Obligasi Daerah
2011
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Gedung Radius Prawiro Lt. 12 Jl Dr Wahidin No. 1, JAKARTA 10710
Telepon (021)3511505, Facsimile (021)3511486
PINJAMAN DAERAH
2011©
1
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010 tentang
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
2
SUMBER PINJAMAN DAERAH
Pemerintah Pusat;
1. Penerusan Pinjaman
j Luar Negeri;
g ;
2. Penerusan Pinjaman Dalam Negeri;
3. Pusat Investasi Pemerintah.
Pemerintah Daerah Lain;
Lembaga Keuangan Bank;
Lembaga Keuangan Bukan Bank;
Masyarakat, dalam bentuk Obligasi Daerah.
3
JENIS DAN PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH
4
MATERI PERUBAHAN PP PINJAMAN DAERAH
Matriks Perubahan Substansi
9. Mekanisme Penarikan/ ‐ Pasal 29, Pasal 30,
Penyaluran Pinjaman Daerah Pasal 31, Pasal 32
11. Pengadaan Barang dan Jasa ‐ Pasal 50
Terkait dengan Pinjaman
Daerah
5
PENEGASAN PRINSIP UMUM PINJAMAN DAERAH
PP 54/2005 PP 30/2011
Tidak diatur Pasal 2
PP 54/2005 PP 30/2011
Tidak diatur Pasal 3
Pengelolaan Pinjaman Daerah harus memenuhi prinsip:
a taat pada peraturan perundang-undangan;
a. perundang undangan;
b. transparan;
c. akuntabel;
d. efisien dan efektif;dan
e. kehati-hatian.
Pasal 6
(1) Pinjaman Daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan
bersama antara pemberi pinjaman dan Pemerintah
Daerah sebagai penerima pinjaman yang dituangkan
dalam perjanjian pinjaman.
(2) Gubernur, Bupati, Walikota, atau pejabat yang diberi
kewenangan oleh Gubernur, Bupati, Walikota untuk
menandatangani perjanjian pinjaman bertindak atas
nama Pemerintah Daerah.
(3) Perjanjian pinjaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berlaku sampai dengan berakhirnya masa
perjanjian pinjaman.
6
JENIS DAN SUMBER PINJAMAN DAERAH
PP 54/2005 PP 30/2011
Pasal 5 Pasal 14
(4) Pinjaman Jangka Panjang (4) Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari
sebagaimana
b i di
dimaksud
k d pada
d P
Pemerintah,
i t h P
Pemerintah
i t hD
Daerahh llain,
i llembaga
b
ayat (1) huruf c merupakan Pinjaman keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank
Daerah dalam jangka digunakan untuk membiayai kegiatan investasi
waktu lebih dari satu tahun anggaran prasarana dan/atau sarana dalam rangka
dan kewajiban pembayaran kembali penyediaan pelayanan publik yang:
pinjaman yang meliputi pokok a. menghasilkan penerimaan langsung berupa
pinjaman, bunga, dan biaya lain harus pendapatan bagi APBD yang berkaitan dengan
dilunasi pada tahun-tahun anggaran pembangunan prasarana dan sarana tersebut;
berikutnya sesuai dengan persyaratan b. menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa
perjanjian pinjaman yang penghematan terhadap belanja APBD yang
bersangkutan. seharusnya dikeluarkan apabila Kegiatan tersebut
tidak dilaksanakan; dan/atau
Pasal 7 c. memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
(3) Pinjaman Jangka Panjang (5) Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari
dipergunakan untuk mebiayai Proyek masyarakat digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi yang menghasilkan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka
penerimaan penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan
penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan
atas penggunaan prasarana dan/atau sarana
tersebut.
PP 54/2005 PP 30/2011
Pasal 13 Pasal 18
(1) Usulan kegiatan yang akan dibiayai dengan (1) Usulan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya Pasal 17 diajukan oleh gubernur, bupati, atau walikota
bersumber dari pinjaman luar negeri harus kepada Menteri.
tercantum dalam Daftar Rencana Prioritas (2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri yang berupa Penerusan Pinjaman Dalam Negeri merupakan
dikeluarkan oleh Menteri Negara Perencanaan usulan yang sudah tercantum dalam daftar kegiatan
Pembangunan Nasional/ Kepala Badan prioritas yang dapat dibiayai dari Pinjaman Dalam Negeri.
Perencanaan Pembangunan Nasional.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
(2) Pemerintah Daerah menyampaikan rencana berupa Penerusan Pinjaman Luar Negeri merupakan
Pinjaman Daerah untuk membiayai usulan kegiatan usulan yang sudah tercantum dalam Daftar Rencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah.
Menteri Keuangan dengan sekurang-kurangnya
melampirkan: ((4)) Usulan sebagaimana
g dimaksud p
pada ayat
y ((1)) harus
a. realisasi APBD selama 3 tahun terakhir berturut- melampirkan paling sedikit dokumen:
turut; a. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3
b. APBD tahun bersangkutan; (tiga) tahun terakhir;
c. perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam b. APBD tahun berkenaan;
memenuhi kewajiban pembayaran kembali c. perhitungan rasio kemampuan keuangan daerah
pinjaman (proyeksi DSCR); untuk mengembalikan pinjaman;
d. rencana keuangan (financing plan) pinjaman d. rencana penarikan pinjaman; dan
yang akan diusulkan; dan e. persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
e. surat persetujuan DPRD.
7
PROSEDUR PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH
KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PP 54/2005 PP 30/2011
Pasal 13 Pasal 18
(3) Menteri Keuangan setelah mendapatkan (5) Dalam hal usulan berasal dari peneruspinjaman
pertimbangan
ti b d
darii M
Menteri
t iD Dalam
l N
Negerii Pi j
Pinjaman L
Luar N
Negeri,i selain
l i melampirkan
l ik d dokumen
k
menetapkan Pinjaman Daerah sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pemerintah
dimaksud pada ayat (2). Daerah harus juga melampirkan pertimbangan Menteri
Dalam Negeri.
(4) Penetapan Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sebelum (6) Kegiatan yang akan dibiayai dari Pinjaman Daerah
pelaksanaan negosiasi dengan calon pemberi harus sesuai dengan dokumen perencanaan daerah.
pinjaman luar negeri, dengan berdasarkan: (7) Pemerintah Daerah bertanggung jawab sepenuhnya
a. Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau atas kegiatan yang diusulkan kepada Menteri.
Hibah Luar Negeri;
b. alokasi pinjaman pemerintah menurut sumber
dan persyaratannya; Pasal 19
c. kemampuan membayar kembali; dan (1) Menteri melakukan penilaian atas usulan Pinjaman
d kapasitas
d. k it fiskal
fi k l d
daerah.
h Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
dengan memperhatikan:
(5) Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya a. kapasitas fiskal daerah yang ditetapkan secara
berasal berkala oleh Menteri;
dari luar negeri dilakukan melalui perjanjian b. kebutuhan riil pinjaman Pemerintah Daerah;
penerusan c. kemampuan membayar kembali; dan
d. batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah
pinjaman.
Daerah.
(6) Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara
(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud
Menteri Keuangan dan Kepala Daerah.
pada ayat (1), Menteri berkoordinasi dengan instansi
terkait.
PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN,PEMANTAUAN
EVALUASI DAN PELAPORAN
PP 54/2005 PP 30/2011
Pasal 9 Pasal 55
Menteri Keuangan
g mengelola
g Pinjaman
j Daerah (1) Menteri melakukan penatausahaan Pinjaman
yang bersumber dari Pemerintah Daerah yang bersumber dari Pemerintah atas:
a. penarikan dan/atau penyaluran Pinjaman
Daerah; dan
b. penerimaan kewajiban pembayaran kembali
Pinjaman Daerah.
(2) Gubernur, Bupati, atau Walikota melakukan
penatausahaan Pinjaman Daerah atas:
a. penerimaan dan penggunaan Pinjaman Daerah;
dan
b. kewajiban pembayaran kembali Pinjaman
Daerah.
(3) Gubernur, Bupati, atau Walikota melakukan
penatausahaan atas:
a. penerimaan dan penggunaan dana atas
penerbitan Obligasi Daerah;
b. penerimaan dan penggunaan dana atas kegiatan
yang dibiayai dari penerbitan Obligasi Daerah;
dan
c. pembayaran kewajiban atas penerbitan Obligasi
Daerah.
8
MEKANISME PENARIKAN DAN/ATAU PENYALURAN
PINJAMAN DAERAH
PP 54/2005 PP 30/2011
P
Penarikan
ik d dan/atau
/ t penyaluran
l pinjaman
i j
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dilakukan
melalui:
a. pembayaran langsung;
b. rekening khusus;
c. pemindahbukuan ke Rekening Kas Umum
Daerah;
d. Letter of Credit (L/C); atau
e. pembiayaan pendahuluan.
Pasal 32
PP 54/2005 PP 30/2011
Pasal 19 Pasal 35
1. Pemerintah Daerah wajib melaporkan rencana pinjaman yang (1) Sebelum mengajukan usulan Pinjaman Jangka Menengah atau
bersumber selain dari Pemerintah kepada Menteri Dalam Negeri Pinjaman Jangka Panjang kepada calon pemberi pinjaman,
untuk mendapatkan pertimbangan, dengan menyampaikan Gubernur harus menyampaikan rencana Pinjaman Jangka
sekurang-kurangnya dokumen sebagai berikut: Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang kepada Menteri Dalam
a. kerangka acuan Proyek; Negeri untuk mendapat pertimbangan.
b. APBD tahun bersangkutan; (2) Sebelum mengajukan usulan Pinjaman Jangka Menengah atau
c. perhitungan tentang kemampuan Daerah dalam memenuhi Pinjaman Jangka Panjang kepada calon pemberi pinjaman, Bupati
kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR); atau Walikota harus menyampaikan rencana Pinjaman Jangka
d. rencana keuangan (financing plan) pinjaman yang akan Menengah atau Pinjaman Jangka Panjang kepada Menteri Dalam
diusulkan; Negeri untuk mendapatkan pertimbangan dan tembusannya
e. surat persetujuan DPRD. disampaikan kepada Gubernur.
(3) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
2. Menteri Dalam Negeri memberikan pertimbangan sebagaimana
paling sedikit melampirkan:
dimaksud pada ayat (1) dalam rangka pemantauan defisit APBD
a. Persetujuan DPRD;
dan batas kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah.
b. Salinan berita acara pelantikan gubernur, bupati, atau walikota;
3. Dalam hal Menteri Dalam Negeri telah memberikan c. Pernyataan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian
pertimbangan, Pemerintah Daerah mengajukan usulan Pinjaman pinjaman yang berasal dari Pemerintah;
Daerah kepada calon pemberi pinjaman sesuai dengan d. Kerangka acuan kegiatan;
pertimbangan Menteri Dalam Negeri tersebut. e. Perhitungan tentang rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman;
4. Pemerintah daerah mengajukan usulan pinjaman daerah kepada
f. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah selama 3 (tiga) tahun
calon pemberi pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-
terakhir;
undangan.
g. Rancangan APBD tahun berkenaan;
5. Calon pemberi Pinjaman Daerah melakukan penilaian atas h. Perbandingan sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman
usulan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan
umum APBD tahun sebelumnya; dan
6. Pinjaman Daerah yang bersumber selain dari Pemerintah
i. rencana keuangan pinjaman.
dituangkan dalam perjanjian pinjaman yang ditandatangani oleh
(4) Menteri Dalam Negeri memberikan pertimbangan kepada gubernur,
Kepala Daerah dan pemberi pinjaman.
bupati, atau walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
7. Perjanjian pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib (2) setelah berkoordinasi dengan Menteri.
dilaporkan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.
9
PENGADAAN BARANG DAN JASA TERKAIT
PINJAMAN DAERAH
PP 54/2005 PP 30/2011
Tidak diatur Pasal 50
10
PMK No. 149/PMK.07/2010
tentang Batas Maksimal Defisit APBD dan
Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah TA 2011
Pasal 2
(1) Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD Tahun Anggaran 2011 ditetapkan sebesar 0,3% dari proyeksi
PDB Tahun Anggaran 2011.
((2)) Defisit sebagaimana
g dimaksud ppada ayat
y ((1)) adalah defisit yyangg dibiayai
y oleh Pinjaman
j Daerah.
(3) PDB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah proyeksi PDB yang digunakan dalam penyusunan
APBN Tahun Anggaran 2011.
Pasal 3
(1) Batas Maksimal Defisit APBD masing-masing Daerah ditetapkan sebesar 4,5% dari perkiraan
Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2011.
(2) Defisit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan defisit setelah memperhitungkan Pengeluaran
Pembiayaan.
(3) Defisit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan defisit yang dibiayai dari Pinjaman Daerah.
Daerah
Pasal 5
(1) Daerah dapat melebihi Batas Maksimal Defisit APBD setelah mengajukan permohonan dan
mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan dengan pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.
Pasal 8
Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah yang masih menjadi kewajiban Daerah sampai dengan Tahun
Anggaran 2011 ditetapkan sebesar 0,35% dari proyeksi PDB Tahun Anggaran 2011.
Pemda DPRD
(Kepala Daerah)
Persetujuan/Penolakan Persetujuan
(25 hari kerja setelah diterima surat Raperda APBD
surat permohonan dari Pemerintah
Daerah dengan persyaratan lengkap)
Surat Permohonan
(alasan dan
rencana pinjaman)
M k
Menkeu
Pertimbangan Mendagri c.q.
c.q. Dirjen
PK (10 hari kerja setelah Dirjen KD
diterima surat permintaan
pertimbangan dari DJPK)
Persetujuan/penolakan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan atas pelampauan
Batas Maksimal Defisit APBD tidak menjadi dokumen yang dipersyaratkan dalam proses evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD.
11
SANKSI PEMOTONGAN DAU DAN/ATAU DBH
12
BESARAN SANKSI PEMOTONGAN
DAU DAN/ATAU DBH
BESARAN MAKSIMUM
SANKSI PEMOTONGAN DAU/DBH PER TAHUN
SEBAGAI PENYELESAIAN TUNGGAKAN PINJAMAN
13
LANDASAN HUKUM OBLIGASI DAERAH
Pasal 57
Pasal 57 UU No.33/2004
(1) Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah dalam mata uang
Rupiah di pasar modal domestik
domestik.
(2) Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai
nominal Obligasi Daerah pada saat diterbitkan.
(3) Penerbitan Obligasi Daerah wajib memenuhi ketentuan dalam
Pasal 54 dan Pasal 55 serta mengikuti peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
(4) Hasil penjualan Obligasi Daerah digunakan untuk membiayai
investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
(5) Penerimaan dari investasi sektor publik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) digunakan untuk membiayai kewajiban bunga dan
pokok Obligasi Daerah terkait dan sisanya disetorkan ke kas
Daerah.
14
JAMINAN OBLIGASI DAERAH
Pasal 59 UU No.33/2004
Pemerintah tidak menjamin Obligasi Daerah.
Ketentuan ini menegaskan bahwa segala risiko yang
timbul sebagai akibat dari penerbitan Obligasi Daerah
tidak dijamin dan/atau ditanggung oleh Pemerintah.
Proyek/Kegiatan
• Pelayanan air minum;
• Pelayanan limbah dan
persampahan;
• Jalan dan jembatan;
• Rumah sakit;
Menghasilkan
penerimaan
• Pasar tradisional;
• Tempat perbelanjaan;
• Wilayah wisata dan
pelestarian alam;
• Terminal dan sub terminal;
• Pelabuhan lokal dan
regional.
15
ALUR PROSES PENERBITAN OBLIGASI DAERAH
(PMK 147/PMK.07/2006 Tentang Tata Cara Penerbitan,
Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah)
8) Pembentukan Sindikasi
9) Pernyataan efektif
16
7/17/2011
Kementerian PPN/B
PPN/BAPPENAS
APPENAS
Prosedur P
Per
ereencan
anaan
aan Kegiatan yang Dibiayai
Pinjaman Luar Negeri dan Dalam Negeri
(Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Pendanaan Pembangunan)
1
Lombok 14 Juli 2011, Kementerian KeuanganRI
2 Materi Paparan
p
Latar Belakang
Landasan Hukum :
Perubahan dari PP2/2006
Peraturan Pemerintah Nomor10/2011
Peraeturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011
Peraeturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011
Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2008
1
7/17/2011
3 Latar Belakangg
Landasan Prioritas Pinjaman Luar Negeri
Sumber Pembiayaan
Arah Kebijakan Pinjaman Luar Negeri Kedepan
Pendidikan
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-
konflik
Kesehatan
Ketahanan Pangan
Bidang Kesejahteraan Rakyat
Infrastruktur
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
Iklim Investasi dan Iklim Usaha Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
Bidang Perekonomian
Energi
2
7/17/2011
SUMBER‐SUMBER PENDANAAN PEMBANGUNAN
PEMERINTAH (APBN) SWASTA (NON APBN)
Badan
Pajak &
Hibah Pinjaman Pinjaman Lembaga Lembaga Sumber‐
Dalam/ SBN/ Usaha
Non Pajak Dalam Luar Keuangan Keuangan sumber
Luar Negeri SBSN (Domestik/
Negeri Negeri Bank Non‐Bank lainnya
Multinasional)
SKEMA PENDANAAN PEMBANGUNAN:
• KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA (KPS)/PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP),
• CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
3
7/17/2011
7 Landasan Hukum
Perubahan dari PP 2/1006
Peraturan Pemerintah Nomor 10/2011
Peraturan Pemerintah Nomor 30/2011
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008
untuk meningkatkan
efektivitas dan
Tata Cara Pengadaan efisiensi pemanfaatan
Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau pinjaman luar negeri
Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah dan penerimaan
Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman hibah
dan/atau Hibah Luar
Negeri
4
7/17/2011
5
7/17/2011
Batang Tubuh
11
a. transparan
b. akuntabel
k b l
c. efisien dan efektif
d. kehati-hatian
e. tidak disertai ikatan politik, dan
f.f tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu
stabilitas keamanan Negara
6
7/17/2011
Ketentuan Umum
13
Menteri Keuangan berwenang melakukan Pinjaman Luar Negeri
dan/atau menerima Hibah yang berasal dari luar negeri dan dalam
negeri
Pinjaman Luar Negeri dapat :
diteruspinjamkan dan/atau
dihibahkan
Hibah dapat :
diterushibahkan dan/atau
dipinjamkan
K/L, Pemda, dan BUMN dilarang melakukan perikatan dalam
bentuk apapun yang dapat menimbulkan kewajiban untuk
melakukan Pinjaman Luar Negeri
14 Pinjaman
j Luar Negeri
g
Bentuk, Jenis, dan Sumber PLN
Penggunaan PLN
Perencanaan PLN
Penerusan PLN
Perundingan
7
7/17/2011
• membiayai
y kegiatan
g prioritas
p K/L
Pinjaman • diteruspinjamkan kepada Pemda
Kegiatan •
•
diteruspinjamkan kepada BUMN
dihibahkan kepada Pemda
Sumber
16
8
7/17/2011
RPPLN
Usulan Setelah mendapat
Kelayakan
PP10/11 Kegiatan Pertimbangan
Menteri Dalam Negeri
DRPLN JM
DRPLN-JM Usulan Penerusan
Pinjaman Luar Negeri
*) Penetapan Penerusan
Pinjaman Luar Negeri
(Psl 22 ayat 1)
RPJMN
Renstra K/L
RKPDN
Usulan
Keg PDN
Evaluasi
K l k
Kelayakan
PP54/08 Peningkatan
Daftar Kegiatan PDN Kesiapan
Keg PDN
9
7/17/2011
RPPLN
Kelayakan Usulan
Kegiatan
K i
DRPLN-JM
DRPPLN
Siap Pemenuhan
dirundingkan Kriteria Kesiapan
Daftar Kegiatan
Pengusulan ke Mitra
Pembangunan
Perundingan
Perjanjian PELAKSANAAN
KEGIATAN
Renstra K/L
RKPDN
Rencana Batas
Maksimum PDN
Usulan Evaluasi
Keg PDN Kelayakan
Manajemen
Daftar Kegiatan PDN Resiko
RAPBN
RKP
20
10
7/17/2011
TERIMA KASIH
Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Pendanaan Pembangunan, Kementerian PPN/B
PPN/BAPPENAS
APPENAS
Jl. Taman Suropati Nomor 2 Jakarta-
Jakarta-10310
021--3910 486
021
21
11
7/17/2011
Pengumpulan dan
pemanfaatan sampah
Sistem Drainase Kegiatan
komunal (3R) kota pendukung
1
7/17/2011
Skala komunal
Skala komunal
Skala komunal
Stasiun pompa A
Skala komunal
B
IPAL Effluent
2
7/17/2011
B
Sumber sampah A
Sumber sampah
Sumber sampah
TPA
Saluran sekunder
B
A
3
7/17/2011
4
7/17/2011
Jakarta:
Peningkatan sistem pengelolaan sampah kota Jakarta (TPA
baru, Sarana
baru Sarana angkutan sampah dan transfer depo)
transfer depo)
Peningkatan sistem pengelolaan air limbah kota
Peningkatan Sistem penanganan banjir dan genangan skala
kota
Bandung metropolitan:
P i k t sistem
Peningkatan it pengelolaan
l l sampahh (TPA dan
(TPA d alat
l t
angkut sampah termasuk stasiun antara)
Peningkatan sistem pengelolaan air limbah kota
Peningkatan dan perluasan jaringan drainase kota
Di Jawa : Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok ,
Surabaya, belum semua wilayah terjangkau
memiliki sistem pengolahan air limbah
Di Sumatera : Banda Aceh, Medan, Padang,
Lampung, Pekan baru, Batam, belum memiliki
sistem pengolahan air limbah
Di Kota‐kota
Di Kota kota besar lainnya : Belum
: Belum ada sarana
pengolah air limbah dan sampah yang memadai
dan aman bagi lingkungan dan masyarakat
5
7/17/2011
Jar pipa distribusi
IPA
Pinjaman Propinsi
6
7/17/2011
Kementerian Keuangan
Propinsi Kabupaten/kota
Sekian
Terima kasih
Ir. Rina A Indriani, MURP
Kasubdit Perencanaan Teknik, Dit Pengembangan PLP,
Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU
0816868187; rina37962@yahoo.com
7
7/17/2011
MATARAM 14 JULI 2011
Gambaran Umum
Visi Misi
Dasar Hukum Peran PIP sebagai Katalis dalam
Percepatan Pembangunan
Sumber Dana Infrastruktur
Bidang Investasi
Lingkup Investasi
Mitra Kerja
1
7/17/2011
Menjadi lembaga investasi pemerintah kelas
dunia yang mengedepankan kepentingan
nasional.
M
Menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional
i l i b h k i i l
melalui investasi di berbagai sektor strategis
yang memberikan imbal hasil optimal dengan
risiko yang terukur.
2
7/17/2011
3
7/17/2011
4
7/17/2011
Peran PIP diharapkan mampu menjadi katalis
dalam keterlibatan pihak swasta bersama
pemerintah daerah dalam percepatan
pemerintah daerah dalam percepatan
pembangunan infrastruktur yang memberikan
manfaat sosial ekonomi kepada masyarakat
(pro growth, pro job, pro poor, dan pro
environment).
5
7/17/2011
6
7/17/2011
7
7/17/2011
Jumlah sisa pinjaman dan jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% dari jumlah Penerimaan Umum (PU) APBD
tahun sebelumnya;
tahun sebelumnya;
(DSCR) adalah kemampuan daerah dalam memenuhi kewajiban
pembayaran kembali pinjaman minimal 2,5 kali dari jumlah
proyeksi penjumlahan angsuran pokok, bunga, dan biaya lain
yang jatuh tempo setiap tahunnya selama jangka waktu
pinjaman yang akan ditarik;
Tidak memiliki tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
berasal dari Pemerintah Pusat;
berasal dari Pemerintah Pusat;
Menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
minimal 3 (tiga) tahun terakhir;
Defisit Anggaran tidak melebihi 4,5% dari APBD kecuali ada izin
pelampauan defisit dari Menteri Keuangan.
1. Peraturan Daerah yang menyatakan bahwa selama masa pinjaman
seluruh kewajiban (pokok, bunga, dan apabila ada kewajiban lainnya)
yang jatuh tempo, wajib dialokasikan dalam APBD tahun anggaran yang
bersangkutan;
2. Surat Persetujuan Ketua DPRD atas rencana pinjaman Pemerintah
Daerah;
3. Surat Pernyataan Kepala Daerah bahwa bersedia dipotong DAU dan/atau
DBH apabila Pemda mengalami gagal bayar atas kewajibannya ke PIP;
4. Surat Kuasa Kepala Daerah kepada Dirjen Perimbangan Keuangan untuk
melakukan pemotongan DAU dan/atau DBH apabila Pemda mengalami
g g
gagal bayar atas kewajibannya ke PIP;
y j y ;
5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari Kepala Daerah
atas pencairan pinjaman;
6. Legal Opinion dari Kepala Bagian/Biro Hukum Pemerintah Daerah;
7. Pemerintah Daerah telah memenuhi kewajiban pembayaran biaya‐biaya
pinjaman.
8
7/17/2011
Pembangunan RSUD Type B dengan biaya Rp 350 milyar (dasar hitungan tahun ke‐1)
Pembangunan RSUD Type B dengan biaya Rp 350 milyar (dasar hitungan tahun ke‐1)
Sumber dari Pinjaman PIP
Diselesaikan dalam waktu 2 tahun
9
7/17/2011
Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS)
Dasar Hukum:
Peraturan Presiden RI Nomor 67 Tahun 2005
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
U h dalam
Usaha d l P
Penyediaan
di I f
Infrastruktur;
k
Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden RI
Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur
Kerjasama dengan Mitra Luar Negeri
• Melalui skema co‐financing dan penyertaan modal.
• Saat ini PIP sedang mengembangkan project pipeline di
sektor ramah lingkungan dengan mitra luar negeri.
Diharapkan PIP dapat menjadi katalis pengembangan
proyek‐proyek energi terbarukan di daerah‐daerah yang
rasio elektrifikasinya masih relatif rendah dan dapat
mendukung terciptanya daerah‐daerah yang memiliki
kemandirian energi.
10
7/17/2011
11