PINJAMAN
DAERAH
KHARISMA RAHMADHANI -
205020107111028
P
➔ Pinjaman daerah dibutuhkan sebagai
sumber pembiayaan dimana untuk
E
pendanaan dalam menyediakan N
infrastruktur daerah dimana PAD dan D
pendapatan transfer tidak dapat memenuhi A
H
➔ Pinjaman daerah merupakan konsekuensi U
dari meningkatnya kebutuhan dana (fiscal L
needs) untuk melayani masyarakat.
U
A
N
PINJAMAN DAERAH
Mengatur Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah,
Pemerintah / Lembaga Asing
● Pemerintah pusat dengan persetujuan DPR dapat memberi pinjaman/hibah kepada Pemerintah
daerah atau sebaliknya
● Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD dapat memberi pinjaman kepada atau menerima
pinjaman dari daerah lain dengan persetujuan DPRD
● Pemerintah Pusat dengan persetujuan DPR dapat memberi hibah/pinjaman kepada atau menerima
hibah/pinjaman dari Pemerintah/lembaga asing
● Pinjaman/hibah yang diterima Pemerintah Pusat dapat diterus pinjamkan kepada Pemerintah
Daerah/Perusahaan Negara/ Daerah
UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
● Berdasarkan Undang-undang ini, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah
kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan
yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN (Pasal 33)
● Pasal 39:
○ (1) Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.
○ (2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyiapkan pelaksanaan pinjaman
daerah sesuai dengan keputusan gubernur/bupati/walikota.
○ (3) Biaya berkenaan dengan pinjaman dan hibah daerah dibebankan pada Anggaran
Belanja Daerah.
○ (4) Tata cara pelaksanaan dan penatausahaan utang negara/daerah diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
● Pasal 300
○ (1) Daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah
lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.
○ (2) Kepala daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi Daerah untuk
membiayai infrastruktur dan/atau investasi yang menghasilkan penerimaan Daerah
setelah memperoleh pertimbangan dari Menteri dan persetujuan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan.
● Pasal 301, daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman utang luar
negeri dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan setelah
memperoleh pertimbangan dari Menteri.
● Pasal 302, ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman Daerah diatur dengan peraturan
pemerintah.
UU Nomor 1 Tahun 2022
tentang Harmonisasi Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah
● Peraturan Menteri ini mengatur Pemotongan DAU dan/atau DBH dilakukan terhadap Pemerintah
Daerah yang mempunyai Tunggakan atas kewajiban Pinjaman daerah yang bersumber dari
Pemerintah termasuk dana investasi Pemerintah, Penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau
penerusan Pinjaman Luar Negeri; dan/atau Pemerintah daerah yang mempunyai Tunggakan atas
kewajiban Pinjaman daerah yang bersumber dari PT SMI.
● Dalam rangka penyelesaian tunggakan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan melakukan perhitungan Tunggakan. Dana Hasil Pemotongan DAU
dan/atau DBH dari tunggakan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah dicatat dalam akun
Penerimaan Non Anggaran.
● Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, permintaan pemotongan DAU dan/ atau DBH
untuk penyelesaian tunggakan Pemerintah Daerah yang diajukan sebelum Peraturan Menteri ini
diundangkan, permintaan pemotongan DAU dan/ atau DBH harus diajukan kembali berdasarkan
Peraturan Menteri ini.
Peraturan Menteri Keuangan No. 121/PMK.07/2020
tentang Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2021
● Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD Tahun Anggaran 2021 ditetapkan sebesar 0,34% (nol koma tiga
empat persen) dari proyeksi PDB Tahun Anggaran 2021.
● Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2021 ditetapkan sebesar 0,34% (nol koma
tiga empat persen) dari proyeksi PDB Tahun Anggaran 2021.
● Pelampauan Batas Maksimal Defisit APBD harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
● Dalam rangka pemantauan Defisit APBD Tahun Anggaran 2021, Pemerintah Daerah melaporkan rencana
Defisit APBD Tahun Anggaran 2021 kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan sebelum rancangan Peraturan Daerah mengenai APBD ditetapkan.
● Dalam rangka pemantauan Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah melaporkan posisi kumulatif Pinjaman
Daerah dan kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Daerah kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Bina Keuangan
Daerah setiap semester dalam tahun anggaran berjalan.
● Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan pemantauan terhadap
Pemerintah Daerah yang menganggarkan penerimaan Pinjaman Daerah untuk membiayai Defisit APBD
dan/atau untuk membiayai pengeluaran pembiayaan.
★ Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Daerah
★ Pinjaman Daerah harus dari inisiatif PemDa dalam rangka melaksanakan
kewenangannya
★ Pinjaman Daerah merupakan alternatif sumber pendanaan APBD yang
Tidak
menyampaikan Pemerintah daerah
perjanjian dilarang melakukan
Perjanjian
pinjaman pinjaman daerah selama 3
pinjaman tidak tahun berturut-turut
sesuai dengan
pertimbangan
Menteri Dalam
Negeri
DOKUMEN PERSYARATAN
24-27 14 15
23 JULI 2020 27 JULI
Agustus Septemb Septemb
2020
2020 er2020 er2020
Pengajuan pinjaman Penandatanganan Pembahasan tata Penandatanganan Penandatanganan
daerah PEN tahun perjanjian kerja sama kelola dan rapat perjanjian perjanjian
2020 dan 2021 antara pemda Jawa koordinasi teknis kerjasama pemberian
Barat dan PT. SMI permohonan PEN pelaksanaan pinjaman dengan
Provinsi Jawa Barat kegiatan PEN PT. SMI
bersama PT.SMI dan Daerah dengan
KPK RI Pemda Kab/Kota
PELAKSANAAN
SKEMA PENARIKAN
TAHA TAHA
TAHA
P1 P2
P3
(25%) (45%) tahap 1
Setelah pencairan
BL : terserap 75%
Rp353.170.216.573
Sisa nilai kebutuhan
BANKEU : BL :
Rp200.070.457.931 Rp635.706.389.831
Setelah pencairan tahap 1
TOTAL : BANKEU :
dan 2 terserap 90%
Rp553.240.674.504 Rp360.126.824.277
TOTAL :
Rp995.833.214.108
ANGGARAN PINJAMAN PEN TA 2021 - BELANJA
LANGSUNG