Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING
Ibu Dr . Sri Astuty, S.E., M.Si.,
Dan
Dr . Edwin Basmar S.E, M.M.

Disusun oleh :
NURHANIFAH
1996141015

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis tentang “ Analisis Pengaruh kebijakan
moneter terhadap pertumbuhan ekonomi”.
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yaitu Ibu Dr . Sri Astuty, S.E., M.Si., dan Dr .
Edwin Basmar S.E, M.M.
Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat member manfaat bagi kita semua, dalam hal
menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank Indonesia.
Penulis menyadari karya tulis ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju kearah yang lebih baik.
Saya mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, 01 juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan Penelitian 6
BAB II PEMBAHASAN 7
2.1 Definisi Kebijakan Moneter 7
2.2 Bagaimana pengaruh moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 8
2.3 Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 13
2.4 Apa saja kebijakan Moneter dalam menstabilkan kurs rupiah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia 15
2.5 Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia 18
BAB III PENUTUP 20
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi
kebijakan moneter, yang mengacu pada kebijakan otoritas moneter suatu negara yang
menyangkut masalah-masalah moneter. Kebijakan tersebut dapat didefinisikan sebagai
kebijakan yang berkenaan dengan pengendalian lembaga keuangan, penjualan dan pebelian
secara aktif kertas-kertas berharga oleh otoritas moneter sebagai pengaruh perubah keadaan
uang dan pembelian dan penjualan secara pasif kertas berharga yang timbul dari usaha
mempertahankan struktur suku bunga tertentu, stabilitas harga saham, atau untuk memenuhi
kewajiban dan komitmen tertentu lainnya (Jhingan, 2000).
Pada dasarnya kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan intern (internal balance)
dan keseimbangan ekstern (eksternal balance). Keseimbangan internal biasanya ditunjukkan
dengan terciptanya keseimbangan kerja dan tercapainya laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan dipertahankan laju inflasi yang rendah. Disisi lain keseimbangan intern biasanya ditunjukkan
dengan neraca pembayaran yang seimbang (Insukindro, 2004). Pada tahun 2008 sempat terjadi
krisis ekonomi global bermula pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang menyebar pada negara
lain termasuk Indonesia. dampak krisis ekonomi di Indonesia masih tergolong ringan jika
dibandingkan dengan negara lain. Krisis ekonomi merupakan perwujudan terjadinya risiko nilai
mata uang atau currency risk khususnya nilai dollar US terhadap rupiah dari kewajiban valuta
asing dalam arti kata lain hutang luar negeri swasta yang harus dibayar dalam bentuk mata uang
asing dengan jumlah yang sangat besar melebihi pasokan mata uang asing sehingga mendorong
meningkatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah. Risiko valuta asing berdampak pada timbulnya
risiko likuiditas yang menimbulkan risiko suku bunga akan berdampak pada krisis perbankkan
(Sudirman, 2013).
Kebijakan pemerintah di bidang moneter telah dikeluarkan dalam rangka mengantisipasi
dampak krisis keuangan pada sektor perbankan. Penetapan kebijakan cadangan wajib minimum
(giro wajib minimum) untuk menambah kepercayaan diri bank terhadap kondisi likuiditas

4
perbankan yang melemah akibat krisis keuangan (Sudarsono, 2009). Likuiditas wajib minimum
atau giro wajib 3 minimum bank merupakan hal yang sangat penting, baik yuridis maupun
ekonomis dan menjadi salah satu alat otoritas moneter dengan menggunakan perubahan
jumlah uang beredar (money supply). Jika bank sentral menurunkan giro wajib minimum maka
daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga jumlah uang beredar akan
bertambah. Adapun yang dimaksud dengan manajemen pengkreditan bank adalah kegiatan
mengatur pemanfaatan dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap
sehat. Manajemen pengkreditan akan dapat dilakukan dengan baik jika didasarkan perhitungan
yang matang dan terpadu dari pendapatan, keamanan, dan giro wajib minimalnya. Pendekatan
kredit ini beranggapan bahwa meningkatnya jumlah uang beredar sebagai akibat adanya
ekspansi moneter akan meningkatkan deposito yang selanjutnya meningkatkan loanable fund
sehingga terjadi peningkatan kredit perbankan. Kenaikan kredit perbankan ini akan
meningkatkan komponen belanja (spending) dalam perekonomian yang selanjutnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Yeniwati dan Riani, 2010). Sesuai dengan kondisi
perekonomian Indonesia yang kegiatannya bertumpu pada aset keuangan kredit perbankkan,
maka pemerintah perlu melaksanakan kebijakan moneter melalui pengelolaan atau pengaturan
simtem kredit perbankkan secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi struktur
potensi ekonomi masyarakat daerah (resource base) yang akan digerakkan. Kebijakan moneter
ditetapkan oleh Bank Indonesia agar tujuan antara intermediate target berupa penentuan
indikator ekonomi dapat tercapai sehingga dengan itu tujuan pembangunan ekonomi dapat
diwujudkan (Sudirman, 2013).

5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah
1. Apa definisi kebijakan Moneter
2. Bagaimana pengaruh moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
4. Apa saja kebijakan Moneter dalam menstabilkan kurs rupiah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia
5. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh moneter, inflasi, suku bunga,
nilai tukar dan jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang Negara untuk mencapai
tujuan tertentu seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman “ Margin Requirment” ,
kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai pinjaman usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negoisasi dengan pemerintah lain.
Secara umum kebijakan moneter adalah proses yang dilakukan oleh otoritas moneter
(bank sentral) suatu Negara dalam mengontrol atau mengendalikan jumlah uang beredar (JUB).
Melalui pendekatan kuantitas dan / atau pendekatan tingkat suku bunga yang bertujuan untuk
mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, sudah termasuk didalamnya stabilitas harga
dan tingkat pengangguran yang rendah.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter
pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku

7
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

2.2 Bagaimana pengaruh moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


Perekonomian yang stabil akan lebih disukai dibandingkan dengan perekonomian yang
mengalami gejolak dan guncangan. Kestabilan perekonomian suatu negara akan sangat
mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perekonomian yang stabil dapat menekan
laju inflasi dan menyeimbangkan peredaran jumlah uang di masyarakat. Salah satu indikator
yang dapat mengukur kestabilan perekonomian yakni dengan melihat kinerja dari stabilitas
makroekonomi diantaranya inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar. Dalam
ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi kebijakan
moneter, yang mengacu pada kebijakan otoritas moneter suatu negara yang menyangkut
masalah-masalah moneter. Kebijaksanaan tersebut dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang
berkenaan dengan pengendalian lembaga keuangan, penjualan dan pebelian secara aktif
kertas-kertas berharga oleh otoritas moneter sebagai pengaruh perubah keadaan uang dan
pembelian dan penjualan secara pasif kertas berharga yang timbul dari usaha mempertahankan
struktur suku bunga tertentu, stabilitas harga saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan
komitmen tertentu lainnya (Jhingan, 2000). Pada umumnya kebijakan yang dilakukan oleh pihak
otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter, seperti uang inti, uang beredar, dan
suku bunga.
Pada dasarnya kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan intern (internal
balance) dan keseimbangan ekstern (eksternal balance). Keseimbangan 2 internal biasanya
ditunjukkan dengan terciptanya keseimbangan kerja dan tercapainya laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan dipertahankan laju inflasi yang rendah. Disisi lain keseimbangan intern
biasanya ditunjukkan dengan neraca pembayaran yang seimbang (Insukindro, 2004). Menurut
(Mankiw, 2000) perkembangan pertumbuhan ekonomi berasal dari pendapatan yang terus
meningkat, yang memungkinkan suatu negara mengkonsumsi jumlah barang dan jasa yang lebih
banyak dan beragam. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, para ekonom menggunakan
data tentang Gross Domestic Product (GDP), yang meliputi produksi dan penjualan dari

8
sejumlah besar barang dan jasa yang berbeda.
Hasil estimasi regresi pengolahan data yang meggunakan regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil pengelolahan data dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1
Hasil Regresi Model OLS(Ordinary Least Square)
Variabel Coefficient t-statistic Prob
LOG -2,519737 -1,159193 0,2689
LOG(JUB) 0,490647 0,641135 0,5335
INF 0,188871 2,645839 0,0213
SB -0,222290 -17868832 0,0992
C 22,14787 1,8299385 0,0923
Sumber : hasil olahan data dengan E-view

1. Uji Asumsi Klasik


● Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas dengan metode VIF (Variance Inflation Factor) menunjukkan hasil
bagaimana terdapat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2
Hasil uji multikolinieritas
Variable Nilai VIF Uji VIF Hasil Uji VIF
Log(KURS) 3,507038 <10 Tidak terdapat masalah
multikolinieritas
LOG(JUB) 7,779308 <10 Tidak terdapat masalah
multikolinieritas
INF 2,391300 <10 Tidak terdapat masalah
multikolinieritas
SB 6,054720 <10 Tidak terdapat masalah
multikolinieritas
Sumber : Hasil olahan data dengan E-Views

9
Dari tabel 2 perhitungan VIF, nilai yang didapat lebih kecil dari 10 sehingga tidak terdapat
masalah Multikolinieritas.
● Uji Normalitas Residual
Residual Hasil uji Normalitas Residual dengan metode Jarque-Bera munjukkan hasil
sebagai mana terdapat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Hasil uji Normalitas Residual
series statistic Prob
Residuals 3,065261 0,21596
Sumber :Hasil olahan data dengan E-Views

Berdasarkan regresi tabel 3 Uji Normalitas menggunakan uji Jarque-Bera dengan


formulasi hipotesis; H0 : distribusi ut normal dan HA : Distribusi ut tidak normal. Tingkat
signifikansi yang digunakan (α) sebesar 0,01 dengan kriteria pengujian; H0 diterima bila JB >
0,01 dan H0 ditolak bila JB ≤ 0,01. Dapat dilihat bahwa besar nilai probabilitas Variabel Nilai VIF
Uji VIF Hasil Uji VIF LOG(KURS) 3,507038 < 10 Tidak terdapat masalah multikolinieritas LOG(JUB)
7,779308 0,01 maka H0 diterima. Kesimpulan yang dapat diambil distribusi μ 𝑡 normal.
2. Uji Kebijakan Model
● Uji eksistensi Model
Uji Eksistensi Model dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan formulasi hipotesis; H0 :
β1 = β2 = β3 = 0; model yang dipakai tidak eksis dan HA : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0; model yang dipakai
eksis. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 0,05 dengan kriteria pengujian; H0
diterima bila F hitung atau statistik F > 0,05 dan H0 ditolak bila F hitung atau statistik F ≤ 0,05.
Nilai probabilitas statistik F adalah sebesar 0,045018 < 0,05 maka H0 ditolak, kesimpulan yang
dapat diambil adalah model yang dipakai eksis.
2
● Interpretasi 𝑅
2
Nilai 𝑅 yang diperoleh sebesar 0,530077. Artinya, variasi perubahan inflasi, Suku bunga, Nilai
tukar dan jumlah uang beredar mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar 53%, Sedangkan

10
sisanya 47% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam model.
3. Uji Validitas pengaruh (Uji t)
Uji validitas pengaruh (uji t) dilakukan untuk mengetahui signifikan dan tidaknya pengaruh
variabel-variabel independen yang berada dalam model. Formulasi hipotesis sebagai berikut: H0
: βi = 0; variabel independen ke i tidak memiliki pengaruh signifikan dan HA : βi ≠ 0; variabel
independen ke i memiliki pengaruh signifikan.
Tabel 4
Uji Validitas Pengaruh
Variable Prob.t Uji t Hasil uji t
Inflasi 0,0213 <0,05 Variable inflasi
(Ho : ditolak) pengaruh signifikan
Suku bunga 0,0992 <0,10 Variable suku bunga
(Ho : ditolak) memiliki pengaruh
signifikan
Nilai tukar 0,2689 > 0,10 Variable nilai tukar
(Ho : diterimah) memiliki pengaruh
tidak signifikan
Jumlah uang beredar 0,5335 >010 Variable jumlah uang
(Ho : diterimah) beredar memiliki
pengaruh tidak
signifikan
Sumber: hasil olahan dengan E-views.

Dari hasil (uji t) pada tabel 4 terlihat bahwa variabel inflasi dan suku bunga memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-2016, walaupun
dengan tingkat signifikansi α yang bebeda. Sedangkan nilai tukar dan jumlah uang beredar
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2000-
2016.
4. Intepretasi Pengaruh Model Terpilih

11
Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dengan koefisien
regresi sebesar 0,188871. Artinya apabila variabel inflasi naik sebesar 1% maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0,19%.
Variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, dengan koefisien regresi sebesar sebesar - 0,222290. Artinya apabila variabel suku
bunga naik sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan sebesar
0,22%.
Variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, dengan
koefisien regresi sebesar -2,519737. Berdasarkan uji signifikansi hasilnya menunjukkan nilai
0,2689 yang berarti nilainya lebih besar dari 10%. Maka dapat dikatakan bahwa variabel tidak
signifikan.
Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dengan koefisien
regresi sebesar 0,188871. Artinya apabila variabel inflasi naik sebesar 1% maka pertumbuhan
ekonomi akan mengalami peningkatan sebesar 0,19%.
Variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, dengan koefisien regresi sebesar sebesar - 0,222290. Artinya apabila variabel suku
bunga naik sebesar 1% maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan sebesar
0,22%. Variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
dengan koefisien regresi sebesar -2,519737. Berdasarkan uji signifikansi hasilnya menunjukkan
nilai 0,2689 yang berarti nilainya lebih besar dari 10%. Maka dapat dikatakan bahwa variabel
tidak signifikan.
5. Interpretasi Ekonomi
Berdasarkan hasil estimasi model OLS (Ordinary Least Square) Menunjukkan bahwa: variabel
inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Semakin ringan inflasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. inflasi ringan
mampu memberikan pengaruh positif. Inflasi akan mendorong perekonomian menjadi lebih
baik dengan seiring meningkatnya pendapatan nasional. Sehingga inflasi sangat efektif untuk
memperbaiki perekonomian yang lebih stabil.
Variabel suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

12
Indonesia. Suku bunga merupakan instrument yang digunakan untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi. Pada saat terjadi pelemahan laju perekonomian suatu negara, maka
negara akan menurunkan tingkat suku bunga ketingkat yang lebih rendah. Otoritas moneter
menciptakan berbagai instrument moneter dan kebijakan moneter untuk 10 menggerakkan
atau mengendalikan tingkat bunga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang di
inginkan.

2.3 Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia


Tingkat suku bunga merupakan salah satu tolak ukur yang memicu pertumbuhan
perekonomian suatu negara. Kebijakan yang dibuat oleh bank sentral ini (Bank Indonesia) dan
kebijakan moneter ini bisa berimbas di berbagai sektor kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ini
meliputi perputaran arus keuangan/perbankan yang meliputi: tabungan, investasi, inflasi yang
sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah.
Negara dengan nilai tukar yang kuat (memiliki jumlah transaksi besar) memiliki pengaruh
yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia sehingga kebijakan bak sentral dari
negara maju terhadap suku bunga ini biasanya akan direspons oleh para pelaku pasar dan para
penanam modal untuk memanfaatkan momen tersebut guna mendapatkan keuntungan yang
maksimal. Suku bunga erat kaitannya dengan kreditor (bank) dan debitor (peminjam). Pada
prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan
uang dalam jangka waktu tertentu, yang umumkan dalam 'persentase'.
1) Pengaruh Suku Bunga terhadap Kapasitas Produksi dan Portofolio Kredit
Dari sisi industri dalam negeri, kenaikan pada suku bunga yang dilakukan oleh
Bank Sentral seiring dengan berjalannya waktu, akan ada dampak pada jumlah produksi.
Sisi positifnya adalah tenaga kerja semakin bertambah, hasil produksi meningkat,
akibatnya kapasitas ekspor bertambah sehingga jumlah pengangguran juga menurun
akibat banyaknya tenaga kerja yang terserap di dalamnya.
Efek jangka panjangnya adalah devisa yang masuk ke negara tersebut juga akan
semakin besar sehingga akan semakin menguatkan nilai tukar mata uang dalam negeri.
Hal ini berlaku pula sebaliknya, jika saja suku bunga menurun, biasanya pelaku industri

13
akan meresponsnya dengan menurunkan produksi dalam negeri sebagai akibat dari
kebijakan manajemen risiko untuk meminimalkan potensi kerugian. Dilihat dari
manajemen risiko kredit, kenaikan suku bunga seringkali dikhawatirkan oleh para
kreditur/bank umum. Misalnya saja untuk industri properti, bisa mengakibatkan tingkat
penjualan perumahan semakin menurun. Jika dipaksakan akan berimbas pada kredit
macet.
2) Pengaruh Suku Bunga terhadap Perekonomian secara Global
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai terkait kebijakan menaikkan dan
menurunkan suku bunga. Tujuannya sebenarnya bagus yaitu demi kesejahteraan rakyat
dalam negeri. Oleh karena itu setiap pergerakan suku bunga perlu dipertimbangkan
dampak ekonomi yang menyertainya.
3) Pengaruh Suku Bunga Terhadap GDP (Gross Domestik Product
GDP (Gross Domestik Product) ini sebagai salah satu indikator tingkat kesehatan
atas pertumbuhan ekonomi GDP juga merupakan salah satu dari indeks utama sistem
akun nasional (Sistem of National Accounts-SNA) terhadap pengukuran biaya barang dan
jasa. GDP menunjukkan kondisi ekonomi nasional. Gross Domestic Product atau Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah sebuah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai
produksi yang dihasilkan oleh semua Orang dan Perusahaan (baik lokal maupun asing) di
dalam suatu Negara.
4) Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kredit Perumahan Rakyat
Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam menunjang
kesejahteraan hidup manusia. Naiknya suku bunga berpengaruh terhadap penurunan
daya beli masyarakat terhadap produk perumahan. Turunnya daya beli terhadap jumlah
unit perumahan baru dapat memperlambat perekonomian dan mendorong ke arah
resesi. Sebaliknya, peningkatan pada jumlah unit perumahan baru mengindikasikan
tumbuhnya perekonomian.
5) Pengaruh Suku Bunga Terhadap Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)
Dampak lanjutan kenaikan suku bunga yang harus dipertimbangkan adalah
lesunya perekonomian yang berdampak terhadap menurunnya kesempatan kerja.

14
Produksi yang menurun juga berdampak terhadap pengurangan jumlah karyawan Kita
ketahui bersama pengangguran terjadi akibat ketidakseimbangan antara lapangan
pekerjaan dan orang yang membutuhkan pekerjaan, sehingga hanya sedikit saja yang
mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Seringkali kebijakan suku bunga ini
dimaksudkan untuk memberikan rangsangan dari bank agar masyarakat mau
menanamkan dananya pada bank. Untuk menarik minat, dibuatlah kebijakan menaikkan
suku bunga simpanan, sehingga masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan
dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan.
Hal ini berlaku juga sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat
masyarakat (atau investor) dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan
tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh di masa yang akan datang dari bunga adalah
sangat kecil. Dengan mengatur naik turunnya suku bunga, Bank Sentral sebagai pihak yang
memiliki otoritas harus berhati-hati dan jeli melihat setiap respon yang terjadi akibat kebijakan
tersebut.

2.4 Apa saja kebijakan Moneter dalam menstabilkan kurs rupiah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia
Ada Beberapa langkah yang diambil oleh Bank Indonesia lewat kebijakan moneternya
selaku otoritas yang berwenang sekaligus garda terdepan yang bertanggung jawab untuk
menstabilkan nilai rupiah.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (bank sentral)
dalam rangka mengendalikan variabel-variabel moneter (uang beredar, uang primer, kredit dan
suku bunga) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu yang telah ditetapkan. Atau secara
sederhana, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai kebijakan yang diambil oleh bank sentral
untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Secara umum dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif
dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang
ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui peningkatan
jumlah uang beredar. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang

15
ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
penurunan jumlah uang beredar.
Di Indonesia, tujuan kebijakan moneter sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 7 adalah untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. kestabilan nilai rupiah mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada
laju inflasi, serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain yang
tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs). BI sebagai Bank Sentral Republik Indonesia
berperan sebagai pengambil kebijakan tunggal dalam kebijakan moneter. Stabilitas nilai uang
merupakan tujuan kebijakan moneter yang dibuat dan dilaksanakan BI.
Instrumen Kebijakan Moneter Secara umum, instrumen yang biasa digunakan oleh bank
sentral dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter adalah sebagai berikut :
1. Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka adalah kegiatan bank sentral dalam melakukan jual beli
surat-surat berharga jangka pendek. Jika Bank Sentral menginginkan adanya
penambahan jumlah uang beredar di masyarakat, maka Bank Sentral akan membeli
surat-surat berharga dari bank-bank umum berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
dari Pemerintah (Surat Berharga Negara/SBN) dan Surat Utang Negara/SUN). Sebaliknya,
jika Bank Sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar yang ada di masyarakat, maka
akan menjual surat-surat berharga kepada bank umum dan masyarakat.
2. Giro Wajib Minimum (GWM)
Giro wajib minimum (GWM) adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan
bank-bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase
tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase tersebut, semakin besar
kemampuan bank memanfaatkan likuiditasnya (reserve-nya) untuk memberikan
pinjaman dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya, semakin besar persentasenya,
maka semakin berkurang kemampuan bank untukmemberikan pinjaman. Jika bank
sentral menurunkan GWM, maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat,

16
sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya, jika persentasenya dinaikkan,
maka daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar berkurang.
3. Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada suatu
bank dalam rangka mengatasi kesulitan likuiditas yang disebabkan oleh ketidaksesuaian
(mismatch) pengelolaan dana yang bersifat sementara (discountwindow).
Jika Bank Sentral ingin menambah jumlah uang beredar yang ada di masyarakat, maka
Bank Sentral menurunkan tingkat diskonto dan suku bunga pinjaman yang diberikan
kepada bank-bank umum, sehingga biaya atau bunga yang harus dibayar oleh bank-bank
umum menjadi lebih murah. Sebaliknya, jika Bank Sentral ingin mengurangi jumlah uang
beredar yang ada di masyarakat, maka Bank Sentral akan menaikkan tingkat diskonto
dan suku bunga pinjaman yang diberikan kepada bank-bank umum. Sehingga biaya atau
bunga yang harus dibayar oleh bank-bank umum menjadi lebih mahal.
4. Himbauan Moral
Bank Sentral dapat melakukan himbauan moral terhadap perbankan. Biasanya
himbauan moral merupakan pernyataan bank sentral (misalnya oleh Gubernur Bank
Indonesia) yang bersifat mengarahkan atau memberi informasi yang lebih bersifat
makro. Informasi tersebut untuk dijadikan masukan bagi bank-bank umum dalam
pengelolaan aset dan kewajibannya. Instrumen ini digunakan untuk mendukung
efektifitas kebijakan moneter lainnya yang dilakukan bank sentral.
Tidak dapat dipungkiri peranan uang dirasakan sangat penting dan tidak ada
bagian kehidupan manusia yang tidak terkait dengan uang. Namun demikian, jumlah
uang yang beredar di luar kendali dapat menimbulkan pengaruh yang buruk bagi
perekonomian secara keseluruhan. Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan
dapat mendorong kenaikan harga, dan dalam jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat
rendah, maka kelesuan ekonomi akan terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak pada
penurunan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi tersebut melatar belakangi otoritas moneter dalam membuat kebijakan pengendalian

17
jumlah uang beredar dalam perekonomian yang dikenal dengan kebijakan moneter.
2.5 Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Moneter sangat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar Suatu negara pastinya
memiliki masalah, salah satunya ialah menjaga stabilitas pertumbuhan ekonominya. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan cara
mengendalikan inflasi dalam negeri dan juga menerapkan kebijakan moneter. Kebijakan
moneter umumnya dilakukan oleh otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter
seperti jumlah uang beredar.
Jumlah uang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal ini berarti dalam periode yang sama, jumlah uang beredar akan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang
beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat.
Uang adalah segala sesuatu yang dapat dipakai/diterima untuk melakukan pembayaran baik
barang, jasa maupun utang.
a. Fungsi uang secara umum adalah sebagai berikut: Sebagai satuan pengukur nilai, dengan
fungsi ini maka nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Misalnya
mengukur nilai sebuah HP dengan menggunakan nilai rupiah, maka dapat diketahui
perbandingan nilai antara HP dengan TV.
b. Sebagai alat tukar menukar, dengan adanya uang kita dapat membeli/menukarkan
dengan barang lain sehingga mempermudah transaksi jual beli.
c. Sebagai alat penimbun kekayaan, dengan uang seseorang dapat menyimpan/menimbun
kekayaan.
Jumlah uang beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam perekonomian yaitu dari
mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Jumlah uang
beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terdapat hubungan
jangka panjang yang stabil antara kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Dalam
jangka pendek, jumlah uang beredar dan kredit sebagai variabel moneter memiliki hubungan
jangka pendek dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti dalam periode yang sama, jumlah
uang beredar akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa

18
semakin meningkat jumlah uang beredar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin
meningkat. Jumlah uang beredar berpengaruh positif dan sifnifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan dengan hipotesa Keynes yakni, penawaran uang (Money Supply)
memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi. Apabila terjadi
kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia akan mengambil kebijakan (menurunkan)
tingkat suku bunga. Kondisi ini mendorong untuk melakukan investasi, yang pada akhirnya akan
menciptakan kenaikan output dan memicu perumbuhan ekonomi.

19
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapat dari penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro.
2. dengan model OLS (Ordinary Least Square) yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian tersebut sebagai berikut:Dari hasil uji asumsi klasik diperoleh
kesimpulan bahwa uji multikolinieritas tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam
model, uji normalitas distribusi ut normal, pada uji otokorelasi tidak terdapat masalah
otokorelasi dalam model, untuk uji heteroskedastisitas tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas dalam model, pada uji spesifikasi model adalah model yang dipakai
linier.
3. Tingkat suku bunga merupakan salah satu tolak ukur yang memicu pertumbuhan
perekonomian suatu negara. Kebijakan yang dibuat oleh bank sentral ini (Bank
Indonesia) dan kebijakan moneter ini bisa berimbas di berbagai sektor kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi ini meliputi perputaran arus keuangan/perbankan yang
meliputi: tabungan, investasi, inflasi yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai
tukar rupiah. Negara dengan nilai tukar yang kuat (memiliki jumlah transaksi besar)
memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia sehingga
kebijakan bak sentral dari negara maju terhadap suku bunga ini biasanya akan direspons
oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan momen tersebut
guna mendapatkan keuntungan yang maksimal.

20
4. Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
artinya semakin besar nilai tukar nominal akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi
meningkat secara signifikan. Sedangkan Inflasi berpengaruh negative dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka
pertumbuhan ekonomi akan menurun secara signifikan. Uji simultan dalam kebijakan
moneter menunjukkan bahwa secara bersama-sama nilai tukar dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
5. Tujuan kebijakan moneter sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 7 adalah
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. kestabilan nilai rupiah
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan
jasa yang tercermin pada laju inflasi, serta kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap
mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs). BI sebagai
Bank Sentral Republik Indonesia berperan sebagai pengambil kebijakan tunggal dalam
kebijakan moneter. Stabilitas nilai uang merupakan tujuan kebijakan moneter yang
dibuat dan dilaksanakan BI.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis, saran-saran yang penulis dapat berikan sebagai berikut:
1. Diharapkan pengendalian inflasi bukan saja dalam jangka pendek, tetapi juga dalam
jangka panjang. dan bila ada upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan
menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang ada, maka akan berakibat pada
membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.
2. Variable jumlah uang beredar yang berpengaruh signifikan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, maka pemerintah dan otoritas moneter hendaknya mengatur
jumlah uang yang beredar di msayarakat Indonesia agar tidak terlalu banyak yang
menyebabkan inflasi, namun juga tidak terlalu rendah. Pemerintah dan otoritas moneter
hendaknya menjaga agar jumlah uang beredar stabil agar tercipta perekonomian yang
stabil.

21
DAFTAR PUSTAKA

KRISTIANINGSIH, D. (2019). Ekonomi dan bisnis. ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR,
INFLASI, INVESTASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA TAHUN 2000-2017 , 9.

Wahyuni, E. S. (2018). Pendidikan dan pembelajaran. Analisis pengaruh kebijakan moneter


terhadap pertumbuhan ekonomi d Indonesia Periode 2010.1-2017.2 , 13.

Putra, A. Z. (2018). Ekonomi dan Bisnis. Analisis pengaruh kebijakan moneter di Indonesia
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia Tahun 2000-2016 , 3,4,5,7,8,9.

22

Anda mungkin juga menyukai