentuk antara variabel utang luar negeri dengan

GDP menjadi ULN_GDP dan variabel government deficit dengan GDP menjadi

GD_GDP. Data kuartalan defisit keuangan pemerintah diperoleh dari data tahunan

defisit keuangan pemerintah setelah diinterpolasi. Jenis dan sumber data disajikan

pada Tabel 4.
Tabel 4. Data, Simbol dan Sumber Data Penelitian

No. Variabel Satuan Simbol Sumber


1 Rasio utang luar negri Miliar Rupiah ULN_GDP Bank Indonesia
dengan GDP
2 Rasio government deficit Milliar GD_GDP Bank Indonesia
dengan GDP Rupiah
2 Inflasi Persen INF Bank Indonesia
3 Tingkat Pertumbuhan Persen PE Bank Indonesia
Ekonomi
4 Tingkat suku bunga luar Persen LIBOR Bank Indonesia
negeri
5 Variabel Dummy Kualitatif 0 = Stabil, Kondisi
Keadaan Politik 1 = Tidak kestabilan
Stabil. politik.

Selain data yang tercantum dalam Tabel 4 di atas, penelitian ini juga

menggunakan data Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000

dalam bentuk kuartalan. Data ini digunakan untuk mendapatkan data riil dari data

nominal yang diperoleh.

Rasio utang luar negeri dengan GDP (ULN_GDP) merepresentasikan

perbandingan jumlah utang luar negeri yang diterima oleh bangsa Indonesia

dengan GDP Indonesia. Variabel ini menjadi variabel yang merepresentasikan

volume penyerapan utang luar negeri di Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar

pengaruh utang terhadap perekonomian suatu negara. Beberapa indikator tersebut

adalah rasio Debt/GDP, rasio Debt/Ekspor, Debt Service Ratio (DSR) dan Rasio

Pembayaran Bunga/Ekspor (Daryanto, 2004).

Rasio government deficit dengan Gross Domestic Product (GDP) yang

disimbolkan dengan GD_GDP merepresentasikan perbandingan defisit keuangan

pemerintah dengan GDP Indonesia. Variabel ini menjadi variabel yang

menunjukkan jumlah defisit keuangan pemerintah.


3.3. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah bersifat kuantitatif dengan

menggunakan Error Correction Model (ECM). Analisis ECM dilakukan dengan

menggunakan software E-views 4.1. dan Microsoft Excel. Permodelan ECM yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Δ ULN_GDPt = β0+ β1 Δ GD_GDPt + β 2 Δ INFt + β 3 Δ PEt + β 4 Δ LIBORt +

β 5 DUMMY_PLTK + γut-1 + et, (1)

keterangan: -1 < γ < 0

γ = error correction term

Ut = ULN_GDPt - b0 - b1 GD_GDPt - b2 INFt - b3 PEt - b4 LIBORt (2)

ULN
ULN _ GDP = (Miliar Rupiah)
GDP

GD
GD _ GDP = (Miliar Rupiah)
GDP

Model (1) dapat diubah dengan mengeluarkan koefisien dalam U menjadi:

Δ ULN_GDPt = β0 + β1 Δ GD_GDPt + β 2 Δ INFt + β 3 Δ PEt + β 4 Δ LIBORt +

β 5 DUMMY_PLTK + β6 ULN_GDPt-1 + β7 GD_GDPt-1 + β8 INFt-1 + β9

PEt-1 + β10 LIBORt-1 + et, (3)

dimana:

β0 = b0 (γ),

β1 = b1,

β2 = b2,

β3 = b3,

β4 = b4,
β5 = b5,

β6 = γ,

β7 = -b1 (γ),

β8 = -b2 (γ),

β9 = -b3 (γ),

β10 = -b4 (γ),

Δ = perbedaan pertama (first difference),

ULN_GDPt = Jumlah utang luar negeri pemerintah pada periode t (miliar

rupiah),

GD_GDPt = Posisi keuangan pemerintah riil (Government Defisit) pada

periode t (miliar rupiah),

INFt = Inflasi pada periode t (persen),

PEt = Pertumbuhan ekonomi (persen),

LIBORt = London Inter Bank Offered Rate pada periode t (persen),

DUMMY_PLTK=Dummy kestabilan politik pada periode t (1 atau 0),

et = error distribunce pada periode t.

3.3.1. Uji Stasioneritas Data

Stasioneritas data adalah hal yang sangat penting diuji dalam uji

ekonometrika suatu permodelan. Perhatian ini timbul karena jika ternyata data

time-series yang diteliti bersifat non-stasionery, maka hasil regresi akan

mengandung R2 yang lebih tinggi dan Durbin-Watson statistic yang rendah. Hal

ini menunjukkan bahwa telah terjadi regresi semu (Spurious Regression) dalam

model (Arief, 1993).


Untuk mengukur keberadaan stasioneritas data ada beberapa cara yang

dapat digunakan. Salah satu cara yang sering dipakai dalam E-views 4.1. adalah

Augmented Dickey Fuller test (ADF test). Jika nilai statistiknya lebih kecil dari

MacKinnon Critical Value maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut stasioner.

Namun, jika nilai ADF statistiknya ternyata lebih besar dari nilai MacKinnon

Critical Value, berarti data tersebut tidak stasioner. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah data yang non-stasioner adalah dengan

meningkatkan taraf nyata yang digunakan. Jika hal tersebut tidak berhasil, maka

dapat diatasi dengan melakukan difference non stasionary processes.

Nelson dan Plosser dalam Enders (2004) menyebutkan bahwa pada

dasarnya Augmented Dickey Fuller (ADF) test melakukan regresi dengan

persamaan berikut:

p
Δyt = a0 + a2t + γyt −1 + ∑ β Δyt −i +1 + ε t (4)
i=2

Keterangan:

p = Selang yang terpilih,

a0 , a 2 , γ = Nilai yang diestimasi,

εt = Error term.

Hipotesis yang diuji adalah :

H0 : γ = 0 (data tidak stasioner)

H1 : γ < 0 (data stasioner)

Nilai γ diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan statistik

uji yang digunakan adalah:


γ
t hit = (5)

Dimana: S γ = Simpangan baku dari γ .

Jika nilai t-hit (ADF statistic) lebih kecil dari nilai MacKinnon Critical Value,

maka keputusan yang diambil adalah tolak H0. Hal ini berarti bahwa data tersebut

stasioner. Selain dengan memperhatikan nilai ADF statistik, pengujian

kestasioneran juga dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai probabilitas

(prob*). Jika nilai probabilitas (prob*) lebih besar dari taraf nyata yang

digunakan, maka data tersebut tidak stasioner. Sementara itu, jika nilai

probabilitas (prob*) lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka data

tersebut sudah stasioner.

3.3.2. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi digunakan untuk memperoleh hubungan jangka panjang

antar-variabel dalam permodelan. Enders (2004) mengatakan bahwa kointegrasi

merujuk pada kombinasi linier antara variabel-variabel yang tidak stasioner. Engle

dan Granger dalam Enders (2004) mengemukakan bahwa hubungan kointegrasi

hanya bisa dibentuk oleh variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang

sama. Selain itu, menurut Engle dan Granger komponen-komponen dari vektor Xt

= (X1t, X2t, ..., Xnt) dikatakan terkointegrasi pada order (d,b) jika:

a. Semua komponen dari Xt terintegrasi pada order d,

b. Terdapat vektor β = (β1, β2, ..., βn) sehingga kombinasi linier dari βXt =

β1X1t + β2X2t + ...+ βnXnt terintegrasi pada order (d-b) dengan b > 0.
Granger juga mengatakan bahwa suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai

awal untuk menghindari regresi yang palsu.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melihat uji kointegrasi

yaitu uji kointegrasi Engle-Granger (Engle-Granger Cointegration Test), uji

kointegrasi Johansen (Johansen Cointegration Test) dan uji kointegrasi Durbin-

Watson (Cointegrating Regression Durbin-Watson Test). Dalam penelitian ini, uji

kointegrasi dilakukan dengan menggunakan uji kointegrasi Engle-Granger.

Metode kointegrasi Engle-Granger menggunakan metode Augmented

Dickey Fuller (ADF) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah meregresi

persamaan OLS kemudian mendapatkan residual (U) dari persamaan tersebut.

Kedua adalah dengan menggunakan metode ADF diuji akar unit terhadap U

dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis uji akar-akar unit sebelumnya.

Jika hipotesis null (H0) ditolak atau signifikan, maka variabel U adalah

stasioner atau dalam hal ini kombinasi linier antar-variabel adalah stasioner atau

U=I(0). Hal ini berarti meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner,

namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju kepada

keseimbangan. Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut

disebut co-integrated regression atau regresi kointegrasi dan parameter-parameter

yang dihasilkan disebut dengan sebagai co-integrated parameters atau koefisien

jangka panjang.

ULN_GDP = f(GD_GDP, INF, PE, LIBOR) (6)

ULN_GDPt = b0 + b1GD_GDPt + b2INFt + b3PEt + b4LIBORt + Ut (7)

dimana:
ULN_GDPt = Jumlah utang luar negeri pemerintah pada periode t (miliar

rupiah),

GD_GDPt = Posisi keuangan pemerintah riil (Government Defisit) pada

periode t (miliar rupiah),

INFt = Inflasi pada periode t (persen),

PEt = Pertumbuhan ekonomi (persen),

LIBORt = London Inter Bank Offered Rate pada periode t (persen),

Ut = error distribunce pada periode t.

3.3.3. Error Correction Model (ECM)

Thomas dalam Mardianti (2005) mengatakan bahwa Error Correction

Model (ECM) digunakan untuk mengatasi masalah data deret waktu (time series)

yang tidak stasioner dan Spurious Regression. Hal ini dikarenakan seluruh

komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan ke dalam model,

kemudian memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan

cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya. Thomas

dalam Mardianti (2005) menyatakan beberapa keunggulan dalam penerapan ECM

adalah sebagai berikut:

a. Dapat mengatasi masalah data deret waktu yang non-stasioner dan regresi

yang palsu,

b. ECM dapat diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least Squares

(OLS),

c. Model dengan variabel-variabel dalam bentuk first difference

mengeliminasi trend dari variabel.


d. Membantu mengatasi masalah pengolahan data lanjutan seperti masalah

multikolinieritas antar data yang dapat menyebabkan standar error yang

sangat besar.

e. Sangat ideal untuk menaksir keakuratan sebuah hipotesis, karena ECM

dengan jelas membedakan antar parameter jangka panjang.

f. ECM juga memungkinkan kita untuk mengeliminasi variabel-variabel

yang tidak signifikan tanpa menimbulkan masalah terhadap diagnostic

statistic sehingga efisiensi estimasi dapat ditingkatkan.

Jika terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium error), hal ini

kemungkinan disebabkan karena kesalahan spesifikasi, antara lain terjadi pada

pemilihan variabel dan parameter pada keseimbangan itu sendiri. Atau

dikarenakan kesalahan pada pembuatan defenisi variabel dan cara pengukurannya,

atau disebabkan oleh faktor manusia (human error) dalam menginput data.

Model koreksi kesalahan (ECM) dalam penelitian ini adalah:

Δ ULN_GDPt = β0+ β1 Δ GD_GDPt + β 2 Δ INFt + β 3 Δ PEt + β 4 Δ LIBORt +

β 5 DUMMY_PLTK + γut-1 + et, (8)

keterangan: -1 < γ < 0

γ = error correction term

Ut = ULN_GDPt - b0 - b1 GD_GDPt - b2 INFt - b3 PEt - b4 LIBORt (9)

Model (8) dapat juga diubah dengan mengeluarkan koefisien dalam U menjadi:

Δ ULN_GDPt = β0 + β1 Δ GD_GDPt + β 2 Δ INFt + β 3 Δ PEt + β 4 Δ LIBORt +

β 5 DUMMY_PLTK + β6 ULN_GDPt-1 + β7 GD_GDPt-1 + β8 INFt-1 + β9

PEt-1 + β10 LIBORt-1 + et, (10)


dimana:

β0 = b0 (γ),

β1 = b1,

β2 = b2,

β3 = b3,

β4 = b4,

β5 = b5,

β6 = γ,

β7 = -b1 (γ),

β8 = -b2 (γ),

β9 = -b3 (γ),

β10 = -b4 (γ),

ULN_GDPt = Jumlah utang luar negeri pemerintah pada periode t (miliar

rupiah),

GD_GDPt = Posisi keuangan pemerintah riil (Government Defisit) pada

periode t (miliar rupiah),

INFt = Inflasi pada periode t (persen),

PEt = Pertumbuhan ekonomi (persen),

LIBORt = London Inter Bank Offered Rate pada periode t (persen),

DUMMY_PLTK=Dummy kestabilan politik pada periode t (1 atau 0),

et = error distribunce pada periode t.

Untuk mengetahui apakah spesifikasi model dengan ECM merupakan

model yang valid maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term
(ECT). Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi

model yang diamati valid.

3.3.4. Diagnostic Test

Diagnostic test dilakukan untuk mengevaluasi statistical properties dari

model. Beberapa diagnstic test yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

3.3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati

distribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka prosedur

pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term

dilakukan dengan menggunakan uji Jarque-Bera (Laboratorium Komputasi,

2004). Uji ini didasarkan pada error penduga least squares. Prosedur pengujian

adalah:

a. H0: Error term terdistribusi normal,

H1: Error term tidak terdistribusi normal.

b. Statistik J-B dihitung melalui tahapan berikut:

1. Hitung kecondongan (α3) dan ketinggian (α4) distribusi error term.

2. Hitung statistik J-B dengan rumus sebagai berikut:

⎛ α 32 (α 4 − 3)2 ⎞
J − B = n⎜⎜ + ⎟ (11)
24 24 ⎟
⎝ ⎠

Daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque-Bera (J-B) > X2df-2 atau probabilitas

(p-value) < α.
3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai varian dari

variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Hal ini melanggar asumsi

dasar dari regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai

yang konstan atau memiliki varian yang sama/homoskedastisitas (Arief, 1993).

Rumusan homoskedastisitas adalah sebagai berikut:

E (ui ) = σ 2
2
i = 1,2,…,N (12)

Dimana:

ui = unsur disturbance

σ2 = nilai varians

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengggunakan uji Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (ARCH) test

pada software E-Views.

Hipotesis:

H0: β0 = 0, tidak terdapat heteroskedastisitas (kondisi homoskedastisitas)

H: β0 # 0, terdapat heteroskedastisitas.

Kriteria uji:

Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0,

Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.

Kesimpulannya, jika menolak H0, maka menunjukkan terdapat masalah

heteroskedastisitas dalam model. Sebaliknya, jika menerima H0 menunjukkan

bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model.


3.3.4.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi diartikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Gujarati, 1978). Model

klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan

observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang

berhubungan dengan pengamatan lain. Pada software E-views untuk mendeteksi

adanya autokorelasi (serial correlations) dapat dilakukan melalui uji Durbin-

Watson (DW), dimana jika DW>2 atau DW<2, maka terdapat masalah

autokorelasi. Namun dalam penelitian ini uji autokorelasi (serial correlations)

menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Colleration LM. Rumusan adanya

autokorelasi dalam permodelan adalah sebagai berikut:

E (u i u j ) ≠ 0 i≠j (13)

ui = disturbance pengamatan i,

uj = disturbance pengamatan j.

Kondisi di atas menunjukkan bahwa unsur gangguan (disturbance) yang

berhubungan dengan observasi (ui) dipengaruhi oleh unsur gangguan

(disturbance) yang berhubungan dengan pengamatan lain (uj).

Hipotesis:

H0: β0 = 0, tidak terjadi autokorelasi

H1: β0 # 0, terjadi autokorelasi

Kriteria uji:

Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0,

Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.
Kesimpulannya, jika menolak H0, maka menunjukkan terdapat masalah auto-

korelasi dalam model. Sebaliknya, jika menerima H0 menunjukkan bahwa tidak

terdapat masalah autokorelasi dalam model.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, penelitian yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Penyerapan Utang Luar

Negeri di Indonesia” ini menggunakan metode Error Correction Model (ECM).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan software E-views 4.1.

4.1. Kestasioneran Data

Sebelum melakukan pengujian ECM, hal pertama yang perlu dilakukan

adalah uji stasioneritas data. Sebagian besar data time series memiliki akar unit.

Jika ditemukan akar unit, maka distribusi yang biasa tidak memiliki distribusi

yang baku. Hal ini akan menjadikan uji statistik seperti uji-t dan uji-F tidak cukup

layak dipakai untuk menguji hipotesis. Pemeriksaan kestasioneran data deret

waktu pada masing-masing variabel dalam tingkat level dapat dilihat dalam Tabel

5 berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada Level

Variabel Nilai NIlai Kritis Mc Kinnon Prob* Ket


ADF 1% 5% 10%
ULN_GDP -1,988495 -3,592462 -2,931404 -2,603944 0,2906 TS
GD_GDP -2,221256 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,2021 TS
PE -2,529527 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,1159 TS
INF -3,546946 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,0114 S
LIBOR -1,956791 -3,592462 -2,931404 -2,603944 0,3042 TS
Sumber: Lampiran 4
Keterangan:
S = Stasioner
TS = Tidak Stasioner
Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa hanya satu dari lima variabel yang

bersifat stasioner pada tingkat level. Variabel tersebut adalah INF (Inflasi).
Variabel inflasi stasioner pada taraf 5 dan 10 persen. Kestasioneran variabel INF

dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (prob*) yang berada di bawah taraf

nyata. Taraf nyata yang digunakan dalam penelitian adalah 10 persen. Cara lain

membuktikan kestasioneran variabel INF adalah melalui nilai ADF variabel INF

yang lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon pada taraf 5 dan 10 persen.

Sementara itu lima variabel yang lain yakni variabel ULN_GDP,

GD_GDP, PE dan LIBOR tidak stasioner pada tingkat level. Ketidak-stasioneran

ini dapat dibuktikan melalui nilai probabilitas (prob*) keempat variabel tersebut

yang jauh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α=10%).

Ketidakstasioneran tersebut juga dapat dibuktikan dengan nilai ADF yang selalu

lebih besar dari nilai kritis Mc Kinnon baik pada taraf 1, 5 dan 10 persen. Karena

kondisi ketidakstasioneran tersebut, dibutuhkan pengujian lebih lanjut pada

tingkat first difference.

Pengujian akar unit pada tingkat first difference dilakukan karena tidak

tercapainya stasioneritas pada tingkat level. Hasil uji akar unit pada tingkat first

difference dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada First Difference

Variabel Nilai NIlai Kritis Mc Kinnon Prob* Ket


ADF 1% 5% 10%
ULN_GDP -5,885631 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,0000 S*
GD_GDP -5,949241 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,0000 S*
PE -5,019103 -3,600987 -2,935001 -2,605836 0,0002 S*
INF -5,408953 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,0001 S*
LIBOR -6,270947 -3,596616 -2,933158 -2,604867 0,0000 S*
Sumber: Lampiran 5
Keterangan:
S* = data stasioner pada tingkat kepercayaan 1%, 5% dan 10%.
Hasil pengujian pada tingkat first difference menunjukkan bahwa pada semua

variabel baik variabel dependen maupun independen sudah stasioner bahkan pada

taraf 1 persen. Kestasioneran setiap variabel dapat dibuktikan melalui nilai ADF

statistik yang jauh lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon pada taraf 1, 5 dan 10

persen. Nilai negatif ADF statistic yang jauh lebih kecil dari nilai kritis Mc

Kinnon pada taraf 1, 5 dan 10 persen menunjukkan kestasioneran variabel

tersebut. Selain itu, kestasioneran keenam variabel tersebut dapat juga dibuktikan

dengan nilai probabilitas (prob*) keenam variabel yang barada di bawah taraf

nyata 10 persen. Dengan hasil yang didapatkan pada Tabel 6, maka semua data

yang digunakan dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat satu (I(1)).

4.2. Uji Kointegrasi

Enders (2004) mengatakan bahwa sistem persamaan jangka panjang dapat

diperoleh dari variabel-variabel yang tidak stasioner sekalipun, asalkan terjadi

kointegrasi pada variabel-variabel tersebut sehingga dapat diperoleh kombinasi

linier antar variabel atau antar variabel-variabel yang bersifat stasioner. Pengujian

kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar variabel.

Tahap awal uji kointegrasi Engle-Granger adalah meregresi persamaan

dan mendapatkan nilai residual dari regresi tersebut. Hasil regresi persamaan

adalah:

ULN_GDP = 3,934519 – 7,861596 GD_GDP – 0,059429 INF – 0,066392 PE –

0,269561 LIBOR (14)


Tabel 7. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang

Variabel Koefisien Std. Error t-statistik Prob


C 3,934519 1,053710 3,733968 0,0006
GD_GDP -7,861596 1,058811 -7,424931 0,0000
INF -0,059429 0,036251 1,639371 0,1092
PE -0,066392 0,097302 -0,682322 0,4991
LIBOR -0,269561 0,149554 -1,802426 0,0792
R-Squared 0,680411 Mean Dependent var 4,799166
Adj R-Squared 0,647633 F-Statistic 20,75796
Durbin-Watson stat 0,836551 Prob (F-Statistic) 0,000000
Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 7 di atas, variabel GD_GDP, LIBOR dan konstanta (C)

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel ULN_GDP pada derajat

kepercayaan 10 persen. Sedangkan variabel INF dan PE tidak memberikan

pengaruh yang signifikan. Hasil analisis persamaan utang luar negeri adalah:

1. Koefisien GD_GDP yang negatif sebesar 7,861596 berarti apabila terjadi

kenaikan sebesar satu satuan (miliar rupiah) pada GD_GDP maka volume

utang luar negeri pemerintah akan menurun sebesar 7,861596 satuan

(miliar rupiah). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini

menunjukkan bahwa defisit keuangan pemerintah bukan merupakan

penyebab pemerintah untuk melakukan pinjaman ke luar negeri. Hal ini

bertolak belakang dengan alasan utama pemerintah untuk melakukan

penarikan pinjaman. Nilai probalilitas variabel GD_GDP adalah 0,0000.

Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=10%) sehingga

variabel GD_GDP adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya.

2. Koefisien inflasi menunjukkan nilai positif sebesar 0,059429. Hal ini

berarti bahwa apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan (persen) pada

inflasi maka volume utang luar negeri pemerintah akan meningkat sebesar

0,059429 satuan (persen). Kondisi ini tidak sesuai dengan hipotesis


penelitian. Tinggi rendahnya tingkat inflasi menjadi salah satu tolak ukur

kondisi perekonomian. Kondisi yang seharusnya terjadi adalah ketika

inflasi meningkat, pihak donator pinjaman/utang akan mempertimbangkan

ulang untuk memberikan pinjaman/utang ke Indonesia. Akan tetapi sesuai

hasil penelitian yang didapatkan, ketika inflasi meningkat, volume

penyerapan utang luar negeri juga turut meningkat. Hal ini mungkin terjadi

karena pihak donatur tidak terlalu memperhitungkan kondisi

perekonomian suatu negara karena bagaimanapun, utang menimbulkan

adanya pengembalian kembali ke negara donatur. Sehingga pihak donatur

tidak perlu merasa khawatir tentang pengembalian utang/pinjaman dari

negara debitur. Akan tetapi berdasarkan uji signifikansi, variabel INF

memiliki probabilitas 0,1092. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang

digunakan (α=10%) sehingga variabel INF tidak signifikan mempengaruhi

variabel dependennya.

3. Koefisien pertumbuhan ekonomi (PE) menunjukkan nilai negatif sebesar

0,066392. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan dalam

pertumbuhan ekonomi (kondisi ekonomi membaik), maka volume

penyerapan utang luar negeri akan menurun sebesar 0,066392 satuan

(persen). Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian. Ketika

pertumbuhan ekonomi meningkat, hal ini menunjukkan bahwa kondisi

perekonomian semakin baik. Hal ini akan mendorong pemerintah untuk

mengurangi volume penyerapan utang luar negeri, karena kondisi

pertumbuhan ekonomi sudah baik. Berdasarkan uji signifikansi,

probabilitas PE adalah 0,4991. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan sehingga dapat disimpulkan bahwa PE tidak signifikan

mempengaruhi variabel dependennya.

4. Koefisien LIBOR menunjukkan nilai yang negatif sebesar 0,269561. Hal

ini berarti bahwa apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan (persen)

pada LIBOR maka volume utang luar negeri pemerintah akan menurun

sebesar 0,269561 satuan (persen). LIBOR atau London Inter Bank offer

Rate (tingkat suku bunga internasional) adalah tingkat suku bunga

pinjaman yang dikenakan kepada negara-negara penerima pinjaman/utang.

Ketika nilai LIBOR meningkat, maka Indonesia akan mempertimbangkan

ulang keputusan untuk melakukan pinjaman atau tidak. Karena besar

kemungkinan Indonesia akan mengembalikan utang tersebut dalam jumlah

yang lebih besar. Nilai probalilitas variabel LIBOR adalah 0,0792. Nilai

ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=10%) sehingga variabel

LIBOR adalah signifikan mempengaruhi variabel dependennya. Hasil

yang didapatkan pada pengujian LIBOR sesuai dengan hipotesis yang

diajukan sebelumnya.

5. Nilai konstanta (C) dalam permodelan adalah positif sebesar 3,934519.

Hal ini berarti jika semua variabel bernilai nol, maka utang luar negeri

cenderung akan meningkat sebesar 3,934519 satuan (milliar rupiah). Nilai

probabilitas sebesar 0,0006 menunjukkan bahwa C memberikan pengaruh

yang signifikan dalam permodelan.

Nilai koefisien determinasi (R-Squared) adalah sebesar 0,6804 yang

berarti bahwa variasi variabel endogennya dapat dijelaskan secara linear oleh
variabel bebasnya di dalam persamaan sebesar 68,04 persen, dan sisanya sebesar

31,96 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar persamaan.

Dari hasil uji F didapatkan bahwa variabel-variabel eksogen mampu

menerangkan variabel endogen yang ditunjukkan oleh nilai P-value= 0,00000

yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen (α=10%).

Nilai ini menunjukkan bahwa persamaan di atas telah mendukung keabsahan

model. Atau dengan kata lain bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan

variabel independen (bebas) terhadap variabel dependennya (terikat) adalah baik.

Setelah meregresi persamaan jangka panjang, langkah berikutnya adalah

menguji akar-akar unit terhadap nilai residual (U) dengan menggunakan metode

ADF. Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai residual (U)

persamaan utang luar negeri ternyata stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat

dari nilai ADF yang lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon baik dalam taraf 1

persen, 5 persen dan 10 persen. Kestasioneran ini juga dapat ditunjukkan melalui

nilai probabilitas (prob*) yang berada di bawah taraf nyata yang digunakan 10

persen. Hasil uji stasioneritas terhadap residual menunjukkan semakin

menguatkan bahwa diantara variabel-variabel yang digunakan terdapat

kointegrasi.

Tabel 8. Uji Akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual Persamaan Jangka
Panjang Utang Luar Negeri.

Variabel Nilai Nilai Kritis Mc Kinnon Prob* Ket


ADF 1% 5% 10%
U -3,278654 -3,592462 -2,931404 -2,603944 0,0222 S*
Sumber: Lampiran 7
Keterangan:
S*= Data stasioner pada tingkat kepercayaan 1%, 5% dan 10%.
Berdasarkan Tabel 8, nilai ADF statistic sebesar -3,278654 jauh lebih kecil

dari nilai kritis Mc Kinnon pada taraf 5 dan 10 persen menunjukkan bahwa nilai

residual adalah stasioner pada tingkat level. Selain itu, nilai probabilitas U (prob*)

sebesar 0,0222 yang berada di bawah taraf nyata 10 persen (α=10%) juga

menjelaskan kestasioneran residual U tersebut. Dengan demikian terbukti bahwa

terdapat kointegrasi dalam model sehingga perumusan ECM dapat dilanjutkan.

4.3. Error Correction Model (ECM)

Error Correction Model (ECM) digunakan untuk mengestimasi model

jangka pendek (dinamis) dalam penelitian ini. Estimasi ECM dilakukan dengan

merestriksi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap utang luar negeri

Indonesia. Sebelum mendapatkan ECM untuk utang luar negeri dengan variabel

yang signifikan (lampiran 9), sudah dilakukan uji ECM untuk utang luar negeri

dengan lag (selang) empat terlebih dahulu (lampiran 8). Hasil estimasi persamaan

jangka pendek (dinamis) utang luar negeri adalah:

Tabel 9. Error Correction Model Untuk Utang Luar Negeri dengan Variabel yang
Signifikan.

Variabel Koefisien Std Error t-statistik Prob.


DINF -0,032580 0.014012 -2.325155 0.0270
DINF(-1) -0,055400 0.014417 -3.842718 0.0006
DINF(-3) -0,023813 0.011945 -1.993573 0.0554
DLIBOR(-1) 0,313499 0.122033 2.568976 0.0154
DLIBOR(-4) 1.305952 0.128487 10.16404 0.0000
DPE -0,400617 0.064603 -6.201186 0.0000
DPE(-3) -0,118075 0.046706 -2.528062 0.0170
DUMMY_PLTK 0,435672 0.171351 2.542571 0.0164
U(-1) -0,162901 0.081310 -2.003460 0.0542
Sumber: Lampiran 9
Berdasarkan Tabel 9 di atas, maka permodelan jangka pendeknya adalah:

∆ULN_GDP = -0,032580∆INF – 0,055400∆INFt-1 – 0,023813∆INFt-3 +


0,313499∆LIBORt-1 + 1,305952∆LIBORt-4 – 0,400617∆PE –
0,118075∆PEt-3 + 0,435672DUMMY_PLTK – 0,162901Ut-1 (15)

Hasil pengujian terhadap model dinamis (jangka pendek) utang luar negeri

menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak sesuai dengan hipotesis

awal. Variabel tersebut adalah variabel LIBOR dan DUMMY_PLTK.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel GD_GDP ternyata tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependennya karena harus dibuang dari

permodelan. Hasil estimasi berdasarkan Tabel 9 adalah sebagai berikut:

1. Koefisien perubahan inflasi menunjukkan hasil sesuai hipotesis

sebelumnya. Tanda negatif pada koefisien menunjukkan bahwa ketika

terjadi peningkatan pada inflasi, maka volume penyerapan utang luar

negeri akan menurun. Berdasarkan Tabel 9, maka koefisien dari variabel

inflasi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) dari inflasi pada kuarter

sekarang akan menurunkan volume penyerapan utang luar negeri

sebesar 0,032580 satuan (persen). Nilai probalilitas variabel INF

adalah 0.0270. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan

(α=10%) sehingga variabel perubahan INF pada kuarter sekarang

adalah signifikan.

b.Peningkatan sebesar satu satuan (persen) inflasi pada satu kuarter

sebelumnya akan menurunkan volume penyerapan utang luar negeri

sebesar 0,055400 satuan (persen). Nilai probalilitas variabel INF

adalah 0.0006. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan
(α=10%) sehingga variabel perubahan INF pada satu kuarter

sebelumnya adalah signifikan.

c. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) dari inflasi pada tiga kuarter

sebelumnya akan menurunkan volume penyerapan utang luar negeri

sebesar 0,023813satuan (persen). Nilai probalilitas variabel INF adalah

0.0554. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=10%)

sehingga variabel perubahan INF pada tiga kuarter sebelumnya adalah

signifikan.

d.Secara keseluruhan, dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan

inflasi sebesar satu satuan (persen) akan menurunkan volume

penyerapan utang luar negeri sebesar 0,111793 satuan (persen).

2. Pengaruh perubahan LIBOR terhadap utang luar negeri pada jangka

pendek tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Berdasarkan tabel, maka

koefisien dari variabel LIBOR tersebut dapat diinterpretasikan sebagai

berikut:

a. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) LIBOR pada kuarter

sekarang akan meningkatkan volume penyerapan utang luar negeri

sebesar 0,313499 satuan (persen). Nilai probalilitas variabel

LIBOR pada kuarter sekarang adalah 0.0154. Nilai ini lebih kecil

dari taraf nyata yang digunakan (α=10%) sehingga variabel LIBOR

pada kuarter sekarang adalah signifikan.

b. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) pada LIBOR empat

kuarter sebelumnya akan meningkatkan volume penyerapan utang

luar negeri sebesar 1.305952 satuan (persen). Berdasarkan uji


signifikansi, LIBOR pada empat kuarter sebelumnya signifikan

mempengaruhi variable terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

probabilitasnya sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari taraf nyata.

c. Secara keseluruhan, dalam jangka pendek, ketika terjadi

peningkatan LIBOR sebesar satu satuan (persen) akan mening-

katkan volume penyerapan utang luar negeri sebesar 1,619451

satuan (persen). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang

diajukan sebelumnya. Alasan terjadinya kondisi ini adalah karena

kondisi ketergantungan utang luar negeri dan berubahnya fungsi

utang luar negeri sebagai modal pelengkap pembangunan menjadi

modal utama pembangunan.

3. Pengaruh perubahan pertumbuhan ekonomi (PE) terhadap utang luar

negeri pada jangka pendek sesuai dengan hipotesis penelitian. Berdasarkan

tabel, maka koefisien dari variabel PE tersebut dapat diinterpretasikan

sebagai berikut:

a. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) PE pada kuarter sekarang

akan menurunkan volume penyerapan utang luar negeri sebesar

0,400617 satuan (persen). Nilai probalilitas variabel PE pada

kuarter sekarang adalah 0.0000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata

yang digunakan (α=10%) sehingga variabel PE pada kuarter

sekarang adalah signifikan.

b. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) pada PE tiga kuarter

sebelumnya akan menurunkan volume penyerapan utang luar

negeri sebesar 0,118075 satuan (persen). Berdasarkan uji


signifikansi, PE pada tiga kuarter sebelumnya signifikan

mempengaruhi variable terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

probabilitasnya sebesar 0.0170 yang lebih kecil dari taraf nyata.

c. Secara keseluruhan, dalam jangka pendek, ketika terjadi

peningkatan PE sebesar satu satuan (persen) akan menurunkan

volume penyerapan utang luar negeri sebesar 0,518692 satuan

(persen).

4. Koefisien DUMMY_PLTK menunjukkan nilai positif sebesar 0,435672.

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Kondisi ini bisa terjadi

dikarenakan pihak donatur tidak terlalu memperhatikan kondisi kestabilan

politik di suatu negara ketika menyepakati proses peminjaman. Hal ini

mungkin disebabkan pihak donatur merasa yakin bahwa bagaimanapun

uang yang mereka pinjamkan akan dibayarkan kembali. Nilai probabilitas

koefisien DUMMY_PLTK adalah 0.0164. Hal ini menunjukkan bahwa

DUMMY_PLTK signifikan mempengaruhi variable dependennya.

Nilai koefisien ECT (U(-1)) adalah negatif sebesar 0,162901. Hal ini

mengindikasikan ketidakseimbangan dalam volume penyerapan utang luar negeri.

Nilai koefisien ECT (U) sebesar 0,162901 menunjukkan bahwa disequilibrium

periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 16,3 persen. ECT

menentukan seberapa cepat equilibrium tercapai kembali ke keseimbangan jangka

panjang.

Hasil estimasi dari persamaan jangka pendek menunjukkan nilai R-Square

sebesar 0.862884 yang berarti bahwa 86,29 persen model volume penyerapan

utang luar negeri dapat dijelaskan oleh variabel perubahan INF, LIBOR, PE dan
DUMMY_PLTK pada periode (kuartal) sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar

13,71 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

4.4. Diagnostic Test

Diagnostic test terhadap ECM dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya masalah yang muncul dari estimasi OLS. Masalah

yang dimaksud antara lain adalah normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

4.4.1. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi

normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan bantuan Histogram-Normality Test

Jarque-Bera pada E-views4.1.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa error term terdistribusi secara

normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,644142.

Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hasil uji

normalitas dapat dilihat pada Gambar 6.

9
Series: Residuals
8 Sample 1996:2 2005:4
7 Observations 39

6 Mean -0.046752
Median -0.127756
5 Maximum 1.296027
4 Minimum -2.077630
Std. Dev. 0.699807
3 Skewness -0.225041
Kurtosis 3.582034
2
1 Jarque-Bera 0.879673
Probability 0.644142
0
-2 -1 0 1

Gambar 6. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model Utang Luar Negeri.
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) test. Hasil uji

heteroskedastisitas tersebut ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (ARCH) test

ARCH Test:
F-statistic 0.012412 Probability 0.911911

Obs*R-squared 0.013097 Probability 0.908887

Sumber: Lampiran 10

Nilai probability Obs*R-Squared sebesar 0,908887 lebih besar dari taraf nyata

yang digunakan dalam penelitian ini (α=10%). Berdasarkan nilai tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam

permodelan.

4.4.3. Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test digunakan untuk menguji

keberadaan autokorelasi pada model dinamis (jangka pendek) utang luar negeri.

Hasil uji autokorelasi ditampilkan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Untuk Utang Luar
Negeri

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM test


F-Statistic 0.066817 Probability 0.935515
Obs* R-Squared 0.007453 Probability 0.996280
Sumber: Lampiran 11
Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dibuktikan bahwa model dinamis utang luar

negeri terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

probabilitas obs*R-Squared yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Nilai

probabilitas Obs*R-Squared adalah sebesar 0,996280 lebih besar dari taraf nyata.

4.5. Ringkasan Hasil Penelitian

Ringkasan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

4.5.1. Jangka panjang

Berdasarkan hasil uji persamaan jangka panjang dengan Ordinary Least

Squares, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara volume penyerapan

utang luar negeri dengan defisit keuangan pemerintah.

2. Tingkat inflasi (INF) memiliki hubungan yang positif tapi tidak signifikan

terhadap volume penyerapan utang luar negeri.

3. Tingkat pertumbuhan ekonomi (PE) memiliki hubungan negatif tapi tidak

signifikan terhadap volume penyerapan utang luar negeri.

4. Tingkat suku bunga luar negeri (LIBOR) memiliki hubungan yang negatif

dan signifikan terhadap volume penyerapan utang luar negeri.

4.5.2. Jangka Pendek

Berdasarkan model dinamis (jangka pendek) utang luar negeri, hasil

penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:


1. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara perubahan tingkat

inflasi pada kuarter sekarang, satu dan tiga kuarter sebelumnya dengan

volume penyerapan utang luar negeri.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perubahan LIBOR

pada satu dan empat kuarter sebelumnya dengan volume penyerapan utang

luar negeri.

3. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara perubahan PE pada

kuarter sekarang dan tiga kuarter sebelumnya dengan volume penyerapan

utang luar negeri.

4. Kondisi kestabilan politik memberikan dampak yang positif terhadap

volume penyerapan utang luar negeri.

Setelah melakukan uji diagnostic test, disimpulkan bahwa permodelan bebas dari

permasalahan heteroskedastisitas dan autokorelasi. Permodelan juga memiliki

error term yang terdistribusi dengan normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara keseluruhan permodelan yang dianalisis adalah baik.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi volume penyerapan utang luar

negeri ke Indonesia. Kelima faktor tersebut adalah: (1) defisit keuangan

pemerintah; (2) tingkat pertumbuhan ekonomi; (3) tingkat inflasi; (4)

tingkat suku bunga internasional dan (5) kondisi kestabilan politik.

2. Defisit keuangan pemerintah memiliki hubungan negatif dengan volume

penyerapan utang luar negeri dalam jangka panjang, namun tidak

berpengaruh dalam jangka pendek. Tingkat pertumbuhan ekonomi

berhubungan negatif tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan

berhubungan negatif pada jangka pendek. Inflasi berhubungan positif tapi

tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negatif dan

signifikan pada jangka pendek. LIBOR berhubungan negatif dalam jangka

panjang dan positif dalam jangka pendek. Kondisi kestabilan politik

berhubungan positif dalam jangka pendek.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan ini adalah:

1. Untuk pengelolaan pembayaran utang, dapat dilakukan reprofiling debt,

buyback dan debt to poverty swap. Reprofiling debt bertujuan untuk

mengurangi beban utang dengan mengkaji ulang jadwal pembayaran


kembali utang luar negeri. Buyback bertujuan untuk mengurangi stok

utang beredar untuk mengurangi beban bunga utang. Sedangkan debt to

poverty swap adalah sebagai langkah simultan untuk mengurangi

kemiskinan.

2. Adanya badan tertentu yang mengawasi kinerja badan pengawas

pengelolaan utang negara. Badan ini bertugas untuk mengawasi,

memberikan pandangan dan evaluasi terhadap kinerja Direktorat

Pengelolaan Utang Negara Republik Indonesia. Saran tentang dibentuknya

badan ini berhubungan dengan beberapa penelitian yang menemukan

bahwa manajemen utang luar negeri kurang bagus terutama efisiensi

penggunaan dana pinjaman terutama utang luar negeri.

3. Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam

negeri. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan ekonomi sangat

signifikan berpengaruh terhadap kondisi kestabilan ekonomi terutama

untuk mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri.


DAFTAR PUSTAKA

Achsani, N. 2003. ”Sekilas Ekonomi Indonesia” [Istecs]. http://www.istecs-


.f2o.org-/diskusi/paperNoerAchsani.pdf [11 Februari 2003]

Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia Press,


Jakarta.

Arief S dan Sasono A. 1987. Modal Asing, Beban Utang Luar negeri dan
Ekonomi Indonesia. Lembaga Studi Pembangunan bekerja sama dengan
Penerbit Unversitas Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia. 1994-2005. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia berbagai


edisi. Bank Indonesia, Jakarta.

Bappenas. 2005. Pengembangan Sumber Dana Alternatif Untuk Pembiayaan


Pembangunan. Direktorat Neraca Pembayaran dan Kerjasama Ekonomi
Internasional, Jakarta.

Batiz FL dan Batiz LA. 1994. International Finance and Open Economy
Macroeconomics. Prentice Hall, New Jersey.

Batubara, H. 2005. “Beban Utang Pemerintah Mencapai Rp 600 Triliun.”


http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2005/03/11/brk,20050311-
09,id.html [11 Maret 2005]

Daryanto. 2004. Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.


[Skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.

Elmendorf, W D dan Mankiw G. 1998. Government Debt. Harvard University and


NBER, United States of America.

Enders, W. 1995. Applied Econometric Time Series. John Willey and Sons,
Canada.

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain [penerjemah]. Erlangga,


Jakarta.

Hossain, A dan Chowdury A. 1998. “Open-Economy Macroeconomics for


Developing Country.” http://www.google.com/advanced_search?-
q=hossain+akhtar&hl=id&lr=lang_id [10 Maret 1998]

Infid, 2005. “Siaran Pers Bersama tentang RAPBN 2005.” http://www.infid.be/


siaran%20pers%20bersama%20APBN%202005.pdf [22 Agustus 2005]
Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, terjemahan dari: D
Guritno. Raja Grafindo Persada ,Jakarta.

Laboratorium Komputasi. 2004. Basic Econometrics. Departemen Ilmu Ekonomi


FEUI, Jakarta.

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD dan Steiner PO. 1997. Pengantar
Makroekonomi, jilid 2. Maulana A, penerjemah. Terjemahan dari:
Economics 10th edition. Binarupa Aksara, Jakarta.

Mankiw NG. 2000. Teori Makroekonomi, Terjemahan dari: Imam N. Erlangga,


Jakarta.

Mardianti, N. 2005. Analisis Inflasi Di Indonesia Dari Sisi Permintaan Uang.


[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.

Nurdiansyah, F. 1999. Analisis Pemberian Pinjaman Luar Negeri Bilateral


Jepang Kepada Pemerintah Indonesia Melalui CGI/ IGGI [Skripsi].
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Prayoga, I. 2006. Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap Nilai Tukar di Indonesia.


[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.

Samuelson, A P dan Nordhaus D W. 1989. Macroeconomics 13th edition. Mc


Graw- Hill Book Company.

Siregar, M. 1990. Pinjaman Luar Negeri Dan Pembiayaan Pembangunan di


Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, Jakarta.

Sugema, I dan Chowdury A. 2005. How Significant Foreign Aid to Indonesia


Been. ASEAN Economic Bulletin. Vol. 22, No. 2, pp. 186-216.

Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penertbit Fakultas Ekonomi


Indonesia, Jakarta.

Sukirno, S. 1994. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Kedua. PT Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara/ Ketua
Bappenas No. 185/KMK/03/1995 dan No. Kep-031/KET/5/1995. 1995.
Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan dan
Pemantauan Pinjaman atau Hibah Luar Negeri dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Jakarta.

Todaro MP. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga, Jakarta.


Tribroto. 2001. Kebijakan dan Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri. Bank
Indonesia, Jakarta.

Walpole, R. 1992. Pengantar Statistika. Edisi ketiga. PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Wiranta, S. 2004. Krisis Anggaran Serta Dampaknya Terhadap Kenaikan Harga


Minyak dan Utang Luar Negeri Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan (JEP), XII (2) 2004. Pusat Penelitian Ekonomi-Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Lampiran 1. Data Nominal Penelitian

DATA NOMINAL PENELITIAN


Tahun Kuartal ULN ULN GDP GD NT INF LIBOR IHK DUMMY
1995 Q-1 67578 149955.582 92551.6 5421.829 2219 3 6.29 42.65 0
Q-2 70081 157401.926 94197.7 7304.838 2246 2.34 6.13 43.9 0
Q-3 66185 150570.875 99125.8 9013.928 2275 1.41 5.89 44.48 0
Q-4 64410 148658.28 97892.6 10085 2308 1.85 5.85 45.17 0
1996 Q-1 63515 148434.555 98431.3 10049.93 2337 3.26 5.40 47.18 0
Q-2 61613 144297.646 92427.9 9220.938 2342 0.77 5.51 47.4 0
Q-3 61052 142861.68 98363.4 7894.229 2340 0.91 5.59 47.61 0
Q-4 59054 140725.682 98954.2 6366 2383 1.53 5.53 48.04 0
1997 Q-1 56282 136146.158 105411.2 5406.318 2419 1.96 5.56 49.28 0
Q-2 57929 141926.05 107323.3 4787.581 2450 0.58 5.81 49.71 0
Q-3 56417 184765.675 110063.3 4756.053 3275 2.83 5.73 50.64 1
Q-4 57860 269049 111297.5 5558 4650 11.05 5.84 52.45 1
1998 Q-1 58002 482866.65 101083.5 4910.519 8325 25.3 5.66 62.85 1
Q-2 59174 881692.6 90403.5 2778.226 14900 46.55 5.69 74.37 1
Q-3 62515 668910.5 94132 -3403.429 10700 75.47 5.62 89.29 1
Q-4 71467 573522.675 90432.6 -16199 8025 77.63 5.27 93.56 1
1999 Q-1 72526 629888.31 93972.8 -33859.15 8685 4.08 5.01 98.01 1
Q-2 74538 501342.588 93847.5 -54856.22 6726 2.73 5.07 97.36 1
Q-3 78829 661059.994 95126.8 -73348.68 8386 0.02 5.44 95.18 1
Q-4 80724 571929.54 95104.3 -83495 7085 2.01 6.12 95.11 1
2000 Q-1 80002 607215.18 97802.1 -81083.64 7590 -1.1 5.34 97.45 1
Q-2 81549 712330.515 98036.3 -70025.64 8735 2.1 4.18 98.43 1
Q-3 80419 706078.82 100898.9 -55862.08 8780 6.8 3.45 100.63 1
Q-4 79972 767331.34 101197 -44134 9595 9.4 2.14 103.49 1
2001 Q-1 77326 804190.4 102492.1 -41381.03 10400 10.6 6.11 106.56 1
Q-2 75502 863742.88 101751.7 -43759.37 11440 12.11 6.50 109.41 1
Q-3 77316 748032.3 104074.3 -48423.77 9675 13.01 6.70 113.47 1
Q-4 73615 765596 102814 -52529 10400 12.55 6.70 116.58 1
2002 Q-1 131556 1270173.18 104917.3 -52321.51 9655 14.08 1.90 122.05 1
Q-2 132137 1153556.01 106277.7 -49795.85 8730 11.48 1.92 123.15 1
Q-3 131288 1183561.32 109199.6 -46038.26 9015 10.1 1.81 125.24 1
Q-4 131343 1174206.42 106345.9 -42135 8940 10 1.55 128.56 1
2003 Q-1 129466 1153283.128 386722.1 -39613.21 8908 7.1 1.33 131.51 0
Q-2 130587 1081913.295 392607.2 -37706.46 8285 6.6 1.23 131.77 0
Q-3 132072 1107952.008 402661.9 -36089.24 8389 6.2 1.13 132.89 0
Q-4 135401 1146169.465 390168.1 -34436 8465 5.1 1.17 135.69 0
2004 Q-1 136679 1173662.573 404936 -32271.45 8587 5.1 1.12 137.91 0
Q-2 133377 1255744.455 411522.1 -29826.21 9415 6.8 1.30 140.65 0
Q-3 131837 1208945.29 425349.9 -27181.12 9170 6.3 1.75 142.15 0
Q-4 137024 1272952.96 418770.8 -24417 9290 6.4 2.29 144.35 0
2005 Q-1 134362 1273751.76 427760.3 -21983.3 9480 8.8 2.83 148.59 0
Q-2 136288 1323765.344 434998.9 -19805.31 9713 7.8 3.28 151.4 0
Q-3 135736 1399438.16 448287.5 -18176.92 10310 9.1 3.77 154.1 0
Q-4 130652 1284309.16 438500.2 -17392 9830 17.1 4.34 170.03 0
Keterangan:
GDP = Gross Domestic Product (miliar Rp)
GD = Government Deficit (miliar Rp)
NT = Nilai Tukar (Rp/Dollar)
INF = Tingkat Inflasi (persen per tahun)
LIBOR= London Inter Bank Offer Rate (persen per tahun)
IHK = Indeks Harga Konsumen (Rupiah)
Lampiran 2. Data Riil Penelitian

DATA RIIL PENELITIAN


Tahun Kuartal ULN GDP PE GD INF LIBOR IHK DUMMY
1995 Q-1 351595.7374 217002.6 8.1 12712.38 3 6.29 42.65 0
Q-2 358546.5285 214573.3 7.2 16639.72 2.34 6.13 43.9 0
Q-3 338513.6578 222854.8 8.8 20265.13 1.41 5.89 44.48 0
Q-4 329108.4348 216720.4 8.8 22326.77 1.85 5.85 45.17 0
1996 Q-1 314613.3001 208629.3 5.8 21301.25 3.26 5.40 47.18 0
Q-2 304425.4135 194995.6 6.6 19453.46 0.77 5.51 47.4 0
Q-3 300066.5406 206602.4 9.6 16581.03 0.91 5.59 47.61 0
Q-4 292934.3922 205982.9 9.1 13251.46 1.53 5.53 48.04 0
1997 Q-1 276270.6128 213902.6 8.5 10970.61 1.96 5.56 49.28 0
Q-2 285508.0467 215898.8 6.8 9631.022 0.58 5.81 49.71 0
Q-3 364861.1276 217344.6 2.5 9391.89 2.83 5.73 50.64 1
Q-4 512962.8217 212197.3 1.4 10596.76 11.05 5.84 52.45 1
1998 Q-1 768284.2482 160832.9 -4 7813.077 25.3 5.66 62.85 1
Q-2 1185548.743 121559.1 -14.6 3735.681 46.55 5.69 74.37 1
Q-3 749143.8011 105422.8 -16.1 -3811.66 75.47 5.62 89.29 1
Q-4 612999.8664 96657.33 -17.7 -17314 77.63 5.27 93.56 1
1999 Q-1 642677.5941 95880.828 -9.4 -34546.6 4.08 5.01 98.01 1
Q-2 514936.9228 96392.256 3.3 -56343.7 2.73 5.07 97.36 1
Q-3 694536.6611 99944.106 0.9 -77063.1 0.02 5.44 95.18 1
Q-4 601334.8123 99994.007 5.8 -87787.8 2.01 6.12 95.11 1
2000 Q-1 623104.3407 100361.31 3.2 -83205.4 -1.1 5.34 97.45 1
Q-2 723692.487 99600.02 4.1 -71142.6 2.1 4.18 98.43 1
Q-3 701658.3723 100267.22 5.1 -55512.4 6.8 3.45 100.63 1
Q-4 741454.5753 97784.327 5.2 -42645.7 9.4 2.14 103.49 1
2001 Q-1 754683.1832 96182.526 3.2 -38833.5 10.6 6.11 106.56 1
Q-2 789455.1504 93000.366 3.5 -39995.8 12.11 6.50 109.41 1
Q-3 659233.5419 91719.662 3.2 -42675.4 13.01 6.70 113.47 1
Q-4 656712.9868 88191.8 1.6 -45058.3 12.55 6.70 116.58 1
2002 Q-1 1040699.041 85962.556 2.5 -42868.9 14.08 1.90 122.05 1
Q-2 936708.0877 86299.391 3.5 -40435.1 11.48 1.92 123.15 1
Q-3 945034.5896 87192.271 3.9 -36760 10.1 1.81 125.24 1
Q-4 913352.8469 82720.831 3.8 -32774.6 10 1.55 128.56 1
2003 Q-1 876954.7015 294062.88 3.4 -30121.8 7.1 1.33 131.51 0
Q-2 821061.9223 297948.85 3.8 -28615.4 6.6 1.23 131.77 0
Q-3 833736.1788 303003.91 3.9 -27157.2 6.2 1.13 132.89 0
Q-4 844697.0779 287543.74 4.4 -25378.4 5.1 1.17 135.69 0
2004 Q-1 851035.1483 293623.38 4.5 -23400.4 5.1 1.12 137.91 0
Q-2 892815.112 292585.92 4.3 -21206 6.8 1.30 140.65 0
Q-3 850471.5371 299226.1 5 -19121.4 6.3 1.75 142.15 0
Q-4 881851.7215 290107.93 6.7 -16915.1 6.4 2.29 144.35 0
2005 Q-1 857225.7622 287879.6 6.4 -14794.6 8.8 2.83 148.59 0
Q-2 874349.6328 287317.64 5.5 -13081.4 7.8 3.28 151.4 0
Q-3 908136.379 290906.88 5.3 -11795.5 9.1 3.77 154.1 0
Q-4 755342.6807 257895.78 4.9 -10228.8 17.1 4.34 170.03 0
Keterangan:
GDP = Gross Domestic Product (miliar Rp)
GD = Government Deficit (miliar Rp)
NT = Nilai Tukar (Rp/Dollar)
INF = Tingkat Inflasi (persen per tahun)
LIBOR= London Inter Bank Offer Rate (persen per tahun)
IHK = Indeks Harga Konsumen (Rupiah)
Lampiran 3. Data yang diolah dalam E-Views

Tahun Kuartal ULN_GDP GD_GDP PE INF LIBOR DUMMY_PLTK


1995 Q-1 1.6202374 0.0585 8.1 3 6.29 0
Q-2 1.6709746 0.0775 7.2 2.34 6.13 0
Q-3 1.5189875 0.0909 8.8 1.41 5.89 0
Q-4 1.5185854 0.103 8.8 1.85 5.85 0
1996 Q-1 1.5080015 0.1021 5.8 3.26 5.40 0
Q-2 1.5611912 0.0997 6.6 0.77 5.51 0
Q-3 1.4523865 0.0802 9.6 0.91 5.59 0
Q-4 1.4221297 0.0643 9.1 1.53 5.53 0
1997 Q-1 1.291572 0.0512 8.5 1.96 5.56 0
Q-2 1.3224161 0.0446 6.8 0.58 5.81 0
Q-3 1.6787218 0.0432 2.5 2.83 5.73 1
Q-4 2.4173862 0.0499 1.4 11.05 5.84 1
1998 Q-1 4.7769098 0.0485 -4 25.3 5.66 1
Q-2 9.7528588 0.0307 -14.6 46.55 5.69 1
Q-3 7.106089 -0.0361 -16.1 75.47 5.62 1
Q-4 6.3419905 -0.1791 -17.7 77.63 5.27 1
1999 Q-1 6.7028791 -0.3603 -9.4 4.08 5.01 1
Q-2 5.3420985 -0.5845 3.3 2.73 5.07 1
Q-3 6.9492508 -0.771 0.9 0.02 5.44 1
Q-4 6.0137085 -0.8779 5.8 2.01 6.12 1
2000 Q-1 6.2086111 -0.829 3.2 -1.1 5.34 1
Q-2 7.2659874 -0.7142 4.1 2.1 4.18 1
Q-3 6.997884 -0.5536 5.1 6.8 3.45 1
Q-4 7.5825503 -0.4361 5.2 9.4 2.14 1
2001 Q-1 7.8463648 -0.4037 3.2 10.6 6.11 1
Q-2 8.4887317 -0.43 3.5 12.11 6.50 1
Q-3 7.1874833 -0.4652 3.2 13.01 6.70 1
Q-4 7.4464178 -0.5109 1.6 12.55 6.70 1
2002 Q-1 12.106423 -0.4986 2.5 14.08 1.90 1
Q-2 10.854168 -0.4685 3.5 11.48 1.92 1
Q-3 10.838513 -0.4215 3.9 10.1 1.81 1
Q-4 11.041389 -0.3962 3.8 10 1.55 1
2003 Q-1 2.9822013 -0.1024 3.4 7.1 1.33 0
Q-2 2.7557144 -0.096 3.8 6.6 1.23 0
Q-3 2.751569 -0.0896 3.9 6.2 1.13 0
Q-4 2.9376299 -0.0882 4.4 5.1 1.17 0
2004 Q-1 2.8983903 -0.0796 4.5 5.1 1.12 0
Q-2 3.051463 -0.0724 4.3 6.8 1.30 0
Q-3 2.8422371 -0.0639 5 6.3 1.75 0
Q-4 3.0397367 -0.0583 6.7 6.4 2.29 0
2005 Q-1 2.9777232 -0.0513 6.4 8.8 2.83 0
Q-2 3.0431464 -0.0455 5.5 7.8 3.28 0
Q-3 3.1217425 -0.0405 5.3 9.1 3.77 0
Q-4 2.9288679 -0.0396 4.9 17.1 4.34 0
Keterangan:
ULN_GDP = Rasio Utang Luar Negeri dengan GDP (miliar Rp)
GD_GDP = Rasio Utang Luar Negeri dengan Government Deficit (miliar Rp)
INF = Tingkat Inflasi (persen per tahun)
LIBOR = London Inter Bank Offer Rate (persen per tahun)
PE = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (persen)
Lampiran 4. Hasil Uji Akar Unit pada Level

ULN_GDP pada Level

Null Hypothesis: ULN_GDP has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.988495 0.2906
Test critical values: 1% level -3.592462
5% level -2.931404
10% level -2.603944
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(ULN_GDP)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:26
Sample(adjusted): 1995:2 2005:4
Included observations: 43 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ULN_GDP(-1) -0.167608 0.084289 -1.988495 0.0535
C 0.842104 0.486998 1.729172 0.0913
R-squared 0.087959 Mean dependent var 0.030433
Adjusted R-squared 0.065714 S.D. dependent var 1.801997
S.E. of regression 1.741783 Akaike info criterion 3.993090
Sum squared resid 124.3861 Schwarz criterion 4.075007
Log likelihood -83.85144 F-statistic 3.954111
Durbin-Watson stat 1.958956 Prob(F-statistic) 0.053460

GD_GDP pada Level

Null Hypothesis: GD_GDP has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.221256 0.2021
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(GD_GDP)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:27
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
GD_GDP(-1) -0.077541 0.034909 -2.221256 0.0322
D(GD_GDP(-1)) 0.669214 0.117254 5.707386 0.0000
C -0.017528 0.012341 -1.420309 0.1635
R-squared 0.471798 Mean dependent var -0.002788
Adjusted R-squared 0.444710 S.D. dependent var 0.086437
S.E. of regression 0.064411 Akaike info criterion -2.578321
Sum squared resid 0.161801 Schwarz criterion -2.454202
Log likelihood 57.14475 F-statistic 17.41767
Durbin-Watson stat 2.150847 Prob(F-statistic) 0.000004

PE pada Level

Null Hypothesis: PE has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.529527 0.1159
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PE)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:28
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
PE(-1) -0.202528 0.080066 -2.529527 0.0156
D(PE(-1)) 0.367057 0.147819 2.483152 0.0174
C 0.544985 0.531856 1.024684 0.3118
R-squared 0.203818 Mean dependent var -0.054762
Adjusted R-squared 0.162989 S.D. dependent var 3.396426
S.E. of regression 3.107333 Akaike info criterion 5.174156
Sum squared resid 376.5653 Schwarz criterion 5.298275
Log likelihood -105.6573 F-statistic 4.991898
Durbin-Watson stat 2.149939 Prob(F-statistic) 0.011742

INF pada Level

Null Hypothesis: INF has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.546946 0.0114


Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(INF)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:29
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INF(-1) -0.413431 0.116560 -3.546946 0.0010
D(INF(-1)) 0.356055 0.149836 2.376301 0.0225
C 4.716636 2.180610 2.162989 0.0367
R-squared 0.260993 Mean dependent var 0.351429
Adjusted R-squared 0.223095 S.D. dependent var 13.20358
S.E. of regression 11.63793 Akaike info criterion 7.815165
Sum squared resid 5282.213 Schwarz criterion 7.939284
Log likelihood -161.1185 F-statistic 6.886767
Durbin-Watson stat 2.028366 Prob(F-statistic) 0.002746

LIBOR pada Level

Null Hypothesis: LIBOR has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.956791 0.3042
Test critical values: 1% level -3.592462
5% level -2.931404
10% level -2.603944
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LIBOR)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:30
Sample(adjusted): 1995:2 2005:4
Included observations: 43 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LIBOR(-1) -0.156357 0.079905 -1.956791 0.0572
C 0.618296 0.372721 1.658869 0.1048
R-squared 0.085414 Mean dependent var -0.045349
Adjusted R-squared 0.063107 S.D. dependent var 1.047313
S.E. of regression 1.013728 Akaike info criterion 2.910541
Sum squared resid 42.13339 Schwarz criterion 2.992457
Log likelihood -60.57663 F-statistic 3.829030
Durbin-Watson stat 1.856680 Prob(F-statistic) 0.057206
Lampiran 5. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference

ULN_GDP pada First Difference

Null Hypothesis: D(ULN_GDP) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.691379 0.0000
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(ULN_GDP,2)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:31
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(ULN_GDP(-1)) -1.056506 0.157891 -6.691379 0.0000
C 0.031970 0.284521 0.112364 0.9111
R-squared 0.528160 Mean dependent var -0.005800
Adjusted R-squared 0.516364 S.D. dependent var 2.650908
S.E. of regression 1.843545 Akaike info criterion 4.107706
Sum squared resid 135.9464 Schwarz criterion 4.190452
Log likelihood -84.26182 F-statistic 44.77456
Durbin-Watson stat 2.008188 Prob(F-statistic) 0.000000

GD_GDP pada First Difference

Null Hypothesis: D(GD_GDP) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.987430 0.0443
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(GD_GDP,2)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:32
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(GD_GDP(-1)) -0.364095 0.121876 -2.987430 0.0048
C -0.001289 0.010420 -0.123721 0.9022
R-squared 0.182418 Mean dependent var -0.000431
Adjusted R-squared 0.161978 S.D. dependent var 0.073740
S.E. of regression 0.067504 Akaike info criterion -2.506814
Sum squared resid 0.182271 Schwarz criterion -2.424068
Log likelihood 54.64309 F-statistic 8.924738
Durbin-Watson stat 1.990021 Prob(F-statistic) 0.004788

PE pada First Difference

Null Hypothesis: D(PE) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.796295 0.0003
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(PE,2)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:33
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(PE(-1)) -0.729626 0.152123 -4.796295 0.0000
C -0.036737 0.510904 -0.071906 0.9430
R-squared 0.365124 Mean dependent var 0.011905
Adjusted R-squared 0.349252 S.D. dependent var 4.103669
S.E. of regression 3.310386 Akaike info criterion 5.278455
Sum squared resid 438.3462 Schwarz criterion 5.361201
Log likelihood -108.8475 F-statistic 23.00445
Durbin-Watson stat 2.017629 Prob(F-statistic) 0.000023

INF pada First Difference

Null Hypothesis: D(INF) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.408953 0.0001
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INF,2)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:33
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(INF(-1)) -0.849038 0.156969 -5.408953 0.0000
C 0.329503 2.039352 0.161572 0.8725
R-squared 0.422439 Mean dependent var 0.206190
Adjusted R-squared 0.408000 S.D. dependent var 17.17627
S.E. of regression 13.21569 Akaike info criterion 8.047134
Sum squared resid 6986.177 Schwarz criterion 8.129880
Log likelihood -166.9898 F-statistic 29.25677
Durbin-Watson stat 1.930398 Prob(F-statistic) 0.000003

LIBOR pada First Difference

Null Hypothesis: D(LIBOR) has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.270947 0.0000
Test critical values: 1% level -3.596616
5% level -2.933158
10% level -2.604867
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(LIBOR,2)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:34
Sample(adjusted): 1995:3 2005:4
Included observations: 42 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


D(LIBOR(-1)) -0.995567 0.158759 -6.270947 0.0000
C -0.042353 0.165843 -0.255381 0.7997
R-squared 0.495744 Mean dependent var 0.017381
Adjusted R-squared 0.483138 S.D. dependent var 1.492505
S.E. of regression 1.073009 Akaike info criterion 3.025258
Sum squared resid 46.05391 Schwarz criterion 3.108004
Log likelihood -61.53042 F-statistic 39.32478
Durbin-Watson stat 1.991894 Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 6. Hasil Uji Persamaan OLS untuk Estimasi Jangka Panjang

Dependent Variable: ULN_GDP


Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 16:30
Sample: 1995:1 2005:4
Included observations: 44
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.934519 1.053710 3.733968 0.0006
GD_GDP -7.861596 1.058811 -7.424931 0.0000
INF 0.059429 0.036251 1.639371 0.1092
PE -0.066392 0.097302 -0.682322 0.4991
LIBOR -0.269561 0.149554 -1.802426 0.0792
R-squared 0.680411 Mean dependent var 4.799166
Adjusted R-squared 0.647633 S.D. dependent var 3.164471
S.E. of regression 1.878446 Akaike info criterion 4.205412
Sum squared resid 137.6138 Schwarz criterion 4.408160
Log likelihood -87.51905 F-statistic 20.75796
Durbin-Watson stat 0.836551 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7. Hasil Uji akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual


Persamaan Jangka Panjang Utang Luar Negeri.

Null Hypothesis: U has a unit root


Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.278654 0.0222
Test critical values: 1% level -3.592462
5% level -2.931404
10% level -2.603944
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation


Dependent Variable: D(U)
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:36
Sample(adjusted): 1995:2 2005:4
Included observations: 43 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
U(-1) -0.417905 0.127462 -3.278654 0.0021
C -0.016010 0.227441 -0.070392 0.9442
R-squared 0.207723 Mean dependent var -0.024154
Adjusted R-squared 0.188399 S.D. dependent var 1.655409
S.E. of regression 1.491340 Akaike info criterion 3.682622
Sum squared resid 91.18784 Schwarz criterion 3.764538
Log likelihood -77.17637 F-statistic 10.74957
Durbin-Watson stat 1.931150 Prob(F-statistic) 0.002131
Lampiran 8. Hasil Estimasi Error Correction Model untuk Utang Luar Negeri
dengan Lag (Selang) 4.

Dependent Variable: DULN_GDP


Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 16:35
Sample(adjusted): 1996:2 2005:4
Included observations: 39 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DGD_GDP -0.897372 4.802564 -0.186853 0.8540
DGD_GDP(-1) 0.533462 3.300606 0.161626 0.8735
DGD_GDP(-2) 0.806221 3.217612 0.250565 0.8052
DGD_GDP(-3) 1.487282 2.989901 0.497435 0.6253
DGD_GDP(-4) -0.172296 2.812489 -0.061261 0.9519
DINF -0.026371 0.024042 -1.096877 0.2880
DINF(-1) -0.052855 0.027915 -1.893440 0.0754
DINF(-2) -0.013936 0.038370 -0.363199 0.7209
DINF(-3) -0.020283 0.034322 -0.590970 0.5623
DINF(-4) -0.032524 0.036233 -0.897631 0.3819
DLIBOR 0.125971 0.266858 0.472053 0.6429
DLIBOR(-1) 0.287181 0.217154 1.322477 0.2035
DLIBOR(-2) -0.014908 0.189636 -0.078613 0.9383
DLIBOR(-3) 0.049687 0.174344 0.284995 0.7791
DLIBOR(-4) 1.357617 0.267209 5.080723 0.0001
DPE -0.344185 0.109311 -3.148684 0.0059
DPE(-1) -0.042722 0.107099 -0.398898 0.6949
DPE(-2) 0.059902 0.134337 0.445911 0.6613
DPE(-3) -0.187073 0.158649 -1.179164 0.2546
DPE(-4) -0.037848 0.084793 -0.446358 0.6610
DUMMY_PLTK 0.504129 0.248547 2.028305 0.0585
U(-1) -0.153912 0.134186 -1.147002 0.2673
R-squared 0.883730 Mean dependent var 0.036432
Adjusted R-squared 0.740103 S.D. dependent var 1.894204
S.E. of regression 0.965667 Akaike info criterion 3.065862
Sum squared resid 15.85272 Schwarz criterion 4.004281
Log likelihood -37.78430 Durbin-Watson stat 1.806006
Lampiran 9. Error Correction Model Untuk Utang Luar Negeri dengan
Variabel yang Signifikan.

Dependent Variable: DULN_GDP


Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 16:39
Sample(adjusted): 1996:2 2005:4
Included observations: 39 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DINF -0.032580 0.014012 -2.325155 0.0270
DINF(-1) -0.055400 0.014417 -3.842718 0.0006
DINF(-3) -0.023813 0.011945 -1.993573 0.0554
DLIBOR(-1) 0.313499 0.122033 2.568976 0.0154
DLIBOR(-4) 1.305952 0.128487 10.16404 0.0000
DPE -0.400617 0.064603 -6.201186 0.0000
DPE(-3) -0.118075 0.046706 -2.528062 0.0170
DUMMY_PLTK 0.435672 0.171351 2.542571 0.0164
U(-1) -0.162901 0.081310 -2.003460 0.0542
R-squared 0.862884 Mean dependent var 0.036432
Adjusted R-squared 0.826320 S.D. dependent var 1.894204
S.E. of regression 0.789408 Akaike info criterion 2.564108
Sum squared resid 18.69496 Schwarz criterion 2.948007
Log likelihood -41.00010 Durbin-Watson stat 1.807383

Lampiran 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (ARCH test)

ARCH Test:
F-statistic 0.012412 Probability 0.911911
Obs*R-squared 0.013097 Probability 0.908887

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:38
Sample(adjusted): 1996:3 2005:4
Included observations: 38 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.479805 0.152781 3.140470 0.0034
RESID^2(-1) -0.018573 0.166706 -0.111409 0.9119
R-squared 0.000345 Mean dependent var 0.471070
Adjusted R-squared -0.027424 S.D. dependent var 0.797470
S.E. of regression 0.808331 Akaike info criterion 2.463506
Sum squared resid 23.52236 Schwarz criterion 2.549694
Log likelihood -44.80661 F-statistic 0.012412
Durbin-Watson stat 1.969231 Prob(F-statistic) 0.911911
Lampiran 11. Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Untuk Model
Dinamis Utang Luar Negeri

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:


F-statistic 0.066817 Probability 0.935515
Obs*R-squared 0.007453 Probability 0.996280

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:39
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DINF -0.000394 0.014613 -0.026975 0.9787
DINF(-1) 4.53E-06 0.015311 0.000296 0.9998
DINF(-3) -0.000171 0.012359 -0.013854 0.9890
DLIBOR(-1) -0.017548 0.135046 -0.129937 0.8975
DLIBOR(-4) -0.006872 0.134010 -0.051281 0.9595
DPE -0.002248 0.067398 -0.033360 0.9736
DPE(-3) -0.000679 0.048272 -0.014062 0.9889
DUMMY_PLTK 0.003364 0.177977 0.018903 0.9851
U(-1) -0.009873 0.091291 -0.108143 0.9147
RESID(-1) 0.074509 0.224126 0.332443 0.7420
RESID(-2) -0.031214 0.211803 -0.147374 0.8839
R-squared 0.000191 Mean dependent var -0.046752
Adjusted R-squared -0.356884 S.D. dependent var 0.699807
S.E. of regression 0.815172 Akaike info criterion 2.661911
Sum squared resid 18.60616 Schwarz criterion 3.131120
Log likelihood -40.90726 Durbin-Watson stat 1.937353

Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas

9
Series: Residuals
8 Sample 1996:2 2005:4
7 Observations 39

6 Mean -0.046752
Median -0.127756
5
Maximum 1.296027
4 Minimum -2.077630
Std. Dev. 0.699807
3 Skewness -0.225041
Kurtosis 3.582034
2
1 Jarque-Bera 0.879673
Probability 0.644142
0
-2 -1 0 1

Anda mungkin juga menyukai