PEREKONOMIAN INDONESIA
• • Pinjaman yang diterima harus berjangka panjang dengan syrat-syarat yang ringan,
yaitu syarat yang masih dapat di penuhi secara normal dan wajar.
• • Pinjaman yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik apapun dan
dilandasi azas yamg saling menguntungkan secara wajar
• • Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan untuk membayar
kembali dan tidak menimbulkan beban yang terlalu memberatkan terhadap neraca
pembayaran
• • Penggunaan dan penarikan daa pinjaman tidak terlalu ketat dan lebih disukai jenis
pinjaman yang dpat digunakan untuk berbagai keperluan.
• • Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor mempunyai reputasi yang baik
• • Perlu adanya penganekaragaman (deversifikasi) sumber dan bentuk dana pinjaman.
• • Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari negara pemberi
pinjaman saja, tetapi hendakanya bebas digunakan untuk kepentingan inpor dan negara
lain.
• Pembangunan dan Utang Luar
• Pengaruh Utang Luar Negeri di Negeri: Masalah Pro dan Kontra
Indonesia • • Pandangan yang pro
• • Dalam jangka panjang, ternyata mengatakan bahwa utang luar
utang luar negeri dapat negeri telah terbukti memberikan
menimbulkan permasalahan sumbangan yang berarti bagi
ekonomi pada banyak negara pembangunan di negara-negara
debitur. Di samping beban ekonomi berkembang.
yang harus diterima rakyat pada • • Sedangkan pandangan yang
saat pembayaran kembali, juga kontra berpendapat, utang luar
beban psikologis politis yang harus negeri justru menciptakan
diterima oleh negara debitur akibat ketergantungan baru yang
ketergantungannya dengan berimplikasi luas, baik ekonomi
bantuan asing. maupun politik.
Statistic utang luar negeri Indonesia
• • Jepang
• 45,5% atau 29,8 miliar USD ATAU Rp. 358 triliun
• • ADB (Asian Development Bank)
• 16,4% atau 10,8 miliar USD atau Rp. 129 triliun
• • Worl Bank (Bank Dunia)
• 13,6% atau 8,9miliar USD atau Rp. 107 triliun
• • Jerman
• 4,7% atau 3,1 miliar USD atau Rp. 37 triliun
• • Amerika Serikat
• 3,7% atau 2,3 miliar USD atau Rp. 28 triliun
• • Inggris
• 1,7% atau 1,1 miliar USD atau Rp. 13 triliun
• • Negara/lembaga lain
• 14,65 ATAU 9,6 miliar USD atau Rp. 115 triliun
Dampak Utang Luar Negeri
• “Keterbatasan kapasitas fiskal yang dihadapi suatu negara seperti Indonesia Menyebabkan negara
tersebut membutuhkan bantuan dari negara lain, yakni berupa bantuan pinjaman atau utang luar
negeri. Bantuan pinjaman ini sendiri memiliki pro dan kontra tersendiri dari tiap sudut pandang yang
berbeda. Dari satu sisi, Indonesia sebagai negara yang masih memerlukan pembangunan sangat
membutuhkan asupan dana demi kelancaran pembangunan dalam negeri namun disisi lain,
kebiasaan Indonesia yang terlalu sering mengandalkan pinjaman luar negeri yang tidak hanya
digunakan untuk pembangunan yang terkadang dinilai kurang efektif dan efisien, tetapi juga untuk
menutupi utang-utang terdahulu dengan pinjaman-pinjaman yang Lain telah memberikan akibat pada
menumpuknya pinjaman yang ditambah dengan bunga pinjaman yang sangat besar. Dalam
perkembangannya, kebutuhan akan utang luar negeri tidak hanya diartikan dalam ruang ekonomi
saja, tetapi sudah mulai Merambat ke dalam ruang politik. Kebijakan utang luar negeri dijadikan
sebagai Salah satu bargain power yang dimiliki oleh negara-negara kreditur (pada umumnya negara-
negara maju) untuk melakukan ekspansi politik luar negeri berdasarkan self-Interest-nya masing-
masing terhadap negara-negara peminjam (biasanya negara-negara berkembang). Oleh karena itu,
menyadari akan hal ini, Indonesia harus mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri dan
lebih mengusahakan pada potensi dalam negeri