Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PINJAMAN DAERAH

OLEH:

NAMA :ERICO JAYA BERKAT TELAUMBANUA


NPP :29.0105
KELAS :D4

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


KAMPUS SULAWESI UTARA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikkan anugerahnya
kepada saya,sehingga saya bias menyelesaikan penulisan Makalah ini dengan judul ‘Pinjaman
Daerah” dengan baik.Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas pembelajaran mata kuliah
Keuangan Negara dan Daerah.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu saya dalam
penyelesaian penulisan maklah ini disamping itu saya juga menyadari bahwa masih banyak
kesalahan dalam penulisan makalah ini.Untuk itu saya mohon kritik dan saran yang mebangun
sehingga bias melengkapi dan menjadikan makalah ini bias lebih baik lagi nantinya

Akhir dari saya tentunya mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahan dalam
penulisan ini,saya harap agar makalah ini bias bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca

Tampusu, 20 Februari 2020

Erico Jaya berkat Telaubanua


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pinjaman Daerah

2.2 Dasar Hukum Pinjaman Daerah

2.3 Prinsip Dasar Pinjaman Daerah

2.4 Persyaratan Pinjaman Daerah

2.5 Sumber Pinjaman Daerah

2.6 Jenis Pinjaman Daerah

2.7 Prosedur Pinjaman Daerah

2.8 Ketentuan Umum Obligasi Daerah

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di makalah ini,kita saya akan membahas tentang pinjaman daerah,dimana kita harus dapat
mengetahui apa itu pinjaman daerah,prosesnya dan segala yang berkaitan denan pinjaman
daerah.Karena materi pinjaman daerah ini tidak dapat kita pungkiri akan dapat banyak kita temui
nantinya di dunia Aparatur Sipil Negara,dengan makalah ini saya berharap agar apa saja yang
telah saya tuangkan dalam makalah ini dapat beerguna untuk mengetahui pinjaman daerah itu
sendiri

Maka untuk itulah kita nantinya sebagai Pegawai Negeri Sipil sudah seharusnya kita
mempelajari ini,dengan makalah ini kita dapat menambah pengetahuan kita tentang pinjaman
daerah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengerian Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang
atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani
kewajiban untuk membayar kembali.

Jadi menurut saya yaitu,Pinjaman daerah adalah alternatif sumber pendanaan APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) dan solusi untuk menutup kekurangan kas daerah yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung berbagai kegiatan untuk kepentingan daerah seperti kegiatan-
kegiatan pendukung pertumbuhan ekonomi daerah, kegiatan-kegiatan untuk kepentingan layanan
masyarakat, dan lain sebagainya dengan kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut
dengan batas waktu yang telah ditentukan. Pinjaman daerah ini telah diatur dalam beberapa dasar
hokum

2.2 Dasar Hukum Pinjaman Daerah

Dalam UU tersebut disebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, untuk memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, maka pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman. Namun demikian, mengingat
pinjaman memiliki berbagai risiko seperti risiko kesinambungan fiskal, risiko tingkat bunga,
risiko pembiayaan kembali, risiko kurs, dan risiko operasional, maka Menteri Keuangan selaku
pengelola fiskal nasional menetapkan batas-batas dan rambu-rambu pinjaman daerah.

Selain itu, dalam UU 17/2003 tentang Keuangan Negara bab V mengenai Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah/Lembaga Asing
disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana Perimbangan kepada Pemerintah Daerah,
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah.
Dengan demikian, pinjaman daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hubungan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Primbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
 PP No. 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah.
 PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan
Hibah.
 PMK No. 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Obligasi Daerah dan PMK No. 180/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Penerbitan dan
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
 PMK No. 121/PMK.07/2017 tentang Tata Cara Penyelesaian Tunggakan Pinjaman
Pemerintah Melalui Pemotongan DAU dan/atau DBH.
 PMK No. 106/PMK.07/2018 Tentang Batas Maksimal Defisit Kumulatif defisit APBD,
Batas Maksimal Defisit APBD, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun
Anggaran 2019.

2.3 Prinsip Dasar Pinjaman Daerah

Beberapa prinsip dasar dari pinjaman daerah di antaranya sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Daerah.


2. Pinjaman Daerah harus merupakan inisiatif Pemerintah Daerah dalam rangka melaksanakan
kewenangan Pemerintah Daerah.
3. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan, dan/atau kekurangan kas.
4. Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.
5. Pemerintah Daerah tidak dapat memberikan jaminan terhadap pinjaman pihak lain.
6. Pinjaman Daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara pemberi pinjaman dan
Pemerintah Daerah sebagai penerima pinjaman yang dituangkan dalam perjanjian pinjaman.
7. Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan pinjaman
daerah.
8. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam
proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.
9. Seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam rangka Pinjaman Daerah dicantumkan dalam
APBD

2.4 Persyaratan Pinjaman Daerah

Persyaratan umum bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan pinjaman adalah sebagai berikut:

1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.
Penerimaan umum APBD tahun sebelumnya adalah seluruh penerimaan APBD tidak
termasuk Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain
yang kegunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu.
2. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Nilai rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman (Debt Service Coverage Ratio/DSCR) paling sedikit 2,5 (dua
koma lima). DSCR dihitung dengan rumus sebagai berikut:

DSCR = (PAD + (DBH – DBHDR) + DAU) – BW ≥ 2,5Angsuran


Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

3. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah harus
tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
4. Khusus untuk Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan
persetujuan dari DPRD.

2.5 Sumber Pinjaman Daerah

Sebagaimana yang diatur dalam PP No. 56 Tahun 2018 pada bab 2 pasal 9,ada beberapa sumber
pinjaman daerah yang dapat digunakan yaitu:

Pasal 9

(1)Pinjaman Daerah bersumber dari:

a.Pemerintah;
b.Pemerintah Daerah lain;
c.lembaga keuangan bank;
d.lembaga keuangan bukan bank; dan
e.masyarakat.

(2)Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a diberikan melalui Menteri.

(3)Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berasal dari APBN termasuk dana investasi Pemerintah, penerusan Pinjaman Dalam Negeri,
dan/atau penerusan Pinjaman Luar Negeri.

(4)Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e berupa Obligasi Daerah yang diterbitkan melalui pasar modal.
2.6 Jenis Pnjaman Daerah

Ada pula jenis-jenis pinjaman daerah yaitu:

Jenis Pinjaman Daerah terdiri atas:


a.Pinjaman Jangka Pendek;
b.Pinjaman Jangka Menengah
c.Pinjaman Jangka Panjang
Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun anggaran.

Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Pendek yang meliputi pokok pinjaman, bunga,
dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang berkenaan.

Pinjaman Jangka Pendek bersumber dari:

a.Pemerintah Daerah lain;


b.lembaga keuangan bank; dan
c.lembaga keuangan bukan bank.

Pinjaman Jangka Pendek digunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.

Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun anggaran.

Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Pendek yang meliputi pokok pinjaman, bunga,
dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang berkenaan.

Pinjaman Jangka Pendek bersumber dari:

a.Pemerintah Daerah lain;


b.lembaga keuangan bank; dan
c.lembaga keuangan bukan bank.

Pinjaman Jangka Pendek digunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.

Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran.

Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Menengah) yang meliputi pokok pinjaman,
bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak
melebihi sisa masa jabatan gubernur, bupati, atau walikota yang bersangkutan.

Pinjaman Jangka Menengah bersumber dari:


a.Pemerintah;
b.Pemerintah Daerah lain;
c.lembaga keuangan bank; dan
d.lembaga keuangan bukan bank.

Pinjaman Jangka Menengah digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak
menghasilkan penerimaan.

Pinjaman Jangka Panjang c merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran.

Kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Jangka Panjang yang meliputi pokok pinjaman,
bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya sesuai
dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

Pinjaman Jangka Panjang bersumber dari:

a.Pemerintah;
b.Pemerintah Daerah lain;
c.lembaga keuangan bank;
d.lembaga keuangan bukan bank; dan
e.masyarakat.

Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga
keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang:

a.menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang berkaitan dengan
pembangunan prasarana dan sarana tersebut;

b.menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap belanja APBD yang
seharusnya dikeluarkan apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau

c.memberikan manfaat ekonomi dan sosial.

Pinjaman Jangka Panjang yang bersumber dari masyarakat digunakan untuk membiayai kegiatan
investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang
menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana
dan/atau sarana tersebut.
2.7 Prosedur Pinjaman Daerah

Prosedur pinjaman daerah dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu :

1. Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber dari Pinjaman Luar Negeri.
2. Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber selain dari Pinjaman Luar
Negeri.
3. Pinjaman Daerah dari sumber Selain Pemerintah baik pinjaman jangka pendek maupun
pinjaman jangka panjang. Pinjaman ini dapat dilakukan sepanjang tidak melampau batas
kumulatif Pinjaman Pemerintah dan Pemda.

2.8 Ketentuan Umum Obligasi Daerah

Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran
umum di pasar modal.

 Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di pasar modal domestik dan dalam mata
uang Rupiah;
 Obligasi Daerah merupakan efek yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dan tidak dijamin
oleh Pemerintah;
 Pemerintah Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah hanya untuk membiayai kegiatan
investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi
masyarakat yang menjadi urusan Pemerintah Daerah. Dengan ketentuan tersebut, maka
Obligasi Daerah yang diterbitkan Pemerintah Daerah hanya jenis Obligasi
Pendapatan (Revenue Bond);
 Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai Obligasi Daerah pada saat
diterbitkan. Dengan ketentuan ini maka Pemerintah Daerah dilarang menerbitkan Obligasi
Daerah dengan jenis index bond yaitu Obligasi Daerah yang nilai jatuh temponya dinilai
dengan index tertentu dari nilai nominal.

PROSEDUR PENERBITAN

 Perencanaan penerbitan Obligasi Daerah oleh Pemda;


 Pengajuan usulan rencana penerbitan Obligasi Daerah dari Pemda kepada Menteri Keuangan
c.q. Dirjen Perimbangan Keuangan;
 Penilaian dan persetujuan oleh Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perimbangan Keuangan;
 Pengajuan penyataan pendaftaran penawaran umum Obligasi Daerah oleh Pemda kepada
Bapepam-LK;
 Penerbitan Obligasi Daerah di pasar modal domestik.

PERENCANAAN OBLIGASI DAERAH OLEH PEMERINTAH DAERAH

 Kepala Daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditunjuk melakukan
persiapan penerbitan Obligasi Daerah yang sekurang-kurangya meliputi hal-hal sebagai
berikut:
o menentukan kegiatan;
o membuat kerangka acuan kegiatan;
o menyiapkan studi kelayakan yang dibuat oleh pihak yang independen dan kompeten;
o memantau batas kumulatif pinjaman serta posisi kumulatif pinjaman daerahnya;
o membuat proyeksi keuangan dan perhitungan kemampuan pembayaran kembali Obligasi
Daerah;
o mengajukan permohonan persetujuan prinsip kepada DPRD;
 Persetujuan prinsip DPRD meliputi:
 nilai bersih maksimal Obligasi Daerah;
 jumlah dan nilai nominal Obligasi yang akan diterbitkan;
 penggunaan dana; dan
 pembayaran pokok, kupon dan biaya lainnya yang timbul sebagai akibat penerbitan obligasi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi,pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah
uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Daftar Pustaka

 PP No.56 Tahun 2018


 file:///D:/Direktorat%20Jenderal%20Perimbangan%20Keuangan%20_%20Konsep%20Pi
njaman%20Daerah.html
 http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?page_id=332

Anda mungkin juga menyukai