Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UTANG LUAR NEGERI INDONESIA


Dosen Pengampu : Drs. Roestjanto

Disusun Oleh :
1. Adrian Deva F (212204002)
2. Adrian Maulana (212204003)
3. Agung Malik F (212204004)
4. Afifur Ridho (212204005)
5. Ahmad Raihan (212204006)
6. Ahmad Yuwan S (212204007)
7. Albertina Susana G (212204009)

PROGRAM STUDI TRANSPORTASI


UNIVERSITAS MARITIM AMNI SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2023

i
KATA PENGANTAR

          Puji syukur kami sebagai penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan
makalah ini sesuai yang diharapkan.

          Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang telah
membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Makalah “Utang Luar Negeri Indonesia” ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah “Utang Luar Negeri Indonesia” ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengaruh Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing Pertumbuhan Ekonomi
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia………………
C. Perkembangan Dan Dampaknya Utang Luar Negeri Indonesia……………….
D. Pengaruh Ekspor Utang Luar Negeri Indonesia Terhadap Cadangan Devisa……
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah sebuah negara yang besar dan kaya dari segi jumlah
penduduk, luas wilayah, tapi tidak demikian jika dilihat dari sisi ekonomi. Kondisi ini
cukup memprihatinkan jika dibandingkan dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Akibatnya pada fondasi ekonomi yang dimiliki oleh Indonesia
sangat rapuh, yang berakibat pada tidak terkontrolnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Utang luar negeri menjadi salah satu unsur yang tidak terpisahkan dari proses
pembiayaan pembangunan bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia.
Pada umumnya, sumber dana dalam negeri yang diperoleh dari berbagai jenis pajak,
devisa hasil ekspor, dan dana internal lainnya masih terbatas jumlahnya. Tentunya hal
ini belum mencukupi kebutuhan pembangunan yang sedemikian besarnya sehingga
harus ditutup dengan utang luar negeri.
Keuangan Negara ialah semua hak yang dapat dinilai degan uang, demikian
pula segala sesuatu( baik berupa uang maupun barang) yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan hak-hak tersebut (Nisjar. S, 1998). Keuangan negara
sesungguhnya mempunyai arti luas, yaitu di samping meliputi milik negara atau
keekayaan negara yang bukan semata mata terdiri dari semua hak, juga meliputi
semua kewajiban.
Karena masalah krisis moneter yang pernah melanda Indonesia maka
pemerintah memilih jalan untuk berhutang tujuan dari suatu negara dalam menerima
bantuan pendanaan dari luar negeri adalah agar pertumbuhan ekonomi dapat
ditingkatkan. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa dengan masuknya pendanaan
asing maka investasi (baik sektor swasta maupun pemerintah) akan semakin
meningkat, peningkatan investasi ini akan berdampak pada penggunaan sumber daya
alam dan manusia yang semakin meningkat sehingga produksi nasional dapat
ditingkatkan dan pada akhirnya akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Selain
itu dengan adanya penggunaan sumber daya manusia lebih meningkat maka masalah
pengangguran dapat diperkecil sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
Pada tahun 1950 dan 1960-an, dalam semangat duet ekonomi Harrod-Domar,
bantuan luar negeri dipandang mempunyai dampak positif pada pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai dampak lanjutannya.
Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya
meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan seterusnya. Sampai di situ,
secara teori, bantuan luar negeri justru menghasilkan dampak pengganda (multiplier
effects) yang positif pada perekonomian. Pinjaman luar negeri berdampak negatif
pada pertumbuhan. Mereka mengajukan bukti empiris bahwa utang luar negeri
berkorelasi negatif pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan
masyarakat. Bantuan luar negeri telah membuat pemerintah meningkatkan
pengeluaran yang mengurangi dorongan untuk meningkatkan penerimaan pajak dan
sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah pada makalah ini antara lain adalah :
1. Bagaimana pengaruh utang luar negeri dan penanaman modal asing pertumbuhan
ekonomi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi utang luar negeri Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan dan apa dampaknya utang luar negeri Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh ekspor utang luar negeri Indonesia terhadap cadangan
devisa?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini memfokuskan untuk menjawab topik yang telah
disampaikan pada perumusan permasalahan :
1. Untuk megetahui pengaruh utang luar negeri dan penanaman modal asing
pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi utang luar negeri Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan dan dampak dari utang luar negeri Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh ekspor utang luar negeri Indonesia terhadap
cadangan devisa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing Pertumbuhan


Ekonomi

 Pengaruh Utang Luar Negeri


Utang luar negeri digunakan untuk memenuhi pembiayaan-pembiayaan
pemerintah dan investasi dalam negeri, yaitu terletak pada peranannya dalam
mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan jumlah devisa
dari pendapatan ekspor ditambah dengan utang luar negeri.
Utang luar negeri dianggap dapat mempermudah dan
mempercepat proses pembangunan, karena utang luar negeri dapat secara
seketika meningkatkan persediaan tabungan. Tanpa utang luar negeri, maka
Negara berkembang yang bersangkutan harus menunggu sekian tahun untuk
mengakumulasikan tabngan dalam negerinya. Pada akhirnya nanti, diharapkan
kebutuhan terhadap utang luar negeri akan menurun dengan sendirinya, setelah
sumber-sumberdaya dalam negerinya sudah cukup memadai untuk mendukung
suatu suatu proses pembngunan yang berkesinambungan.
Hal ini dapat diartikan bahwa utang luar negeri dapat digunakan untuk
pembiayaan-pembiayaan peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Maka kenaikan utang luar negeri dalam waktu tertentu dapat menaikan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan syarat utang luar negeri tersebut dapat
diatur dengan baik, baik proses pinjamannya sampai dengan pengembaliannya.
Berdasarkan jurnal ekonomi dari Nurlia listiani dengan judul pengaruh utang luar
negeri terhadap pertumbuhan ekonomi periode 1978-2004 Penelitian ini menjelaskan
bahwa utang luar negeri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai koefisien sebesar 4,589. Artinya, jika terjadi
kenaikan rasio utang luar negeri dari PDB sebesar 1% maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,589% dengan mengasumsikan faktor lainnya tetap
(caterris paribus).
 Penanaman Modal Asing Pertumbuhan Ekonomi
Penanaman modal asing dapat dimanfaatkan oleh Negara berkembang dalam
memacu kenaikan pertumbuhan ekonomi, untuk menjaga dan
mempertahankan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan perubahan dan
perombakan yang substansial dalam struktur produksi dan dalam mobilisasi sumber
dana transformal struktural. Penanaman modal asing dapat mengisi kesenjangan
antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah, dan
keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat
persediaan yang dibutuhkan untuk dapat mencapai target-target pertumbuhan
dan pembangunan ekonominya. Maka, penanaman modal asing yang masuk akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar modal asing yang masuk, semakin
tinggi pertumbuhan ekonominya.
Adapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman
modal asing yaitu Undang-Undang no.1 tahun 1967. Penanaman modal asing
(PMA) yang dimaksudkan hanya investasi yang meliputi penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan Undang-Undang yang
digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia. Dengan pengertian
bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal
asing tersebut.
Adapun yang dibahas pada Undang-Undang ini antara lain adalah:
1. Undang-Undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau
peminjaman modal, melainkan hanya mengatur tentang Penanaman Modal
Asing.
2. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut
dijalankan dengan modal asing sebelumnya.
3. Penanaman modal secara langsung (direct investment) dalam hal ini bukan
hanya modal tetapi juga kekuasaan dan pengambilan keputusan
dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya memperoleh
persetujuan dari pemerintahIndonesiadan sejauh mana kebutuhannya tidak
melanggar hukum yang berlaku diIndonesia.
4. Penggunaan kredit dan resikonya ditanggung oleh investor tersebut.
Penanaman modal asing dalam Undang-Undang ini juga sebagai alat
pembayaran luar negeri yang bukan merupakan bagian dari devisaIndonesia. Alat-
alat perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing serta bahan-
bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayahIndonesia, selama alat-alat
tersebut dibiayai oleh kekayaan devisaIndonesia. Bagian dari perusahaan
yang berdasarkan Undang-Undang ini diperkenankan ditransfer tetapi
digunakan untuk membiayai kembali perusahaan di Indonesia.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia
Pada umumnya negara-negara berkembang membutuhkan utang dari luar
negeri untuk menutupi kesenjangan antara tabungan domestik dengan kebutuhan
investasinya, serta kesenjangan antara ekspor dan impornya. Pada negara
berkembang, jumlah modal domestik sering kali tidak cukup untuk memenuhi target
pertumbuhan ekonomi sehingga terjadi kesenjangan modal. Apabila tidak ada bantuan
keuangan dari negara maju atau lembaga-lembaga internasional maka jumlah negara
yang sangat miskin (Least Development Countries atau LDCs) akan jauh lebih
banyak dibanding saat ini, utang bukan merupakan sesuatu yang tabu, utang
diperlukan untuk pembiayaan pembangunan melalui defisit yang dialami negara
tersebut.
Hal ini juga berlaku bagi Indonesia, sejak awal pembangunan Tahun 1969 atau
sejak pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun pertama (Repelita 1), utang luar
negeri telah memainkan peran yang sangat besar sebagai salah satu sumber
pembiayaan untuk menutupi kelangkaan modal di dalam negeri. Pada saat itu,
pendapatan per kapita sangat rendah yaitu hanya sekitar 50 dolar, tingkat kemiskinan
sangat tinggi, jumlah orang yang buta huruf sangat banyak, sektor-sektor ekonomi
dalam keadaan stagnasi, dan kondisi keuangan pemerintah sangat parah akibat
pemerosotan selama orde lama, serta tabungan domestik (dari pemerintah dan
masyarakat) sangat kecil. Kondisi ini membuat Indonesia sama miskinnya dengan
Nepal dan Bangladesh atau sebanding dengan negara-negara miskin di Afrika.
Berdasarkan pertimbangan pragmatis, presiden Suharto berpendapat bahwa dengan
kondisi seperti itu, satu-satunya sumber pembiayaan pembangunan ekonomi dan
sosial adalah dengan pengadaan utang luar negeri, utang baru menjadi suatu persoalan
apabila pemerintah negara yang bersangkutan tidak berhati-hati dalam pengelolaanya.
Anggaran pembangunan (APBN) yang merupakan gambaran bagaimana
pemerintah mengelola penyelenggaraan negara, dalam prakteknya tidak pernah
seimbang. Meskipun tidak ada kesepakatan umum, sebagian pemikir ekonomi
mengganggap bahwa konsep seimbang dalam APBN Indonesia adalah konsep
seimbang yang semu, yang mana defisit dalam anggaran ditutupi oleh komponen
utang luar negeri. Utang luar negeri sering membuat pemerintah kurang terpacu untuk
meningkatkan pendapatan dalam negerinya. Hal ini ditunjukkan dengan kekurangan
dalam pembiayaan pengeluaran pemerintah dalam APBN yang selalu ditutup dengan
utang, terutama utang luar negeri.
Beberapa hasil riset penelitian terdahulu yang sejalan dengan kajian yang
diteliti mengemukakan bahwa hasil riset oleh Mahindun (2007), Widharma (2013),
Rusydi (2014) baik pengeluaran dalam negeri, pengeluaran pembangunan
berpengaruh dan pengeluaran pemerintah pusat posisitif dan signifikan terhadap utang
luar negeri. Sedangkan hasil riset lainnya menunjukkan bahwa penerimaan pajak dan
penerimaan pemerintah pusat berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar
negeri dikemukakan oleh Widharma (2013), Rusydi (2014).
Namun penelitian lainnya yaitu Mahindun (2007) mengemukakan bahwa
pendapatan (PDB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri.
Sedangkan pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri berpengaruh positif
dan signifikan terhadap utang luar negeri yang dikemukakan oleh Mahindun (2007),
tetapi riset lainnya Suharno (2008) yang mengemukakan defisit anggaran berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Pada penelitian A Minuddin (2013)
yaitu menunjukkan secara tidak langsung defisit anggaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui utang luar negeri. Berbeda dengan
penelitian Widharma (2013) menunjukkan defisit anggaran tidak berpengaruh
signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah melalui pengeluaran pembangunan.
Hal ini dikarenakan defisit anggaran pemerintah tidak disebabkan oleh peningkatan
pengeluaran pemerintah namun lebih disebabkan oleh kebijakan subsidi BBM yang
harus ditanggung oleh APBN setiap tahunnya, kenaikkan harga minyak dunia telah
membuat subsidi BBM menjadi bertambah besar sehingga memperbesar defisit
anggaran, karena sebagian kebutuhan minyak dalam negeri di Indonesia hasil dari
ekspor belum mampu memproduksi didalam negeri untuk memenuhi konsumsi BBM
yang sangat besar.
Pengertian Pendapatan Pemerintah Penerimaan negara diartikan sebagai
penerimaan pemerintah dalam arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan
pajak, penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki
dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan
sebagainya. Dalam kenyataannya tidak dapat ditarik suatu batas yang tegas terhadap
macam-macam sumber penerimaan negara tersebut (Suparmoko, 2013:127)
Hubungan pendapatan pemerintah dan utang luar negeri adalah Utang muncul karena
penerimaan dalam negeri masih belum mampu menutupi kebutuhan pembangunan,
hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi kesenjangan antara investasi dengan tabungan.
Namun berbeda dengan teori ricardian invariance mengenai utang public dimana
ketergantungan berlebihan pada pajak akan berdampak untuk masalah utang. Alasan
utama adalah terjadinya defisit yang bervariasi dalam mempertahankan tarif pajak.
Hal ini berdampak pada utang melalui pengeluaran pemerintah.
Pengertian Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran pemerintah merupakan salah
satu komponen kebijakan fiskal yang bertujuan untuk laju investasi,nmeningkatkan
kesempatan kerja, memelihara kestabilan ekonomi dan menciptakan distribusi
pendapatan yang merata melalui belanja negara baik itu belanja rutin maupun belanja
pembangunan. Menurut teori Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang
mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah. Peacock dan
Wiseman mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku perkembangan
pemerintah. Mereka mendasarkannya pada suatu analisis penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan
mengandalkan memperbesar penerimaan pajak yang besar (Prasetya, 2012).
Pengertian Defisit Anggaran Menurut teori Kelompok Neoklasik, defisit
anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka panjang dengan cara
membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Dan kaum Keynesian berpendapat
bahwa defisit anggaran mempengaruhi perekonomian sedangkan teori lainnya yaitu
Ricardian Equivalence (RE) bahwa kebijakan defisit anggaran tidak mempunyai
pengaruh terhadap perekonomian, termasuk di dalamnya tingkat konsumsi, investasi,
suku bunga, dan tingkat harga (Mankiw, 2006:437).
C. Perkembangan Dan Dampaknya Utang Luar Negeri Indonesia
 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dunia ketiga. Sebelum terjadinya krisis
moneter di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki laju pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi. Hal tersebut sejalan dengan strategi pembangunan ekonomi yang
dicanangkan oleh pemerintah pada waktu itu, yang menempatkan pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi sebagai target prioritas pembangunan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak akhir tahun 1970-an selalu positif, serta
tingkat pendapatan per kapita yang relatif rendah, menyebabkan target pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi tersebut tidak cukup dibiayai dengan modal sendiri, tetapi
harus ditunjang dengan menggunakan bantuan modal asing. Sayangnya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam beberapa tahun tersebut, tidak
disertai dengan penurunan jumlah utang luar negeri (growth with prosperity), kecuali
pada tahun 1994/1995 sampai 1995/1996 (lihat Tabel 1). Pemerintah yang pada
awalnya menjadi motor utama pembangunan terus menambah utang luar negerinya
agar dapat digunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi nasional guna
mencapai target tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut, tanpa
disertai dengan peningkatan kemampuan untuk memobilisasi modal di dalam negeri.
Hal ini menandakan adanya korelasi yang positif antara keberhasilan pembangunan
ekonomi pada tingkat makro dan peningkatan jumlah utang luar negeri pemerintah
(growth with indebtedness). Sejalan dengan semakin meningkatnya kontribusi swasta
domestik dalam pembangunan ekonomi nasional, maka peran pemerintah pun
menjadi semakin berkurang. Fenomena tersebut akhirnya menyebabkan struktur utang
luar negeri Indonesia juga mengalami banyak perubahan selama kurun waktu tiga
dasawarsa terakhir.
Pada awalnya, utang luar negeri Indonesia lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah. Pinjaman pemerintah tersebut diterima dalam bentuk hibah serta soft loan
dari negara-negara sahabat dan lembaga-lembaga supra nasional, baik secara bilateral
maupun multilateral (IGGI dan CGI). Selanjutnya seiring dengan semakin
berkembangnya perekonomian Indonesia, pinjaman luar negeri bersyarat lunak
menjadi semakin terbatas diberikan, sehingga untuk keperluan-keperluan tertentu dan
dalam jumlah yang terbatas, pemerintah mulai menggunakan pinjaman komersial dan
obligasi dari kreditur swasta internasional. Karena semakin pesatnya pembangunan
dan terbatasnya kemampuan pemerintah untuk secara terus menerus menjadi
penggerak utama pembangunan nasional, terutama sejak krisis harga minyak dunia
awal tahun 1980-an, menyebabkan pemerintah harus mengambil langkah-langkah
deregulasi di berbagai sektor pembangunan.
Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan dorongan kepada peran serta
swasta dalam pembangunan perekonomian Indonesia, melalui peningkatan minat
investasi di berbagai sektor pembangunan yang diizinkan. Dengan semakin besarnya
minat investasi swasta, tapi tanpa didukung oleh sumber-sumber dana investasi di
dalam negeri yang memadai, telah mendorong pihak swasta melakukan pinjaman ke
luar negeri, baik dalam bentuk pinjaman komersial maupun investasi portofolio, yang
tentu saja pada umumnya dengan persyaratan pinjaman yang tidak lunak (bersifat
komersial), baik suku bunga maupun jangka waktu pembayaran kembali.
Meskipun telah terjadi perubahan pada struktur utang luar negeri Indonesia,
utang luar negeri pemerintah masih menjadi hal perlu diperhatikan mengingat
dampaknya terhadap APBN yang sangat besar. Dari data Tabel 1 dapat diketahui,
bahwa selama kurun waktu tahun 1984 sampai dengan tahun 1998 pinjaman luar
negeri pemerintah rata-rata menyumbang 19,25% pada sektor penerimaan APBN RI.
Bahkan pada tahun anggaran 1999/1998, dari total realisasi penerimaan APBN RI
yang sebesar Rp 215.130 milyar, 28,97%-nya dibiayai oleh pinjaman luar negeri, juga
untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir jumlah utang luar negeri untuk
bantuan program melebihi bantuan proyek. Pinjaman luar negeri pemerintah yang
sedemikian banyak pada tahun anggaran tersebut digunakan untuk menutup defisit
anggaran yang besar, akibat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang
menyebabkan pengeluaran total pemerintah meningkat 68,47% dari anggaran tahun
sebelumnya. Penyumbang terbesar kenaikan pengeluaran pemerintah yang
sedemikian besar tersebut adalah kenaikan pada pos pembayaran cicilan utang luar
negeri dan bunganya yang jatuh tempo menjadi sebesar Rp 55,578 trilyun atau
meningkat 88,55% dari pos yang sama pada anggaran tahun sebelumnya, sebagai
akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia, menyebabkan pemerintah kembali harus menjadi penggerak
utama untuk menyelamatkan perekonomian nasional yang terancam kebangkrutan,
menggantikan peranan sektor swasta yang merosot setelah beberapa tahun sebelum
krisis sempat mendominasi perekonomian nasional. Sehingga, pemerintah
membutuhkan tambahan dana yang besar untuk membiayai peningkatan
pengeluarannya.
 Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Nasiaonal
Setiap tindakan ekonomi pasti mengandung berbagai konsekuensi, begitu juga
halnya dengan tindakan pemerintah dalam menarik pinjaman luar negeri. Dalam
jangka pendek, pinjaman luar negeri dapat menutup defisit APBN, dan ini jauh lebih
baik dibandingkan jika defisit APBN tersebut harus ditutup dengan pencetakan uang
baru, sehingga memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan
dukungan modal yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga
umum (inflationary effect) yang tinggi. Dengan demikian pemerintah dapat
melakukan ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya pendapatan nasional,
yang selanjutnya memungkinkan untuk meningkatnya pendapatan per kapita
masyarakat.

Apabila jumlah penduduk tidak meningkat lebih tinggi. Dengan meningkatnya


perdapatan per kapita berarti meningkatnya kemakmuran masyarakat. Dalam jangka
panjang, ternyata utang luar negeri dapat menimbulkan permasalahan ekonomi pada
banyak negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat pada
saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh
negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan asing.
Sejak krisis dunia pada awal tahun 1980-an, masalah utang luar negeri banyak
negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, semakin memburuk. Negara-negara tersebut
semakin terjerumus dalam krisis utang luar negeri, walaupun ada kecenderungan
bahwa telah terjadi perbaikan atau kemajuan perekonomian di negara-negara itu.
Peningkatan pendapatan per kapita atau laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di
negara-negara tersebut belum berarti bahwa pada negara-negara tersebut dengan
sendirinya telah dapat dikatagorikan menjadi sebuah negara yang maju, dalam arti
struktur ekonominya telah berubah menjadi struktur ekonomi industri dan
perdagangan luar negerinya sudah mantap. Sebab pada kenyataannya, besar-kecilnya
jumlah utang luar negeri yang dimiliki oleh banyak negara yang sedang berkembang
lebih disebabkan oleh adanya defisit current account, kekurangan dana investasi
pembangunan yang tidak dapat ditutup dengan sumber-sumber dana di dalam negeri,
angka inflasi yang tinggi, dan ketidakefisienan struktural di dalam perekonomiannya.
Sehingga meskipun secara teknis, pemerintahan suatu negara telah sempurna
dalam upaya pengendalian utang luar negerinya, pencapaian tujuan pembangunan
akan sia-sia, kecuali bila negara tersebut secara finansial benar-benar kuat, yaitu
pendapatan nasionalnya mampu memikul beban langsung yang berupa pembayaran
cicilan pokok pinjaman luar negeri dan bunganya (debt service) dalam bentuk uang
kepada kreditur di luar negeri, karena utang luar negeri selalu disertai dengan
kebutuhan devisa untuk melakukan pembayaran kembali. Pembayaran cicilan utang
beserta bunganya merupakan pengeluaran devisa yang utama bagi banyak
negaranegara debitur.
Beban utang luar negeri dapat diukur salah satunya dengan melihat proporsi
penerimaan devisa pada current account yang berasal dari ekpor yang diserap oleh
seluruh debt service yang berupa bunga dan cicilan utang. Jika rasio antara
penerimaan ekspor dan debt service menjadi semakin kecil, atau debt service ratio
(jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri jangka panjang di
bagi dengan jumlah penerimaan ekspor) semakin besar, maka beban utang luar negeri
semakin berat dan serius. Namun, makna dari besarnya angka DSR ini tidak mutlak
demikian, sebab ada negara yang DSR-nya 40%, tetapi relatif tidak menemui
kesulitan dalam perekonomian nasionalnya. Sebaliknya, bisa terjadi suatu negara
dengan DSR yang hanya sebesar kurang dari 10% menghadapi kesulitan yang cukup
serius dalam perekonomiannya. Selama ada keyakinan dari negara kreditur (investor)
bahwa telah terjadi perkembangan ekonomi yang baik di negara debiturnya, maka
pembayaran kembali pinjaman diprediksikan akan dapat diselesaikan dengan baik
oleh negara debitur.

D. Pengaruh Ekspor Utang Luar Negeri Indonesia Terhadap Cadangan Devisa


Bagi negara berkembang khususnya Indonesia, sumber pembiayaan yang
berupapenerimaan devisa yang berasal dan kegiatan ekspor memegang peranan
yang sangatpenting dalam pembangunan nasional. Salah satu upaya pemerintah
untuk mendapatkandevisa dari luar negeri adalah dengan jalan mengekspor hasil-
hasil sumber daya alamke1uar negeri. Dari hasil devisa ini dapat digunakan
untuk menambah danapembangunan dalam negeri.
Hady (2001) mengemukakan bahwa cadangan devisa adalah total valuta
asingyang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara. Cadangan devisa
juga bisadiartikan sebagai sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai
oleh banksentral yang di Indonesia dipegang oleh Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter.
Cadangan devisa dapat diketahui dari posisibalance of payment(BOP) atau
neracapembayaran internasional negara tersebut. Makin banyak devisa yang
dimiliki olehpemerintah dan penduduk suatu negara maka makin besar
kemampuan negara tersebutdalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan
internasional dan makin kuat pulanilai mata uang negara tersebut.Dalam usaha
untuk menciptakan daya saing maka perbaikan mutu standarkomoditi ekspor
perlu ditingkatkan sehingga dapat menghindari adaya penolakan(klaim) dan
pembeli luar negri (importir). Dalam hal ini pemerintah juga
mengeluarkankebijaksanaan pengembangan ekspor guna mengurangi adanya
akibat negatif danpenurunan ekspor komoditi migas. Adapun kebijaksanaan
pengembangan ekspor terdiridan kebijaksanaan efektif yaitu kebijaksanaan
pendapatan devisa, kebijaksanaan cukaitentang perubahan biaya bahan baku,
kebijaksanaan keuangan, moneter, modal dankebijaksanaan yang diterapkan oleh
banyak negara khususnya berhubungan dengan harga dan subsidi pemerintah.
Kebijaksanaan pengembangan eksporsangat penting bagi negara, para produsen dan
eksportir khususnya dalam perdagangan internasional.
Cadangan devisa tentunya menjadisuatu indikator yang kuat untuk
melihat sejauhmana suatu negara mampu melakukanperdagangan dan
menunjukkan perekonomian negara tersebut. Yang menjadi sumbercadangan
devisa awalnya adalah keyakinan bahwa Indonesia memiliki sumber dayaalam
yang melimpahruah dan tentunya patut diperdagangkan ke luar negeri dan
selebihnya pendanaan didapat melalui bantuan luar negeri melalui hibah.
Cadangan devisa negara dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan antar
negara,dimanasuatu negara memiliki keterbatasan dan kelangkaan sumber daya. Hal
ini dapatmendorong terjadinya perdagangan antar negara yang dikenal dengan
kegiatan ekspordan impor. Cadangan devisa juga merupakan kunci utama agar
dapat terhindar darikrisis (Priadiet al, 2008). Kelebihan cadangan devisa juga
memiliki peran penting dalammengurangifluktuasi nilai tukar dan mendorong
kemajuan ekonomi suatu negara (Rizvi, 2011).Posisi cadangan devisa suatu
negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupikebutuhan impor untuk
jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan, jika cadangan devisayang dimiliki suatu
negara tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, makakondisi tersebut
dianggap rawan (Wira, 2014).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari materi yang kami sampaikan diatas kami simpulkan bahwa Utang Luar Negri
tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah per ekonomian yang ada dalam negara
tersebut, jika negara tersebut terlalu banyak ber hutang maka akan dikhawatirkan
negara tersebut akan hancur oleh per ekonomian negara sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.unand.ac.id/1114/3/bab%25201.pdf
https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/Akuntansi/article/view/216
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jie/article/view/5408/5234
https://ced.petra.ac.id/index.php/aku/article/view/15669
https://online-journal.unja.ac.id/pim/article/view/3987
http://eprints.unm.ac.id/20701/1/JURNAL%20WAHNIDAR.pdf#

Anda mungkin juga menyukai