Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Pendanaan Bagi Pemerintah Kota

Bandung
Muhammad Tri Karimullah
2014110023

ABSTRAK
Obligasi Daerah adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah, yang
ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal. Obligasi ini tidak
mendapatkan jaminan dari pemerintah pusat, sehingga segala bentuk resiko dan kerugian yang
timbul menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah secara langsung. Penerbitan surat utang ini
sebagai bukti bahwa Pemerintah Daerah telah melakukan pinjaman kepada pemegang surat
utang tersebut. Pembayaran pinjaman akan dilakukan dengan waktu dan tata cara yang telah
disepakati antara pemegang surat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah memiliki
kewajiban membayar bunga secara berkala sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
dan pada saat jatuh tempo, Pemerintah Daerah berkewajiban membayar pokok pinjaman.
Sebagaimana diatur dalam PP Nomor 54 Tahun 2005, tujuan penerbitan Obligasi Daerah
adalah murni untuk membiayai kegiatan investasi aset tetap sektor publik, bukan untuk menutup
kekurangan kas daerah. Pemerintah Indonesia telah memberikan penegasan bahwa daerah
memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumberdaya ke dalam pengeluaran yang
menganut asas kebutuhan, kepatuhan dan kemampuan daerah melalui Peraturan Pemerintah
(PP) No. 105/2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 22/1999.
Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menentukan arah
kebijakan umum dan prioritas anggaran terlebih daehulu sebagai panduan dalam pengalokasian
sumberdaya dalam APBD. Dalam pengalokasian belanja modal, pengelolaan keuangan daerah
sengat erat berkaitan dengan segi pemeliharaan asset tetap yag didapat dari belanja modal
tersebut. Menurut konsep multi-term expenditure framework (MTEF), bahwa kebijakan belanja
modal harus memperhatikan kemanfaatan (usefulness) dan kemampuan keuangan Pemerintah
Daerah (budget capability) dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang (Allen dan
Tommasi, 2001). Belanja modal ini ditujukan untuk mendapatkan asset tetap Pemerintah
Daerah seperti infrastruktur dan sebagainya. Pemerintah Daerah ataupun pusat biasanya
mendapatkan asset tetap dengan cara membangun sendiri atau membeli. Namun, yang menjadi
masalah sekarang adalah terbatasnya sumber dana yang dimiliki Pemerintah Daerah. Hal ini
menjadi dilemma karena di satu sisi Pemerintah Daerah memiliki sumber dana yang terbatas,
namun di sisi lain aset tetap adalah hal yang sanagt dibutuhkan. Oleh karena itu, Pemerintah
Daerah dituntut untuk mencari sumber dana lain dalam pembangunan aset tetap, salah satunya
dengan menerbitkan Obligasi Daerah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan dari pemberlakuan otonomi daerah menigkatkan kemandirian daerah
termasuk dalam bidang keuangan untuk itu setiap daerah harus senantiasa memanfaatkan setiap
potensiya untuk menigkatkan sumber-sumber penerimaan daerahya penerimaan daerah selain

bersumber dari Pendapatan Asli daerah (PAD), Dana Perimbangan juga dapat berasal dari
pinjaman daerah, yang dapat diperoleh dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lainya,
pemerintah asing, lembaga swasta maupun masyarakat. Pinjaman dari masyarakat dapat
diperoleh dengan jalan pemerintah daerah menerbitkan obligasi . Di indonesia pemanfaatn
obligasi daerah sebagi sumber pembiayaan merupakan hal yang baru. Dengan instrumen ini
diharapka pemerintah daerah dapat memiliki sumber alternatif pendanaan yang dapat digunakan
untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di daerahya yang akan menghasilakan
pendapatan. Bagi masyarakat obligasi daerah merupakan alternatif investasi yang dapat dipilih
masyarakat karena obligasi memiliki tingkat resiko yang kecil dan sekaligus masyarakat dapat
berpartisipasi dalam membngun daerahya dalam bentuk investasi obligasi daerah. Obligasi
sebagai satu bentuk pijaman/hutang Obligasi daerah mendatangkan kewajiban bagi pemerintah
daerah baik kewajiban pembayaran pokok hutang tersebut serta bunga kepada masyarakat
sebagai investor selama jangka waktu pinjaman. Oleh karena obligasi daerah perlu dilakukan
secara cermat da hati-hati, agar penerbitan obligasi daerah dapat menjad penambahaan dana
pembangunan daerah bukan justru malah menjadi beban pemerintah daerah dimasa mendatang
setelah obligasi diterbitkan tetepi tidak digunakan sebagai mana mestiya. Obligasi daerah dapat
menjadi pisau bermata dua yang jika diguakan secara bijak dapat menigkatkan kemampuan
daerah dalam membangun daerahya. Sebalikaya digunakan secara serampangan atau tidak pada
tujuan awal penerbitan obligasi asebagi pembngunan daerah maka justru akan membahayakn
kelangsungan pembangunan dan eksistensi suatu daerah. Untuk meminimalisir dampak negatif
yang dapat ditimbulka dari penerbitan obligasi daerah sebenerya pemrintah telah menetapkan
beragai aturan mengenai pemanfaatan penerbitan obligasi oleh daerah. Berdasarkan peraturanperaturan tersebut maka untuk menerbitka obligasi setiap daerah harus memenuhi sejumlah
kreteria tertentu, memiliki rencana yang jelas dan terinci atas pemanfaatan dana yang diperoleh
dari obligasi.
B. RUMUSAN MASALAH

Apakah Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah merupkan sumber


pendanaan yang tepat bagi pemerintah daerah?
Bagaiman mekanisme penerbitan obligasi yang dilakukan oleh pemrintah daerah ?

C. TINJAUAN PUSTAKA
Obligasi (bond) adalah surat utang jangka menengah dan jangka panjang yang dapat
dialihkan , Corporate bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik perusahaan
berbentk badan hukum milik negara (BUMN) atau badan hukum milik swasta, Governmet bonds
yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah RI, dari yang dimaksud peminjaman daerah
adalah semua trnsaksi yag mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
Peminjaman yang dapat diperoleh pemeintah adalah dengan menerbitkan obligasi.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Apakah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah merupkan sumber


pendanaan yang tepat bagi pemerintah daerah

Pinjaman daerah merupakan salah satu pembiayaan yang bertujuan untuk mempercepat
petumbuhan ekonomi daerah dan menigkatkan pelayanan kepada masyarakat pembiyayan yang
bersumbe dari pinjaman harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif
bagi keuangan daerah sedndiri serta setabilitas ekonomi khususya didaerah maupun secara
nasioal olehkarena itu peminjaman daerah perlu mengikuti kreteria, persyratan, mekanisme dan
sanksi, pinjman darah diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah.
Secara teoritis pinjaman daerah dapat dikelompokan menjadi 9 jenis yaitu :
a. Pinjaman dari pemerintah yang lebih tinggi
b. Pinjaman daeri keuangan internasional
c. Pinjaman dari bank kredit pusat ( central credit bank) atau dana pinjaman pusat (central loan
fund)
d. Penerbitan obligasi daerah
e. Pinjaman atau penarikan uang melebihi saldo bank
f. Pinjaman dengan jaminan aset pemda
g. Pinjaman dari cadangan sendiri (internal reserve fund)
h. Pembiayaan pendahuluan pembangunan proyek oleh kontraktor.
Ditiggalkanya prinsip anggran berimbang memugkinkan suatu daerah menggunakan APBD
yang defisit. Dalam APBD yang defisit jumlah pengluaran pemerintah akan lebih besar
dibandingkan dengan penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan lain-lain pendapatan jadi untuk menutup kekurangan tersebut salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memperoleh pinjaman daerah yang dalam
APBD dianggarkan pada kelompok pembiayaan. Menurut Peraturan Mentri Dalam Negeri No 13
tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah yang dimaksud dengan pinjama daerah adalah
semua trnsaksi yang mengakibatkan daerah menrima sejumlah uang atau menerima manfaat
yang bernilai uang dari pihak lain. Jadi dapat bersumber dari pemerintah pusat,negara lain,
lembaga keuangan nasional atau luar negeri, atau masyarakat luas baik perorangan maupun
organisasi atau lembaga, yang kesemuaya harus berdasarkan persetujuan pemerintah pusat.
Salah satu bentuk pinjaman yang dapat diperoleh pemerintah daerah adalah dengan
menerbitkan obligasi. Menurut UU pasar modal no.8 th, 1995 obligasi merupakan :
1) Sebuah bentuk alternatif instrumet/efek/surat berharga yang dapt dipakai untuk bukti
berhutang/mendapat pendanaan dari sumber lain,
2) Dapat diperjual belikan di pasar modal
3) Harus dijamin oleh penanggung untuk pemenuhan janji yang melipui pengembalian pokok,
bunga (coupon) dan janji lainya pada saat jatuh tempo,
4) Dapat diterbitkan oleh pemerintah (pusat & daerah ) dan perusahaan berbadan hukum (
BUMN & swasta )

Mengacu kepada UU No.33 tahun 2004 obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
harus dijual kepada masyarakat melalui trnsaksi di pasar modal dan hasil penjualan obligasi oleh
pemerintah daerah akan dimanfaatkan sebagai sumber dana alternatif untuk membiayai
pembangunan daerah jadi dalam penerbitan obligasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
tujuanya sudah sangat jelas dan ketentuan peraturan yang mengaturya sudah sangat kuat bahwa
obligasi pemerintah daerah mempuyai kekuatan hukum yang kuat tinggal bagaimana pemerintah
daerah mau menggunakan alternatif pembiayaan obligasi daerah atau tidak tergantung pada
kemauan dan kebutuhan pemerintah daerah dan dalam hal ini masyrakat sebagai investor dapat
berperan aktif secara langsung dalam pembiayan untuk membantu perkembangan pembangunan
daerah jadi sangat tepat jika alternatif pembiayaan daerah ini di guakan oleh pemerintah daerah.
Mafaat obligasi daerah sebagai berikut :
a.

Membiayai defisit anggaran.


Pemerintah daerah dapat memenuhi ketidakcukupan sumber pembiayaan sendiri yang
diakibatkan oleh local tax income, minimya dana trnsfer dari pemerintah pusat, keterbatasan
pinjaman dari lembaga keuangandalam atau luar negeri.
b.

Sumber dana jangka panjang.


Pemerintah daerah mendapatkan suber pembiayaan jangka panjang yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan,potensi, serta kemampuan pembayaran, yang pada akhirya akan
membawa kemakmuran bagi masyarakat di daerah tersebut.
c.

Membiayai suatu proyek yang strategis.


Dana hasil penjualan oligasi daerah dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek
yang besifat strategis untuk kepntingan pelayanan publik atau medantangkan pendapatan bagi
pemerintah daerah, yang karena keterbatasan anggaran tidak dapat dibiayai oleh APBD
d.

Mempercepat pembangunan daerah.


Pemerintah daerah dapat memicu dan memacu pembangunaan di daerahya. Pembangunaan
tersebut akan meciptakan multiplier effect (pelipatgandaan manfaat ekonomi) antara lain dalam
bentuk penciptaan lapangan pekerjaan, tersediaya sarana prasarana yang dapat mempercepat
perputaran roda perekonomian sehingga akan menigkatkan kesejahreraan masyrakat.
e.

Terciptaya instrumen investasi baru.


Adaya obligasi daerah, selain memberikan mafaat langsung dengan dibangunya
infrastruktur, masyarakat juga dapat menikmati imbal hasil (yield) dan mugkin juga insentif lain
atas investasiya dalam obligasi daerah.
Jadi obligasi derah merupakan sarana pebiayaan yang paling tepat bagi pemerintah
daerah dan sebagi salah satu alternatif pendanaan. Bagi masyarakat atau investor merupakan
pilihan yang tepat karena obligasi daerah dalam hal resiko memiliki resiko yang paling kecil
karena dilihat dari aspek regulasi maupun dalam penerapan pelaksanaan obligasi pemerintah
daerah undang-undang telah mensyartkan obligasi daerah diperuntukan haya untuk

pembangunan daerah dan digunakan untuk kemanfaatn masyarakat jadi peruntukan


obligasi sudah jelas karena dijamin oleh proyek-proyek APBD. Bagi para investor pasar modal
obligasi derah merupakan instrumen investasi baru setelah obligasi pemerintah pusat, obligasi
korporasi, obligasi dana pensiun ataupu asuransi, apalagi jika nanti obligasi daerah tersebut
menawarka tingkat keutungan yang menarik, di pastikan minat investor akan tinggi. Pengamat
ekonomi Indef Afilianai meyakini jika nanti obligasi daerah ini sudah diterbitkan akan
menggeser pasar obligasi korporasi dan psar saham kaerna obligasi daerah yang memeiliki resiko
yang lebih kecil dari instrumen investasi lainya.

2.

Bagaiman mekanisme penerbitan obligasi yang dilakukan oleh pemrintah daerah.

Sebelum obligsi daerah diterbitkan dan ditawarkan kepada masyarakat atau investor,
terlebih dahulu diperlukan beberapa persaratan baik dari aspek hukum, organisasi maupun
keuangan calon penerbit terdapat tiga persaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
a) Dari segi hukum, setuap calon penerbit harus mempuyai setatus badan hukum, dalam hal ini
pemerintah daerah dan instansi dibawahya secara hukum telah memenuhi syarat berdasarkan
UU Tentang Pemerintah Daerah.
b) Dari segi organisasi, setiap calon penerbit harus mendapatkn persetujuan dari DPRD dan
pemerintah pusat. Persetujuan ini diperlukan karana pembayara pookok dan bunga obligasi
serta penggunaan dan obligasi darah akan menjadi bagian dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD)
c) Dari segi keuangan setiap calon penerbit harus menunjukan data keuangaya sehingga calon
investor ( pemegang obligasi) dapat mengetahui kredibilitas dan solvabilitas keuangan
penerbit.
Untuk menerbitkan obligasi pemerintah daerah pertama-tama harus mendapatkan
persetujuan dari DPRD dan pemerintah puast Persetujuan penerbitan obligasi daerah harus
diberikan atas nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang dapat diterbitkan pada saat penetapan
APBD. Adapun yang dimaksud dengan nilai bersih adalah tambahan atas nilai nominal obligasi
daerah yang beredar. Tambahan nilai nominal ini merupakan selisih antara nilai nominal obligasi
daerah yang diterbitkan dengan nilai nominal obligasi yang ditarik kembali dan dilunasi sebelum
jatuh tempo dan obligasi yang dilunasi pada jatuh tempo selama satu tahun anggaran. Atas
penerbitan obligasi daerah yang disetujui pemerintah daerah harus meneapkan dalam suatu
Peraturan Daerah yang diumumkan dalam Lembaran Daerah.
Proses penerbitan obligasi daerah meliputi beberapa tahap, yaitu : persiapan, evalusi oleh
Bapepam LK, dan penawaran pada pasar perdana.
a)
Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa kegiatan penting yag harus dilakukan penerbit, antara lain
pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang selanjutya dituangkan
dalam peraturan daerah ( Perada) tentang penerbitan obligasi. Dalam peraturan daerah harus
dicantumkan beberapa hal, yaitu : tujuan penerbitan obligasi, jenis obligasi, proyek atau
kegiatan yan akan dibiayai, nilai nominal obligasi, kewajiban-kewajiban pembayaran produk dan
bunga Obligasi Daerah, jangka waktu (periode) dan lain-lain.

Persiapan Penerbitan Obligasi Daerah, sekurang-kurangya meliputi :


1)

Mengidentifikasi proyek-proyek yang akan dibiayai;


Berdasarkan UU. No 33 Tahun 2004, obligasi derah hanya boleh diterbitkan untuk
membiayai proyek-proyek yang dapat mengasilkan pendapatan. Maka dari itu harus
mengidentifikasi pembangunan di daerahya yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
pedapatan
2)

Memntau batas kumulatif pinjaman dan posisi pinjaman kumulatif daerahya;


Langkah kedua yang harus dilakukan pemerintah daerah adalah menghitung kapasitas dalam
memperoleh pinjaman dan kemampuan keuanganya untuk mengembalikan pinjaman
sebagaimana ditetepkan pemerintah. Kapasitas pinjaman daerah merupakan jumlah pinjaman
maksimal yang dapat doperoleh daerah besarya tidak lebih dari 75% dari penerimaan umum
APBD tahun sebelumya.
3)

Menghiting rasio kemampuan membayar kembali pinjaman;


Langkah berikutya adalah menghitung rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mrngembalikan pinjaman sesuai ketentuan yang ditetapkan pleh pemerintah. Kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman diukur dengan Debt Service Coverage Ratio
(DSCR) yang ditetapkan pemerintah serendah-rendahya sebesar 2,5 X. Rasio ini mencerminkan
kemampuan suatu daerah dalam menanggung seluruh beban yang ditimbulkan oleh seluruh
pinjaman jangka panjang pada suatu periode.

4)

Mengajukan permohonan persetujuan prinsip kepada pihak DPRD;


Setiap hutang daerah termasuk obligasi akan menjadi tanggungjawab daerah ( bukan kepala
daerah) sampai seluruh kewajiban tersebut dilunasi. Oleh karenaya langka ke empat yang harus
dilakukan pemerintah daerah untuk dapat menerbitan obligasi adalahmendapat persetujuan dari
pihak DPRD.
5)

Mengajukan permohonan persetujuan prinsip kepada pemerintah


Selain harus mendapat persetujuan dari pihak DPRD, rencana daerah untuk menerbitkan
obligasi daerah harus pula mendapat persetujuan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat selain
bertujuan ntuk menilai kelyakan pemerintah daerah yang akan menerbitkan obigasi daerah juga
ingin memastikan bahwa daerah tersebut tidak memiliki tunggakan pinjaman kepada pemerintah
pusat dan/ atau memberi pinjaman luar negeri.
b)

Penilaian Oleh Bapepam & LK


Setelah menghitung kapasitas dan kapabilitas daerah untuk mendapatkan pinjaman,
memperoleh izin baik dari DPRD maupun pemerintah pusat, pemerintah daerah harus
menyiapkan dokumen pendaftaran untuk dinilai oleh Bapepam LK guna mendapatkan peryataan
efektif. Untuk keperluan tersebut pemerintah daerah sebagai emiten harus menunjuk perusahaan

penjamin emisi (underwriter), lembaga Penunjang Pasarmodal dan Profesi Penunjan Pasar
Modal seperti akuntan publik, penasehat hukum dan notaris.
Berkaitan dengan penerbitan obligasi daerah, beberapa ketentuan Bapepam LK yang harus
dipenuhi oleh pemerintah daerah sebagai emiten antara lain adalah :

Menyusun dan melaksanakan Innitial Publik Offering (IPO)


Memperoleh persetujuan dari pemerintah pusat (departemen dalam negeri & keuangan)
dan DPRD
Menujuk perusahaan penjamin ( Underwriter), profesi penunjang ( Akuntan, pensehat
hukum, Apresial/penilai), dan lembaga penunjang (Lembaga Pemeringkat)
Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperi : letter of intent
(Lol),prospectus, iklan/brosur/edaran, dan dokumen lain yang diwajibkan
Menujukan konfirmasi sebagai agen penjual dari perusahaan penjammin emisi
Menandatangani kontrak pendahuluan dengan bursa efek, dan perjanjian-perjnjian lainya.

c)

Penawaran Pasar Perdana


Dalam tahap ini penerbit melakukan penawaran efek kepada masyrakat. Penawaran efek
(obligasi daerah) kepada masyarakat setelah mendapat izin dari bapepam LK sampai dengan
pada saat pencatatan di bursa disebut sebagai pasar perdana (primary market)tahapan yaitu ;
masa penawaran, masa pejatahan, masa pengambilan dana, penyerahan efek dan pencatatan efek
di bursa efek.
BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

1. Penerbitan Obligasi Daerah diharapkan akan memberikan banyak manfaat, bagi pemerintah
daerah sebagai pihk emiten yang merupakan pengguna dana obligasi untuk di salurkan
kepada proyek-proyek Pemerintah Derah dan juga tentu saja masyrakat luas karena bisa
secara langsung menjadi investor untuk pembangunan di daerah sehinga bisa berkontribusi
aktif dalam bidang keuangan daerah sehingga pemerintah daerah yang mempuyai hak bisa
memanfatkan peluang untuk bisa mengembangkan daeah supaya lebih maju dan mandiri.
2. Mekanisme penerbitan obligasi daearh merupkan persyaratan wajib yang harus dipenuhi
oleh pemerintah daerah guna melakukan penerbitan obligasi daerah oleh karena itu dengan
adaya mekanisme dan regulasi ttersebut pemerintah bisa berhati-hati dalam pegunaan dana
obligasi dan juga investor bisa merasa nyaman dan aman danaya digunakan pemerintah
daerah guna untuk pembangunan di daerah serta adaya kepastian hukum bagi pemerintah
daerah dan/atau investor yaitu masyarakat.

B.

Saran

1. Pemerintah daerah harus bisa memanfaatkan alternatiaf pembiayaan yaitu obligasi daerah
untuk pembangunan daerahya sehingga bisa menjadi mandiri tanpa selalu mengandalkan
dana pajak,restribusi dll.

2. Pemerintah daerah harus berani mentrnsformasikan usaha didaearh yang bersifat publik dan
mempuyai prospek baik meskipun kekurangan dana di APBD menjadi perusahaan besar
yang berprofit dan tetep bertujuan utuk kemakmuran dan kesejahteraan masyrakat.
3. Pemerintah daerah harus transparan dan akuntabel dalam pengelolan dana obligasi daerah
sehingga apa yang menjadi tujuan penerbitan obligasi bisa tercapai sehingga tidak malah
merugikan keuangan pemerintah daerah sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Freddy R. Saragih, Obligasi Daerah : Kondisi dan tindak lanjut aspek kelembagaan ,
loka karya obligasi daerah
Baharudin, Peranan Obligasi Daerah salah satu Sumber Pembiayaan daerah (jakarta,
tanggal 16 Oktober 2000)

Anda mungkin juga menyukai