Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 3

PINJAMAN
DAERAH
KHARISMA RAHMADHANI -
205020107111028
P
➔ Pinjaman daerah dibutuhkan sebagai
sumber pembiayaan dimana untuk
E
pendanaan dalam menyediakan N
infrastruktur daerah dimana PAD dan D
pendapatan transfer tidak dapat memenuhi A
H
➔ Pinjaman daerah merupakan konsekuensi U
dari meningkatnya kebutuhan dana (fiscal L
needs) untuk melayani masyarakat.
U
A
N
PINJAMAN DAERAH

Seluruh transaksi yang Sumber pembiayaan yang dapat


menutup defisit APBD:
mengakibatkan daerah 1. Sisa Lebih Perhitungan
menerima sejumlah uang Anggaran (SiLPA)
atau menerima manfaat 2. Pencairan dana cadangan
yang bernilai uang dari 3. Hasil penjualan kekayaan
pihak lain sehingga daerah daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan pinjaman
memiliki kewajiban untuk 5. Penerimaan kembali
membayar kembali. pemberian pinjaman
DASAR
HUKUM
UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara

Mengatur Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah,
Pemerintah / Lembaga Asing
● Pemerintah pusat dengan persetujuan DPR dapat memberi pinjaman/hibah kepada Pemerintah
daerah atau sebaliknya
● Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD dapat memberi pinjaman kepada atau menerima
pinjaman dari daerah lain dengan persetujuan DPRD
● Pemerintah Pusat dengan persetujuan DPR dapat memberi hibah/pinjaman kepada atau menerima
hibah/pinjaman dari Pemerintah/lembaga asing
● Pinjaman/hibah yang diterima Pemerintah Pusat dapat diterus pinjamkan kepada Pemerintah
Daerah/Perusahaan Negara/ Daerah
UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara

● Berdasarkan Undang-undang ini, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah
kepada Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan
yang tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN (Pasal 33)
● Pasal 39:
○ (1) Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang daerah sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD.
○ (2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah menyiapkan pelaksanaan pinjaman
daerah sesuai dengan keputusan gubernur/bupati/walikota.
○ (3) Biaya berkenaan dengan pinjaman dan hibah daerah dibebankan pada Anggaran
Belanja Daerah.
○ (4) Tata cara pelaksanaan dan penatausahaan utang negara/daerah diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 membahas mengenai landasan


hukum di bidang perencanaan pembangunan baik yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang
ini ditetapkan bahwasanya Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
merupakan kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.
UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah

● Pasal 300
○ (1) Daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Daerah
lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.
○ (2) Kepala daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi Daerah untuk
membiayai infrastruktur dan/atau investasi yang menghasilkan penerimaan Daerah
setelah memperoleh pertimbangan dari Menteri dan persetujuan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan.
● Pasal 301, daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman utang luar
negeri dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang keuangan setelah
memperoleh pertimbangan dari Menteri.
● Pasal 302, ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman Daerah diatur dengan peraturan
pemerintah.
UU Nomor 1 Tahun 2022
tentang Harmonisasi Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah

● UU HKPD memberikan kewenangan pada daerah untuk


mengalselerasi pembangunan melalui pembiayaan utang daerah
melalui Pasal 154 - Pasal 163. Berdasarkan UU ini, Pemerintah akan
memperluas pembiayaan utang Pemerintah Daerah melalui surat
berharga syariah (sukuk) dimana sebelumnya instrumen pembiayaan
utang Pemerintah Daerah hanya melalui pinjaman dan obligasi daerah.
● Melalui UU HKPD, dijelaskan bahwa pembiayaan utang daerah harus
mendapatkan persetujuan dari DPRD dalam pembahasan RAPBD.
PP No. 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Daerah
● PP ini mengatur mengenai lingkup keuangan daerah yang meliputi
antara lain pajak dan retribusi daerah, kewajiban daerah, penerimaan
dan pengeluaran daerah, kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
pihak lain, maupun kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah
daerah.
● Selain itu, dalam PP ini mengatur mengenai pengelola keuangan daerah,
APBD, penyusunan Rancangan APBD, penetapan APBD, pelaksanaan
dan penatausahaan APBD, laporan realisasi, akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah daerah, penyusunan rancangan
pertanggungjawaban APBD, kekayaan daerah dan utang daerah, Badan
Layanan Umum Daerah, penyelesaian kerugian keuangan daerah,
informasi keuangan daerah, hingga pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah.
Peraturan Menteri Keuangan No. 121/PMK.07/2017
tentang Tata Cara Penyelesaian Tunggakan Pinjaman Pemerintah Daerah
Kepada Pemerintah Melalui Sanksi Pemotongan Dana Alokasi Umum
dan/atau Dana Bagi Hasil

● Peraturan Menteri ini mengatur Pemotongan DAU dan/atau DBH dilakukan terhadap Pemerintah
Daerah yang mempunyai Tunggakan atas kewajiban Pinjaman daerah yang bersumber dari
Pemerintah termasuk dana investasi Pemerintah, Penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau
penerusan Pinjaman Luar Negeri; dan/atau Pemerintah daerah yang mempunyai Tunggakan atas
kewajiban Pinjaman daerah yang bersumber dari PT SMI.
● Dalam rangka penyelesaian tunggakan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan melakukan perhitungan Tunggakan. Dana Hasil Pemotongan DAU
dan/atau DBH dari tunggakan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah dicatat dalam akun
Penerimaan Non Anggaran.
● Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, permintaan pemotongan DAU dan/ atau DBH
untuk penyelesaian tunggakan Pemerintah Daerah yang diajukan sebelum Peraturan Menteri ini
diundangkan, permintaan pemotongan DAU dan/ atau DBH harus diajukan kembali berdasarkan
Peraturan Menteri ini.
Peraturan Menteri Keuangan No. 121/PMK.07/2020
tentang Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2021

● Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD Tahun Anggaran 2021 ditetapkan sebesar 0,34% (nol koma tiga
empat persen) dari proyeksi PDB Tahun Anggaran 2021.
● Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran 2021 ditetapkan sebesar 0,34% (nol koma
tiga empat persen) dari proyeksi PDB Tahun Anggaran 2021.
● Pelampauan Batas Maksimal Defisit APBD harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.
● Dalam rangka pemantauan Defisit APBD Tahun Anggaran 2021, Pemerintah Daerah melaporkan rencana
Defisit APBD Tahun Anggaran 2021 kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan sebelum rancangan Peraturan Daerah mengenai APBD ditetapkan.
● Dalam rangka pemantauan Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah melaporkan posisi kumulatif Pinjaman
Daerah dan kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Daerah kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Bina Keuangan
Daerah setiap semester dalam tahun anggaran berjalan.
● Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan pemantauan terhadap
Pemerintah Daerah yang menganggarkan penerimaan Pinjaman Daerah untuk membiayai Defisit APBD
dan/atau untuk membiayai pengeluaran pembiayaan.
★ Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Daerah
★ Pinjaman Daerah harus dari inisiatif PemDa dalam rangka melaksanakan
kewenangannya
★ Pinjaman Daerah merupakan alternatif sumber pendanaan APBD yang

Prinsip digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan, dan/atau


kekurangan kas
★ PemDa dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri
Dasar ★ PemDa tidak dapat memberikan jaminan terhadap pinjaman pihak
★ Pinjaman daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara
Pinjaman pemberi pinjaman dan PemDa sebagai penerima pinjaman yang dituangkan
dalam perjanjian pinjaman
Daerah ★ Pendapatan daerah dan barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan
pinjaman daerah
★ Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang
melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah
★ Seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam rangka Pinjaman Daerah
dicantumkan dalam APBD
★ Taat pada peraturan perundang-undangan
Prinsip ★ Transparan
Umum ★ Akuntabel
Pinjaman ★ Efisien

Daerah ★
Efektif
Hati-hati
Proses Perencanaan Pinjaman Daerah

Sumber Pinjaman Persyaratan


Jika tidak
★ Pemerintah ➔ DSCR > 2,5 memenuhi
★ Pemerintah Daerah lain
★ Lembaga Keuangan Bank ➔ Jumlah pinjaman persyaratan maka
★ Lembaga Keuangan Non- <75% PemDa tidak dapat
Bank
★ Masyarakat => obligasi
➔ Tidak memiliki melakukan
tunggakan
daerah
peminjaman.
DSCR
Pinjaman Daerah Jangka Pendek

Jangka waktu ≥ 1 tahun dan harus dilunasi dalam


tahun anggaran bersangkutan untuk menutup
kekurangan arus kas

Kegiatan yang dibiayai harus sudah dianggarkan dalam


APBD tahun bersangkutan yang bersifat mendesak dan
tidak dapat ditunda
Pinjaman Daerah Jangka Menengah
Jangka waktu > 1 tahun anggaran dan
harus dilunasi dalam kurun waktu tidak
● Jumlahsisa
melebihi sisamasa
pinjaman daerah
jabatan Kepala+ jumlah
pinjaman
Daerah untukyang akan ditarik
dipergunakan tidak
dalam
melebihipenyediaan
membiayai 75% dari jumlah
layananpenerimaan
umum
umum
yang tidakAPBD tahun sebelumnya
menghasilkan penerimaan
● Tidak mempunyai tunggakan pinjaman
kepada pemerintah
● Rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman

Pinjaman Daerah Jangka Panjang
Jangka waktu > 1 tahun anggaran dan
harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran
berikutnya sesuai
● Jumlah sisa dengandaerah
pinjaman persyaratan
+ jumlah
perjanjian
pinjamanpinjaman yang
yang akan bersangkutan
ditarik tidak
untuk membiayai
melebihi proyek
75% dari investasi
jumlah yang
penerimaan
menghasilkan
umum APBD penerimaan
tahun sebelumnya
● Tidak mempunyai tunggakan pinjaman
kepada pemerintah
● Rasio kemampuan keuangan daerah
untuk mengembalikan pinjaman

Sanksi Pemotongan Pinjaman Daerah
(Peraturan Menteri Keuangan RI No. 129/PMK.07/2008)

Tidak
menyampaikan Pemerintah daerah
perjanjian dilarang melakukan
Perjanjian
pinjaman pinjaman daerah selama 3
pinjaman tidak tahun berturut-turut
sesuai dengan
pertimbangan
Menteri Dalam
Negeri
DOKUMEN PERSYARATAN

Surat kuasa pemda


Surat kepada Direktur Surat
pernyataan Jenderal Perimbangan persetujuan
Keuangan selaku KPA
pemda bersedia transfer ke daerah
DPRD
DAU/DBH untuk memotong mengenai
dipotong secara DAU/DBH kesediaan
langsung dipotong
DAU/DBH
secara langsung
Besaran Pemotongan
(Indeks Kapasitas Fiskal)

TINGGI SEDANG RENDAH

20% dari jumlah 15% dari jumlah 10% dari jumlah


DAU/DBH yang DAU/DBH yang DAU/DBH yang
dialokasikan pada tahun dialokasikan pada tahun dialokasikan pada tahun
anggaran bersangkutan anggaran bersangkutan anggaran bersangkutan
Studi Kasus
Pinjaman Daerah oleh
Pemkab Blora sebesar
150 Miliar
● Pada tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Blora
melakukan penandatanganan perjanjian
Pinjaman Daerah sebesar 150 Miliar dengan
Bank Jateng.
● Dana pinjaman daerah ini akan digunakan
untuk pembangunan infrastruktur berupa
peningkatan kualitas 15 ruas jalan di daerah
Blora.
● Pinjaman Daerah yang dilakukan oleh Pemkab
Blora tergolong ke dalam pinjaman jangka
menengah dengan tenggat waktu 24 bulan.
Proses Perencanaan Pelaksanaan
● Juni 2022 - Pengesahan Perjanjian Kredit antara PT
● Oktober 2021 - Pemda Blora berencana Pembangunan Daerah Jawa Tengah dan Pemkab Blora
mengajukan pinjaman daerah kepada Lembaga melalui Perbup No. 15 Tahun 2022
Keuangan Bank sebesar Rp. 150 miliar ● Dana diproyeksikan paling lambat cair Desember 2022
● November 2021 - Rencana Pinjaman disetujui dan pelelangan masih dalam proses dilakukan
oleh DPRD ● Pinjaman daerah ini akan dilakukan untuk perbaikan 15
● Mei 2022 - Keputusan persetujuan dari ruas jalan dengan total 31.785 km. Adapun ruas jalan
Kementrian Dalam Negeri (Mendagri) tersebut meliputi:
(1) Jalan Kamolan – Klopoduwur – Ngliron, (2) Jalan
Ngliron – Kalisari – Wulung, (3) Jalan Doplang –
Tahapan Pemberian Kunduran, (4) Jalan Kedungtuban – Galuk, (5) Jalan
Ngawen – Karangtalun – Banjarejo, (6) Jalan Jepon –
Pinjaman Karang – Bogorejo, (7) Jalan Wulung – Klatak, (8) Jalan
Pakis – Pelem – Kamolan, (9) Jalan Peting – Sumber –
● Mei 2022 - Pihak Pemkab Blora dengan Balong – Menden (10) Jalan Blora – Nglangitan, (11)
Jalan Cabak – Bleboh, (12) Jalan Singonegoro –
Pihak Bank Jateng telah melakukan
Ketringan, (13) Jalan Plumbon – Rowobungkul – Kemiri
penandatanganan perjanjian pinjaman – Sonokidul, (14) Jalan Goa Terawang – Ngumbul –
Daerah sebesar Rp. 150 miliar Pelemsengir, serta (15) Jalan Halmahera.
Pinjaman Daerah Provinsi Jawa Barat Senilai
Rp 2,21 Triliun

● Pinjaman dilakukan untuk tahun


anggaran 2021
● Pinjaman dilakukan dengan PT
Sarana Multi Infrastruktur (SMI)
● Pinjaman dibagi 2 skema yaitu
belanja operasional Rp
1.412.680.866.291 dan bantuan
keuangan Rp 800.281.831.726
● Terdapat 10 infrastruktur dengan 95
kegiatan yang akan didanai
PROSES PERENCANAAN

24-27 14 15
23 JULI 2020 27 JULI
Agustus Septemb Septemb
2020
2020 er2020 er2020
Pengajuan pinjaman Penandatanganan Pembahasan tata Penandatanganan Penandatanganan
daerah PEN tahun perjanjian kerja sama kelola dan rapat perjanjian perjanjian
2020 dan 2021 antara pemda Jawa koordinasi teknis kerjasama pemberian
Barat dan PT. SMI permohonan PEN pelaksanaan pinjaman dengan
Provinsi Jawa Barat kegiatan PEN PT. SMI
bersama PT.SMI dan Daerah dengan
KPK RI Pemda Kab/Kota
PELAKSANAAN
SKEMA PENARIKAN

TAHA TAHA
TAHA
P1 P2
P3
(25%) (45%) tahap 1
Setelah pencairan
BL : terserap 75%
Rp353.170.216.573
Sisa nilai kebutuhan
BANKEU : BL :
Rp200.070.457.931 Rp635.706.389.831
Setelah pencairan tahap 1
TOTAL : BANKEU :
dan 2 terserap 90%
Rp553.240.674.504 Rp360.126.824.277
TOTAL :
Rp995.833.214.108
ANGGARAN PINJAMAN PEN TA 2021 - BELANJA
LANGSUNG

Pagu Anggaran Permohonan Sisa Pagu


Pencairan
ANGGARAN PINJAMAN PEN TA 2021 - BANTUAN
KEUANGAN

Pagu Anggaran Permohonan Sisa Pagu


Pencairan
EVALUASI ANGGARAN PINJAMAN PEN TA 2021

● Pelaksanaan kontrak tidak sesuai jadwal karena


adanya keterbatasan SDM akibat pandemic
● Adanya ketidaksesuaian kegiatan yang tercantum
dalam APBD 2021 dengan dokumen perjanjian
sehingga pencairan tahap 1 mengalami
keterlambatan yakni tanggal 27 september 2021
● Realisasi tahap 1 mencapai 89%
● Pencairan tahap 2 sedang dalam permohonan
● Sedangkan tahap 3 masih dalam rencana
● Adanya permohonan tambahan tahapan pencairan
menjadi 4 tahap yang dijadwalkan bulan maret
2022
THANKYOU
Do you have any questions?

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai