Anda di halaman 1dari 14

UJIAN TENGAH SEMESTER

UTANG LUAR NEGERI (ULN)

NURHANIFAH
1996141015
No Urut : 52

PROGRAM STUDIEKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

1
A. Latar Belakang
Utang luar negeri Indonesia mencakup utang luar negeri sektor publik
(pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta dalam bentuk antara lain
pinjaman (loan agreement), utang dagang (trade credit), surat utang (debt
securities), kas dan simpanan (currency and deposits), dan kewajiban lainnya.
Utang luar negeri sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber pelengkap
pembiayaan pembangunan di berbagai bidang seperti infrastruktur, kesehatan,
pendidikan dan lain-lain.Selain itu, utang luar negeri juga bermanfaat sebagai
sumber pembiayaan proyek strategis di dalam negeri, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kapasitas dan pertumbuhan ekonomi.
Cyrillus (2002) berpendapat bahwa sebagian besar negara-negara
berkembang menggunakan pinjaman luar negeri untuk mendorong pembangunan
ekonomi, meskipun tidak sedikit negara berkembang terjebak dalam perangkap
utang luar negeri (debt trap). Pernyataan Cyrillus (2002) menunjukkan proses
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan pada negara berkembang
membutuhkan jumlah anggaran dana yang tidak sedikit sehingga negara yang
memiliki keterbatasan anggaran untuk membiayai pembangunan ekonomi dan
meminta bantuan dari negara lain berupa bantuan pinjaman luar negeri atau utang
luar negeri. Negara berkembang yang melakukan pinjaman luar negeri secara
terus-menerus dan tidak terkontrol menyebabkan negara tersebut terperangkap
dalam debt trap.
Pemberian utang luar negeri diawali pasca Perang Dunia II dimana
negara-negara di wilayah utara, bank-bank swasta serta lembaga keuangan
internasional memberikan pinjaman kepada negara-negara dunia ketiga yang
memiliki keinginan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Sebagai salah satu negara ketiga, Indonesia juga memiliki utang luar
negeri diawali sejak era orde lama hingga saat ini. Awalnya utang tersebut
digunakan untuk membiayai pembangunan namun di kemudian hari selain untuk
pembiayaan pembangunan, utang luar negeri juga merupakan tambahan
pembiayaan defisit anggaran guna memacu pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan.

2
B. Permasalahan
1. Apakah Definisi utang luar negeri secara umum dan menurut ahli
2. Mencantumkan data/ contoh kasus Utang Luar Negeri?
3. Jenis-Jenis Utang Luar Negeri?
4. Apakah penyebab adanya Utang Luar Negeri?
5. Dampak Penyebab Utang luar Negeri?

C. Pembahasan
1. Definisi Utang Luar Negeri Secara Umum dan Menutut Ahli
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total
utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut.
Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau
perorangan.
Utang luar negeri atau dikenal dengan pinjaman luar negeri adalah setiap
penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan,
rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi
pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
Utang luar Negeri menurut para ahli:
a. Menurut Todaro (1998), utang luar negeri merupakan total dari seluruh
pinjaman secara resmi dalam bentuk uang tunai maupun bentuk aktiva
lainnya. Selain itu, untuk mengalirkan dana dari negara-negara maju ke
negara-negara berkembang untuk merealisasikan pembangunan untuk
mendistribusikan pendapatan.
b. Menurut Wibowo (2012) Ditinjau dari kewajiban pengembaliannya, utang
luar negeri yaitu mempunyai 2 bentuk pemberian (grant) dan pinjaman
luar negeri (loan). Meskipun kedua bentuk ini memiliki syarat-syarat
pengembalian yang berbeda namun keduanya memiliki keterkaitan yang
erat antara bentuk pinjaman dan pemberian.
c. Menurut Basri dalam Wibowo (2012) Utang luar negeri merupakan salah
satu sumber pembiayaan pembangunan, utang luar negeri juga dibutuhkan
untuk menutupi 3 defisit, yaitu kesenjangan investasi, defisit anggaran dan

3
defisit transaksi berjalan.
d. Menurut (Suparmoko 1973) Utang luar negeri atau dengan kata lain ialah
pinjaman publik yang merupakan pinjaman yang dilakukan oleh
pemerintah, bank sentral dan swasta yang didapat baik melalui
perseorangan, organisasi/lembaga internasional ataupun dari alternatif lain.
Utang luar negeri merupakan sub bagian dari pada hutang negara, sebab
utang negara terbagi menjadi dua yakni utang dalam negeri dan utang luar
negeri.
e. Menurut Tribroto (2001), pinjaman luar negeri pada hakikatnya dapat
ditelaah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dari sudut pandang
pemberi pinjaman atau kreditur, penelaahan akan lebih ditekankan pada
berbagai faktor yang memungkinkan pinjaman itu kembali pada waktunya
dengan perolehan manfaat tertentu. Sementara itu penerima pinjaman atau
debitur, penelaahan akan ditekankan pada berbagai faktor yang
memungkinkan pemanfaatannya secara maksimal dengan nilai tambah dan
kemampuan pengembalian sekaligus kemampuan untuk meningkatkan
pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi.
f. Menurut Sukirno (1985), aliran dana dari luar negeri dinamakan utang luar
negeri, apabila memiliki ciri - ciri merupakan aliran modal yang bukan
didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan, dan diberikan dengan
syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional.
g. (Mahyudi,2004) Utang Luar Negeri juga merupakan sumber modal bagi
negara yang sedang melakukan pembangunan ekonomi, tak terkecuali
negara yang kaya sumber daya alam dan memiliki penduduk yang besar,
seperti Indonesia.
h. Menurut (Mulyani, 1994) Utang luar negeri merupakan bentuk hubungan
kerjasama antara negara debitur dengan negara kreditur dan merupakan
cara yang efektif dalam menutupi defisit anggaran pemerintah dimana
risiko kebangkrutan ekonomi yang ditimbulkan dari utang luar negeri
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan pencetakan uang (seigniorage)
yang dapat menimbulkan inflasi.

4
i. Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang
diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar
negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan atau perorangan. Bentuk
utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah
negara lain atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank
Dunia (Ulfa, 2017).
j. Dari aspek materiil, utang luar negeri merupakan arus masuk modal dari
luar ke dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam
negeri. Aspek formal mengartikan utang luar negeri sebagai penerimaan
atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna
menunjang pertumbuhan ekonomi. Sehingga berdasarkan aspek fungsinya,
pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan
yang diperlukan dalam pembangunan (Astanti, 2015).

Pinjaman atau utang luar negeri ini dapat berbentuk Pinjaman Program 1
dan/atau Pinjaman Proyek, dan terdiri atas pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor,
pinjaman komersial, dan pinjaman campuran.
Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official
Development Assistance (ODA) Loan 3 atau Concessional Loan 4, yang berasal
dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk pembangunan
ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan
memiliki komponen hibah (grant element) sekurang- kurangnya 35% (tiga puluh
lima perseratus). Contohnya pinjaman dari Perancis untuk membiayai berbagai
program penanganan perubahan iklim atau baru-baru ini tawaran pinjaman
keuangan dari Jerman untuk proyek- proyek bidang transportasi, infrastruktur
termasuk juga pengembangan geothermal.
Fasilitas Kredit Ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh
lembaga keuangan atau lembaga non keuangan di negara pengekspor yang
dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor. Contohnya fasilitas ini diberikan
untuk UKM pada sektor furniture, pangan dan perikanan.

5
Pinjaman Komersial adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang
diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya penjaminan
dari lembaga penjamin kredit ekspor.
Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang
terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman komersial.
Semua bentuk dan jenis pinjaman luar negeri ini diterima dari negara asing,
lembaga multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, dan
lembaga keuangan non asing, yang berdomisili dan melaksanakan kegiatan usaha
diluar wilayah negara RI. 1 Pinjaman program adalah pinjaman luar negeri dalam
valuta asing y.

2. Contoh kasus Utang Luar Negeri:


Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan urutan ketiga Posisi utang
terbanyak, dimana Posisi ULN Indonesia pada akhir Januari 2021 tercatat sebesar
420,7 miliar dolar AS, terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank
Sentral) sebesar 213,6 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN)
sebesar 207,1 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia
pada akhir Januari 2021 tumbuh sebesar 2,6% (yoy), menurun dibandingkan
dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,4% (yoy). Perlambatan
pertumbuhan Utang Luar Negeri tersebut terjadi pada Utang Luar Negeri
Pemerintah dan Utang Luar Negeri swasta.
Utang Luar Negeri Pemerintah bulan Januari 2021 tumbuh lebih rendah.
Posisi ULN Pemerintah bulan Januari 2021 mencapai 210,8 miliar dolar AS, atau
tumbuh 2,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan
Desember 2020 sebesar 3,3% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan
oleh pembayaran pinjaman bilateral dan multilateral yang jatuh tempo. Sementara
itu, posisi surat utang Pemerintah masih meningkat seiring penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) dalam denominasi dolar AS dan Euro di awal tahun di tengah
momentum likuiditas di pasar global yang cukup tinggi serta sentimen positif
implementasi vaksinasi Covid-19 secara global. Perkembangan ULN juga
didorong aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN)

6
domestik yang meningkat, didukung oleh kepercayaan investor asing yang terjaga
terhadap prospek perekonomian domestik. ULN Pemerintah dikelola secara
terukur dan berhati-hati untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah, antara
lain yaitu sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib
(17,6% dari total ULN Pemerintah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
(17,1%), sektor jasa pendidikan (16,2%), sektor konstruksi (15,2%), dan sektor
jasa keuangan dan asuransi (13,0%).
ULN swasta tumbuh lambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Pertumbuhan ULN swasta pada akhir Januari 2021 tercatat 2,3% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,8%
(yoy). Perkembangan ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN
perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN
lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam. Pada akhir Januari 2021, ULN PBLK
tumbuh sebesar 4,9% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya
sebesar 6,3% (yoy). Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat sebesar 6,1% (yoy),
lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy).
Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,0% dari total
ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan
listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan
penggalian, dan sektor industri pengolahan.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-
hatian dalam pengelolaannya. Struktur ULN yang sehat tersebut tercermin dari
rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari
2021 yang tetap terjaga di kisaran 39,5%, relatif stabil dibandingkan dengan rasio
pada bulan sebelumnya sebesar 39,4%. Struktur ULN Indonesia yang tetap sehat
juga tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai
89,4% dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat,
Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau
perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang

7
pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian.
Adapun Data tentang Utang luar Negeri Indonesia:

Gambar: Utang luar negeri dari 2008-1 sampai 2021-04 pada grafik di atas.

3. Jenis-Jenis Utang Luar Negeri

Berikut jenis-jenis utang luar negeri dari berbagai aspek yaitu berdasarkan
bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu
peminjaman, status penerimaan pinjaman dan persyaratan pinjaman (Tribroto
dalam Ayu, 2016).

1) Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas :


a. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk
keperluan proyek pembangunan dengan cara memasukkan barang modal,
barang dan jasa.
b. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil atau ahli.
c. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk dana bagi
tujuan-tujuan yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas memilih
penggunaannya sesuai pilihan.
2) Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas:

8
a. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman yang
berasal dari badan-badan internasional seperti World Bank Asia dan
Development Bank, yang pada dasarnya adalah pinjaman yang berbunga
ringan.
b. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, hampir sama seperti
pinjaman dari lembaga internasional, hanya biasanya pinjaman ini dari
negara-negara bilateral anggota IGGI/IGI. Biasanya berupa pinjaman
lunak.
3) Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas :
a. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai
dengan lima tahun.
b. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15
tahun.
c. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu diatas 15
tahun.
4) Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas :
a. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak
pemerintah.
b. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta.
5) Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas :
a. pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral
maupun bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk
multilateral) atau dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral)
yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan
b. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan
pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian komersial. Pinjaman
komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga
keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada
umumnya.
Dampak positif dari utang luar negeri yaitu terhadap pembangunan
ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat. Sebab, alirannya dapat

9
meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik sehingga utang luar negeri
menghasilkan multiplier effect positif terhadap perekonomian, kemudian terhadap
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai dampak
lanjutannya. Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat meningkatkan investasi
yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan tabungan domestik dan
seterusnya. (Wahyuningsih, 2012). Utang luar negeri juga menimbulkan dampak
negatif, hal ini dialami oleh Indonesia pada saat terkena dampak krisis ekonomi
pada tahun 1997-1998. Pada saat itu nilai tukar rupiah mengalami pelemahan
yang cukup dalam terhadap US Dolar dan mata uang dunia lainnya. Keadaan
tersebut membuat utang luar negeri Indonesia meningkat drastis dan untuk
membayar utang yang sudah jatuh tempo, pemerintah mengambil kebijakan
penambahan utang baru. Penambahan utang yang dilakukan oleh pemerintah
menyebabkan pembayaran cicilan pokok dan bunga dari utang tersebut semakin
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga kebijakan tersebut
berpengaruh terhadap kinerja APBN yang semakin menurun (Widharma, 2013).

4. Penyebab adanya Utang Luar Negeri


a) Defisit Transaksi Berjalan (TB)
Transaksi Berjalan (TB) merupakan perbandingan antara jumlah
pembayaran yang diterima dari luar negeri dengan jumlah pembayaran
yang dikeluarkan ke luar negeri. Artinya, operasi total perdagangan luar
negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor,
serta pembayaran transfer.
b) Meningkatnya Kebutuhan Investasi
Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan untuk satu atau
lebih aktivitas yang dimiliki oleh Negara, di mana biasanya memiliki
jangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa
yang akan datang.
c) Meningkatnya Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum,
dimana hal tersebut secara terus-menerus memiliki kaitan dengan

10
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Yang mana,
laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga n.
d) Struktur Perekonomian Tidak Efisien
Struktur perekonomian yang tidak efisien, dalam hal ini di Indonesia,
tampak dari tidak efisiennya pemakaian modal yang dikeluarkan sehingga
memerlukan investasi besar. Hal inilah yang kemudian akan mendorong
pemerintah mengambil tindakan utang luar negeri untuk memenuhi
investasi besar tersebut akibat pemakaian modal yang tidak efisien.
e) Adanya faktor sosial politik dari penentu kebijakan Faktor sosial dan
politik lebih dominan dibanding faktor ekonomi dalam melakukan utang

5. Dampak Penyebab Utang Luar Negeri


a. Dampak Positif (Manfaat)
Adapun dampak positif dari utang luar negeri yang dilakukan oleh Negara,
antara lain:
1. Dua peran utama utang luar negeri yaitu, pertama untuk mengatasi
masalah kekurangan mata uang asing (foreign exchange gap), kedua untuk
mengatasi kekurangan tabungan (saving gap). Peran tersebut diharapkan
bisa di atasi dengan pengajuan utang luar negeri hal itu disebut dengan
masalah jurang ganda (the two gaps problem).
Pembangunan Infrastruktur Bagi Negara Berkembang – Kebanyakan
masyarakat memang memandang negatif utang luar negeri, meski
sebenarnya pandangan tersebut memang beralasan karena terlalu
banyaknya hutang yang ditanggung oleh Negara, yaitu Indonesia, kepada
Negara lain di luar negeri.
2. Menutupi Kekurangan Anggaran – Utang luar negeri juga memberikan
manfaat untuk menutupi kekurangan anggaran yang disebabkan oleh
neraca pembayaran Negara yang tidak seimbang antara pemasukan dan
pengeluaran.

11
3. Utang Luar Negeri Sama Halnya Dengan Modal Pembangunan – Utang
luar negeri yang dilakukan dapat dipakai sebagai modal untuk melakukan
pembangunan Negara.
4. Menjalin Hubungan Bilateral – Utang luar negeri yang dilakukan akan
mempererat hubungan bilateral antara Indonesia (sebagai pihak peminjam)
dengan Negara lain (sebagai pihak pemberi pinjaman).
5. Bentuk Pengakuan Negara Lain – Utang luar negeri yang dilakukan,
dalam artian mendapatkan pinjaman luar negeri dari Negara lain bukanlah
hal yang mudah. Pihak Negara peminjam harus mampu meyakinkan pihak
Negara pemberi pinjaman bahwa kita sebagai Negara peminjam.

b. Dampak Negatif (Resiko)


Adapun dampak negatif dari utang luar negeri yang dilakukan oleh
Negara, antara lain:
1. Bantuan utang luar negeri justru akan memperlambat pertumbuhan yang
erat kaitannya dengan adanya substitusi terhadap investasi dan tabungan
luar negeri, serta membesarnya defisit neraca pembayaran Negara.
2. Memperlebar kesenjangan standar hidup masyarakat antara orang yang
kaya dengan orang yang miskin di Negara dunia ketiga (Negara
berkembang), seperti Indonesia. Yang mana, orang yang kaya semakin
kaya dan gelamor, sedangkan orang yang miskin semakin miskin dan
terpuruk kualitas ekonomi hidupnya.
3. Menghambat pertumbuhan dengan semakin terkurasnya tabungan Negara
dan buruknya pendapatan yang diperoleh Negara sendiri.
4. Memperlebar kesenjangan tabungan dan devisa Negara yang ada, serta
menciptakan kesenjangan lainnya, seperti kesenjangan antara kota dan
desa yang biasanya tampak dengan berbedanya laju pembangunan atau
kesenjangan antara sektor modern dan tradisional.
5. Menciptakan kaum birokrat yang korup, mematikan inisiatif, dan
menciptakan mental pengemis bagi Negara penerimanya. Sebagaimana

12
telah terbukti di Indonesia sendiri, di mana banyak sekali pihak-pihak atau
individu yang melakukan korupsi.
6. Resiko kesinambungan fiskal, di mana utang yang besar biasanya
berpotensi untuk membahayakan kesinambungan anggaran pemerintah
dalam mengelola Negara.
7. Resiko nilai tukar, di mana resiko nilai mata uang yang juga berubah-ubah
setiap waktu berpotensi untuk memberikan tambahan beban pembayaran
terhadap utang luar negeri yang dilakukan. Apalagi bila nilai tukar rupiah
sedang menurun.
8. Resiko perubahan tingkat bunga, dimana tingkat bunga yang semakin
tinggi akan semakin memberatkan Negara peminjam. Sedemikian
sehingga biaya pembayaran hutang akan semakin tinggi.
9. Resiko pembiayaan kembali (refinancing), di mana volume utang Negara
yang sudah jatuh tempo harus dilunasi. Sedemikiam sehingga volume
yang cukup besar dapat mengakibatkan timbulnya resiko berupa lebih
tingginya biaya dari peminjaman baru yang akan dilakukan.
10. Resiko operasional, di mana pengelolaan utang luar negeri memiliki resiko
kegagalan jika operasional pengelolaannya sehari-hari tidak dilakukan
dengan baik. Entah dari sisi sumber daya manusianya maupun dari sisi
sumber daya kelembagaannya

13
REFERENSI

https://sudutekonomi.blogspot.com/2017/01/pengertian-utang-luar-negeri.html

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12014/BAB%20II.pdf?se
quence=6&isAllowed=y

https://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/UtangLN.pdf

http://eprints.ums.ac.id/61771/4/BAB%20II.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai