OLEH
DUNGDANG P HUTAPEA
H14103004
Oleh
DUNGDANG P HUTAPEA
H14103004
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
Dungdang P Hutapea
H14103004
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi
ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Penyerapan
Utang Luar Negeri di Indonesia. Proses penulisan, pencarian data pengolahan
sampai tahap penyempurnaan tugas skripsi ini berlangsung dengan baik dan
lancar sesuai harapan penulis.
Pemilihan judul yang bertemakan utang luar negeri ini berlatar belakang
sangat tingginya volume penyerapan utang luar negeri Indonesia saat ini. Bangsa
Indonesia bahkan sudah seperti ketergantungan dengan utang. Hal ini
mengindikasikan tingginya beban utang yang harus ditanggung oleh bangsa
Indonesia di masa mendatang. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk
melakukan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyerapan
utang luar negeri. Dengan mengetahui akar permasalahan maka Bangsa Indonesia
akan lebih mudah untuk mengatasi masalah tersebut.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan baik berupa moril
dan tindakan yang dirasakan oleh penulis. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan
hormat, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas kekuatan dan berkat berlimpah yang
dilimpahkanNya kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. selaku dosen pembimbing
akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis. Banyak nasihat,
dorongan, bimbingan, arahan serta motivasi yang diberikan selama
penyusunan skripsi ini dan selama penulis menempuh studi di Departemen
Ilmu Ekonomi IPB.
3. Bapak Samsul Hidayat Pasaribu, S.E. M.Si. selaku dosen penguji utama.
Saran dan masukan yang diberikan sangat membantu dalam penyem-
purnaan skripsi ini.
4. Bapak Muhammad Findi A, S.E. M.Si. selaku dosen penguji dari Komisi
Pendidikan FEM IPB. Saran dan masukan yang diberikan sangat
membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. H. Hutapea dan S. Simanjuntak selaku orang tua penulis serta kepada
kakak, abang dan adik penulis atas dukungan, kesabaran dan doa yang
selalu menguatkan penulis.
6. Dordia Anindita Rotinsulu atas dukungan doa, motivasi dan kasih sayang
yang dapat dirasakan oleh penulis.
7. Bank Indonesia, secara khusus pegawai perpustakaan yang mau mem-
bantu penulis dalam pencarian data.
8. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini.
Segala sesuatu tidak ada yang sempurna, semoga hasil yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Dungdang P Hutapea
H14103004
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang……………..………………………………….. 1
1.2. Perumusan Masalah……….....………………………….…….. 4
1.3. Tujuan Penelitian……………..……………………………..… 8
1.4. Kegunaan Penelitian…………………….…………………….. 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………….. 10
II. KAJIAN TEORI................................................................................. 11
2.1. Tinjauan Pustaka....................................................................... 11
2.1.1. Teori Utang Luar Negeri.................................................... 11
2.1.2. Jenis-jenis Pinjaman Luar Negeri...................................... 12
2.1.3. Kurva Laffer Utang (Debt Laffer Curve)........................... 13
2.1.4. Utang Luar Negeri dalam Perpotongan Keynesian........... 16
2.1.5. Kebijakan Fiskal, Utang Luar Negeri dan Model Solow.. 17
2.1.6. Faktor-Faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar
Negeri bagi Pembangunan Ekonomi.................................. 19
2.1.7. Alasan Negara Berkembang Menerima Bantuan.............. 20
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu.................................................. 20
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual.............................................. 22
2.3.1. Kondisi Perekonomian Indonesia................................... 22
2.3.2. Utang Luar Negeri dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya........................................................ 23
2.4. Hipotesis................................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN................................................................... 28
3.1. Waktu dan Tahapan Penelitian................................................... 28
3.2. Jenis dan Sumber Data................................................................ 28
3.3. Metode Analisis Data.................................................................. 30
3.3.1. Uji Stasioneritas Data...................................................... 32
3.3.2. Uji Kointegrasi................................................................. 33
3.3.3. Error Correction Model (ECM)...................................... 35
3.3.4. Diagnostic Test................................................................ 38
3.3.4.1. Uji Normalitas........................................................ 38
3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas........................................... 39
3.3.4.3. Uji Autokorelasi..................................................... 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 42
4.1. Kestasioneran Data..................................................................... 42
4.2. Uji Kointegrasi............................................................................ 44
4.3. Error Correction Model (ECM)................................................. 49
4.4. Diagnostic Test........................................................................... 54
4.4.1. Uji Normalitas................................................................. 55
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas.................................................... 55
4.4.3. Uji Autokorelasi.............................................................. 56
4.5. Ringkasan Hasil Penelitian......................................................... 57
4.5.1. Jangka Panjang................................................................. 57
4.5.2. Jangka Pendek.................................................................. 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 59
5.1. Kesimpulan……………………………………………………. 59
5.2. Saran…………………………………………………………... 59
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 61
LAMPIRAN............................................................................................. 64
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
moneter.
beberapa aspek yang penting dalam pembangunan ekonomi yakni: (i) suatu
perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. Dengan proses ini
tiga hal penting untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Dua hal yang
jumlah angkatan kerja dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal meliputi semua
bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan
Indonesia adalah sebuah negara yang besar dan kaya dari segi jumlah
penduduk, luas wilayah, tapi tidak demikian jika dilihat dari sisi ekonomi. Kondisi
ini cukup memprihatinkan jika dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Fondasi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia sangat
(Achsani, 2003).
tumbuhan ekonomi untuk tetap bertahan atau meningkat. Bahkan pada tahun
mencapai -18,26 pada kuartal IV. Pada tahun berikutnya, Indonesia berusaha
dalam selang 1,6-6,91. Pertumbuhan tertinggi 6,91 dicapai pada kuartal IV tahun
2000.
diskusi dwi bulanan ISTECS Eropa mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga
penyebab rapuhnya fondasi ekonomi tersebut (Achsani, 2003). Ketiga hal tersebut
adalah:
pembangunan.
hingga Maret 2005 mencapai Rp 1.282 triliun atau 52 persen dari Produk
Domestik Bruto (PDB). Utang itu terdiri dari utang dalam valuta asing sebesar Rp
624 triliun dan utang dalam rupiah sebesar Rp 658 triliun (Batubara, 2005).
dan atau membatasi penarikan pinjaman luar negeri akan tetapi pada
a. Beban utang yang harus diangsur semakin lama akan semakin meningkat.
Hal ini dikarenakan adanya tekanan nilai tukar mata uang atau karena
d. Secara teoritis jumlah utang luar negeri yang besar dapat mempengaruhi
bahwa ada beberapa dampak ekonomi yang dialami akibat adanya utang
dan formasi kapital, dampak terhadap output dan pendapatan, dampak terhadap
distribusi pendapatan dan inflasi (tingkat harga), dan dampaknya terhadap nilai
mendalam.
krusial. Walau demikian, belum begitu banyak studi pustaka yang membahasnya,
demikian juga belum banyak orang yang menyadari bahaya akibat ketergantungan
terhadap utang (Sugema dan Chowdury, 2005). Beberapa bahaya utang dijelaskan
(Achsani, 2003).
pinjaman luar negeri. Dana pinjaman luar negeri digunakan sebagai sumber utama
dana pembangunan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya posisi utang luar
negeri tersebut.
Utang luar negeri pada tahun 1995 hanya sebesar Rp 148658,28 miliar. Pada
tahun 2000 utang luar negeri Indonesia meningkat menjadi Rp 767331,34 miliar.
Jumlah itu meningkat tajam menjadi Rp 1284309,16 miliar pada tahun 2005.
Peningkatan ini sangat pesat jika dibandingkan dengan tahun awal 1995. Utang
luar negeri mencapai titik tertinggi pada tahun 2005 dengan kumulatif sebesar Rp
1284309,16 miliar.
Alasan utama penarikan pinjaman dari luar negeri adalah tingginya defisit
pinjaman ke luar negeri. Secara grafik, kondisi keuangan pemerintah yang terjadi
ditunjukkan ketika bar berada di atas garis 0, sedangkan posisi defisit keuangan
1, defisit keuangan paling besar terjadi pada tahun 1999 yakni lebih dari
20000
-20000
-40000
-60000
-80000
-100000
90 92 94 96 98 00 02 04 06
DEFISIT
dari pendapatan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah harus berusaha untuk
menutupi kekurangan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah
adalah melalui penarikan pinjaman dari luar atau dalam negeri. Hasil studi yang
dilakukan oleh INFID (International NGO Forum on Indonesian Development),
JARI Indonesia, KIKIS dan Koalisi Perempuan Indonedia tentang RAPBN 2005
belanja pegawai sebesar Rp 62,2 trilyun, belanja barang sebesar Rp 30,9 trilyun,
belanja modal sebesar Rp 42,9 trilyun, subsidi sebesar Rp 33,6 trilyun, bantuan
sosial Rp 16,3 trilyun dan belanja lain-lain sebesar 14,7 trilyun. Sementara untuk
pembayaran bunga utang sebesar Rp 64,0 trilyun (terdiri atas bunga utang dalam
negeri sebesar Rp 38,8 trilyun dan bunga utang luar negeri Rp 25,1 trilyun).
Jumlah tersebut belum termasuk pembayaran pokok. Pada tahun 2004 pemerintah
dan panitia anggaran telah sepakat membayar pokok utang luar negeri secara
Jika alokasi budget merupakan cermin dari prioritas pemerintah maka jelas
trilyun. Hal ini berarti lebih dari 1/6 pendapatan negara dialokasikan untuk
akan menjadi masalah besar di masa mendatang. Hal ini karena utang
jangka waktu yang telah disepakati (Tribroto, 2001). Masalah terjadi ketika
Indonesia tidak mampu untuk membayar pokok pinjaman beserta bunganya tepat
akhirnya membayar, hal ini akan menimbulkan defisit terhadap anggaran negara,
karena itu, penelitian ini menjadi penting karena masalah utang sangat signifikan
Utang luar negeri yang masuk ke Indonesia bisa dilakukan oleh sektor
BUMN) di Indonesia baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jenis pinjaman
bukan hibah.
aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar negeri
ke dalam negeri yang dapat digunakan sebagai penambah modal di dalam negeri.
negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam
Pendapatan Belanja Negara, dijelaskan bahwa pinjaman luar negeri adalah setiap
penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau yang dirupiahkan maupun
dalam bentuk barang dan atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar
negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Secara umum,
kembali terhadap luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam rupiah.
Dalam hal ini pinjaman luar negeri tidak berbeda (sama) dengan utang luar negeri.
2.1.2. Jenis-jenis Pinjaman Luar Negeri
berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu
2001).
bantuan proyek, yaitu merupakan bantuan luar negeri yang digunakan untuk
dan jasa; (2) bantuan teknik, yaitu merupakan pemberian bantuan tenaga-tenaga
terampil atau ahli; dan (3) bantuan program, yaitu merupakan bantuan yang
dari lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman yang berasal dari badan-
badan internasional seperti World Bank dan Asia Development Bank, yang pada
dasarnya adalah pinjaman yang berbunga ringan; dan (2) pinjaman dari negara-
jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan lima tahun;
(2) pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15 tahun;
dan (3) pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15
tahun.
Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas (1)
pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah; dan
(2) pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta.
lunak, yaitu merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun
negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau
dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) yang ditujukan untuk
dengan jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang
yang sebagian lunak dan sebagian lagi komersial; dan (3) pinjaman komersial
yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan
yang berlaku di pasar internasional antara lain LIBOR ditambah margin sekitar
0.5-1.5 persen.
utang luar negeri dengan jumlah utang luar negeri pada negara debitur.
Peningkatan stok utang dapat menurunkan ability to pay dari negara debitur. Hal
ini dikarenakan stok utang yang tinggi dapat berakibat terhadap buruknya
perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar utang luar negeri
utang luar negeri yang lebih tinggi demikian juga peningkatan dalam kemampuan
membayar utang oleh dalam negeri (expected debt payment). Hal ini dikarenakan
stok utang masih relatif kecil. Kedua peningkatan memiliki proporsi yang sama
pembayaran yang penuh dari debitur. Pada tingkat utang di atas X1, terdapat
puan pembayaran utang sebagai respon dari tingkat utang yang semakin tinggi.
kemampuan untuk membayar utang tersebut. Selanjutnya pada tahap ini, utang
yang besar pula. Hal ini dapat memaksa pemerintah untuk menaikkan tingkat
pajak, sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang efektif. Pajak yang
semakin rendah dan kemampuan untuk melunasi utang juga akan semakin rendah.
yang didapatkan kreditur adalah pelunasan pokok dan bunga utang sementara
reduksi utang biasanya hanya akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat
utangnya sangat tinggi dan tidak memiliki kemampuan untuk membayar (heavily
indebted countries).
Kurva Laffer menunjukkan bahwa pada bagian kiri dari kurva adalah
”good side” dari kurva yakni meningkatkan nilai pembayaran utang luar negeri.
Sementara jika terjadi debt overhang yaitu suatu kondisi dimana negara tidak
bagi pemerintah untuk mencari sumber dana untuk mengatasi masalah defisit
anggaran tersebut. Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah
dengan menerapkan kebijakan utang (loan policy). Defisit anggaran
menunjukkan pengeluaran pemerintah (G) yang lebih tinggi. Hal ini akan
babkan peningkatan dalam AE (Agregat Expenditure). Hal ini sesuai teori bahwa
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan bergesernya kurva AE dari AE1 ke AE2
pendapatan yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi.
dimilikinya. Modal yang diperoleh dari luar negeri akan digunakan untuk
menambah modal yang ada di dalam negeri. Peningkatan modal ini digunakan
Pada Gambar 4, ketika ada modal masuk yang diperoleh dari utang luar
negeri maka akan membuat peningkatan pada modal dalam negeri dari k1 ke k2.
mapan dengan tingkat bunga dan persediaan modal k1. Ketika tabungan
meningkat dari s1 ke s2, kurva sf(k) bergeser ke atas. Pada tingkat bunga awal s1
dan persediaan modal awal k1, jumlah investasi menghapus jumlah penyusutan.
tinggi, tetapi persediaan modal dan penyusutan tidak berubah. Karena itu investasi
perekonomian mencapai tingkat modal mapan yang baru k2, yang memiliki
persediaan modal dan tingkat output yang lebih tinggi dibanding tingkat modal
sebelumnya.
2.1.6. Faktor-faktor yang Menentukan Jumlah Bantuan Luar Negeri bagi
Pembangunan Ekonomi
mendapatkan bantuan luar negeri. Ketiga alasan tersebut antara lain dapat dilihat
utang luar negeri dengan pembangunan ekonomi, akan tetapi sangat sedikit yang
Penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi negara
Indonesia untuk melakukan pinjaman dari negara Jepang. Beberapa faktor itu
adalah perubahan pinjaman luar negeri, pendapatan per kapita Indonesia tahun
kurs dollar terhadap Yen, dan investasi asing langsung Jepang ke Indonesia.
Namun, dari sekian banyak faktor yang diterangkan, penulis hanya meneliti tiga
faktor itu adalah tingkat pendapatan perkapita, defisit anggaran pemerintah dan
jangka pendek dengan koefisien sebesar 0,58047. Hal ini berarti bahwa setiap
pendapatan nasional, investasi luar di Indonesia dan juga modal yang diperoleh
dengan meminjam dari negara atau lembaga pinjaman internasional. Modal yang
Utang dapat berupa utang luar negeri, yang sumbernya diperoleh dari luar negeri
dan juga utang dalam negeri, yang diperoleh dari lembaga pinjaman di dalam
negeri.
Utang luar negeri yang pada awalnya digunakan sebagai modal pelengkap
modal utama, utang luar negeri berperan penting dalam pembangunan. Hal ini
Perkembangan utang luar negeri yang semakin pesat cukup lama disadari
tanpa memikirkan beban untuk membayar kembali utang tersebut. Indonesia baru
tersadar setelah melihat begitu besarnya beban utang luar negeri yang sudah
oleh utang luar negeri, bagaimanapun Indonesia harus berusaha untuk membatasi
dan bahkan menghilangkan peran utang luar negeri. Hal ini untuk mengurangi
dilihat dari sisi utang luar negeri pemerintah. Penelitian ini membahas beberapa
pertumbuhan ekonomi dan kondisi kestabilan politik. Data nilai tukar digunakan
untuk mendapatkan nilai utang luar negeri dalam bentuk rupiah. Penelitian ini
menggunakan persamaan rasio antara utang luar negeri dengan Gross Domestic
Product (GDP) untuk menunjukkan nilai volume penyerapan utang luar negeri
dan rasio antara government deficit dengan GDP untuk menunjukkan nilai defisit
anggaran pemerintah.
Meminjam ke luar negeri adalah salah satu solusi yang digunakan oleh
ditutupi dengan utang luar negeri. Dengan demikian defisit anggaran pemerintah
berhubungan positif dengan volume penyerapan utang luar negeri. Hal ini berarti
ketika defisit anggaran pemerintah meningkat, maka utang luar negeri juga akan
diduga berpengaruh terhadap volume penyerapan utang luar negeri. Ketika inflasi
di dalam negeri tinggi negara donor akan mempertimbangkan ulang keputusan
bunga dan pinjaman pokoknya. Sehingga ketika tingkat inflasi di dalam negeri
Tingkat suku bunga pinjaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
LIBOR (London Inter Bank Offer Rate). Tingkat suku bunga memiliki hubungan
negatif dengan volume penyerapan utang luar negeri. Hal ini berarti bahwa ketika
ulang keinginan untuk melakukan pinjaman dari negara donor. Sehingga, ketika
tingkat suku bunga tinggi, maka volume penyerapan utang luar negeri akan
menurun.
utang luar negeri adalah kondisi kestabilan politik yang dilambangkan dengan
dengan dummy 0, dan kondisi politik yang tidak stabil ditandai dengan dummy 1.
hipotesis sesuai dengan teori ekonomi berdasarkan studi pustaka yang ada. Setelah
itu, dengan metode Error Correction Model, dapat dianalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Pengujian jangka pendek dilakukan dengan uji
Error Correction Model, sedangkan analisis jangka panjang dilakukan dengan uji
Gambar 5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Volume Penyerapan Utang Luar
Negeri di Indonesia :
(1) Defisit Anggaran Pemerintah (GD_GDP)
(2) Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PE)
(3) Tingkat Inflasi (INF)
(4) Tingkat Suku Bunga Pasar Internasional (LIBOR)
(5) Kondisi Kestabilan Politik (DUMMY_PLTK)
Hipotesis
Pengujian Hipotesis
2.4. Hipotesis
keuangan pemerintah.
2. Volume penyerapan utang luar negeri berhubungan negatif dengan tingkat
negeri.
luar negeri.
III. METODE PENELITIAN
penulisan sampai koreksi dan perbaikan skripsi berlangsung dengan baik dan
lancar.
Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data tentang utang luar negeri, Gross Domestic Product (GDP), inflasi,
negeri (LIBOR), nilai tukar, variabel dummy tentang keadaan politik yang
menggoncang. Variabel utang luar negeri yang sebelumnya memiliki satuan juta
US Dollar diubah menjadi miliar rupiah dengan menggunakan variabel nilai tukar
Rp/dollar. Persamaan rasio dibentuk antara variabel utang luar negeri dengan
GDP menjadi ULN_GDP dan variabel government deficit dengan GDP menjadi
GD_GDP. Data kuartalan defisit keuangan pemerintah diperoleh dari data tahunan
defisit keuangan pemerintah setelah diinterpolasi. Jenis dan sumber data disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4. Data, Simbol dan Sumber Data Penelitian
Selain data yang tercantum dalam Tabel 4 di atas, penelitian ini juga
menggunakan data Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000
dalam bentuk kuartalan. Data ini digunakan untuk mendapatkan data riil dari data
perbandingan jumlah utang luar negeri yang diterima oleh bangsa Indonesia
volume penyerapan utang luar negeri di Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
adalah rasio Debt/GDP, rasio Debt/Ekspor, Debt Service Ratio (DSR) dan Rasio
menggunakan software E-views 4.1. dan Microsoft Excel. Permodelan ECM yang
ULN
ULN _ GDP = (Miliar Rupiah)
GDP
GD
GD _ GDP = (Miliar Rupiah)
GDP
dimana:
β0 = b0 (γ),
β1 = b1,
β2 = b2,
β3 = b3,
β4 = b4,
β5 = b5,
β6 = γ,
β7 = -b1 (γ),
β8 = -b2 (γ),
β9 = -b3 (γ),
rupiah),
Stasioneritas data adalah hal yang sangat penting diuji dalam uji
ekonometrika suatu permodelan. Perhatian ini timbul karena jika ternyata data
mengandung R2 yang lebih tinggi dan Durbin-Watson statistic yang rendah. Hal
ini menunjukkan bahwa telah terjadi regresi semu (Spurious Regression) dalam
dapat digunakan. Salah satu cara yang sering dipakai dalam E-views 4.1. adalah
Augmented Dickey Fuller test (ADF test). Jika nilai statistiknya lebih kecil dari
MacKinnon Critical Value maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut stasioner.
Namun, jika nilai ADF statistiknya ternyata lebih besar dari nilai MacKinnon
Critical Value, berarti data tersebut tidak stasioner. Salah satu cara yang dapat
meningkatkan taraf nyata yang digunakan. Jika hal tersebut tidak berhasil, maka
persamaan berikut:
p
Δyt = a0 + a2t + γyt −1 + ∑ β Δyt −i +1 + ε t (4)
i=2
Keterangan:
εt = Error term.
Nilai γ diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan statistik
Jika nilai t-hit (ADF statistic) lebih kecil dari nilai MacKinnon Critical Value,
maka keputusan yang diambil adalah tolak H0. Hal ini berarti bahwa data tersebut
(prob*). Jika nilai probabilitas (prob*) lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan, maka data tersebut tidak stasioner. Sementara itu, jika nilai
probabilitas (prob*) lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka data
merujuk pada kombinasi linier antara variabel-variabel yang tidak stasioner. Engle
hanya bisa dibentuk oleh variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang
sama. Selain itu, menurut Engle dan Granger komponen-komponen dari vektor Xt
= (X1t, X2t, ..., Xnt) dikatakan terkointegrasi pada order (d,b) jika:
b. Terdapat vektor β = (β1, β2, ..., βn) sehingga kombinasi linier dari βXt =
β1X1t + β2X2t + ...+ βnXnt terintegrasi pada order (d-b) dengan b > 0.
Granger juga mengatakan bahwa suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melihat uji kointegrasi
Dickey Fuller (ADF) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah meregresi
Kedua adalah dengan menggunakan metode ADF diuji akar unit terhadap U
dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis uji akar-akar unit sebelumnya.
Jika hipotesis null (H0) ditolak atau signifikan, maka variabel U adalah
stasioner atau dalam hal ini kombinasi linier antar-variabel adalah stasioner atau
U=I(0). Hal ini berarti meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner,
jangka panjang.
dimana:
ULN_GDPt = Jumlah utang luar negeri pemerintah pada periode t (miliar
rupiah),
Model (ECM) digunakan untuk mengatasi masalah data deret waktu (time series)
yang tidak stasioner dan Spurious Regression. Hal ini dikarenakan seluruh
komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan ke dalam model,
cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya. Thomas
a. Dapat mengatasi masalah data deret waktu yang non-stasioner dan regresi
yang palsu,
(OLS),
sangat besar.
atau disebabkan oleh faktor manusia (human error) dalam menginput data.
Model (8) dapat juga diubah dengan mengeluarkan koefisien dalam U menjadi:
β0 = b0 (γ),
β1 = b1,
β2 = b2,
β3 = b3,
β4 = b4,
β5 = b5,
β6 = γ,
β7 = -b1 (γ),
β8 = -b2 (γ),
β9 = -b3 (γ),
rupiah),
model yang valid maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term
(ECT). Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi
model. Beberapa diagnstic test yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
distribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka prosedur
pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term
2004). Uji ini didasarkan pada error penduga least squares. Prosedur pengujian
adalah:
⎛ α 32 (α 4 − 3)2 ⎞
J − B = n⎜⎜ + ⎟ (11)
24 24 ⎟
⎝ ⎠
Daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque-Bera (J-B) > X2df-2 atau probabilitas
(p-value) < α.
3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas
variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Hal ini melanggar asumsi
dasar dari regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai
E (ui ) = σ 2
2
i = 1,2,…,N (12)
Dimana:
ui = unsur disturbance
σ2 = nilai varians
Hipotesis:
H: β0 # 0, terdapat heteroskedastisitas.
Kriteria uji:
Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0,
Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.
observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Gujarati, 1978). Model
Watson (DW), dimana jika DW>2 atau DW<2, maka terdapat masalah
E (u i u j ) ≠ 0 i≠j (13)
ui = disturbance pengamatan i,
uj = disturbance pengamatan j.
Hipotesis:
Kriteria uji:
Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0,
Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.
Kesimpulannya, jika menolak H0, maka menunjukkan terdapat masalah auto-
adalah uji stasioneritas data. Sebagian besar data time series memiliki akar unit.
Jika ditemukan akar unit, maka distribusi yang biasa tidak memiliki distribusi
yang baku. Hal ini akan menjadikan uji statistik seperti uji-t dan uji-F tidak cukup
waktu pada masing-masing variabel dalam tingkat level dapat dilihat dalam Tabel
5 berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada Level
bersifat stasioner pada tingkat level. Variabel tersebut adalah INF (Inflasi).
Variabel inflasi stasioner pada taraf 5 dan 10 persen. Kestasioneran variabel INF
dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas (prob*) yang berada di bawah taraf
nyata. Taraf nyata yang digunakan dalam penelitian adalah 10 persen. Cara lain
membuktikan kestasioneran variabel INF adalah melalui nilai ADF variabel INF
yang lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon pada taraf 5 dan 10 persen.
ini dapat dibuktikan melalui nilai probabilitas (prob*) keempat variabel tersebut
yang jauh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α=10%).
Ketidakstasioneran tersebut juga dapat dibuktikan dengan nilai ADF yang selalu
lebih besar dari nilai kritis Mc Kinnon baik pada taraf 1, 5 dan 10 persen. Karena
Pengujian akar unit pada tingkat first difference dilakukan karena tidak
tercapainya stasioneritas pada tingkat level. Hasil uji akar unit pada tingkat first
Tabel 6. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) pada First Difference
variabel baik variabel dependen maupun independen sudah stasioner bahkan pada
taraf 1 persen. Kestasioneran setiap variabel dapat dibuktikan melalui nilai ADF
statistik yang jauh lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon pada taraf 1, 5 dan 10
persen. Nilai negatif ADF statistic yang jauh lebih kecil dari nilai kritis Mc
tersebut. Selain itu, kestasioneran keenam variabel tersebut dapat juga dibuktikan
dengan nilai probabilitas (prob*) keenam variabel yang barada di bawah taraf
nyata 10 persen. Dengan hasil yang didapatkan pada Tabel 6, maka semua data
yang digunakan dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat satu (I(1)).
linier antar variabel atau antar variabel-variabel yang bersifat stasioner. Pengujian
dan mendapatkan nilai residual dari regresi tersebut. Hasil regresi persamaan
adalah:
pengaruh yang signifikan. Hasil analisis persamaan utang luar negeri adalah:
kenaikan sebesar satu satuan (miliar rupiah) pada GD_GDP maka volume
(miliar rupiah). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Hal ini
Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=10%) sehingga
berarti bahwa apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan (persen) pada
inflasi maka volume utang luar negeri pemerintah akan meningkat sebesar
penyerapan utang luar negeri juga turut meningkat. Hal ini mungkin terjadi
memiliki probabilitas 0,1092. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang
variabel dependennya.
probabilitas PE adalah 0,4991. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan sehingga dapat disimpulkan bahwa PE tidak signifikan
ini berarti bahwa apabila terjadi kenaikan sebesar satu satuan (persen)
pada LIBOR maka volume utang luar negeri pemerintah akan menurun
sebesar 0,269561 satuan (persen). LIBOR atau London Inter Bank offer
yang lebih besar. Nilai probalilitas variabel LIBOR adalah 0,0792. Nilai
ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=10%) sehingga variabel
diajukan sebelumnya.
Hal ini berarti jika semua variabel bernilai nol, maka utang luar negeri
berarti bahwa variasi variabel endogennya dapat dijelaskan secara linear oleh
variabel bebasnya di dalam persamaan sebesar 68,04 persen, dan sisanya sebesar
yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 10 persen (α=10%).
model. Atau dengan kata lain bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan
menguji akar-akar unit terhadap nilai residual (U) dengan menggunakan metode
ADF. Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai residual (U)
persamaan utang luar negeri ternyata stasioner pada tingkat level. Hal ini terlihat
dari nilai ADF yang lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon baik dalam taraf 1
persen, 5 persen dan 10 persen. Kestasioneran ini juga dapat ditunjukkan melalui
nilai probabilitas (prob*) yang berada di bawah taraf nyata yang digunakan 10
kointegrasi.
Tabel 8. Uji Akar Unit Tingkat Level Terhadap Residual Persamaan Jangka
Panjang Utang Luar Negeri.
dari nilai kritis Mc Kinnon pada taraf 5 dan 10 persen menunjukkan bahwa nilai
residual adalah stasioner pada tingkat level. Selain itu, nilai probabilitas U (prob*)
sebesar 0,0222 yang berada di bawah taraf nyata 10 persen (α=10%) juga
jangka pendek (dinamis) dalam penelitian ini. Estimasi ECM dilakukan dengan
Indonesia. Sebelum mendapatkan ECM untuk utang luar negeri dengan variabel
yang signifikan (lampiran 9), sudah dilakukan uji ECM untuk utang luar negeri
dengan lag (selang) empat terlebih dahulu (lampiran 8). Hasil estimasi persamaan
Tabel 9. Error Correction Model Untuk Utang Luar Negeri dengan Variabel yang
Signifikan.
Hasil pengujian terhadap model dinamis (jangka pendek) utang luar negeri
menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak sesuai dengan hipotesis
adalah 0.0270. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan
adalah signifikan.
adalah 0.0006. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan
(α=10%) sehingga variabel perubahan INF pada satu kuarter
c. Peningkatan sebesar satu satuan (persen) dari inflasi pada tiga kuarter
0.0554. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α=10%)
signifikan.
berikut:
LIBOR pada kuarter sekarang adalah 0.0154. Nilai ini lebih kecil
sebagai berikut:
kuarter sekarang adalah 0.0000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata
(persen).
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian. Kondisi ini bisa terjadi
Nilai koefisien ECT (U(-1)) adalah negatif sebesar 0,162901. Hal ini
periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 16,3 persen. ECT
panjang.
sebesar 0.862884 yang berarti bahwa 86,29 persen model volume penyerapan
utang luar negeri dapat dijelaskan oleh variabel perubahan INF, LIBOR, PE dan
DUMMY_PLTK pada periode (kuartal) sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar
mengetahui ada atau tidaknya masalah yang muncul dari estimasi OLS. Masalah
Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi
normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan bantuan Histogram-Normality Test
normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,644142.
Nilai probabilitas tersebut lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Hasil uji
9
Series: Residuals
8 Sample 1996:2 2005:4
7 Observations 39
6 Mean -0.046752
Median -0.127756
5 Maximum 1.296027
4 Minimum -2.077630
Std. Dev. 0.699807
3 Skewness -0.225041
Kurtosis 3.582034
2
1 Jarque-Bera 0.879673
Probability 0.644142
0
-2 -1 0 1
Gambar 6. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model Utang Luar Negeri.
4.4.2. Uji Heteroskedastisitas
ARCH Test:
F-statistic 0.012412 Probability 0.911911
Sumber: Lampiran 10
Nilai probability Obs*R-Squared sebesar 0,908887 lebih besar dari taraf nyata
yang digunakan dalam penelitian ini (α=10%). Berdasarkan nilai tersebut, maka
permodelan.
keberadaan autokorelasi pada model dinamis (jangka pendek) utang luar negeri.
Tabel 11. Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Untuk Utang Luar
Negeri
negeri terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
probabilitas obs*R-Squared yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Nilai
probabilitas Obs*R-Squared adalah sebesar 0,996280 lebih besar dari taraf nyata.
2. Tingkat inflasi (INF) memiliki hubungan yang positif tapi tidak signifikan
4. Tingkat suku bunga luar negeri (LIBOR) memiliki hubungan yang negatif
inflasi pada kuarter sekarang, satu dan tiga kuarter sebelumnya dengan
pada satu dan empat kuarter sebelumnya dengan volume penyerapan utang
luar negeri.
Setelah melakukan uji diagnostic test, disimpulkan bahwa permodelan bebas dari
error term yang terdistribusi dengan normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa
5.1. Kesimpulan
5.2 Saran
kemiskinan.
Arief S dan Sasono A. 1987. Modal Asing, Beban Utang Luar negeri dan
Ekonomi Indonesia. Lembaga Studi Pembangunan bekerja sama dengan
Penerbit Unversitas Indonesia, Jakarta.
Batiz FL dan Batiz LA. 1994. International Finance and Open Economy
Macroeconomics. Prentice Hall, New Jersey.
Enders, W. 1995. Applied Econometric Time Series. John Willey and Sons,
Canada.
Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD dan Steiner PO. 1997. Pengantar
Makroekonomi, jilid 2. Maulana A, penerjemah. Terjemahan dari:
Economics 10th edition. Binarupa Aksara, Jakarta.
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara/ Ketua
Bappenas No. 185/KMK/03/1995 dan No. Kep-031/KET/5/1995. 1995.
Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan dan
Pemantauan Pinjaman atau Hibah Luar Negeri dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Jakarta.
PE pada Level
ARCH Test:
F-statistic 0.012412 Probability 0.911911
Obs*R-squared 0.013097 Probability 0.908887
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:38
Sample(adjusted): 1996:3 2005:4
Included observations: 38 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.479805 0.152781 3.140470 0.0034
RESID^2(-1) -0.018573 0.166706 -0.111409 0.9119
R-squared 0.000345 Mean dependent var 0.471070
Adjusted R-squared -0.027424 S.D. dependent var 0.797470
S.E. of regression 0.808331 Akaike info criterion 2.463506
Sum squared resid 23.52236 Schwarz criterion 2.549694
Log likelihood -44.80661 F-statistic 0.012412
Durbin-Watson stat 1.969231 Prob(F-statistic) 0.911911
Lampiran 11. Hasil Uji Autokorelasi Error Correction Model Untuk Model
Dinamis Utang Luar Negeri
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 07/31/07 Time: 17:39
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
DINF -0.000394 0.014613 -0.026975 0.9787
DINF(-1) 4.53E-06 0.015311 0.000296 0.9998
DINF(-3) -0.000171 0.012359 -0.013854 0.9890
DLIBOR(-1) -0.017548 0.135046 -0.129937 0.8975
DLIBOR(-4) -0.006872 0.134010 -0.051281 0.9595
DPE -0.002248 0.067398 -0.033360 0.9736
DPE(-3) -0.000679 0.048272 -0.014062 0.9889
DUMMY_PLTK 0.003364 0.177977 0.018903 0.9851
U(-1) -0.009873 0.091291 -0.108143 0.9147
RESID(-1) 0.074509 0.224126 0.332443 0.7420
RESID(-2) -0.031214 0.211803 -0.147374 0.8839
R-squared 0.000191 Mean dependent var -0.046752
Adjusted R-squared -0.356884 S.D. dependent var 0.699807
S.E. of regression 0.815172 Akaike info criterion 2.661911
Sum squared resid 18.60616 Schwarz criterion 3.131120
Log likelihood -40.90726 Durbin-Watson stat 1.937353
9
Series: Residuals
8 Sample 1996:2 2005:4
7 Observations 39
6 Mean -0.046752
Median -0.127756
5
Maximum 1.296027
4 Minimum -2.077630
Std. Dev. 0.699807
3 Skewness -0.225041
Kurtosis 3.582034
2
1 Jarque-Bera 0.879673
Probability 0.644142
0
-2 -1 0 1