Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH HUTANG LUAR NEGERI TERHADAP APBN

Di Indonesia hutang luar negeri sangat berpengaruh terhadap APBN. Hal ini dapat dilihat
dari data defisit anggaran yang di alami indonesia tiap tahunya. Defisit anggaran inilah yang
akhirya harus ditutup dengan hutang, yaitu baik utang dalam negeri maupaun hutang luar
negeri. Dari kajian teori yang diambil dan seluruh informasi yang diperoleh, dilakukan analisa
yang mana hasilnya dapat diketahui bahwa defisit atau surplus anggaran merefleksikan suatu
ketidakseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan peme rintah, inilah yang saat ini
sedang dialami oleh pemerintah Indonesia. Defisit anggaran terjadi karena hutang luar negeri
yang dilakukan oleh pemeritah Indonesia. Kondisi hutang luar negeri pemerintah Indonesia
saat ini berada pada angkayang cukup tinggi dan memperihatinkan sehingga pada APBN harus
mengalokasikan biaya yang cukup besar untuk membayar pinjaman tersebut yang meliputi
pinjaman pokok dan bunga atas pinjaman pada waktu jatuh tempo pembayaran.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era sekarang ini, setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar untuk
melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pemerintahan. Negara akan selalu
mengatur penerimaan dan pengeluaran keuangan negara yang tertuang dalam (APBN).
Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut
menghadapi kendala. Persoalannya adalah kesulitan dalam pembentukan modal, baik yang
bersumber dari penerimaan pemerintah yang berasal dari ekspor barang ke luar negeri
maupun dari masyarakat melalui instrumen pajak dan instrumen lembaga-lembaga keuangan.
Untuk mencukupi kekurangan sumber daya modal ini maka pemerintah negara yeng
bersangkutan berusaha untuk mendatangkan sumber daya modal dari luar negri melalui
berbagai jenis pinjaman.
Pada masa krisis ekonomi, utang luar negri Indonesia, termasuk utang luar negri
pemerintah, telah meningkat drastis. Sehingga menyebabkan pemerintah Indonesia harus
menambah utang luar negri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama.

I. Pengertian APBN

Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).

Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang – undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar – besarnya
kemakmuran rakyat.

Pasal 23 Ayat (2) UUD 1945, Rancangan Undang – Undang Angaran Pendapatan dan
Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.

II. Pengertian Utang Luar Negeri

Utang luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh pemerintah
negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan
pinjaman dengan kewajiban untuk membayar kembali dan membayar bunga pinjaman
tersebut.

Tujuannya untuk menutup kekurangan kebutuhan pembiayaan investasi dan untuk


membiayai defisit transaksi berjalan (current account) neraca pembayaran dalam rangka
pembiayaan transaksi internasional sehingga posisi cadangan devisa tidak terganggu.

· Sumber Pinjaman Luar Negeri dalam Pembangunan Indonesia

a) World Bank

b) Asian Development Bank (ADB)


c) Consultative Group on Indonesia ( CGI )

d) Pinjaman di Luar IGGI/CGI

e) Pinjaman/hibah lainnya

Prinsip Dasar Penerimaan Pinjaman Luar Negeri

1. Pinjaman yang diterima harus berjangka panjang dengan syarat-syarat yang ringan, yaitu
syarat yang masih dapat dipenuhi secara normal dan wajar.

2. Pinjaman yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik apapun dan dilandasi
azas yang saling menguntungkan secara wajar.

3. Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan untuk membayar
kembali dan tidak menimbulkan beban yang terlalu memberatkan terhadap neraca
pembayaran. Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan lebih
disukai jenis pinjaman yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan

4. Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal mempunyai reputasi yang
baik.

5. Perlu adanya penganekaragaman (diversifikasi) sumber dan bentuk pinjaman

6. Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari negara pemberi
pinjaman saja, tetapi hendaknya bebas digunakan untuk kepentingan impor dari Negara
lain.

Pengaruh Utang Luar Negeri di Indonesia

Dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri dapat menimbulkan permasalahan
ekonomi pada banyak negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat
pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara
debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan asing.
Pembangunan dan Utang Luar Negeri: Masalah Pro dan Kontra. Pandangan yang pro
mengatakan bahwa utang luar negeri telah terbukti memberikan sumbangan yang berarti bagi
pembangunan di negara-negara berkembang. Sedangkan pandangan yang kontra
berpendapat, utang luar negeri justru menciptakan ketergantungan baru yang berimplikasi
luas, baik ekonomi maupun politik.

Dampak Utang Luar Negeri

Sisi efektifitas, secara internal, utang luar negeri menghambat tumbuhnyakemandirian


ekonomi negara. Serta pemicu terjadinya kontraksi belanjasosial, merosotnya kesejahteraan
rakyat, dan melebarnya kesenjangan. Secara eksternal, utang luar negeri menjadi pemicu
meningkatnyaketergantungan negara pada modal asing, dan pada pembuatan utang
luarnegeri secara berkesinambungan .Sisi kelembagaan, lembaga-lembaga keuangan
multilateral diyakini telahbekerja sebagai kepanjangan tangan negara-negara Dunia
pertamapemegang saham utama mereka, untuk mengintervensi negara-negarapenerima
pinjaman.

Sisi ideologi, utang luar negeri diyakini telah dipakai oleh negara-negarapemberi
pinjaman, terutama Amerika, sebagai sarana untukmenyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke
seluruh penjuru dunia.Sisi implikasi sosial dan politik, utang luar negeri sebagai sarana
yangsengaja dikembangkan oleh negara-negara pemberi pinjaman untukmengintervensi
negara-negara penerima pinjaman.

PEMBAHASAN

Perkembangan Defisit APBN selama tahun 2007-2012

Selama tahun 2007–2012, Pemerintah denganpersetujuan DPR menetapkan kebijakan


anggaran yang defisit, dalam rangka memberikan stimulus dan mendorong pertumbuhan
ekonomi domestik melalui serangkaian program dan kegiatan Pemerintah. Penetapan
kebutuhan besaran defisit APBN dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal, antara
lain kebutuhan kegiatan prioritas yang harus dibiayai di tahun yang bersangkutan, kapasitas
pembiayaan anggaran, kondisi perekonomian dan pasar keuangan, dan peraturan perundang-
undangan yang Perkembangan realisasi defisit anggaran selama tahun 2007–2012,
sebagaimana disajikan dalam Grafik 1, selalu lebih rendah dari defisit yang ditetapkan dalam
APBNP. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain:

Realisasi pendapatan negara dan hibah lebih besar dari target yang ditetapkan. Hal ini
merupakan dampak dari optimalisasi sumber-sumber pendapatan negara serta perkembangan
ekonomi makro yang mendorong peningkatan sumber-sumber pendapatan negara.

Realisasi belanja negara lebih rendah bila dibandingkan dengan alokasi anggaran,
terutama akibat upaya efisiensi belanja oleh Pemerintah, khususnya belanja operasional atau
noninvestasi, dan rendahnya penyerapan anggaran oleh K/L, termasuk yang dibiayai dari
pinjaman luar negeri.

Perkembangan utang luar negeri Indonesia

Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan defisit APBN , Pemerintah akanmemanfaatkan


sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari nonutang dan utang.Mengingat minimnya
kapasitas sumber-sumber pembiayaan nonutang, sumber-sumber pembiayaan utang masih
menjadi bagian utama sumber pembiayaan dalam menutup defisit APBN. Pembiayaan
nonutang bersumber dari Saldo Anggaran Lebih (SAL), penerimaan cicilan pengembalian
penerusan pinjaman, dan hasil pengelolaan aset (HPA).

Sementara pembiayaan utang bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN), pinjaman
luarnegeri, dan pinjaman dalam negeri. Pembiayaan melalui utang dalam dilakukan secara
terukur dengan memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari utang dalam negeri maupun
luar negeri, memperhatikan kapasitas pembiayaan Pemerintah, dan mempertimbangkan
beban serta risiko yang harus ditanggung.

Sebagaimana terlihat pada Tabel 1 Dalam kurun waktu 2007-2012, pembiayaan


anggaran melalui pinjaman luar negeri lebih kecil dari pembayaran pokok pinjaman dari waktu
ke waktu. Seiring dengan implementasi kebijakan tersebut, perbaikan peringkat kredit
Pemerintah dan masuknya Indonesia ke dalam kategori negara berpendapatan menengah
berdampak pada penurunan porsi pinjaman luar negeri. Penurunan porsi pinjaman luar negeri
tersebut juga dipengaruhi oleh kecenderungan meningkatnya cost of borrowing akibat kondisi
pasar keuangan internasional yang tidak kondusif.

Pemanfaatan pinjaman program sebagai sumber pembiayaan utang tunai diharapkan


dapat diperoleh antara lain dari World Bank dan ADB. Meskipun demikian, kapasitas
penyaluran pinjaman dari lembaga-lembaga tersebut dihadapkan pada single country
limit/countrylending limit.

Di samping penarikan pinjaman program, Pemerintah juga masih mengandalkan


pembiayaan pinjaman luar negeri untuk kegiatan prioritas (pinjaman proyek). Pembiayaan
pinjaman proyek diperoleh dari lembaga multilateral seperti World Bank dan ADB, lembaga
bilateral dari Jepang dan Korea, dan lembaga kredit ekspor serta komersial. Untuk tahun 2013,
pinjaman kredit ekspor dan komersial sebagian besar digunakan untuk pembiayaan kegiatan
pengadaan Alutsista TNI dan Almatsus Polri dalam rangka pembangunan minimum
essentialforce.

ini terjadi karena pinjaman program dengan tema climate change kurang sesuai dengan
kebijakan Pemerintah sehingga dibatalkan. Pinjaman program yang dibatalkan tersebut
sebesar USD600,0 juta yang berasal dari Bank Dunia sebesar USD200,0 juta, ADB sebesar
USD100,0 juta, Pemerintah Jepang sebesar ekuivalen USD200,0 juta, dan Pemerintah Perancis
sebesar USD100,0 juta. Gambaran realisasi penarikan pinjaman luar negeri disajikan dalam
Grafik 2

Pinjaman yang diterima pemerintah pusat disalurkan kepada Pemda atau BUMN melalui
penerusan pinjaman. Penerusan pinjamanadalah pinjaman luar negeri atau pinjaman dalam
negeri yang diterima oleh Pemerintah Pusat yang diteruspinjamkan kepada pemerintah daerah
(Pemda) atau BUMN yang harus dibayar kembali dengan ketentuan dan persyaratan tertentu.
Penerusan pinjaman tersebut merupakan fasilitas yang diberikan Pemerintah kepada Pemda
atau BUMN untuk memperoleh pinjaman, khususnya pinjaman dalam bentuk pembiayaan bagi
kegiatan tertentu. Dalam mekanisme penerusan pinjaman ini, proses pengadaan pinjamannya
tetap harus dilakukan dengan hati-hati, mengingat (1) penarikannya memberikan potensi
peningkatan outstanding pinjaman meskipun bersifat in-out dalam APBN; (2) lender tetap
memperhitungkan pinjaman tersebut sebagai pinjaman Pemerintah; (3) terdapat potensi
mismatch antara penerimaan pembayaran kewajiban dari penerima penerusan pinjaman
dengan pembayaran kewajiban kepada lender; dan (4) seperti halnya pinjaman proyek,
rendahnya penyerapan pinjaman berpotensi menambah biaya pinjaman. Pemberian pinjaman
untuk kegiatan atau proyek kepada Pemda atau BUMN dilakukan melalui mekanisme
penerusan pinjaman, karena Pemda atau BUMN berbeda entitas akuntansi dengan
Pemerintah pusat. Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang
Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Kementerian/Lembaga,
Pemda, dan BUMN dilarang melakukan perikatan dalam bentuk apapun yang dapat
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pinjaman luar negeri. Dalam tahun 2009–2011,
realisasi penerusan pinjaman rata-rata mencapai sebesar 45,2 persen terhadap pagu APBNP.

PT PLN (Persero) merupakan pengguna terbesar dana penerusan pinjaman 2013 dengan
alokasi mencapai Rp5,5 triliun atau 79,3 persen dari total penerusan pinjaman. Alokasi
penerusan pinjaman kepada PT PLN (Persero) rencananya akan digunakan untuk membiayai
proyek-proyek vital di bidang infrastruktur listrik seperti Java Bali PowerSector Restructuring
And Strengthening Project, Renewable Energy Development SectorProject, Power
Transmission Improvement Sector Project, Ulubelu Geothermal Power PlantProject dan lain-
lain. Selain PT PLN (Persero), beberapa BUMN yang direncanakan akan memperoleh alokasi
penerusan pinjaman yaitu PT SMI dan PT Pertamina. Sedangkan Pemda yang akan menerima
penerusan pinjaman pada tahun 2013 yaitu Pemkot Bogor, Pemkab Kapuas, Pemkab Muara
Enim, dan Pemprov DKI Jakarta. Alokasi penerusan pinjaman kepada pemda rencananya akan
digunakan untuk membiayai proyek-proyek antara lain Urban Water Supply And Sanitation
Project (UWSSP) dan Jakarta Urban Flood MitigationProject (JUFMP)/Jakarta Emergency
Dredging Initiative (JEDI).

APBN dan Kemampuan Membayar Pinjaman

Suatu defisit atau surplus anggaran merefleksikan suatu ketidakseimbangan antara


pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Anggaran defisit adalah besarnya pengeluaran
melebihi penerimaan yang diperoleh dari pajak, pembayaran-pembayaran lain, dan ongkos
pungutan retribusi. Sementara jika surplus berlangsung, maka kelebihan dana tersebut dapat
digunakan untuk membayar dan mengurangi pinjaman pemerintah. Surplus anggaran akan
meningkatkan tabungan nasional dan membuat dana yang tersedia di pasar kredit semakin
besar. Peningkatan tabungan nasional dapat menurunkan tingkat bunga riil, yang
berkontribusi pada peningkatan investasi dengan demikian meningkatkan pertumbuhan
ekonomi .

Kemampuan membayar pinjaman oleh pemerintah pada hakikatnya merupakan refleksi


kemampuan APBN dalam menampung beban pembayaran bunga dan cicilan pinjaman pokok,
yang sekaligus masih juga memberikan ruang gerak bagi pembiayaan untuk mendorong
perekonomian. Dalam hal ini, satuan pengukur yang dipergunakan adalah “Primary Balance”,
yaitu surplus atau defisit APBN sebelum diperhitungkan pembayaran bunga pinjaman
pemerintah. Ini berarti bahwa semua penerimaan pemerintah dikurangidengan semua
pengeluaran pemerintah di luar pembayaran bunga pinjaman.

Dalam sistem neraca pembayaran, peningkatan pinjaman luar negeri berarti


meningkatkan pembayaran cicilan. Selanjutnya, hal ini akan menyebabkan kecenderungan net
transfer negatif yang tidak bisa dibiayai dengan rekening transaksi berjalan mengingat
transaksi berjalan yang kecil (bahkan negatif). Konsekuensinya adalah pemerintah mencari
devisa lewat pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri pemerintah akan meningkatkan cicilan
pinjaman dan bunga dalam RAPBN yang merupakan komponen anggaran rutin berarti
menurunkan anggaran pembangunan dalam RAPBN. Penurunan kemampuan membangun
tidak lain berarti penurunan aktivitas pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi bagi
rakyat.

Pengaruh Pinjaman luar negeri Terhadap Anggaran Pendapatan & Belanja Negara

Pengaruh pinjaman luar negeri terhadap APBN dapat dikatakan bahwa secara
keseluruhan pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia sangat berpengaruh terhadap kondisi
APBN .Dengan jumlah pinjaman luar negeri yang cukup besar APBN Indonesia masih akan
mengalami tekanan karena harus memenuhi kewajiban membayar kembali jumlah pokok dan
bunga pinjaman yang telah dan akan jatuh tempo di masa-masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai