Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Hutang Negara Indonesia

Mata Kuliah : Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara

Dosen Pengampu : Heny Yuliani, SH.MH

Disusun oleh :

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 1


BAB I PENDAHULIUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 3


B. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................... 4

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Utang Luar Negeri ...................................................... 5


B. Penyebab Utang Luar Negeri ...................................................... 6
C. Pengaruh Utang Luar Negeri Pada Perekonomian Indonesia....... 9
D. Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia................................ 10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sebagaimana kita


ketahui merupakan negara bekas penjajahan. Sejak disuarakannya kemerdekaan,
maka Indonesia memiliki pemerintahan sendiri dan harus membangun negara secara
mandiri. Namun sebagai negara bekas penjajahan, Indonesia tidak memiliki sumber
daya yang cukup untuk melakukan pembangunan secara mandiri sehingga menjadi
masalah utama yang harus dihadapi ketika negara baru merdeka.

Pembangunan merupakan masalah multisektoral, ini berarti pula masalah


yang dihadapi sangat kompleks. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
pembangunan di Indonesia adalah masalah pendanaannya. Sebagaimana diketahui
secara umum, pembangunan dibiayai dari tabungan pemerintah yang merupakan
selisih dari penerimaan dalam negeri dengan biaya rutin. Maka walaupun penerimaan
dalam negeri meningkat terus, namun biaya rutin juga turut meningkat dari tahun ke
tahun, yang disebabkan karena meningkatnya kegiatan aparatur pemerintah dipusat
maupun didaerah, dan meningkatnya pengeluaran lainnya yang dapat diikuti
perkembangannya. Hal ini menyebabkan tabungan pemerintah yang disisihkan untuk
membiayai pembangunan, selalu saja tidak dapat memenuhi anggaran pembangunan
untuk setiap tahunnya.

Maka untuk mengatasi kekurangan dana pembangunan yang dihadapi


tersebut, pemerintah gencar menjajaki kemungkinan mencari kekurangan dana
pembangunan dari bantuan ataupun pinjaman luar negeri melalui beberapa lembaga
keuangan dunia seperti IMF secara multilateral maupun secara bilateral antar negara.
Utang Luar Negeri juga turut menyumbang andil dalam krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1997-1998.

3
Pada dasarnya, dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di negara
berkembang seperti di Indonesia, akumulasi utang luar negeri merupakan suatu gejala
umum yang wajar. Pertanyaan besar yang terus terngiang dalam benak setiap orang
saat ini apabila mendengar mengenai hutang luar negeri Indonesia adalah berapakah
sebenarnya besar hutang luar negeri Indonesia hingga saat ini ?

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi penyebab timbulnya Utang Luar Negeri ?
2. Bagaimana pengaruh Utang Luar Negeri pada perekonomian Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan Utang Luar Negeri hingga saat ini ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui penyebab timbulnya Utang Luar Negeri
2. Untuk mengetahui pengaruh Utang Luar Negeri pada perekonomian
Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan Utang Luar Negeri hingga saat ini

4
BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Utang Luar Negeri

Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang
suatu negara yang diperoleh dari pada kreditor di luar negara tersebut. Penerima
utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk
utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain,
atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia1

Menurut Almatsier, utang luar negeri adalah bantuan pembangunan secara


resmi yang terdiri atas dana yang disediakan oleh pendonor atas persyaratan
konsesional terutama untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan negara-negara
sedang berkembang

Secara umum, pendanaan luar negeri berasal dari sumber-sumber sebagai


berikut:

1. Bilateral (pemerintah negara lain) berupa hibah, pinjaman lunak dan


pinjaman campuran

2. Lembaga multilateral/internasional berupa hibah dan pinjaman

3. Perbankan atau lembaga keuangan internasional berupa fasilitas kredit


ekspor dan pinjaman komersial.

Berdasarkan sifatnya pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu :

1. Concessional Loan dengan ciri-ciri bunganya rendah, grace


periode dan repayment-nya lama, dan ada unsur hibahnya

1
Mankiw, N. Gregory. 2007. Makro Ekonomi, Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.

5
2. Non-Concessional Loan yang merupakan kebalikan dari Concessional
Loan

Berdasarkan bentuknya Pinjaman/Hibah Luar Negeri dapat berupa devisa,


barang, dan atau jasa. Sedangkan jika dilihat dari penggunaannya pinjaman luar
negeri ada yang berbentuk bantuan proyek dan ada yang berbentuk bantuan program.
Bantuan proyek adalah penerimaan dana bantuan luar negeri dalam bentuk barang
dan atau jasa bagi keperluan proyek pembangunan yang telah ditentukan dalam
perjanjian. Adapun yang dimaksud dengan bantuan program adalah bantuan luar
negeri berbentuk bahan pangan dan atau devisa (tunai) yang dirupiahkan. Prioritas
penggunaannya untuk pembiayaan proyek pembangunan, namun penentuan
proyeknya diserahkan kepada pemerintah RI. Bantuan program dapat pula berupa
komoditi tertentu yang nilai lawan rupiahnya digunakan untuk menutup kekurangan
pangan dan non pangan di dalam negeri.

Selain jenis bantuan seperti yang disebutkan di atas, ada jenis pinjaman luar
negeri lainnya antara lain pinjaman komersial dan fasilitas kredit ekspor. Pinjaman
komersial adalah pinjaman yang diperoleh dari bank-bank/lembaga-lembaga
keuangan internasional dalam bentuk devisa tunai, dengan persyaratan komersial
sesuai kondisi pasar uang internasional untuk berbagai keperluan baik untuk
pembiayaan proyek maupun untuk menyangga neraca pembayaran, termasuk ke
dalam jenis pinjaman ini adalah obligasi dan leasing. Sedangkan yang dimaksud
fasilitas kredit ekspor adalah pinjaman yang diterima Indonesia yang berasl dari suatu
bank atau lembaga keuangan bukan bank suatu negara guna membayar barang-barang
yang diperlukan Indonesia yang merupakan produk dari negara pemberi pinjaman.

B. Penyebab Utang Luar Negeri

Hasrat besar berutang di Indonesia telah ada sejak kemerdekaan. Kebiasaan


para petinggi negara yang membiayai pembangunan dengan dana yang berasal dari
utang telah mengakar dalam kehidupan bangsa kita. Hasrat berutang itu semakin

6
terpelihara dengan baik di Indonesia karena adanya lembaga-lembaga pendonor
seperti IMF (International Monetary Fund), Bank Dunia, dan bahkan ada negara yang
secara khusus ingin “mengutangkan” Indonesia dan tergabung kedalam lembaga-
lembaga seperti IGII, CGI, Paris Club, dan lain sebagainya.

Akibat kecanduan berutang, membuat Indonesia menjadi sangat bergantung


kepada para negara pendonor. Ketergantungan Indonesia terhadap utang luar negeri,
membuat kita tidak dapat melepaskan kenyataan bahwa yang memerintah Indonesia
sudah bukan pemerintah Indonesia saja. Kita sudah kehilangan kedaulatan dan
kemandirian dalam mengatur negara kita sendiri. Kondisi ini merupakan lingkaran
yang tak ada habisnya karena terjebaknya pemerintah kita dalam jebakan utang. 2

Lalu mengapa negara-negara pendonor dengan sukarelanya memberikan


bantuan Utang kepada Indonesia yang merupakan negara berkembang ? Menurut
Todaro, alasan negara maju memberikan bantuan kepada negara berkembang adalah
terutama karena didalamnya terdapat self-interest politik ataupun ekonomi.3

Bagi Indonesia bantuan luar negeri yang dikaitkan dengan politik dalam
negeri tidak akan diterima. Sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Republik
Indonesia sesuai ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara, Bab IV, Bagian D, Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan, Ayat 12.
Namun, bagaimana dengan bantuan luar negeri yang mengaitkan diri dengan
ekonomi?

Argumentasi ekonomi yang mengatasnamakan bantuan luar negeri sebagai


obat ampuh untuk pembangunan negara-negara yang sedang berkembang harusnya
tidak menutupi kenyataan bahwa keuntungan akan mengalir ke negara-negara
pemberi bantuan sebagai hasil dari program-program bantuan mereka.4
2
Kian Gie, Kwik. 1996. Praktek bisnis dan orientasi ekonomi Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama & Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII.
3
Todaro,M.P. 1981. Economic Developmenti in The Third World, London : Longman.

4
Djamin, Zulkarnaen (1993), Perencanaan dan Analisa Proyek, Edisi Ke-3, Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

7
Sejak krisis Utang Luar Negeri dunia pada awal 1980-an, masalah Utang Luar
Negeri yang di alami banyak Negara Berkembang tidak semakin baik. Tingkat
ketergantungan Indonesia pada Utang Luar Negeri tidak pernah menyurut, bahkan
mengalami akselerasi yang pesat sejak krisis ekonomi1997-1998 karena periode
tersebut pemerintah Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam jumlah yang besar
dari IMF untuk membiayai pemulihan ekonomi. Pada masa normal pada maasa
pemerintahan Soeharto, ULN dibutuhkan terutama untuk membiayai defisit investasi,
defisit investasi, defisit transaksi berjalan, dan beberapa komponen dari sisi
pengeluaran pemerintah didalam Anggran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN).
Namun pada saat Indonesia meminta bantuan kepada IMF, lembaga tersebut
memaksakan kehendaknya untuk mengintervensi semua bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam Letter of Intent terdapat 1.243 tindakan yang harus
dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam berbagai bidang seperti perbankan,
desentrialisasi lingkungan, fiscal, kebijakan moneter Bank Sentral, privatisasi
BUMN, serta jaringan pengamanan social.

Hal ini membuktikan perkataan Kwik Kian Gie bahwa Indonesia masuk
dalam jebakan utang. Negara Berkembang semakin terjerumus ke dalam krisis Utang
Luar Negeri sampai lembaga-lembaga pengutang besar terpaksa melakukan progam-
progam penyesuain strukturakl terhadap ekonomi mereka atas desakan dari Bank
dunia dan moneter internasional (IMF), sebagai syarat utama untuk mendapatkan
pinjaman baru atau pengurangan terhadap pinjaman lama. Tudingan bahwa lembaga
seperti IMF dan Bank Dunia dilatarbelakangi kepentingan perusahaan-perusahaan
dari negara-negara kreditor bukanlah rumor murahan belaka. Hal ini diakui juga oleh
pemerintah Amerika Serikat. Selama kurun waktu 1980-2000an saja, IMF sudah
menerapkan program penyesuaian structural lebih dari 70 negara berkembang yang
mengalami krisis financial. Setiap tahun, Bank Dunia juga memberikan lebih dari
4.000 kontrak kepada perusahaan swasta. Sebagian kontrak jatuh ketangan
perusahaan-perusahaan dinegara maju.

8
C. Pengaruh Utang Luar Negeri Pada Perekonomian Indonesia

Menurut ahli neoklasik, utang luar negeri merupakan suatu hal yang positif.
Hal ini dikarenakan utang luar negeri dapat menambah cadangan devisa dan mengisi
kekurangan modal pembangunan ekonomi suatu negara. Dampak positif ini akan
diperoleh selama utang luar negeri dikelola dengan baik dan benar. Namun jika utang
luar negeri tidak dikelola dengan baik, akan timbul dampak negatif dari utang luar
negeri ini.

Tapi pada kenyataannya, jarang kita melihat dampak positif yang ditimbulkan
oleh utang luar negeri itu sendiri. Karena sudah pada dasarnya dimana yang namanya
berutang itu pastilah negatif. Dampak langsung dari utang yaitu cicilan bunga yang
makin mencekik, hilangnya kemandirian akibat terbelenggu gampangnya
pembangunan negeri karena dana utang dari para pendonor. Pada akhirnya arah
pembangunan kita memang disetir dan penuh kompromi karena negara kita makin
terbelenggu dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh para pendonor. Wajar
karena para pendonor harus mengawasi dan memastikan pinjaman yang mereka
berikan akan kembali beserta keuntungan atas pinjaman tersebut. Hal ini juga turut
membuat rakyat terjepit karena pengembalian utang luar negeri diambil dari
pendapatan negara berupa pajak yang seharusnya dikembalikan kembali kepada
rakyat.

Dalam jangka pendek, utang luar negeri memberikan dampak positif seperti
menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan laju pertumbuhan ekonomi pun
dapat dipacu sesuai target yang telah ditetapkan.5

5
Hamid, Suandi. 2004. Sistem ekonomi utang luar negeri dan isu-isu ekonomi politik Indonesia.
Yogyakarta : UII Press.

9
Dalam jangka panjang, utang luar negeri memberikan dampak negatif berupa
berbagai persoalan ekonomi Indonesia. Salah satunya dapat menyebakan nilai tukar
rupiah jatuh, selain itu utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN karena
utang harus dibayar beserta bunganya. Defisit pajak yang terus-terusan karena
pengeluaran yang besar dan karena korupsi yang tidak henti membuat Indonesia terus
bergelut dalam lingkaran utang.

D. Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia

1. Masa Orla-Orba

Utang Indonesia memang sangat banyak. Pemerintahan Orde Lama (Orla)


tercatat mewariskan utang ke negeri ini sebesar Rp 794 miliar atau setara dengan 2,4
juta dollar Amerika Serikat atau 29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
pada waktu itu. Total utang tersebut adalah terdiri daari utang luar negeri Indonesia
ke negara-negara maju. Namun, ternyata dalam empat dekade, utang Indonesia justru
bukannya menurun, akan tetapi justru kian meningkat. Hingga akhir Juli tahun 2011,
dari total sekitar Rp 794 juta pada tahun 1969, membengkak menjadi Rp 1.723 triliun
atau equivalen 200,5 juta dollar AS atau 26,1 persen terhadap PDB. Utang itu diluar
utang Hindia Belanda sebesar 4 juta dollar AS yang merupakan sebuah syarat
kemerdekaan yang disepakati dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda.
Jika ditotalkan maka era Orde Lama Soekarno meninggalkan utang sebesar 6,3 juta
dollar AS.

Dari laporan tertulis pengelolaan utang pemerintah, yang dikeluarkan


Kementerian Keuangan Juli 2011, peningkatan utang yang sangat tajam justru terjadi
pada akhir periode Orde Baru (Orba). Waktu itu, total utang dari Rp 552,5 triliun atau
57 persen terhadap PDB pada akhir 1998 meningkat menjadi Rp 939,5 triliun atau 85
persen terhadap PDB pada akhir 1999. Peningkatan utang tersebut merupakan imbas
dari krisis moneter yang terjadi dan pelemahan nilai tukar yang sangat tajam pada

10
periode itu. Utang yang dilakukan selama pemerintahan Orde Baru hampir
seluruhnya merupakan utang luar negeri.

Utang tersebut berasal dari kreditor multilateral seperti World Bank (Bank
Dunia), Asian Development Bank (ADB), dan Islammic Development Bank (IDB),
maupun kreditor bilateral seperti Jepang, Amerika dan Jerman. Utang itu termasuk
juga Kredit Ekspor (KE) bagi komersial. Pada akhir periode Orde Baru, pemerintah
mulai menerbitkan surat utang untuk Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
sebesar Rp100 triliun. Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia akhir tahun
1990an mengakibatkan utang pemerintah bertambah lagi. Pemerintahan Soeharto itu,
justru harus menerbitkan surat utang lagi untuk menyelamatkan sistem perbankan.
Jumlahnya tercatat sekitar Rp 650 triliun selama kurun waktu 1998-2001.

2. Masa Reformasi

Saat dilengserkan pada 1998, Soeharto pun melanjutkan tradisi mewarisi


utang ke Presiden Habibie. Utang luar negeri mencapai USD 53 juta ditambah utang
BLBI yang dimasukkan sebagai utang dalam negeri. Totalnya, Soeharto mewariskan
utang sekitar USD 151 juta. Utang tersebut kemudian berhasil dilunasi oleh Habibie
sebesar USD 3 juta sehingga pada jaman Habibie yang menjabat selama 17 bulan,
utang luar negeri Indonesia berkurang menjadi USD 151 juta.

Setelah Habibie turun, Gus Dur pun naik dan menjabat dari tahun 1999-2001.
Selama menjabat selama 21 bulan, Gus Dur berhasil melunasi utang luar negeri
Indonesia sebesar USD 2 juta sehingga Gus Dur meninggalkan warisan utang sebesar
USD 139 juta. Setelah Gus Dur turun, Megawati mengambil alih kepemimpinan
selama kurun waktu 3,3 tahun sejak 2001-2004. Pada masa ini, pemerintah Indonesia
mengatur secara khusus atau mengubah paradigma soal penanganan PLN di dalam
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004. Sejak itu, kebijakan fiskal
yang menjadi andalan bagi penerimaan pemerintah ditekankan untuk mengurangi
ketergantungan pemerintah terhadap ULN. Selain GBHN 1999-2004, amanat

11
pengurangan ketergantungan pemerintah terhadap ULN juga dituangkan dalam
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004 (Undang –undang No.25
tahun 2000) mengenai program atau pedoman secara rinci pengelolaan utang
pemerintah.

Dalam 3,3 tahun kepemimpinannya, Megawati menambah utang luar negeri


sebesar USD 2 juta sehingga Megawati mewariskan USD 141 juta kepada SBY. Pada
jaman SBY yang memerintah selama 10 tahun, utang luar negeri membengkak sangat
besar. SBY menambah utang luar negeri kita sebesar USD 150 juta sehingga utang
luar negeri membengkak menjadi USD 291 juta. Namun, terdapat catatan positif
dalam pemerintahan SBY, yaitu utang kita kepada IMF yang menjerat kita sejak 1997
telah dilunasi. Pada Oktober 2006, utang kepada IMF sebesar USD 3,7 juta yang
seharusnya jatuh tempo pada tahun 2010 telah dilunasi.

Jokowi yang merupakan presiden terpilih Indonesia untuk periode 2014-2019


harus memutar otak untuk melunasi utang luar negeri Indonesia yang membengkak.
Baru beberapa bulan sejak tahun 2015 berjalan, utang luar negeri Indonesia sudah
bertambah. Utang luar negeri Indonesia sejak Januari 2015 menjadi sebesar USD
298,6 juta. Porsi ini naik sebesar 2,05 persen dibandingkan di Desember 2014 yang
sebesar USD 292,6 juta. Hingga saat ini, setiap anak yang lahir di Indonesia
dibebankan utang sebesar Rp 11 juta yang meningkat 4 juta dibanding tahun 2004
lalu yang hanya sebesar Rp 7 juta.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

12
1. Terdapat banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya utang luar negeri
di Indonesia. Indonesia malah telah menanggung utang dari sejak
kemerdekaan sebesar USD 4 miliar yang ditinggalkan oleh pemerintah
Hindia Belanda. Bahkan saat Indonesia masih seumur jagung pun
Indonesia sudah berhutang untuk mendongkrak pembangunan yang sangat
sulit pada awal-awal kemerdekaan. Keinginan Indonesia untuk berhutang
juga didukung oleh lembaga dan negara pendonor yang memberikan utang
kepada Indonesia dan negara sedang berkembang lainnya dengan dalih
bantuan kemanusiaan karena tidak benar membiarkan negara lain susah.
Namun dibalik semua itu tentu saja para pendonor memiliki kepentingan
pribadi sehingga mau dengan murah hatinya memberikan donor kepada
negara sedang berkembang. Penyebab lain yang paling kentara adalah
krisis moneter yang dialami pada rezim Soeharto yang menyebabkan
utang luar negeri kita sangat membengkak.
2. Terdapat pengaruh yang positif maupun pengaruh yang negatif terhadap
adanya utang luar negeri Indonesia. Hutang luar negeri mampu membantu
Indonesia menutupi defisit anggaran karena pendapatan pajak yang rendah
maupun karena besarnya biaya pembangunan. Namun disatu sisi, utang
luar negeri dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh, defisit pajak terus-
terusan karena harus mencicil utang beserta dengan bunganya.
3. Utang luar negeri terus berakumulasi dari sejak tahun 1945 awal kita
merdeka hingga sekarang era Jokowi. Per Januari 2015 Bank Indonesia
mencatat besar utang luar negeri kita adalah sebesar USD 298,646 juta

B. Saran

Pada pemerintahan Jokowi dengan beban utang yang sudah sedemikian besar
dari awal pemerintahannya, seluruh rakyat Indonesia tentunya punya harapan yang
sama yaitu agar pemerintah tidak menambah lagi utang luar negeri yang tentu saja

13
juga memberatkan rakyat karena utang luar negeri tersebut dibayarkan dengan pajak
yang dipungut dari rakyat. Namun apabila memang masih dibutuhkan dana untuk
melakukan pembangunan infrastruktur di Indonesia maka selama rasio hutang kita
masih dalam zona aman seluruh rakyat Indonesia pun akan mendukung keputusan
untuk menambah hutang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Edy Suandi. 2005. Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: UII Press

Mankiw, George.N. 2007. Makro Ekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

14
Todaro, Michael P. 1981. Economic Development in The Third World, Second
Edition. Ibid

Adhi, Robert Ksp. 2011. Orla Mewarisi, Orba Menambah Utang Luar Negeri.
From:
http://nasional.kompas.com/read/2011/09/02/15251012/Orla.Mewarisi.Orba.Men
ambah.Utang.Luar.Negeri

1996. Analisis Kwik Kian Gie-Utang Luar Negeri. From:


www.kompas.com/9606/17/UTAMA/peng.html

Moerti, Wisnoe. 2013. Kebiasaan Mewariskan Utang Sejak Soekarno Hingga


SBY. From: http://www.merdeka.com/uang/kebiasaan-mewariskan-utang-
sejak-soekarno- hingga-sby.html

Padmodiningrat, Sumaryoto. 2014. Warisan Utang SBY untuk Jokowi. From:


http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/warisan-utang-sby-untuk-
jokowi/

Bank Indonesia. 2018. External Debt Statistics of Indonesia March 2018. From:
https://www.bi.go.id/en/iru/economic-data/external-debt/Pages/SULNI-
Maret-2018.aspx

15

Anda mungkin juga menyukai