Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN PINJAMAN PROYEK

NAMA : JESSICA VALENTINA


KELAS : 6 APA
NIM : 061840511448
MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
DOSEN PENGAMPU : Dr. PERIANSYAH, SE., MM

TAHUN AJARAN 2021


POLITEKNIK NEGERI SRIIJAYA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.I. LatarBelakang....................................................................................................................1
I.2. Perumusan Masalah...........................................................................................................2
I.3. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah.........................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Manajemen Proyek.....................................................................................3
2.2. Metode Pengumpulan Data.............................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Manajemen Proyek..........................................................................................4
3.2. Bentuk Manajemen Proyek.............................................................................................. 9
3.3 . Prosedur Pinjaman Proyek.............................................................................................10
3.4. Masalah Dalam Manajemen Pinjaman Proyek................................................................11
3.5. Dampak Pinjaman Luar Negeri.......................................................................................12
3.6. Solusi Terhadap Pinjaman Luar Negeri Indonesia..........................................................14
3.7. Penyebab Utang Luar Negeri...........................................................................................14
3.8. Komponen Biaya Yang Harus Dipenuhi Pemerintah Sebagai Peminjam.......................16
3.9. Peran IMF Dalam Perekonomian Indonesia....................................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1. KESIMPULAN.............................................................................................................19
4.2. SARAN.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya karena atas izin dan
kehendak-Nya lah makalah ini dapat saya selesaikan dengan tepat waktu.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan Sektor Publik. Dan Makalah yang saya susun ini membahas tentang ‘Manajemen
Pinjaman Proyek’.

Bagi Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya. Untuk itu Saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Palembang, 04 Mei 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Pinjaman atau utang luar negeri merupakan setiap penerimaan negara dalam bentuk
devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk
jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu. Pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah, pada dasarnya
merupakan pelengkap pembiayaan pembangunan, di samping sumber pembiayaan yang
berasal dari dalam negeri, baik berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak, dan
tabungan swasta atau masyarakat. Untuk mencapai tujuan bernegara sesuai UUD 1845, maka
menjadi kewajiban pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan
tersebut dimaksudkan untuk mendorong perekonomian dan mencapai target pertumbuhan
yang direncanakan setiap tahun. Alam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi,
pemerintah dihadapkan pada pilihan berbagai sumber penbiayaan. Sewajarnya pembiayaan
digunakan pembiayaan dalam negeri karena lebih berbiaya murah dan tidak dipengaruhi
faktor ekonomi eksternal. Namun, sumber pembiayaan dalam negeri tersebut tidak
mencukupi untuk membiayai pembangunan sesuai target yang diinginkan. Akhirnya
pemerintah menjatuhkan pilihan pada pembiayaan luar negeri, yang salah satunya adalah
pembiayaan pinjaman proyek. Terdapat berbagai bentuk pinjaman proyek yang dimiliki
Pemerintah, yang dapat ditinjau dari sumber dana dan persyaratan. Jika ditinjau dari sumber
dana maka terdiri dari pinjaman multilateral, pinjaman bilateral, dan pinjaman sindikasi. Jika
ditinjau dari persyaratan dana, maka terdiri dari pinjaman lunak, pinjaman semilunak, dan
pinjaman komersial.
.
I.2. Rumusan Masalah

1). Mendiskripsikan Pengertian Manajemen Pinjaman Proyek?

2). Bagaimana Bentuk Pinjaman Proyek?

3). Bagaimana Prosedur Pinjaman Proyek?

4). Dan Apa Masalah Pengelolaan Pinjaman Proyek?

I.3.Tujuan Penulisan Makalah

Untuk menambah referensi pembelajaran dan menambah nilai mata kuliah


Manajemen Keuangan Sektor Publik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I. Manajemen Pengelolaan Proyek

Pengelolaan pinjaman proyek membutuhkan kepatuhan dan ketelitian agar mampu


menghasilkan tingkat investasi melebihi risiko dan bunga serta biaya lain yang berkaitan
dengan pinjaman proyek. Negara donor memberikan bantuan pinjaman karena memiliki
kepentingan tertentu terhadap negara pendonor dan penerima donor. Motivasi negara
pendonor diantaranya kepentingan politik, alasan militer, alasan ekonomi, dan alasan moral.
Sedangkan alasan negara penerima donor yaitu alasan praktis / konseptual dan alasan politik.

2.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pembutan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kajian pustaka terhadap bahan – bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang
diangkat dalam makalah ini. Di samping itu penulis juga mencari referensi dari situs web
internet yang membahas mengenai Manajemen Pinjaman Proyek.
BAB III

PEMBAHASAN

3.I. Pengertian Manajemen Pinjaman Proyek

Pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa dan/atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barangdan/atau dalam bentuk jasa yang
diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
Hibah luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barangdan/atau dalam bentuk jasa termasuk
tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu
dibayar kembali. Pinjaman atau utang luar negeri merupakan setiap penerimaan negara dalam
bentuuk devisa dan atau devsa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau
dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar
kembali dengan persyaratan tertentu. Pinjaman luar negeri yang diterimapemerintah, pada
dasarnya merupakan pelengkap pembiayaan pembangunan, di samping sumber pembiayaan
yang berasal dari dalam negeri, baik berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak,
dan tabungan swasta atau masyarakat.
Definisi utang luar negeri menurut pasal 1 PP Nomor 10 Tahun 2011 adalah setiap
pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah dari pemberi pinjaman luar negeri yang
diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Prinsip utang luar negeri:
Prinsip-prinsip pengelolaan utang luar negeri menurut Pasal 2 PP Nomor 10 tahun
2011 adalah :
 Transparan
 Akuntabel
 Efisien dan efektif
 Kehati-hatian
 Tidak disertai ikatan politik
Penggunaan utang luar negeri
Pengunaan utang luar negeri sesuai dengan Pasal 7 PP Nomor 10 Tahun 2011 adalah
untuk:

 Membiayai defisit APBN


 Membiayai kegiatan prioritas kementrian / lembaga
 Mengelola portofolio utang
 Diteruspinjamkan kepada Pemerintahan Daerah;
 Diteruspinjamkan kepada BUMN
 Dihibahkan kepada pemerintahan Daerah

Bentuk utang luar negeri


Bentuk utang luar negeri adalah :

 Pinjaman program atau tunai


 Pinjaman proyek atau kegiatan

Sumber utang luar negeri


Sumber utang luar negeri sesuai dengan pasal 7 PP nomor 10 Tahun 2011

adalah :

 Kreditur multilateral
 Kreditur bilateral
 Kreditur swasta asing
 Lembaga penjamin kredit ekspor

3.1.1 Definisi pinjaman program

Pinjaman proyek (project loan) adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan tertentu.
3.1.2 Tujuan pinjaman program

Tujuan pinjaman program adalah untuk budget support dan pencairannya dikaitkan
dengan pemenuhan matriks kebijakan dibidang kegitan untuk mencapai MDGs yaitu meliputi
pengentasan kemiskinan, pendidikan, pembrantasan korupsi, pemberdayaan masyarakat,
kebijakan terkait dengan perubahan iklim.

3.1.3 Kebijakan perencanaan pinjaman program

Berikut adalah kebijakan pemerintah tentang menajemen utang luar negeri :

1. Mempertimbangkan kemampuan pemerintah untuk membayar kembali pinjaman


tersebut di masa yang akan datang.
2. Mempertimbangkan kemampuan kementerian / lembaga, pemerintahan daerah
(pemda), maupun BUMN pelaksanaan kegiatan dalam penyerapan dana pinjaman
3. Mencapai kemandirian dalam pendanaan pembangunan yaitu dengan cara
menurunkan porsi pinjaman luar negeri dalam pembiayaan APBN
4. Pendanaan luar negeri sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan pembangunan,
perlu dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan kepastian ekonomi
nasional.

Kebijakan tentang utang luar negeri sejalan dengan hasil kesepakatan deklerasi paris
tentang efektifitas pemanfaatan bantuan luar negeri
Pemanfaatan bantuan luar negeri melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemempuan negara-negara penerima bantuan dalam menyusun strategi


pembangunan nasional dan kerangka kerja operasional (dalam perencanaan,
pembiyaan, dan penilaian kenerja)
2. Meningkatkan kesesuaian bantuan dengan prioritas, sistem dan prosedur, serta
membantu meningkatkan kapasitas negara-negara penerima bantuan
3. Meningkatkan akuntabilitas kebijakan, strategi, dan kinerja pemanfaatan bantuan
kepada masyrakat dan parlemen di negara donor dan penerima bantuan
4. Menghilangkan duplikasinkegiatan dan melakukan rasionalisasi kegiatan donor agar
dana dapat digunakan seefektif mungkin
5. Melakukan reformasi dan menyederhanakan kebijakan dan prosedur dari donor untuk
meningkatkan kerja sama dan penyesuaian prioritas, sistem dan prosedur negara-
negara penerima bantuan
6. Menyusun standar dan ukuran-ukuran atas kenerja dan akuntabilitas sistem dari
negara-negara penerima bantuan dalam manajeman keuangan publik, pengadaan
barang dan jasa, perlindungan hukum dan lingkungan hidup, yang sejalan dengan
praktik yang dapat diterima secara luas serta dapat dilaksanakan dengan mudah.

Perencanaan pinjaman program melibatkan tiga peran dari pemerintah, yaitu :

a. Kementerian keuangan, selaku pemegang otoritas pengelola keuangan negara


b. Kementerian perencanaan pembangunan nasional, selaku koordinator dari para
pengguna dana pinjaman program dan sebagai partner dari kementerian keuangan
c. Kementerian-kementerian / lembaga atau pemerintahan daerah, selaku calon
pengguna dana pinjaman program
Salah satu beban ekonomi Indonesia adalah utang luar negeri yang terus
membengkak, Utang ini sudah begitu berat mengingat pembayaran cicilan dan bunganya
yang begitu besar. Biaya ini sudah melewati kapasitas yang wajar sehingga biaya untuk
kepentingan-kepentingan yang begitu mendasar dan mendesak menjadi sangat minim yang
berimplikasi sangat luas. Sebagai negara berkembang yang sedang membangun, yang
memiliki ciri-ciri dan persoalan ekonomi, politik, sosial dan budaya yang hampir sama
dengan negara berkembang lainnya,Indonesia sendiri tidak terlepas dari masalah utang luar
negeri, dalam kurun waktu 25 tahun terakhir,utang luar negeri telah memberikan sumbangan
yang cukup besar bagi pembangunan di Indonesia. Bahkan utang luar negeri telah menjadi
sumber utama untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
memberikan kontribusi yang berarti bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Meskipun utang luar negeri
(foreign debt) sangat membantu mentupi kekurangan biaya pembangunan dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) namun persoalan pembayaran cicilan dan bunga menjadi
beban yang terus menerus harus dilaksanakan,apalagi nilai kurs rupiah terhadap dollar
cenderung tidak stabil setiap hari bahkan setiap tahunnya.
Bagi negara berkembang termasuk Indonesia, pesatnya aliran modal merupakan
kesempatan yang bagus guna memperoleh pembiayaan pembangunan ekonomi. Dimana
pembangunan ekonomi yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia merupakan suatu
usaha berkelanjutan yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945, sehingga untuk dapat mencapai tujuan itu maka
pembangunan nasional dipusatkan pada pertumbuhan ekonomi. Namun karena keterbatasan
sumber daya yang dimiliki (tercermin pada tabungan nasional yang masih sedikit) sedangkan
kebutuhan dana untuk pembangunaan ekonomi sangat besar. Maka cara untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi itu adalah dengan berusaha meningkatkan investasi. Investasi ini tidak
jarang berasal dari luar negeri maupun dari pemerintah dengan mengandalkan hutang-hutang.
Tulisan-tulisan mengenai hutang luar negeri sudah banyak sebelumnya oleh para kalangan
baik sebagai ekonom,pengamat atau khususnya kalangan ilmuwan. Akan tetapi yang ditulis
itu sudah tidak lagi relevan karena perkembangan ekonomi yang begitu cepat baik dalam
keadaan semakin buruk maupun semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
hal-hal yang dikemukakan diatas, Penulis mencoba untuk membahas masalah pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dalam hubungannya dengan utang luar negeri (foreign debt) dengan
mengangkat judul “ Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

3.2. Bentuk Manajemen Proyek

Beberapa bentuk pinjaman proyek yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia hingga
tahun 2011 dari sumber dana maupun dari sisi persyaratan antara lain :

Dari sisi Sumber Dana


 Pinjaman multilateral, yaitu pinjaman dari badan-badan internasional, misalnya
World Bank, ADB, IDB dan IMP.
 Pinjaman Bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari negara lain
 Pinjaman Sindikasi yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan
lembaga keuangan bukan bank (LKBB) internasional dengan dikoordinasikan
oleh satu bank/LKBB yang bertindak sebagai pemimpin sindikasi.

Dari Sisi persyaratan Dana


• Pinjaman lunak, bertujuan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.
Unsur-unsur yang harus dipenuhi, antara lain jangka waktu pengembalian
pinjaman selama 25 tahun atau lebih, masa tenggang pembayaran pokok
pinjaman selama 7-10 tahun, tingkat bunga pinjaman berkisar 2%-3%, dan
dalam pinjaman yang diberikan terdapat unsur hibah sebesar 25% atau lebih.
• Pinjaman semi lunak, yakni pinjaman yang waktu pengembalian pinjaman
yang lebih singkat dibandingkan pinjaman lunak. Biasanya pinjaman
semilunak berupa FKE (fasilitas kredit ekspor) dan PISA (purchase
installment sale agreement).
• Pinjaman komersial, merupakan pinjaman yang diterima dengan syarat-
syarat yang ditetapkan berdasarkan kondisi pasar uang dan pasar modal
internasional. Jumlah pinjaman ini umumnya berjumlah besar. Termin
peminjaman lebih singkat dan tingkat bunga lebih tinggi dibandingkan
dengan pinjaman lain.

3.3. Prosedur Pinjaman Proyek

Langkah-langkah pinjaman proyek adalah sebagai berikut :

 Pengajuan usulan proyek yang dibiayai pinjaman luar negeri.


 Penetapan pledge pinjaman (konteks CGI).
 Pendatanganan loan agreement
 Alasan pinjaman dan kontrak pelaksanaan proyek.
 Penerusan pinjaman.

Penggunaan dan Penatausahaan Pinjaman Proyek


Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam penyusunan proyek/program yang didanai
dari pinjaman/hibah luar negeri antara lain :
 Kebutuhan impor barang/jasa yang besar tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produsen
dalam negeri.
 Proyek yang didanai akan memperbesar kapasitas nasional.
 Peningkatan kemampuan produsen dalam negeri agar mampu bersaing dengan
produsen dari luar negeri.

Motivasi Pinjaman Proyek


 Motivasi bagi negara pendonor
• Kepentingan politik.
• Alasan militer.
• Alasan ekonomi.
• Alasan moral.
 Motivasi bagi negara penerima donor
• Alasan praktis dan konseptual yang bersifat ekonomis.
• Alasan politik.

3.4. Masalah Dalam Manajemen Pinjaman Proyek

Berbagai permasalah timbul dari pinjaman proyek, diantaranya negative net transfer
yang terjadi akibat penarikan utang luar negeri pada pinjaman proyek lebih kecil bila
dibandingkan dengan kemampuan pembayaran kembali utang luar negeri beserta bunganya,
increasing debt service to government exenditure yang berarti besarnya pembayaran utang
luar negeri pemerintah memberikan konsekuensi terhadap belanja negara, high borrowing
cost yang berarti terdapat sejumlah biaya yang tinggi yang harus ditanggung pemerintah
dalam pemanfaatan utang luar negeri, low absorptive capacity yaitu rendahnya daya serap
yang menunjukkan lemahnya pemerintah dalam pengelolaan utang luar negeri, dan
kurangnya koordinasi lintas departemen atau kementrian.
Berbagai permasalahan timbul dari pinjaman proyek, antara lain :

1. Negative net transfer. Transfer negatif ini terjadi akibat penarikan utang
luar negeri pada pinjaman proyek lebih kecil dibandingkan dengan
kemampuan pembayaran kembali utang luar negeri beserta bunganya.
2. DSGE (Increasing debt service to government expenditure. Makin besar
kewajiban pemerintah melakukan pembayaran kembali utang luar
negeri beserta bunganya, makin berkurang kemampuan pemerintah
untuk membiayai pembangunan sehingga kemampuan pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi tidak optimal.
3. High borrowing cost.
4. Low absorptive. Daya serap pinjaman yang rendah menciptakan
masalah yaitu peningkatan commitment fee yang harus dibayar
berdasarkan presentase atas pinjaman yang belum dicairkan biaya
penyelenggaraan proyek secara keseluruhan makin besar, pemanfaatan
secara social dari proyek menjadi hilang sama sekali, kualitas pekerjaan
yang dibawah standar karena didorong waktu yang mendesak serta
kemungkinan terjadinya kegagalan dalam penyelesaian proyek akibat
penundaan proyek.
5. Koordinasi antar lembaga tidak terpadu. Pinjaman proyek merupakan
pinjaman yang diusulkan dari masing-masing departemen/kementerian
dan lembaga lainnya. Namun, usulan atas proyek yang hendak
dilaksanakan bersumber dari pinjaman tidak bisa dilaksanakan tanpa
koordinasi dan kerjasama dengan pihak departemen lainnya.

3.5. Dampak Pinjaman Luar Negeri


Pertama, dampak langsung dari utang yaitu cicilan bunga yang makin mencekik.
Kedua, dampak yang paling hakiki dari utang tersebut yaitu hilangnya kemandirian
akibat keterbelengguan atas keleluasaan arah pembangunan negeri, oleh si pemberi
pinjaman. Dapat dilihat pula dengan adanya indikator-indikator baku yang ditetapkan
oleh Negera-negara donor, seperti arah pembangunan yang ditentukan. Baik motifnya
politis maupun motif ekonomi itu sendiri.
Pada akhirnya arah pembangunan kita memang penuh kompromi dan disetir,
membuat Indonesia makin terjepit dan terbelenggu dalam kebijakan-kebijakan yang
dibuat negara Donor. Hal ini sangat beralasan karena mereka sendiri harus menjaga,
mengawasi dan memastikan bahwa pengembalian dari pinjaman tersebut plus
keuntungan atas pinjaman, mampu dikembalikan. Alih-alih untuk memfokuskan pada
kesejahteraan rakyat, pada akhirnya adalah konsep tersebut asal jalan pada periode
kepemimpinannya, juga makin membuat rakyat terjepit karena mengembalikan pinjaman
tersebut diambil dari pendapatan negara yang harusnya untuk dikembalikan kepada
rakyat yaitu kekayaan negara hasil bumi dan Pajak.
Selain memberikan dampak seperti yang diatas, utang luar negeri memiliki berbagai
dampak baik positif dan negatif yaitu:
a. Dampak positif
1. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu
pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran
pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
yang cukup besar. Dengan adanya utang luar negeri membantu
pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan
tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi
dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
b. Dampak Negatif
2. Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan
berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah
satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi).
Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN RI, karena
utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan
bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan
tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi
perekonomian negara sendiri, (hingga membutuhkan campur
tangan dari pihak lain).

Menurut aliran neoklasik, utang luar negeri merupakan suatu hal yang positif. Hal
ini dikarenakan utang luar negeri dapat menambah cadangan devisa dan mengisi
kekurangan modal pembangunan ekonomi suatu negara. Dampak positif ini akan
diperoleh selama utang luar negeri dikelola dengan baik dan benar.
Setiap negara memiliki perencanaan pembangunan yang berbeda-beda, tetapi
memiliki kapasitas fiskal yang terbatas. Untuk membiayai pembangunan, pemerintah
memiliki apa yang dikenal sebagai government spending. Jika selisih pengeluaran
pemerintah dengan tingkat penerimaan pajak bernilai defisit, maka alternatifnya adalah
dengan memanfaatkan pendanaan yang berasal dari luar negeri.

3.6. Solusi Terhadap Pinjaman Luar Negeri Indonesia


Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi hutang luar negeri:
 Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi
pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.
 Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor.
 Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu
titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap
ketergantungan utang luar negeri.
 Menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan dan
kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat.
Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan Sumber daya alam unggulan sehingga bila
kita manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa negara,
 Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan kesejateraan
yang berkeadilan dan merata.

3.7. Penyebab Utang Luar Negeri

Hasrat berhutang dan debt trap


Berikut adalah beberapa fakta yang menguatkan jebakan hutang tersebut :
Pertama, Pada saat Indonesia meminta bantuan kepada IMF untuk menghadapi krisis
pada 1997, lembaga tersebut memaksakan kehendaknya untuk mengintervensi semua bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam letter of intent (LoI) terdapat 1.243 tindakan
yang harus dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam berbagai bidang seperti perbankan,
desentralisasi, lingkungan, fiskal, kebijakan moneter dan Bank Sentral, privatisasi BUMN
serta jaring pengaman sosial.
Dengan kata lain, keuangan negara sengaja dibuat bangkrut terlebih dahulu, dan
melalui ketergantungan dalam bidang keuangan ini, Indonesia telah sepenuhnya dikendalikan
oleh negara pemberi hutang dan lembaga keuangan internasional.
Kedua, tudingan bahwa lembaga seperti IMF dan Bank Dunia diboncengi kepentingan
perusahaan-perusahaan dari negara-negara kreditor bukanlah isapan jempol belaka. Hal
tersebut juga diakui oleh pemerintah AS. Selama kurun tahun 1980-an hingga awal 1990-an
saja, IMF sudah menerapkan program penyesuaian struktural di lebih dari 70 negara
berkembang yang mengalami krisis finansial. Setiap tahun, Bank Dunia juga memberikan
sekitar 40.000 kontrak kepada perusahaan swasta. Sebagian besar kontrak ini jatuh ke
perusahaan-perusahaan dari negara-negara maju.
Jadi sangat jelas bahwa negara-negara pendonor sangat berkepentingan untuk
memberikan negara-negara berkembang untuk berhutang. Departemen Keuangan AS
mengaku, untuk setiap dollar AS yang dikontribusikan AS ke lembaga-lembaga multilateral,
perusahaan-perusahaan AS menerima lebih dari dua kali lipat jumlah itu dari kontrak-kontrak
pengadaan untuk program-program atau proyek-proyek yang dibiayai dengan pinjaman
lembaga-lembaga tersebut.
Hal tersebut tidak hanya terjadi pada pinjaman multilateral. Pinjaman bilateral seperti
dari Jepang pun biasanya diikuti persyaratan sangat ketat yang menyangkut penggunaan
komponen, barang, jasa (termasuk konsultan), dan kontraktor pelaksana untuk pelaksanaan
proyek harus berasal dari Jepang. Melalui modus tersebut, Pemerintah Jepang selain bisa
me-recycle ekses dana yang ada di dalam negerinya, juga sekaligus bisa menggerakkan
perusahaan dalam negerinya yang lesu lewat pengerjaan proyek-proyek yang dibiayai dengan
dana hutang ini.
Dari pinjaman yang digelontorkan tersebut, dana yang mengalir kembali ke Jepang
dan negara-negara maju lain sebagai kreditor jauh lebih besar ketimbang yang dikucurkan ke
Indonesia sebagai pengutang.
Dapat dikatakan bahwa Indonesia sebagai negara debitor justru mensubbsidi negara-
negara kaya yang menjadi kreditornya.
Ketiga, hutang dianggap sebagai biang dari kerusakan lingkungan yang terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang khususnya negara kreditor. Perbandingan antara
DSR (Debt Service Ratio) dan laju deforestasi beberapa negara kreditor besar
memperlihatkan trend yang semakin meningkat.

3.8. Komponen Biaya Yang Harus Dipenuhi Pemerintah Sebagai Peminjam

 Biaya di muka (front and fee)


 Biaya bunga (interest) yang harus disesuaikan dengan London Interest Bond and
Obligation Rate (LIBOR)
 Biaya komitmen (commitment fee) yang harus dibayarkan jika pemerintah
terlambat (sesuai jadwal yang disepakati) melakukan pencairan pinjaman

Di antara tiga biaya yang sangat memberatkan itu, biaya front and fee dan
commitment fee adalah biaya-biaya yang tidak tampak atau jelas ke mana alirannya. Biaya
front and fee yang harus dikeluarkan pemerintah atau negara peminjam sebesar 1 persen dari
total pinjaman yang diajukan ini tidak jelas untuk apa ditujukan, sebab segala hal yang
berkaitan dengan urusan pinjam-meminjam telah terdapat biaya operasionalnya masing-
masing. Karena itu, biaya di muka selama Indonesia terlibat dalam urusan utang luar negeri
dengan pihak lender, selain sangat sulit untuk dilacak dan merugikan negara, bisa jadi telah
terjadi “permainan” antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini dan Bank Dunia. Oleh
karena itu, proyek-proyek yang dibiayai utang semacam ini, sebelum terjadi loan agreement,
telah menguap, dan inilah yang menurut perhitungan ekonomis tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Akibatnya, kaitan antara pinjaman yang diterima dan tujuan
penanggulangan kemiskinan secara nasional menjadi sangat lemah dan hanya
menguntungkan sekelompok orang.
3.9. Peran IMF Dalam Perekonomian Indonesia

Pola dan proses dinamika pembangunan ekonomi di suatu negara ditentukan oleh
banyak faktor baik domestik mapun eksternal. Faktor-faktor domestik antara lain kondisi
fisik (termasuk iklim), lokasi geografis, jumlah dan kualitas sumber daya alam (SDA), dan
sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem
politik, serta peranan pemerintah di dalam ekonomi. Adapun faktor-faktor eksternal di
antaranya adalah perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia, serta
keamanan global.
Dari pengalaman di berbagai negara menurut Tulus T.H. Tambunan mungkin dapat
dikatakan yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi bukan “warisan”
dari negara penjajah, melainkan orientasi politik, sistem ekonomi, serta kebijakan-kebijakan
yang diterapkan oleh rezim pemerintah yang berkuasa setelah lenyapnya kolonialisasi.
Pengalaman Indonesia sendiri menunukkan bahwa pemerintahan orde lama, rezim yang
berkuasa menerapkan sistem ekonomi tertutup dan lebih menguatkan militer dari pada
ekonomi. Ini semua menyebabkan ekonomi nasional pada masa itu mengalami stagnasi,
pembangunan praktis tidak ada. Walaupun ideology Indonesia adalah Pancasila namun
pengaruh ideology komunis pada waktu itu sangat kuat. Indonesia umumnya memilih haluan
politik berbau komunis sebagai refleksi dari perasaan anti kolonialisme dan anti
imperialisme.
Transisi pemerintahan dari orde lama ke orde baru berpenaruh pada paradigma
pembangunan ekonomi dari yang berhaluan sosialis ke kapitalis-liberal. Pemerintahan orde
baru menjalin kembali hubungan baik dengan Barat dan menjauhi ideologi komunis.
Indonesia juga kembali menjadi anggota PBB dan anggota lembaga-lembaga dunia lainnya
seperti Bank Dunia dan IMF. IMF yang didirikan sebagai hasil konferensi Bretton Woods
pada tahun 1944 secara umum mempunyai tujuan memberi bantuan kepada negara anggota
yang membutuhkan. Kesemuanya itu akan dapat memberi peluang memperbaiki
ketidakseimbangan neraca pembayarannya tanpa mengambil jalan yang merusak neraca
pembayaran nasional atau internasional.
Indonesia dan IMF
Indonesia pada masa orde baru kembali menjadi anggota IMF dilakukan pada masa
Kabinet Ampera untuk melaksanakan pokok-pokok kebijakan stabilisasi dan rehabilitasi.
Kondisi merupakan awal terjadinya bantuan IMF hingga sekarang. Setiap tahun, Indonesia
mendapatkan bantuan dari IGGI (Inter Government Group on Indonesia) yang di dalamnya
terkait dengan bantuan Bank Dunia. Sesudah IGGI berubah menjadi CGI , maka di dalamnya
juga terkait bantuan IMF dan Bank Dunia dengan bantuan sekitar US$ 5 Milyar setiap
tahunnya. Sejak terjadi krisis tahun 1997 Indonesia telah meminta bantuan IMF dengan paket
bantuan senilai US$ 23 Milyar. Kondisi perekonomian nasional era orde baru lmenjadi lebih
baik karena perubahan pada orientasi kebijakan ekonomi dari sistem sosialis ke sistem
kapitalis.
Era reformasi kemudian mewarnai arena perpolitikan dalam negeri, IMF melalui
Stanley Fisher (Wakil Dierektur IMF) yang didampingi Hubert Neiss (Direktur IMF untuk
Asia Timur dan Pasifik) melakukan wawancara secara terpisah dengan pimpinan lima partai
besara waktu itu yaitu PDIP, Golkar, PKB, PPP dan PAN. Dari hasil wawancara dianggap
telah mewakili gambaran pemerintahan Indonesia pasca Pemilu 1999. dengan demikian
hampir dapat dipastikan bahwa Indonesia masih sangat tergantung pada bantuan luar negeri
dan sulit melepaskan diri dari pengaruh IMF . Begitu pula pemerintahan SBY dengan
menghadirkan sosok Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan yang notabene mantan pejabat
IMF.
Ketergantugan yang Tinggi
Pertanyaan yang timbul diajukan berdasar paparan sebelumnya bahwa kenapa
Indonesia begitu sangat bergantung pada campur tangan IMF? Dari sisi historis pengalaman
Indonesia mengambil haluan ideologi sosialis terbukti telah gagal di samping beberapa
faktor. Indonesia kemudian mengambil jalan ekonomi yang terbuka yang dimungkinkannya
kerja sama dengan berbagai pihak termasuk IMF. Adam Smith dalam pandangannya
menghendaki negara membiarkan kekuasaan membuat keputusan-keputusan ekonomi berada
di tangan orang-orang ekonomi itu sendiri. Jika perekonomian itu bebas maka para
pengusaha akan menggunakan modalnya untuk usaha-usaha yang paling produktif dan
pembagian pembagian pendapatan dapat menemukan sendiri tingkatnya yang wajar di pasar.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hingga sekarang tingkat ketergantungan Indonesia
kepada pengaruh IMF sangat tinggi, karena pada dasarnya Indonesia terbantu dengan bantuan
luar negeri ini. Sistem ekonomi yang liberal memberi potensi bagi suatu negara untuk
membuka pintu kerja sama yang luas yang kemudian menjelma menjadi arena transaski
internasional secara bebas.
Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, Indonesia tidak dapat menghindar dari
proses globalisasi ekonomi dunia. Dampak utama dari proses globalisasi ekonomi adalah
berubahnya konsep perdagangan internasional dalam menentukan pola perdagangan dan
produksi suatu negara. Ketergantungan Indonesia yang tinggi semakin terasa ketika Indonesia
tidak mampu megatasi sendiri krisisnya yang berujung pada kebutuhan bantuan dari IMF
melalui mekanisme utang luar negeri.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pinjaman Proyek merupakan pinjaman yang ditujukan untuk membiayai sebuah


kegiatan/proyek tertentu. Bidang yang menjadi target pinjaman proyek antara lain
infrastruktur diberbagai sektor (seperti perhubungan dan energi), pengentasan kemiskinan
(Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-PNPM), militer, dan sektor profit lainya.

Pinjaman atau utang luar negeri merupakan setiap penerimaan negara dalam bentuuk
devisa dan atau devsa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk
jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan
persyaratan tertentu. Pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah, pada dasarnya
merupakan pelengkap pembiayaan pembangunan, di samping sumber pembiayaan yang
berasal dari dalam negeri, baik berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak, dan
tabungan swasta atau masyarakat.

4.2. Saran

Saya berharap penyusunan Makalah ini dapat berguna bagi teman-teman dan semoga
menjadi manfaat bagi yang membutuhkan dan saya juga dalam pembuatan makalah ini tidak
luput dari kesalahan saya harap teman-teman dapat memberikan saran dan kritik.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik:Problematika Penerimaan dan


Pengeuaran Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat.

Kementerian keuangan, 2011. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia. Vol. II, Januari. Jakarta
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2006/2TAHUN2006PP.htm

Anda mungkin juga menyukai