Anda di halaman 1dari 11

Resume Buku

Kebijakan Multilateral Dan Pembangunan Ekonomi Indonesia


Editor : Parjiono

Dosen Pengampu : Erni Sulastri,S.IP., M.Si


Kelompok 4
M.Fahri Sajidan Nonni Putri Pratiwi Nur
Oktaviani Selvia Adela
Syf. Lathifah Putri Ademansyah Tania
Ulfani
Bab 1
Kerja Sama Multilateral dan Manfaatnya Bagi Indonesia
Analisis Atas Manfaat Keanggotaan Indonesia Pada Development Centre (DC) OECD.
Sejak 2012 Indonesia telah menjadi strategic partner dari OECD dan menjadi anggota development
committe OECD. Keterlibatan Indonesia dalam salah satu organisasi yang paling berpengaruh
di dunia tersebut tentu saja memiliki peran yang sangat penting dan menjadi tonggak sejarah baru
bagi kemajuan pembangunan di Indonesia. Banyak sekali manfaat yang didapat oleh Indonesia
dengan bergabung menjadi anggota DC OECD.
Mengingat banyaknya negara anggota OECD yang digolongkan sebagai negara yang memiliki
pengaruh besar terhadap perekonomian global, Indonesia sebagai negara berkembang
dengan kekuatan ekonomi yang cukup besar dapat memanfaatkan hal tersebut melalui akses yang
lebih luas terhadap data ekonomi negara-negara sistemik sehingga Indonesia dapat membangun early
warning system nya dengan lebih efektif.
Manfaat Sosial
Keikutsertaan Indonesia dalam Development Centre juga berpotensi meningkatkan kapasitas
dan kualitas kebijakan pemerintah melalui berbagai keterlibatan Indonesia dalam kajian dan studi
OECD terkait masalah pengentasan kemiskinan, pendidikan, pariwisata dan kesehatan publik.
Manfaat Politik
Keanggotaan dalam Development Centre secara politik-ekonomi berpotensi memberikan sinyal
positif pada pasar akan komitmen Indonesia dalam memperbaiki standar serta arah regulasi ekonomi
dan keuangannya melalui kajian-kajian dan pedoman-pedoman yang dihasilkan oleh OECD sebagai
salah satu trend setting institution dunia di bidang ekonomi dan keuangan. Keikutsertaan Indonesia
dalam Development Centre OECD berpotensi meningkatkan sinkronisme kebijakan Indonesia dengan
negara-negara OECD sehingga menciptakan koherensi antara kebijakan ekonomi dan keuangan
nasional dengan kebijakan ekonomi dan keuangan global. Koherensi kebijakan ini pada
gilirannya akan menciptakan investor confidence yang tinggi terhadap pasar Indonesia. Keterlibatan
Indonesia dengan anggota Development Centre OECD dapat membuka ruang untuk policy
making recommendation dengan mempertimbangkan mekanisme knowledge sharing and forum
dialog yang sudah ada dalam Development Centre OECD.
Kontribusi Pemerintah
Selain manfaat yang didapat oleh Indonesia atas keanggotaan di DC OECD, pemerintah juga harus
menyetorkan kontribusi keanggotaan kepada DC OECD. Kontribusi tersebut disesuaikan
dengan jumlah anggaran Sekretariat DC EOCD dan dasar penyusunannya. Anggaran inti terdiri atas
assesed contribution (AC) dari negara-negara anggota DC dan perkiraan kontribusi sukarela/
voluntary contribution (VC). Perkiraan VC didasarkan atas asumsi bahwa negara-negara
anggota akan menyediakan VC secara kontinu dalam level yang sama dengan dasar perbandingan,
yaitu VC pada anggaran tahun berjalan dan tahun sebelumnya untuk kegiatan yang masih
berlangsung.
Besaran Kontribusi Pemerintah
Kontribusi Indonesia pada DC OECD tahun 2014 dan 2015 adalah sebesar EUR34.200 dan
perhitungannya didasarkan pada taxable income rata-rata. Pendirian kantor perwakilan DC OECD di
Jakarta pada 2015 sedikit banyak akan memiliki pengaruh terhadap besaran kontribusi Pemerintah RI.
Untuk tahun anggaran 2014 dan 2015, kontribusi Indonesia kepada DC adalah sebesar EUR34.200.
Namun, DC OECD telah mengirimkan proposal perubahan penghitungan assesed contribution (AC).
Dalam skema penghitungan tersebut terdapat tujuh klasemen perhitungan AC bagi negara anggota
dan non-anggota OECD, di mana Indonesia akan mengalami kenaikan kelas, yaitu dari negara
dengan taxable income berkisar EUR65.000 juta – EUR200.000 juta (group B) menjadi negara
dengan taxable income berkisar EUR200.000 juta – EUR600.000 juta (group C).
Rencana Pemanfaatan Keanggotaan Indonesia Pada Dc Oecd
Keanggotaan Indonesia pada DC OECD masih perlu dilanjutkan karena masih banyak potensi-
potensi kerja sama yang bisa dilakukan di masa mendatang yang akan memberikan manfaat
kepada Indonesia. Beberapa rencana pemanfaatan keanggotaan Indonesia pada DC OECD di
antaranya Indonesia akan memperoleh satu review on social security yang dibiayai penuh oleh OECD
dan Uni Eropa (EU). Manfaat lain adalah pengembangan program yang bersifat tailor-made
yang sangat dimungkinkan dengan pembiayaan tambahan dari pemerintah tersebut.
Konsekuensi Jika Indonesia Keluar Dari Keanggotaan
Keluarnya Indonesia dari DC dapat menyebabkan Indonesia kurang tanggap dalam menghadapi isu-
isu ekonomi, keuangan internasional, dan isu strategis lainnya. Indonesia akan kehilangan akses yang
luas terhadap data ekonomi negara sistemik. Selain itu, keterlibatan Indonesia dalam
OECD berpotensi membuka wawasan dan akses kerja sama untuk pengentasan kemiskinan,
penciptaan lapangan kerja, dan perkuatan penumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja sama ini
akan berkurang apabila Indonesia keluar dari keanggotaan DC OECD.
KERJASAMA MULTILATERAL DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA
MENGATASI DAMPAK NEGATIF LIBERALISASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Keputusan Amerika Serikat untuk keluar dari Trans-Pasific Partnership secara permanen dan
keluarnya ingris dari Uni Eropa menyadarkan kita bahwa tidak semua pihak yang terlibat dalam
liberalisasi perdagangan internasional melalui suatu organisasi multilateral mengalami keuntungan
dalam bentuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pengurangan
kemiskinan. Meksiko, yang merupakan negara tetangga Amerika Serikat, dikaji oleh rivas (2007)
yang menyimpulkan bahwa ketimpangan pendapatan di Meksiko meningkat sejak meksiko
mereformasi atau meliberalisasi perdangangan internasionalnya, Hu (2002) mendapati bahwa
ketimpangan pendapatan antara wilayah pantai dengan wilayah daratan meningkat sejak China
memperbaiki kondisi perdagangan internasionalnya dan meningkatkan mobilitas tenaga kerja dari
desa ke kota untuk perdagangan internasional. Kanbur dan Zhang (2005) menemukan bahwa
ketimpangan pendapatan regional terkini di China disebabkan karena keterbukaan perdagangan
internasional.
DAMPAK LEBERALISASI PERDAGANGAN INTERNASIOANAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
Baumol, Litan ,dan Schramm ( 2007) menyatakan bahwa India dan China mengalami pertumbuhan
yang cepat ketika mereka terbuka terhadap dunia: perdagangan internasional yang lebih lebar dan
menerima lebih banyak investasi dari negara kaya. Khalid (2016) menjalskan dampak keterbukaan
perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di turki. Ia menggunakan model ARDL untuk menguji
hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara keterbukaan perdagangan dengan
pertumbuhan ekonomi denagn periode sampel tahun 1960 sampai 2014. Selain itu dalam jangka
pendek, keterbukaan perdagangan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam jangka
panjang, hubungan antara keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi tidak muncul.
Akan tetapi, kajian tersebut juga menyatakan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara
keterbukaan perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi bersifat positif walaupun secara statistic
tidak
signifikan.
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP KETIMPANGAN PENDAPATAN
DAN KEMISKINAN
Pertumbuhan ekonomi mengurangi kemiskinan. Ini didukung oleh Dollar dan Kraay (2002) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pemgurangan keimiskinan berjalan beriringan.
Dengan demikian, liberalisasi perdagangan internasional seharusnya bisa mengurangi kemiskinan.
Meningkatnya ketimpangan dalam globalisasi bisa terjadi karena elit etnis di banyak negara telah
mengambil keuntungan secara tidak proporsional dari globalisasi (Chua, 2003). Untuk mengatasi hal
ini, masyarakat imternasional perlu turun tangan untuk memabantu meningkatkan kapasitas institusi
dan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya tata kelola pemeritahan yang
baik.
DAMPAK LIBERALSISASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TERHADAP PENGANGGURAN
Dampak liberalisasi perdagangan internasional tidak hanya diharapkan pada perubahan output
nasional, tetapi juga perluasan kesempatan kerja. Secara teori diyakini bahwa apabila terjadi
petambahan output nasional maka akan terjadi penambahan kesempatan kerja . Keterbukaan
terhadap perdagangan dan penanaman modal langsung asing adalah suatu pengaturan ekonomi
yang menimbulkan kecurigaan, dan terkadang kebencian, dikalangan masyarakat umum. Banyak
yang khawatir kalau penyambutan terhadap ekspor negara-negara lain, khususnya negara-negara
dengan standar upah dan standar hidup yang rendah, akan mengakibatkan hilangnya lapangan
pekerjaan di dalam negeri, hilanya peluang bisnis, dan tertekannya upah ke tingkat terendah seperti
yang terdapat di negara-negara berkembang.
KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM BEPS ACTION PLAN DAN URGENSINYA DALAM MENGGALI
POTENSI PENERIMAAN PAJAK
Sebagai bagian dari anggota G20 dan mitra OECD, Indonesia telah turut serta secara aktif dalam
BEPS Action Plan. Proyek ini merupakan upaya bersama secara global untuk mencegah praktik-
praktik yang dilakukan oleh wajib pajak yang ingin mengalihkan keuntungan dan menggerus basis
pajak suatu negara, suatu aktivitas yang dikenal sebagai Base Erosion and Profut Shifting (BEPS).
Kehadiran Indonesia di panggung perekonomian dunia semakin nyata sejak negara ke-16 besar
ekonomi dunia ini bergabung sebagai anggota forum G20pada 2009 dan selanjutnya negara mitra
utama OECD pada 2010. BEPS adalah strategi perusahaan multinasional (MNcS) untuk
memanfaatkan celah dan kelemahan dalam peraturan pajak mancanegara dengan tujuan
“menghilangkan” keuntungan usaha sehingga dikenakan jumlah pajak yang sedikit atau tidak
dikenakan kewajiban membayar pajak.
Berbagai gagasan yang berkembang kemudian dirumuskan ke dalam suatu kumpulan rencana aksi.
Rencana aksi untuk menangkal BEPS ( BEPS Action Plan) akhirnya di setujui oleh OECD dan G20 pada
pertengahan 2013. Rencana aksi ini dimaksudkanuntuk memastikan bahwa tidak ada celah hokum
dan perundang-undangan pajak yang dapat di manfaatkan oleh MNCs untuk menghindari atau
mengelak dari kewajiban membayar pajak di negara tempat aktivitas ekonomi dan value creaction
berlangsung.
Rencana Aksi BEPS
Penghindaran pajak oleh perusahaan multinasional (Multinational Companies/ MNCs) menjadi isu
yang dihadapi oleh negara-negara didunia dewasa ini, baik itu negara maju maupun negara
berkembang. Untuk mencegah praktik penghindaran pajak tersebut, negara-negara yang bergabung
dalam G20 dan OECD mendeklarasikan 15 aksi terhadap BEPS. Indoensia sebagai bagian dari G20
dan OECD rencana turut ambil bagian dalam kesepakatan untuk mengimplementasikan Rencana
Aksi terhadap BEPS tersebut. Salah satu unsur yang sangat penting dalam APBN, khususnya
pendapatan negara, adalah pajak. Pajak merupakan tulang punggung nasional. Perannya sebagai
instrumen fiscal penting untuk membangun negaradan mendukung jalannya pemrintahan. Tanpa
pemasukan negara yang cukup, tidak aka nada layanan pemerintahan dan layanan public yang dapat
diselenggarakan dengan baik. Jatuhnya bangunnya Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan
negara dalam mengumpulkan pajakny. Tanpa pemasukan negara yang mencukupi, Indonesia juga
tidak akan dapat berperan dengan baik dalam menjaga kedaulatam dan kesatuan negara dan
wilayahnya.
PENYEBAB PERILAKU DAN DAMPAK DARI AKTIVITAS BEPS
Perubahan yang pesat telah banyak terjadi dalam perekonomian dunia sejak era globalisasi dimulai ,
yang di topang dengan perkembangan revolusi teknologi computer dan internet di tahun 1980-an
dan 1990-an. Kondisi demikian ditambah dengan mobilitas pergerakan modal dan tenaga kerja yang
semakin cepat, pengalihan basis manufaktur dari negara dan wilayah kedaulatan yang berbiaya
tinggi ke biaya rendah, dan pembukaan bertahap hambatan-hambatan perdagangan adalah
beberapa dari sekian banyak perkembangan perkembangan yang mendorong penanaman modal
asing langsung (FDI) dibanyak negara. Keberadaan globalisasi telah membuka peluang bagi MNCs
menjadi pelaku BEPS sehingga secara signifikan dapat mengurangi jumlah pembayaran pajak yang
semestinya.
KOMPETISI PAJAK YANG TIDAK SEHAT (HARMFUL TAX COMPETITION)
Kompetisi pajak menjadi tidak sehat seiring dengan maraknya persaingan antarnegara atau
yurisdiksi untuk mengundang minat investor untuk menyimpan kekayaannya di wilayahnaya.
Perlombaan ini menyebabkan lahirnya lokasi-lokasi persembunyian kekayaan untuk menghindari
kewajiban pajak.
KEPENTIINGAN INDOENESIA SEBAGAI NEGARA BERKEMBANG UNTUK TURUT BEPARTISIPASI
DALAM IMPLEMENTASI RENCANA AKSI BEPS
Paling tidak ada tiga argument mengapa Indonesia sebagai negara berkembnag turut berpartisipasi
dalam mengimplementasikan rencana aksi BEPS yang di motori oleh OECD. Argument pertama
adalah memperkuat reformasi perpajakan, kedua adalah menekan potensi hilangnya pemasukan
pajak akibat aktivitas BEPS, dan ketiga adalah memperkuat data basis pajak ( tax base ) yang
berkelanjutan pasca Tax Amnesty yang terakhir 31 Maret 2017 lalu.
MEMPERKUAT REFORMASI PERPAJAKAN
Uapaya melakukan reformasi perpajakan terus dilakukan oleh pemerintah dari waktu ke waktu.
Reformasi pajak dilakukan dalam berbagai aspek baik aspek organisasi dari sumber daya
manusianya, teknologi informasi, basis data dan proses bisnisnya, serta regulasinya.
AUTOMATIC EXCHANGE OF INFORMATION ( AEOI ): SENJATA PAMUNGKAS TERKINI UNTUK
MENGATASI KRISIS DATA WAJIB PAJAK
Indonesia sudah berkomitmen untuk mengikuti AEOI melalui penandatanganan Multilateral
Competent Autthority Agreement ( MCAA) pada 3 Jni 2015 di Paris, Prancis. Dengan menandatangi
MCAA, indoenesia terikat untuk ikut melaksanakan AEOI berdasarkan Common Reporting Standard (
CRS ) mulai September 2018.
Bab 2
Analisis Besaran Konribusi Indonesia Untuk Lembagak Keuangan Internasional :
Studi Kasus Internasional Development Associoation (Ida) 18 Replenishment
Posisi Indonesia dalam IDA
Indonesia telah menjadi anggota IDA sejak 1968 yang di tetapka dengan Undang -Undang Nomor 3
Tahun 2968. Semenjak menjadi anggota sampai dengan semester 1 tahun 2015 manfaat yang di
peroleh dari keanggotaan Indonesia di IDA di antaranya adalah IDA telah memberikan pinjaman
kepada Pemerintah sebesar ekuivalen US$2.744,5 juta dan hibah sebesar ekuivalen US$412,5 juta .
Dana tersebut telah digunakan untuk pembangunan indonesia pada berbagai bidang, antara lain
kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pembangunan daerah , termasuk pertanian dan perikanan.
Metodologi Pendekatan

Metodologi yang dilakukan dalam analisis ini adalah bechmarking analysis. Bechmarking analysis adalah suatu
teknik pengukuran dengan membandingkan kualitas, produk, program, strategi ataupun nilai dengan
perbandingannya dengan menggunakan pengukuran standar atau pengukuran yang serupa dengan peernya
( Hoque, 2001). Tujuan bechmarking analysis adalah menentukan apa dan di mana perbaikan yang akan
dilakukan, melakukan analisis tentang bagaimana suatu organisasi melakukan perbaikan sesuai dengan
organisasi pembanding, dan menentukan perbandingan dengan peer terkait penilaian tertentu, atau
meningkatkan kinerja ( Hoque, 2001) .

Benchmark Analysis Dengan Negara- Negara Asean

Opsi pertama dilakukan dengan melakukan benchmarking kontribusi dengan negara-negara di kawasan regional
ASEAN. Ada lima negara di kawasan ASEAN yang pernah memberikan kontribusi untuk IDA, yaitu
Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia dan biasa disebut dengan negara ASEAN-5. Masing-
masing negara tersebut telah berkon- tribusi dengan jumlah yang berbeda-beda dan rasio terhadap GDP yang
berbeda-beda pula.

Benchmark Analysis Dengan Middle Income Countries/Emerging Countries G20 Member

Berdasarkan analisis rasio dan benchmarking dengan emerging coun- tries, maka kontribusi Indonesia untuk
IDA Replenishment ke-18 dapat di-benchmarking berdasarkan rasio tersebut. Apabila GDP Indonesia pada
tahun 2017 diasumsikan sebesar US$ 861 miliar (World Bank), maka dengan rasio IDA Replenishment ke-17
sebesar 0,000099674, kontribu- si Indonesia dapat diusulkan sebesar US$85,8 juta (Alternatif 1). Dengan
asumsi kurs APBN 2017 sebesar Rp13.500 per US$, maka kontribusi Indonesia adalah senilai Rp1.158 miliar.

Kebijakan Pertukaran Informasi Perpajakan Dan Investasi Negara-Negara G20 Di Indonesia.

Penanaman Modal Asing Dan Iklim Investasi

Penanaman modal atau investasi dapat dijelaskan dalam 3 (tiga) penger- tian: 1) suatu tindakan untuk membeli
saham, obligasi, atau surat pe- nyertaan lainnya; 2) suatu tindakan membeli barang modal; 3) peman- faatan
dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang. Investasi dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan me nempatkan dana pada satu atau lebih dari suatu aset selama periode tertentu dengan
harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkat- an nilai investasi (Sari, 2015). Investasi dibedakan atas
investasi asing langsung (foreign direct inves tment) dan investasi portofolio (portfolio investment). Investasi
asing langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata, yaitu berupa pembangunan pabrik-pabrik,
pengadaan berbagai macam barang modal.

KEBIJAKAN PERTUKARAN INFORMASI PERPAJAKAN, PENGAMPUNAN PAJAK, DAN


IKLIM INVESTASI
Kebijakan pertukaran informasi yang didasarkan pada para penerima an program pengampunan pajak
akan meningkatkan efektivitas pemantauan aser WP yang berada di luar negeri pajak ini, yaitu
Singapura. Virgin Islands, Hong Kong, Cayman and Lima besar negara asal deklarasi harta dalam
program pengampunan dan Australia Singapura tercatat sebagai negara sumber investor asing
terbesar di Indonesia sekaligus negara asal repatriasi dan deklarasi aser luar negeri yang terbesar.
Hong Kong dan Tiongkok juga tercatat sebagai negara yang banyak melakukan investasi di
Indonesia, sekaligus sebagai negara asal deklarasi dan repatriasi pengampunan pajak Negara-negara
seperti Singapura, Cayman Islands, Virgin Islands, dan Hong Kong diketahui memiliki tarif pajak
yang rendah dan/atau sebelumnya dikenal memilki kerahasiaan informasi keuangan yang ketat. Hal
ini mendorong WP
untuk berinvestasi ke negara-negara tersebut tingkat tarif PPh Badan Indonesia relatif lebih rendah
daripada rata-rata tarif pajak negara-negara G20. Hal ini akan menjadi salah satu daya tarik investor
ke Indonesia.
Peran International Donor Funding Dalam Adaptasi Perubahan Iklim Di Indonesia
Arif Budi Rahman. Akademisi memiliki keahlian kait adaptasi. International Denar Funding (IDF)
berkontribusi menye diakan pendanaan awal, sedangkan NGO memiliki pengalaman, kedekatan, dan
hubungan erat dengan masyarakat di tingkat tapak. Studi ini berargumen bahwa peran donor sangat
krusial dalam tahap awal perecanaan aksi adaptasi terutama dalam membantu menyediakan sumber
daya, seperti pendanaan dan tenaga ahli. Paper ini akan menganalisis strategi adaptasi di kota
Semarang guna mengetahui bagaimana para aktor lokal menginisiasi program adaptasi di tingkat
kota. Studi ini terutama menyoroti peran donor dalam mendorong perencanaan dan in- plementasi
adaptasi (di level pemerintah daerah
TOPOGRAFI DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Secara topografi, kawasan bagian utara adalah dataran rendah dengan populasi yang sangat padat.
Mayoritas penduduk tinggal di daerah kurang dari 10 meter di atas permukaan laut (Martai dan King,
2008). Kawasan Ini merupakan pusat kegiatan pemerintahan, aktivitas bisnis, juga bi tapetai tempat.
Dampak dari fenomena ini adalah erosi, rondegradasi hutan mangrove, dan masalah
kesehatan.Penelitian UNFPA (2013) menyimpulkan bahwa telah terjadi kenaikan dalam curah hujan
selama musim penghujan dan berkurangnya curah hujan pada musim kemarau dalam satu abad
terakhir. Kondisi ini akan berakibat pada kemungkinan peningkatan frekuensi kekeringan. Pada
masim kemarau dampaknya adalah kelangkaan air bersih, meningkatnya kasus penyakit demam
berdarah, dan kerugian di sektor pertanian dan Strategi adaptasi meliputi aspek fisik (pembangunan
sistem polder, stasiun pompa, bendungan), kognitif (peningkatan pemahaman dan kemampuan
manajemen bencana, edukasi publik, program maining), dan aspek regulasi (integrasi adaptasi dalam
program pembangunan). Ada beberapa faktor yang menjadi penghalang aksi adaptasi ini, yakni
pemahaman tentang isu adaptasi yang masih minim, dukungan politik yang rendah, kelangkaan dana,
ketiadaan regulasi/guidance dari peme rintah pusat, mutasi pegawai, kurangnya koordinasi, serta gap
antara perencanaan dan implementasi.
Peran Donor Internasional
peran donor asing adalah sebagai pendorong bagi adaptasi di tingkat lokal Dalen donor juga
mengemuka dalam adaptasi di ka Seming Bonan dari donor yang diberikan secara langsung ke
pemerintah dae kami, peran rah ini bisa dilihat sebagai upaya meminimalisasi kerwetan bink dan
korupsi. Pemerintah kota Semarang bekerja sama dengan ACCCRN, dengan bantuan pendanaan dari
Rockefeller Foundation, telah memulai upay minimalisasi dampak perubahan iklim tersebut dengan
menginisiasi program adaptasi pada 2009. Untuk penyediaan tenaga ahli, pemerintah kota biasanya
bekerja sama dengan universitas (biasanya juga diboleh di Tenaga ahli diperlukan guna melakukan
lenability (VA) Pelaksanaan VA biasanya di luar kemampuan dan kapasitas peg pemerintah, oleh
karena itu bantuan donor dalam bentuk pendana dan penyediaan konsultan ahli menjadi suatu
urgemi. VA merupakan madi yang mencakup implikasi perubahan iklim pada suara wilayah yang
telah terjadi ataupun prediksi di masa mendarang Informasi dalam VA mencakup kerentanan dan
daya adaptif masyarakat terhadap peru bahan iklim wawancara dengan para pemangku kepentingan
dan pelaku adaptasi di Semarang, peran donor sangar krusial dalam meningkatkan pemahaman para
aktor lokal terhadap isu perubahan iklim pada umumnya dan program adaptasi pada khusus
Bab 3
Dampak Bagi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Keterkaitan Pertumbuhan ekonomi, Komitmen bank Dunia, dan kebijakan pemerintah penulis
menggunakan pendekatan ekonomerterik yaitu VECK (Vector Error Correction Model) yang di
kembang oleh Johansen dan Juselius pada 1990, sebagai pengembangan lebih lanjut dari VAR
(vector Autoregresif) yang dikembangkan oleh Christop her A. Sims pada 1980. Ada pula perbedaan
antara
VECM dan VAR adalah pada VECM dapat memodelkan data deret waktu yang terkointegrasi dan
tidak stasioner. VECM juga sering disebut model terestrial VAR. Beberapa langkah yang penulis
lakukan dalam menerapkan VECM, dalam penulisan ini, adalah mempersiapkan beberapa penguji
sehingga nantinya dapat disimpulkan bahwa variabel determinan yang dipilih benar-benar telah diuji
untuk dimasukan ke dalam model persamaan. Langkah-langkah ini adalah pengujian terhadap: 1) Uji
Contegration Johansen; 2) Analisis Kausalitas; 3) Peramalan dan Analisis Struktural.
Ekonomi dan pertumbuhan Ekonomi
Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, asal kata oikisnamos atau oikonomia yang artinya
"manajemen urusan rumah tangga" , khususnya penyediaan dan administrasi pendapatan
(Sastradipoera, 2001 : 4). Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan
kebutuhan manusia. Adapula menurut pendapat Adam Smith dalam buku An Inquiry into the Nature
and Caouse og the Wealth of Nations tahun 1796 ( Abdullah, 1992) Ilmu ekonomi merupakan studi
tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara untuk menggunakan sumber daya yang
langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai
komoditas, untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan, kepada berbagai
individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Menurut Samuelson, ilmu ekonomi adalah
ilmu yang memperlihatkan bagaimana orang memilih penggunaan sumber daya produksi yang
terbatas untuk memproduksi berbagai komoditas, dan menyalurkannya ke berbagai anggota
masyarakat untuk segera dikonsumsi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang
penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara
(Samueslon dan Nardhaus, 1990). Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu
proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Indikator yang
digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan produk
nasional, seperti Produk Domestik Bruto(PDB), untuk nasional dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota (Susanti, 2000: 23).
Bank Dunia dan Komitmennya terhadap Indonesia
Pada april 1967, rezim Orde Baru Indonesia kembali bergabung dalam Bank Dunia setelah menarik
diri sebagai anggota pada Agustus 1965 (rezim Orde Lama). Sebuah misi Bank Dunia yang besar
dikirim pada akhir 1967, disusul dengan perjanjian untuk membentuk kantor residen di Jakarta, yang
secara resmi didirikan pada September 1968. Semenjak itu, Bank Dunia telah memberikan hampir
USD25 miliar (termasuk pembatalan) kepada pemerintah dalam mendukung 280 proyek dari segala
sektor meliputi ekonomi, pertanian, pendidikan, kesehatan, pengembangan sosial, tranportasi, tenaga
listrik, dan infrastruktur, selain juga membantu dalam penyusunan kebijakan ekonomi,
pengembangan kelembagaan, dan program-program pengentasan kemiskinan. Secara sektoral, maka
infrastruktur (tenaga listrik, telekomunikasi, dan perhubungan) menyerap bagian yang terbesar, yaitu
40 persen dari keseluruhan pinjaman Bank Dunia pada masa Tahun Fiskal 1969 hingga 1978, disusul
oleh pertanian sebesar 19 persen, pendidikan, kesehatan, nutrisi dan populasi sebesar 10 persen.
Sejalan dengan perkembangan waktu, terjadi perubahan komposisi yang penting di mana porsi
pinjaman untuk pertanian telah menurun secara dramatis dibandingkan dengan meningkatnya porsi
untuk
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, nutrisi dan populasi, perkotaan, dan air minum dan sanitasi.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah adalah suatu keputusan yang dibuat secara sistematis oleh pemerintah dengan
dengan maksud tujuan dan tertentu menyangkut kepentingan umum(Werf, 1997). Kebijakan publik
dalam arti luas adalah serangkaian keputusan yang saling terkait yang diambil oleh kelompok aktor
politis dengan sasaran tertentu dan cara mencapainya. Adapula Menurut Carl J. Friedrich, kebijakan
pemerintah adalah suatu arah tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang bisa berupa hambatan
atau kesempatan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan tertentu (Soenarko, 2003;42).
Kebijkan Ekonomi
Berikut beberapa Kebijakan Ekonomi seperti Kebijakan Ekonomi Orde Lama(Orla) yaitu dimulai
dengan Kebijakan Ekonomi Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950), Kebijakan Demokrasi Liberal
(1950-1957), Kebijakan Ekonomi Terpimpin (1959-1967), Kebijakan Ekonomi Orde Baru(Orba),
dan Kebijakan Orde Reformasi (Demokrasi Liberal).
Mendorong Peran Investasi swasta melalui Global Infrastructure Innitative untuk
meningkatkan Penyediaan Publik Di Indonesia
Tahun lalu Pemerintah Indonesia telah mengumumkan 14 paket kebijakan ekonomi (“Paket
deregulasi”) yang berfokus pada deregulasi investasi dan insentif pajak. Pemerintah mengharap paket
deregulasi ini dapat meningkatkan daya saing Indonesia dan membantu menarik investasi dengan
cara memotong birokrasi dan memberikan kepastian hukum dan kepastian bisnis yang lebih besar.
Adapun output dari sistem kesehatan dapat dinyatakan dengan harapan hidup. i). Pada grafik pertama
menyatakan Harapan Hidup pada Kelahiran Pria/Total/Wanita, Tahun 2014, bahwa Indonesia berada
diurutan terbawah ketiga, dan untuk pria, Indonesia diposisi terbawah keempat. ii). Pada grafik kedua
menyatakan Tingkat Partisipasi (% Pada kelompok usia yang sama), tahun 2014 bahwa Indonesia
berada diurutan kelima terendah baik untuk pria dan wanita pada kelompok usia 15-19 dan kelompok
usia 20-29. iii). Pada grafik ketiga menyatakan Kondisi Jalan di Indonesia Tahun 2014 bahwa hanya
42 % yang dalam kondisi baik dan 58% dalam kondisi sedang, rusak, dan rusak berat. Dari indikator
infrastruktur di Indonesia, kita dapat melihat behawa ada masalah infrastuktur yang dialami
Indonesia.
Analisis Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Maju Pasca Krisis Keuangan
Global dan Dampaknya
Menurut IMF dalam publikasinya WEO April 2017 pertumbuhan ekonomi dunia selama beberapa
tahun terakhir dan proyeksinya sampai dengan tahun 2022 masih rendah yaitu dibawah 4%, bahkan
lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan tahun 2000-2007 yang sebesar 4,5%. Dalam permasalahan
tersebut Landasan Teori yang digunakan adalah Model Pertumbuhan Ekonomi Solow. Model
Pertumbuhan Ekonomi Solow merupakam model sentral dari model pertumbuhan ekonomi yang
telah banyak dilakukan uji empiris oleh para ekonom. Model Solow didasarkan pada dua persamaan
utama, yaitu fungsi produksi dan persamaan akumulasi modal (Jones dan Vollrath, 2013). Terkait
dengan Transmisi dampak pelemahan ekonomi negara-negara maju ke negara-negara berkembang,
United Nations (2011) menjelaskan bahwa globalisasi yang mempercepat integrasi ekonomi global
justru mempermudah penyebaran dampak krisis ke seluruh dunia. Penyebaran ini dapat terjadi
melalui jalur perdagangan, turisme, keuangan internasional, bantuan pembangunan, dan remitasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Berkmen dkk. (2009) terkait dampak Krisis Keuangan Global 2007-
2009 terhadap negara-negara berkembang menunjukkan bahwa bagi negara-negara yang sistem
keuangannya didominasi utang domestik dan pertumbuhan kredit yang cepat maka dampak melalui
jalur keuangan lebih kuat dibandingkan dengan jalur perdagangan. Blanchard dkk. (2010) meneliti
dampak transmisi krisis dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang melalui dua jalur
utama, yaitu perdagangan dan aliran keuangan (finansial flow). Menurut hasil penelitian mereka,
dampaknya adalah penurunan tajam pada ekspor negara-negara berkembang dan kenaikan tajam
aliran keluar modal dari negara-negara berkembang. Dengan menggunakan data tingkat perusahaan,
Claessens dkk. (2012) melakukan ananlisi dampak krisis 2007-2009 melalui tiga jalur (siklus bisnis
atau permintaan, perdagangan, dan keuangan) terhadap laba, penjualan, dan investasi perusahaan di
42 negara. Hasilnya adalah krisis berdampak negatif lebih besar pada perusahan-perusahaan yang
lebih sensitif terhadap permintaan (siklus bisnis) dan perdagangan internasional. Sedangkan dampak
melalui jalur keuangan lebih teratas.
Analisi Penyebab Stagnasi di Negara-negara Maju
Ada lima pendapat yang dapat menjelaskan pemulihan ekonomi yang lamban (stagnasi) dinegara-
negara maju setelah Krisis Keuangan Global 2007-2009: 1) goyahnya inovasi (faltering Innovation)
(Gordon , 2012); 2) perangkap likuiditas (liquidity trap) (Krugman, 2014); 3) tabungan global yang
berlebihan (global saving glut) (Bernanke, 2015); 4) stagnasi sekuler (secular stagnattion) (Summers,
2014); 5) siklus super utang (debt supercycle) Rogoff, 2016).
Transmisi dan Dampak Stagnasi Terhadap Ekonomi Indonesia
Ada 15 produk ekspor utama Indonesia yang dalam 10 tahun terakhir tidak mengalami perubahan
signifikan, dari 15 produk tersebut lebih dari 50% merupakan produk yang berbasis sumber daya
alam (SDA) dengan 5 produk ekspor terbesar, yaitu Lemak & Minyak Hewan/Nabati; Bahan Bakar
Mineral; Bijih, Kerak, dan Abu Logam; Perhiasan/Permata; serta Karet dan Barang dari Karet.
Transmisi Jalur Keuangan dan Dampaknya terhadap Ekonomi Indonesia
Transmisi jalur keuangan dapat dilihat dampaknya pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) melalui
transaksi finansial (finansial account). Selisih antara suku bunga di negara-negara maju dengan suku
bunga di Indonesia yang cukup tinggi ini mendorong investor untuk memindahkan investasinya ke
Indonesia yang ditunjukkan oleh surplus transaksi finansial yang semakin besar sejak Krisis
Keuangan Global 2008-2009. Selama tahun 2010-2016 transaksi finansial mengalami surplus rata-
rata sebesar US$25 miliar per tahun.
Transmisi Jalur Pariwisata dan Remitansi dan Dampaknya terhadap Ekonomi Indonesia
Dampak langsung perlambatan ekonomi negara-negara maju pada sektor pariwisata tidak terlalu
signifikan mengingat mengingat jumlah wisatawan mancanegara dari AS dan Eropa yang datang ke
Indonesia memang tidak terlalu besar, yaitu sekitar 10% dari jumlah turis. Baik jumlah turis yanng
datang ke Indonesia maupun penerimaan yang diperoleh Indonesia dari para turis mancanegara masih
didominasi oleh lima besar negara, yaitu Singapura, Malaysia, Autralia, Tiongkok, dan Jepang.
Adapula dampak stagnasi AS dan Eropa terhadap remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) sangat
terbatas karena menurut data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), secara rata-rata selama periode
2010-2016 proporsi remintansi TKI yang berasal dari Amerika dan Eropa hanya 7%, sedangkan tiga
besar sumber remitansi TKI adalah Malaysia (31%), Arab Saudi(30%), Hong Kong & Tiongkok
(16%).
Dampak Fiskal
Stagnasi di negara-negara maju menyebabkan permintaan terhadap produk ekspor Indonesia sehingga
menekan laba perusahaan Indonesia yang berbasis ekspor. Stagnasi ini menyebabkan pelemahan
harga komoditas global yang pada gilirannya menekan laba perubahaan eksportir berbasis komoditas.
Penurunan laba perusahaan Indonesia ini pada gilirannya akan menurunkan penerimaan perpajakan
dan bukan pajak seperti rendahnya penerimaan perpajakan dan bukan pajak pada tahun 1999 lebih
disebabkan oleh dampak krisis moneter 1998 yang bersumber dari dalam negeri dimana pertumbuhan
ekonomi mencatat negatif sebesar 13%. Sementara itu, turunnya penerimaan perpajakan dan bukan
pajak pada tahun 2009 disebabkan oleh pelemahan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju dan
rendahnya harga komoditas global.
Dampak Ekonomi Riil
Dampak terhadap Ekonomi Riil relatif lebih lama dibandingkan dengan transmisi lewat sektor
keuangan karena transaksi sektor riil didasarkan pada kontak yang bersifat mengikat dan terjangka
menengah panjang sehingga jika ada shock pada ekonomi global akan ada jeda waktu (time lag)
beberapa bulan untuk memengaruhi perekonomian riil Indonesia. Dampak pada ekonomi riil yang
perlu menjadi perhatian sektor yang terkena dampak langsung stagnasi, seperti sektor-sektor yang
berorientasi ekspor.
Dampak Stabilitas Ekonomi Makro
Stabilitas ekonomi makro suatu negara dapat dilihat dari stabilitas nilai tukar efektif riil (real
effective rate) setelah mengalami pelemahan pasa masa Krisis Keuangan Asia, Krisis Keuangan
Global, tapering off kebijakan the fed , nilai tukar efektif riil menguat pada tahun 2010-2011 dan
kemudian stabil pada tingkat yang cukup kuat. Kondisi ini sangat menguntungkan karena hal ini
mencerminkan
stabilitas makro ekonomi yang terjaga. Akan tetapi pada sisi lain, kuatnya nilai tukar ini
dapat mengganggu daya saing harga produk ekspor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai