Disusun oleh :
1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................. 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Pada dasarnya, dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di negara
berkembang seperti di Indonesia, akumulasi utang luar negeri merupakan suatu gejala
umum yang wajar. Pertanyaan besar yang terus terngiang dalam benak setiap orang
saat ini apabila mendengar mengenai hutang luar negeri Indonesia adalah berapakah
sebenarnya besar hutang luar negeri Indonesia hingga saat ini ?
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi penyebab timbulnya Utang Luar Negeri ?
2. Bagaimana pengaruh Utang Luar Negeri pada perekonomian Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan Utang Luar Negeri hingga saat ini ?
4
BAB II
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang
suatu negara yang diperoleh dari pada kreditor di luar negara tersebut. Penerima
utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk
utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain,
atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia1
1
Mankiw, N. Gregory. 2007. Makro Ekonomi, Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
5
2. Non-Concessional Loan yang merupakan kebalikan dari Concessional
Loan
Selain jenis bantuan seperti yang disebutkan di atas, ada jenis pinjaman luar
negeri lainnya antara lain pinjaman komersial dan fasilitas kredit ekspor. Pinjaman
komersial adalah pinjaman yang diperoleh dari bank-bank/lembaga-lembaga
keuangan internasional dalam bentuk devisa tunai, dengan persyaratan komersial
sesuai kondisi pasar uang internasional untuk berbagai keperluan baik untuk
pembiayaan proyek maupun untuk menyangga neraca pembayaran, termasuk ke
dalam jenis pinjaman ini adalah obligasi dan leasing. Sedangkan yang dimaksud
fasilitas kredit ekspor adalah pinjaman yang diterima Indonesia yang berasl dari suatu
bank atau lembaga keuangan bukan bank suatu negara guna membayar barang-barang
yang diperlukan Indonesia yang merupakan produk dari negara pemberi pinjaman.
6
terpelihara dengan baik di Indonesia karena adanya lembaga-lembaga pendonor
seperti IMF (International Monetary Fund), Bank Dunia, dan bahkan ada negara yang
secara khusus ingin “mengutangkan” Indonesia dan tergabung kedalam lembaga-
lembaga seperti IGII, CGI, Paris Club, dan lain sebagainya.
Bagi Indonesia bantuan luar negeri yang dikaitkan dengan politik dalam
negeri tidak akan diterima. Sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Republik
Indonesia sesuai ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara, Bab IV, Bagian D, Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan, Ayat 12.
Namun, bagaimana dengan bantuan luar negeri yang mengaitkan diri dengan
ekonomi?
4
Djamin, Zulkarnaen (1993), Perencanaan dan Analisa Proyek, Edisi Ke-3, Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
7
Sejak krisis Utang Luar Negeri dunia pada awal 1980-an, masalah Utang Luar
Negeri yang di alami banyak Negara Berkembang tidak semakin baik. Tingkat
ketergantungan Indonesia pada Utang Luar Negeri tidak pernah menyurut, bahkan
mengalami akselerasi yang pesat sejak krisis ekonomi1997-1998 karena periode
tersebut pemerintah Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam jumlah yang besar
dari IMF untuk membiayai pemulihan ekonomi. Pada masa normal pada maasa
pemerintahan Soeharto, ULN dibutuhkan terutama untuk membiayai defisit investasi,
defisit investasi, defisit transaksi berjalan, dan beberapa komponen dari sisi
pengeluaran pemerintah didalam Anggran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN).
Namun pada saat Indonesia meminta bantuan kepada IMF, lembaga tersebut
memaksakan kehendaknya untuk mengintervensi semua bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam Letter of Intent terdapat 1.243 tindakan yang harus
dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam berbagai bidang seperti perbankan,
desentrialisasi lingkungan, fiscal, kebijakan moneter Bank Sentral, privatisasi
BUMN, serta jaringan pengamanan social.
Hal ini membuktikan perkataan Kwik Kian Gie bahwa Indonesia masuk
dalam jebakan utang. Negara Berkembang semakin terjerumus ke dalam krisis Utang
Luar Negeri sampai lembaga-lembaga pengutang besar terpaksa melakukan progam-
progam penyesuain strukturakl terhadap ekonomi mereka atas desakan dari Bank
dunia dan moneter internasional (IMF), sebagai syarat utama untuk mendapatkan
pinjaman baru atau pengurangan terhadap pinjaman lama. Tudingan bahwa lembaga
seperti IMF dan Bank Dunia dilatarbelakangi kepentingan perusahaan-perusahaan
dari negara-negara kreditor bukanlah rumor murahan belaka. Hal ini diakui juga oleh
pemerintah Amerika Serikat. Selama kurun waktu 1980-2000an saja, IMF sudah
menerapkan program penyesuaian structural lebih dari 70 negara berkembang yang
mengalami krisis financial. Setiap tahun, Bank Dunia juga memberikan lebih dari
4.000 kontrak kepada perusahaan swasta. Sebagian kontrak jatuh ketangan
perusahaan-perusahaan dinegara maju.
8
C. Pengaruh Utang Luar Negeri Pada Perekonomian Indonesia
Menurut ahli neoklasik, utang luar negeri merupakan suatu hal yang positif.
Hal ini dikarenakan utang luar negeri dapat menambah cadangan devisa dan mengisi
kekurangan modal pembangunan ekonomi suatu negara. Dampak positif ini akan
diperoleh selama utang luar negeri dikelola dengan baik dan benar. Namun jika utang
luar negeri tidak dikelola dengan baik, akan timbul dampak negatif dari utang luar
negeri ini.
Tapi pada kenyataannya, jarang kita melihat dampak positif yang ditimbulkan
oleh utang luar negeri itu sendiri. Karena sudah pada dasarnya dimana yang namanya
berutang itu pastilah negatif. Dampak langsung dari utang yaitu cicilan bunga yang
makin mencekik, hilangnya kemandirian akibat terbelenggu gampangnya
pembangunan negeri karena dana utang dari para pendonor. Pada akhirnya arah
pembangunan kita memang disetir dan penuh kompromi karena negara kita makin
terbelenggu dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh para pendonor. Wajar
karena para pendonor harus mengawasi dan memastikan pinjaman yang mereka
berikan akan kembali beserta keuntungan atas pinjaman tersebut. Hal ini juga turut
membuat rakyat terjepit karena pengembalian utang luar negeri diambil dari
pendapatan negara berupa pajak yang seharusnya dikembalikan kembali kepada
rakyat.
Dalam jangka pendek, utang luar negeri memberikan dampak positif seperti
menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan laju pertumbuhan ekonomi pun
dapat dipacu sesuai target yang telah ditetapkan.5
5
Hamid, Suandi. 2004. Sistem ekonomi utang luar negeri dan isu-isu ekonomi politik Indonesia.
Yogyakarta : UII Press.
9
Dalam jangka panjang, utang luar negeri memberikan dampak negatif berupa
berbagai persoalan ekonomi Indonesia. Salah satunya dapat menyebakan nilai tukar
rupiah jatuh, selain itu utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN karena
utang harus dibayar beserta bunganya. Defisit pajak yang terus-terusan karena
pengeluaran yang besar dan karena korupsi yang tidak henti membuat Indonesia terus
bergelut dalam lingkaran utang.
1. Masa Orla-Orba
10
periode itu. Utang yang dilakukan selama pemerintahan Orde Baru hampir
seluruhnya merupakan utang luar negeri.
Utang tersebut berasal dari kreditor multilateral seperti World Bank (Bank
Dunia), Asian Development Bank (ADB), dan Islammic Development Bank (IDB),
maupun kreditor bilateral seperti Jepang, Amerika dan Jerman. Utang itu termasuk
juga Kredit Ekspor (KE) bagi komersial. Pada akhir periode Orde Baru, pemerintah
mulai menerbitkan surat utang untuk Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
sebesar Rp100 triliun. Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia akhir tahun
1990an mengakibatkan utang pemerintah bertambah lagi. Pemerintahan Soeharto itu,
justru harus menerbitkan surat utang lagi untuk menyelamatkan sistem perbankan.
Jumlahnya tercatat sekitar Rp 650 triliun selama kurun waktu 1998-2001.
2. Masa Reformasi
Setelah Habibie turun, Gus Dur pun naik dan menjabat dari tahun 1999-2001.
Selama menjabat selama 21 bulan, Gus Dur berhasil melunasi utang luar negeri
Indonesia sebesar USD 2 juta sehingga Gus Dur meninggalkan warisan utang sebesar
USD 139 juta. Setelah Gus Dur turun, Megawati mengambil alih kepemimpinan
selama kurun waktu 3,3 tahun sejak 2001-2004. Pada masa ini, pemerintah Indonesia
mengatur secara khusus atau mengubah paradigma soal penanganan PLN di dalam
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004. Sejak itu, kebijakan fiskal
yang menjadi andalan bagi penerimaan pemerintah ditekankan untuk mengurangi
ketergantungan pemerintah terhadap ULN. Selain GBHN 1999-2004, amanat
11
pengurangan ketergantungan pemerintah terhadap ULN juga dituangkan dalam
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004 (Undang –undang No.25
tahun 2000) mengenai program atau pedoman secara rinci pengelolaan utang
pemerintah.
BAB III
A. Kesimpulan
12
1. Terdapat banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya utang luar negeri
di Indonesia. Indonesia malah telah menanggung utang dari sejak
kemerdekaan sebesar USD 4 miliar yang ditinggalkan oleh pemerintah
Hindia Belanda. Bahkan saat Indonesia masih seumur jagung pun
Indonesia sudah berhutang untuk mendongkrak pembangunan yang sangat
sulit pada awal-awal kemerdekaan. Keinginan Indonesia untuk berhutang
juga didukung oleh lembaga dan negara pendonor yang memberikan utang
kepada Indonesia dan negara sedang berkembang lainnya dengan dalih
bantuan kemanusiaan karena tidak benar membiarkan negara lain susah.
Namun dibalik semua itu tentu saja para pendonor memiliki kepentingan
pribadi sehingga mau dengan murah hatinya memberikan donor kepada
negara sedang berkembang. Penyebab lain yang paling kentara adalah
krisis moneter yang dialami pada rezim Soeharto yang menyebabkan
utang luar negeri kita sangat membengkak.
2. Terdapat pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif terhadap
adanya utang luar negeri Indonesia. Hutang luar negeri mampu membantu
Indonesia menutupi defisit anggaran karena pendapatan pajak yang rendah
maupun karena besarnya biaya pembangunan. Namun disatu sisi, utang
luar negeri dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh, defisit pajak terus-
terusan karena harus mencicil utang beserta dengan bunganya.
3. Utang luar negeri terus berakumulasi dari sejak tahun 1945 awal kita
merdeka hingga sekarang era Jokowi. Per Januari 2015 Bank Indonesia
mencatat besar utang luar negeri kita adalah sebesar USD 298,646 juta
B. Saran
Pada pemerintahan Jokowi dengan beban utang yang sudah sedemikian besar
dari awal pemerintahannya, seluruh rakyat Indonesia tentunya punya harapan yang
sama yaitu agar pemerintah tidak menambah lagi utang luar negeri yang tentu saja
13
juga memberatkan rakyat karena utang luar negeri tersebut dibayarkan dengan pajak
yang dipungut dari rakyat. Namun apabila memang masih dibutuhkan dana untuk
melakukan pembangunan infrastruktur di Indonesia maka selama rasio hutang kita
masih dalam zona aman seluruh rakyat Indonesia pun akan mendukung keputusan
untuk menambah hutang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
14
Todaro, Michael P. 1981. Economic Development in The Third World, Second
Edition. Ibid
Adhi, Robert Ksp. 2011. Orla Mewarisi, Orba Menambah Utang Luar Negeri.
From:
http://nasional.kompas.com/read/2011/09/02/15251012/Orla.Mewarisi.Orba.Men
ambah.Utang.Luar.Negeri
Bank Indonesia. 2018. External Debt Statistics of Indonesia March 2018. From:
https://www.bi.go.id/en/iru/economic-data/external-debt/Pages/SULNI-
Maret-2018.aspx
15