DOSEN PEMBIMBING
Ibu Dr . Sri Astuty, S.E., M.Si.,
Dan
Dr . Edwin Basmar S.E, M.M.
Disusun oleh :
NURHANIFAH
1996141015
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis tentang “ Analisis Pengaruh kebijakan
moneter terhadap pertumbuhan ekonomi”.
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yaitu Ibu Dr . Sri Astuty, S.E., M.Si., dan Dr .
Edwin Basmar S.E, M.M.
Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat member manfaat bagi kita semua, dalam hal
menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank Indonesia.
Penulis menyadari karya tulis ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju kearah yang lebih baik.
Saya mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan Penelitian 6
BAB II PEMBAHASAN 7
2.1 Definisi Kebijakan Moneter 7
2.2 Bagaimana pengaruh moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 8
2.3 Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 13
2.4 Apa saja kebijakan Moneter dalam menstabilkan kurs rupiah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia 15
2.5 Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia 18
BAB III PENUTUP 20
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
perbankan yang melemah akibat krisis keuangan (Sudarsono, 2009). Likuiditas wajib minimum
atau giro wajib 3 minimum bank merupakan hal yang sangat penting, baik yuridis maupun
ekonomis dan menjadi salah satu alat otoritas moneter dengan menggunakan perubahan
jumlah uang beredar (money supply). Jika bank sentral menurunkan giro wajib minimum maka
daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga jumlah uang beredar akan
bertambah. Adapun yang dimaksud dengan manajemen pengkreditan bank adalah kegiatan
mengatur pemanfaatan dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap
sehat. Manajemen pengkreditan akan dapat dilakukan dengan baik jika didasarkan perhitungan
yang matang dan terpadu dari pendapatan, keamanan, dan giro wajib minimalnya. Pendekatan
kredit ini beranggapan bahwa meningkatnya jumlah uang beredar sebagai akibat adanya
ekspansi moneter akan meningkatkan deposito yang selanjutnya meningkatkan loanable fund
sehingga terjadi peningkatan kredit perbankan. Kenaikan kredit perbankan ini akan
meningkatkan komponen belanja (spending) dalam perekonomian yang selanjutnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Yeniwati dan Riani, 2010). Sesuai dengan kondisi
perekonomian Indonesia yang kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankkan,
maka pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan
simtem kredit perbankkan secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur
potensi ekonomi masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan. Kebijakan moneter
ditetapkan oleh Bank Indonesia agar tujuan antara intermediate target berupa penentuan
indikator ekonomi dapat tercapai sehingga dengan itu tujuan pembangunan ekonomi dapat
diwujudkan (Sudirman, 2013).
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah
1. Apa definisi kebijakan Moneter
2. Bagaimana pengaruh moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
4. Apa saja kebijakan Moneter dalam menstabilkan kurs rupiah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia
5. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
8
sejumlah besar barang dan jasa yang berbeda.
Hasil estimasi regresi pengolahan data yang meggunakan regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil pengelolahan data dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1
Hasil Regresi Model OLS(Ordinary Least Square)
Variabel Coefficient t-statistic Prob
LOG -2,519737 -1,159193 0,2689
LOG(JUB) 0,490647 0,641135 0,5335
INF 0,188871 2,645839 0,0213
SB -0,222290 -17868832 0,0992
C 22,14787 1,8299385 0,0923
Sumber : hasil olahan data dengan E-view
9
Dari tabel 2 perhitungan VIF, nilai yang didapat lebih kecil dari 10 sehingga tidak terdapat
masalah Multikolinieritas.
● Uji Normalitas Residual
Residual Hasil uji Normalitas Residual dengan metode Jarque-Bera munjukkan hasil
sebagai mana terdapat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Hasil uji Normalitas Residual
series statistic Prob
Residuals 3,065261 0,21596
Sumber :Hasil olahan data dengan E-Views
10
sisanya 47% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam model.
3. Uji Validitas pengaruh (Uji t)
Uji validitas pengaruh (uji t) dilakukan untuk mengetahui signifikan dan tidaknya pengaruh
variabel-variabel independen yang berada dalam model. Formulasi hipotesis sebagai berikut: H0
: βi = 0; variabel independen ke i tidak memiliki pengaruh signifikan dan HA : βi ≠ 0; variabel
independen ke i memiliki pengaruh signifikan.
Tabel 4
Uji Validitas Pengaruh
Variable Prob.t Uji t Hasil uji t
Inflasi 0,0213 <0,05 Variable inflasi
(Ho : ditolak) pengaruh signifikan
Suku bunga 0,0992 <0,10 Variable suku bunga
(Ho : ditolak) memiliki pengaruh
signifikan
Nilai tukar 0,2689 > 0,10 Variable nilai tukar
(Ho : diterimah) memiliki pengaruh
tidak signifikan
Jumlah uang beredar 0,5335 >010 Variable jumlah uang
(Ho : diterimah) beredar memiliki
pengaruh tidak
signifikan
Sumber: hasil olahan dengan E-views.
Dari hasil (uji t) pada tabel 4 terlihat bahwa variabel inflasi dan suku bunga memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016, walaupun
dengan tingkat signifikansi α yang bebeda. Sedangkan nilai tukar dan jumlah uang beredar
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-
2016.
4. Intepretasi Pengaruh Model Terpilih
11
Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dengan koefisien
regresi sebesar 0,188871. Artinya apabila variabel inflasi naik sebesar 1% maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0,19%.
Variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, dengan koefisien regresi sebesar sebesar - 0,222290. Artinya apabila variabel suku
bunga naik sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan sebesar
0,22%.
Variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, dengan
koefisien regresi sebesar -2,519737. Berdasarkan uji signifikansi hasilnya menunjukkan nilai
0,2689 yang berarti nilainya lebih besar dari 10%. Maka dapat dikatakan bahwa variabel tidak
signifikan.
Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dengan koefisien
regresi sebesar 0,188871. Artinya apabila variabel inflasi naik sebesar 1% maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0,19%.
Variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, dengan koefisien regresi sebesar sebesar - 0,222290. Artinya apabila variabel suku
bunga naik sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan sebesar
0,22%. Variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
dengan koefisien regresi sebesar -2,519737. Berdasarkan uji signifikansi hasilnya menunjukkan
nilai 0,2689 yang berarti nilainya lebih besar dari 10%. Maka dapat dikatakan bahwa variabel
tidak signifikan.
5. Interpretasi Ekonomi
Berdasarkan hasil estimasi model OLS (Ordinary Least Square) Menunjukkan bahwa: variabel
inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Semakin ringan inflasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. inflasi ringan
mampu memberikan pengaruh positif. Inflasi akan mendorong perekonomian menjadi lebih
baik dengan seiring meningkatnya pendapatan nasional. Sehingga inflasi sangat efektif untuk
memperbaiki perekonomian yang lebih stabil.
Variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
12
Indonesia. Suku bunga merupakan instrument yang digunakan untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi. Pada saat terjadi pelemahan laju perekonomian suatu negara, maka
negara akan menurunkan tingkat suku bunga ketingkat yang lebih rendah. Otoritas moneter
menciptakan berbagai instrument moneter dan kebijakan moneter untuk 10 menggerakkan
atau mengendalikan tingkat bunga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang di
inginkan.
13
akan meresponsnya dengan menurunkan produksi dalam negeri sebagai akibat dari
kebijakan manajemen risiko untuk meminimalkan potensi kerugian. Dilihat dari
manajemen risiko kredit, kenaikan suku bunga seringkali dikhawatirkan oleh para
kreditur/bank umum. Misalnya saja untuk industri properti, bisa mengakibatkan tingkat
penjualan perumahan semakin menurun. Jika dipaksakan akan berimbas pada kredit
macet.
2) Pengaruh Suku Bunga terhadap Perekonomian secara Global
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai terkait kebijakan menaikkan dan
menurunkan suku bunga. Tujuannya sebenarnya bagus yaitu demi kesejahteraan rakyat
dalam negeri. Oleh karena itu setiap pergerakan suku bunga perlu dipertimbangkan
dampak ekonomi yang menyertainya.
3) Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP (Gross Domestik Product
GDP (Gross Domestik Product) ini sebagai salah satu indikator tingkat kesehatan
atas pertumbuhan ekonomi GDP juga merupakan salah satu dari indeks utama sistem
akun nasional (Sistem of National Accounts-SNA) terhadap pengukuran biaya barang dan
jasa. GDP menunjukkan kondisi ekonomi nasional. Gross Domestic Product atau Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah sebuah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai
produksi yang dihasilkan oleh semua Orang dan Perusahaan (baik lokal maupun asing) di
dalam suatu Negara.
4) Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kredit Perumahan Rakyat
Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam menunjang
kesejahteraan hidup manusia. Naiknya suku bunga berpengaruh terhadap penurunan
daya beli masyarakat terhadap produk perumahan. Turunnya daya beli terhadap jumlah
unit perumahan baru dapat memperlambat perekonomian dan mendorong ke arah
resesi. Sebaliknya, peningkatan pada jumlah unit perumahan baru mengindikasikan
tumbuhnya perekonomian.
5) Pengaruh Suku Bunga Terhadap Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)
Dampak lanjutan kenaikan suku bunga yang harus dipertimbangkan adalah
lesunya perekonomian yang berdampak terhadap menurunnya kesempatan kerja.
14
Produksi yang menurun juga berdampak terhadap pengurangan jumlah karyawan Kita
ketahui bersama pengangguran terjadi akibat ketidakseimbangan antara lapangan
pekerjaan dan orang yang membutuhkan pekerjaan, sehingga hanya sedikit saja yang
mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Seringkali kebijakan suku bunga ini
dimaksudkan untuk memberikan rangsangan dari bank agar masyarakat mau
menanamkan dananya pada bank. Untuk menarik minat, dibuatlah kebijakan menaikkan
suku bunga simpanan, sehingga masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan
dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan.
Hal ini berlaku juga sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat
masyarakat (atau investor) dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan
tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh di masa yang akan datang dari bunga adalah
sangat kecil. Dengan mengatur naik turunnya suku bunga, Bank Sentral sebagai pihak yang
memiliki otoritas harus berhati-hati dan jeli melihat setiap respon yang terjadi akibat kebijakan
tersebut.
2.4 Apa saja kebijakan Moneter dalam menstabilkan kurs rupiah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia
Ada Beberapa langkah yang diambil oleh Bank Indonesia lewat kebijakan moneternya
selaku otoritas yang berwenang sekaligus garda terdepan yang bertanggung jawab untuk
menstabilkan nilai rupiah.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (bank sentral)
dalam rangka mengendalikan variabel-variabel moneter (uang beredar, uang primer, kredit dan
suku bunga) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu yang telah ditetapkan. Atau secara
sederhana, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai kebijakan yang diambil oleh bank sentral
untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Secara umum dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif
dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang
ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui peningkatan
jumlah uang beredar. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang
15
ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
penurunan jumlah uang beredar.
Di Indonesia, tujuan kebijakan moneter sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 7 adalah untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. kestabilan nilai rupiah mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada
laju inflasi, serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain yang
tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs). BI sebagai Bank Sentral Republik Indonesia
berperan sebagai pengambil kebijakan tunggal dalam kebijakan moneter. Stabilitas nilai uang
merupakan tujuan kebijakan moneter yang dibuat dan dilaksanakan BI.
Instrumen Kebijakan Moneter Secara umum, instrumen yang biasa digunakan oleh bank
sentral dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter adalah sebagai berikut :
1. Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka adalah kegiatan bank sentral dalam melakukan jual beli
surat-surat berharga jangka pendek. Jika Bank Sentral menginginkan adanya
penambahan jumlah uang beredar di masyarakat, maka Bank Sentral akan membeli
surat-surat berharga dari bank-bank umum berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
dari Pemerintah (Surat Berharga Negara/SBN) dan Surat Utang Negara/SUN). Sebaliknya,
jika Bank Sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar yang ada di masyarakat, maka
akan menjual surat-surat berharga kepada bank umum dan masyarakat.
2. Giro Wajib Minimum (GWM)
Giro wajib minimum (GWM) adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan
bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase
tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase tersebut, semakin besar
kemampuan bank memanfaatkan likuiditasnya (reserve-nya) untuk memberikan
pinjaman dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya, semakin besar persentasenya,
maka semakin berkurang kemampuan bank untukmemberikan pinjaman. Jika bank
sentral menurunkan GWM, maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat,
16
sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya, jika persentasenya dinaikkan,
maka daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar berkurang.
3. Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada suatu
bank dalam rangka mengatasi kesulitan likuiditas yang disebabkan oleh ketidaksesuaian
(mismatch) pengelolaan dana yang bersifat sementara (discountwindow).
Jika Bank Sentral ingin menambah jumlah uang beredar yang ada di masyarakat, maka
Bank Sentral menurunkan tingkat diskonto dan suku bunga pinjaman yang diberikan
kepada bank-bank umum, sehingga biaya atau bunga yang harus dibayar oleh bank-bank
umum menjadi lebih murah. Sebaliknya, jika Bank Sentral ingin mengurangi jumlah uang
beredar yang ada di masyarakat, maka Bank Sentral akan menaikkan tingkat diskonto
dan suku bunga pinjaman yang diberikan kepada bank-bank umum. Sehingga biaya atau
bunga yang harus dibayar oleh bank-bank umum menjadi lebih mahal.
4. Himbauan Moral
Bank Sentral dapat melakukan himbauan moral terhadap perbankan. Biasanya
himbauan moral merupakan pernyataan bank sentral (misalnya oleh Gubernur Bank
Indonesia) yang bersifat mengarahkan atau memberi informasi yang lebih bersifat
makro. Informasi tersebut untuk dijadikan masukan bagi bank-bank umum dalam
pengelolaan aset dan kewajibannya. Instrumen ini digunakan untuk mendukung
efektifitas kebijakan moneter lainnya yang dilakukan bank sentral.
Tidak dapat dipungkiri peranan uang dirasakan sangat penting dan tidak ada
bagian kehidupan manusia yang tidak terkait dengan uang. Namun demikian, jumlah
uang yang beredar di luar kendali dapat menimbulkan pengaruh yang buruk bagi
perekonomian secara keseluruhan. Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan
dapat mendorong kenaikan harga, dan dalam jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat
rendah, maka kelesuan ekonomi akan terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak pada
penurunan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi tersebut melatar belakangi otoritas moneter dalam membuat kebijakan pengendalian
17
jumlah uang beredar dalam perekonomian yang dikenal dengan kebijakan moneter.
2.5 Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Moneter sangat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar Suatu negara pastinya
memiliki masalah, salah satunya ialah menjaga stabilitas pertumbuhan ekonominya. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan cara
mengendalikan inflasi dalam negeri dan juga menerapkan kebijakan moneter. Kebijakan
moneter umumnya dilakukan oleh otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter
seperti jumlah uang beredar.
Jumlah uang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal ini berarti dalam periode yang sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang
beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat.
Uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik
barang, jasa maupun utang.
a. Fungsi uang secara umum adalah sebagai berikut: Sebagai satuan pengukur nilai, dengan
fungsi ini maka nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Misalnya
mengukur nilai sebuah HP dengan menggunakan nilai rupiah, maka dapat diketahui
perbandingan nilai antara HP dengan TV.
b. Sebagai alat tukar menukar, dengan adanya uang kita dapat membeli/menukarkan
dengan barang lain sehingga mempermudah transaksi jual beli.
c. Sebagai alat penimbun kekayaan, dengan uang seseorang dapat menyimpan/menimbun
kekayaan.
Jumlah uang beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam perekonomian yaitu dari
mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Jumlah uang
beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terdapat hubungan
jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam
jangka pendek, jumlah uang beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan
jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti dalam periode yang sama, jumlah
uang beredar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa
18
semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin
meningkat. Jumlah uang beredar berpengaruh positif dan sifnifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan dengan hipotesa Keynes yakni, penawaran uang (Money Supply)
memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi
kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan (menurunkan)
tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong untuk melakukan investasi, yang pada akhirnya akan
menciptakan kenaikan output dan memicu perumbuhan ekonomi.
19
BAB III
PENUTUP
20
4. Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
artinya semakin besar nilai tukar nominal akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi
meningkat secara signifikan. Sedangkan Inflasi berpengaruh negative dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka
pertumbuhan ekonomi akan menurun secara signifikan. Uji simultan dalam kebijakan
moneter menunjukkan bahwa secara bersama-sama nilai tukar dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
5. Tujuan kebijakan moneter sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 7 adalah
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. kestabilan nilai rupiah
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan
jasa yang tercermin pada laju inflasi, serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap
mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs). BI sebagai
Bank Sentral Republik Indonesia berperan sebagai pengambil kebijakan tunggal dalam
kebijakan moneter. Stabilitas nilai uang merupakan tujuan kebijakan moneter yang
dibuat dan dilaksanakan BI.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis, saran-saran yang penulis dapat berikan sebagai berikut:
1. Diharapkan pengendalian inflasi bukan saja dalam jangka pendek, tetapi juga dalam
jangka panjang. dan bila ada upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan
menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang ada, maka akan berakibat pada
membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.
2. Variable jumlah uang beredar yang berpengaruh signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, maka pemerintah dan otoritas moneter hendaknya mengatur
jumlah uang yang beredar di msayarakat Indonesia agar tidak terlalu banyak yang
menyebabkan inflasi, namun juga tidak terlalu rendah. Pemerintah dan otoritas moneter
hendaknya menjaga agar jumlah uang beredar stabil agar tercipta perekonomian yang
stabil.
21
DAFTAR PUSTAKA
KRISTIANINGSIH, D. (2019). Ekonomi dan bisnis. ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR,
INFLASI, INVESTASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA TAHUN 2000-2017 , 9.
Putra, A. Z. (2018). Ekonomi dan Bisnis. Analisis pengaruh kebijakan moneter di Indonesia
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia Tahun 2000-2016 , 3,4,5,7,8,9.
22