PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang dapat melibatkan semua jenis benda
berwujud walaupun biasanya lebih sering diidentikkan dengan pinjaman moneter. Seperti
halnya instrumen hutang lainnya, suatu pinjaman memerlukan distribusi ulang aset
keuangan seiring waktu antara peminjam (terhutang) dan penghutang (pemberi hutang).
Peminjam awalnya menerima sejumlah uang dari pemberi hutang yang akan dibayar
kembali, sering kali dalam bentuk angsuran berkala, kepada pemberi hutang. Jasa ini
biasanya diberikan dengan biaya tertentu yang disebut sebagai bunga terhadap hutang.
Pihak peminjam dapat juga memperoleh batasan-batasan yang diberikan dalam bentuk
syarat pinjaman.
2
atau pendapatan lebih tinggi dalam bentuk bunga daripada alternatif-alternatif lain
tersebut. Satu alternatif lain lagi ialah pembelian surat berharga bukan obligasi
negara. Pembelian obligasi negara akan menekan harga surat berharga yang lain
seperti surat-surat saham dan ini akan meningkatkan tingkat hunga sehingga
menekan keinginan mengadakan investasi dan menghambat ekspansi perusahaan.
Sektor perusahaan dan
Pemerintah dapat pula menjual surat obligasi negara kepada perusahaan asuransi
dan sebagainya yang bukan bank. Pembelian obligasi oleh perusahaan jenis ini
dilakukan dengan menggunakan dana yang mengganggur yang seharusnya dapat
pula dipakai untuk membeli surat-surat saham dan lain sebagainya. Sebagai akibat
dan pembelian obligasi itu, maka kemungkinan perluasan usaha perusahaan-
perusahaan yang ingin menjual saham jadi terhambat karena kekurangan dana.
Hal mi hanya dapat terjadi bila obligasi negara itu benar-benar menarik dengan
memberikan hasil yang tinggi dibanding dengan tingkat deviden yang diperoleh
sehagai hasil memegang saham.
Bank
Bank umum karena kemampuannya memberikan kredit berbeda dengan lembaga
keuangan lain maka mi dapat menciptakan tenaga beli baru dengan mendasarkan
pada deking (reserve) yang di punyai. Bank Sentral memberikan pedoman bahwa
untuk memburi kan kredit, bank umum harus punya deking misalnya sctinggi
20% (reserve requirement 20%).
Dengan pembelian obligasi negara berarti bank umum mempunyai tambahan
deking sehingga dengan reserve requirement setinggi 20%, maka dapat diciptakan
uang giral sebanyak lima kali lipat. Jadi cara ini tidak mempunyai sifat
menurunkan pendapatan nasional.
Bank Sentral. Pemerintah dapat menjual obligasi kepada Bank Sentral. Tindakan
ini juga menciptakan tenaga beli seperti halnya bila pemerintah menjual obligasi
kepada Bank umum. Bank Sentral membuka rekening pemerintah dan seolah-olah
pemerintah mempunyai simpanan di Bank Sentral. Kalau kemudian pemerintah
mengambil uang dan Bank dan melakukan pembayaran kepada individu-individu
dalam masyarakat dan bila para individu menyimpan dana itu di Bank umum,
3
maka ini akan merupakan deking bagi Bank umum sehingga Bank umum dapat
menciptakan kredit yang akhirnya berbentuk uang giral. Jadi pinjaman pemerintah
dan Bank Sentral tidak akan bersifat menekan tingkat pendapatan nasional
4
2.2. Pinjaman daerah
A. Pengertian pinjaman daerah
dasar pinjaman daerah dalam PP 54/2005 dan PP 30/2011 pada prinsipnya
diturunkan dari UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, untuk memberikan alternatif sumber
pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah
dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah daerah dapat
melakukan pinjaman. Namun demikian, mengingat pinjaman memiliki berbagai risiko
seperti risiko kesinambungan fiskal, risiko tingkat bunga, risiko pembiayaan kembali,
risiko kurs, dan risiko operasional, maka Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal
nasional menetapkan batas-batas dan rambu-rambu pinjaman daerah.
Selain itu, dalam UU 17/2003 tentang Keuangan Negara bab V mengenai
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah,
serta Pemerintah/Lembaga Asing disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana
Perimbangan kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman
dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pinjaman daerah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
B. Sumber pinjaman
Pinjaman Daerah bersumber dari:
5
5. Masyarakat, berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui penawaran umum
kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri.
C. Jenis pinjaman
1. Pinjaman Jangka Pendek
Merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
anggaran dan Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Pendek yang
meliputi pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus
dilunasi dalam tahun anggaran yang berkenaan.
2. Pinjaman jangka Menengah
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran
dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman (pokok pinjaman, bunga, dan
biaya lain) harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa
jabatan kepala daerah yang bersangkutan.
3. Pinjaman Jangka Panjang
Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Panjang yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun
anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang
bersangkutan.
1. Sumber Dananya
Bila dilihat dari suber dananya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi:
a. Pinjaman Multilateral
Yaitu pinjaman yang berasaal dari badan-badan internasional, misalnya
World Bank, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development
Bank (IDB).
6
b. Pinjaman Bilateral
Yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung
dalam CGI maupun antar negara secara langsung (intergovernment).
c. Pinjaman Sindikasi
Yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan lembaga keuangan
bukan bank (LKBB) internasional. Pemberian pinjaman tersebut
dikoordinir oleh satu bank/LKBB yang bertindak sebagai sindication
leader. Pinjaman ini biasanya dalam jumlah besar dan bersifat komersial
(commercial loan), misalnya dengan tingkat suku bunga yang
mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman yang dituangkan
dalam loan agreement merupakan konsensus dan kesepakatan diantara
para pemberi pinjaman.
2. Segi Persyaratannya,
Bila dilihat dari segi persyaratannya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan
menjadi :
7
A. Purchase Installment Sale Agreement (PISA)
Yaitu pinjaman yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan
proyek pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk persetujuan
jual beli dengan pembayaran angsuran. Besarnya pinjaman PISA adalah
100% dari nilai proyek.
B. Pinjaman Komersial (Commercial Loan)
Yaitu pinjaman yang diterima dengan syarat-syarat yang ditetapkan
berdasarkan kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman
ini lazim pula disebut cash loan karena pinjaman diterima dalam bentuk
uang tunai dan penggunaannya lebih fleksibel atau tidak mengikat. Jumlah
pinjaman komersial umumnya berjumlah besar karena pemberi pinjaman
berupa sindikasi yang anggotanya terdiri atas perbankan dan lembaga-
lembaga keuangan internasional.
Beberapa pertimbangan bagi Pemerintah dalam menerima pinjaman
komersial adalah:
8
(pemerintah dan bank sentral) sebesar 203,0 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta
(termasuk BUMN) sebesar 210,4 miliar dolar AS. Direktur Eksekutif, Kepala
Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko mengatakan, pertumbuhan ULN
Indonesia pada Agustus 2020 mencapai 5,7 persen ( yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,2 persen (yoy). "Ini disebabkan oleh
transaksi penarikan neto ULN, baik ULN Pemerintah maupun swasta. Selain itu,
penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai
ULN berdenominasi Rupiah," kata Onny dalam siaran pers, Kamis (15/10/2020). Baca
juga: Bank Dunia Sebut Indonesia Masuk 10 Negara dengan Utang Luar Negeri Terbesar,
Ini Kata Pemerintah Onny menuturkan ULN Pemerintah pada Agustus 2020 tumbuh
meningkat. Posisi ULN Pemerintah pada akhir Agustus 2020 tercatat sebesar 200,1 miliar
dolar AS atau tumbuh 3,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
bulan Juli 2020 sebesar 2,3 persen (yoy).
Perkembangan ini terutama didorong oleh penarikan sebagian komitmen
pinjaman dari lembaga multilateral yang memberikan dukungan kepada Indonesia untuk
menangani pandemi Covid-19 dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Komposisinya terdiri dari sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,7 persen dari
total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,5 persen), sektor jasa pendidikan (16,5
persen), dan sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,8
persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,6 persen)," jelas Onny. Sama seperti
ULN Pemerintah, ULN swasta pada Agustus 2020 juga mengalami peningkatan.
Pertumbuhannya pada akhir Agustus ini sebesar 7,9 persen (yoy), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2020 sebesar 6,2 persen (yoy). Kata Onny,
perkembangan ini dipengaruhi pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan
(PBLK) dan ULN lembaga keuangan (LK) masing-masing sebesar 10,3 persen (yoy) dan
0,4 persen (yoy). "Sebagian besar penarikan ULN swasta pada Agustus 2020 digunakan
untuk membiayai kegiatan investasi perusahaan," ujarnya. Beberapa sektor dengan
pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,5 persen dari total ULN swasta, adalah sektor
jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara dingin
(LGA), sektor pertambangan & penggalian, dan sektor industri pengolahan. Kendati
meningkat, Onny menyebut struktur utang tetap sehat. Hal ini didukung oleh penerapan
prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk
9
Domestik Bruto (PDB) pada akhir Agustus 2020 sebesar 38,5 persen, masih relatif stabil
dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 38,2 persen. Baca juga: 5
Langkah Cerdas Lunasi Utang dalam Waktu Sebulan Strukturnya pun tetap didominasi
oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89,0 persen dari total ULN. Dalam rangka
menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus
meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan
penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. "Peran ULN juga akan terus
dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan
ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas
perekonomian," pungkas Onny.
10
2. Jerman, Jumlah utang meski turun dari akhir 2012 yang jumlahnya Rp 20 triliun
namun secara keseluruhan total utang Indonesia ke Jerman hingga Maret 2013
sebesar Rp 19,43 triliun.
3. Jepang, Jumlah utang meski turun dari akhir 2012 yang jumlahnya Rp 254,64
triliun namun secara keseluruhan total utang Indonesia ke Jepang hingga Maret
2013 sebesar Rp 235,16 triliun atau yang terbesar
3 Lembaga Terajin Memberi Utang Kepada Indonesia :
1. Bank Dunia, Jumlah utang Indonesia naik tipis dari akhir 2012 sebesar Rp 122,14
triliun. Secara keseluruhan total utang Indonesia ke Bank Dunia hingga Maret
2013 sebesar Rp 122,38 triliun.
2. Asian Development Bank (ADB), Jumlah utang Indonesia turun dibandingkan
akhir 2012 sebesar Rp 100,34 triliun. Secara keseluruhan total utang Indonesia ke
ADB hingga Maret 2013 sebesar Rp 98,24 triliun.
3. Islamic Development Bank (IDB),Jumlah utang Indonesia turun dibandingkan
akhir 2012 sebesar Rp 5,05 triliun. Secara keseluruhan total utang Indonesia ke
Islamic Development Bank (IDB) sebesar Rp 4,93 triliun.
11
pendapatan Negara yang seharusnya untuk dikembalikan kepada rakyat yaitu kekayaan
Negara hasil bumi dan pajak.
Selain memberikan dampak seperti yang diatas, utang Negara memiliki berbagai dampak
baik positif maupun negative yaitu :
Dampak Positif
Dalam jangka pendek, utang Negara sangat membantu pemerintah Indonesia dalam
upaya menutup deficit anggaran pendapatan dan belanja Negara, yang diakibatkan
oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar.
Dengan adanya utang Negara dapat membantu pembangunan Negara Indonesia,
dengan menggunakan tambahan dana dari Negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi
dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam
persoalan ekonomi ekonomi Negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan
nilai tukar rupiah jatuh (inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN
RI, karena utang Negara tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Negara
akan di cap Negara miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi
perekonomian Negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Selain itu utang Negara bisa memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Membantu dan mempermudah Negara untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga APBN.
3. Sebagai sumber investasi swasta.
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar
modal.
5. Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu
Negara.
2.5. solusi terhadap ketergantungan hutang luar negeri
Pertama, meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan
ekonomi perdesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya. Dengan peningkatan
daya beli masyarakat ini membuat barang – barang hasil buatan dalam negeri terjual
habis, tentu akan memerikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. apalagi yang terjual
12
dan laku terbeli itu produk hasil ekonomi perdesaan dan usaha kecil, tentu akan membuat
perkembangan yang signifikan bagi kemajuan usaha perdesaan dan usaha kecil sehingga
mampu bersaing dengan produk asing. Keuntungan lain dari peningkatan daya beli
masyarakat yaitu perputaran uang akan lebih banyak terdapat di dalam negeri sehingga
uang ini akan menambah pendapatan Negara dan pajak.
Kedua, meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor. Realitas
yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang mewah.
Ketiga, menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan
dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat.
Dan yang terakhir mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan
menempatkan kesejahteraan yang berkeadilan dan merata sebagai landasan penyusunan
operasionalisasi pembangunan ekonomi. pepatah mengatakan “orang bodoh dekat
kemiskinan” ini tentu sesuai dengan realitas yang ada di Indonesia, banyak anak kecil di
kolong jembatan dan perhentian lampu merah tidak bersekolah malah mencari nafkah
membantu orangtuanya. Ditambah lagi dengan harga pendidikan Indonesia yang mahal
tentu akan menambah daftar panjang orang – orang bodoh baru yang akan bernasib sama,
padahal Negara kita akan menghadapi perdagangan bebas, sungguh ironi bila Negara kita
hanya bergantung pada Negara lain. Bila kita cermati dengan tingkat pendidikan tinggi
rata-rata penduduknya akan memberikan penghasilan yang besar bagi penduduk dan akan
memperkuat ekonomi nasional melalui pengurangan tenaga kerja luar negeri. Bila
kesejahteraan penduduk besar tentu akan memberikan pajak sangat besar sehingga negeri
ini memperoleh pendapatan yang besar.
Dari solusi ekonomi nasionalis populis tersebut akan berhasil bila ada sinergi
antara legislative, eksekutif dan yudikatif. Tidak lupa hal terpenting yakni adanya
kemauan rakyat untuk berubah dan bergerak bersama untuk menghasilkan Negara
Indonesia yang mandiri dan bertekad mengakhiri utang luar negeri.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Utang Negara atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu Negara
yang diperoleh dari para kreditor di luar Negara tersebut. Perbaikan ekonomi dapat
ditempuh dengan keterpaduan antara reformasi moral para pelaku bisnis, penyelenggara
Negara dan perubahan struktur yang efisien. Pemborosan dan perilaku konsumtif individu
masyarakat dan para penyelenggara Negara dalam menyusun anggaran dan Negara juga
dibarengi dengan menghilagkan tindak korupsi dan tindakan merugikan orang lain. Peran
positif pemerintah dan kepercayaan masyarakat merupakan modal awal yang sangat
berharga sebagai niatan baik dalam menjalankan pembangunan untuk menciptakan
masyarakat adil, makmur serta sejahtera.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan makalah ini, bahwa utang luar negeri telah memberikan kontribusi
terhadap pembangunan di negara berkembang termasuk negara kita negera Indonesia yaitu
pembiayaan pembangunan ekonomi nasional sehingga terlaksananya pembangunan ekonomi.
Tetapi, penggunaan utang luar negeri yang yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa
prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang akan menjerumuskan negara debitur kedalam krisis
utang luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya
akumulasi utang luar negeri yang sangat besar. Oleh karena itu penulis merekomendasikan agar
pemerintah membuat kebijakan utang luar negerinya yang tepat yaitu:
Menjadi negara yang mandiri dan tidak tergantung pada utang luar negeri untuk
pembiayaan pembangunan nasional karena bila terus tergantung akan membentuk watak /
karakter bangsa yang lemah dan selalu menjadi bangsa yang di dikte oleh negara yang
maju yang notabene menjadi negara kreditur. Dan selalu ada dalam bayang-bayang utang
luar negeri yang berimbas pada anak dan cucu kita yang harus mengemban utangnya.
Mengawasi sumber pendapatan nasional yang mungkin bisa sepenuhnya membiayai
pembangunan nasional, karena bila kita lihat sumber pendapatan nasional kita banyak
14
sekali yang belum tergali misalnya pajak penghasilan atau pajak-pajak lainya. Masih
banyak wajib pajak yang tidak melaporkan dengan riil penghasilan kena pajaknya, atau
dari petugas dari dirjen pajaknya yang melakukan kongkalikong dengan wajib pajaknya.
Mengawasi juga penggunaan utang luar negeri dan pendapatan nasional apakah sudah
sesuai dengan apa yang menjadi skala prioritas pembangunan nasional, Karena masih ada
yang belum tepat sasaran pembangunan atau masih ada pejabat yang korupsi uang negara
yang notabene untuk pembangunan nasional.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nanuneni, Sasu. 2013. Neraca Pembayaran, Arus Modal Asing Dan Utang Luar
Negeri,(http://nanxsu.blog.com, di unduh pada tanggal 30 oktober 2013).
Hartanto, Budi. 2013. Proposal System Politik dan
Pembangunan, (http://budihartono21.files.wordpress.com, di unduh pada
tanggal 30 oktober 2013).
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?page_id=328
http://www.ampl.or.id/digilib/read/pinjaman-daerah/47661
16